Anda di halaman 1dari 8

LAUTAN BERNYANYI

KARYA PUTU WIJAYA

ADEGAN SATU
Pada sebuah malam yang suram, terdengar suara ombak serta desau angin yang misterius.
Kapten leo berdiri di atas geladak menghisap cerutu memandang ke tengah laut. Sebelah
tangannya memeluk sepucuk senapan. Ia memakai topi wol bundar. Jaket dan sweater yang
membalut sampai pucuk leher. Tubuhnya besar dan mukanya ditumbuhi cambang serta
kumis lebat
Beberapa lama kemudian suara melempar cerutunya dengan tiba-tiba, sebab ia mendengar
kembali suara yang sejak seminggu itu mengganggu pikirannya. Suara aneh yang tak jelas
sumbernya. Kapten leo mengangkat senjatanya. Tapi ketika hendak membidiknya, serentak
suara itu hilang.
Ditunggunya lagi sampai beberapa saat, tapi suara itu tak terdengar lagi, dengan kecewa
kapten leo kembali ke tempatnya semula, merogoh saku, mengeluarkan cerutu lagi. Tapi
belum sampai cerutu itu dinyalakan, tiba-tiba kedengaran pula suara itu. Cepat ia
mengangkat senapan, menembak beberapa kali ke tengah laut.
Suara itu lenyap lagi. Kapten memperhatikan akibat tembakannya dengan sungguh-sungguh.
Ia berdiri di sana, memusatkan perhatiannya. Siap menembak lagi kalau suara itu
kedengaran pula.
Dari perut kapal, muncul Comol; juru masak kapal. Membawa lentera. Tubuhnya pendek
kekar serta punggungnya bongkok. Gerakannya lambat serta mukanya campuran ke
kanakan, ketololan, kekasaran yang terpendam. Rambutnya agak panjang dan kasar. Ia
memakai baju kaos loreng dan ikat pinggang lebar. Di atas kaos itu ia memakai juga jaket
coklat yang terlalu besar untuknya. Di pinggangnya terselip pisau dan sekerat tulang ikan
yang sedang dibuat pipa. Ia memakai juga beberapa cincin tulang dan kalung kerang kecil-
kecil yang bisaa dijual untuk anak-anak. Juru masak itu memperhatikan kaptennya.
COMOL
Apa yang Kapten lihat?
(Dengan lentera, Comol memeriksa keadaan kapal. Menggumam sendiri)
Tidak ada harapan, sudah tiga kali mereka mencoba menarik kita. Dua kali kawatnya putus,
yang satu lagi mereka lepaskan karena putus asa. Ini memang diluar dugaan. Sekarang
mereka mulai bercerita tentang dewa lautan yang menakutkan itu. Bahkan pelaut-pelaut itu
mulai jarang menengok kita lagi. Mereka sudah termakan cerita para nelayan
(Kemudian ia memungut biji-biji catur yang terserak di bawah)
Bahkan tak seorang pun lagi yang memperebutkan kuda atau benteng atau perdana menteri,
seperti bisaa yang mereka lakukan untuk menghabiskan malam-malam yang panjang di
tengah lautan. Sayur ketimun dan telor mata sapi, kopi atau susu panas tak ada yang mau
menyentuhnya lagi. Aku tak pernah merasa bingung seperti ini, tak ada perkerjaan yang
berarti yang bisa menyibukan lagi
(Diletakkannya lentera, kemudian mengatur biji catur di atas papannya)
Kapten, mari iseng kita main catur. Sudah lama saya tak main catur, saya ingin menebus
kekalahan saya dulu, ketika kita bermalam di teluk Jakarta. Kapten hanya kehilangan empat
biji pion, sebuah kuda dan sebuah benteng. Tetapi sekarang Kapten juga akan kehilangan
kemenangan dan tidak bisa membujuk perdana menteri saya dalam perangkap.
( Memperhatikan Kapten )
Tetapi sebaiknya Kapten makan malam dulu, telor mata sapi tidak enak kalau dingin. Sudah
berapa kali saya hangatkan sop, tapi Kapten belum juga mau makan. Terus terang saya jadi
kuatir atas kesehatan Kapten minggu-minggu terakhir ini. Sudah dua bulan kita kandas, tetapi
selama itu baik-baik saja yang terjadi. Kecuali kapal penarik yang mereka janjikan belum
juga datang, mereka sudah lupa atau sudah jenuh mengurus kita. Ah, apa sebenarnya yang
saya pikirkan?
Jangan kuatir Kapten, saya akan tetap menemani Kapten di sini, meskipun dewa lautan itu
tidak mengehndakinya. Saya tidak akan mau meninggalkan Kapten, meskipun Panieka atau
salah satu dari pelaut itu membujuk saya dnegan anjing kintamani. Itu Cuma tipuan bukan,
Kapten? Supaya saya mau ikut mereka. Dan mereka dapat mengolok-olok saya sepuasnya.
Ya, saya mengetahuinya, saya tidak suka lagi pada anjing. Herder atau Kintamani sekalipun,
saya lebih suka benda-benda yang mempunyai guna-guna seperti kata dukun di pantai itu
(Teringat sesuatu)
Ya, Kapten. Sebetulnya saya ingin mengajukan beberapa permintaan kalau Kapten sudah
makan malam. Setujukah Kapten kalau saya memelihara benda-benda itu di kapal? Sangat
ajaib dan bagus sekali. Tetapi saya tidak mau menunjuk sebelum saya pasti disetujui Kapten
KEMUDIAN IA BERSENANDUNG LAGU YANG DIPELAJARINYA DI PANTAI
KAPTEN (Tiba-tiba suara gemetar)
Mol!
COMOL
Ya Kapten!?
KAPTEN
Perhatikan apa yang bergerak di selatan itu
COMOL
Apa Kapten?
KAPTEN
Lihat
COMOL
Mana Kapten? (Mengangkat lentera)
KAPTEN
Apa itu?
COMOL (Setelah mengamati)
seperti kabut, Kapten
KAPTEN
Perhatikan baik-baik! Kau tak melihat sesuatu di balik kabut itu?
Comol berdiri di atas peti, mengangkat lenteranya tinggi-tinggi. Memperhatikan laut
COMOL
Saya tidak melihat apa-apa, Kapten. hanya kabut seperti bisaa. Kapten melihat apa?
KAPTEN
Perhatikan dengan teliti. Sekarang dia bergerak ke timur. Lihat sekarang, maju pelan-
perlahan-lahan. lihat itu, dia bertambah tinggi, tinggi dan besar sekali!
COMOL (Heran dan tolol)
Ajaib, saya tidak melihat apa-apa, Kapten!
KAPTEN
Dia meluncur di permukaan laut dengan tenang. Sekarang dia mendekati kita
COMOL
Mana Kapten? Tidak ada apa-apa! Saya hanya melihat kabut bergulung Kapten
KAPTEN
Dia mengancam kita, dia hendak membunuh kita. Tidak!
Kapten leo membidikan senapannya ke arah laut
COMOL (Berteriak)
Jangan menembak, Kapten! Jangan menembak. Siapa tahu ada nelayan di dekat sini.
(Comol melompat turun mendekati Kapten Leo)
Nanti kita dituduh membunuh orang. Kapten…Kapten!
KAPTEN (Geram)
Aneh! Dia menghilang. Setiap bedil-bedil ini kuacungkan, dia pasti lenyap
COMOL
Jangan sembarangan menembak, Kapten. Berbahaya. Lagipula saya tidak melihat apa-apa
Kapten. Barangkali ikan paus atau gurita!?
(Kapten mengeluarkan lagi sebuah cerutu, menyalakannya dan tegak lagi ke tempat semula)
Seperti kata Bayu Sanur. “Tidak semua orang bisa melihatnya” Entahlah mana yang lebih
baik, orang-orang yang melihat atau yang tidak melihat? Tak tahulah saya
KAPTEN
Suatu saat, aku pasti berhasil menembaknya
COMOL
Apa yang Kapten tembak?
KAPTEN
Kau lihat sendiri nanti
COMOL
Seekor binatang raksasa? Ikan paus atau gurita?
KAPTEN
Entahlah
COMOL
Atau dewa laut itu!?
KAPTEN (Menyentak)
Apa!?
COMOL
Di sekitar sini banyak nelayan berkeliaran. Hati-hati Kapten, jangan sembarangan menembak
KAPTEN
Aku tidak bisa lama-lama dipermainkannya. Satu saat aku akan menang. Aku biarkan dulu ia
sampai mempermainkan kita, menganggap aku tolol sehingga ketika ia lengah, aku akan
memukulnya
COMOL
Pantai ini memang dahsyat Kapten. Malah orang-orang bilang sangat angker. Dengarlah
suara ombak dan lolong anjing itu, ajaib sekali kendengarannya. baru sekali ini saya ngeri
mendengar suara angina. kabut-kabut yang aneh. Lihatlah, saya juga sering memikirkan
alangkah suramnya pantai itu setiap malam, padahal kalai suang saya tahu sekali banyak yang
suka mandi.
KAPTEN
Mol…..
COMOL
Ya, Kapten?
KAPTEN
Kau masih ingat, malam-malam ketika kapal kita tandas?
COMOL
Ya, tentu saja aku ingat
KAPTEN
Sebelum tidur, aku memperhatikan cuaca dan berpikir tentang Maluku yang sudah lama
sekali kutinggalkan. Aku ingat pada Andre dan Alek, juga pada Rita yang mungkin sekarang
sudah beranak, karena tak sabar lagi. Sudah hampir lupa aku apa yang dipesannya dulu. Aku
teringat pula Makasar dan beberapa kenalan Timor
COMOL
Dan saya teringat pada Semarang saya Kapten. Ah, menyenangkan btul segala yang hilang
itu. Waktu itu semuanya masih baik Kapten, tidak seperti sekarang ini
KAPTEN
Langit cerah dan laut sangat tenang seperti bayi sedang tidur. Aku tidur nyenyak sekali,
bahkan aku bermimpi ketemu nenek dan saudaraku yang telah mati di laut selatan. Siapa
yang bisa menduga kalau esok paginya kita mendapati kapal kita telah kandas
COMOL
Kapten lupa, bukankah malam itu saya mendapati seekor camar laut mati dekat buritan? Itu
suatu firasat, Kapten. Sudah saya katakan malam itu juga bukan? Hanya Kapten tidak mau
mendengar. Malah esok harinya saya yang pertama kali mengetahuinya. Mualim itu bohong
besar, saya hendak turun ke darat emncari air dan sayur sebab persediaan kita sudah habis.
Saya terkejut sekali menuju barat laut. Mula-mula saya tak percaya, kemudian saya
bangunkan juru mudi, tetapi dia memaki-maki saya. Disumpahinya saya dengan si
bongkoknya.
Kemudian saya berhasil membangunkan mualin, saya bujuk dia untuk bangun, dia juga
sangat terkejut. Kemudian saya sampaikan itu semua pada Kapten. Mulanya Kapten tidak
percaya kan, tapi ketika para kru itu berteriak-teriak, Kapten keluar dan kapal kita telah
menyimpang ke sebelah utara pantai, tiga puluh derajat hampir lima kilo jauhnya. Dulu kita
berada tepat di depan rumah pelukis Le Mayeur dan perkampungan nelayan. Sekarang
lihatlah.
KAPTEN
Aku sumpahi mereka semua. kupukul Panieka dan Abu sampai berdarah mulutnya, sebab ia
yang dapat giliran jaga malam itu. Tuak dan tarian kera itu seudah membuatnya tidur
sepanjang malam. Arus yang tiba-tiba sudah menyeret Harimau laut tanpa ada yang tahu.
memalukan sekali buat seorang Kapten yang sudah banyak kegetiran seperti aku
COMOL
Tetapi Kapten terlalu tergesa-gesa memukulnya
KAPTEN
Benar. Karena aku juga ikut tertidur. mestinya aku tak membiarkan dia mendapat giliran
dalam keadaan mabuk seperti itu. Tapi aku tak menyesal. Sudah lama aku ingin memukulnya,
sejak dia membawa minuman keras ke kapal….
COMOL
Kapten, Saya kira bukan kesalahan Panieka saja dengan Abu, juga bukan kesalahan Kapten.
Tetapi kesalahan kita semua. Barangkali benar apa yang dikatakan nelayan-nelayan itu,
pantai ini berbahaya bagi kapal karena banyak setannya
KAPTEN (Mengejek)
Kau percaya apa yang mereka katakan?
COMOL
Tentang setan-setan itu, Kapten?
KAPTEN
Ya! Setan atau Leak atau apa lagi
COMOL
Entahlah, Kapten. Kapten sendiri bagaimana? O, tetapi apa yang mereka ceritakan selalu
menarik, Kapten. Tahukah Kapten, apa yang menyebabkan anak-anak itu tidak pernah lagi
datang kemari? Cerita-cerita merekalah yang menjadi penyebab
KAPTEN
Aku tidak peduli mereka datang kemari atau memburu sundal-sundal di pantai. Aku tidak
membutuhkan mereka. kalau bisa, aku ingin berlayar lagi dan akan mencari anak buah yang
setia dan cakap
COMOL
Mereka sebenarnya sangat cinta pada Kapten
KAPTEN
Hmmm….Cinta, kalau aku bisa menyumbat mulut mereka dengan uang untuk membayar
kesenangan mereka di tiap pelabuhan. Aku tidak membutuhkan anak buah yang
menyembahkan ketika aku sedang senang. Aku membutuhkan musuh kalau aku sedang
senang, bukan cinta. Sekaranglah aku membutuhkan cinta, tetapi mereka tidak memilikinya
COMOL
Ah, mereka sangat hormat dan segan pada Kapten
KAPTEN
Katakan pada mereka auks angat terharu kalau mereka masih segan dan hormat padaku. Tapi
aku tidak memerlukan keseganan dan kehormatan dari mulut yang mabuk
COMOL
Tidak semua dari mereka jahat, Kapten. Ada satu, dua yang memang tidak bisa diperbaiki
lagi. Ya, saya juga membencinya. Mereka menipu orang Sanur yang tolol karena jujur itu dan
membuat kerusuhan di pasar Bonggol. Tetapi anak-anak yang lain seperti Rubi, Adenan,
Dangin bahkan Panieka yang mula-mula mendendam karena Kapten pukul itu, sekarang
setelah melihat betapa teguhnya Kapten mempertahankan kapal harimau laut, mereka
bertambah cinta dan hormat. Kapten jangan menyia-nyiakan waktu mencurigai orang-orang
baik
KAPTEN
Sekarang aku dapat ilham
COMOL
Apa Kapten?
KAPTEN
Tak sampai berapa hari lagi, kau akan menjadi ikan cucut seperti mereka
COMOL
O, tidak Kapten. Bukan begitu maksud saya
KAPTEN
Ya, maskudmu memang bukan begitu. Tapi aku tidak peduli dengan maksud-maksud orang.
Aku melihat pada perbuatan apa yang kau perbuat. Itulah yang kumaksudkan. Itu sebabnya
kau sering turun ke darat?
COMOL
Bukan, Kapten. Saya turun ke darat bukan untuk menjumpai mereka. Kapten tahu sendiri,
kita selalu membutukan air dan makanan yang segar
KAPTEN
Bodoh sekali kalau aku tidak tahu
COMOL
Tahu apa Kapten?
KAPTEN
Tong air itu sengaja kau biarkan bocor, supaya airnya cepat habis. Alasan kuat sekali untuk
mengadakan dalih turun ke pantai
COMOL
Bocor? Ajaib sekali. Saya tidak tahu kalau tong itu bocor. Saya kurang percaya. Tapi baiklah
akan saya periksa sekarang, mungkin benar juga (mengambil lentera) Kalau benar tong air ini
bocor, saya harus cepat menambalnya dengan sabun. Saya sudah bosan bolak-balik ke pantai
untuk ambil air saja
Dengan lenteranya, comol masuk lagi ke perut kapal.

Anda mungkin juga menyukai