Anda di halaman 1dari 2

Tugas Bahasa Indonesia

Nama: Fakhriy Rosydin Hariyanto (03)

MENCARI TEKS ULASAN


TERSENYUM PADA GEMPA
(NOVEL)
1.Identitas Buku dan Sinopsis
IDENTITAS Buku
Judul : TERSENYUM PADA GEMPA
Pengarang : Wahyuningsih Lestari S.pd
Penerbit : Teguh Karya
Tahun Penerbit : Juni 2007 (cetakan pertama)
Tebal halaman : 58 halaman

KUKUH BAKUH
Br... Tapi... Byur.... byur..., byur.... Tetap kusiramkan gayung demi gayung air ke tubuhku yang
gemetaran menahan dingin. Kembali kusiram tubuhku dengan air yang meski dingin tapi
mampu membuat segar tubuhku. berbalut handuk, aku keluar dari kamar mandi melewati
dapur. "Hmm, sedap, aku tahu, pasti nasi goreng. gorengan, ibu menoleh seraya tersenyum
mengangguk. "Uhuil, istimewa kan, Bu? komplit, ya. "Eh, sudah sana. "Ha ha ha...." Aku
tertawa sambil berlonjak lari meninggalkan dapur menuju kamarku. Belum sempat tanganku
menarik selimut Reta, adikku. "Marga..., cepat keluar rumah! Aku sudah berada di halaman
rumahku ketika ku dengar teriakan dan jeritan panik dari orang-orang di sekelilingku berbaur
jadi satu. Kukuh bakuh kukuh bakuh kukuh bakuh. Gempa gempa gempa... Brukkkk tembok
depan rumahku roboh. "Ayahhhhh... !!!" Segera kuayunkan kakiku berlari mengejar ayahku
yang tengah masuk ke rumah untuk membangunkan Reta. "Tenang, Marga. yang juga
sempoyongan sepertiku. Bruk.... Rumah pamanku juga temboknya roboh. Bruk.... Masjid di
depan rumahku juga roboh. Bruk.... Rumah tetanggaku juga sama. "Ibuuu..., ayaaaah...,
Retaaaa.....," aku menjerit meronta dalam cengkeraman tangan pamanku. Tubuhku limbung
ke tanah bersamaan dengan tenang- nya bumi yang tadi berguncang hebat. Kutatap orang-
orang yang pucat pasi di sekelilingku. Rumahku sudah tidak berbentuk lagi. miring, bahkan
ambruk. sejadinya. Hanya Om Hari yang tetap memelukku erat. "Ret..., Ret...., Ret..ta....,"
suara terputus-putus itu terdengar lemah dari bagian rumahku yang ambruk. Aku berlari
menghampiri suara itu. "Om Hari..., tolong cari Reta dan ibunya. "Tenang saja, Mas. Aku
mengangguk. Takut. Om Hari dan istrinya dengan hati-hati menyisir rumahku yang sudah
hancur itu. "Tidakkkkk....., Hanif..., bangun, Nak! Degg...., jantungku seolah meloncat dari
tempatnya. "Marga, ke sini sebentar!" Aku segera berlari menghampiri paman dan bibiku
yang berada di bagian belakang rumahku. Kutubruk tubuh ibuku yang kepalanya basah oleh
cairan merah segar. "Tidaaaak....., Ibuuuu......" tangisku melolong tinggi. Segera aku berlari
mencari sumber suara ayah. "Tidakkkkkkkkkkk......, semua ini hanya mimpi, kan?" teriakku
keras seiring dengan suramnya pandangan mataku. Gelap. Dan tak terasa, tubuhku pun
luruh, lemas, terkulai lemas di samping ayahku. Aku pun tidak ingat apa-apa lagi. Aku
pingsan dengan membawa harap, semoga itu semua. hanyalah bunga tidurku yang akan
segera berakhir keesokan harinya.

Anda mungkin juga menyukai