Anda di halaman 1dari 306

PENGANTAR HUKUM

INDONESIA
TUJUAN UMUM
AGAR MAHASISWA PESERTA DIDIK DAPAT
MENGUASAI POKOK-POKOK HUKUM POSITIP
YANG BERLAKU DI INDONESIA
BEBAN KULIAH
4 SATUAN KREDIT SEMESTER
MIN 28 KALI PERTEMUAN
1 KALI PERTEMUAN 100 MENIT
POKOK BAHASAN
1. TATA HUKUM INDONESIA
2. SUMBER-SUMBER HUKUM
3. AZAS HUKUM PERDATA
4. AZAS HUKUM DAGANG
5. AZASHUKUM TATA NEGARA
6. AZAS HUKUM PIDANA
7. AZAS HUKUM ACARA
KONTRAK KULIAH
MAHASISWA WAJIB HADIR KULIAH MIN 75 %
NILAI TUGAS 20 %
NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER 30 %
NILAI UJIAN AKHIR SEMESTER 50 %
TIDAK ADA KETERLEMBATAN PENYERAHAN
TUGAS
MAHASISWA HADIR KULIAH BERPAKAIAN RAPI
KETERLAMBATAN PERKULIAHAN DITOLERIR
UNTUK ALASAN KEDARURATAN
POKOK BAHASAN
8. AZAS HUKUM TENAGA KERJA
9. AZAS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
10. AZAS HUKUM ADAT
11. AZAS HUKUM INTERNASIONAL
12. AZAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
13. AZAS HUKUM AGRARIA
14. AZAS HUKUM PAJAK
15. SISTIM PERADILAN INDONESIA
TATA HUKUM INDONESIA
SEPERANGKAT ATURAN HUKUM POSITIP YANG
BERLAKU MENGIKAT DAN SALING
BERHUBUNGAN DALAM SATU TATANAN DAN
PERINGKAT
APAKAH TATA HUKUM INDONESIA MRPK
KELANJUTAN TATA HUKUM HINDIA
BELANDA
BUKAN KELANJUTAN TATA HUKUM HINDIA
BELANDA
BUKTINYA:
MEMORANDUM DPRGR 9 JUNI 1966 =
PROKLAMASI MERUPAKAN DETIK PENJEBOLAN
TATA HUKUM BELANDA DAN PEMBANGUNAN TATA
HUKUM INDONESIA
PASAL II ATURAN PERALIHAN UUD NRI TH 1945
ATURAN PERALIHAN
FUNGSI = MENGHINDARI KEVAKUMAN HUKUM
TUJUAN = MEMBERLAKUKAN HUKUM YANG
LAMA SEMENTARA BELUM ADA PENGGANTINYA
PEMBINAAN HUKUM
PEMBUATAN HUKUM-HUKUM YANG BARU DN
PENYESUAIAN HUKUM-HUKUM LAMA SESUAI
KEDUDUKAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA
MERDEKA
CIRI –CIRI HUKUM MODEREN
KONSENTRIS
KONVERGEN
TERTULIS
Dr SAHARDJO
MENGGANTI LAMBANG KEADILAN DEWI THEMIS
MENJADI POHON BERINGIN PENGAYOMAN
MERUBAH ISTILAH PENJARA MENJADI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN
KUHPER DAN KUHD DIRUBAH KEDUDUKANNYA
DARI WETBOEK MENJADI RECHTBOEK
Dewi Themis Beringin Pengayoman
Penjara
Lembaga Pemasyarakatan
SUMBER-SUMBER HUKUM
SUMBER-SUMBER HUKUM
SEGALA HAL YANG DAPAT MENIMBULKAN
ATURAN YANG BERSIFAT MENGATUR,MENGIKAT
DAN MEMAKSA, DAN IIKUTI DENGAN SANKSI
YANG TEGAS
SUMBER HUKUM
PERUNDANG-UNDANGAN
JURISPRUDENSI
KEBIASAAN
TRAKTAT
DOKTRIN
PERUNDANG-UNDANGAN
ARTI FORMIL = LEMBAGA PEMBUATNYA ADALAH
LEGISLATOR
ARTI MATERIIL = KEKUATAN MENGIKAT UMUM
KEKUATAN MENGIKAT
FIKSI HUKUM = SEMUA ORANG DIANGGAP
MENGETAHUI ADANYA HUKUM
SEMUA PERUNDANGAN WAJIB DIUMUMKAN
AGAR MENGIKAT UMUM
KAPAN BERLAKUNYA
SEJAK TANGGAL YANG DITETAPKAN OLEH
UNDANG-UNDANG
JIKA TIDAK ADA KETENTUAN PENANGGALAN
DALAM PERUNDANGAN, MAKA DI WILAYAH
JAWA MADURA 30 HARI SESUDAHNYA, DILUAR
JAWA DAN MADURA 100 HARI SESUDAHNYA.
TEMPAT PENGUMUMAN
LEMBARAN NEGARA REP INDONESIA
BERITA NEGARA REP INDONESIA
LEMBARAN DAERAH
BERITA DAERAH
LEMBARAN NEGARA
UNDANG-UNDANG/PERPU
PERPRES MENGENAI PERJANJIAN
INTERNASIONAL DAN PERNYATAAN KEADAAN
BAHAYA
PERATURAN YANG WAJIB DIUMUMAN MELALUI
LEMBARAN NEGARA
BERITA NEGARA = KEPUTSAN PRESIDEN DLL
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA ---- PENJELASAN
UU/PERPU YANG DIMUAT DALAM LEMBARAN
NEGARA
TAMBAHAN BERITA NEGARA ---- PENJELASAN
PERATURAN YANG DIMUAT DALAM BERITA
NEGARA
KAPAN BERAKHIRNYA
JANGKA WAKTU YANG DITETAPKAN
PERUNDANGAN SUDAH LAMPAU
KEADAAN ATAU HAL YANG DIATUR SUDAH
LAMPAU
UU DICABUT
TELAH TERBIT PERUNDANGAN BARU YANG
MENGATUR HAL SAMA, TETAPI ISINYA
BERTENTANGAN DENGAN YANG LAMA
ASAS-ASAS UTAMA PERUNDANGAN
PERUNDANGAN TIDAK BOLEH RETROAKTIF
( BERLAKU SURUT)
PERUNDANGAN YANG KHUSUS MENGESAMPINGKAN
YANG UMUM ( LEX SPECIALIS DEROGAT LEX
GENERALIS)
PERUNDANGAN YANG DATANG KEMUDIAN
MENGESAMPINGKAN YANG LAMPAU (LEX
POSTERIORI DEROGAT LEX PRIORI)
PERUNDANGAN YANG DIBUAT PEJABAT/LEMBAGA
LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA, MAKA LEBIH
TINGGI ULA KEDUDUKANNYA
Lex Dura sed Tamen Scripta
Hukum itu kejam tetapi begitulah yang tertulis

Hal ini berarti hukum brsifat memaksa


AZAS HUKUM DALAM PERATURAN
PERUNDANGAN
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
f. bhinneka tunggal ika;
g. keadilan;
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

28
TATA URUTAN PERUDANGAN RI BERDASAR
UU NO 12 TAHUN 2011
UUD NEGARA RI TAHUN 1945
UU/PERPU REP. INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH
PERATURAN PRESIDEN
PERATURAN DAERAH
YURISPRUDENSI
PUTUSAN HAKIM YANG TELAH LALU DAN
SUDAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM YANG
TETAP ( IN KRACHT VAN GEWIJSDE) DAN
KEMUDIAN DIGUNAKAN HAKIM LAIN UNTUK
MEMUTUS KASUS YANG SAMA.
BERKEKUATAN HUKUM TETAP = TERHADAP
PUTUSAN HAKIM TERSEBUT SUDAH TIDAK
DILAKUKAN UPAYA HUKUM LAGI
ALASAN HAKIM MENGGUNAKAN
YURISPRUDENSI
PERTIMBANGAN PRAKTIS
PERTIMBANGAN KESESUAIAN PNDAPAT
PERTIMBANGAN PSYCOLOGIS
APAKAH HAKIM WAJIB MENGIKUTI
PUTUSAN HAKIM DI ATASNYA
SISTIM HUKUM INDNESIA TIDAK MENGANUT
PRINSIP STARE DECESIS SEHIGGA HAKIM BEBAS
UNTUK TIDAK MENGIKUTI HAKIM LAIN YANG
LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA
TRAKTAT/PERJANJIAN
PERJANJIAN YANG DIBUAT OLEH DUA NEGARA
ATAU LEBIH YANG MENGATUR SESUATU HAL

DASAR KEBERLAKUAN TRAKTAT ADALAH


PRINSIP PACTA SUNT SERVANDA = SEMUA
PERJANJIAN YANG DIBUAT OLEH NEGARA, MAKA
MENGIKAT JUGA WARGA NEGARANYA
JENIS TRAKTAT
TRAKTAT TERBUKA
TRAKTAT TERTUTUP
KEBIASAAN
PERBUATAN TERSEBUT TERUS
MENERUDSDILAKUKAN OLEH MASYARAKAT
HUKUM TERSEBUT
MASYARAKAT MENGANGGAP PERBUATAN
TERSEBUT SEBAGAI SUATU KEWAJIBAN ATAU
KEPATUTAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT
DOKTRIN
PENDAPAT AHLI HUKUM TERNAMA YANG
PENDAPATNYA DIGUNAKAN HAKIM SEBAGAI
DASAR PERTIMBANGAN UNTUK MEMUTUS
SUATU PERKARA
DOKTRIN MENJADI SUMBER HUKUM APABILA
DIGUNAKAN SEBAGAI JURISPRUDENSI
TUGAS MAHASISWA
PILIH SATU UNDANG-UNDANG, DAN KEMUDIAN
TUNJUKKAN BAGIAN-BAGIAN MANA YANG
SESUAI DAN PRINSIP-PRINSIP PERUNDANGAN
DALAM UU NO 12 TAHUN 2011
TUGAS KELOMPOK MAKSIMUM ANGGOTA 5
(LIMA) ORANG
Legalitas.org
Dikumpulkan MINGGU depan
HUKUM PERDATA
Hukum yang mengatur hubungan antar subyek
hukum yang menitik beratkan kepada kepentingan
pribadi atau privat
HUKUM PERDATA
KUHPER = KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
PERDATA
BURGERLIJK WETBOEK = BW

KUHD= KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM


DAGANG
WETBOEK VAN KOOPHANDEL = WVK
KUHPERDATA
BUKU 1 = ORANG = VAN PERSONEN
BUKU 2 = BARANG= VAN ZAKEN
BUKU 3 = PERIKATAN – VAN VERBINTENISEN
BUKU 4 = PEMBUKTIAN DAN DALUARSA
BUKU 1 TENTANG ORANG
SUBYEK HUKUM = SEGALA SESUATU YANG
DAPAT MEMILIKI HAK DAN DIKENAI KEWAJIBAN
OBYEK HUKUM = SEGALA SESUATU YANG DAPAT
DILEKATKAN DAN DINIKMATI OLEH SUBYEK
HUKUM

SIAPA SUBYEK HUKUM PERDATA:


ORANG
BADAN HUKUM
SUBYEK HUKUM
KAPAN:
SEJAK LAHIR HINGGA MATI ( FROM CRADLE TO
THE GRAVE)
PERKECUAIAN DALAM PASAL 2 KUHPER =
 Anak dalam kandungan seorang wanita dianggap
telah lahir, setiap kali kepentingan nya
menghendakinya. Bila telah mati waktu dilahirkan,
anak tersebut dianggap tidak pernah ada
SUBYEK HUKUM
TIDAK SEMUA SUBYEK HUKUM BERHAK
BERLALULINTAS HUKUM (HANDELING
BEKWAAM/WENANG BERHAK).
SUBYEK HUKUM YANG TIDAK BERHAK
BERLALULINTAS HUKUM DISEBUT HANDELING
ONBEKWAAM
SEMUA YANG TIDAK WENANG BERHAK HARUS
DIWAKILI KEPENTINGANNYADALAM LALU
LINTAS HUKUM OLEH PIHAK LAIN
PENYEBAB TERJADINYA
HANDELING ONBEKWAAM
ALASAN JASMANI ROHANI
• USIA SUBYEK HUKUM BELUM
DEWASA(MINDERJARIG) ≥ 21 TAHUN
( MEERDERJARIG) (PASAL 330 KUHPER)
• SUBYEK HUKUM TELAH BERUSIA ≥ 21 TAHUN, TAPI
TIDAK MAMPU MENGURUS DIRI SENDIRI

ALASAN UNDANG-UNDANG
WANITA YSG SUDAH MENIKAH ( DIHAPUS
DENGAN SEMA NO 3 TAHUN 1963)
PERWAKILAN
PERWALIAN (VOOGDIj)= UNTUK ANAK YANG
BELUM DEWASA ( PERKAWINAN ORTU SUDAH
PUTUS)

PENGAMPUAN ( CURATELE)= UNTUK ORANG


DEWASA TAPI TIDAK BISA MENGURS DIRINYA
SENDIRI , MISAL KARENA KETERBELAKANGAN
MENTAL
PERWALIAN
MENURUT UNDANG-UNDANG (WETTELIJK
VOOGDIJ)
MENURUT WASIAT (TESTAMENTER VOOGDIJ)
MENURUT HAKIM (DATIEVE VOOGDIJ)
KEKUASAAN ORANGTUA PUTUS
ANAK TELAH MENIKAH
ANAK TELAH DEWASA
KEKUASAAN ORTU DIBEBASKAN
KEKUASAAN ORTU DICABUT
DOMISILI
TEMPAT DIMANA SESEORANG HARUS DIANGGAP
SELALU BERADA MESKIPUN SEBENARNYA
SEDANG TIDAK BERADA DI TEMPAT TERSEBUT
JENIS DOMISILI
ASLI
MENGIKUTI
PILIHAN
FUNGSI DOMISILI
TEMPAT DI MANA SESEORANG HARUS MENIKAH
TEMPAT DI MANA PENGADILAN MANA YANG
BERWENANG KEPADANYA
TEMPAT DI MANA PENGADILAN HARUS
MEMANGGIL KEPADANYA
SUBYEK HUKUM BADAN HUKUM
DIDIRIKAN DENGAN AKTE NOTARIS
DIFAGTARKAN DI PANITERA PENGADILAN
SETEMPAT
AKTE PENDIRIAN DIUMUMKAN DI TAMBAHAN
BERITA NEGARA
MEMILIKI DOMISILI
HAK KEPERDATAAN
PASAL 3 KUHPER
Tiada suatu hukuman apapun dapat mengakibatkan
kematian perdata atau hilangnya seluruh hak-hak
kewargaan
HUKUM PERKAWINAN
SEBELUM DIATUR DENGAN UU NO 1 HUN 1974
DIATUR DALAM BUKU 1 KUHPERDATA
CIRI UTAMA
Undang-undang memandang soal perkawinan hanya
dalam hubungan-hubungan perdata. (PASAL 26
KUHPER)
SAHNYA PERKAWINAN APABILA TELAH DICATAT
DALAM REGISTER CATATAN SIPIL (PASAL 100
KUHPER)
MONOGAMI TERTUTUP
SYARAT SAHNYA
KESEPAKATAN BERSAMA
KEMAUAN BEBAS
TIDAK DALAM IKATAN PERKAWINAN
PRIA MIN 18 TAHUN WANITA 15 TAHUN
DILAKUKAN DI MUKA PEGAWAI CATATAN SIPIL
TIDAK ADA PERTALIAN DARAH DIANTARA
KEDUA BELAH MEMPELAI
PUTUSNYA PERKAWINAN
KEMATIAN
KEPERGIAN SUAMI ATAU ISTRI SELAMA SEPULUH
TAHUN
AKIBAT PERPISAHAN MEJA MAKAN DAN TEMPAT
TIDUR
PERCERAIAN
PERCERAIAN
ZINAH
MENINGGALKAN TEMPAT TINGGAL BERSAMA
DENGAN SEGAJA
DIHUKUM PENJARA 5 TAHUN ATAU LEBIH
PENGANIAYAAN YANG MEMBAHAYAKAN JIWA
PERKAWINAN MENURUT UU NO 1 TAHUN
1974
PRINSIP UTAMA
PERKAWINAN MERUPAKAN HUBUNGAN SAKRAL
SAHNYA APABILA DILAKSANAKAN MENURUT
AGAMA DAN ATAU KEPERCAYAANNYA
MONOGAMI TERBUKA
SYARAT PERKAWINAN MENURUT UU
NO 1 TAHUN 1974 (Psl 12)
USIA PRIA MIN 19 TAHUN WANITA 16 TAHUN
ATAS DASAR PERSETUJUAN BERSAMA
JIKA UMUR BELUM 21 TAHUN MAKA HARUS
DENGAN IJIN ORTU
JIKA SYARAT UMUR BELUM TERPENUHI (BIK DARI
MEMPELAI PRA ATAU WANITA) MAKA HARUS
ADA DISPENSASI DARI PENGADILAN ATAU
PEJABAT YANG DITUNJUK
DILARANG PERKAWINAN ANTAR ORANG YANG
BERHUBUNGAN DARAH
HAK DAN KEWAJIBAN
(PSL 30 S/D 34)
SEIMBANG
SUAMI KEPALA KELUARAGA, ISTRI IBU RUMAH
TANGGA
SUAMI WAJIB MELINDUNGI ISTRI DAN
MEMBERIKAN NAFKAH
HARTA PERKAWINAN
HARTA BENDA YANG DIPEROLEH SELAMA
PERKAWINAN MENJADI HARTA BERSAMA
HARTA BAWAAN DAN MASING-MASING PIHAK
YANG DIPEROLEH SEBELUM PERKAWINAN
POLIGAMI
HARUS DAPAT IJIN DARI PENGADILAN, DAN IJIN
DIBERIKAN OLEH PENGADILAN JIKA:
ISTRI TIDAK DAPAT MELAHIRKAN KETURUNAN
ISTRI MENDAPAT CACAT TUBUH ATAU PENYAKIT
YANG TAK BISA DISEMBUHKAN
ISTRI TAK DAPAT MENJALANKAN KEWAJIBAN
SEBAGAI ISTRI
SYARAT-SYARAT POLIGAMI
ADA PERSETUJUAN DARI ISTRI-ISTRINYA
ADA KEPASTIAN BAHWA IA MAMPU MENJAMIN
KEPERLUAN HIDUP ISTRI-ISTRINYA BESERTA
ANAK-ANAKNYA
ADA JAMINAN BAHWA SUAMI AKAN BERSIKAP
ADIL
BUKU 2 HUKUM BENDA
 BARANG adalah tiap benda dan tiap hak yang dapat
menjadi obyek dari hak milik. : PASAL 499
BUKU 2:HUKUM BENDA
 BENDA:
 BENDA BERGERAK
 BENDA TIDAK BERGERAK

 DASAR PEMBAGIAN JENIS BENDA


 SIFAT: Barang bergerak karena sifatnya adalah barang yang
dapat berpindah sendiri atau dipindahkan.
 TUJUAN :.
 UNDANG-UNDANG
BARANG TAK BERGERAK KARENA TUJUANNYA

1. pada pabrik: barang hasil pabrik (trafijk), penggilingan,


penempaan besi dan barang tak bergerak semacam itu,
apitan besi, ketel kukusan, tempat api, jambangan, tong
dan perkakas-perkakas sebagainya yang termasuk bagian
pabrik, sekalipun barang itu tidak tertancap atau terpaku;
2. pada perumahan: cermin, lukisan dan perhiasan lainnya
bila dilekatkan pada papan atau pasangan batu yang
merupakan bagian dinding, pagar atau plesteran suatu
ruangan, sekalipun barang itu tidak terpaku;
TUJUAN PEMBAGIAN JENIS BENDA

I. PEMINDAHTANGANAN
 BENDA BERGERAK = PENYERAHAN
 BENDA TIDAK BERGERAK= BALIKNAMA

II. AGUNAN
 BENDA BERERAK = GADAI /PAND
II. BENDA TIDAK BERGERAK = HAK
TANGGUNGAN/HIPOTIK
HAK DALAM HUKUM BENDA
 BEZIT
 DETENTIE

 BEZIT : KEADAAN DIMANA SESEORANG


MENGUASAI SUATU BENDA TANPA
DIPERTANYAKAN HAK MILIK ATAS BENDA
ITU SESUNGGUNYA ADA PADA SIAPA
 BEZIT ATAS BARANG BERGERAK BERLAKU
SEBAGAI TITLE YANG SEMPURNA
ITIKAD BAIK
 BEZIT YANG DILINDUNGI ADALAH BEZIT
YANG DIDASARI ITIKAD BAIK

 Psl 531. Besit dalam itikad baik terjadi bila


pemegang besit memperoleh barang itu dengan
mendapatkan hak milik tanpa mengetahui adanya
cacat-cela di dalamnya.
ITIKAD BURUK
 Psl 532. Besit dalam itikad buruk terjadi bila
pemegangnya mengetahui, bahwa barang yang
dipegangnya bukanlah hak miliknya. Bila
pemegang besit digugat di muka hakim dan
dalam hal ini dikalahkan, maka ia dianggap
beritikad buruk sejak perkara diajukan.
DETENTIE
 KEADAAN DIMANA SESEORANG
MENGUASAI SUATU BENDA SEBAGAI
AKIBAT ADANYA PROSES HUKUM
SEBELUMNYA
 CONTOH: SESEORANG MENGUASAI
RUMAH KARENA MENYEWA RUMAH
TERSEBUT
KONVERSI HAK ATAS TANAH
 SETELAH BERLAKUNYA UU NO 5 TAHUN 1960
TENTANG UUPA (UU POKOK AGRARIA) MAKA
SEMUA HAK TANAH YANG DULUNYA TUNDUK
KEPADA BUKU 2 KUHPER DISESUAIKAN DENGAN
HAK ATAS TANAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM
UUPA, SEPERTI
 HAK MILIK
 HAK GUNA BANGUNAN
 HAK GUNA USAHA
 HAK PAKAI
 HAK SEWA DLL
HUKUM WARIS
 UNSUR WARIS
 PEWARIS
 AHLI WARIS
 BARANG WARISAN

 Pasal 830 KUHPER. Pewarisan hanya terjadi karena


kematian.
HUKUM WARIS DI INDONESIA
 WARIS BERDASAR HUKUM PERDATA
BARAT (KUHPER)
 WARIS BERDASAR HUKUM ADAT
 WARIS BERDASAR HUKUM ISLAM
PEWARISAN
 PEWARISAN MENURUT UNDANG-
UNDANG = AB INTESTAATO

 PEWARISAN MENURUT WASIAT =


TESTAMENTER
PEWARIS DAN HARTA WARIS
 PEWARIS ADALAH SESEORANG YANG
MENIGGAL DUNIA DAN MENINGGALKAN
HARTA WARISAN
 HARTA WARISAN: SEGENAP AKTIVA DAN
PASIVA YANG MENJADI HAK DAN
KEWAJIBAN PEWARIS
AHLI WARIS
 ahli waris ialah keluarga sedarah, baik yang sah
menurut undang-undang maupun yang di luar
perkawinan, dan si suami atau si istri yang hidup
terlama, menurut peraturan-peraturan berikut ini.
Bila keluarga sedarah dan si suami atau si istri yang
hidup terlama tidak ada, maka semua harta
peninggalan menjadi milik negara, yang wajib
melunasi utang-utang orang yang meninggal
tersebut, sejauh harga harta peninggalan mencukupi
untuk itu.
AHLI WARIS
 Golongan 1 : anak-anak dan istri
 Golongan 2 : ortu dan saudara sekandung pewaris
 Golongan 3 : kakek nenek dari pihak ayah
maupun ibu dari pewaris
 Golongan 4: keluarga sedarah sampai derajat ke -
4
LEGITIEME PORTIE
 BAGIAN DARI HAK AHLI WARIS YANG
TIDAK BISA DIHAPUSKAN OLEH PEWARIS
SEKALIPUN

 PEWARIS TIDAK BISA MENGHAPUS HAK


WARIS AHLI WARIS
DILARANG JADI AHLI WARIS
1. Seseorang yang telah dijatuhi hukuman karena membunuh atau
mencoba membunuh orang yang meninggal itu;
2. Seseorang yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan
karena dengan fitnah telah mengajukan tuduhan terhadap
pewaris, bahwa pewaris pernah melakukan suatu kejahatan yang
diancam dengan hukuman penjara lima tahun atau hukuman
yang lebih berat lagi;
3. Seseorang yang telah menghalangi orang yang meninggal itu
dengan kekerasan atau perbuatan nyata untuk membuat atau
menarik kembali wasiatnya;
4. Seseorang yang telah menggelapkan, memusnahkan atau
memalsukan wasiat orang yang meninggal itu.
BUKU 3 PERIKATAN
 OBYEK DARI PERIKATAN ADALAH
PRESTASI

 JENIS PRESTASI
 MELAKUKAN SESUATU

 MEMBERI SESUATU

 TIDAK MELAKUKAN SESUATU


SUMBER SENGKETA
 Perbuatan melawan hukum
 Perbuatan Ingkar janji/ wanprestasi
PRESTASI >< WANPRESTASI
 WANPRESTASI= INGKAR JANJI
 TIDAK MELAKUKAN PRESTASI SAMA SEKALI
 TERLAMBAT BERPRESTASI
 BERPRESTASI SEBAGIAN
 BERPRESTASI TETAPI TIDAK SESUAI
PERJANJIAN
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
 Psl1365 KUHPER
 . Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan
orang yang menimbulkan kerugian itu karena
kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.

 Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige daad)


 Perbuatan Melawan Hukum oleh pemerintah
( Onrechtmatige Overheidsdaad)
PERBUATAN MELAWAN HUKUM 0LEH PEMERINTAH

(1) adanya perbuatan;


(2) perbuatan itu melawan hukum;
(3) adanya kerugian;
(4) adanya kesalahan; dan
(5) adanya hubungan sebab akibat (kausalitas)
antara perbuatan melawan hukum dengan akibat
yang ditimbulkan.
SUMBER PERIKATAN
 UNDANG-UNDANG
 PERJANJIAN
KONTRAK YANG TIMBUL DARI UNDANG-UNDANG ( PASAL 1352 KUHPER)

 Kontrak yang bersumber dari perundang-undang,


dimaksudkan sebagai suatu kontrak yang secara otomatis
dianggap ada karena undang-undang yang mengatur
hubungan hukum antar pihak .Hukum secara spesifik
dan memaksa menghubungkan kedua belah pihak, untuk
tunduk kepada ketentuan yang ada seolah-olah diantara
kedua belah pihak atau lebih telah terjalin suatu
perjanjian.
KONTRAK YANG TIMBUL DARI UNDANG-UNDANG

 Kontrak yang melulu bersumber dari perundang-


undangan saja (Pasal 307, 320, 383, 385, 452,625
,1005 KUHPER)
 Kontrak yang bersumber dari perundang-
undangan dan perbuatan/tindakan manusia
 Perbuatan yang tidak melawan hukum
 Perbuatan yang melawan hukum
DARI UNDANG-UNDANG SAJA
 Kewajiban alimentasi ( nafkah) orangtua kepada
anaknya

 Psl 307. KUHPER


 Orang yang melakukan kekuasaan orang tua atas
seorang anak yang masih di bawah umur, harus
mengurus barang-barang kepunyaan anak itu, dengan
tidak mengurangi ketentuan pasal 237 dan alinea
terakhir pasal 319e.
KONTRAK YANG BERSUMBER DARI PERUNDANG-UNDANGAN
DAN PERBUATAN/TINDAKAN MANUSIA

 Kontrak yang bersumber dari perundang-undangan


dan perbuatan/tindakan manusia yang menurut
hukum.(Pasal 1354 KUHPER)
 Kontrak yang bersumber dari perundang-undangan
dan perbuatan/tindakan manusia yang melawan
hukum. (Ps 1365 KUHPER)
KONTRAK YANG BERSUMBER DARI PERUNDANG-UNDANGAN
DAN PERBUATAN/TINDAKAN MANUSIA YANG MENURUT HUKUM

 Zaakwarneming (Mengurus Kepentingan Org lain) Ps 1354


 Pembayaran tak terutang (Ps 1359 KUHPER)
KONTRAK YANG TIMBUL DR PERJANJIAN
 kesepakatan-kesepakatan itu harus didasari satu itikad
baik dalam pelaksanaannya (pasal 1338 ayat 3 KUHPER
 pembutan kontrak terdapat asas kebebasan berkontrak
(Pasal 1338 KUHPER)
 kebebasan berkontrak tersebut tidak boleh bertentangan
dengan peraturan umum yang berlaku.(Pasal 1337
KUHPER)
KONTRAK YANG TIMBUL PERJANJIAN
 a.Perjanjian Jual beli
 b.Perjanjian Sewa Menyewa
 c.Perjanjian Persekutuan
 d,Perjanjian Penghibahan
 e.Perjanjian Pemberian Kuasa
 f.Perjanjian Perdamaian
SYARAT SAHNYA KONTRAK

Pasal 1320 KUHPer yakni:


1.Adanya Kesepakatan
2.Kecakapan para pihak dalam lalulintas
hukum
3.Hal tertentu
4.Sebab yang halal
ADANYA KESEPAKATAN
 Adanya kesepakatan, mewajibkan suatu kontrak untuk dibuat benar-benar
berdasarkan kesepakatan, dan tidak boleh dikarenakan adanya paksaan
(dwang),penipuan, kekeliruan.
 Kapan ada kesepakatan:
1. Teori pernyataan
2. Teori Pengiriman
3. Terori Pengetahuan
4. Teori Penerimaan
KASUS POSISI
 A sebagai penyedia dana memberi piutang kepada B, demi
pengamanan pengembalian utang untuk mengikat hutang
piutang tersebut diikat dengan akta surat kuasa mutlak
(SKM)dari B kepada A yang dibuat dengan akta notariil dan
tidak dapat ditarik kembali, dimana rumah B dikuasakan kepada
A. A kemudian hendak mengagunkan rumah tersebut kepada
Bank, namun kemudian ternyata B meninggal dunia.
 Apakah atas dasar surat kuasa mutlak tersebut A dapat
menandatangani SPK dengan Bank ?
KECAKAPAN
 Syarat kecakapan merujuk kepada penilaian
apakah pihak-pihak yang membuat perjanjian
telah dianggap berhak berlalulintas hukum, sebab
meskipun pada prinsipnya semua manusia adalah
subyek hukum, tapi tidak semua manusia berhak
dalam lalulintas hukum
TIDAK CAKAP
1.Karena Faktor Jasmani
a. Karena belum dewasa (KUHPER < 21 tahun,
UU No 30/2004 < 18 tahun)
b. Karena adanya penyakit kejiwaan atau sesuatu
hal yang menyebabkan yang bersangkutan tidak
mampu mengurus dirinya sendiri
2.Karena perundang-undangan
Istri (SEMA 3 th 1963 mencabut)
PIHAK-PIHAK YANG BELUM CAKAP BERLALU-LINTAS HUKUM
PENANDATANGAN KONTRAK DAPAT DIWAKILI OLEH:

1.Untuk anak yang belum dewasa diwakili salah


satu orangtua atau wali
2.Untuk orang yang sudah dewasa tetap tidak
cakap, diwakili oleh pengampunya.
KETIDAKWENANGAN
1.Masalah yang berkaitan dengan barang dari harta
warisan.
2.Masalah yang berkaitan dengan representasi suatu
badan hukum.
3.Masalah yang berkaitan representasi badan
hukum dan luas kewenangan.
4.Masalah yang berkaitan dengan kepemilikan atau
penguasaan suatu benda.
CONTOH KASUS
 A dan B adalah anak dari C dan D, karena terlalu nakal B kemudian diusir oleh
C dan D. Sebelum meninggal C dan D sempat membuat akta wasiat agar
seluruh harta warisan diberikan kepada A yang telah merawatnya.
 Tanah warisan yang diberikan kepada A kemudian dibaliknama, dan dijadikan
agunan atas suatu kredit pada bank X.
 Sepulang dari pengembaraan , B mengetahui bahwa tanah milik mendiang
orangtuanya telah diagunkan, karena merasa tidak pernah dimintai pendapat B
kemudian menggugat pembatalan PK antara A dan Bank X serta mencabut
/membatalkan akta hak tanggungan.
 Apakah gugatan B dapat dibenarkan
SEBAB YANG HALAL
 Dilarang oleh Undang-undang atau
bertentangan dengan kesusilaan atau
ketertiban umum (Pasal1337 KUHPER)
CONTOH KASUS
 Dalam sebuah tender pengadaan barang dan jasa, untuk
menjaga kualitas bangunan para peserta tender bersepakat
dengan panitia untuk menentukan pemenang tender
berdasarkan penawaran dengan nilai tengah. Kesepakatan
dituangkan ke dalam akta notaris yang ditandatangani semua
pihak.
 Pertanyaan apakah hasil tender tersebut dapat dibenarkan
oleh hukum ?
SEBAB YANG TIDAK HALAL
 Perjanjian kredit antara Bank Perkreditan Rakyat
dengan debitur, yang di dalamnya memuat
ketentuan jumlah kredit yang melebihi batas
maksimum yang boleh diberikan/dikucurkan
(bmpk) oleh BPR
HAL TERTENTU
 Obyek perjanjian harus menyangkut barang dan hal
hal yang tertentu dgn jelas
 Ps 1332.KUHPER = Hanya barang yang dapat
diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok
persetujuan.
 Ps 1333.KUHPER= Suatu persetujuan harus
mempunyai pokok berupa suatu barang yang
sekurang-kurangnya ditentukan jenisnya. Jumlah
barang itu tidak perlu pasti, asal saja jumlah itu
kemudian dapat ditentukan atau dihitung. (
HAPUSNYA PERIKATAN (PS 1381).
 Perikatan hapus: karena pembayaran; (KUHPerd. 1382 dst.)
 karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan; (KUHPerd. 1404 dst.)
 karena pembaharuan utang; (KUHPerd. 1413 dst.)
 karena perjumpaan utang atau kompensasi; (KUHPerd: 1425 dst.)
 karena percampuran utang; (KUHPerd. 1436 dst.) karena pembebasan
utang; (KUHPerd. 1438 dst.)
 karena musnahnya barang yang terutang; (KUHPerd. 1444 dst.)
 karena kebatalan atau pembatalan; (KUHPerd. 1446 dst.)
 karena berlakunya suatu syarat pembatalan, yang diatur dalam Bab I buku
ini; (KUHPerd. 1265 dst.)
 karena kedaluwarsa, . (KUHPerd. 1265, 1268 dst., 1338, 1646, 1963,
1967.)
BERAKHIRNYA KONTRAK
 Pembayaran
 Penawaran pembayaran tunai yang diikuti penyimpanan
(konsinyasi)
 Pembaharuan utang
 Kompensasi
 Percampuran utang
 Pembebasan Utang
 Musnahnya barang terutang
 Pembatalan perikatan
BUKU 4: PEMBUKTIAN DAN DALUARSA
 Pembuktian dalam Hukum erdata adalah mencari
kebenaran formil, artinya mencari kebenaran
berdasar fakta-fakta yang tampak saja
ALAT-ALAT BUKTI
 . Alat pembuktian meliputi:
 bukti tertulis; (KUHPerd. 1867 dst.)
 bukti saksi; (KUHPerd. 1895 dst.)
 persangkaan; (KUHPerd. 1915 dst.)
 pengakuan; (KUHPerd. 1923 dst.)
 sumpah. (KUHPerd. 1929 dst.)
BUKTI TULIS
 Akta otentik : akta yang dibuat dihadapan dan
oleh pejabat umum yang berwenang
 Akta bawah tangan: akta yang ditandatangani
oleh pihak-pihak yang membuat perjanjian
 Surat lain bukan akta : kwitansi, strok belanja
BUKTI SAKSI
 Keterangan di bawah sumpah yang mengenai
segala hal yang didengar, dilihat dan dialami oleh
saksi sendiri

 Prinsip satu saksi bukan saksi:


 Ps.1905. Keterangan seorang saksi saja, tanpa
alat pembuktian lain, dalam pengadilan tidak
boleh dipercaya
SAKSI WAJIB DISUMPAH
 Ps 1911. Tiap saksi wajib bersumpah menurut
agamanya, atau berjanji akan menerangkan apa
yang sebenarnya.
PERSANGKAAN
 Ps 1915. Persangkaan ialah kesimpulan yang oleh
undang-undang atau oleh hakim ditarik dari suatu
peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu
peristiwa yang tidak diketahui umum.
 Ada dua macam persangkaan, yaitu:
 persangkaan yang berdasarkan undang-undang
 persangkaan yang tidak berdasarkan undang-undang.
PERSANGKAAN UNDANG-UNDANG
 Ps 1921. Suatu persangkaan menurut undang-
undang, membebaskan orang yang diuntungkan
persangkaan itu dari segala pembuktian lebih
lanjut.
PERSANGKAAN YANG TIDAK BERDASAR UNDANG-UNDANG

 Ps 1922. Persangkaan yang tidak berdasarkan undang-


undang sendiri diserahkan kepada pertimbangan dan
kewaspadaan hakim, yang dalam hal ini tidak boleh
memperhatikan persangkaan-persangkaan yang lain.
Persangkaan-persangkaan yang demikian hanya boleh
diperhatikan, bila undang-undang mengizinkan
pembuktian dengan saksi-saksi, begitu pula bila
terhadap suatu perbuatan atau suatu akta diajukan
suatu bantahan dengan alasan adanya itikad buruk atau
penipuan.
PENGAKUAN
 Ps 1925. Pengakuan yang diberikan di hadapan
hakim, merupakan suatu bukti yang sempurna
terhadap orang yang telah memberikannya, baik
sendiri maupun dengan perantaraan seseorang yang
diberi kuasa khusus untuk itu.
 Ps 1926. Suatu pengakuan yang diberikan di hadapan
hakim tidak dapat dicabut kecuali bila dibuktikan
bahwa pengakuan itu diberikan akibat suatu
kekeliruan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi.
SUMPAH
 Ada dua macam sumpah di hadapan hakim: 1
 . sumpah yang diperintahkan oleh pihak yang satu
kepada pihak yang lain untuk pemutusan suatu
perkara: sumpah ini disebut sumpah pemutus;
(KUHPerd. 1930 dst., 1973; S. 1832-41; IR. 156;
RBg. 314.) .(decissoir)
 sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena
jabatannya kepada salah satu pihak.
(accessoir/supletoir)
DALUARSA
 Acquisitive verjaring: karena kadaluarsa sesorang
mendapatkan hak atas suatu benda

 Extinctive verjaring: karena lewat waktu


dibebaskan dari kebajibannya sebagai debitur
HUKUM DAGANG
PENGERTIAN DAGANG
 SEGALA PERHUBUNGAN DAN
PERANTARAAN PRODUK BARAG DAN
JASA DARI PRODUSEN SAMPAI KE
TANGAN KONSUMEN
KODIFIKASI HUKUM DAGANG
 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
DAGANG (KUHD) WETBOEK VAN
KOOPHANDEL (WVK)
 BUKU 1 TENTANG PERDAGANGAN ATAU
PERNIAGAAN PADA UMUMNYA
 BUKU II HAK DAN KEWAJIBAN YANG
TIMBUL DARI PENGANGKUTAN
PEKERJAAN YANG TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN

 PERBANKAN
 ASURANSI
 PENGAGKUTAN
 PASAR SAHAM
 HAKI
 MAKELAAR DAN KOMISIONER
 HUKUM PERUSAHAAN
PERBEDAAN MAKELAR DAN KOMISIONER
 MAKELAAR : PERANTARA YANG
DISUMPAH BEKERJA ATAS NAMA ORANG
LAIN DAN MENDAPAT UPAH BERUPA
PROVISI
 KOMISIONER : PERANTARA YAG
DISUMPAH BEKERJA ATAS NAMA SENDIRI
SERTA MENDAPAT UPAH BERPA KOMISI
SURAT BERHARGA
 COGNOSEMENT : SURAT PENGANKUTAN
BARANG OLEH KAPAL YANG DIKELUARKAN
DAN DITANDANGANI PIHAK MASKAPAI
PELAYARAN
 CHEQUE : ALAT PEMBAYARAN GIRAL YANG
BERSIFAT TUNAI SERTA DAPAT
DIPERJUALBELIKAN
 WESEL ATAU BILJET GIRO: ALAT
PEMBAYARAN GIRAL YANG BERSIFAT KREDIT
BENTUK PERUSAHAAN
 FIRMA’
 COMANDITER VENOTSCHAAP (CV)
 PESEROAN TERBATAS (PT)
 KOPERASI
 PERUSAHAAN NEGARA DAN DAERAH
HUKUM PIDANA
KODIFIKASI HUKUM PIDANA
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA
(KUHP) WETBOEK VAN STRAAFRECHT (WVS)

BUKU I TENTANG KETENTUAN UMUM PIDANA


BUKU II TENTANG TINDAK PIDANA KEJAHATAN
BUKU III TENTANG TINDAK PIDANA
PELANGGARAN
DUALISME DALAM HUKUM PIDANA
SEBELUM INDONESIA MERDEKA , KODIFIKASI YANG
DIPAKAI ADALAH WVS
SETELAH INDONESIA MERDEKA BERDASAR UU NO 1
TAHUN 1946 DIBERLAKUKAN KUHP
PADA MASA PENDUDUKAN /AGRESI BELANDA
MEMBERLAKUKAN WVSvNI UNTUK DAERAH
PENDUDUKANYA, SEMENTARA NKRI
MEMBERLAKUKAN KUHP UNTUK DAERAHNYA ,MAKA
TERJADILAH DUALISME
SETELAH PENYERAHAN EDAULATAN DENGAN UU NO
73 TAHUN 1958 MAKA TERJADILAH UNIFIKASI, YAKNI
DENGAN MEMBERLAKUKAN KUHP DI SELURUH NKRI
PERBUATAN PIDANA/TINDAK PIDANA
UNSUR SUBYEK : MENYANGKUT KEMAMPUAN
BERTANGGUNG JAWAB PELAKU PIDANA
UNSUR OBYEK: MENYANGKUT SIFAT MELAWAN
HUKUM PIDANANYA PERBUATAN

TRIAS DALAM HUKUM PIDANA


SUBYEK + OBYEK = PIDANA (SOP)
ALASAN PENGHAPUS PIDANA
ALASAN PEMBENAR: ALASAN PENGHAPUS SIFAT
MELAWAN HUKUMNYA PERBUATAN

ALASAN PEMAAF : ALASAN PENGHAPUS


KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWABNYA
SESEORANG PELAKU TINDAK PIDANA
PRINSIP DALAM HUKUM PIDANA
ASAS LEGALITAS (PASAL I KUHP) :

PRADUGA TAK BERSALAH (PRESUMPTION OF


INNOCENT) : SELAMA PROSES
PENYELIDIKAN,PENYIDIKAN DAN PERSIDANGAN
SETIAP TERSANGKA,TERDAKWA TINDAK PIDANA
HARUS DIANGGAP TIDAK BERSALAH SAMPAI
HAKIM MEMUTUSKAN KESALAHANNYA DALAM
PUTUSAN YANG IN KRAACHT
PASAL 1 KUHP : AZAS LEGALITAS
(1) Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali
berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-
undangan pidana yang telah ada
(2) Bilamana ada perubahan dalam perundang-
undangan sesudah perbuatan dilakukan, maka
terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling
menguntungkannya.

NULLUM DELICTUM NOELA POENA SINE


PRAEVIA LEGE POENALI
TINDAK PIDANA
TINDAK PIDANA KEJAHATAN
KUALITATIF = DELIK HUKUM /RECHT DELICT
KUANTITATIF= ANCAMAN SANKSI PIDANA LEBIH
BERAT

TINDAK PIDANA PELANGGARAN


KUALITATIF=DELIK UNDANG UNDANG/WET DELICT
KUANTITATIF = ANCAMAN SANKSI PIDANA RINGAN
SANKSI PIDANA
DIATUR DALAM PASAL IO KUHP
PIDANA POKOK
 PIDANA MATI
 PIDANA PENJARA

 PIDANA KURUNGAN

 PIDANA DENDA

 PIDANA TUTUPAN


PIDANA TAMBAHAN
 PENCABUTAN HAK-HAK TERTENTU
PERAMPASAN BARANG TERTENTU
PENGUMUMAN PUTUSAN HAKIM
TUJUAN PEMIDANAAN
TEORI ABSOLUT
TEORI RELATIF
TEORI GABUNGAN
TEORI ABSOLUT
TUJUAN PEMIDANAAN TERLETAK PADA PIDANA
ITU SENDIRI,
BERSIFAT RETRIBUTIF (PEMBALASAN)
TEORI RELATIF
MENCEGAH TERJADINYA KEJAHATAN
MENAKUT NAKUTI AGAR ORANG LAIN TIDAK
MELAKUKAN KEJAHATAN
MEMPERBAIKI PERILAKU PELAKU TINDAK
PIDANA
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA
MASYARAKAT TERHADAP KEJAHATAN
TEORI GABUNGAN
SEBAGAI PEMBALASAN ATAS PERBUATAN JAHAT
YANG DILAKUKAN PELAKU KEJAHATAN, DAN
AGAR PELAKU TIDAK MELAKUKAN KEJAHATAN
LAGI
Alasan penghapus sanksi pidana
Matinya terpidana (PS 83 KUHP)
Daluwarsa (ps 84 dan 85)
Amnesti (penghapusan sanksi pidananya)
Grasi (pengurangan hukuman uu no 22 tahun 2002)
Alasan hapusnya kewenangan penuntutan
jaksa
Matinya terdakwa (Ps 77 KUHP)
Nebis in idem )Ps 76 KUHP)
Daluwarsa ( Ps 77 KUHP)
Pembayaran denda maksimum
Abolisi (penghapusan penuntutan)
Amnesti (UU No 11 tahun 1954)
HUKUM ACARA PERDATA
DAN HUKUM ACARA PIDANA SERTA
TATA USAHA NEGARA
KODIFIKASI
 HIR /RIB ( HERZIENE INLANDSCHE
REGLEMENT/ REGLEMENT INDONESIA
YANG DIPERBARUI) Berlaku untuk wilayah
Jawa dan Madura

 RBG (REGLEMENT BUITEN GEWETEN)


 Berlaku Untuk wilayah luar Jawa dan madura
PRINSIIP HUKUM ACARA PERDATA
 Tertulis
 Perwakilan
 Membayar
 Pembuktian Formil
TERTULIS
 GUGATAN DIBUAT SECARA TERTULIS
 APABILA PENGGUGAT TIDAK BISA
MENULIS MAKA DAPAT DIBANTU KETUA
PENGADILAN DENGAN MENYURUH
PANITERA UNTUK MEMBUAT GUGATAN
(PASAL 120 HIR)
PERWAKILAN
 PARA PIHAK BAIK PENGGUGAT MAUPUN
TERGUGAT DAPAT TIDAK HADIR SENDIRI
DALAM SIDANG, DAN DAPAT DIWAKILI OLEH
KUASA HUKUMNYA, YANG DITUNJUKKAN
DENGAN SURAT KUASA YANG SAH DAN
BERMETERAI (PS 123 AYAT 1 HIR)
 KUASA HUKUM
 ADVOKAT UU NO 18 TAHUN 2003
 PEGAWAI ATAU ANGGOTA KELUARGA
MEMBAYAR
 PADA PRINSIPNYA PENGGUAT WAJIB
MEMBAYAR BIAYA PERKARA
 APABILA TIDAK MAMPU MAKA DAPAT
MEMOHON BERACARA SECARA CUMA-
CUMA
PEMBUKTIAN FORMIL

 PEMBUKTIAN YANG MENCARI


KEBENARAN BERDASARKAN FAKTA
YANG NAMPAK SAJA
 Bukti tulisan
 Bukti saksi
 Bukti persangkaan
 Bukti Pengakuan
 Sumpah
HUKUM ACARA
 PENDAFTARAN GUGATAN
 PEMANGGILAN
 PEMBUKAAN SIDANG
 MEDIASI
 JAWAB JINAWAB
 PEMBUKTIAN
 KESIMPULAN
 PUTUSAN
PENDAFTARAN GUGATAN
 TEMPAT PENDAFTARAN PS 118 HIR
 PN YANG WILAYAH HUKUMNYA MELIPUTI TEMPAT KEDIAMAN
TERGUGAT
 PN YANG WILAYAH HUKUMNYA MELIPUTI TEMPAT KEDIAMAN
SALAH SATU TERGUGAT
 PN YANG WILAYAH HUKUMNYA MELIPUTI TEMPAT KEDIAMAN
DEBITUR UTAMA
 PN YANG MELIPUTI TEMPAT KEDIAMAN PEGGUGAT JIKA TEMPAT
KEDIAMAN TERGUGAT TIDAK DIKETAHUI
 PN YANG WILAYAH HUKUMNYA MELIPUTI TEMPAT BENDA TETAP
BERADA PABILA SENGKETA TENTANG BENDA TETAP /TAK
BERGERAK
 PN YANG MILYAH HUKUMNYA MELIPUTI TEMPAT DOMISILI YANG
DIPILIH
NASEHAT DAN PERTOLONGAN (PS 119 HIR)

 KETUA PN BERWENANG MEMBERI


NASEHAT DAN PERTOLONGAN WAKTU
DIMASKKANNYA GUGATAN TERTULIS
BAIK PADA PENGGUGAT SENDIRI
MAUPUN KUASANYA
PEMANGILAN
 Para pihak wajib dipanggil secara patut
 Pemanggilan dilakukan oleh juru
sita
 Tenggang waktu minimal 3 (tiga) hari
(pasal 122 HIR)
 Cara memanggil dilakukan cara
panggilan biasa atau panggilan umum
PANGGILAN SIDANG
 GUGATAN GUGUR APABILA PENGGUGAT
TIDAK HADIR DALAM SIDANG TANPA
ALASAN YANG DIBENARKAN MESKIPUN
TELAH DIPANGGIL SECARA PATUT (PASAL
124 HIR)
 SEBALIKNYA JIKA TERGUGAT YANG
TIDAK HADIR SAMPAI PUTUSAN
DIBACAKAN, MAKA HAKIM DAPAT
MEMUTUS SECARA VERSTEK
SIDANGPANGGILAN
 PENGGUGAT YANG GUGATANNYA GUGUR
KARENA TIDAK HADIR DALAM SIDANG,
DAPAT MENGAJUKAN GUGATAN BARU
DENGAN MEMBAYAR BIAYA ERKARA)
 TERGUGAT YANG DIPUTUS VERSTEK DAN
MENGAJUKAN UPAYA HUKUM YAKNI
VERZET
EKSEPSI
 SANGGAHAN PIHAK TERGUGAT ATAS
GUGATAN PENGGUGAT YANG TIDAK
MENGENAI POKOK SENGKETA.
 JIKA EKSEPSI DITERIMA, MAKA GUGATAN
PENGGUGAT DINYATAKAN TIDAK DAOAT
DITERIMA
JENIS EKSEPSI
 KEWENANGAN ABSOLUT DAN RELATIF
 EKSEPSI LAIN-LAIN
 OBSCUUR LIBEL (GUGATAN KABUR)
 ERROR IN PERSONNA
SIDANG
 DALAM PEMBUKAAN SIDANG, HAKIM
MENYATAKAN SIDANG DIBUKA DAN
TERBUKA UNTUK UMUM
 HAKIM WAJIB UNTUK MENGUPAYAKAN
MEDIASI SELAMA 40 HARI
HUKUM ACARA PIDANA
DASAR HUKUM HUKUM ACARA PIDANA
 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA
PIDANA (KUHAP)
 UU NO 8 TAHUN 1981 TENTANG KUHAP
PENYELIDIKAN
 adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang
diduga sebagai tindak pidana guna menentu kan
dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang
ini.
PENYIDIKAN
 Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
PENYIDIK
 pejabat polisi negara Republik Indonesia atau
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.

 PENYIDIK
 POLISI
 PPNS=PENYIDIK PNS
PENUNTUTAN
 tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.
 AZAS LEGALITAS
 APABILA SEMUA BUKTI LENGKAP MAKA JAKSA
WAJIB MEMPROSES PERKARA TERSEBUT KE
PENGADILAN
AZAS OPPORTUNITAS
 MESKIPUN SEMUA BUKTI TELAH
LENGKAP, DALAM HAL TERTENTU DAN
ALSAAN TERTENTU JAKSA DAPAT
MENGESAMPINGKAN SUATU PERKARA
PENUNTUT UMUM
 Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim.
PRAPERADILAN
 adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan
memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini,
tentang:
a. sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan
atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain
atas kuasa tersangka;
b. sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian
penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan
keadilan;
c. permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka
atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang
perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.
MENGADILI
 Serangkaian tindakan hakim untuk menerima,
memeriksa dan memutus perkara pidana
berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak
di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini.
PENASIHAT HUKUM
 adalah seorang yang memenuhi syarat yang
 ditentukan oleh atau berdasar undang-undang
untuk memberi bantuan hukum.
JENIS PENAHANAN
 a. penahanan rumah tahanan negara;
 b. penahanan rumah;
 c. penahanan kota.
KEWENANGAN PENAHANAN
 POLISI = 20 PERPANJANG 40 HARI = 60 HR
 JAKSA = 20 PERPANJANG 30 HARI = 50 HR
 HAKIM PN= 30 PERPANJANG 60 HARI= 90
HR
 HAKIM PT= 30 PERPANJANG 60 HARI = 90
HR
 HAKIM MA= 50 PERPANJANG 60 HRI = 110
HR
 MAKSIMUM 400 HARI
BANTUAN HUKUM
 Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau
terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari
seorang atau lebih penasihat hukum selama
dalam waktu dan pada setiap tingkat
pemeriksaan,
 UU NO 16 TAHUN 2011
WAJIB DIDAMPINGI PENASIHAT HUKUM
 Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau
didakwa melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana mati atau ancaman pidana lima
belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang
tidak mampu yang diancam dengan pidana lima
tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasihat
hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan
wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka.
GANTI KERUGIAN
 Tersangka, terdakwa atau terpidana berhak
menuntut ganti kerugian karena ditangkap,
ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan
tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan
undang-undang atau karena kekeliruan mengenai
orangnya atau hukum yang diterapkan.
HUKUM ACARA
 ACARA BIASA
 ACARA SINGKAT (PEMBUKTIAN MUDAH)
 ACARA CEPAT (
 PERKARA LALU LINTAS
ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT
 Perkara kejahatan atau pelanggaran yang menurut
penuntut umum pembuktian serta penerapan
hukumnya mudah dan sifatnya sederhana.
ACARA PEMERIKSAAN CEPAT
 perkara yang diancam dengan pidana penjara atau
kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda
sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah
dan penghinaan ringan
ACARA PEMERIKSAAN PERKARA PELANGGARAN LALU
LINTAS JALAN

 Perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan


perundang-undangan lalu lintas jalan.
PEMBUKTIAN DAN ALAT BUKTI

MENCARI KEBENARAN MATERIIL


 a. keterangan saksi;

 b. keterangan ahli;
 c. surat;
 d. petunjuk;
 e. keterangan terdakwa.
SYARAT UNTUK PUTUSAN
 Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh
keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang
bersalah melakukannya.
PUTUSAN
 PEMIDANAAN
 PEMBEBASAN
 PELEPASAN
PEMBEBASAN
 Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil
pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas
perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan
PELEPASAN
 Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan
yang didakwakan kepada terdakwa terbukti,
tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak
pidana
PENGADILAN TATA USAHA
NEGARA
JENIS-JENIS TINDAKAN PEMERINTAH

a. Melakukan perbuatan materiil (Materiele daad)


(membuat selokan,memotong pohon) (PN)
b. Mengeluarkan peraturan (regeling)
(Perda Sampah,KTP, Iklan) (HUM di MA)
c. Mengeluarkan keputusan (Beschikking)
(mengangkat Si A jadi pegawai,Si B dipecat) (PTUN)
Penanganan perkara-perkara di bidang tata usaha
negara Jaman UU No 5 Tahun 1986

• UU No 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha


Negara. Disahkan tanggal 29 Desember 1996
• Direvisi UU No 9 tahun 2004 tentang Perubahan atas
UU No 5 tahun 1986 tentang PTUN
• Direvisi terakhir dengan UU No 51 tahun 2009
• Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1991 tentang
Penerapan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986.
OBYEK PTUN
Pasal 1 angka 4 UU PTUN yang menyatakan sebagai berikut

• Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam


bidang Tata Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum perdata
dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat
maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata
Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Pasal 1 angka 3 UU PTUN yang menyatakan
sebagai berikut:

• KeputusanTata Usaha Negara adalah suatu


penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
berdasarkan peraturan per undang-undangan
yang berlaku, bersifat kongkret, individual, dan
final yang me nimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata;
INDIKATOR APAKAH SUATU KETETAPAN TATA USAHA NEGARA
DAPAT MENJADI OBYEK PTUN

A. Penetapan tertulis
B. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara
C. Berisi tindakan Hukum Tata usaha Negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
D. Bersifat konkret,individual,final
E. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata
PENETAPAN TERTULIS

• Keputusan TUN tidak tertulis yang bersifat


negatif dapat juga menjadi obyek PTUN,
apabila memenuhi syarat tertentu sebagai
mana diatur dalam Pasal 3 UU No 5 Tahun
1986 yo UU No 9 tahun 2004
Pasal 3 UU No 5 tahun 1986 yo UU No 9 tahun 2004 ,sebagai
berikut:

a. Suatu badan yang tidak mengeluarkan keputusan yang


menjadi kewajibannya disamakan dengan telah membuat
keputusan
b. Apabila suatu badan tidak mengeluarkan keputusan padahal
jangka waktu yang ditentukan dalam per undangan tentang
permohonan itu sudah lewat, maka dianggap Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara itu telah menolak untuk
mengeluarkan keputusan yang dimaksud
c. Setelah lewat waktu dari jangka waktu yang ditentu kan
atau empat bulan sejak permohonan diajukan dan pejabat
atau Badan Tata Usaha Negara tersebut tidak mengeluarkan
keputusan, maka kepadanya dianggap telah mengeluarkan
keputusan penolakan.
Dikeluarkan oleh Badan atau pejabat Tata
Usaha Negara
Pasal 1 angka 2 UU No 5 tahun 1986 : Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah
Badan atau Pejabat yang me- laksanakan
urusan pemerintahan ber- dasarkan
peraturan perundang- undangan yang berlaku
Indikator Pejabat TUN

a. Badan atau Pejabat tata usaha negara yang


melaksanakan urusan pemerintahan
b. Berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
Berisi Tindakan Hukum Tata Usaha Negara

Tidak semua tindakan tata usaha negara dapat dijadikan obyek


gugatan dalam PTUN. Ada beberapa pembatasan yang diatur
dalam PTUN, tentang tindakan tata usaha apa saja yang tidak
termasuk ke dalam wewenang PTUN.
Pembatasan yang dilakukan PTUN, terhadap tindak an
tata usaha negara yang tak dapat diajukan gugat di PTUN adalah:
a. Termasuk keputusan tata usaha negara yang
diperkecualikan dalam Pasal 2 UU No 5 tahun 1986
b. Termasuk keputusan yang dibuat dalam kondisi
sesuai yang diatur dalam Pasal 49 UU No 5 tahun 1986
KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA
YANG BUKAN MENJADI
WEWENANG PTUN
MESKIPUN MEMENUHI SYARAT-SYARAT DI ATAS TETAPI ADA KETETAPAN
TATA USAHA NEGARA
YANG BUKAN KEWENANGAN PTUN
Pasal 2 UU No 9 tahun 2004

A. perbuatan hukum perdata


B. pengaturan yang bersifat umum
C. masih memerlukan persetujuan
D. dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana atau Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat
hukum pidana;
E. dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan Peradilan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
F. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara
Nasional Indonesia
G. Keputusan Komisi Pemilihan Umum, baik di pusat maupun di
daerah mengenai hasil pemilihan umum
Pasal 49 UU No 5 tahun 1986
sebagai berikut:

a. Dalam waktu perang, keadaan bahaya,


keadaan bencana alam atau keadaan luar
biasa yang membahayakan, berdasarkan
peraturan perundang- undangan yang ber
laku;
b. Dalam keadaan mendesak untuk ke
pentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Pasal 2 UU No 31 tahun 1997

• Gugatan terhadap tata usaha TNI diajukan ke


PTUM (Peradilan Tata Usaha Militer)
Bersifat Konkret, Individual dan Final

• Penjelasan Pasal 1 ayat 3 UU No 5 Tahun


1986 diartikan sebagai berikut:
• Bersifat konkret, artinya obyek yang di
putuskan dalam Keputusan Tata Usaha
Negara itu tidak abstrak tetapi berwujud,
tertentu atau dapat ditentukan, umpama nya
keputusan mengenai rumah si A,izin usaha
bagi si B, pemberhentian si A se bagai
pegawai negeri.
Bersifat Individual

• keputusan TUN memiliki sifat individual ,


dimaksudkan keputusan tersebut mem punyai
adressat hukum tertentu atau khusus.
Persona atau badan hukum yang dituju
dalam keputusan tersebut , harus benar-
benar jelas identitasnya.
Final

• Keputusan tata usaha negara yang ber sifat


final, artinya Keputusan tata usaha negara
tersebut , sudah tidak memerlu kan
persetujuan lagi. Sehingga sudah dapat
dilaksanakan , oleh pejabat yang
menerbitkannya.
SUBYEK PTUN
Pelaku dan Subyek dalam
Perkara PTUN
1.Subyek Penggugat
point d’interet,point d’action
2. Subyek Tergugat

ketentuan Pasal 53 UU No 5 Tahun 1986 yang


berbunyi:
Seseorang atau badan hukum perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Keputusan Tata Usaha Negara dapat.......dsl
Hukum Acara PTUN
Gugatan tidak diterima
PENDAFTARAN

RAPAT PERMUSYAWARATAN UPAYA PERLAWANAN


(DISMISSAL PROCESS)

PEMERIKSAAN PERSIAPAN Gugatan tidak diterima

SIDANG UTAMA 1.PEMBACAAN GUGATAN


2.JAWABAN TERGUGAT
3.REPLIK PENGGUGAT
BANDING
4.DUPLIK TERGUGAT
5.PEMBUKTIAN PENGGUGAT
KASASI 6.PEMBUKTIAN TERGUGAT
7.KESIMPULAN
8.PUTUSAN
PENINJAUAN KEMBALI
Surat Gugat
Pasal 56 UU PTUN sebagai berikut:
(1)Gugatan harus memuat:
a. Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan
pekerjaan peng gugat atau kuasanya
b. Nama jabatan, tempat kedudukan TERGUGAT
c. Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk
diputus kan oleh pengadilan;
(2)Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh
seorang kuasa penggugat , maka gugatan harus
disertai surat kuasa yang sah
(3)Gugatan sedapat mungkin juga disertai Keputusan Tata
Usaha negara yang disengketakan oleh
Penggugat.
Dasar gugatan/ fundamentum
petendi
• Pasal 53 ayat 2 UU No 9 tahun 2004
sebagai berikut:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu bertentangan dengan per
aturan perundang- undangan yang
berlaku;
b.Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu bertentangan dengan asas-
asas umum pemerintahan yang baik;
Bertentangan dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku;

• Bertentangan sisi materiil/substansial;


• Bertentangan sisi formal/prosedural;
• Dibuat oleh pejabat yang tidak berwenang;
Asas-asas umum
pemerintahan yang baik ini meliputi

“Asas Proporsionalitas”
• adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban Penyelenggara Negara
“Asas Profesionalitas”
• adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Asas Akuntabilitas”
• adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat pertanggung
jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
PETITUM/TUNTUTAN
• Terbatas hanya kepada tuntutan, agar
keputusan tata usaha negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau
tidak sah, dengan atau tanpa disertai
tuntutan ganti rugi dan atau direhabilitasi
Ganti rugi
• menurut Peraturan Pemerintah No 43 tahun
1991 adalah minimal sejumlah Rp 250.000,-
(dua ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dan
maksimal sejumlah Rp 5.000.000 (Lima Juta
Rupiah).
• Khusus untuk kompensasi akibat tidak dapat
terlaksananya putusan PTUN di bidang ke
pegawaian, nilainya ditentukan minimal Rp
100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) dan paling
banyak Rp 2000.000,- (Dua Juta Rupiah)
PERMOHONAN TAMBAHAN
• Beracara secara Cuma-Cuma
• Penangguhan/penundaan KTUN yang
disengketakan
• Beracara secara cepat
Ciri peradilan cepat
Menurut Pasal 99 UU PTUN:
• Diperiksa hakim tunggal;
• Tenggang waktu untuk jawaban dan
pembuktian bagi kedua belah
pihakmasing-masing ditentukan tidak
melebihi 14 hari;
• Tanpa melalui prosedur pemeriksaan
persiapan;
Tenggang Waktu Mengajukan
Gugatan (beroepstermijn)

• Pasal 55 UU No 5 tahun 1986 yo UU No


9 Tahun 2004 yang menyatakan batas
90 (sembilan puluh) hari sejak saat
diterimanya atau diumumkannya ke
putusan yang disengketakan.
CARA MENGHITUNG TENGGANG WAKTU
PENGAJUAN GUGATAN

• TEORI PENERIMAAN
(ONTVANG THEORY)
• TEORI PENGIRIMAN
(VERZEND THEORY)
• TEORI PENGETAHUAN
Tempat Pengajuan Gugatan
Pasal 54 UU No 5 tahun 1986 sebagai berikut:
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang ber
wenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat.
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum pengadilan, gugatan diajukan ke
pada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum peng
adilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat untuk selanjutnya
diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.
(4) Dalam hal - hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara yang
bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan dapat diajukan
kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat ke
diaman penggugat.
(5) Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri, gugat
an diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
(6) Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar negeri, gugat
an diajukan kepada pengadilan di tempat kedudukan tergugat.
RAPAT
PERMUSYAWARATAN
RAPAT PERMUSYAWARATAN
• PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
• DILAKUKAN OLEH KETUA PTUN
• DASAR HUKUMNYA PASAL 62 UU NO
5 TH 1986
Rapat Permusyawaratan
• Disebut sebagai Dismissal Process
• Ketua PTUN memeriksa dan memutus
dengan suatu penetapan , apakah surat gugat
yang di masukkan telah memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan perundang- undangan.
• Jika tidak memenuhi persyaratan yang diatur
dalam UU No 5 tahun 1986 , maka gugatan
dapat dinyatakan TIDAK DITERIMA.
Dasar pertimbangan Ketua PTUN, untuk menyatakan
suatu gugatan dinyatakan TIDAK DITERIMA

a. Pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk


dalam wewenang pengadilan;
b. Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 tidak dipenuhi oleh Penggugat sekalipun ia
telah diberi tahu dan diperingatkan;
c. Gugatan tersebut tidak didasarkan kepada alasan -
alasan yang layak;
d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah
terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat
e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat
waktunya
UPAYA PERLAWANAN
• Terhadap putusan Ketua Pengadilan TUN tersebut,
Penggugat dapat melakukan upaya perlawanan. Upaya
ini diajukan paling lambat 14 (empat belas ) hari, sejak
putusan dibacakan .
• Upaya perlawanan ini kemudian disidangkan, dan apa
bila hasil upaya perlawanan ini menyatakan perlawan
an diterima, maka dengan sendirinya putusan Ketua
PTUN gugur. Sebaliknya apabila dalam upaya per
lawanan ternyata perlawanan ditolak, maka Penggugat
tidak ada upaya hukum lagi Pasal 62 ayat 3 huruf a UU
No 5 tahun 1986
PEMERIKSAAN PERSIAPAN
PEMERIKSAAN PERSIAPAN

• TUJUANNYA MEMATANGKAN PERKARA


• DIPIMPIN OLEH KETUA MAJELIS HAKIM
• MAJELIS BERHAK UNTUK:

A. MEMANGGIL PEJABAT TERKAIT DENGAN PERKARA TER-


SEBUT UNTUK DIMINTAI KETERANGAN
B. MEMBERI NASIHAT KEPADA PENGGUGAT UNTUK MEM-
PERBAIKI GUGATAN DALAM TEMPO 30 HARI
C. APABILA DALAM 30 HARI TIDAK DIPERBAIKI MAKA GUGATAN
DINYATAKAN TIDAK DAPAT DITERIMA
D. TIDAK ADA UPAYA HUKUM UNTUK PUTUSAN PEMERIKSAAN
PERSIAPAN
Pemeriksaan Persiapan
1. Hakim wajib memberi nasihat kepada penggugat untukmemperbaiki
gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka
waktu tiga puluh hari.

2. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari ternyata Penggugat


belum menyempurnakan gugatan nya, maka Hakim dapat menyatakan
dengan putusan bahwa gugatan Tidak Diterima. Dalam hal Gugatan
dinyatakan Tidak Diterima karena alasan Penggugat tidak menyem
purnakan gugatannya dalam tenggang waktu 30 hari, maka Penggugat
tidak dapat dilakukan upaya hukum lagi, tetapi kepada Penggugat diberi
kesempatan untuk mengajukan gugatan baru.

3. Hakim dapat meminta penjelasan kepada Badan atau pejabat Tata Usaha
negara yang bersangkutan, selain meminta penjelasan Hakim dapat
memberikan bantuan kepada Penggugat untuk mendapatkan bukti-bukti
yang diperlukan, terutama apabila bukti-bukti tersebut justru ada pada
Tergugat.
Hakim dapat melakukan pengumpulan data atau
keterangan yang bersumber dari :

a.Keterangan-keterangan resmi dari pihak


pemerintah
b.Keterangan-keterangan resmi lainnya
yang diperlukan yang mungkin juga di
dapat dari pihak ketiga
c.Pendapat dan dalil-dalil dari para pihak
sendiri
SIDANG UTAMA
Sidang Utama

• Berdasar Pasal 64 ayat 2 UU No 5


tahun 1986, maka jarak antara
pemanggilan dengan hari sidang
tidak boleh kurang dari 6 (enam) hari
Pasal 64
(1) Dalam menentukan hari sidang, Hakim harus mempertimbangkan jauh
dekatnya tempat tinggal kedua belah pihak dari tempat persidangan.
(2) Jangka waktu antara pemanggilan dan hari sidang tidak boleh kurang dari
enam hari, kecuali dalam hal sengketa tersebut harus diperiksa dengan
acara cepat sebagaimana diatur dalam Bagian Kedua Paragraf 2.
SIDANG UTAMA
• KETUA MAJELIS HAKIM MEMBUKA
SIDANG DAN MENYATAKAN SIDANG
TERBUKA UNTUK UMUM
• APABILA PENGGUGAT TIDAK HADIR 2 X
BERTURUT TURUT TANPA ALASAN
YANG SAH MAKA BERDASAR PASAL 71
UU NO 5 /1986 GUGATANNYA
DINYATAKAN GUGUR
TERGUGAT TIDAK HADIR
• DIPANGGIL SEKALI LAGI
• DIKIRIM SURAT KE ATASANNYA
• DALAM 2 (DUA) BULAN TIDAK ADA
KABAR DARI ATASANNYA MAUPUN
TERGUGAT , MAKA SIDANG
DILANJUTKAN TANPA HADIRNYA
TERGUGAT (PTUN TIDAK MENGENAL
VERSTEK)
Ketidakhadiran pihak Penggugat
• Pengguggat tidak hadir tanpa alasan
yang dibenarkan hukum, dan kemudian
dalam pemanggilan kedua Penggugat
juga tetap tidak hadir di persidangan
meski telah dipanggil secara sah, maka
berdasar ketentuan Pasal 71 ayat 1 UU
PTUN Hakim dapat menyatakan Gugatan
Gugur , dan Penggugat hanya berhak
memasukkan gugatan baru sekali lagi
setelah membayar biaya perkara
EKSEPSI
EKSEPSI
(SANGGAHAN TERGUGAT ATAS GUGATAN PENGGUGAT,YANG
TIDAK MENGENAI POKOK PERKARA, APABILA DITERIMA
GUGATAN DINYATAKAN TIDAK DAPAT DITERIMA)

• EKSEPSI KEWENANGAN ABSOLUT


MENGENAI SIFAT PERKARANYA
• EKSEPSI KEWENANGAN RELATIF
MENGENAI WEWENANG HAKIM YANG
BERHUBUNGAN DENGAN DAERAH HUKUMNYA
Sidang Utama

1. Pembacaan gugatan
2. Jawaban tergugat terhadap gugatan P
3. Replik Penggugat atas jawaban T
4. Duplik Tergugat atas Replik P
5. Pembuktian
6. Kesimpulan
7. Putusan
PEMBUKTIAN

PEMBUKTIAN
PRINSIP PEMBUKTIAN
1. MENCARI KEBENARAN MATERIIL
2. BEBAN PEMBUKTIAN KEPADA PIHAK
YANG PALING MUNGKIN
MEMBUKTIKAN
3. PRESUMPTIO IUSTAE CAUSA
4. BEBAS TERBATAS
Pasal 107
Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian
beserta penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian diperlukan
sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan Hakim.
Pembuktian

a. Surat atau tulisan


b. Keterangan ahli
c. Keterangan saksi
d. Pengakuan para pihak
e. Pengetahuan hakim
KESIMPULAN
KESIMPULAN

• PENEGUHAN DALIL-DALIL PENGGUGAT/


TERGUGAT BERDASARKAN FAKTA DAN
BUKTI YANG ADA DI PERSIDANGAN
PUTUSAN
PUTUSAN
Pasal 108
(1) Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum.
(2) Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak
hadir pada waktu putusan Pengadilan diucapkan, atas
perintah Hakim Ketua Sidang salinan putusan itu
disampaikan dengan surat tercatat kepada yang
bersangkutan.
(3) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berakibat putusan Pengadilan tidak sah
dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
Putusan

a. Gugatan Ditolak
b. Gugatan Dikabulkan
c. Gugatan Tidak diterima
d. Gugatan Gugur
Gugatan Ditolak

• Apabila penggugat gagal membuktikan


dalil-dalilnya, meskipun surat gugatnya
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
Gugatan Dikabulkan

• Apabila Penggugat berhasil membuktikan


dalil-dalil dalam gugatannya
Gugatan Tidak diterima
• Apabila Penggugat dalam membuat surat
Gugat tidak memenuhi syarat, atau hal-hal
yang berkaitan dengan ketentuan Pasal
62 ayat 1 huruf a,b,c,d UU No 5 tahun
1986
Pasal 62
(1) Dalam rapat permusyawaratan, Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu
penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan itu
dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar, dalam hal:
a. pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan;
b. syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak dipenuhi oleh penggugat
sekalipun ia telah diberi tahu dan diperringatkan;
c. gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak;
d. apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat;
e. gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.
Dalam amar yang mengabulkan gugatan
Penggugat,hakim dapat membebankan tambahan
kewajiban seperti: (Pasal 97 ayat 9 UU PTUN)

• Mencabut Keputusan TUN yang


disengketakan.
• Mencabut Keputusan TUN yang disengketa
kan dan menerbitkan keputusan yang baru
• Penerbitan Keputusan TUN dalam hal
gugatan didasarkan pada Pasal 3 UU No 5
tahun 1986. Khusus dalam hal masalah
kepegawaian dapat pula ditambahkan ganti
rugi, rehabilitasi maupun kompensasi.
HUKUM PERBURUHAN
BURUH DAN PNS
• YURIDIS SOSIOLOGIS
– KEDUDUKAN SAMA, KARENA SAMA SAMA
BEKERJA UNTUK ORANG LAIN
 YURIDIS POLITIS
 KEDUDUKAN BERBEDA, KARENA PERATURAN
YANG MENGATUR BERBEDA UNTUK PNS DIATUS
DENGAN UU NO 43 TAHUN 1999
SUBYEK HUKUM
PERBURUHAN
• BURUH/TENAGA KERJA
• MAJIKAN
• ORGANISASI PERBURUHAN
• ORGANISASI MAJIKAN
• BADAN-BADAN RESMI
• ILO
HUBUNGAN BURUH DAN
MAJIKAN
• PERJANJIAN KERJA
– SEORANG BURUH DENGAN MAJIKAN
– BERISI HAK DAN KEWAJIBAN MASING-MASING
PIHAK
• PERJANJIAN PERBURUHAN
– ANTARA SERIKAT BURUH DENGAN MAJIKAN
ATAU SERIKAT MAJIKAN
– BERISI KETENTUAN UMUM PERBURUHAN YANG
TERSUSUN DALAM KESEPAKATAN KERJA
BERSAMA
PEMUTUSAN HUBUNGAN
KERJA
• MAJIKAN
• BURUH
• PUTUSAN PENGADILAN
• HUKUM
PERATURAN PERBURUHAN
• UU NO 25 TAHUN 1997 TENTAG
KETENAGA KERJAAN
• UU NO 2 TAHUN 2004 TENTANG
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL
HUKUM ADAT
• Hukum yang hidup di dalam masyarakat
• VAN VOLLEN HOVEN dianggap sebagai
bapak hum adat, karena dialah yang
pertama kali mempromosikan secara
teknis yuridis sebagai obyek ilmu
pengetahuan hukum
Daerah hukum adat
• Van Vollenhoven membagi Indonesia ke
dalam 19 daerah hukum adat
MASYARAKAT HUKUM ADAT
• GENEALOGIS
– TORAJA
• TERITORIAL
– ACEH
• GENEALOGIS TERITORIAL
– BATAK
HUKUM KEKELUARGAAN
• PATRILINIAL
• MATRILINIAL
• PARENTAL
HUKUM PERKAWINAN
• ENDOGAMI
– PASANGAN BERASAL DARI DALAM SUKU
ATAU CLAN SENDIRI
– MASYARAKAT PARENTAL = JAWA
• EKSOGAMI
– PASANGAL BERASAL DARI SUKU ATAU
CLAN YANG BERBEDA
– MASYARAKAT PATRILINIAL DAN
MATRIINIAL
HUKUM TANAH
• HAK ULAYAT; HAK MILIK ATAS TANAH
YANG DIMILKI MASYARAKAT ADAT
SEBAGAI HASIL MEMBUKA HUTAN
• HAK ULAYAT DIAKUI DALAM UNDANG-
UNDANG POKOK AGRARIA
TRANSAKSI PERTANAHAN
• MENJUAL TANAH DENGAN HAK UNTUK
MEMBELI KEMBALI
– ADOL SENDE, NGAJUAL AKAD
• MENJUAL TANAH UNTUK MASA
PANENAN TERTENTU
– ADOL OJODAN
• MENJUAL TANAH UNTUK SELAMA-
LAMANYA
– ADOL PLAS, PATI BOGOR,, MENJUAL JAJA
HUKUM PAJAK
PAJAK
• IURAB KEPADA NEGARA YANG
TERUTANG OLEH YANG WAJIB
MEMBAYARNYA (WAJIB PAJAK)
BERDASARKAN PERUNDANGAN
DENGAN TIDAK MENDAPAT
IMBALPRESTASI SECARA LANGSUNG
FUNGSI PAJAK
• MEMBIAYAI PENGELUARAN UMUM
SEHUBUNGAN TIGAS NEGARA UNTUK
MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN
RETRIBUSI
• PEMBAYARAN OLEH WAJIB
RETRIBUSI, YANG DIMAKSUDKAN
SEMATA-MATA UNTUK MEMPEROLEH
SUATU PRESTASI DARI PEMERINTAH.
BEDA PAJAK DENGAN
RETRIBUSI
• PAJAK : WAJIB PAJAK TIDAK
MENDAPATKAN KONTRAPRESTASI
SECARA LANGSUNG

• RETRIBUSI: PEMBAYAR RETRIBUSI


MENDAPATKONTRIBUSI SECARA
LANGSUNG
JENIS PAJAK
• LEMBAGA PEMUNGUTNYA
• BEBAN PAJAKNYA
LEMBAGA PEMUNGUTNYA
• PAJAK DAERAH
– PAJAK ANJING, PAJAK TONTONAN, PAJAK
ANJING
• PAJAK PUSAT
– PAJAK PENGHASILAN,PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI, PAJAK BARANG
MEWAH
BEBAN PAJAK
• PAJAK LANGSUNG
– BEBAN PAJAK DIPIKUL SENDIRI OLEH WP
MISALNYA PAJAK PENGHASILAN
• PAJAK TAK LANGSUNG
– BEBAN PAJAK BISA DIALIHKAN KEPADA
PIHAK KE-TIGA, MISALNYA PPN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI
TIMBULNYA KEWAJIBAN
PAJAK
• OBYEKTIF = PAJAK TIMBUL KARENA
ADANYA PERBUATAN YANG DAPAT
DIKENAKAN PAJAK

• SUBYEKTIF: KEWAJIBAN PAJAK YANG


MELIHAT PADA ORANG/BADAN
HUKUMNYA
HUKUM AGRARIA
PENGATURAN
• UNDANG-UNDANG NO 5 TAGUN 1960
TENTANG UNDANG-UNDANG POKOK
AGRARIA ( 24 SEPTEMBER 1960)
• DIPERINGATI SEBAGAI HARI AGRARIA
AZAS-AZAS UUPA
• HAK MENGUASAI PADA NEGARA
• DASARNYA HUKUM ADAT
• PENGAKUAN TERHADAP HAK ULAYAT
• FUNGSI SOSIAL HAK ATAS TANAH
• TIDAK MEMBEDAKAN SESAMA WNI
• TANAH WAJIB DIKELOLA SECARA
AKTIF
HAK MENGUASAI NEGARA
• MENGATUR DAN PENYELENGGARAAN
PERUNTUKAN,PERSEDIAAAN DAN
PEMELIHATAANNYA
• MENENTUKAN DAN MENGATUR
HUBUNGA HUKUM ANTARA ORANG
DENGA TANAG=H
• MENENTUKAN DAN MENATUR HUB
HUKUM ANTARA ORANG DAN
PERBUATA HUKUM YANG MENGENAI
BUMI, AIR DAN RUANG ANGKASA
HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA
ISTILAH
• HUKUM TATA PEMERINTAHAN
• HUUM ADMNISTRASI NEGARA
• HUKUM TATA USAHA NEGARA
HUKUM TATA PEMERINTAHAN
• DASAR HUKUM SK MENTERI
PENDIDIKN DAN KEBUDAYAAN
TANGGAL 30 DESEMBER 1972 NOMR
198/U/1972 TENTANG PEDOMAN
KURIKULUM NASIONAL
HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA
• SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
NOMOR 30 TAHUN 1983
HAN/HTP/HTU
• LOGEMAN:
– HUKUM YANG MENGUJI HUBUNGAN
ISTEMEWA YANG DIBUAT SEHINGGA
MEMUNGKINKAN PEJABAT ADMINISTRASI
NEGARA MELAKUKAN TUGAS ISTIMEWA
MEREKA
TUGAS PEMERINTAH
• MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN BAGI
WARGANYA (BESTUURZORG)
• WELFARE STATE ( NEGARA
KESEJAHTERAAN)
TUGAS
NEGARA/PEMERINTAHAN
• MEMBUTUHKAN
– FREIES ERMESSEN ( KEBEBASAN
BERTINDAK)
– DISCRETION (DISKRESI)
DETOURNEMENT DE
POUVOIR
• APABILA ADMINSTRATUR TELAH
MENGGUNAKAN KEWENANGAN YAG
DIBERIKAN TIDAK SESUAI DENGAN
TUJUAN AWL DIBERIKANNYA
KEWENANGAN TERSEBUT.
HUKUM INTERNASIONAL
SUBYEK
• NEGARA
• GABUNGAN NEGARA
• ORGANISASI INTERNASIONAL
• KURSI SUCI VATIKAN
• MANUSIA
SUMBER FORMIL HUKUM
INTERNASIONAL
• TRAKTAT
• KEBIASAAN INTERNASIONA
• ASAS ASAS HUKUM UMUM YANG
DIAKUI CIVILZED NATIONS
• JURUSPRUDENSI PENGADIAN
INTERNASIONAL
• ANGGAPAN PARA AHLI HUKUM
INTERNASIONAL
SUBSTANSI
• HUKUM DAMAI
– BATAS NEGARA
– PERWAKILAN NEGARA
– CARA PEMBENTUKAN HK INT
• HUKUM PERANG
– PEMTUSAN HUB DIPLOMATIK
– CARA BERPERANG
– DAERAH PENDUDUKAN
 HUKUM KENETRALAN
 HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA NEGARA YANG
BERPERANG DAN NEGARA NETRAL
HUBUNGAN DIPLOMATIK
• JENIS PERWAKILAN
– DIPLOMATIK (DUTA BESAR)
– KONSULER (KONSUL)
DIPLOMATIK
• TUGAS POLITIK
– PELIHARA KEPENTINGAN NEGARA DI LUAR NEGERI
– PERLINDUNGAN WN DI LUAR NEGERI
– PERANTARA PENUNTUTAN/TUDUHAN DARI NEGARA
KPD NEGARA YANG DITEMPATI
• HAK EKSTRATERITORIAL
– IMUNITAS PERSONAL
– IMUNITAS DOISILI
– IMUNITAS KORESPONDENSI
IMUNITAS
• IMUNITAS PERSONAL
– PERLINDUNGAN PRINBADI DAN HARTA BENDA
– BEBAS DARI TUNTUTAN PIDANA MAUPUN PERDATA
– BEBAS DARI KEWAJIBAN SBG SAKSI
– BEBAS PAJAK LANGSUNG KECUALI RETRIBUSI, TANAH (PBB)

• IMUNITAS DOMISILI
– TAK BOLEH DIMASUKI TANPA IJIN DUTA
– HAK ASSYLUM, ATAU HAK SUAKA

• IMUNITAS KORESPONDENSI
KONSULER
• SOSIAL EKONOMI DAN KEBUDAYAAN
• TIDAK PUNYA SURAT KEPERCAYAAN
• TIDAK PUNYA HAK EKSTRATERITORIAL
KECUALI UNTUK SURAT DAN
KANTORNYA
• BEBAS DARI TUNTUTAN PIDANA DAN
PERDATA SEBATAS TUGASNYA SAJA
ATASE
• TINGKAT PERWAKILAN PALING
RENDAH
• JENISNYA
– DIKIRIM OLEH KEMENLU
– DIKIRIM OLEH KEMETERIAN LAINNYA
HUKUM PERDATA
INTERNSIONAL
PENGERTIAN
• SEKUMPULAN PERATURAN
MENGATURPERATURAN APA YANG
BERLAKU DAN PERATURAN MANA
YANG YANG BERLAKU MENGENAI HUB
HK YANG DIBUAT DUA PIHAK YANG
TUNDUK PADA HUKUM YANG
BERBEDA
JENIS
• PERATURAN PETUNJUK
• PERATURAN ASLI (LEX`ORIGINIS)
PERATURAN PETUNJUK
• MENUJUK HUKUM NEGARA MANA
YANG DIBERLAKUKAN
– PASAL 16 AB ( STATUTA PERSONIL)
• LEX ORIGINIS
– PASAL 17 AB (STATUTA REIL)
– PASAL 18 AB (STATUTA MIXTA)
PERATURAN ASLI
• PERATURAN YANG MEMBERIKAN
PENYELESAIAN SENDIRI
– TRAKTAT WARSWA 12-10-1939 TENTANG
PENGAGUKTAN UDARA
– TRAKTAT GENEWA 7-6- 1930 TENTANG
WESEL
– TRKTAT GENEWA 19-3-1931 TETANG
CHEQUE
PERADILAN
Sejarah Peradilan
• Jaman Penjajahan Hindia Belanda
• Jaman Penjajahan Jepang
• Jaman Indonesia Merdeka
Jaman Penjajahan Hindia
Belanda
• Peradilan Gubernemen
• Peradilan Pribumi
• Peradilan Swapraja
• Peradilan Agama
• Peradilan Desa
Jaman Penjajahan Jepang
UU No 14 tahun 1942 melenjutkan peradilan
yang sudah ada dan menghapuskan
beberapa jenis peradilan
• Pengadilan Kawedanan (Gun Hooin)
• Pengadilan Kabupaten (Ken Hooin)
• Pengadilan Keolisian ( Keizei Hooin)
• Pengadilan Negeri (Tihoo Hooin)
UU No 24 tahun 1942
• Mengatur kembali peradolan sipil
disamping yang sudah diatur dalam UU
No 14 tahun 1942 ditambah 2 (dua) buah
pengadilan yakni:
• Pengadilan Tinggi (Kootoo Hooin)
• Mahkamah Agung (saikoo Hooin)
• Dgn Osamu serei 1944 no 2
dihapuskanlah dualisme peradilan
Jaman Indonesia Merdeka
• UU No 19 tahun 1948
• Pengadilan Negeri
• Pengadilan Tinggi
• Mahkamah Agung

• Berdasar UU No 7 tahun 1947 dibentuk


MA di Jogyakarta
Saat kini
UU No 14 tahun 1970
UU No 4 tahun 2004
UU No 48 tahun 2009
Lingkungan Peradilan
• Peradilan Umum = (Perdata,Niaga) (Pidana,Tipikor)
• Peradilan Agama
• Peradilan Militer
• Peradilan Tata Usaha Negara
HUKUM TATA NEGARA
UNSUR-UNSUR NEGARA
• RAKYAT
• WILAYAH
• PEMERINTAH
• PENGAKUAN NEGARA LAIN
RAKYAT/WARGA NEGARA
• ASAS KEWARGANEGARAAN
1. ASAS KETURUNAN /IUS SANGUINIS
2. ASAS TEMPAT KELAHIRAN/IUS SOLI
CARA MEMPEROLEH
• STELSEL AKTIF
– SECARA AKTIF MENGAJUKAN PROSES
PEWARGANEGARAAN
• STELSEL PASIF
– DENGAN SENDIRINYA MENJADI WARAGA
NEGARA TANPA UPAYA APAPUN
AKIBAT STELSEL
• HAK OPSI
• HAK REPUDIASI

• APATRIDE
• BIPATRIDE
PEMERINTAHAN YANG
BERDAULAT
• SISTEM PRESIDENTIIL
• LEMBAGA TINGGI NEGARA
– PRESIDEN
– DPR
– MPR
– BPK
– DPD
– MA
– MK
AUXILARRY BODIES
• LEMBAGA TAMBAHAN
– KOMISI JUDISIAL
–KPK
– KOMISI KEJAKSAAN
WILAYAH
• DARATAN :EKS HINDIA BELANDA
• LAUTAN ( UU NO 4 TAHUN 1960
• UDARA (TRAKTAT PARIS 1919)

Anda mungkin juga menyukai