PEMBAHASAN BEBERAPA PASAL

KONTROVERSI DALAM RUU KUHP

PROF. DR. HJ. MIEN RUKMINI, S.H., M.S.
GURU BESAR HUKUM PIDANA FH UNPAD
 PENDAHULUAN

• DALAM PENEGAKAN HUKUM PERLU DIPERHATIKAN 3 HAL YAITU :

o PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG
o PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG
o EVALUASI UNDANG-UNDANG
• SAAT INI TELAH BANYAK PIHAK-PIHAK YANG TELAH MENGKRITISI RUU KUHP BERKAITAN
DENGAN BEBERAPA PASAL YANG BERSIFAT KRUSIAL DAN MENIMBULKAN PERDEBATAN
• TUJUAN : UNTUK MEMBERIKAN PENDAPAT SERTA MASUKAN TERHADAP RUU KUHP YANG PADA
SAAT INI MASIH DALAM TAHAP PEMBAHASAN OLEH DPR SERTA MEMBERIKAN PENJELASAN KEPADA
MASYARAKAT
• SEHUBUNGAN DENGAN HAL TERSEBUT, ADA BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN. TERDAPAT
BEBERAPA HAL YANG URGENT DALAM RUU KUHP ANTARA LAIN :
1. KEJELASAN DARI TUJUAN UNDANG-UNDANG TERSEBUT
2. KELEMBAGAAN ATAU ORGAN PEMBENTUK YANG TEPAT
3. KESESUAIAN ANTARA MATERI JENIS DAN MATERI MUATAN
4. AGAR DAPAT DILAKSANAKAN DENGAN BAIK
5. AGAR TERDAPAT DAYA GUNA DAN BERHASIL GUNA
6. HARUS ADA KEJELASAN RUMUSAN DAN KETERBUKAAN
7. MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG PERLU DITENTUKAN DENGAN JELAS, TEGAS AGAR TIDAK TERJADI
TUMPANG TINDIH DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG ADA
8. TIDAK MENIMBULKAN FRIKSI ATAU MULTITAFSIR DALAM PELAKSANAANNYA
9. DARI ASPEK HUKUM ACARA PIDANA YANG PALING PENTING YAITU TUJUAN UNTUK MENCARI
KEBENARAN MATERIL DAN BERKAITAN DENGAN ASAS PEMBUKTIAN
• HAL YANG PENTING DALAM PERUMUSAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN: DAPAT
DIPENUHINYA SYARAT SECARA ASPEK YURIDIS, SOSIOLOGIS DAN FILOSOFIS
• TERKAIT PERSYARATAN-PERSYARATAN TERSEBUT, MARILAH KITA SIMAK DAN BAHAS MENGENAI PASAL-
PASAL DALAM RUU KUHP YANG MENARIK PERHATIAN DAN MENJADI KONTROVERSI
• BEBERAPA PASAL KONTROVERSI YANG AKAN DIBAHAS DISINI ADALAH :
1. PASAL 218 DAN PASAL 219 RUU KUHP MENGENAI PENYERANGAN KEHORMATAN ATAU HARKAT
DAN MARTABAT PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
2. PASAL 278 RUU KUHP MENGENAI GANGGUAN TERHADAP TANAH, BENIH, TANAMAN DAN
PEKARANGAN
3. PASAL 417, 418 DAN 419 RUU KUHP MENGENAI PERZINAHAN
4. PASAL 470 RUU KUHP MENGENAI PENGGUGURAN KANDUNGAN
 PERMASALAHAN
1. BAGAIMANAKAH PENEGAKAN HUKUM BERKAITAN DENGAN RUMUSAN DALAM PASAL-PASAL
TERSEBUT?
2. BAGAIMANAKAH MASALAH PEMBUKTIAN DALAM BEBERAPA KASUS UNTUK MENCARI
KEBENARAN MATERIL BERKAITAN DENGAN PASAL-PASAL TERSEBUT?
PENYERANGAN KEHORMATAN ATAU HARKAT DAN
MARTABAT PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
PASAL 218 RUU KUHP
(1) SETIAP ORANG YANG DI MUKA UMUM
MENYERANG KEHORMATAN ATAU HARKAT DAN
MARTABAT DIRI PRESIDEN ATAU WAKIL PRESIDEN
DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA PALING
LAMA 3 (TIGA) TAHUN 6 (ENAM) BULAN ATAU
PIDANA DENDA PALING BANYAK KATEGORI IV.
(2) TIDAK MERUPAKAN PENYERANGAN
KEHORMATAN ATAU HARKAT DAN MARTABAT
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) JIKA
PERBUATAN DILAKUKAN UNTUK KEPENTINGAN
UMUM ATAU PEMBELAAN DIRI.
PASAL 219 RUU KUHP
SETIAP ORANG YANG MENYIARKAN,
MEMPERTUNJUKKAN, ATAU MENEMPELKAN TULISAN
ATAU GAMBAR SEHINGGA TERLIHAT OLEH UMUM,
MEMPERDENGARKAN REKAMAN SEHINGGA
TERDENGAR OLEH UMUM, ATAU MENYEBARLUASKAN
DENGAN SARANA TEKNOLOGI INFORMASI YANG
BERISI PENYERANGAN KEHORMATAN ATAU HARKAT
DAN MARTABAT TERHADAP PRESIDEN ATAU WAKIL
PRESIDEN DENGAN MAKSUD AGAR ISINYA
DIKETAHUI ATAU LEBIH DIKETAHUI UMUM DIPIDANA
DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA 4 (EMPAT)
TAHUN 6 (ENAM) BULAN ATAU PIDANA DENDA
PALING BANYAK KATEGORI IV.
GANGGUAN TERHADAP TANAH, BENIH, TANAMAN
DAN PEKARANGAN

PASAL 278 RUU KUHP

SETIAP ORANG YANG MEMBIARKAN UNGGAS YANG DITERNAKNYA
BERJALAN DI KEBUN ATAU TANAH YANG TELAH DITABURI BENIH ATAU
TANAMAN MILIK ORANG LAIN DIPIDANA DENGAN PIDANA DENDA
PALING BANYAK KATEGORI II.
 PERZINAHAN
PASAL 417
PASAL 418
(1) SETIAP ORANG YANG
(1) SETIAP ORANG YANG MELAKUKAN HIDUP
MELAKUKAN PERSETUBUHAN BERSAMA SEBAGAI SUAMI ISTRI DI LUAR
DENGAN ORANG YANG BUKAN PERKAWINAN DIPIDANA DENGAN PIDANA
SUAMI ATAU ISTRINYA DIPIDANA PENJARA PALING LAMA 6 (ENAM) BULAN
KARENA PERZINAAN DENGAN ATAU PIDANA DENDA PALING BANYAK PASAL 419
PIDANA PENJARA PALING LAMA 1 KATEGORI II.
(SATU) TAHUN ATAU DENDA (2) TINDAK PIDANA SEBAGAIMANA
KATEGORI II. DIMAKSUD PADA AYAT (1) TIDAK SETIAP ORANG YANG
(2) TINDAK PIDANA SEBAGAIMANA DILAKUKAN PENUNTUTAN KECUALI ATAS MELAKUKAN PERSETUBUHAN
DIMAKSUD PADA AYAT (1) TIDAK PENGADUAN SUAMI, ISTRI, ORANG TUA DENGAN SESEORANG YANG
DILAKUKAN PENUNTUTAN ATAU ANAKNYA.
DIKETAHUINYA BAHWA ORANG
KECUALI ATAS PENGADUAN (3) PENGADUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD TERSEBUT MERUPAKAN
SUAMI, ISTRI, ORANG TUA, ATAU PADA AYAT (2) DAPAT JUGA DIAJUKAN
ANAKNYA. OLEH KEPALA DESA ATAU DENGAN ANGGOTA KELUARGA SEDARAH
SEBUTAN LAINNYA SEPANJANG TIDAK DALAM GARIS LURUS ATAU KE
(3) TERHADAP PENGADUAN SAMPING SAMPAI DERAJAT
SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA TERDAPAT KEBERATAN DARI SUAMI, ISTRI,
AYAT (2) TIDAK BERLAKU
ORANG TUA, ATAU ANAKNYA. KETIGA DIPIDANA DENGAN
KETENTUAN SEBAGAIMANA (4) TERHADAP PENGADUAN SEBAGAIMANA PIDANA PENJARA PALING LAMA
DIMAKSUD DALAM PASAL 25, DIMAKSUD PADA AYAT (2) TIDAK BERLAKU 12 (DUA BELAS) TAHUN.
PASAL 26, DAN PASAL 30. KETENTUAN PASAL 25, PASAL 26, DAN
PASAL 30.
(4) PENGADUAN DAPAT DITARIK (5) PENGADUAN DAPAT DITARIK KEMBALI
KEMBALI SELAMA PEMERIKSAAN SELAMA PEMERIKSAAN DI SIDANG
DI SIDANG PENGADILAN BELUM PENGADILAN BELUM DIMULAI.
DIMULAI.
 PENGGUGURAN KANDUNGAN
PASAL 470
(1) SETIAP ORANG YANG MENGGUGURKAN ATAU MEMATIKAN KANDUNGAN SEORANG
PEREMPUAN DENGAN PERSETUJUANNYA DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA PALING
LAMA 5 (LIMA) TAHUN.
(2) JIKA PERBUATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) MENGAKIBATKAN MATINYA
PEREMPUAN TERSEBUT DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA 8 (DELAPAN)
TAHUN.
 PEMBUKTIAN DALAM UU NO. 8 TAHUN 1981 TENTANG
HUKUM ACARA PIDANA
• PEMBUKTIAN ADALAH SALAH SATU DARI TATA CARA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENGAMBIL SEBUAH KEPUTUSAN HUKUM TERHADAP FAKTA-FAKTA
YANG TELAH DIBERIKAN OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM DAN JUGA PENASEHAT HUKUM SERTA
TERDAKWA ITU SENDIRI.
• KEYAKINAN HAKIM YANG AKAN TERBENTUK NANTINYA HANYA TERDIRI DARI DUA MACAM, YAITU
KEYAKINAN BAHWA TERDAKWA TIDAK TERBUKTI BERSALAH ATAU SEBAIKNYA KEYAKINAN BAHWA
TERDAKWA TERBUKTI BERSALAH.
• PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN MENGUNGKAPKAN PEMBUKTIAN. MENURUT YAHYA HARAHAP,
PEMBUKTIAN ADALAH KETENTUAN YANG BERISI PENGGARISAN DAN PEDOMAN TENTANG CARA-
CARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG MEMBUKTIKAN KESALAHAN YANG DIDAKWAKAN
TERHADAP TERDAKWA.
• PEMBUKTIAN JUGA MERUPAKAN KETENTUAN YANG MENGATUR ALAT-ALAT BUKTI YANG
DIBENARKAN UNDANG-UNDANG DAN BOLEH DIGUNAKAN HAKIM UNTUK MEMBUKTIKAN
KESALAHAN YANG DIDAKWAKAN.
 HUKUM PEMBUKTIAN
• DASAR HUKUM PEMBUKTIAN : PASAL 183-189 KUHAP
• PASAL 183 MERUPAKAN DASAR HUKUM PEMBUKTIAN YANG NEGATIF DENGAN SYARAT HARUS
DIDUKUNG MINIMAL 2 ALAT BUKTI UNTUK MEMBERIKAN KEYAKINAN PADA HAKIM ATAS
KESALAHAN TERDAKWA.
• PASAL 184 AYAT (1) KUHAP  MENYEBUTKAN SECARA RINCI ATAU LIMITATIF ALAT BUKTI YANG SAH
MENURUT UNDANG-UNDANG, YAITU :
a. KETERANGAN SAKSI,
b. KETERANGAN AHLI,
c. SURAT,
d. PETUNJUK, DAN
e. KETERANGAN TERDAKWA.
• PERKEMBANGAN JAMAN DAN PERKEMBANGAN PERATURAN PERLUASAN ALAT BUKTI, MISALNYA
ALAT BUKTI BERUPA DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM UU ITE
 TUJUAN PEMBUKTIAN DALAM PERKARA PIDANA
• MENURUT PROF. ANDI HAMZAH :
a. BERTUJUAN MENCARI KEBENARAN MATERIL, YAITU KEBENARAN SEJATI ATAU YANG
SESUNGGUHNYA
b. HAKIM BERSIFAT AKTIF, BERKEWAJIBAN UNTUK MENDAPATKAN BUKTI YANG CUKUP UNTUK
MEMBUKTIKAN TUDUHAN ATAS KESALAHANNYA
c. ALAT BUKTI DAPAT BERUPA KETERANGAN SAKSI, KETERANGAN AHLI, SURAT, PETUNJUK DAN
KETERANGAN TERDAKWA
• DALAM PROSES PERADILAN PIDANA, DIKENAL TAHAP PEMBUKTIAN, YAITU TAHAP PEMERIKSAAN ALAT-
ALAT BUKTI YANG BERKAITAN DENGAN SUATU PERKARA YANG TELAH DIAJUKAN.
• TUJUAN TAHAP PEMBUKTIAN ADALAH UNTUK MENGUATKAN KEYAKINAN HAKIM DALAM HAL MEMUTUS
PERKARA YANG DIAJUKAN TERSEBUT.
PEMBAHASAN RUMUSAN PASAL-PASAL KONTROVERSI
A. PASAL 218 DAN 219 RUU KUHP
• DALAM SETIAP TINDAK PIDANA, PERLU DIPERHATIKAN RUMUSAN TENTANG SIAPA PELAKU, APA
PERBUATANNYA DAN SIAPA KORBANNYA.
• DALAM TINDAK PIDANA PENYERANGAN KEHORMATAN ATAU HARKAT DAN MARTABAT PRESIDEN
DAN WAKIL PRESIDEN, KETIGA HAL TERSEBUT ADALAH :
1. PELAKU  ‘SETIAP ORANG’
2. PERBUATAN  MENYERANG KEHORMATAN ATAU HARKAT DAN MARTABAT PRESIDEN DAN
WAKIL PRESIDEN
3. KORBAN  PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN HARUS DIPERJELAS, APAKAH PRESIDEN DAN
WAKILNYA SEBAGAI KEPALA NEGARA DAN WAKILNYA, ATAUKAH SEBAGAI PRIBADI?
- BILA SEBAGAI PRESIDEN DAN WAKILNYA AKAN BERSINGGUNGAN DENGAN
PENGERTIAN MAKAR TERHADAP PRESIDEN SEBAGAI KEPALA NEGARA  KUALIFIKASI
SEBAGAI DELIK BIASA
- SEDANGKAN BILA SEBAGAI PRIBADI  MERUPAKAN DELIK ADUAN
 KONSEKUENSI DELIK ADUAN DAN DELIK BIASA

DELIK BIASA DELIK ADUAN

1. LAPORAN TIDAK DAPAT DITARIK KEMBALI 1. ADUAN DAPAT DITARIK KEMBALI
2. SETIAP ORANG DAPAT MELAPORKAN KARENA 2. HANYA KORBAN YANG DAPAT
MENYANGKUT KEPENTINGAN UMUM MENGADUKANNYA KARENA MERUPAKAN
KEPENTINGAN PRIBADI KORBAN
3. BERLAKU UNTUK SEMUA TINDAK PIDANA 4. HANYA UNTUK BEBERAPA DELIK TERTENTU
 PENGECUALIAN
• DEMI KEPENTINGAN UMUM DAN PEMBELAAN DIRI BUKAN MERUPAKAN TINDAK
PIDANA PENYERANGAN KEHORMATAN ATAU HARKAT DAN MARTABAT
PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.
• PENGERTIAN MENGENAI ‘KEPENTINGAN UMUM’ DAN ‘PEMBELAAN DIRI’ HARUS
DIPERJELAS
• PERLU PENJELASAN LEBIH LANJUT KARENA DAPAT MENIMBULKAN KERANCUAN
DALAM PENEGAKAN HUKUM KHUSUSNYA DALAM PEMBUKTIAN PEMENUHAN
UNSUR DAN KESALAHAN TERDAKWA DI PERSIDANGAN.
 PASAL 278 RUU KUHP

TERKAIT RUMUSAN TENTANG PELAKU, PERBUATAN MELAWAN

HUKUM, KORBAN DAN SANKSI.
- PELAKU : APAKAH ORANG YANG MEMILIKI UNGGAS ATAUKAH
ORANG YANG MENGURUS UNGGAS TERSEBUT ATAU ORANG
YANG MEMILIKI DAN MENGURUS UNGGAS TERSEBUT?
 BAGAIMANA PEMBUKTIANNYA?
 PASAL 417, 418 DAN 419 RUU KUHP
• PERZINAHAN MERUPAKAN DELIK ADUAN SEHINGGA MENJADI PENTING SIAPA YANG BERHAK
MENGADU. TERKAIT HAL INI, TERJADI PERLUASAN SIAPA YANG BERHAK MENGADU DIMANA
YANG SEBELUMNYA YANG BERHAK MENGADU ADALAH ISTRI ATAU SUAMI MENJADI DIPERLUAS
MENJADI ORANG TUA, ANAK DAN KEPALA DESA SEPANJANG TIDAK ADA KEBERATAN DARI
SUAMI, ISTRI, ORANG TUA ATAU ANAKNYA BAGAIMANA PELAKSANAANNYA? APAKAH INI
TETAP DELIK ADUAN ATAUKAH MENJADI DELIK UMUM MENGINGAT KEPALA DESA DAPAT
MENGADUKAN HAL TERSEBUT?
• TERJADI PERLUASAN DEFINISI PERZINAHAN DALAM KUHP LAMA YANG SEBELUMNYA HANYA
LAKI-LAKI DAN WANITA YANG SALAH SATU ATAUPUN DUA-DUANYA TERIKAT PERKAWINAN
DIPERLUAS MENJADI SETIAP ORANG YANG HIDUP BERSAMA SEBAGAI SUAMI ISTRI LUAR
PERKAWINAN.
• TERKAIT PELAKSANAAN DAN PEMBUKTIANNYA HARUS LEBIH MENGACU PADA TUJUAN UNTUK
MENCARI KEBENARAN MATERIL DAN BERKEADILAN.
 PASAL 470 RUU KUHP
• PELAKU :
- PEREMPUAN YANG MENGGUGURKAN ATAU MEMINTA ORANG LAIN UNTUK
MENGGUGURKAN BAGAIMANA DENGAN KORBAN PERKOSAAN?
- SETIAP ORANG YANG MENGGUGURKAN KANDUNGAN SEORANG
PEREMPUAN DENGAN PERSETUJUANNYA
- SETIAP ORANG YANG MENGGUGURKAN KANDUNGAN SEORANG
PEREMPUAN TANPA PERSETUJUANNYA
- DOKTER, BIDAN, PARAMEDIS ATAU APOTEKER YANG MEMBANTU
PENGGUGURAN KANDUNGAN TERSEBUT
 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. BERKAITAN DENGAN RUMUSAN BEBERAPA PASAL DALAM RUU KUHP TERSEBUT TERDAPAT
RUMUSAN TINDAK PIDANA YANG MASIH PERLU DIKAJI DAN DIPAHAMI LEBIH DALAM SECARA
SISTEMATIS, KONSISTENSI DAN KOMPREHENSIF. APABILA RUMUSAN SUATU PASAL TIDAK JELAS
MAKA AKAN MENIMBULKAN FRIKSI DAN MULTI TAFSIR SEHINGGA AKAN MENIMBULKAN
KESULITAN UNTUK DIIMPLEMENTASIKAN DALAM PENEGAKAN HUKUM DALAM PRAKTEK.
2. DALAM PROSES PERADILAN PIDANA, TUJUAN UTAMA ADALAH MENCARI KEBENARAN MATERIL
SEHINGGA DIPERLUKAN PEMBUKTIAN YANG AKAN MEMBERIKAN KEYAKINAN KEPADA HAKIM
APABILA RUMUSAN-RUMUSAN PASAL DALAM UNDANG-UNDANG MASIH RANCU, TIDAK JELAS
MAKA PEMBUKTIANNYA AKAN MENJADI SULIT DALAM PELAKSANAAN SESUAI DENGAN BUNYI
PASAL 183 KUHAP.
3. DISARANKAN BAHWA PEMBUAT DAN PENYUSUN UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA MATERIL
HARUS MEMPERHATIKAN DAN TETAP HARUS MENGANTISIPASI BAGAIMANA DALAM
PELAKSANAANNYA YANG DIATUR OLEH HUKUM PIDANA FORMIL.