TANGGUNG JAWAB PIDANA

ATAS KELALAIAN DI RUMAH

SAKIT
MENURUT AZAZ
KAUSALITAS
m.nasser
DOSEN HUKUM KESEHATAN
 KASUS 1
• SEORANG IBU, 32 THN, KEHAMILAN 34 MINGGU, MRS DENGAN HIS YANG
KENGCANG DAN SETELAH 1 JAM PASKA PERSALINAN MENGELUH SESAK
NAFAS BERAT
• SETELAH 5 JAM PASKA PERSALINAN, MENINGGAL DENGAN DIAGNOSA
KERJA EMBOLI AIR KETUBAN
• EMBOLI AIR KETUBAN ADALAH MASUKNYA CAIRAN KETUBAN BESERTA
KOMPONENNYA KE DALAM SIRKULASI DARAH IBU
• BAIK PERSALINAN PERVAGINAM MAUPUN SESAR, TAK ADA YANG
BISA AMAN 100 PERSEN DARI RISIKO EMBOLI "SEBAB, SEWAKTU
PROSES PERSALINAN NORMAL MAUPUN SESAR, BANYAK VENA YANG
TERBUKA YANG MEMUNGKINKAN AIR KETUBAN MASUK KE DALAM
SIRKULASI DARAH SEKALIGUS MENYUMBAT PEMBULUH DARAH
BALIK (VENA)
 KASUS 2
• SEORANG WANITA 41 TAHUN DENGAN BENJOLAN PAYUDARA KA, TIDAK NYERI DAN RELATIF
BERTUMBUH CEPAT.
• OLEH SpB DILAKUKAN OPERASI MASTECTOMI RADIKAL DISEBUAH KOTA SEDANG
• 6 BULAN KEMUDIAN ADA BENJOLAN BARU DI-MAMAE KIRI. JUGA DILAKUKAN OPERASI DIKOTA
TERSEBUT.
• DALAM KEDUA OPERASI INI TIDAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN IMUNO-HISTOKIMIA. TAHUN KETIGA
PASIEN MENINGGAL KARENA RELAPS
• SEBANARNYA CA MAMMAE INI BISA DICEGAH PERLUASANNYA BILA DOKTER MEMILIKI
PENGETAHUAN YG CUKUP UTK MERUJUK SPECIMEN OPERASINYA KE LABORATOIUM PA DIKOTA
BESAR.
• AKIBATNYA PERLUASAN CA MENJADI TIDAK TERKENDALI DAN PASIEN MENINGGAL KARENA
KETIDAK PEDULIAN SpB.
• TIDAK ADA GUGATAN ETIK, HUKUM ATAU DISIPLIN DARI KELUARGA
• DARI PERSPEKTIF HUKUM, DOKTER DAPAT DIJERAT DENGAN KELALAIAN KARENA TIDAK
MELAKUKAN APA YG SEHARUSNYA DILAKUKAN. PADA KASUS INI MENGGAMBARKAN ADA CELAH
PELANGGARAN DELIK FORMIL PIDANA MEDIK
 KASUS 3
• SEORANG LAKI2, 28 TAHUN, DENGAN KELAINAN BAWAAN JANTUNG (ASD/VSD)
MENGELUH SESAK NAFAS, DISPNOE D’FFORT DENGAN PEKERJAAN YG RINGAN
SEKALIPUN
• DILAKUKAN KOREKSI OPERATIF, HASIL OPERASI BAIK NAMUN HARI KE 5 POST-
OP, PASIEN MENINGGAL
• DIAGNOSA KERJA : PASIEN BATUK, TERJADI PENINGKATAN TEKANAN INTRA
THORACAL, MENDORONG DEVICE BERGESER. DIKETAHUI POST-OP PASIEN
RINDU ROKOK, ---- PEMICU BATUK
• DISINI JELAS ADA CONTRIBUTORY NEGLIGENCE (DARI PASIEN)
• PENYIDIK BINGUNG MENCARI PASAL PIDANANYA. PASTI BINGUNG DAN BILA
MENGEJAR KEPASTIAN HUKUM & KEADILAN, SEHARUSNYA
• TIDAK BISA MENGGUNAKAN PSL KELALAIAN
 DELIK FORMIL & DELIK MATERIL
PADA
TINDAK PIDANA MEDIK
1. ADA PERBEDAAN PRINSIP DELIK PIDANA PADA TIPIDUM DAN TIPIMED
a. TIPIDUM : MENGENAL DELIK FORMIL (TINDAKAN ATAU KELAKUAN YG DILARANG
UNDANG2) DAN DELIK MATERIL YANG DINILAI DARI AKIBAT YANG TERJADI DARI SEBUAH
PERBUATAN YG DIPERSANGKAKAN.
b. TIPIMED : DI-INDONESIA (PALING TIDAK SAMPAI HARI INI) : TIDAK MENGENAL DELIK
FORMIL. KALAU TOH ADA, DELIK FORMIL SANGAT SUKAR DIBUKTIKAN. OLEH KARENA ITU
PENYIDIK DAN JPU SELALU MENJERAT DENGAN MENGGUNAKAN PASAL2 DELIK MATERIL YAKNI
MENILAI AKIBAT YANG TERJADI. PADAHAL INI SELALU SUMIR
2.PADA KASUS No. 1, SANGAT JELAS DAN TERANG, PASIEN MENINGGAL BUKAN KARENA
KESALAHAN TENAGA MEDIS/KSEHATAN. TETAPI TERJADI KARENA KEADAAN KONSTITUSI PASIEN
YG SUKAR DIELAKKAN. (VENA2 PASKA PARTUS YG TERBUKA LEBAR). PASIEN NO 3 JUGA SUKAR
UNTUK MENUNTUT DOKTER KARENA KELALAIANNYA YG TIDAK JELAS
3. PADA KASUS NO 2, PASIEN MENINGGAL KARENA ANTISIPASI YG KURANG DARI
NAKES/NAMED, SEHINGGA DELIK FORMILNYA DAPAT DAN MUDAH DIBUKTIKAN
 ANALISA PIDANA MEDIK
• KASUS NO 1, ADALAH SEBUAH AKIBAT, DIMANA NAKES/NAMED, SEHARUSNYA TIDAK
BERTANGGUNG JAWAB, KARENA MENYANGKUT KONSTITUSI TUBUH PASIEN.
• SEMENTARA KASUS 2, NAKES/NAMED, HARUS BERTANGGUNG JAWAB KARENA
KEGAGALANNYA MENGANTISIPASI SESUATU YG MUNGKIN TERJADI ATAU KETIDAK
MAMPUAN MENDUGA-DUGA YG MUNGKIN TERJADI.
• KASUS NO 3 : WASPADAI MANIPULASI FAKTA. RS/DR PERLU DIDAMPINGI YG
MENGERTI HUKUM PIDANA MEDIK
• PADA KASUS NO 2, DALAM PERSPEKTIF PIDANA MEDIK : ADA CELAH DELIK SEBUAH
PERBUATAN PIDANA YG DAPAT DIBAGI ATAS :
- DELIK OMMISIONIS : MELAKUKAN PERBUATAN YG DIPERINTAHKAN UU
- DELIK COMMISIONIS :TIDAK MLAKUKAN PRBUATAN YG DIPERINTAHKN UU
 AZAZ KAUSALITAS DLM TINDAK PIDANA MEDIK
DI RUMAH SAKIT
• AZAZ KAUSALITAS DI RUMAH SAKIT SANGAT KOMPLEKS DAN RUMIT
• KARENA BANYAK YG MENJADI FAKTOR PENYEBAB, MISALNYA KETERBATASAN
ALAT/FASILITAS, KETERBATASAN SDM DAN JUGA SISTIM DI RUMAH SAKIT YG
LEMAH
• YONKERS (1946), SEORANG AHLI HUKUM PIDANA DARI LEIDEN MENYATAKAN
BAHWA WALAU ADA AKIBAT NAMUN BILA TIDAK DITEMUKAN ADANYA
KESALAHAN SESEORANG MAKA PIDANA TIDAK DAPAT DITEGAKKAN
• PENULIS SANGAT SETUJU DENGAN PENDAPAT INI DAN INI SANGAT KUAT
MENDUKUNG TEORI KAUSALITAS TINDAK PIDANA MEDIK DI RS------- JADI
WALAUPUN ADA AKIBAT (IBU MENINGGAL, DSB ) TAPI BILA TIDAK ADA
KESALAHAN/KELALAIAN DISANA, KITA TIDAK BISA GAKKUM SECARA MEMBABI
BUTA
 BAGAIMANA TANGGUNG JAWAB
PIDANA ATAS KELALAIAN DI RUMAH
SAKIT?
ADA BEBERAPA PRINSIP YG HARUS DIPEGANG :
1. DALAM SETIAP DUGAAN KELALAIAN SBG TINDAK PIDANA MEDIK, HARUS DICARI
ADANYA PERENCANAAN ATAU NIAT JAHAT PELAKU.
2. BILA DITEMUKAN ADANYA NIAT JAHAT APALG DISERTAI PERENCANAAN, MAKA
PERBUATAN INI DIGESER MENJADI PRBUATAN TINDAK PIDANA UMUM
3. DALAM TINDAK PIDANA MEDIK, SELALU LEBIH MUDAH MEMBUKTIKAN DELIK
MATERIL KETIMBANG DELIK FORMILNYA, HAL INI KARENA UU KITA YG TIDAK
LENGKAP DAN IGNORANCE HUKUM PIDANA MEDIK
4. BILA DELIK MATERILNYA DIAKIBATKAN ADANYA FAKTOR RS, MAKA DIREKTUR RS
HARUS IKUT BERTANGGUNG JAWAB.
5. FAKTOR RS ADALAH FAKTOR SISTIM DAN FAKTOR FASILITAS.
6. TIDAK SEMUA KELALAIAN YG TERJADI DI RS, DAPAT DIJERAT DGN PSL 359 KUHP
 ANALISA KASUS KAITANNYA
DENGAN
• PADA RS MAUPUN RS TIDAK DAPAT DIMINTAI
KASUS 1 : DOKTER
PERTANGGUNGAN JAWAB HUKUM KARENA JELAS EMBOLI AIR KETUBAN
SUKAR DIANTISPASI MENGINGAT LEBIH TERKAIT FAKTOR KONSTITUSI TUBUH
IBU HAMIL. JADI DELIK FORMIL DAN MATERIL SANGAT LEMAH DIBUKTIKAN
UNTUK MEMENUHI UNSUR2 PIDANA-NYA
• PADA KASUS 2 : WALAUPUN SULIT DAN DOKTER SpB BISA BERKELIT NAMUN
DELIK FORMILNYA LEBIH BISA DIBUKTIKAN
• PADA KASUS 3, SUKAR MENEMUKAN KELALAIAN/KESALAHAN DR/RS
• ADANYA HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA BREACH OF DUTY ATAU MEDICAL
NEGLIGENCE DENGAN DAMAGE ATAU LOSS ATAU INJURY YG DIDERITA
• PADA KETIGA KASUS INI WALAU BESAR TANGGUNG JAWAB DOKTERNYA
BERBEDA, NAMUN PADA SEMUA KASUS, PIMPINAN RUMAH SAKIT TIDAK
PERLU BERTANGGUNG JAWAB.
 KESIMPULAN UMUM
• PERTANGGUNGAN JAWAB PIDANA PADA TIPIMED TIDAK SEMUDAH PERTANGGUNGAN JAWAB
PADA TIPIDUM
• NAMUN PENYIDIK, JPU DAN HAKIM BISA SAJA MELAKUKAN KEKELIRUAN DALAM SELURUH
SIMPUL RANGKAIAN TINDAK PIDANA INI KARENA SEMATA-MATA KARENA IGNORANCE =
KETIDAK TAHUAN
• . UNTUK MENENTUKAN APAKAH SEORANG DOKTER TELAH MELAKUKAN SUATU PERISTIWA
PIDANA SEBAGAI AKIBAT YANG DILARANG OLEH HUKUM, MAKA TERLEBIH DAHULU HARUS
DICARI KEADAAN-KEADAAN YANG MERUPAKAN SEBAB TERJADINYA PERISTIWA PIDANA ITU.
APAKAH AKIBAT YANG TERJADI DISEBABKAN OLEH TINDAKAN DOKTER YANG SENGAJA
BERSIKAP KURANG HATI-HATI DAN CEROBOH HARUS BISA DIBUKTIKAN TERLEBIH DAHULU.
(hal ini diatur dalam keputusan menteri kehakiman republik indonesia no. m.01.pw.07.03
tahun 1992 tentang pedoman pelaksanaan kitab undang-undang hukum acara pidana (kuhap).
• OKI PENGETAHUAN TENTANG TINDAK PIDANA MEDIK PERLU DISEBARLUASKAN DAN
DIAJARKAN DI SELURUH LEVEL PENDIDIKAN APARAT PENEGAK HUKUM
• TINDAK PIDANA MEDIK SANGAT BERBEDA (JAUH) DENGAN TINDAK PIDANA UMUM
 KESIMPULAN KHUSUS
• DALAM PERKEMBANGANNYA HUKUM KESEHATAN, SANGAT MEMENTINGKAN
ADANYA BUKTI ATAU TIDAK TERBUKTINYA UNSUR DIMANA SEORANG DOKTER TELAH
MELAKUKAN KESALAHAN ATAU KELALAIAN DALAM MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
PROFESSIONAL.
• TERBUKTI ATAU TIDAK TERBUKTINYA SEORANG DOKTER MELAKUKAN KESALAHAN
ATAU KELALAIAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN, SUDAH SEPANTASNYA HUKUM
PIDANA MEDIK MENJADI RUJUKAN UTAMANYA KARENA TUJUAN DAN BATASAN
HUKUM PIDANA MEDIK LEBIH JELAS & LEBIH ADIL
• HUKUM PIDANA MEDIK BERTUJUAN UNTUK MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
TERHADAP NYAWA DAN TUBUH SESEORANG PASIEN SEMENTARA TUJUAN
PEMBERIAN PELAYANAN MEDIS UNTUK MENYEMBUHKAN, MENGURANGI
PENDERITAAN DAN MEMPERPANJANG HIDUP PASIEN.
• KEDUA TUJUAN MULIA INI BERTEMU DALAM BANYAK SIMPUL DAN TITIK YANG SAMA.
 TERIMA KASIH
• MAULI ATE GODANG
• MATUR NUWUN
• NUHUN PISAN