PENGERTIAN

1.TERSANGKA
A. PASAL 1 BUTIR 14 KUHP, BAHWA TERSANGKA ADALAH “SEORANG YANG KARENA
PERBUATAN ATAU KEADAANYA , BERDASARKAN BUKTI PERMULAAN PATUT DIDUGA
SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA”.
B. J.C.T SIMORANGKIR, TERSANGKA ADALAH SEORANG YANG MASIH DALAM TARAF
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN UNTUK DI PERTIMBANGKAN APAKAH TERSANGKA INI
MEMPUNYAI CUKUP DASAR UNTUK DIPERIKSA DI PERSIDANGAN
C. DARWAN PRINTS, TERSANGKA ADALAH SESEORANG YANG DISANGKA, SEBAGAI
PELAKU SUATU DELIK PIDANA (DALAM HAL INI TERSANGKA BELUMLAH DAPAT
DIKATAKAN SEBAGAI BERSALAH ATAU TIDAK)
2. TERDAKWA
A. PASAL 1 BUTIR 15 KUHAP TERDAKWA ADALAH SEORANG TERSANGKA YANG
DITUNTUT, DIPERIKSA DAN DIADILI DI SIDANG PENGADILAN.
B. J.C.T SIMORANGKIR, TERSANGKA ADALAH SESEORANG YANG TELAH DIDUGA
MELAKUKAN SUATU TINDAK PIDANA DAN ADA CUKUP ALASAN UNTUK DILAKUKAN
PEMERIKSAAN DI MUKA PERSIDANGAN

J.C.T SIMORANGKIR MEMBEDAKAN ANTARA PENGERTIAN TERHUKUM DENGAN TERPIDANA.

A. TERHUKUM ADALAH SESEORANG TERDAKWA TERHADAP SIAPA OLEH PENGADILAN
TELAH DIBUKTIKAN SALAHNYA MELAKUKAN TINDAKAN PIDANA YANG DITUDUHKAN
KEPADANYA DAN KARENA IA DIJATUHI HUKUMAN YANG DITETAPKAN UNTUK TINDAK
PIDANA TERSEBUT
B. TERPIDANA ADALAH SESEORANG YANG DIPIDANA BERDASARKAN PUTUSAN
PENGADILAN YANG TELAH MEMPEROLEH KEKUTAN HUKUM TETAP
HAK-HAK
1.HAK TERSANGKA
HAK – HAK TERSANGKA SEBAGAI MANA DIATUR DALAM KUHAP, ADALAH
1. HAK UNTUK SEGERA DIPERIKSA PERKARANYA (PASAL 50 KUHAP)
(1) BERHAK SEGERA MENDAPATKAN PEMERIKSAAN OLEH PENYIDIK
DAN SELANJUTNYA DAPAT DIAJUKAN KEPADA PENUNTUT UMUM.
(2) BERHAK PERKARANYA SEGERA DIMAJUKAN ATAU DILANJUTKAN
KE PENGADILAN OLEH PENUNTUT UMUM
(3) BERHAK SEGERA DIADILI OLEH PENGADILAN
(4) HAK UNTUK MEMPERSIAPKAN PEMBELAAN, SEBAGAIMANA
MENURUT PASAL 51 HURUF A KUHAP
2. HAK UNTUK BEBAS MEMBERIKAN KETERANGAN, SEBAGAI MANA MENURUT PASAL 52 KUHAP
3. HAK UNTUK DAPAT JURU BAHASA SEBAGAI MANA MENURUT PASAL 53 AYAT (1) KUHAP
4. HAK UNTUK MEMILIH PENASEHAT HUKUM, SEBAGAI MANA MENURUT PASAL 55 KUHAP
5. HAK UNTUK DIDAMPINGI PENASEHAT HUKUM SECARA CUMA-CUMA SEBAGAI MANA
MENURUT PASAL 56 KUHAP
6. HAK UNTUK MENGHUBUNGI PENASEHAT HUKUMNYA, SEBAGAI MANA MENURUT PASAL 57
AYAT (1) KUHAP
7. HAK UNTUK MENGHUBUNGI PERWAKILAN NEGARANYA, SEABAGAI MANA MENURUT PASAL
57 AYAT (2) KUHAP
8. HAK UNTUK MENDAPAT PERAWATAN KESEHATAN, SEBAGAIMANA MENURUT PASAL 58 KUHAP
9. HAK UNTUK MEMBERI TAHU ATAU MENGHUBUNGI KELUARGA, SEBAGAI MANA
MENURUT PASAL 59 KUHAP
10. HAK UNTUK MENGHUBUNGI DAN MENERIMA KUNJUNGAN SEBAGAI MANA
MENURUT PASAL 60 KUHAP
11. HAK UNTUK SURAT MENYURAT SEBAGAIMANA MENURUT PASAL 62 KUHAP
12. HAK UNTUK MENGHUBUNGI DAN MENARIMA KUNJUNGAN DARI ROHANIAWAN
SEBAGAI MANA MENURUT PASAL 63 KUHAP
13. HAK UNTUK MENGAJUKAN SAKSI YANG MERINGANKAN SEBAGAI MANA MENURUT
PASAL 65 KUHP.
14. HAK UNTUK TIDAK DIBEBANI KEWAJIBAN PEMBUKTIAN SEBAGAIMANA MENURUT
PASAL 66 KUHAP
15. HAK UNTUK MENUNTUT GANTI KERUGIAN SEBAGAIMANA MENURUT PASAL 68
KUHAP
16. HAK UNTUK MENDAPAT REHABILITASI, SEBAGAI MANA MENURUT PASAL 68 KUHAP
17. HAK UNTUK DIPERIKSA DI TEMPAT KEDIAMAN SEPAGAIMANA MENURUT PASAL 119 KUHAP
18. HAK UNTUK MENDAPAT REHABILITASI SEBAGAIMANA MENURUT PASAL 97 AYAT (3) KUHAP
19. HAK UNTUK MENGAJUKAN KEBERATAN SEBAGAIMANA MENURUT PASAL 123 KUHAP
20. HAK UNTUK MENDAPAT BANTUAN HUKUM SEBAGAIMANA MENURUT PASAL 114 KUHAP
21. HAK UNTUK MENDAPATKAN SAKSI YANG MERINGANKAN SEBAGAIMANA MENURUT PASAL
116 AYAT (3) KUHAP
22. HAK UNTUK MEMBERIKAN KETERANGAN TANPA TEKANAN SEBAGAIMANA MENURUT PASAL
117 AYAT (1) KUHAP
23. TERSANGKA YANG SAKIT BERHAK DIRAWAT DIRUMAH SAKIT, SEBAGAIMANA MENURUT
PASAL AYAT (1) KUHAP
2. HAK TERDAKWA
HAK-HAK TERSANGKA SEBAGAIMANA DIATUR DALAM KUHAP ADALAH,
1. HAK UNTUK DIPERIKSA PERKARANYA (PS. 50 AYAT 3 KUHAP)
2. HAK UNTUK MEMPERSIAPKAN PEMBELAAN (PS. 51 HURUF B KUHAP)
3. HAK UNTUK BEBAS MEMBERIKAN KETERANGAN (PS. 52 KUHAP)
4. HAK UNTUK MENDAPAT JURU BAHASA (PS. 53 AYAT 1 KUHAP)
5. HAK UNTUK MENDAPATKAN PENERJEMAH (PS. 53 AYAT 2 KUHAP)
6. HAK UNTUK MENDAPAT BANTUAN HUKUM (PS. 54 KUHAP)
7. HAK UNTUK MEMILIH PENASEHAT HUKUM (PS. 55 KUHAP)
8. HAK UNTUK DI DAMPINGI PENASEHAT HUKUM SECARA CUMA-CUMA (PS.
56 KUHAP)
 9. HAK UNTUK MENGHUBUNGI PENASEHAT HUKUM (PS. 57 AYAT 1 KUHAP)
10. HAK UNTUK MENGHUBUNGI PERWAKILAN NEGARANYA (PS. 57 AYAT 2 KUHAP)
11. HAK UNTUK MENDAPAT PERAWATAN KESEHATAN (PS. 58 KUHAP)
12. HAK UNTUK DIBERITAHUKAN ATAU MENGHUBUNGI KELUARGANYA (PS. 59 KUHAP)
13. HAK UNTUK MENGHUBUNGI DAN MENERIMA KUNJUNGAN KELUARGA (PS. 60 KUHAP)
14. HAK UNTUK MENGHUBUNGI DAN MENERIMA (PS. 61 KUHAP)
15. HAK UNTUK MELAKUKAN SURAT MENYURAT (PS. 62 KUHAP)
16. HAK TERDAKWA UNTUK MENGHUBUNGI DAN MENERIMA KUNJUNGAN ROHANIAWAN
(PS. 63 KUHAP)
17. HAK UNTUK SEGARA DIADILI ATAU DISIDANG PADA PENGADILAN TERBUKA
UNTUK UMUM (PS. 64 KUHAP)
18. HAK UNTUK MENGAJUKAN SAKSI DAN KEAHLIAN KHUSUS (PS. 65 KUHAP)
19. HAK UNTUK TIDAK DIBEBANI KEWAJIBAN PEMBUKTIAN (PS. 66 KUHAP)
20. HAK UNTUK MINTA BANDING (PS. 67 KUHAP)
21. HAK UNTUK MENDAPAT SALINAN (PS. 72 KUHAP)
22. HAK UNTUK MENGAJUKAN PERMOHONAN (PS. 79 KUHAP)
23. HAK UNTUK MENUNTUT GANTI KERUGIAN (PS. 95 AYAT 1 KUHAP)
24. HAK UNTUK REHABILITASI (PS. 97 AYAT 1 KUHAP)
25. HAK UNTUK INGKAR (PS. 29 UU NO. 4 TAHUN 2004)
26. HAK UNTUK MEMAHAMI DAKWAAN (PS. 155 AYAT 2 HURUF B KUHAP)
27. HAK UNTUK MENGAJUKAN KEBERATAN ATAS DAKWAAN (PS. 156 AYAT 1 KUHAP)
28. HAK UNTUK MENGAJUKAN PERTANYAAN (PS. 165 AYAT 2 KUHAP)
29. HAK UNTUK DIAM (PS. KUHAP)
30. HAK UNTUK TIDAK MEMBERIKAN IJIN KEPADA SAKSI (PS. 167 AYAT 2 KUHAP)
31. HAK UNTUK MENGAJUKAN SAKSI DENGAN KETERANGAN DIBAWAH SUMPAH (PS.
169 AYAT 1 KUHAP)
32. HAK UNTUK MENGELUARKAN SAKSI DARI RUANG SIDANG (PS. 172 KUHAP)
33. HAK UNTUK MENUNTUT SAKSI (PS. 174 AYAT 2 KUHAP)
34. HAK UNTUK MENOLAK KETERANGAN SAKSI (PS. 180 AYAT 2 KUHAP)
35. HAK UNTUK MENGAJUKAN PEMBELAAN (PS. 182 AYAT 1 HURUF B KUHAP)
36. HAK UNTUK MENDAPATKAN SAKSI MERINGANKAN (PS. 116 AYAT 3 KUHAP)
3. HAK TERPIDANA
HAK-HAK TERPIDANA SEBAGAIMANA DIATUR DALAM KUHAP, ADALAH
1. HAK UNTUK MENUNTUT GANTI KERUGIAN (PS 95 AYAT 1 KUHAP
2. HAK UNTUK SEGERA MENERIMA DAN SEGERA MENOLAK PUTUSAN PENGADILAN
3. HAK UNTUK MEMPELAJARI PUTUSAN SEBELUM MENYATAKAN, MENERIMA ATAU
MENOLAK DALAM WAKTU 7 HARI
4. HAK UNTUK MEMINTA PERKARANYA DIPERIKSA DALAM TINGKAT BANDING DALAM TENGGANG
WAKTU YANG DITENTUKAN OLEH UNDANG-UNDANG
5. HAK UNTUK MEMINTA PENANGGUHAN PELAKSANAAN PUTUSAN DALAM TENGGANG WAKTU
YANG DITENTUKAN OLEH UNDANG-UNDANG
6. HAK UNTUK MENCABUT PERNYATAAN TENTANG MENERIMA ATAU MENOLAK PUTUSAN
PENGADILAN DALAM TENGGANG WAKTU YANG DITENTUKAN OLEH UNDANG-UNDANG
7. HAK UNTUK MENGAJUKAN PERMINTAAN KASASI
8. HAK MENGAJUKAN KEBERATAN YANG BERALASKAN TERHADAP HASIL KETERANGAN AHLI
9. HAK MENGAJUKAN (PENIJAUAN KEMBALI) ATAS PUTUSAN YANG TELAH BERKEKUATAN
HUKUM TETAP
AWAL PROSES HUKUM
ACARA PIDANA
TERTANGKAP TANGAN MENURUT
KUHAP
PASAL 1 BUTIR 19 KUHAP BAHWA YANG DIMAKSUD DENGAN TERTANGKAP
TANGAN YAITU “ TERTANGKAPNYA SESEORANG PADA WAKTU SEDANG MELAKUKAN
TINDAK PIDANA, ATAU DENGAN SEGERA SESUDAH BEBERAPA SAAT TINDAK PIDANA
ITU DILAKUKAN, ATAU SESAAT KEMUDIAN DISERUKAN OLEH KHALAYAK RAMAI
SEBAGAI ORANG YANG MELAKUKANNYA, ATAU APABILA SESAAT KEMUDIAN
PADANYA DITEMUKAN BENDA YANG DIDUGA KERAS TELAH DIGUNAKAN UNTUK
TINDAK PIDANA ITU YANG MENUNJUKKAN BAHWA IA ADALAH PELAKUNYA ATAU
TURUT MELAKUKAN ATAU MEMBANTU MELAKUKAN TINDAK PIDANA ITU.
BERDASARKAN PASAL 1 BUTIR 19 KUHAP MAKA UNSUR-UNSUR TERTANGKAP TANGAN ADALAH:
1. TERTANGKAPNYA SESEORANG
2. PADA WAKTU SEDANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA
3. SEGERA BEBERAPA SAAT TINDAK PIDANA ITU DILAKUKAN
4. SESAAT KEMUDIAN DISERUKANNYA/DITERIAKKANYA OLEH KHALAYAK RAMAI SEBAGAI
ORANG YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA
5. SESAAT KEMUDIAN PADANYA DITEMUKAN BENDA YANG DIDUGA KERAS DIGUNAKAN
UNTUK MELAKUKAN TINDAK PIDANA/ATAU BARANG HASIL KEJAHATAN
PROSES PEMERIKSAAN
1.MENURUT PASAL 102 AYAT (2) KUHAP BAHWA:
(2) DALAM HAL TERTANGKAP TANGAN TANPA MENUNGGU PERINTAH PENYIDIK, PENYIDIK
WAJIB SEGERA MELAKUKAN TINDAKAN YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENYELIDIKAN
SEBAGAIMANA TERSEBUT PADA PASAL 5 AYAT (1) HARUF B
(3) TERHADAP TINDAKAN YANG DILAKUKAN TERSEBUT PADA AYAT (2) PENYIDIK WAJIB
MEMBUAT BERITA ACARA DAN MELAPORKANNYA KEPADA PENYIDIK SEDAERAH HUKUM.
2. MENURUT PASAL 111 KUHAP
(1) DALAM HAL TERTANGKAP TANGAN SETIAP ORANG BERHAK, SEDANGKAN SETIAP ORANG
YANG MEPUNYAI WEWENANG DALAM TUGAS KETERTIBAN, KETENTRAMAN DAN KEAMANAN
UMUM WAJIB MENANGKAP TERSANGKA GUNA DISERAHKAN BESERTA ATAU TANPA BARANG
BUKTI KEPADA PENYELIDIK DAN PENYIDIK.
(2) SETELAH MENERIMA PENYERAHAN TERSANGKA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT
(1) PENYELIDIK ATAU PENYIDIK WAJIB SEGERA MELAKUNKAN PEMERIKSAAN DAN
TINDAKAN LAIN DALAM RANGKA PENYIDIKAN
LAPORAN
PENGERTIAN
LAPORAN MENURUT PASAL 1 BUTIR 24 KUHAP,
ADALAH “PEMBERITAHUAN YANG DISAMPAIKAN OLEH
SEORANG KARENA HAK DAN KEWAJIBAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEPADA PEJABAT
YANG BERWENANG TENTANG TELAH ATAU SEDANG
ATAU DIDUGA AKAN TERJADINYA PERISTIWA PIDANA”
PIHAK PELAPOR
MENURUT PASAL 108 KUHAP SEBAGAI BERIKUT:
(1). SETIAP ORANG YANG MENGALAMI, MELIHAT, MENYAKSIKAN DAN/ATAU MENJADI
KORBAN PERISTIWA YANG MERUPAKAN TINDAK PIDANA BERHAK MENGAJUKAN
LAPORAN KEPADA PENYELIDIK DAN/ATAU PENYIDIK BAIK LISAN MAUPUN TERTULIS
(2). SETIAP ORANG YANG MENGETAHUI PERMUFAKATAN JAHAT UNTUK MELAKUKAN
TINDAK PIDANA, TERHADAP KETENTRAMAN UMUM DAN KEAMANAN UMUM ATAU
TERHADAP HAK MILIK WAJIB SEKETIKA ITU JUGA MELAPORKAN HAL
TERSEBUT KAPADA PENYELIDIK DAN PENYIDIK.
(3). SETIAP PEGAWAI NEGERI DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA YANG MENGETAHUI
TENTANG TERJADINYA PERISTIWA PIDANA YANG MERUPAKAN TINDAK PIDANA WAJIB
MELAPORKAN HAL ITU KEPADA PENYELIDIK ATAU PENYIDIK.
CARA / BENTUK LAPORAN
MENURUT PASAL 103 AYAT (1),(2), DAN (3) JO PASAL 108 AYAT (3) (4) DAN (5) KUHAP:
1. LAPORAN YANG DIAJUKAN SECARA TERTULIS HARUS DITANDATANGANI OLEH PELAPOR.
2. HAL YANG DILAPORKAN SECARA LISAN OLEH PELAPOR HARUS DICATAT OLEH PENYIDIK,
DAN SETELAH DICATAT OLEH PENYIDIK, KEMUDIAN DIBACAKAN LAGI OLEH PENYIDIK,
DITANDATANGANI LAPORAN OLEH SI PELAPOR (PASAL 108 AYAT 4 KUHAP).
3. APABILA SI PELAPOR TIDAK DAPAT MENULIS, MAKA LAPORAN SI PELAPOR DICATAT OLEH
PENYIDIK, KEMUDIAN DIBACAKAN KEMBALI DAN HAL ITU HARUS DISEBUTKAN
SEBAGAI CATATAN DALAM LAPORAN TERSEBUT.
4. DENGAN LAPORAN SECARA TERTULIS (PASAL 103 AYAT 1 JO PASAL 108 AYAT 1 DAN 4
KUHAP).
5. UNTUK ITU PENYIDIK WAJIB MEMBERIKAN SURAT TANDA PENERIMAAN LAPORAN
KEPADA PELAPOR (PASAL103 AYAT 2 KUHAP JO PASAL 108 AYAT 6 KUHAP).
PROSES PELAPORAN
1. PENYELIDIK MENERIMA LAPORAN TENTANG TERJADINYA SUATU PERISTIWA
YANG PATUT DIDUGA MERUPAKAN TINDAK PIDANA.
2. PENYELIDIK WAJIB MEMBUAT BERITA ACARA DAN MELAPORKANNYA KEPADA
PENYIDIK SEDAERAH HUKUM.
3. PENYELIDIK DAN PENYIDIK YANG SUDAH MENERIMA LAPORAN TERSEBUT
SEGERA DATANG KE TEMPAT KEJADIAN DAPAT MELARANG SETIAP ORANG
UNTUK TIDAK MENINGGALKAN TEMPAT ITU SELAMA PEMERIKSAAN DI SITU
SEBELUM SELESAI.
4. PELANGGAR LARANGAN TERSEBUT DAPAT DIPAKSA TINGGAL DI TEMPAT
TERSEBUT SAMPAI PEMERIKASAAN DIMAKSUD DI ATAS SELESAI.
 PENGADUAN
PENGERTIAN
PENGADUAN MENURUT PASAL 1 BUTIR 25 KUHAP, ADALAH
PEMBERITAHUAN DISERTAI PERMINTAAN OLEH PIHAK
YANG BERKEPENTINGAN KEPADA PEJABAT YANG
BERWENANG UNTUK MENINDAK MENURUT HUKUM
SEORANG YANG TELAH MELAKUKAN TINDAK PIDANA
YANG MERUGIKANNYA.
TINDAK PIDANA ADUAN
A. TINDAK PIDANA ADUAN ABSOLUT (ABSOLUTE KLACHDELICT)
ADALAH TINDAK PIDANA YANG TIDAK DAPAT DITUNTUT APABILA TIDAK ADA PENGADUAN
DARI PIHAK KORBAN ATAU YANG DIRUGIKAN ATAU DIPERMALUKAN DENGANTERJADINYA
TINDAK PIDANA TERSEBUT, SEBAB DIDALAM TINDAK PIDANA ADUANABSOLUT YANG DITUNTUT
BUKAN HUKUMNYA TETAPI PERISTIWANYA, SEHINGGA PERMINTAAN DALAM PENUNTUTAN DALAM
PENGADUAN HARUS BERBUNYI “ SAYA MINTA AGAR PERISTIWA INI DITUNTUT”.
B. TINDAK PIDANA ADUAN RELATIF (RELATIF KLACHDELICT)
PADA PRINSIPNYA BUKANLAH DELIK ADUAN, TETAPI TERMASUK LAPORAN (DELIK BIASA).
AKAN TETAPI AKAN MENJADI DELIK ADUAN APABILA DILAKUKAN DALAM LINGKUNGAN
KELUARGA SENDIRI. JADI PENUNTUTAN DILAKUKAN BUKAN PERISTIWANYA ATAU
KEJADIANNYA TETAPI HANYA KEPADA ORANG-ORANG YANG TELAH MELAKUKAN TINDAK
PIDANA ITU, OLEH KARENA ITU APABILA TINDAK PIDANA ADUAN RELATIF DILAKUKAN
PENUNTUTUTAN MAKA PERKARANYA DAPAT DIBELAH (SPLEIT).
PIHAK YANG BERHAK MENGAJUKAN PENGADUAN
1. PASAL 72 KUH PIDANA YAITU :
(1). SELAMA ORANG YANG TERKENA KEJAHATAN YANG HANYA BOLEH DITUNTUT ATAS
PENGADUAN DAN ORANG ITU UMURNYA BELUM CUKUP 16 TAHUN ATAU SELAMA DIA B
ERADA DIBAWAH PENGAMPUAN, DLL, WAKILNYA YANG SAH DALAM PERKARA
PIDANA DAN PERDATA BERHAK MENGADU.
(2). JIKA TIDAK ADA WAKIL ATAU WAKIL TERSEBUT YANG HARUS DIADUKAN, MAKA
PENUNTUTAN DILAKUKAN ATAS PENGADUAN WALI PENGAWASAN ATAU PENGAMPU
PENGAWAS, ATAU MAJELIS YANG MENJADI WALI PENGAWAS ATAU PENGAMPU KE
PENGAWAS.
2. PASAL 73 KUH PIDANA, JIKA YANG TERKENA KEJAHATAN MENINGGAL DALAM TENGGANG
WAKTU YANG DI TENTUKAN DALAM PASAL BERIKUT MAKA TANPA MEMPERPANJANG
WAKTU ITU, PENUNTUTAN DILAKUKAN ATAS PENGADUAN ORANG TUANYA, ANAKNYA
ATAU SUAMINYA (ISTRINYA) YANG MASIH HIDUP KECUALI KALAU TERNYATA BAHWA
YANG MENINGGAL TIDAK MENGHENDAKI PENUNTUTAN.
CARA DAN BENTUK PENGADUAN
PASAL 103 AYAT (1)(@) DAN (3) JO PASAL 108 AYAT (3)(4)DAN (95) KUHAP
1. PENGADUAN YANG DILAKUKAN SECARA TERTULIS HARUS DI TANDATANGANI
OLEH PENGADU.
2. PENGADUAN YANG DILAKUKAN SECARA LISAN HARUS DICATAT OLEH PENYIDIK
DAN DITANDATANGANI OLEH PENGADU DAN PENYIDIK
3. DALAM HAL PENGADU TIDAK DAPAT MENULIS, HAL INI HARUS DISEBUTKAN
SEBAGAI CATATAN DALAM PENGADUAN TERSEBUT.
4. SETELAH MENERIMA PENGADUAN, PENYELIDIKAN ATAU PENYIDIK HARUS
MEMBERIKAN TANDA PENERIMAAN PENGADUAN KEPADA YANG
BERSANGKUTAN.
BATAS WAKTU KADALUWARSA PENGAJUAN PENGADUAN
1. PASAL 74 KUH PIDANA YAITU :
(1). PENGADUAN HANYA BOLEH DIAJUKAN DALAM WAKTU ENAM BULAN SEJAK ORANG
YANG BERHAK MENGADU MENGETAHUI ADANYA KEJAHATAN
(2). JIKA YANG TERKENA KEJAHATAN BERHAK MENGADU PADA SAAT TENGGANG
WAKTU TERSEBUT DALAM AYAT 1 BELUM HABIS, MAKA SETELAH SAAT ITU
PENGADUAN MASIH BOLEH DIAJUKAN HANYA SELAMA SISA YANG MASIH KURANG
PADA TENGGANG WAKTU YANG TERSEBUT.
2. PASAL 75 KUH PIDANA, PENGADUAN YANG TELAH DIAJUKAN DAPAT DICABUT
KEMBALI DALAM WAKTU SELAMA 3 (TIGA) BULAN SEJAK HARI PERTAMA PENGADUAN
ITU DIAJUKAN.
3. PASAL 293 AYAT (3) KUH PIDANA, TENGGANG WAKTU TERSEBUT DALAM PASAL 74
BAGI PENGADUAN INI ADALAH MASING-MASING SEMBILAN BULAN DAN DUA BELAS
BULAN.
PENYELIDIK, PENYIDIK
DAN
WEWENANGNYA
PENGERTIAN
1. PENYELIDIK DAN PENYELIDIKAN
PASAL 1 ANGKA 4 KUHAP JO PASAL 1 ANGKA 8 UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. PENYELIDIK ADALAH “PEJABAT POLISI
NEGARA RI YANG DIBERI WEWENANG OLEH UNDANG UNDANG INI UNTUK
MELAKUKAN PENYELIDIKAN”.
PASAL 4 KUHAP “PENYELIDIK ADALAH SETIAP PEJABAT POLISI RI”.
PASAL 1 ANGKA 5 KUHAP JO PASAL 1 ANGKA 9 UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. PENYELIDIKAN ADALAH “SERANGKAIAN
TINDAKAN PENYELIDIK UNTUK MENCARI DAN MENEMUKAN SUATU PERISTIWA YANG
DIDUGA SEBAGAI TINDAK PIDANA GUNA MENENTUKAN DAPAT ATAU TIDAKNYA
DILAKUKAN PENYIDIKAN MENURUT CARA YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG
INI”.
2. PENYIDIK DAN PENYIDIKAN
PASAL 1 ANGKA 1 KUHAP JO PASAL 1 ANGKA 10 UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. PENYIDIK ADALAH “PEJABAT POLISI
NEGARA RI ATAU PEJABAT PEGAWAI NEGERI SIPIL TERTENTU YANG DIBERI
WEWENANG KHUSUS OLEH UNDANG-UNDANG UNTUK MELAKUKAN PENYIDIKAN”.
PASAL 1 ANGKA 1 KUHAP JO PASAL 1 ANGKA 10 UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. PENYIDIKAN ADALAH “SERANGKAIAN
TINDAKAN PENYIDIK DALAM HAL DAN MENURUT CARA YANG DIATUR DALAM UNDANG
UNDANG INI UNTUK MENCARI SERTA MENGUMPULKAN BUKTI YANG DENGAN BUKTI
ITU MEMBUAT TERANG TENTANG TINDAK PIDANA YANG TERJADI DAN GUNA
MENEMUKAN TERSANGKA”.
3. PENYIDIK PEMBANTU
PASAL 1 ANGKA 3 KUHAP JO PASAL 10 AYAT 1 KUHAP JO PASAL 1 ANGKA 12 UU
NO. 2 TAHUN 2002, PENYIDIK PEMBANTU ADALAH PEJABAT KEPOLISIAN NEGARA
RI YANG KARENA DIBERI WEWENANG TERTENTU DAPAT MELAKUKAN TUGAS
PENYIDIKAN YANG DIATUR DALAM UU INI.
PASAL 1 ANGKA 12 UU NO. 2 TAHUN 2002 PENYIDIK PEMBANTU ADALAH PEJABAT
KEPOLISIAN NEGARA RI YANG DIANGKAT OLEH KEPALA KEPOLISIAN NEGARA RI
BERDASARKAN SYARAT KEPANGKATAN DAN DIBERI WEWENANG TERTENTU
DALAM MELAKUKAN TUGAS PENYIDIKAN YANG DIATUR DALAM UU.
4. PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS)
PASAL 1 ANGKA 10 UU NO. 2 TAHUN 2002, PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
ADALAH PEJABAT PEGAWAI NEGERI SIPIL TERTENTU YANG BERDASARKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DITUNJUK SELAKU PENYIDIK DAN
MEMPUNYAI WEWENANG UNTUK MELAKUKAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA
DALAM LINGKUP UNDANG-UNDANG YANG MENJADI DASAR HUKUMNYA MASING-
MASING.
 WEWENANG
PENYIDIK
PASAL 5 B KUHAP
A. KARENA KEWAJIBANNYA MEMPUNYAI WEWENANG :
1. MENERIMA LAPORAN ATAU PENGADUAN DARI SEORANG TENTANG ADANYA TINDAK PIDANA.
2. MENCARI KETERANGAN DAN BARANG BUKTI
3. MENYURUH ORANG YANG DICURIGAI BERHENTI DAN MENANYAKAN SERTA
MEMERIKSA TANDA PENGENAL DIRI.
4. MENGADAKAN TINDAKAN LAIN MENURUT HUKUM YANG BERTANGGUNG JAWAB.
B. ATAS PERINTAH PENYIDIK DAPAT MELAKUKAN TINDAKAN BERUPA :
1. PENANGKAPAN, LARANGAN MENINGGALKAN TEMPAT, PENGGELEDAHAN, DAN PENAHANAN.
2. PEMERIKSAAN DAN PENYITAAN SURAT.
3. MENGAMBIL SIDIK JARI DAN MEMOTRET SESEORANG.
4. MEMBAWA DAN MENGHADAPKAN SESEORANG PADA PENYIDIK..
PENYIDIK PEMBANTU
PASAL 11 KUHAP, WEWENANG PENYIDIK PEMBANTU
1.MENERIMA LAPORAN ATAU PENGADUAN DARI SESEORANG TENTANG ADANYA TINDAK PIDANA
2. MELAKUKAN TINDAKAN PERTAMA PADA SAAT DI TEMPAT KEJADIAN
3. MENYURUH BERHENTI SESEORANG TERSANGKA DAN MEMERIKSA TANDA PENGENAL DARI TERSANGKA
4. MELAKUKAN PENANGKAPAN, PENGGELEDAHAN DAN PENYITAAN
5. MELAKUKAN PEMERIKSAAN DAN PENYITAAN SURAT
6. MENGAMBIL SIDIK JARI DAN MEMOTRET SESEORANG
7. MEMANGGIL SESEORANG UNTUK DIDENGAR DAN DIPERIKSA SEBAGAI TERSANGKA ATAU SAKSI
8. MENDENGARKAN SEORANG AHLI YANG DIPERLUKAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMERIKSAAN PERKARA
9. MENGADAKAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN
10. MENGADAKAN TINDAKAN LAIN MENURUT HUKUM YANG BERTANGGUNG JAWAB
PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL(PPNS)
PASAL 7 AYAT (2) KUHAP WEWENANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL
1. MENERIMA LAPORAN ATAU PENGADUAN DARI SESEORANG TENTANG ADANYA TINDAK PIDANA
2. MELAKUKAN TINDAKAN PERTAMA PADA SAAT DI TEMPAT KEJADIAN
3. MENYURUH BERHENTI SESEORANG TERSANGKA DAN MEMERIKSA TANDA PENGENAL DARI
TERSANGKA
4. MELAKUKAN PENANGKAPAN, PENGGELEDAHAN DAN PENYITAAN
5. MELAKUKAN PEMERIKSAAN DAN PENYITAAN SURAT
6. MENGAMBIL SIDIK JARI DAN MEMOTRET SESEORANG
7. MEMANGGIL SESEORANG UNTUK DIDENGAR DAN DIPERIKSA SEBAGAI TERSANGKA ATAU SAKSI
8. MENDATANGKAN ORANG AHLI YANG DIPERLUKAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMERIKSAAN
PERKARA
9. MENGADAKAN PENGHENTIAN PENYIDIKAN
10. MENGADAKAN TINDAKAN LAIN MENURUT HUKUM YANG BERTANGGUNG JAWAB
10 ASAS PERADILAN PIDANA
1. ASAS EQUALITY BEFORE THE LOW
2. ASA LEGALITAS DALAM UPAYA PAKSA
3. ASAS PRESUMPTION OF INNOCENCE
4. ASAS REMEDY AND REHABILITATION
5. ASAS FAIR , IMPARTIAL, IMPERSIONAL AND OBJEKTIVE
6. ASAS LEGAL ASSITENCE
7. MIRANDA RULE
8. ASAS PRESENTASI
9. ASAS KETERBUKAAN
10.ASAS PENGAAWASAN
TERIMA KASIH