Anda di halaman 1dari 29

Nama : Ayrin Isramira Mustawa

No.Absen : 06
Kelas : X.2

A. TEKTONISME
1. Pengertian tektonisme
Tektonisme merupakan gejala alami yang berupa peristiwa pergerakan lapisan kerak
bumi yang menyebabkan perubahan pada permukaan bumi. Peristiwa alami karena
tektonisme dapat berupa lipatan, pergeseran, ataupun pengangkatan membentuk struktur
permukaan bumi. Tektonisme juga termasuk proses pembentukan permukaan bumi yang
diklasifikasikan ke dalam proses alam endogen, atau tenaga dari dalam bumi.

2. Jenis tektonisme
Tektonisme merupakan satu hal yang dapat mempengaruhi atau merubah letak
(dislokasi) maupun bentuk (deformasi) kulit Bumi. Sebagaimana yang telah kita ketahui
bersama bahwasannya permukaan Bumi terbentuk dari lapisan- lapisan yang kita sebut
sebagai litosfer. Kulit Bumi memiliki ketebalan yang relatif sangat tipis sehingga mudah
sekali untuk pecah menjadi potongan- potongan kulit Bumi yang beraturan yang disebut
dengan lempeng tektonik atau Tectonic Plate.

Gerakan tektonik merupakan oergerakan lempeng- lempeng tektonik dari kulit Bumi
secara horizontal meupun secara vertikal karena adanya pengaruh arus konveksi dari lapisan
yang berada di bawahnya. Tahukah kita bahwa tektonisme ini dapat dibagi menjadi beberapa
jenis? Kita akan mengetahui apa saja jenis- jenis atau pembagian tektonisme ini. Berikut ini
merupakan pembagian dari tektonisme.

1) Gerak epirogenetik
Gerak epirogenetik merupakan gerak lapisan kerak Bumi yang relatif lambat
dan terjadi dalam waktu yang relatif lama. Gerak epirogenetik ini juga meliputi
daerah yang luas. Gerak epirogenetik ini pernah terjadi di dunia dan menimbulkan
suatu persitiwa besar, contohnya adalah tenggelamnya benua Gondwana menjadi
Sesar Hindia. Gerak epirogenetik ini dibagi menjadi dua macam, yakni epirogenetik
positif dan epirogenetik negatif. Adapun penjelasan dari macam- macam gerak
epirogenetik ini antara lain sebagai berikut:
Nama : Ayrin Isramira Mustawa
No.absen : 06
Kelas : X.2
 Epirogenetik positif
Gerak epirogenetik posotif merupakan gerak turunnya daratan (baca:
ekosistem darat) sehingga kelihatannya permukaan air laut yang bergerak
naik. Sebagai contoh adalah turunnya pulau- pulai di Indonesia bagian
timur, yakni Kepulauan Maluku Barat Daya hingga ke Pulai Banda.

 Epirogenetik negative
Jenis gerak epirogenetik yang selanjutnya adalah gerak epirogenetik
negatif. Yang dimaksud dengan gerak epirogeteik negatif ini adalah
gerak naiknya daratan sehingga akan kelihatannya permukaan air yang
menyusut. Gerak epirogenetik negatif ini merupakan lawan dari gerak
epirogenetik positif. Sebagai contoh terjadinya gerakan ini adalah
naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor.
2) Gerak orogenetik
Gerakan orogenetik ini sangat berkaitan dengan pegunungan. Adapun yang
dimaksud dengan gerak orogenetik ini adalah proses pembentukan pegunungan.
Proses gerak orogenetik ini meliputi area yang relatif sempit dan terjadi dalam waktu
yang singkat. Dari pengertian ini kita menyadari bahwasannya gerak orogenetik ini
berlawanan dengan gerak yang sebelumnya, yakni gerak epirogenetik baik dalam luas
area dan juga waktu berlangsungnya gerakan tersebut. Contoh dari gerakan
orogenetik ini misalnya adalah pembentukan pegunungan- pegunungan yang ada di
Bumi, seperti Pegunungan Andes, Pegunungan Rocky, Pegunungan Sirkum
Mediterania dan juga Pegunungan Alpen.

Gerakan orogenetik ini dapat menyebabkan tekanan horizontal dan juga


vertikal di kulit Bumi. Gerak orogenetik ini juga bisa menyebabkan terjadinya
dislokasi atau perpindahan letak lapisan kulit Bumi, seperti lipatan dan juga patahan.
Adapun penjelasan dari lipatan dan juga patahan adalah sebagai berikut:

 Lipatan (folded process)


Lipatan (fold), yaitu suatu ketampakan yang diakibatkan oleh
tekanan horizontal dan tekanan vertikal pada kulit bumi yang sifatnya
elastis. Pada lipatan, terdapat bagian yang turun dinamakan sinklinal
dan yang terangkat dinamakan antiklinal.

Ada 6 macam lipatan kulit bumi berdasarkan sumbunya, yaitu:


1. Lipatan Tegak atau Symmetric Fold
Lipatan tegak adalah lipatan yang memiliki posisi bidang
sumbu lipatan yang tegak lurus dengan bidang lipatan. Bidan
sumbu tersebut juga membagi sinklin dan anktiklin sama besar
atau simetris. Lipatan tegak dihasilkan dari kekuatan yang sama
yang mendorong dua sisi dengan seimbang. Berikur ilustrasi
gambar Lipatan Tegak atau Symmetric Fold:
2. Lipatan miring atau asymmetric fold
Lipatan miring adalah lipatan tegak yang memperoleh
tekanan secara terus-menerus sehingga bentuknya tidak lagi
tegak melainkan miring ke salah satu sisi. Lipatan miring terjadi
ketika kekuatan tenaga pendorong di salah satunya sisi lebih
kuat, maka akan menghasilkan kenampakan yang salah satu
sisinya lebih curam. Berikur ilustrasi gambar Lipatan Miring atau
Asymmetric Fold:

3. Lipatan rebah atau overtuned fold


Lipatan rebah adalah lipatan yang memiliki bentuk landai
seperti benda merebah. Penyebab terjadinya lipatan ini yaitu
karena adanya dorongan secara melintang dari satu arah. Berikur
ilustrasi gambar Lipatan Rebah atau Overtuned Fold:
4. Lipatan Sesar Sungkup atau Overthrust
Lipatan sesar sungkup merupakan kelanjutan dari lipatan
rebah yang mendapatkan tekanan secara terus menerus. Jika
lapisan tanah yang mengalami lipatan sesar sungkup tidak cukup
elastis, maka akan terjadi patahan. Berikur ilustrasi gambar
Lipatan Sesar Sungkup atau Overthrust:

5. Lipatan Menggantung
Lipatan mengantung adalah kelanjutan dari lipatan miring
yang terus mendapat dorongan. Sesuai dengan namanya, lipatan
ini mempunyai puncak yang menggantung atau bagian
puncaknya terdorong sangat tinggi sehingga bentuknya seperti
menggantung. Berikur ilustrasi gambar Lipatan Menggantung:

6. Lipatan Isoklinal atau Isoclinal Fold


Lipatan isoclinal merupakan lipatan yang memiliki bidang
sumbu yang sejajar satu dengan yang lainnya. Lipatan ini
disebabkan oleh adanya dorongan yang terjadi secara
berkelanjutan. Berikur ilustrasi gambar Lipatan Isoklinal atau
Isoclinal Fold:

 Patahan (Fault Process)


Proses patahan atau Fault Process akan terjadi ketika lempang yang
membentuk kerak Bumi bergerak dan juga saling berdekatan. Gerakan ini
akan memberi tegangan yang sangat besar sampai akhirnya memecahkan
batuan. Tempat batuan tersebut pecah dan disebut dengan patahan atau
Fault, dan alur akibat pecahnya batuan tersebut disebut dengan alur
patahan. Alur patahan yang besar ini dapat sampai ke bantuan di bawah
tanha yang dalam dan juga merentang di sepanjang benua

. Patahan ini dapat terjadi karena beberapa sebab, selain gempa Bumi,
patahan dapat terjadi karena adanya tenaga endogen yang mempunyai
arah mendatar dan juga saling menjauh satu sama lain sehingga pada
bongkahan batuan terjadi retakan- retakan dan pada akhirnya patah
membentuk bagian yang merosot (graben atau slenk) dan juga bagian
yang menonjol atau horst. Bentuk gerakan inilah yang menjadikan
patahan ini terdiri atas berbagai macam. Adapun macam- macam patahan
adalah sebagai berikut:

1. Sesarn naik dan sesar turun


Sesar naik dan sesar turun, yaitu patahan yang pada bagian
atap sesarnya bergeser turun terhadap alas sesarnya disebut
dengan sesar turun. Sementara patahan yang bagian atap sesarnya
bergerak ke atas disebut dengan sesar naik.

2. Graben dan horst


Graben dan Horst, yaitu patahan yang berbentuk jalur batuan
pada dua bidang sesar yang hampir sejajar, sempit, dan juga
panjang. Sementara patahan yang bagiannya meninggi, sehingga
muncul pada daerah di sekitarnya disebut dengan horst.

3. Sesar mendatar
Sesar mendatar, yaitu patahan berbentuk tegak lurus yang
bergeser secara horizontal, tetapi ada sedikit yang bergeser secara
vertikal.
B. Vulkanisme

N Nama Provinsi Ibu Kota Ketinggi Aktif Tidak Gambar Gunung Ket
o Gunung an Aktif
 1 Gunung Aceh Banda Aceh 4.446 M 
Leaser

 2 Gunung Aceh Banda Aceh 1.810 M 


Seulawah
Agam

3 Gunung Peuet Aceh Banda Aceh 2.785 M 


Sagoe

4 Gunung Sumatera  Medan 2.475 M 


Sinabung Utara

 5 Gunung Sumatera Medan 2.181 M 


Sibayak Utara

 
 6  Gunung Sumatera  Medan 1.982 M 
Pusuk Buhit Utara
7 Gunung Sumatera  Padang  2.598 M 
Talang Barat

 
 8 Gunung  Sumatera Padang 2.919 M 
Talakmau Barat

 9  Gunung  Sumatera  Padang  3.805 M 


Kerinci Barat

10 Gunung Jawa  Semarang 3.136 M 


Sindoro Tengah

 
11  Gunung Prau Jawa  Semarang 2.590 M 
Tengah

12  Gunung Jawa Semarang 1.726 M 


Andong Tengah

 
 1  Gunung Jawa Surabaya 2.440 M 
3 Batok Timur
14 Gunung Jawa Surabaya  2,329 M 
Bromo Timur

 1  Gunung Jawa  Surabaya 3.265 M 


2 Lawu Timur

13 Gunung  Jawa Bandung  3.078 M 


Ceremai Barat

14  Gunung Jawa  Bandung  3.018 M 


Pangrango Barat

 
15 Gunung Salak  Jawa Bandung 2.211 M 
Barat

 
 1 Gunung Djadi  Riau  Pekanbaru  1.091 M 
6

17  Gunung Daik Riau Pekanbaru  1.165 


 1  Gunung Hulu  Jambi  Jambi 2.524 M 
8 Tebo

19  Gunung Sumatera Palembang 3.173 M 


Dempo Selatan

20 Gunung Kaba  Bengkulu Bengkulu  1.983 M 

21 Gunung Patah  Bengkulu  Bengkulu  2.852 M 

 2 Gunung Lampung  Bandar  2.670 M 


2 Krakatau Lampung

23 Gunung Lampung Bandar 2.100 M 


Tanggamus Lampung

24  Gunung Kalimanta  Tanjung 2.160 M 


Hurun n Utara Selor
25  Gunung Niut Kalimanta  Pontianak 1.701 M 
n Barat

 2 Gunung Raya Kalimanta  Palangkara 2.278 M 


6 n Tengah ya

 2 Gunung Kalimanta  Banjarbaru  1.246 M 


7 Kahung n Selatan

28  Gunung Kalimanta Samarinda  1.261 M 


Beriun n Timur

 2  Gunung  Banten Serang 1.346 M 


9 Pulosari

 
 3 Gunung Daerah  Yogyakarta 2.968 M 
0 Merapi Istimewa
Yogyakart
a

31 Gunung  Sulawesi Manado  1.689 M 


Lokon Utara
Emung
 3 Gunung Sulawesi  Mamuju  3.037 M 
2 Gandang Barat
Dewata

 
33  Gunung Colo  Sulawesi  Palu 486 M 
Tengah

 
 3  Gunung Sulawesi  Kendari  2.620 M 
4 Mengkongga Tenggara

35  Gunung Sulawesi  Makassar 3.478 M   


Latimojong Selatan

 3 Gunung  Gorontal  Gorontalo 1.393 M


6 Tilongkabila o

38  Gunung  Papua Nabire 4.884 M 


Jatawijaya Tengah

 3  Gunung Papua  Monokwari 2.955 M 


9 Arfak Barat
 4 Gunung Maluku  Ambon  641 M 
0 Serua

 4  Gunung Maluku  Sofifi 1,715 M 


1 Gamalama Utara

 4 Gunung Batur Bali  Denpasar 1.731 M 


3

 4 Gunung  NTB Mataram 3.726 M 


4 Rinjani

 4 Gunung NTT Kupang 875 M 


5 Rokatenda

 4  Gunung DKI  Jakarta  3.019 M   


6 Pangrango Jakarta

47 Gunung Papua  Merauke  4.730 M 


Trikora Selatan

Nama : Ayrin Isramira Mustawa


No.absen : 06
Kelas : X.2

C. SEISME

3. Pengertian

pengertian seisme adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi. Penyebab seisme
terjadi biasanya disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi (kerak bumi). Getaran tersebut
terjadi adalah akibat dari pelepasan energi secara tiba-tiba sehingga menyebabkan gelombang
seismik. Gempa bumi atau seisme merupakan proses endogen yaitu akibat adanya pergerakan
bumi

4. Penyebab seisme

Seperti disebutkan bahwa penyebab seisme terjadi karena adanya oleh pergerakan
lempeng bumi. Hal ini bisa terjadi karena terdapat suatu tenaga yang berasal dari bumi yang
disebut dengan tenaga geologi. Secara umum, tenaga geologi ini dibagi menjadi dua macam.
Tenaga endogen dan tenaga eksogen.

Tenaga endogen adalah dinamika di dalam litosfer (kerak bumi) sebagai akibat proses
fisika dan kimia, berupa tekanan terhadap lapisan-lapisan batuan pembentuk litosfer atau
aktivitas magma. Secara umum proses endogen dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu,
tektonisme, vulkanisme, dan seisme (gempa bumi).

5. Jenis-jenis seisme

Apa itu seisme atau gempa bumi ini dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut ini jenis-jenis
seisme berdasarkan kategorinya:

1) Berdasarkan penyebabnya
 Gempa bumi runtuhan (Fall Earthquake): Gempa yang terjadi akibat
runtuhnya batu-batu raksasa di sisi gunung,atau akibat runtuhnya gua-gua
besar. Radius getaran tidak begitu besar atau tidak terasa.
 Gempa bumi vulkanik (Volcanic Earthquake): Gempa yang terjadi akibat
aktivitas gunung api. Dalam banyak peristiwa,gempa bumi ini
mendahului erupsi gunung api, tetapi lebih sering terjadi secara
bersamaan. Getaran gempa vulkanik lebih terasa dibandingkan getaran
gempa runtuhan, getarannya terasa di daerah yang lebih luas.
 Gempa bumi tektonik (Tectonic Earthquake): Gempa yang terjadi akibat
proses tektonik di dalam litosfer yang berupa pergeseran lapisan batuan
tua terjadi dislokasi. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar dan
meliputi daerah yang sangat luas.

2) Berdasarkan bentuk episentrum

 Gempa linear: Gempa yang episentrumnya berbentuk garis. Gempa tektonik


merupakan gempa linear. Salah satu akibat tektonisme adalah patahan.
 Gempa sentral: Gempa yang episentrumnya berupa titik. Gunung api pada
erupsi sentral adalah sebuah titik letusan, demikian juga runtuhan

3) Berdasarkan kedalaman episentrum

 Gempa dangkal: Gempa yang memiliki kedalaman hiposentrumnya kurang


dari 100 km di bawah permukaan bumi.
 Gempa menengah: Gempa yang memiliki kedalaman hiposentrumnya antara
100 km-300 km di bawah permukaan bumi.
 Gempa dalam: Gempa yang memiliki kedalaman hiposentrumnya antara
300700 km di bawah permukaan bumi. Sampai saat ini tercatat gempa
terdalam 700 km.

4) Berdasarkan jarak episentrum


 Gempa setempat: Gempa yang berjarak kurang dari 10.000 km.
 Gempa jauh: Gempa yang berjarak 10.000 km.
 Gempa jauh sekali: Gempa yang berjarak lebih dari 10.000 km.

5) Berdasarkan pusat gempanya


 Gempa laut: Gempa yang terjadi jika letak episentrumnya terletak di dasar
laut atau dapat pula dikatakan episentrumnya terletak di permukaan laut.
Gempa ini terjadi karena getaran permukaan dirambatkan di permukaan laut
bersamaan dengan yang dirambatkan pada permukaan bumi di dasar laut.
 Gempa darat: Gempa yang terjadi jika episentrumnya berada di daratan
(mengenal Skala Richter (SR) dan perbedaannya dari MMI)

Mengutip United States Geological Survey (USGS), Skala  Richter (SR)  merupakan istilah


yang kebanyakan orang pernah dengar sebagai salah satu alat pengukur gempa bumi.  Tapi dalam
praktiknya Skala Richter saat ini tak umum digunakan lagi, kecuali untuk mengukur gempa bumi
kecil yang tercatat secara lokal.

Adapun berdasarkan KBBI, Skala Richter adalah skala yang digunakan untuk memperlihatkan


besarnya kekuatan gempa. Sementara Skala Mercalli mengukur intensitas gempa berdasarkan dampak
yang ditimbulkannya.
D. 15 JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA

1) Tanah litosol

Tanah litosol adalah jenis tanah yang baru mengalami perkembangan dan masih baru.
Jenis tanah ini terbentuk dari perubahan iklim, topografi dan adanya vulkanisme. Untuk
mengembangkan tanah ini diperlukan penanaman pohon agar mendapat mineral dan unsur
hara yang cukup. Tekstur tanah litosol ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir. Biasanya
salah satu dari jenis-jenis tanah ini bisa ditemui pada daerah dengan tingkat kecuraman tinggi.

2) Tanah alluvial

Salah satu dari jenis-jenis tanah yang umum ditemui yaitu tanah alluvial. Jenis tanah
ini muncul akibat endapan lumpur yang terbawa aliran sungai. Tanah bisa ditemui di bagian
hilir karena dibawa dari hulu. Warna tanah ini biasanya cokelat hingga abu-abu. Tanah ini
sangat cocok bagi pertanian seperti padi, jagung, tembakau dan jenis tanaman lainnya. Hal
tersebut karena tekstur tanahnya lembut dan mudah diolah, sehingga tidak butuh kerja keras
untuk mencangkulnya. Di Indonesia sendiri, jenis tanah ini tersebar hampir dari Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Sulawesi, hingga Papua.
3) Tanah andosol

Jenis tanah andosol adalah salah satu jenis tanah vulkanik yang terbentuk karena
proses vulkanisme gunung berapi. Salah satu jenis tanah ini sangat subur dan cocok untuk
tanaman. Warna tanah andosol cokelat cenderung abu. Jenis tanah ini sangat kaya mineral,
unsur hara, air, serta mineral. Itulah mengapa jenis tanah ini sangat baik untuk tanaman. Tapi
memang, secara persebaran, tanah ini hanya terdapat di daerah yang dekat dengan gunung
berapi, seperti daerah Jawa, Bali, Sumatera, dan Nusa Tenggara.

4) Tanah entisol

Jenis tanah ini adalah saudara dari tanah andosol, tapi berasal dari pelapukan material
yang dikeluarkan letusan gunung berapi, seperti debu, pasir, lahar, dan lapili. Karakter tanah
ini sangat subur. Namun, jenis tanah ini masih sangat muda dan bisa ditemukan tidak jauh
dari area gunung berapi. Untuk persebarannya sendiri, tanah ini bisa ditemukan di daerah
yang memiliki gunung berapi.

5) Tanah humus
Kemudian, jenis tanah humus yang terbentuk dari pelapukan tumbuhan. Tanah ini
sangat banyak mengandung unsur hara dan mineral serta sangat subur. Itulah mengapa, jenis
tanah ini sangat baik digunakan cocok tanam karena kandungannya sangat subur dan baik
untuk tanaman. Tanah humus punya berbagai unsur hara dan mineral yang bersumber dari
pelapukkan tumbuhan hingga warnanya cenderung kehitaman. Tanah ini bisa dengan mudah
ditemui di daerah yang banyak hutan, seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua, dan
beberapa wilayah di Sulawesi.

6) Tanah grumusol

Tanah grumusol dibentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Tanah ini
memiliki kandungan organik yang rendah, karena banyak unsur batuan kapur. Itulah mengapa
tanah ini tidak subur dan kurang cocok sebagai lokas tanam. Dilihat dari karakter tanahnya,
cenderung kering dan mudah pecah terutama, terutama saat musim kemarau serta punya
warna hitam. Ph tanah ini netral hingga alkalis. Kemudian, tanah ini biasanya ada di
permukaan yang tidak lebih dari 300 meter dari permukaan laut dan punya bentuk topografi
datar hingga bergelombang.

Tanah ini tersebar di daerah Jawa Tengah (Demak, Jepara, Pati, Rembang), Jawa
Timur (Ngawi, Madiun), serta Nusa Tenggara Timur. Dikarenakan tanah ini punya tekstur
yang kering, maka akan sangat bagus jika ditanami vegetasi kuat seperti kayu jati.
7) Tanah iceptisol

jenis tanah ini terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf. Jenis tanah ini bisa
menjadi dasar dalam pembentukan hutan yang asri. Karakter tanah ini yaitu adanya horizon
kambik. Horizon ini kurang dari 25% dari horizon selanjutnya, dan hal tersebut yang
menjadikan sangat unik. Lokasi dengan tanah jenis ini cocok sebagai perkebunan kelapa sawit
atau karet. Jenis tanah ini tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, dan juga Papua.

8) Tanah latosol

jenis tanah ini terbentuk dari batuan sedimen atau metamorf. Jenis tanah ini bisa
menjadi dasar dalam pembentukan hutan yang asri. Karakter tanah ini yaitu adanya horizon
kambik. Horizon ini kurang dari 25% dari horizon selanjutnya, dan hal tersebut yang
menjadikan sangat unik. Lokasi dengan tanah jenis ini cocok sebagai perkebunan kelapa sawit
atau karet. Jenis tanah ini tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, dan juga Papua.
9) Tanah kapur

Tanah kapur memang berasal dari batuan kapur yang mengalami pelapukan. Dengan
begitu, tanah kapur sudah bisa disimpulkan jika memang tidak subur dan perlu dihindari
untuk jenis tanaman yang butuh banyak air. Salah satu dari jenis-jenis tanah ini lebih cocok
ditanami pohon jati dan jenis pohon keras lainnya. Jenis tanah kapur banyak tersebar di
daerah Gunung Kidul Yogyakarta serta di daerah pegunungan kapur yang ada di Jawa
Tengah, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

10) Tanah laterit

Jenis-jenis tanah selanjutnya yaitu tanah laterit. Jenis tanah bewarna merah bata ini
mengandung banyak zat besi dan alumunium. Di Indonesia, tanah ini cukup fimiliar di
berbagai daerah, terutama daerah desa dan perkampungan. Tanah laterit termasuk dalam jenis
tanah yang sudah berusia cukup tua, sehingga tidak cocok ditanami tumbuhan apapun. Selain
itu kandungan yang ada di dalam tanah ini juga tidak cocok bagi tanaman. Tanah ini mudah
ditemui di Kalimantan, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
11) Tanah podsol

Di dalam tanah podsol, terdapat berbagai campuran tekstur mulai dari pasir hingga
bebatuan kecil. Karakter tanah podsol antara lain tidak punya perkembangan profil, warnanya
kuning dan punya tekstur pasir hingga lempung.Kandungan organic pada jenis tanah ini
sangat rendah, sebab terbentuk dari curah hujan tinggi namun suhunya rendah. Biasanya jenis
tanah ini ada di Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan juga Papua. Namun bisa juga ditemui
di daerah lain yang selalu basah sepanjang tahun.

12) Tanah organosol

Tanah organosol dibentuk dari pelapukan benda organik seperti tumbuhan, gambut
serta rawa. Biasanya tanah ini ada di iklim basah dan punya curah hujan tinggi. Ketebalan
tanah ini rata-rata hanya 0.5 mm dan punya diferensiasi horizon yang jelas. Selain itu,
kandungan organik di dalam tanah organosol lebih dari 30% pada tanah yang teksturnya
lempung, dan 20% pada tanah yang berpasir. Kandungan unsur hara tanah ini rendah dan
punya tingkat kelembapan rendah (Ph 0,4) saja. Untuk menemui jenis tanah ini, biasanya bisa
ditemui di daerah pantai hampir di seluruh Indonesia.
13) Tanah mergel

Jenis tanah ini juga berasal dari kapur. Tapi dicampur dengan bahan lain dan
bentuknya lebih mirip pasir. Tanah mergel dibentuk dari batuan kapur, pasir, serta tanah liat.
Kemudian mengalami pembentukan dengan bantuan hujan tapi tidak merata. Jenis tanah ini
cukup subur dan bisa ditanami beberapa jenis tanaman. Selain itu ada banyak mineral dan air
di dalamnya. Biasanya tanah ini banyak terdapat di daerah dataran rendah, seperti Solo,
Madiun, dan Kediri.

14) Tanah oxisol

Tanah oxisol adalah jenis tanah yang kaya zat besi dan alumunium oksida. Tanah
jenis ini sering ditemui di daerah tropis dari desa hingga perkotaan. Karakter dari tanah ini
antara lain memiliki solum yang dangkal dan ketebalannya kurang dari 1 meter. Warna tanah
ini cenderung merah kekuningan dan punya tekstur halus seperti tanah liat. Tanah ini juga
cocok dijadikan lahan perkebunan seperti tebu, nanas, pisang dan tumbuhan lainnya.
15) Tanah liat

Tanah ini terdiri dari campuran aluminium serta silikat yang punya diameter tidak
lebih dari 4 mikrometer. Tanah liat dibentuk dari proses pelapukan batuan silika yang
dilakukan asam karbonat dan sebagian diantaranya berasal dari aktivitas panas bumi. Jenis
tanah ini tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia dan biasa digunakan untuk kerajinan.
4. Khusus materi atmosfer (Awan) (Awan Tinggi, Awan Menengah, Awan Rendah) tempel dengan
rapi di buku catatan.

1. Awan Menengah terdiri dari

Altocumulus

Altostratus

2. Awan Tinggi terdiri dari

Cirrus
Cirrocumulus

Cirrostratus

3. Awan Rendah terdiri dari

Cumulus
Stratus

Nimbrostratus

Anda mungkin juga menyukai