INDONESIA
Disusun Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS LAMPUNG
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan laporan yang berjudul “Gerakan
DI/TII di Indonesia” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengasuh yang telah
memberikan kesempatan untuk menyusuna karya ilmiah ini. Rasa terima kasih juga
hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga karya ilmiah ini
bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa juga ucapan terima kasih
kepada Bapak Susilo, S.Pd.,M.Pd. sebagai dosen pengasuh kami untuk mata kuliah
Pancasila yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengeksplorasi
materi ini.
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR PUSTAKA 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
BAB 2 PEMBAHASAN 6
BAB 3 PENUTUP 15
3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 16
REFERENSI 17
LAMPIRAN 18
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai ideologi bangsa, harus dipertahankan dan dibela karena dasarnya
merupakan harta terbesar yang dimiliki bangsa ini. Ideologi sebagai pandangan hidup
bangsa menjadi sebuah pegangan untuk melaksanakan sistem dan program
ketatanegaraan dan pemerintahan. Mengingat betapa pentingnya Pancasila bagi
kemajuan dan kestabilan bangsa ini, diperlukan sebuah upaya dari pemerintah untuk
mempertahankan nilai-nilainya dari zaman ke zaman.Namun, kenyataanya, masih
banyak pihak-pihak atau yang bisa dikatakan oknum yang ingin mengubah Pancasila
yang sakti dengan sistem ideologi lain dan tentunya hal seperti ini harus dibasmi dan
dicegah demi masa yang akan datang.
Salah satu bentuk pemberontakan yang pernah terjadi untuk mengubah nilai-nilai
Pancasila dengan lainnya adalah Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Pihak-pihak
yang terlibat dengan pemberontakan tersebut pada dasarnya berniat merubah
Pancasila dengan sistem ideologi negara Islam atau khilafah. Tentu hal ini akan
menjadikan negara Indonesia bukan lagi sebagai negara yang plural, melainkan
menjadi negara yang hanya bersifat satu golongan, yaitu Islam. Bentuk seperti ini
bertentangan dengan nilai-nilai kebhinekaan Indonesia yang telah terbentuk dari
zaman dahulu. Oleh karena itu, bentuk pengkhianatan seperti ini harus dibasmi dan
ditindak tegas pelaku yang terlibat.
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
kualitatif. Kualitatif sendiri adalah bentuk pendekatan dalam penulisan yang
menekankan pada bentuk yang bersifat deskriptif, yaitu penjelasan secara rinci
melalui analisis dan deskripsi suatu permasalahan dan kasus. Untuk pengambilan
sumber data, dilakukan metode secara tinjauan pustaka menggunakan referensi-
referensi daring dan wawancara langsung terstruktur dengan daftar pertanyaan yang
telah disusun terlebih dahulu.
PEMBAHASAN
Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah
Negara yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam
proklamasinya tertulis bahwa “Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia
adalah Hukum Islam” atau lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis
bahwa “Negara Berdasarkan Islam” dan “Hukum tertinggi adalah Al Qur’an dan
Hadist”. Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) menyatakan dengan tegas bahwa
kewajiban Negara untuk membuat undang-undang berdasarkan syari’at Islam, dan
menolak keras terhadap ideologi selain Al Qur’an dan Hadist, atau yang sering
mereka sebut dengan hukum kafir.
Saat pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok DI/TII ini dengan leluasa
melakukan gerakannya dengan merusak dan membakar rumah penduduk,
membongkar jalan kereta api, serta menyiksa dan merampas harta benda yang
dimiliki oleh penduduk di daerah tersebut. Namun, setelah pasukan Siliwangi
menjadwalkan untuk kembali ke Jawa Barat, kelompok DI/TII tersebut harus
berhadapan dengan pasukan Siliwangi.
Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup lama di
karenakan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Tempat tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah pegunungan yang sangat
mendukung organisasi DI/TII untuk bergerilya.
2. Pasukan Sekarmadji dapat bergerak dengan leluasa di lingkungan penduduk.
3. Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di antaranya
pemilik perkebunan, dan para pendukung Negara pasundan.
4. Suasana Politik yang tidak konsisten, serta prilaku beberapa golongan partai
politik yang telah mempersulit usaha untuk pemulihan keamanan.
Selain di Jawa Barat, pasukan DI/TII ini juga muncul di Jawa Tengah semenjak
adanya Majelis Islam yang di pimpin oleh seseorang bernama Amir Fatah. Amir
Fatah adalah seorang komandan Laskar Hizbullah yang berdiri pada tahun 1946,
menggabungkan diri dengan pasukan TNI Battalion 52, dan bertempat tinggal di
Berebes, Tegal. Amir ini mempunyai pengikut yang jumlahnya cukup banyak, dan
cara Amir mendapatkan para pasukan tersebut, yaitu. Dengan cara menggabungkan
para laskar untuk masuk ke dalam anggota TNI. Setelah Amir Fatah mendapatkan
pengikut yang banyak, maka pada tangal 23 Agustus 1949 ia memproklamasikan
bahwa organisasi Darul Islam (DI) berdiri di desa pesangrahan, Tegal. Dan setelah
proklamasi tersebut di laksanakan, Amir Fatah pun menyatakan bahwa gerakan DI
Di Kebumen juga terdapat sebuah organisasi bernama Angkatan Umat Islam (AUI)
yang di dirikan oleh seorang kyai bernama Mohammad Mahfud Abdurrahman.
Organisasi tersebut juga bermaksud untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII)
dan bersekutu dengan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Sebenarnya, gerakan ini
sudah di desak oleh pasukan TNI. Akan tetapi, pada tahun 1952, organisasi ini
bangkit kembali dan menjadi lebih kuat setelah terjadinya pemberontakan Battalion
423 dan 426 di Magelang dan Kudus. Upaya untuk menumpas pemberontakan
tersebut, pemerintah membentuk sebuah pasukan baru yang di beri nama Banteng
Raiders dengan organisasinya yang di sebut Gerakan Banteng Negara (GBN). Pada
tahun 1954 di lakukan sebuah operasi yang di sebut Operasi Guntur untuk
menghancurkan kelompok DI/TII tersebut.
Pada bulan Oktober 1950 terjadi sebuah pemberontakan Kesatuan Rakyat yang
Tertindas (KRyT) yang di pimpin oleh seorang mantan letnan dua TNI bernama Ibnu
Hajar. Dia bersama kelompok KRyT menyatakan bahwa dirinya adalah bagian dari
organisasi DI/TII yang berada di Jawa Barat. Sasaran utama yang di serang oleh
kelompok ini adalah pos-pos TNI yang berada di wilayah tersebut. Setelah
pemerintah memberi kesempatan untuk menghentikan pemberontakan secara baik-
baik, akhirnya seorang mantan letnan Ibnu Hajar menyerahkan diri. Akan tetapi,
penyerahan dirinya tersebut hanyalah sebuah topeng untuk merampas peralatan TNI,
dan setelah peralatan tersebut di rampas olehnya, maka Ibnu Hajar pun melarikan diri
dan kembali bersekutu dengan kelompok DI/TII. Setelah itu, akhirnya pemerintahan
RI mengadakan Gerakan Operasi Militer (GOM) yang di kirim ke Kalimantan selatan
untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Kalimantan Selatan tersebut, dan
Pemberontakan yang di lakukan Daud Beureuh bersama angota NII yang di pimpin
Selain pemberontakan DI/TII di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan
Selatan. Pemberontakan DI/TII ini juga terjadi di Sulawesi Selatan yang di pimpin
oleh Kahar Muzakar, organisasi yang sudah di dirikan sejak tahun 1951 tersebut baru
bisa di runtuhkan oleh pemerintah pada Tahun 1965. Untuk menumpas organisasi
tersebut di butuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu karena kondisi medan yang
sangat sulit. Meski demikian, para pemberontak DI/TII sangat menguasai area
tersebut. Selain itu, para pemberontak memanfaatkan rasa kesukuan yang
berkembang di kalangan masyarakat untuk melawan pemerintah dalam menumpas
organisasi DI/TII tersebut. Setelah pemerintahan Republik Indonesia mengadakan
operasi penumpasan DI/TII bersama anggota Tentara Republik Indonesia. Barulah
seorang Kahar Muzakar tertangkap dan di tembak oleh pasukan TNI pada tanggal 3
Februari 1965.
Pada akhirnya TNI mampu menghalau seluruh pemberontakan yang terjadi pada saat
itu. Karena seperti yang kita ketahui Indonesia terbentuk dari berbagai suku dengan
beragam kebudayaannya dan UUD 45 yang melindungi beberapa kepercayaan
Menurut :
2. Lukman. B. (Satpam)
“Tindakan ini kurang sesuai, karena Ideologi Pancasila tidak boleh diubah menjadi
Ideologi Khilafah dan Indonesia tidak semua rakyatnya beragama Islam ada juga
umat beragama yang lain yang juga ingin merdeka.”
“Tidak setuju, karena Indonesia negara yang majemuk bukan hanya terdiri dari satu
agama atau satu ras saja. Jadi, kalua Pancasila diubah dan bentuk negara Indonesia
pun diubah, lalu dengan agama dan ras yang lain bagaimana?”
“Tidak setuju, karena Indonesia lebih baik hidup dalam keberagaman yang dimana
hal itu sejak dahulu menjadi ciri khas bangsa Indonesia dengan dasar Pancasila yaitu
sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa.”
Berdasarkan data sampel yang telah diperoleh dari proses pengambilan yang
dilakukan melalui berbagai bentuk, baik dari sumber internet dan juga dari
wawancara langsung yang telah dilakukan ke beberapa narasumber. Hasil data
menunjukkan bahwa bentuk dari gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh DI/TII
untuk membangun Negara Islam Indonesia ini dinilai tidak dapat diterima
dikarenakan sejumlah alasan. Bentuk alasan tersebut mengatakan bahwa Indonesia
merupakan Negara yang beragam, baik berupa ragam suku, ras, bangsa, dan agama,
sehingga apabila seandainya memang terbentuk Negara Islam Indonesia, maka dinilai
Selain itu, negara Islam bukan merupakan tujuan dari para founding fathers. Para
pendiri bangsa kita sepakat bahwa dasar negara kita yaitu Pancasila, dengan sila
pertama, yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” dan juga slogan Indonesia, yang
berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika”, sehingga apabila ada sejumlah oknum yang
memaksakan diri untuk membentuk suatu negara yang berpaham dan berasaskan
nilai-nilai selain dari Pancasila, maka akan terjadi sebuah kegagalan hidup berbangsa
dan bernegara dan ketidakstabilan politik, sosial, dan ekonomi. Bentuk permasalahan
ini akan berdampak besar pada masyarakat luas, terutama yang mengalami culture
shock, yaitu di mana, sebagian kelompok masyarakat tidak bisa menerima perubahan
yang begitu dinamis, sehingga menyebabkan kegegeran kebudayaan dan sosial.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gerakan DI/TII ialah suatu Gerakan ilegal yang dilakukan oleh sekelompok orang
dengan tujuan untuk mengubah bentuk negara Republik Indonesia menjadi Negara
Islam Indonesia dan mengubah dasar negara dari Pancasila menjadi Hukum Islam
yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadist. Dengan berbagai upaya yang dilakukan
Gerakan ini mulai dari merusak dan membakar rumah penduduk, membongkar jalan
kereta api, serta menyiksa dan merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk di
daerah tersebut. Namun, akhirnya pada 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo selaku Pemimpin dari Gerakan ini dan para pengawalnya di tangkap
oleh pasukan Siliwangi dalam operasi Bratayudha yang berlangsung di Gunung
Geber, Majalaya, Jawa Barat. Setelah dijatuhi hukuman mati dan S.M. Kartosoewirjo
meninggal, Gerakan ini dapat dimusnahkan.
Ketika gerakan ini sedang berlangsung di Indonesia telah terjadi berbagai hal yang
berakibat menyedihkan. Hal ini tidak hanya menimpa para pengikutnya tetapi juga
menimpa rakyat kecil dan anak-anak yang sedang memerlukan pendidikan.
Untuk itu upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulani dan
mencegah gerakan ini adalah:
2. Pemerintah harus bisa mengambil sikap yang tegas dan bijak untuk
mengakomodasikan semua kepentingan rakyat. Karena gerakan-gerakan seperti ini
muncul akibat dari ketidakpuasan terhadap pemerintah.
1. Masyarakat harus waspada terhadap isu – isu atau informasi yang belum tentu pasti
kebenarannya.
2. Berhati-hati dalam bergaul dan menerima berbagai bentuk pemahaman baru yang
mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut bangsa ini.
REFERENSI
Sumber Internet
http://www.nafiun.com/2014/03/pemberontakan-ditii-di-indonesia.html
http://digilib.unila.ac.id/18678/2/0613033024-kesimpulan.pdf