Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA


Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu: Styo Budi Utomo, M.M., S.Pd.I

Ditulis Oleh :
KELOMPOK 3
Ayu Setiyaningsih NIM. 231010501217
Diki Reza Syalani NIM. 231010501235
Dwian Eldam Valentino NIM. 231010501220
Yogi Rustana NIM. 231010501216
Widian Parandika Putra NIM. 231010501153
Yoni Ratna Sari NIM. 231010501147

PROGRAM STUDI MANAJEMEN S-1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2024

I
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia” ini
dengan sebaik-baiknya. Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila pada Program Studi Sarjana
Manajemen S-1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Pranoto S.E., M.M., selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya yang
telah mewujudkan mimpi-mimpi anak bangsa dengan mempelopori adanya
pendidikan dengan biaya terjangkau dan berkualitas.
2. Bapak Dr. E. Nurzaman A.M., M.M., M.Si selaku Rektor Universitas
Pamulang yang telah berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang
semakin berkualitas.
3. Bapak Dr. H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRA, CMA., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pamulang yang telah memajukan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis menjadi semakin baik.
4. Bapak Dr. Ali Maddinsyah, S.E., M.M., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Manajemen S-1 yang senantiasa sabar memberikan pengarahan.
5. Bapak Styo Budi Utomo, M.M., S.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pendidikan Pancasila yang telah sabar dan bijak membimbing, memberi
dukungan, dan membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Manajemen S-1 yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

ii
7. Bapak dan Ibu jajaran staf Universitas Pamulang terkhusus staf Program
Studi Sarjana Manajemen, yang telah membantu memperlancar upaya kami
dalam menyelesaikan mata kuliah Akuntansi Biaya di Universitas Pamulang.
8. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam membuat makalah ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dorongan,
motivasi, bantuan, dan doa yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Penulis berharap proposal penelitian ini dapat berguna bagi
para pembaca dan dunia ilmu pengetahuan.

Pamulang, 13 Maret 2024


Tim Penulis

KELOMPOK 3

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................I

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................1

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................1

1.3. Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................1

PEMBAHASAN.....................................................................................................1

2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia...1

2.2 Periode Pengusulan Pancasila..................................................................2

2.3 Periode Perumusan Pancasila..................................................................9

2.4 Periode Pengesahan Pancasila...............................................................12

BAB III....................................................................................................................1

PENUTUP...............................................................................................................1

3.1 Kesimpulan..............................................................................................1

3.2 Saran........................................................................................................1

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar negara indonesia, Pancasila dalam
sejarah perjalanan bangsa Indonesia bukan sesuatu yang baru,melainkan
sudah lama dikenal sebagai bagian dalam nilainilai budaya kehidupan
bangsa Indonesia.Kemudian nilai-nilai tersebut dirumuskan sebagai dasar
Negara Indonesia. Artinya, Pancasila digali dan berasal dari nilai-nilai
pandangan hidup masyarakat Indonesia. Sejak zaman dahulu, wilayah-
wilayah di nusantara ini mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh
oleh masyarakatnya. Nilai-nilai Pancasila berdasarkan teori kausalitas
yang diperkenalkan Notonagoro (kausa materialis, kausa formalis, kausa
efisien, kausa finalis), merupakan penyebab lahirnya negara. Munculnya
permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah tergerusnya
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, yaitu agar
mahasiswa tidak tercerabut dari akar budayanya sendiri dan agar
mahasiswa memiliki pedoman atau kaidah penuntun dalam berpikir dan
bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai
Pancasila. Mahasiswa sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan
agar tidak mudah terpengaruh oleh paham asing yang negatif. Serta, agar
mahasiswa memiliki pedoman atau kaidah penuntun dalam berpikir dan
bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai
Pancasila.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia dalam periode pengusulan pancasila?

2
2. Apa alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa
Indonesia?
3. Apa saja sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam
kajian sejarah Bangsa Indonesia?
4. Bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia?

1.3. Tujuan Masalah


1. Mengetahui konsep dan urgensi Pancasila dalam arus sejarah bangsa
Indonesia dalam periode pengusulan pancasila.
2. Mengetahui alasan diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah
Bangsa Indonesia
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam
kajian sejarah Bangsa Indonesia.
4. Mengetahui bagaimana membangun argumen tentang dinamika dan
tantangan Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia
Posisi Pancasila ternyata semakin hari semakin samar/ abu-abu
keberadaannya. Penyebabnya adalah minimnya pengamalan, praktik dalam
kehidupan, menentukan kebijakan, penegakan hukum dan lainnya. Akibatnya
adalah kekacauan, ketimpangan sosial, tajamnya hukum ke bawah tidak seimbang
dengan ke atas, regulasi pemerintahan yang kurang bertanggung jawab, bahkan
adanya kebijakan yang sering kali lebih menguntungkan pada sekelompok orang
“pemuda” bukan pada masyarakat umum.
Akibat yang lain adalah kebijakan yang tidak mengena pada pokok
permasalahan bangsa, regulasi ekonomi yang menumpuk hanya pada satu atau
dua kelompok orang, sehingga tidak mensejahterakan bangsa, padahal ini
merupakan amanah pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Bahkan adanya
Pancasila sering digunakan oleh elit-elit politik yang ingin menarik simpati
masyarakat untuk mengekalkan jabatannya. Tidak heran jika orang mengatakan
adanya Pancasila seperti tidak ada, dan bahkan adanya pun harus dipertanyakan
eksistensinya Pancasila sebagai dasar ideologi negara.
Kita lihat pada awal reformasi, sekitar tahun 1998, ada statemen bahwa
Pancasila sudah tidak berlaku lagi, peran dan fungsi Pancasila hilang dari
esensinya, sebab traumatis dari masa rezim Orde Baru. Pada masa Orde Baru
Pancasila digalakkan dengan sosialisasi penataran P-4 dengan anggapan, dan
doktrin yang memihak pada rezim yang berkuasa pada waktu itu. Oleh sebab itu
perlunya secara kontinuitas upaya dan strategi untuk menanamkan nilai Pancasila
pada bangsa dalam setiap kesempatan, di perguruan tinggi dan lainnya, untuk
menghindari kesalahpahaman, maka perlunya koreksi dan mempelajari kembali
secara kafah sejarah perumusan konsep Pancasila (Kemenristekdikti, 2016).
Gambar 2. 1 Teks Sumpah Pemuda
2.2 Periode Pengusulan Pancasila
Jauh sebelum Indonesia Merdeka, tokoh bangsa mulai memikirkan masa
depan Indonesia, salah satunya adalah gagasan tentang dasar negara. Apa dasar
negara kita? Bagaimana cara mempersatukan bangsa dari berlatar belakang
keanekaragaman yang sangat kompleks ini? Ide ini muncul akibat rasa kecintaan
tokoh bangsa pada manusia Nusantara yang pada saat itu memang belum
terbentuk sistem negara dan dasar yang jelas.
Gagasan awal munculnya ideologi bangsa merupakan representasi dari
rasa nasionalisme bangsa pada negara. Di Indonesia embrio nasionalisme mulai
terbentuk melalui kelompok masiv yang digagas oleh tokoh pejuang bangsa pada
tahun 1908. Selanjutnya dalam memaknai konsep nasionalisme Indonesia
Muhammad Yamin mengambil perspektif dengan menggali nasionalisme ideal
kejayaan kerajaan besar Nusantara, Sriwijaya sebagai pandangan dan referensi
nasionalisme pertama, dan Majapahit yang kedua sebagai masa kerajaan besar
yang masih berpegang teguh dengan ciri kedatuan dan keprabuan. Kausa materiil
Pancasila mengambil dari akar nilai budaya bangsa, dengan kepribadian yang
suka kerjasama, saling membantu (gotong royong), akur toleransi antara sesama,
damai, tentram hidup berdampingan, dari situ lahirlah slogan Bhinneka Tunggal
Ika. Dengan ke khas kekayaan karakter yang dimiliki bangsa Indonesia kala itu
menjadikan akar geopolitik dan geostrategi negara Indonesia. Dari dasar-dasar
yang dimiliki oleh bangsa itu kemudian meluas dan terstruktur sebagai gerakan
nasional, dan dicetuskan pada tahun 1928 sebagai titik kulminasi gerakan yang
disebut dengan Sumpah Pemuda(Kaelan, 2013: 3).

5
Sumpah pemuda menjadi momentum sakral pemersatuan bangsa Indonesia
dalam menggagas Ideologi bangsa yang bersumber dari leluhur bangsa itu sendiri.
Pancasila ini, sebagai sistem nilai yang digali dari kekhasan bangsa dipadukan
dengan konsep ideologi negara-negara besar dunia, nilai lokal bangsa Indonesia
tetap menjadi pokok materiil dari perumusan Pancasila. Selanjutnya, melihat
tokoh bangsa dengan integritas nasionalisme dan wawasan yang kuat, dengan
demikian Pancasila bukan hanya kuat dalam mitologi, namun sukses dalam
melengkapi prosedur dan esensialnya, berdasarkan hal tersebut bangsa Indonesia
dianggap layak oleh Pemerintah Jepang untuk berdiri sendiri (merdeka), maka
dalam rangka apresiasi pemerintah Jepang, ia memberi kesempatan untuk
membentuk tim perancang dan perumus Ide yang akan menjadi dasar negara,
kemudian terbentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi Toyosaki, yang dibentuk oleh
Pemerintah Jepang pada tanggal 29 April 1945, difasilitasi oleh Laksamana
Maeda. Dalam tim ini terdapat 60 orang yang terdiri dari:
1) Dr. Radjiman Wedyodiningrat (Ketua)
2) Raden Panji Soeroso (Ketua Muda)
3) Ichibangase (Anggota dari Jepang), dan
4) 60 orang adalah Anggota (tidak termasuk Ketua, dan ketua muda).
Berikut adalah rincian anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang berjumlah 60 orang (Suwarma Al
Muchtar, 2016):
5) Tan Eng Hoa (perwakilan dari Jepang)
6) Itibangase Yosio (perwakilan dari Jepang)
7) Matuura Mitukiyo (perwakilan dari Jepang)
8) Itagaki Masumitu (perwaki
9) Masuda Toyohiko (perwakilan dari Jepang)
10) Takonami Tokuzi (perwakilan dari Jepang)
11) Ide Teitiroo (perwakilan dari Jepang)
12) Masuda Toyohiko (perwakilan dari Jepang)
13) Miyano Syoozoo (perwakilan dari Jepang)

6
14) Abikoesno Tjokrosoejoso
15) KH. Ahmad Sanusi
16) Prof. Dr. R. Asikin W. K
17) M. Aris
18) Abdul Kadir
19) Dr. R. Boentaran M.
20) B.P.H Bintoro
21) Ki Hajar Dewantara
22) A.M Dasaad
23) Prof. Dr. P.A.H Djajadiningrat
24) Drs. Moh. Hatta
25) Ki Bagoes Hadikoesoemo
26) Mr. Moh. Yamin
27) Mr. R. Hendromartono
28) R.A.A Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
29) Mr. A. A Maramis
30) Mr. J. Latuharhary
31) Mr. Dr. Koesoemah Atmadja
32) K.H Masjkoer
33) Moenandar
34) A. K. Moezakir
35) R. Otto Iskandar
36) Parade Harahap
37) K.H.M . Mansoer
38) R. M . margono Djojohadikoesoemo
39) B.P.H Poeroebojo
40) R. Abdoelrahim Pratalikrama
41) R. Roeslan Wongsokoesoemo
42) R. Agoes Salim
43) Dr. Samsi
44) Mr. R. M Sartono

7
45) Mr. R . Samsoedin
46) Mr. R. Sastromoeljono
47) Mr. R. Singgih
48) Ir. Soekarno
49) R. Soedirman
50) R. Soekardjo Wirjopranoto
51) Dr. soekirman
52) A. Baswedan
53) Mr. Ahmad Soebardjo
54) Prof. Mr. Dr. Soepomo
55) Ir. R.M.P. Soerachman
56) M. Sutardjo K
57) R.M.T.A Soerjo
58) Mr. Soesanto
59) Mr. Soewandi
60) Drs. K.R.M.A Sosrodiningrat
61) K.H.A Wachid Hasjim
62) K.R.M.T.H Woerjoningrat
63) R.A.A Wiranatakoesoema
64) Mr. K.R.M.T Wongsonagoro
65) Ny. Mr. Maria Ulfa Santoso
66) Ny. R.S.S Soenarjo Mangoenpoespito

8
Gambar 2.2 Sidang BPUPKI

Para anggota-anggota BPUPKI dipilih dengan adil dan bijaksana, penuh


dengan pertimbangan dan punya rekam jejak yang jelas, berintegritas, punya
wawasan dan berpengaruh. Anggota BPUPKI kemudian dilantik oleh Panglima
Tentara Jepang (Letjen Kumakici Harada) pada 28 Mei 1945. Dalam pelaksanaan
sidang BPUPKI mempunyai tahapantahapan. Tahapan sidang pertama
diselenggarakan mulai dari tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945, dengan materi
pokok pembahasan konsep ideologi negara. Dr. Radjiman Wedyodiningrat
sebagai ketua, memberikan himbauan agar para anggota dapat menyiapkan
gagasannya yang akan disampaikan dalam pidatonya. Dalam sidang BPUPKI,
tokoh bangsa mengirimkan para orator handal, misalnya:
1) Muhammad Yamin;
2) Soekarno;
3) Ki Bagus Hadikusumo;
4) Soepomo.
Dari empat tokoh hebat ini dalam menyampaikan pendapat dan usulan-
usulan tentang konsep dasar ideologi negara tidak sedikitpun ada rasa untuk
menjatuhkan setiap argumen yang disampaikan dari tiap pihak, justru adanya hal
tersebut dilakukan ingin menciptakan hal-hal yang terbaik untuk bangsa
Indonesia, maka dengan sengaja dibuka forum dan dituntut setiap anggota punya
gagasan sendiri tentang dasar negara. Dalam catatan sejarah, melihat posisi

9
Soekarno sebagai anggota adalah keinginannya, tujuannya sangat sederhana yaitu
mempunyai kebebasan dan mengemukakan pendapat di sidang pertama tersebut.
Konsep brilian yang dibangun oleh tokoh-tokoh hebat dalam sidang
BPUPKI merupakan gagasan yang mempresentasikan kehebatan bangsa
Indonesia. Dengan mensintesiskan konsep dari Ideologi negara besar dunia
dengan budaya bangsa Indonesia. Gagasan-gagasan yang disampaikan oleh 4
tokoh tersebut sebagai berikut (Surip, Syarbaini, & Rahman, 2015: 28)
Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin memperoleh kesempatan
awal untuk menyampaikan pidatonya di sidang BPUPKI yang pertama. Adapun
gagasan dasar negara yang disampaikan yaitu:
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat
Sedangkan yang dilampirkan dalam pidatonya dalam rancangan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Kebangsaan kesatuan bangsa Indonesia.
3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Setelah itu disusul oleh Prof. Dr. Soepomo yang berpidato tepatnya pada
tanggal 30 Mei 1945. Gagasan dasar negara yang disampaikan oleh beliau adalah:
1) Teori negara perseorangann (Individualis)
2) Paham Negara Kelas
3) Paham Negara Integralistik
Terakhir ditutup oleh pidato Ir. Soekarno. Bung Karno menyampaikan
gagasan dasar negara di depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni. Berikut
adalah pidatonya (Latif, 2015: 21):

10
Gambar 3. 3 Soekarno, 1 Juni 1945 di BPUPKI
“Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato
mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka Tuan
Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan
saya yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia adalah dalam bahasa
Belanda: Philosofische grondslag daripada Indonesia Merdeka. Philosofische
grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalamdalamnya, jiwa, hasrat,
yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya diririkan gedung Indonesia yang kekal
dan abadi”
Kecerdasan Ir. Soekarno dalam menjelaskan Pancasila dengan runtut,
koheren dan logis membuat para peserta sidang terpukau dengan kepiawaian
Soekarno dalam menyampaikan gagasannya, namun dengan rendah hati, semakin
membuat peserta tidak bisa berkata-kata. bahkan Soekarno membantah apabila
dirinya disebut sebagai pencipta Pancasila. Dengan besar hati Soekarno berkata:
“Kenapa diucapkan terima kasih kepada saya, kenapa saya diagung-
agungkan, padahal toh sudah sering saya katakan, bahwa saya bukan pencipta
Pancasila. Saya sekedar penggali Pancasila daripada bumi tanah air Indonesia
ini, yang kemudian lima mutiara yang saya gali itu, saya persembahkan kembali
kepada bangsa Indonesia. Malah pernah saya katakan, bahwa sebenarnya hasil,
atau lebih tegas penggalian daripada Pancasila ini saudarasaudara, adalah

11
pemberian Tuhan kepada saya. Sebagaimana tiap-tiap manusia, jikalau ia
benarbenar memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, diberi ilham oleh
Allah Subhanahu Wa Ta'ala”
Sedangkan gagasan yang disampaikan oleh Soekarno dalam perihal
rumusan dasar negara Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2) Internasionalisme (Peri Kemanusiaan).
3) Mufakat (Demokrasi).
4) Kesejahteraan Sosial.
5) Ketuhanan Yang Berkebudayaan.
Dalam catatan sejarah lima butir (Kemenristekdikti, 2016: 53) ini yang
kemudian diberi nama Pancasila. Selain itu dalam menggasan dasar negara
Soekarno memberikan usulan, manakala ada yang kurang setuju dengan 5 tersebut
cukup dengan 3 yaitu:
a. Sosio-Nasionalisme;
b. Sosio-Demokrasi;
c. Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang kemudian disebut dengan Trisila.
Tidak hanya itu, Soekarno juga menawarkan 1 dari 3 itu, yaitu “Gotong
Royong” dari gagasan tunggal ini disebut dengan Ekasila. Kemudian usulan nama
Pancasila diterima oleh anggota sidang sebagai dasar falsafah negara
(Philosophische Grondslag) yang diusulkan oleh Ir. Soekarno. Setelah itu
dibentuk panitia kecil yang beranggotakan 8 orang (Ki Bagus Hadikusumo, K. H.
Wahid Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A. A. Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan
Moh. Hatta). Dari 8 anggota ini merupakan pilihan ideal yang mewakili setiap
kalangan, etnis dan agama. Sedangkan tugas dari panitia kecil ini menampung
usulan-usulan seputar dasar negara.

2.3 Periode Perumusan Pancasila


Sidang kedua ini (BPUPKI) berlangsung pada tanggal 10 hingga dengan
16 Juli 1945 dengan menambah 6 anggota baru oleh ketuanya, dan dalam periode
pengusulan yang disampaikan pada akhir persidangan pertama BPUPKI yang

12
merumuskan dasar negara Indonesia belum ada kata sepakat, masih menuai
kontradiksi. Oleh Karena itu, BPUPKI dan Panitia Kecil yang diketuai oleh
Soekarno membentuk panitia perumus dasar ideologi negara pada tanggal 22 Juni
1945, dimana anggotanya terdiri dari sembilan orang yang disebut dengan panitia
sembilan yang berdomisili di Jakarta (Kaelan, 2013).
Agresif “Panitia Kecil dengan beranggota sembilan orang ini saat itu juga
melanjutkan sidang dan menuai hasil dalam merumuskan calon Mukadimah
Hukum Dasar, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta atau
Jakarta Charter” Piagam Jakarta itulah yang menjadi naskah pertama, sebuah
pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada alinea Keempat dalam Piagam
Jakarta itu terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut”.
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2) Kemanusian yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruhnya rakyat Indonesia.
Kemudian Naskah awal Pembukaan Hukum Dasar dijadikan sebagai
Pembukaan UUD 1945, saat sampai pada kesempurnaan secara tiba-tiba terjadi
perubahan peta politik dunia”yang mempengaruhi bangsa Indonesia yaitu
takluknya Jepang pada Sekutu. “Dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima
pada tanggal 6 Agustus 1945 sehingga tanggal 7 Agustus 1945, Pemerintah
Jepang di Jakarta mengeluarkan maklumat” (Kemenristekdikti, 2016) yang berisi:
1) pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
bagi Indonesia (PPKI),
2) panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang
19 Agustus 1945, dan
3) direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.

13
Pada tanggal 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta bersama Radjiman
memenuhi panggilan Jenderal Terauchi yang pada saat itu sebagai penguasa
Militer Jepang kala itu di Kawasan Asia Tenggara, dan berkedudukan di Saigon,
Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Terauchi memberikan
wewenang pada tiga tersebut agar segera membentuk badan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia sesuai ketentuan maklumat Jepang 7 Agustus 1945.
Sesegera mungkin selepas pulang dari Saigon untuk “membentuk PPKI dengan
anggota 21 orang, yaitu:
1) Soekarno
2) Moh. Hatta
3) Radjiman
4) Ki Bagus Hadikusumo
5) Otto Iskandar Dinata
6) Purboyo
7) Suryohamijoyo
8) Sutarjo
9) Supomo
10) Abdul Kadir
11) Yap Cwan Bing
12) Muh. Amir
13) Abdul Abbas
14) Ratulangi
15) Andi Pangerang
16) Latuhar hary
17) I Gde Puja
18) Hamidan
19) Panji Suroso
20) Wahid Hasyim
21) Moh. Hasan“(Latif, 2015).

14
Pada tanggal 9 Agustus Amerika dan sekutunya membuat Jepang
semakin kocar kacir dengan menjatuhkan bom atom kedua kalinya di Nagasaki,
dari itu lah terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia yang membuat tokoh
Nasional tidak menyia-nyiakan kesempatan. PPKI semula dibentuk Jepang sebab
Jepang sudah menyerah, dengan ini dijadikan kesempatan oleh tokoh bangsa
untuk segera melepas diri dari belenggu penjajah, pada akhirnya tepatnya tanggal
17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan

PROKLAMASI “Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan


Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan
lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkatsingkatnya” Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno-Hatta

2.4 Periode Pengesahan Pancasila


Sejarah mencatat bahwa “sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dikumandangkan, tepatnya 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia” melakukan sidang, tujuannya untuk menjelaskan posisi
dan kondisi bangsa Indonesia dari semula bangsa terjajah menjadi bangsa yang
berdaulat, merdeka. Dan PPKI yang semula merupakan badan yang diinisiasi
pemerintah Jepang, sejak saat itu menjadi badan nasional. Soekarno berpendapat
bahwa anggota PPKI harus ditambah 6 orang lagi, dengan tujuan tambahan ini

15
akan semakin ideal dalam mempresentasikan komponen bangsa Indonesia.
Anggota yang yang dipilih“adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara,
Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan Ahmad
Subarjo,”6 anggota ini adalah tokoh yang mempunyai peran dan pengaruh besar
pada bangsa dan negara (Kaelan, 2013:33).
Sebagai negara yang baru memproklamasikan kemerdekaannya,
Indonesia memerlukan perangkat kelengkapan sistem negara, diantaranya seperti,
Dasar Negara, Undang-undang Dasar, Pemimpin negara, serta perangkat
pendukung lainnya.
Sedangkan putusan penting yang dihasilkan mencakup sebagai berikut.
1) Mengesahkan Undang-undang Dasar Negara (UUD 45), yang terdiri atas
Pembukaan dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam
Jakarta dengan sejumlah perubahannya. Batang Tubuh juga berasal dari
rancangan BPUPKI dengan sejumlah perubahan pula.
2) Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, sedangkan anggota pada
sepakat bahwa Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden.
3) Membentuk KNIP. Dalam KNIP ini anggota intinya merupakan mantan
anggota PPKI dan dilengkapi dengan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai
kelompok. Kemudian badan ini dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945,
diketuai oleh ketua Kasman Singodimedjo.
Kondisi bentuk “perumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945
berbeda dengan sebelumnya dengan menyederhanakan sila pertama dari
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-
pemeluknya. Menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.” Hal ini disebabkan karena
usulan salah satu masyarakat Indonesia dari bagian timur yang menginginkan
adanya agama lain ikut serta dalam bagian sila pertama, oleh karena berdasarkan
perundingan sila pertama pun disederhanakan menjadi “Ketuhanan yang maha
Esa”. Namun yang harus menjadi catatan bersama adalah perubahan ini tidak
sedikit pun mempengaruhi pada esensi nilai sila pertama, dengan mewajibkan
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang religius, taat pada ajaran agama sesuai
dengan tuntunan agamanya masing-masing. Bahkan yang memang sebelumnya

16
secara spesifikasi mencantumkan Islam di dalamnya dengan dihapusnya tidak
mempengaruhi, bahkan adanya perubahan tersebut menunjukkan bahwa Islam
merupakan ajaran yang toleran dan adanya menjadi Rahmatan Lil Alamin
(Suwarma, 2016:193) Berikut rumusan Pancasila yang tertuang dalam naskah
pembukaan Undang-undang Dasar 1945:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya, masih ada juga
hambatan yang mempengaruhi regulasi pemerintahan, yaitu Belanda yang
menginginkan Indonesia kembali padanya dengan berbagai macam cara. Belanda
dalam melakukan agresi untuk mendapatkan Indonesia selama kurang lebih 4
tahun. “Setelah itu Belanda mengakui kedaulatan bangsa Indonesia pada 27
Desember 1949, maka Indonesia kembali ke negara kesatuan yang sebelumnya
berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 17 Agustus 1950. Perubahan
bentuk negara dari Negara Serikat ke Negara Kesatuan tidak diikuti dengan
Undangundang Dasar 1945, namun dibuatlah konstitusi baru yang disebut
Undang-undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950). Yang menjadi problem
ketika Indonesia kembali ke Negara Kesatuan, tidak menggunakan Undang-
undang Dasar 1945 sehingga menjadi permasalahan baru dalam kehidupan
bernegara nantinya”(Kaelan, 2013).
“Menurut Undang-undang Dasar Sementara 1950 Pemilu pertama
dilakukan pada 1955. Pemilu ini dilakukan untuk membentuk dua badan
perwakilan yaitu (1) Badan Konstituante (dengan tugas membuat
Konstitusi/Undang-undang Dasar), (2) DPR (berperan sebagai parlemen
nantinya). Badan Konstituante mulai bersidang di Bandung pada 1956 untuk
membuat UUD sebagai pengganti UUDS 1950. Dalam sidang telah banyak pasal
yang dirumuskan, namun sidang menjadi berlarut-larut saat membahas dasar

17
negara. Dari beberapa anggota menghendaki Islam sebagai dasar negara, sebagian
yang lain menginginkan Pancasila sebagai dasar negara.”Pada akhirnya untuk
menyelesaikan debat tentang dasar negara maka dilakukan voting, alih-alih selalu
gagal mencapai keputusan, karena selalu tidak memenuhi syarat voting yang
ditetapkan.” Alhasil dari beberapa anggota menyatakan ketidak hadirannya jika
dilakukan rapat lagi, dan hal tersebut menuai kekecewaan pada Soekarno sebagai
Kepala Negara”.
Pada 5 Juli 1959, akhirnya Presiden Soekarno mengambil keputusan
dengan mengeluarkan dekrit. Setelah Dekrit tersebut Presiden Soekarno 5 Juli
1959, seharusnya pelaksanaan sistem pemerintahan negara didasarkan pada
Undang-undang Dasar 1945. Karena pemberlakuan kembali UUD 1945 menuntut
konsekuensi sebagai berikut:
1) penulisan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-
undang Dasar 1945;
2) penyelenggaraan negara seharusnya dilaksanakan sebagaimana amanat
Batang Tubuh UUD ‘45. Dan;
3) segera dibentuk MPRS dan DPAS. Pada kenyataannya, setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 terjadi beberapa hal yang berkaitan dengan penulisan
sila-sila Pancasila yang tidak seragam.
Setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Perintah Eksekutif pada
tanggal 5 Juli 1959, terjadi pelanggaran terhadap UUD 1945. Di antaranya,
Soekarno diangkat menjadi Presiden Seumur Hidup oleh TAP on.
III/MPRS/1960. Dan kekuasaan Presiden Soekarno berada di atas piramida.
Dengan kata lain, dia berada di posisi tertinggi yang dipegang oleh presiden.
MPRS, presiden DPR dan presiden DPA, di mana Sukarno diangkat menjadi
menteri di kabinetnya sendiri, dengan posisi tersebut Soekarno meluncurkan
berbagai konspirasi politik dan memperebutkan pengaruh berbagai pihak dengan
cara yang berbeda. Baik itu, melakukan pendekatanpendekatan politik tapi ada
yang menjauhi (Kaelan, 2013).
Peristiwa G30S PKI mengakibatkan peralihan kekuasaan dari Soekarno
ke Soeharto. Peralihan ini diawali dengan terbitnya Surat Perintah dari Presiden

18
Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto, inilah cikal-bakal istilah Supersemar
kenal (Surat Perintah Sebelas Maret). Inti dari surat itu merupakan perintah
presiden kepada Soeharto agar mengambil langkahlangkah pengamanan dan
penyelamatan.
Super Semar diserahkan oleh Presiden Soekarno kepada Letnan Soeharto
dan dikukuhkan dengan TAP No. IX/MPRS/1966 pada tanggal 21 Juni 1966.
Oleh karena itu, status Super Semar berubah yang mulanya menjadi Keppres,
namun kemudian menjadi MPRS. Bukan lagi Presiden Seokarno, melainkan fakta
sejarah tentang peralihan kekuasaan dari MPRS Soekarno ke Soeharto. Bulan
berikutnya, tepatnya pada tanggal 5 Juli 1966, MPRS mengeluarkan TAP No.
XVIII/MPRS/1966 dan menghapuskan TAP No. III/MPRS/1960 dengan
mengangkat Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Semenjak itu Soekarno
bukan lagi sebagai presiden seumur hidup.
Soeharto setelah menjadi presiden“kemudian mengeluarkan inpres No.
12/1968 tentang penulisan dan pembacaan Pancasila sesuai dengan yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Ketika MPR mengadakan Sidang
Umum pada tahun 1978, Presiden Suharto menyampaikan usulan kepada MPR
mengenai pedoman, evaluasi, dan praktik Pancasila (P4). Usulan ini diterima dan
masuk dalam PAT No. II/MPR/1978, yang meliputi P4 (Ekaprasetia Pancakarsa),
Pemerintah, dan DPR untuk transmisikan P4. Setelah itu, Presiden Soeharto
mengeluarkan Instruksi No.10/1978, termasuk penguatan PNS di Republik
Indonesia. Selanjutnya dikeluarkan pula SK No. 10 Tahun 1979 tentang
pembentukan BP7 tingkat pusat di Kotor II. “Pancasila juga dijadikan satu-
satunya asas bagi orsospol (tercantum dalam UU No. 3/1985 ttg. Parpol dan
Golkar) dan bagi ormas tercantum dalam UU No. 8/1985 ttg. Ormas. Banyak pro
dan kontra atas lahirnya kedua undang-undang itu. Namun,”rezim Soeharto yang
semakin kokoh sehingga tidak ada yang berani menentang” (BP7 Pusat, 1971).

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pemahaman teori dan pembahasan tentang
Pengawasan Kredit oleh PT. BPR Ophir Pasaman Barat atau pada bab-bab
sebelumnya, dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengawasan Kredit yang dilakukan PT. Bank Perkreditan Rakyat Ophir
Pasaman Barat dimulai dari tahapan permohonan sampai kredit tersebut lunas
sudah berjalan dengan baik.
2. Dapat disimpulkan bahwa pengawasan kredit mempunyai peranan penting
khususnya bagi pemberian kredit untuk memperkecil risiko dari kredit macet,
pengawasan juga bisa mengantisipasi adanya kemungkinan-kemungkinan
terjadinya resiko dan pengawasan yang dilakukan dalam pemberian kredit
dapat mengurangi kerugian pada bank yang diakibatkan oleh adanya kredit
macet.
3.2 Saran
1. Sebagai generasi muda harus lebih banyak menggali pengetahuan seputar
perkreditan dengan cara memperhatikan langkah langkah pengawasan kredit
2. Sebagai pihak kreditur harus teliti saat ada nasabah yang mengajukan
permohonan kredit.
DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar. (2016). Ideologi Pancasila (Kajian Filsafat Teori Politik dan


PENDIDIKAN). Bandung: Gelar Pustaka.
https://rri.co.id/nasional/peristiwa/845651/pidato-soekarnolahirnya-
pancasila-1-juni-1945 https://mamikos.com/info/asli-naskah-teks-proklamasi/s
https://www.tribunnews.com/nasional/2020/10/28/isi-tekssumpah-pemuda-
dan-makna-di-dalamnya-lengkapdengan-sejarah-sumpah-pemuda?page=2
Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Pancasila (Kultural, Historis, Filosofis,
Yuridis, dan Aktualisasinya). Yogyakarta: Pradikma.
Kemenristekdikti. (2016). Buku Ajar PENDIDIKAN Pancasila untuk
Perguruan Tinggi. Latif, Y. (2015). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas,
dan Aktualisasi Pancasila. Jakarta: PT Gramidia Pustaka Utama.
Surip, N., Syarbaini, S., & Rahman, A. (2015). Pancasila dalam Makna dan
Aktualisasi. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Suwarma

Anda mungkin juga menyukai