Anda di halaman 1dari 111

Meninjau Sejarah

Kisah Hidup
Muhammad Natsir
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan
ajar; dan
iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Meninjau Sejarah

Kisah Hidup
Muhammad Natsir
Jarudin, Ph.D.

Editor :
Dr. Yendra, S.S., M.Hum.

Kata Pengantar Oleh :


Prof. Dr. Yuzril Ihza Mahendra, SH., M. Sc.
MENINJAU SEJARAH KISAH HIDUP MUHAMMAD NATSIR

Jarudin

Editor :
Yendra

Desain Cover :
Dwi Novidiantoko

Sumber :
Jarudin

Tata Letak :
Gofur Dyah Ayu

Proofreader :
Avinda Yuda Wati

Ukuran :
xii, 99 hlm, Uk: 15.5x23 cm

ISBN :
978-623-02-1567-4

Cetakan Pertama :
September 2020

Hak Cipta 2020, Pada Penulis


Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2020 by Deepublish Publisher
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
KATA PENGANTAR

P uji syukur ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat dan


karunia-Nya sehingga buku Meninjau Sejarah, Kisah Hidup
Muhammad Natsir telah dapat diselesaikan. Buku ini merupakan
bagian dari disertasi S-3 penulis di Universiti Kebangsaan Malaysia
(UKM), yang secara spesifik berisi tentang sejarah kehidupan dan
pelibatan Muhammad Natsir dalam berbagai aktivitas sosial dan politik.
Muhammad Natsir adalah tokoh yang mampu memadukan antara kegiatan
politik dengan kegiatannya sebagai seorang pendakwah (da‟i atau
mubaligh). Kekhususan ini yang membedakannya dari tokoh-tokoh lain.
Setiap persoalan yang diuraikan Muhammad Natsir selalu berasaskan
nilai-nilai dasar Islam. Pemikiran yang beliau nyatakan tidak lari dari
ketinggian dasar ajaran Islam. Beliau mengatakan, Islam mesti dijadikan
ciri seorang muslim dalam segala aspek kehidupan.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis rekamkan kepada
Yayasan Pendidikan PGRI Sumatera Barat dan Ibu Dr. Zusmelia, M.Si.
selaku Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat. Terima kasih juga
disampaikan kepada Dr. Yendra, S.S., M.Hum., dan Ami Anggraini
Samudra, M.Sc., atas kontribusi dalam editing dan penyelesaian buku ini.
Ucapan terima kasih dan permohonan doa kepada Allah Swt.,
supaya selalu melimpahkan rahmat dan ampunan serta keselamatan dunia
dan akhirat ke atas Ayahanda H. Kasim Pakih Kayo dan Ibunda tercinta
Hj. Janiar yang telah mengasuh dan mendidik penulis sejak kecil sehingga
dewasa. Begitu pula, terima kasih yang mendalam dan tulus penulis
ucapkan kepada istri terkasih Zil Arifa, M.Hum. yang telah rela dalam
kesendirian untuk masa yang tidak singkat, serta permataku, Adriya Fajar
Hudaya, Alfy Fajar Khairan, dan Anniqy Fajar Altafa. Untuk mereka karya
ini penulis persembahkan. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir v


dalam buku ini untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku
ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi
mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat khususnya dan bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Penulis,

Jarudin, Ph.D.

vi Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


KATA PENGANTAR Prof. Dr. YUZRIL IHZA MAHENDRA, S.H.,
M.Sc.

M. Natsir, Tokoh yang Konsisten


dengan Perjuangan
Kata Pengantar Oleh:
Prof. Dr. Yuzril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc.

M embincang dan menulis tentang M. Natsir ibarat menimba air


dari sumur yang tidak pernah kering. Semakin banyak air
ditimba, semakin banyak pula air baru yang mengalir keluar.
Semakin banyak membahas dan menggali Natsir, semakin banyak hal baru
yang belum tergali dan terungkap tentang tokoh bangsa ini. Ratusan tulisan
tentang Natsir, telah pula dapat kita baca dan pelajari. Namun demikian,
masih banyak hal baru yang belum dan perlu ditulis tentang Natsir.
Saya sendiri, dalam sebuah tulisan yang dipublikasikan oleh jurnal
Studia Islamika seperempat abad yang lalu telah mengulas biografi Nasir
sebagai tokoh yang mengombinasikan antara aktifisme dan
intelektualisme. Sebagai cendikiawan, Nasir telah merespon berbagai
kondisi aktual dalam tulisan-tulisannya yang tajam dan kritis. Sebagai
aktifis, Natsir juga merespon berbagai persoalan bangsa melalui berbagai
bentuk gerakan sosial yang dilakukan secara nyata untuk memperbaiki
keadaan. Peran dan kiprahnya ini yang membuat Natsir tidak pernah
berhenti memberikan kritik dan masukan terhadap pemerintah sepanjang
hayatnya. Karena peran dan kiprahnya itu, saya memposisikan Nasir
sebagai intelektual dan sekaligus aktifis. Mengapa demikian? Karena bagi
saya, Nasir tidak hanya sebagai seorang cendikia, namun juga aktifis yang
berupaya merubah keadaan dengan kecendekiawanannya melalui tulisan
dan tindakan.
Tentu saja, Natsir bukan hanya seorang penulis dan aktifis. Padanya,
kita menemukan sosok intelektual sekaligus ulama yang kharismatik, guru

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir vii


yang hebat, pemikir bangsa yang cerdas, jurnalis yang kritis, politisi ulung,
hingga komunikator hebat yang menguasai banyak bahasa. Pada tokoh
yang pernah menjabat perdana menteri RI Indonesia ini pula kita
menemukan spirit berjuang hingga akhir hayat meskipun tanpa panggung
dan jabatan. Kita semua mengetahui, setelah mengundurkan diri dari posisi
Perdana Menteri pada tanggal 26 April 1951 karena tidak menemukan
kecocokan dengan Soekarno, Ia tidak pernah berhenti bekerja untuk
kepentingan masyarakat yang lebih luas. Bahkan, karena semangat
juangnya, beliau dituding melakukan pemberontakan bersama PRRI dan
dipenjara oleh pemerintah Orde Lama. Setelah dipenjara dan dibebaskan
pada pemerintahan Orde Baru, Natsir tetap tidak berhenti dan terus terlibat
dalam gerakan sosial kemasyarakatan. Untuk mengokohkan gerakan
sosial, Natsir mendirikan Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
(DDI) didirikan Natsir. Bersama DDII Natsir merobah haluan gerakan dari
gerakan politik ke gerakan dakwah.
Perjalanan hidup Natsir, sejak dilahirkan hingga akhir hayatnya
penuh liku dan tantangan sesuai dengan zaman saat itu. Pada masa kecil,
Natsir harus rela tidak dapat mengecap pendidikan di Hollandse Inlandse
School (HIS) yang dicita-citakannya sejak kecil. Keinginannya terhalang
karena HIS hanya menampung anak-anak demang, bangsawan dan
pegawai-pegawai tinggi pemerintahan. Natsir kecil yang anak seorang juru
tulis kerajaan Belanda di Maninjau, tidak masuk dalam kategori. Untuk itu,
natsir kecil harus rela bersekolah di Hollandse Inlandse School (HIS)
Adabiyah Partikiler yang didirikan oleh Syarikat Usaha. Demi pendidikan
pula, Natsir haru rela berpisah dengan orang tua sejak kecil (baca bab
pendidikan). Namun, pendidikan itu pula yang merubah cara pandang
Natsir terhadap kehidupan sosial di sekitarnya. Maka, hal pertama yang
dibenahi oleh Natsir adalah pendidikan dengan mendirikan Pendidikan
Islam di Bandung.
Gerakan sosial di bidang pendidikan yang dilakukan Natsir juga
penuh tantangang. Bahkan, Natsir harus berulang kali menggadaikan harta
benda Ummi, sang istri untuk membiayai sekolah Pendidikan Islam yang
didirikannya (baca bab Perjuangan). Keterlibatan di organisasi dan
terutama di politik juga memberikan dilema tersendiri bagi Natsir karena
harus meninggalkan Pendidikan Islam yang didirikannya (baca bab

viii Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Organisasi). Namun, di sini ketenangan dan kematangan Natsir
menentukan pilihan dibuktikan. Di bidang politik natsir menonjol hingga
menjabat sebagai Perdana Menteri Indoensia ke-5. Namun, Natsir
mengambil keputusan untuk mundur setelah tidak sependapat dengan
Sokarno yang menganut paham nasionalisme dan menyokong sekularisme
yang mengkritik islam sebagai ideologi. Sebaliknya, Natsir mengkritik
sekularisme dan memperjuangkan islam sebagai ideologi (Baca bab
Masyumi).
Konsistensi Natsir dengan gagasan bernegara yang diusungnya
bahkan mengantarkannya ke penjara. Pemerintah Orde Lama di bawah
sistem demokrasi terpimpin yang dikomandoi Soekarno memenjarakan
Natsir karena dinilai melakukan pemberontakan bersama Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang menentang pemerintahan
otoriter selama demokrasi terpimpin. Natsir setuju dengan PRRI yang
menuntut otonomi daerah yang lebih luas, dan hal ini disalahtafsirkan oleh
Soekarno sebagai pemberontakan (Baca bab Klaim Pemerintah). Selepas
dari penjara, setelah dikeluarkan tanpa proses pengadilan di era Orde Baru,
Natsir kembali ke jalan dakwah dengan mendirikan Dewan Dakwah Islam
Indonesia (DDII) (Baca Bab DDII).
Perjalanan panjang dan konsistensi Natsir telah menjadikannya
sebagai tokoh yang paling kompleks di antara para tokoh nasional
Indonesia, untuk itulah karya tentang beliau tidak pernah tuntas. Tulisan-
tulisan yang membahas tentang Natsir yang saya simak sejauh ini
bermuara pada dua hal tentang Natsir. Pertama membahas dan
membincangkan ketokohan dan gerakannya yang cenderung membahas
sosok Natsir dan aktifitasnya di panggung politik, gerakan sosial dan
peran-perannya sebagai tokoh bangsa. Kedua, membahas tentang
pemikiran-pemikirannya, baik yang dituangkan dalam tulisan sendiri
maupun dituliskan oleh orang lain. Tulisan di kelompok kedua ini
cenderung membahas gagasan-gagasan yang ditawarkan oleh Natsir dalam
mengurai dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.
Buku yang ditulis oleh Jarudin ini merupakan sebuah kolase yang
menghimpun perjalanan hidup Natsir sejak lahir hingga wafat dengan
menggunakan pendekatan sejarah, termasuk tokoh-tokoh besar
mempengaruhi pemikirannya. Sebagai sebuah tulisan sejarah, meskipun

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir ix


ditulis secara ringkas dan tidak panjang lebar, tulisan ini memberikan
warna tersendiri bagi karya-karya dan tulisan-tulisan yang membahas
tentang Natsir. Tulisan ini berfokus pada ketokohan Natsir dan gerakan
sosial yang dilakukannya dengan pendekatan sejarah, bukan pada
pemikiran-pemikiran Natsir. Meskipun demikian, bukan berarti tidak
ditemukan pemikiran Natsir dalam buku ini, karena pada dasarnya,
gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Natsir seperti mendirikan Pendis,
mengoordinasi pendidikan islam, terlibat dalam PSII, terlibat dalam partai
Masyumi dan menjadi ketua, hingga mendirikan DDII adalah hasil dari
pemikiran-pemikiran Natsir. Tentu saja buku ini sangat penting bagi
pemula yang ingin mengetahui sosok Natsir sebagai tokoh bangsa yang
konsisten dengan perjuangannya.

x Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

KATA PENGANTAR Prof. Dr. YUZRIL IHZA MAHENDRA,


S.H., M.Sc. ................................................................................................vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

Bagian 1 PENDAHULUAN ............................................................... 1

Bagian 2 MASA PENDIDIKAN ..................................................... 13

Bagian 3 PERJUANGAN ................................................................ 20

1. Pendirian Pendidikan Islam (Pendis) ....................... 20


2. Koordinasi Perguruan Islam ..................................... 30

Bagian 4 ORGANISASI................................................................... 33

Bagian 5 MASYUMI ........................................................................ 41

1. Sejarah Pembentukan Masyumi ............................... 41


2. Perjuangan Muhammad Natsir dalam Masyumi ...... 44

Bagian 6 DDII ................................................................................... 53

1. Sejarah Lahirnya Dewan Dakwah Islamiyah


Indonesia .................................................................. 53
2. Perjuangan Dakwah Muhammad Natsir dalam Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia ................................... 56

Bagian 7 KLAIM PEMERINTAH ................................................. 69

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir xi


Bagian 8 PENGARUH TOKOH .................................................... 76

1. Ahmad Hassan ......................................................... 77


2. Haji Agus Salim ...................................................... 78
3. Ahmad Sukarti ......................................................... 79
4. Al-Ghazaliyy ........................................................... 79
5. Jamaluddi al-Afghani .............................................. 80
6. Muhammad Abduh .................................................. 81
7. Rashid Ridha ........................................................... 82

Bagian 9 PENUTUP ........................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 95

PROFIL PENULIS ................................................................................... 99

xii Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Bagian 1
PENDAHULUAN

Berbicara tentang sejarah Indonesia, tidak akan terlepas dari mata rantai
keterlibatan para tokoh kebangsaan yang memiliki peranan besar dalam
proses perjuangan mewujudkan kemerdekaan dari penjajahan dan
pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka telah
berhasil menempa sejarah dengan pengorbanan, pertumpahan darah, karya
gemilang dan prestasi serta masukan yang bernilai tinggi, berguna untuk
hari ini dan untuk generasi yang akan datang, dalam mengukuhkan modal
dasar ideal dan membangunkan motivasi, sehingga peradaban dapat dibina
secara lebih baik dari masa ke masa.
Indonesia dijajah oleh Belanda selama lebih kurang 350 tahun,
kemudian dijajah oleh Jepang lebih kurang 3,5 tahun. Penjajahan ini talah
merengut pelbagai aspek penting kehidupan masyarakat Indonesia. Namun
penjajahan ini juga telah melahirkan para pejuang, pahlawan, dan tokoh-
tokoh yang berusaha mewujudkan kemerdekaan. Mereka adalah tokoh-
tokoh yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia, seperti Cuk Nyak Din
dan Cik Ditiro dari Nanggroe Aceh Darussalam, Tuanku Imam Bonjol dari
Minangkabau Sumatera Barat, Pangeran Diponegoro dari Pulau Jawa, I
Gusti Ngurah Rai dari Pulau Bali, Pangeran Antasari dari Pulau
Kalimantan, Sultan Alauddin dari Sulawesi, dan Kapiten Pattimura dari
Maluku. Mereka adalah sebagian dari para pemimpin yang berada di garis
depan perjuangan dalam perang melawan penjajah.
Mendekati abad ke-19 perjuangan melawan penjajah mendekati
saat-saat kemerdekaan. Para pejuang Indonesia telah terbagi menjadi dua
bagian. Bagian pertama adalah mereka yang secara langsung memimpin
pertempuran melawan penjajah, seperti halnya Jenderal Soedirman sebagai
pemimpin perang gerilya, Bung Tomo, Bagindo Azis Khan, dan
pemimpin-pemimpin lainnya yang berjuang mengangkat senjata. Bagian

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 1


kedua adalah mereka yang berjuang dengan menggunakan pemikiran dan
ide mereka. Kebanyakan dari mereka memperjuangkan kemerdekaan
secara diplomatis seperti Presiden Soekarno, Muhammad Hatta, Haji Agus
Salim, Muhammad Yamin, Sutan Syahrir, Sjafruddin Prawiranega, H.O.S.
Tjokro Aminoto, Hamka, Muhammad Roen dan Muhammad Natsir.
Soekarno dan Muhammad Hatta adalah tokoh Proklamator
Kemerdekaan Indonesia. Mereka telah memproklamasikan kemerdekaan
Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sejarah menyebut kedua tokoh
ini dengan nama Dwi Tunggal. Selama negara Republik Indonesia terus
berdiri, maka selama itu pula masyarakat Indonesia akan mengingat
mereka sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia.
Soekarno merupakan Presiden pertama Indonesia dan salah seorang
tokoh yang merumuskan Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia, dan juga seorang tokoh nasionalis yang menggubah dasar
negara yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia yang
majemuk yang terdiri dari pelbagai agama, suku dan ras.
Muhammad Hatta adalah tokoh yang juga ikut memproklamirkan
kemerdekaan Republik Indonesia bersama Soekarno pada saat menjadi
Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Muhammad Hatta dikenali
sebagai tokoh yang pandai melakukan diplomasi. Selain itu beliau juga
dikenal sebagai pakar ekonomi kerakyatan, yaitu kegiatan-kegiatan
ekonomi yang berasaskan kepada masyarakat kalangan menengah ke
bawah. Oleh karenanya sejarah Indonesia telah menjadikan beliau sebagai
Bapak Koperasi Indonesia.
Haji Agus Salim dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional yang
sangat besar perhatiannya terhadap pendidikan. Hal itu dapat dilihat dari
pendapat-pendapatnya baik secara lisan maupun artikel-artikel yang
ditulisnya mengenai pendidikan. Haji Agus Salim mempunyai prinsip
pendidikan homeschooling yaitu keberhasilan pendidikan yang bergantung
kepada orang tua sebagai pendidik. Beliau juga dikenal sebagai tokoh
pejuang diplomasi yang disegani dunia. Kejayaan diplomasi beliau adalah
setelah memenangkan bendera Merah Putih dalam perundingan antar
bangsa melawan kerajaan Polandia di Den Haag Belanda.
Muhammad Yamin dikenal sebagai pejuang multidimensi yang
memiliki pelbagai kemahiran. Dalam setiap dimensinya beliau

2 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


menunjukkan bakat dan eksistensi baik sebagai politikus dan ahli hukum,
maupun sebagai penyair angkatan Pujangga Baru. Muhammad Yamin
terlibat dalam percaturan politik praktis sebagai bentuk perjalanannya
menjadi seorang intelektual. Jasa besar beliau sebagai pejuang
kemerdekaan Indonesia adalah menjadi salah seorang perumus teks
Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Sutan Sjahrir adalah salah seorang tokoh nasionalis pejuang
pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia. Pemikiran beliau yang
bercorak nasionalis hampir sama dengan pemikiran Soekarno. Beliau
mengatakan bahwa tidaklah mustahil suatu masyarakat sosialis
diwujudkan di Indonesia di masa hidupnya. Selain itu, beliau juga pernah
mengatakan bahwa menjadi tugas yang luar bisa melakukan konsolidasi
nasional dalam sebuah Nusantara yang luas dan terbagi-bagi secara sosial.
Syafruddin Prawiranegara adalah seorang pejuang, tokoh politik,
dan negarawan muslim yang banyak memainkan peranan penting dalam
perjuangan kemerdekaan negara republik Indonesia. Pada zaman
penjajahan Jepang beliau mulai aktif mendiskusikan masa depan tanah air
Indonesia. Setelah Indonesia merdeka Pelbagai tugas kenegaraan pernah
diembannya. Pada 25 Agustus 1945 beliau dipercayakan memegang
jabatan sebagai pimpinan Sekretariat Komite Nasional Indonesia (KNI),
Karesidenan Priagan, dan pada bulan Oktober tahun yang sama beliau
menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Dalam bidang pemerintahan, jabatan pertamanya adalah Menteri Muda
Keuangan dalam kabinet Syahrir ke-2 yang dibentuk pada 3 Maret 1946.
Kemudian beliau menjabat sebagai Menteri Keuangan pada kabinet
Syahrir ke-3 2 Oktober 1946. Pada masa inilah beliau menyampaikan
gagasannya kepada Wakil Presiden Muhammad Hatta agar Indonesia
mencetak mata uang sendiri, mata uang tersebut dikenali dengan nama
Oeang Repoelik (Ridwan, 2004).
Buya Hamka adalah sosok seorang pejuang pergerakan
kemerdekaan yang memiliki karismatik yang dikagumi. Meskipun beliau
telah tiada, tetapi secara hakiki beliau akan senantiasa hidup dalam
sanubari para sastrawan, dalam ingatan para sejarawan, dalam pikiran para
cendekiawan, dalam dunia para ahli politik, dalam jiwa masyarakat
muslim dan dalam ingatan baik kawan maupun lawan. Seluruh gambaran

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 3


keistimewaan kepribadian Buya Hamka tercermin dalam setiap karya yang
telah dihasilkannya. Keseluruhan hasil karyanya memiliki latar belakang
sejarah yang khas dan mencirikan perkembangan pemikirannya. Salah satu
antara karya terbesar beliau ialah Tafsir Al-Azhar. Karya agung Buya
Hamka ini merupakan satu wahana pembaharuan Islam di Indonesia.
Demikian tersebut tokoh-tokoh Indonesia baik pejuang, ulama,
sejarawan, diplomat, ahli politik, ahli ekonomi, maupun ahli-ahli di bidang
ilmu lain yang telah berjasa besar mewujudkan kemerdekaan dan
membangun Indonesia. Muhammad Natsir (1908–1993) menjadi salah
seorang tokoh di antara mereka. M. Natsir kelahiran Minangkabau
Sumatera Barat Indonesia adalah pribadi yang memiliki integritas dan
unik. Semenjak mudanya beliau telah terlibat dalam pelbagai polemik
intelektual keagamaan, sosial dan senantiasa menjadi tumpuan perhatian
para pemikir.
Kehadiran Muhammad Natsir sebagai seorang intelektual,
senantiasa menjadi topik perbincangan hangat pada masanya. Sebagai
pemimpin, kehebatan dan kebesarannya tidak hanya dihormati oleh kawan
tetapi juga disegani oleh lawan. Peranan Muhammad Natsir sangat
menonjol dalam dunia politik. Beliau digelar sebagai ahli politik andal.
Keterlibatan beliau dalam bidang politik telah mempengaruhi nilai
perjuangan kebangsaan Indonesia di zaman kolonial Belanda dan
menjelang kemerdekaan.
Pada sisi lain, Muhammad Natsir adalah seorang pemikir dan
penulis yang produktif. Beliau mengawali kegiatan tulis-menulis sejak
sekolah menengah. Pada masa itu beliau berumur 20-an dan tidak berhenti
menulis sampai akhir hayatnya. Pemikiran beliau telah dihimpun dalam
pelbagai buku, risalah dan artikel, yang merupakan salah satu sumbangan
besar untuk mengayakan khazanah ilmu pengetahuan dan juga pemaparan
tentang sejarah Indonesia. Muhammad Natsir mengemukakan
pemikirannya tidak hanya sebagai bahan kajian intelektual semata-mata
tetapi beliau menuliskan pemikirannya berdasarkan kepada pelibatan
dalam pergerakan sosial keagamaan dan politik yang dialaminya sendiri.
Banyak tulisan Muhammad Natsir dalam tahun 1930-an yang
membangunkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk bersikap optimis
dan tidak merendah diri apabila berhadapan dengan pemerintahan kolonial

4 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Belanda yang saat itu telah membuat masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat yang kehilangan kepercayaan diri. Muhammad Natsir tidak
yakin dengan anggapan bahwa hanya bangsa atau ras (tingkatan) tertentu
yang dapat maju melainkan seluruh umat manusia. Beliau berkeyakinan
bahwa kemajuan bergantung kepada kemampuan manusia untuk bisa
menjadikan mereka layak atau tidak layak berkuasa di negerinya sendiri
(Natsir, 1937).
Perjuangan dan kegigihannya dalam membangun Indonesia menjadi
salah satu aspek yang menyokong beliau untuk menduduki beberapa
jabatan penting dalam pemerintahan Republik Indonesia. Pada zaman
kemerdekaan beliau menjadi menteri penerangan RI untuk tiga kali masa
jabatan, yaitu pada Kabinet Parlementer Syahril dan Hatta (tahun 1946 -
1949). Pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1951 beliau menduduki
jabatan tertinggi sebagai Perdana Menteri
Republik Indonesia (Mahendra, 1995). “Kemajuan tergantung
Pemikiran, pelibatan dan aktivitas kepada kemampuan
politik Muhammad Natsir semakin terasah manusia untuk bisa
dan teruji, setelah berkenalan dengan menjadikan mereka layak
sejumlah tokoh pergerakan politik Indonesia, atau tidak layak berkuasa
antaranya ustaz Ahmad Hasan, Haji Agus di negerinya sendiri”
Salim, dan Ahmad Surkati. Selain tokoh- (M. Natsir)
tokoh Indonesia, pemikiran Muhammad
Natsir juga dipengaruhi oleh tokoh-tokoh luar negeri seperti al-Ghazaliyy
Muhammad Abduh, Rashid Rida, Hassan dan al-Banna. Mereka adalah
tokoh-tokoh filsafat dan pembaharuan pemikiran Islam.
Sebagai seorang tokoh agama intelektual Muhammad Natsir telah
mewariskan sejumlah besar ide dan gagasan pemikiran yang sangat
berharga yang tidak ternilai. Beliau telah banyak meninggalkan karya
tulisan yang monumental. Tulisan dan karya ilmiah beliau terwujud dalam
pelbagai jenis dan corak yang hampir meliputi semua aspek kehidupan.
Antaranya bidang politik dan pemerintahan, sosial, ekonomi, dakwah,
falsafah, keagamaan, pendidikan, kebudayaan dan sejarah.
Satu persoalan menarik dalam karya-karya ilmiahnya tersebut
adalah ditampilkannya Islam sebagai persoalan utama. Banyak buku yang
telah dihasilkan, dan tidak kurang dari 92 karangan sejak tahun 1929

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 5


sampai ke akhir hayatnya. Diantara karya tulis beliau, yang utama dan
banyak dikenal adalah:
1. Capita Selekta terdiri dari dua jilid. Karya ini dicetak ulang
beberapa kali. Buku ini menghimpun 64 buah tulisannya dalam
berbagai-bagai bidang. Beliau menulis buku ini dari tahun 1929
sampai dengan tahun 1941 yang dikumpulkan oleh DP. Sati Alimin.
Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1973.
2. Islam dan Kristen di Indonesia. Buku ini menghimpun 29 buah
tulisan dari tahun 1930 sampai dengan tahun 1969. Dihimpun oleh
Endang Saifuddin Ansari. Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1969.
3. Fiqh al-Dakwah. Buku ini membahas jejak risalah dan dasar-dasar
dakwah. Buku ini dinilai para pakar sebagai pemikiran terbesar M.
Natsir dalam bidang dakwah.
4. Kebudayaan Islam dalam Perspektif Sejarah. Buku ini membahas
kebudayaan dan sejarah yang diterbitkan pada tahun 1980.
5. Qur‟an en Evangelie, dan Mohammad als Profeet, merupakan
tulisan pertama yang dipublikasikan ke masyarakat luas. Tulisan itu
dimuat dalam bahasa Belanda Algemeen Indische Dabblad (AID)
September 1929, sebagai sanggahan dari ceramah pendeta
Christoffels yang dimuat oleh media pada saat itu. Oleh Ustaz A.
Hassan, kedua tulisan itu diterbitkan ulang dalam bentuk buku
dengan judul yang sama, atas nama Komite Pembela Islam. Dari
kedua tulisan ini, tulisan-tulisan berikutnya dimuat di berbagai
media massa ketika itu, baik dalam bahasa Indonesia, Belanda atau
Inggris, dan termasuk di dalamnya adalah polemik yang pernah
ditulis oleh cendekiawan Indonesia di tahun 1930-an yang
bertemakan: Islam, Kebangsaan dan Kenegaraan. Polemik itu
dilakukan oleh Muhammad Natsir atau dengan nama samaran A.
Muchlis di satu pihak – dan Ir. Soekarno dkk di pihak lainnya.
Polemik-polemik itu, pada umumnya dimuat di pelbagai media
seperti Pembela Islam (majalah, terbit di Bandung dengan
Muhammad Natsir dan A. Hassan sebagai penanggung-jawabnya),
Panji Islam (majalah, terbit di Medan yang digerakkan oleh H. Z.A.
Ahmad), pedoman masyarakat (majalah, terbit di Medan yang
dipimpin oleh Hamka dan M. Yunan Nasution), pemandangan (surat

6 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


kabar harian, terbit di Jakarta dengan pengemudinya RHO Djoenaidi
dan Tabrani), dan lain-lain.
6. Politik Melalui Jalur Dakwah, adalah sebuah tulisan yang berisi
tentang penjelasan M. Natsir mengenai perjalanan sejarah pada awal
kemerdekaan, yang banyak diselewengkan oleh para ahli sejarah
Indonesia.
7. Indonesia di Persimpangan, buku ini berisi tentang sejarah
terbentuknya negara kesatuan, yang sebelumnya banyak mengalami
pergolakan politik.
8. Islam Sebagai Dasar Negara, adalah tulisan yang membahas upaya
M. Natsir meletakkan Islam sebagai dasar negara dan upaya
menepis aliran sekular yang memisahkan antara agama dan negara.
Buku ini diterbitkan tahun 2000 dengan kerja sama Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia, Universitas M. Natsir dan Penerbit Media
Dakwah.
9. Dari Masa ke Masa, berisi tentang pribadi Rasulullah, pembinaan
keluarga dan kesan dari penjajahan yang membawa kesuraman, serta
nasehat untuk memelihara dan memupuk kemerdekaan. Buku ini
merupakan pemikiran beliau semenjak Orde Baru dari tahun 1969
sampai dengan tahun 1973.
Tulisan dalam bahasa Indonesia yang pertama dibukukan adalah
Cultur Islam. Beliau menulis buku ini bersama-sama dengan C.P. Wolf
Kemal Schoemaker pada tahun 1936 (Rosidi, 1990), Muhammad Natsir
juga menulis beberapa buah buku kecil dalam bahasa Belanda yang sangat
populer di kalangan kaum terpelajar Indonesia pada masanya. Diantara
buku-kubu tersebut adalah:
1. Het Islamietiesche Geloof pada tahun 1931. Buku ini membicarakan
masalah keimanan.
2. Komt tot het Gebed pada tahun 1932 yang bermakna marilah solat.
Buku ini membahas tentang solat secara lengkap.
3. Golden Regels uit den Quran pada tahun 1932 yang bermakna
kalimat-kalimat emas daripada Al-Qur’an.
4. De Islamietesche Vrouw en Haar Recht pada tahun1932. Buku ini
menyentuh hak-hak wanita dalam Islam.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 7


Menurut penilaian Presiden Soekarno, tulisan-tulisan tersebut sangat
penting untuk kalangan intelektual Indonesia pada masa itu yang lebih
menguasai dan menghargai tulisan-tulisan dalam bahasa Belanda daripada
tulisan dalam bahasa Indonesia (Solihin, 1993).
Di samping buku-buku yang telah disebutkan di atas, masih banyak
karya tulis M. Natsir lainnya yang tersebar dalam pelbagai majalah dan
surat kabar. Begitu juga dengan kertas-kertas kerja yang dibentangkan di
dalam pelbagai forum. Khazanah penulisan Muhammad Natsir dalam
pelbagai bahasa masih tersimpan di Perpustakaan Nasional Jakarta,
Perpustakaan Universiti Laiden di Belanda, dan Perpustakaan Universiti
Cornell di Amerika Serikat.
Dari pemikiran dan tulisan-tulisannya, tergambar bahwa
Muhammad Natsir adalah tokoh yang mampu memadukan antara kegiatan
politik dengan kegiatannya sebagai seorang pendakwah (mubalig).
Kekhususan ini yang membedakannya dari tokoh-tokoh lain. Setiap
persoalan yang diuraikan Muhammad Natsir senantiasa berasaskan nilai-
nilai dasar Islam. Pemikiran yang beliau nyatakan tidak lari daripada
ketinggian dasar ajaran Islam. Beliau mengatakan, Islam mesti dijadikan
ciri seorang muslim dalam segala hal (Natsir, 1961).
Pemikiran ini dikemukakan oleh Muhammad Natsir setelah
menyaksikan gejala buruk perkembangan agama Islam di Indonesia yang
diakibatkan oleh penjajahan. Pemerintahan kolonial Belanda berusaha
membatasi bahkan melarang kegiatan-kegiatan keagamaan umat Islam.
Agama Islam tidak dibenarkan untuk diajarkan di sekolah-sekolah
terutama di sekolah Belanda. Kebijakan pemerintahan Belanda ini telah
memberi pengaruh besar terhadap kepribadian dan sikap beragama umat
Islam di Indonesia saat itu. Kebanyakan mereka beragama Islam tetapi
tidak memahami dan melaksanakan ajaran Islam menurut yang sepatutnya.
Dalam pandangan Muhammad Natsir, Islam bukanlah semata-mata
suatu ajaran agama tetapi Islam adalah suatu pandangan hidup yang
universal, meliputi persoalan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Beliau berpendapat Islam adalah puncak inspirasi semua bentuk
perjuangan dan revolusi. Islam menjadi dasar perjuangan melawan semua
bentuk penjajahan. Selain itu, beliau mengatakan Islam menjadi asas
perlawanan eksploitasi manusia terhadap manusia lain, memberantas

8 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


kebodohan, kemiskinan, dan kemelaratan. Oleh sebab itu, Islam tidak
boleh dipisahkan antara keagamaan dengan kenegaraan (Natsir, 1961).
Muhammad Natsir adalah pribadi yang prolific. Dalam tubuhnya
yang sederhana terdapat cita-cita yang besar. Meskipun, peranan beliau
lebih dikenal dalam bidang politik dan dakwah tetapi sumbangan beliau
tidak kurang hebatnya dalam bidang agama, falsafah, kebudayaan dan
pendidikan. Perjalanan panjang Muhammad Natsir meniti karier
perjuangannya yang penuh rintangan tidak pernah melunturkan semangat
hingga akhir hayatnya. Berbagai klaim dan cap juga melekat pada dirinya
dari pemerintah Indonesia. Mulai dari masa orde lama (Presiden
Soekarno), orde baru (Presiden Soeharto), sampai pada masa pasca
reformasi yaitu pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada era kepemimpinan Presiden Soekarno, Muhammad Natsir dan
beberapa tokoh lainnya ditangkap atas tuduhan terlibat dalam
pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Muhammad Natsir kemudian diasingkan dan menjalani tahanan politik di
Batu Malang, Jawa Timur pada tahun 1960 sampai dengan 1962.
Kemudian beliau dipindahkan ke Rumah Tahanan Militer pada tahun 1962
sampai dengan 1966. Pada bulan Juli 1966 Muhammad Natsir dibebaskan
dengan tampa melalui proses hukum.
Pada era kepemimpinan Presiden Soeharto, Muhammad Natsir juga
dicekal oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena beliau bersama
beberapa tokoh Indonesia lainnya mengajukan gugatan kepada kebijakan
pemerintah orde baru Pada 5 Mei 1980. Gugatan ini dikenal sebagai Petisi
50. Akibatnya beliau diawasi dan dilarang untuk pergi ke luar negeri
hingga akhir hayatnya.
Selanjutnya, sebagai tanda akhir perjuangannya beliau meninggal
dunia pada 6 Februari 1993 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada usia
85 tahun. Kemudian setelah lima belas tahun keberpulangannya, tepatnya
pada tanggal 1 November 2008. Presiden keenam Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono memberikan anugerah gelar Pahlawan Nasional dan
Bintang Mahaputra Adipradana sebagai penghargaan tertinggi atas jasa
yang telah beliau berikan kepada Indonesia.

*****

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 9


M. Natsir kelahiran Minangkabau Sumatera Barat Indonesia adalah
pribadi yang memiliki integritas dan unik. Semenjak mudanya beliau telah
terlibat dalam pelbagai polemik intelektual keagamaan, sosial dan
senantiasa menjadi tumpuan perhatian para pemikir. Pada sisi lain,
Muhammad Natsir adalah seorang pemikir dan penulis yang produktif.
Banyak tulisan Muhammad Natsir dalam tahun 1930-an yang
membangunkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk bersikap optimis
dan tidak merendah diri. Muhammad Natsir tidak yakin dengan anggapan
bahwa hanya bangsa atau ras (tingkatan) tertentu yang dapat maju
melainkan seluruh umat manusia. Beliau berkeyakinan bahwa kemajuan
bergantung kepada kemampuan manusia untuk bisa menjadikan mereka
layak atau tidak layak berkuasa di negerinya sendiri. Dari pemikiran dan
tulisan-tulisannya, tergambar bahwa Muhammad Natsir adalah tokoh yang
mampu memadukan antara kegiatan politik dengan kegiatannya sebagai
seorang pendakwah (mubalig). Pemikiran yang beliau nyatakan tidak lari
daripada ketinggian dasar ajaran Islam. Menurut beliau, Islam mesti
dijadikan ciri seorang muslim dalam segala hal. Islam bukanlah semata-
mata suatu ajaran agama tetapi Islam adalah suatu pandangan hidup yang
universal, meliputi persoalan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Beliau berpendapat Islam adalah puncak inspirasi semua bentuk
perjuangan dan revolusi.

10 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Muhammad Natsir (1908-1993 M)

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 11


Muhammad Natsir dan Keluarga

12 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Bagian 2
MASA PENDIDIKAN

Dalam suasana kenyamanan daerah Alahan Panjang, tepatnya di kampung


Jembatan Berukir (Jambatan Baukie) Sumatera Barat Indonesia.
Muhammad Natsir yang digelar Datuk Sinaro Panjang, dilahirkan pada
hari Jumat 17 Juli 1908. Beliau dibesarkan oleh seorang ibu yang bernama
Khadijah dan ayahnya bernama Idris Sutan Saripado. Muhammad Natsir
mempunyai tiga orang saudara, yaitu Yukinan, Rabi’ah, dan Yohanusun
(Solihin, 1990).
Muhammad Natsir dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana
yang taat beribadah. Ayahnya Idris Sutan Saripado adalah seorang juru
tulis pada sebuah pejabat kerajaan Belanda di daerah Maninjau.
Keluarganya adalah keluarga yang mementingkan pendidikan dan
pelajaran agama. Ibu-bapaknya juga telah memberikan contoh yang baik
semenjak ia kecil, supaya Muhammad Natsir bijak menghargai waktu dan
mendisiplinkan diri (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1993).
Pada tahun 1912 pemerintah Belanda mendirikan Sekolah Kelas I
berbahasa Belanda yang kemudian pada tahun 1915 sekolah itu dinamakan
Hollandse Inlandse School (HIS). Sejak berumur delapan tahun, sekitar
tahun 1916, Natsir kecil bercita-cita untuk masuk HIS, Namun ia tidak
termasuk antara anak yang dapat bersekolah di HIS tersebut, karena saat
itu murid-murid yang dapat diterima di sekolah itu dipilih dari anak-anak
demang, bangsawan dan pegawai-pegawai tinggi pemerintahan. Anak-
anak dari golongan kaum tani atau buruh dan pegawai kecil tidak diterima
sekolah itu.
Pendidikan formal Muhammad Natsir bermula di sekolah Gubermen
Kelas II yang terletak di Maninjau, Kabupaten Agam. Sekolah ini
menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Setelah
menyelesaikan pendidikan di sekolah itu, beliau kemudian melanjutkan

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 13


sekolah ke Hollandse Inlandse School (HIS) Adabiyah Partikiler yang
didirikan oleh Syarikat Usaha yang dipimpin oleh salah seorang tokoh
pembaharu di kota Padang yaitu Haji Abdullah Ahmad. Tempo
pembelajaran Muhammad Natsir di sini tidak berlangsung lama, hanya
menghabiskan waktu beberapa bulan saja, karena beliau dipindahkan oleh
ayahnya ke HIS pemerintah yang sepenuhnya mengikuti sistem pendidikan
Barat (Belanda) di kota Solok. Sekolah ini merupakan sekolah rendah yang
menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
Untuk mendapatkan pendidikan agama, Muhammad Natsir mengaji
Al-Qur’an pada malam hari di langgar sebagai kewajiban yang mesti
dilakukan oleh setiap anak Minangkabau. Pagi hari belajar di HIS. Tengah
hari sampai petang beliau belajar agama di Madrasah Diniyah. Di sinilah
Muhammad Natsir memperoleh asas-asas pendidikan agama, mengaji Al-
Qur’an dan Bahasa Arab serta ilmu-keagamaan lainnya.
Selama masa sekolah di HIS Solok, Muhammad Natsir tinggal di
rumah saudagar yang bernama Haji Musa teman ayahnya. Pada tahun
ketiga masa sekolahnya, beliau diminta oleh kakaknya Rabi’ah untuk
tinggal bersama-sama kembali di Padang. Akhirnya beliau pindah ke kota
Padang dan duduk di kelas lima sekolah HIS yang dulu pernah
menolaknya dengan alasan anak seorang pegawai kecil (Yusuf Abdullah
Puar, 1978).
Pada tahun 1923 Muhammad Natsir berhasil menamatkan belajar di
HIS dengan predikat kelulusan sangat baik, predikat itu telah memberinya
peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu
di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Padang selama empat tahun
hingga tahun 1927. Sekolah ini juga menggunakan bahasa Belanda sebagai
bahasa pengantar. Tidaklah mengherankan jika beliau mampu menguasai
bahasa Belanda dengan baik secara lisan maupun tulisan dalam usia yang
masih muda.
Semasa bersekolah di MULO Muhammad Natsir menjadi anggota
pandu Natipij yaitu perkumpulan Jong Islamieten Bond (JIB) Padang yang
dipimpin oleh Sanusi Pane. Menurut Muhammad Natsir, persatuan pelajar
ini merupakan pendidikan penunjang selain pendidikan formal yang
didapatkan di sekolah. Kegiatan organisasi ini sangat berarti sekali bagi
beliau untuk persiapan hidup di tengah masyarakat. Pembelajaran seperti

14 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


ini telah menumbuhkan generasi-generasi yang akan tampil di masa
hadapan sebagai pemimpin bangsa menurutnya.
Setelah menamatkan pendidikan di MULO, dengan semangat yang
haus akan ilmu pengetahuan dan sokongan penuh dari kedua orang tuanya,
Muhammad Natsir berpisah dengan ibu bapanya dan meninggalkan
kampung halaman. Muhammad Natsir berangkat ke Bandung, Jawa Barat
untuk meneruskan pendidikan di Algemene Middelbare School (AMS)
dalam bidang kesusasteraan Klasik Barat selama tiga tahun yaitu dari
tahun 1927 sampai dengan tahun 1930. Di sekolah inilah Muhammad
Natsir mulai mempelajari ilmu pengetahuan Barat lebih mendalam dari
masa-masa sebelumnya. Beliau mempelajari pelbagai aspek sejarah
peradaban Islam, Romawi, Yunani, dan Eropa, melalui buku-buku
berbahasa Arab, Perancis, dan Latin.
Pada umur 21 tahun, usia yang masih sangat muda Muhammad
Natsir telah menguasai lima bahasa asing yaitu bahasa Belanda, Arab,
Inggris, Perancis, dan Latin. Selain itu beliau sangat mengerti dengan
bahasa Indonesia, Bahasa Minang dan Sunda. Penguasaan pelbagai bahasa
ini membuat Muhammad Natsir dapat menguasai pelbagai disiplin ilmu di
samping beliau belajar agama Islam secara mendalam dan ikut melibatkan
diri dalam pergerakan politik, dakwah dan pendidikan.
Dalam perjuangannya mencari ilmu di kota Bandung, Muhammad
Natsir mulai tertarik pada pergerakan Islam dan belajar politik di
perkumpulan JIB Bandung. JIB adalah sebuah organisasi pemuda Islam
yang beranggotakan pelajar-pelajar bumi putra yang belajar di sekolah
Belanda. Pada saat itulah beliau bertemu dengan tokoh radikal Ahmad
Hassan pendiri Persatuan Islam (Persis), yang sangat mempengaruhi corak
pemikirannya (A.W. Praktiknya, 1989). Selain itu, suatu keuntungan pula
bagi Muhammad Natsir, pada usianya yang tergolong muda beliau sempat
bergaul dengan tokoh-tokoh nasional seperti Muhammad Hatta, Prawoto
Mangunsasmito, Yusus Wibisono, Tjokrominoto, dan Muhammad Roem
pada saat di JIB (Mahendra, 1994).
Kemudian, karena kepandaian dan kearifan yang dimiliki
Muhammad Natsir dalam berorganisasi akhirnya beliau dipilih sebagai
ketua JIB Bandung pada tahun 1928 sampai dengan tahun 1932. Jabatan
ini turut memberi pengaruh dalam membina kemampuan politiknya.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 15


Pelbagai peristiwa pada masa persekolahannya itu telah
menumbuhkan aspek positif dalam sanubarinya. Beliau yakin bahwa tekad
yang kuat dan usaha yang sungguh-sungguh dan melakukan apa yang
sanggup dilakukan, maka Allah Yang Maha Rahman dan Rahim akan
membukakan jalan untuk meraih semua yang dicita-citakan. Hal ini adalah
akibat dari hatinya selalu pilu melihat ketidak adilan yang berlaku dalam
dunia pendidikan karena wujud jurang pemisah antara orang kaya dangan
orang miskin.
Setelah menyelesaikan pendidikan di AMS, Muhammad Natsir tidak
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Beliau memilih
untuk mengajar di salah satu Cawangan sekolah MULO di Bandung dan
sekolah guru Gunung Sahari di Lembang. Keputusan ini adalah bentuk
kesadarannya untuk mengajar agama. Pada masa itu jarang dijumpai orang
yang ingin untuk menjadi guru agama. Beliau menyadari sistem aliran
sekolah kebangsaan tidak mempunyai mata pelajaran agama. Semua
subjek pelajaran bersifat duniawi lebih menekankan penguasaan ilmu-ilmu
akademik dan keduniaan. Namun kurang menumpukan aspek kerohanian
dan mental para pelajar. Keadaan ini akan mewujudkan para pelajar yang
tidak memahami ajaran agama yang berujung pada kekosongan jiwa.
Muhammad Natsir senantiasa berusaha meningkatkan
kemampuannya sebagai seorang guru. Beliau tidak merasa puas dengan
ilmu yang telah beliau kuasai. Oleh sebab itu, beliau mengikuti kursus
perguruan selama satu tahun. Kursus ini diadakan oleh pihak kerajaan
Belanda. Beliau mengambil kesempatan baik ini untuk menjadikannya
seorang guru yang lebih baik dan juga sebagai pendukung dalam
melaksanakan gagasan pendidikannya ke arah yang lebih sempurna. Selain
itu, beliau meneruskan
penyelenggaraan penerbitan
Tekad yang kuat dan usaha yang majalah Pembala Islam terbit dua
sungguh-sungguh dan melakukan kali sebulan. Kegiatan beliau
apa yang sangup dilakukan, maka
dalam JIB juga kian meningkat.
Allah Yang Maha Rahman dan Rahim
Muhammad Natsir adalah orang
akan membukakan jalan untuk
yang sangat sibuk dan senantiasa
meraih semua yang dicita-citakan
menggunakan waktu dengan
sebaik-baiknya. Setelah kursus

16 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


perguruan berakhir, maka beliau memperoleh Lager Onderwijs (LO) yaitu
ijazah yang memberi izin kepada seseorang untuk menjadi guru
profesional. Muhammad Natsir menjadi lebih yakin untuk melanjutkan
perjuangannya membina sistem baru pendidikan Islam.
Pada tanggal 20 Oktober 1934 beliau menikah dengan Nur Nahar di
Bandung. Dari pernikahannya itu, mereka memperoleh enam orang anak
yaitu Siti Muchlisah yang lahir pada 20 Maret 1936. Abu Hanifah lahir
pada 29 April 1937. Asma Farida lahir pada 17 Maret 1939. Hasna Faizah
lahir pada 5 Mei 1941. Hasyatul Asryah lahir pada 20 Mei 194. dan
Ahmad Fauzi lahir pada 26 April 1944.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 17


Pagi hari belajar di HIS. Tengah hari sampai petang beliau belajar
agama di Madrasah Diniyah. Pada tahun 1923 Muhammad Natsir berhasil
menamatkan belajar di HIS dengan predikat kelulusan sangat baik.
Bermodal hal tersebut Natsir melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi yaitu di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Padang
selama empat tahun hingga tahun 1927.Setelah menamatkan pendidikan di
MULO, Muhammad Natsir berangkat ke Bandung, Jawa Barat untuk
meneruskan pendidikan di Algemene Middelbare School (AMS) dalam
bidang kesusasteraan Klasik Barat selama tiga tahun yaitu dari tahun 1927
sampai dengan tahun 1930.Setelah menyelesaikan pendidikan di AMS,
Muhammad Natsir tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih
tinggi. Beliau memilih untuk mengajar di salah satu Cawangan sekolah
MULO di Bandung dan sekolah guru Gunung Sahari di Lembang.

18 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Rumah Muhammad Natsir
Alahan Panjang – Kab. Solok

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 19


Bagian 3
PERJUANGAN

(Perjuangan Muhammad Natsir dalam Dunia Pendidikan)

1. Pendirian Pendidikan Islam (Pendis)


Setelah Muhammad Natsir menyelesaikan pendidikan pada
Algemene Middelbare School (AMS) di Bandung propinsi Jawa Barat
dengan pencapaian yang sangat baik. Muhammad Natsir tidak meneruskan
pendidikannya ke tingkat universitas, meskipun beliau berpeluang untuk
mengikuti program ijazah dalam program undang-undang (hukum). Beliau
juga berpeluang menjadi pegawai kerajaan Belanda dengan gaji yang
sangat lumayan. Jenis pekerjaan yang menjadi impian setiap lulusan AMS.
Sebaliknya, beliau memilih untuk menjadi seorang Guru dan mendalami
ilmu agama di bawah bimbingan gurunya Ahmad Hassan. Bimbingan dan
didikan Ahmad Hassan telah menjadikannya seorang yang memahami
ajaran-ajaran agama dengan baik.
Keadaan ini semakin menumbuhkan kesadarannya untuk berjuang
demi kejayaan Islam. Muhammad Natsir memulai tugas sebagai seorang
guru di Bandung Jawa Barat. Di tempat ini bakat beliau sebagai seorang
guru yang mementingkan pendidikan Islam. Beliau amat menyadari betapa
pentingnya bidang pendidikan dalam rangka membangunkan kesadaran
umat Islam. Oleh sebab itu beliau bertekad untuk memperbaiki keadaan.
Perbaikan yang ditujukan untuk menyelamatkan orang-orang yang seusia
dengan beliau dan untuk menyelamatkan generasi yang akan datang
supaya mereka tidak terus berada dalam suasana buta agama. Jika hal ini
dibiarkan terus berlangsung, maka sendi-sendi Islam di kalangan rakyat
pribumi akan pudar secara perlahan.
Muhammad Natsir merupakan tokoh karismatik yang pandai
membaca situasi dan kondisi. Beliau mengetahui bahwa gaya hidup dan
bahasa Belanda mempunyai peranan besar dalam mengubah gaya hidup
sebagian masyarakat Indonesia. Muhammad Natsir berjuang untuk

20 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


mengembalikan kepribadian masyarakat Indonesia yang telah pudar
dengan pendekatan bahasa Belanda. Artinya beliau menyampaikan nilai-
nilai dasar Islam dengan menggunakan bahasa yang dipandang sebagai
bahasa yang paling baik dan bergaya. Inilah kaidah pendidikan yang
sangat berpengaruh pada masa itu.
Muhammad Natsir kemudian memulai gagasan pendidikan Islam
beliau dengan menulis buku-buku yang diterbitkan secara berkala (serial).
Buku-buku ini ditulis dalam bahasa Belanda. Karya-karya awal ini sangat
popular terutama di kalangan orang-orang yang belajar di sekolah Belanda.
Diantara buku-buku itu adalah Het Islamietische Geloof yang menjelaskan
mengenai masalah Iman kepada Allah. Buku Komt tot bet Gebed yang
menjelaskan mengenai seruan untuk melaksanakan salat. Buku Gulden
Regels in Quran mengenai kalimat-kalimat emas dalam Al-Qur’an. Dan
selanjutnya, Buku De Ismietische Vrouw en Haar Recht yang bercerita
mengenai hak-hak seorang wanita Islam.
Buku-buku Muhammad Natsir mengenai nilai-nilai dasar
pendidikan Islam ini memunculkan pelbagai tanggapan dari tokoh-tokoh
nasional lain. diantaranya ialah Soekarno. Soekarno menulis sepucuk surat
dari Ende kepada Ahmad Hassan pada tahun 1935. Beliau memuji buku
karangan Muhammad Natsir yang mengandung seruan untuk
melaksanakan salat. Pada kesempatan lain Presiden Soekarno juga memuji
Muhammad Natsir sebagai mubalig yang berkualitas dan berkaliber tinggi
(Rosidi, 1990).
Muhammad Natsir semakin bergiat dalam perjuangannya. Beliau
berkeinginan untuk mengubah sistem pembelajaran ke sistem yang baru.
Beliau tidak mempedulikan masalah gaji yang diterima setiap bulannya.
Beliau merancang gagasan sistem pendidikan yang paling bersesuaian
untuk putra dan putri muslim Indonesia. Alasan utama beliau untuk
mengemukakan gagasan ini berdasarkan kepada realitas pendidikan Islam
yang jauh terbelakang jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum
lain. Keinginan ini adalah perjuangan untuk membela Islam dengan
meningkatkan taraf pendidikan masyarakat muslim (Rosidi, 1990).
Beliau menyadari bahwa pendidikan tradisional Islam saat itu
seperti di pesantren dan madrasah hanya dapat menghasilkan orang-orang
yang beriman dan berakhlak baik tetapi kurang bahkan tidak mampu

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 21


menguasai ilmu-ilmu lain yang telah menyokong perkembangan dunia.
Kekurangan ini menurut Muhammad Natsir tidak menepati perintah Allah
Swt. untuk membina keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat.
Sebaliknya pendidikan pola Barat yang dilaksanakan oleh penjajah
Belanda hanya mengisi kemampuan otak saja. Pendidikan agama sama
sekali tidak diajarkan, bahkan dibatasi dan dilarang.
Akhirnya Muhammad Natsir bersedia mendirikan satu sekolah
dengan sistem baru. Pembangunan sekolah ini dilakukan setelah beliau
memperoleh pertimbangan dari gurunya Ahmad Hassan dan bantuan
daripada kawan-kawan beliau yang lain. Sekolah baru yang akan didirikan
ini mempunyai sistem bersepadu yaitu satu sistem pendidikan yang
harmoni dengan menggabungkan materi pendidikan (kurikulum) seimbang
antara ilmu-ilmu Islam dengan ilmu-ilmu umum dengan tingkat mulai dari
Taman Kanak-kanak (kindergarten) sampai dengan tingkat Menengah
yang sederajat dengan MULO (Rosidi, 1990).
Muhammad Natsir mengharapkan bahwa kaidah ini akan membantu
pelajar-pelajar muslim untuk tidak saja memahami dan mahir
menguruskan hal keduniaan tetapi juga mampu menjadi para muslim yang
beriman dan berpribadi mulia. Dasar-dasar pendidikan yang berpadu ini
disusun oleh Muhammad Natsir dalam sebuah risalah yang bertajuk Cita-
Cita Pendidikan Islam. Risalah ini diterbitkan dalam Capita Selekta (Puar,
1978).
Gagasan pembangunan sekolah dengan kaidah baru ini
menimbulkan pelbagai masalah. Mulai dari aspek-aspek penyokong
(infrastruktur) sekolah, guru yang akan mengajar, murid yang akan belajar
sampai kepada aspek-aspek penyokong lainnya. Setelah membincangkan
perkara ini dengan kawan-kawannya, akhirnya dibuat keputusan bersama
mengenai pelaksanaan pembelajaran di sekolah baru ini. diantaranya
beliau sendiri yang akan menjadi guru pertama. Kemudian sebuah rumah
yang terletak di Jalan Sumedang disewa secara bersama-sama dengan
pihak lain untuk tujuan yang berbeda. Pagi digunakan oleh Muhammad
Natsir untuk dijadikan sekolah, dan sore harinya digunakan oleh penyewa
lain untuk belajar tambahan Bahasa Inggris.
Pada awalnya sekolah itu dimulai dengan lima orang murid saja.
Mereka terdiri dari pelajar-pelajar tamatan HIS yang tidak bisa

22 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


meneruskan pelajaran pada peringkat yang lebih tinggi. Sistem yang beliau
gunakan adalah sistem guru dan murid duduk bersama di sekitar meja
panjang dan belajar secara berdiskusi seperti kaidah yang pernah beliau
terima dari gurunya Ahmad Hassan.
Demikian gambaran perjuangan Muhammad Natsir untuk
mewujudkan gagasan pendidikannya. Permulaan sekolah yang banyak
kekurangan tetapi beliau tidak berhenti kerana kekurangan-kekurangan itu.
Beliau mempunyai semangat juang yang tidak ternilai dan memiliki
semangat juang yang tidak banyak orang memilikinya. Tujuan beliau tidak
lain hanya untuk kemajuan pendidikan masyarakat muslim pada masa
yang akan datang.
Seiring berjalannya waktu sekitar dua bulan berjalan, sekolah
tersebut menunjukkan kemajuan. Murid-murid beliau semakin bertambah
dari hari ke hari. Karenanya perlu penambahan perangkat-perangkat
sekolah seperti meja tulis, kursi, dan lain-lain. Muhammad Natsir tidak
mampu untuk mengadakan semua keperluan itu. Beliau berinisiatif untuk
meminjam uang kepada Haji Muhammad Yunus. Haji Muhammad yunus
adalah seorang dermawan di kota Bandung. Beliau banyak membantu
Muhammad Natsir untuk menjamin sekolah ini agar terus dilaksanakan.
Bantuan-bantuan seperti ini senantiasa diberikannya, bahkan sampai
membantu pemindahan sekolah ke tempat yang lebih baik di kawasan
Lengkong Besar nomor 16.
Akhirnya, Muhammad Natsir berhasil mendirikan dan menyusun
rumusan Pendidikan Islam yang sederajat dengan MULO. Sehubungan
dengan hal itu, beliau mendapat bantuan tenaga pengajar yang mencukupi,
diantaranya adalah Ir. Ibrahim (Direktur Syarikat Semen Gresik pada
zaman Republik Indonesia merdeka), Ir. Inderacaya (Menteri Perhubungan
serta Kemakmuran Kabinet Republik Indonesia 1948 -1949), dan
Fakhruddin al-Khairi yaitu seorang keturunan India Muslim dan juga
sahabat lamanya semenjak dari zaman persekolahan.
Walaupun demikian, Muhammad Natsir masih mengalami kesulitan
untuk mendapatkan tenaga pengajar pada tingkat HIS dan taman didikan
kanak-kanak (kindergarten). Namun, Muhammad Natsir terus berusaha
mencari guru tetap untuk tingkat pendidikan kanak-kanak. Akhirnya,
beliau mengajak seorang kawan yang sama-sama aktif dalam perkumpulan

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 23


JIB Bandung yaitu Nur Nahar yang lebih dikenal dengan panggilan Ummi.
Pada mulanya, Ummi bertugas sebagai seorang guru tetap di Sekolah
Arjuna yang mendapat subsidi daripada kerajaan, namun akhirnya beliau
setuju untuk membantu Muhammad Natsir menjadi guru didikan kanak-
kanak.
Nur Nahar telah berperanan aktif dalam mewujudkan pencapaian
cita-cita program Pendidikan Islam. Ummi adalah orang yang pandai
menilai besarnya perjuangan Muhammad Natsir. Pada awalnya
Muhammad Natsir merasa ragu untuk meminta Ummi menjadi tenaga
pengajar. Sekolahnya hanya sebuah sekolah swasta yang tidak
mendapatkan subsidi daripada pihak mana pun. Selain itu, pembayaran
pengajiannya juga tidak menentu karena banyak muridnya yang tidak
membayar iuran sekolah karena mereka terlalu miskin. Artinya sekolah
tersebut tidak mempunyai sumber keuangan yang kuat dan tidak mampu
untuk membayar gaji guru menurut yang sepatutnya. Perkara inilah yang
membimbangkan Muhammad Natsir jika permintaannya ditolak oleh
Ummi. Namun beliau memberanikan diri menawarkan jabatan guru
kepada Ummi. Jawaban Ummi di luar dugaan Muhammad Natsir, karena
masalah gaji tidak menjadi persoalan bagi Ummi. Dia memahami dan
berminat untuk turut menyertai cita-cita perjuangan Muhammad Natsir.
Tanpa berfikir lebih panjang lagi, Ummi menyertai Program Pendidikan
Islam (juga dikenal dengan singkatan “Pendis”) dan meninggalkan
perkerjaannya sebagai guru tetap di Sekolah Arjuna. Ummi mengelola
pendidikan kanak-kanak itu secara baik. Keterlibatan beliau telah turut
membantu terwujudnya gagasan pendidikan bersepadu yang telah disusun
oleh Muhammad Natsir pada masa itu.

*****

Kegigihan Muhammad Natsir dan kawan-kawan telah menunjukkan


hasil yang nyata. Dari hari ke hari Pendidikan Islam yang dipimpin oleh
Muhammad Natsir menjadi populer dan dikenal khalayak ramai. Orang
mulai membicarakan Pendidikan Islam yang setingkat dengan MULO, HIS
dan Taman Asuhan Kanak-kanak. Berita ini tersebar luas di kalangan
masyarkat. Semakin hari murid-murid semakin bertambah. Para penerbit

24 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


buku-buku sekolah seperti J.B. Wolters semakin percaya untuk
membekalkan buku-buku yang dibayar secara angsuran ke Pendidikan
Islam. Perangkat-perangkat sekolah lain juga dibayar secara angsuran.
Perkembangan pesat sekolah baru ini seiring juga dengan timbulnya
masalah baru. Bangunan sekolah tidak memadai lagi untuk menampung
murid yang semakin bertambah banyak. Akhirnya Haji Muhammad Yunus
berusaha mencari bangunan lain yang lebih besar. Kemudian sekolah
dipindahkan dari jalan Lengkong Besar no 16 ke tempat baru di jalan
Lengkong Besar nomor 74. Tempat ini lebih memadai untuk situasi
belajar. Di tempat ini tersedia kawasan halaman untuk para pelajar
bermain-main dan beristirahat. Seluruh biaya pemindahan sekolah ini
termasuk sewa bangunan tersebut diselesaikan oleh Haji Muhammad
Yunus.
Pendidikan Islam yang didirikan oleh Muhammad Natsir dibagi
menjadi beberapa tingkat. Beliau lebih bersemangat untuk menyusun satu
rancangan pendidikan yang lebih
teratur dan lengkap. Tingkat “Hasil yang lebih baik akan
pendidikan yang telah berjalan dari mengubah pandangan
Taman Pendidikan Kanak-Kanak, HIS masyarakat secara perlahan
dan MULO kemudian ditambah bahwa Pendidikan Islam
dengan tingkat pendidikan khusus bukanlah sistem pendidikan
yaitu Kweekschool – Kweekschool yang terkebelakang”
adalah sekolah keguruan yang sangat
diperlukan untuk mendidik dan membina guru-guru muda yang akan
meneruskan Pendidikan Islam nantinya. Pembinaan guru-guru muda ini
akan dapat menyokong kelanjutan pendidikan Islam yang akan semakin
berkembang dan maju dari hari ke sehari.
Seiring berjalannya waktu, Muhammad Natsir semakin bersemangat
mengembangkan Pendidikan Islam. Beliau berusaha menambah jumlah
sekolah di pelbagai tempat. Penambahan ini dimaksudkan untuk
menampung para pelajar muslim yang berkeinginan untuk sekolah di
pendidikan Islam ini. Selain itu, sekolah-sekolah swasta (sekolah umum)
lainnya juga semakin banyak didirikan. Persoalan ini menjadi masalah
tersendiri pula bagi Muhammad Natsir, karena orang pada saat itu masih
banyak berfikir bahwa sekolah umum tetap lebih baik daripada sekolah

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 25


agama. Walaupun demikian, keadaan ini tidak mematahkan semangat
Muhammad Natsir dan kawan-kawan. Kemudian beliau terus berusaha
memperbaiki sistem dan kaidah yang telah disusun supaya memperoleh
hasil yang lebih baik. Hasil yang lebih baik akan mengubah pandangan
masyarakat secara perlahan bahwa Pendidikan Islam bukanlah sistem
pendidikan yang terkebelakang. Semangat beliau didorong oleh cita-cita
yang ingin membangunkan suatu sistem pendidikan yang mantap dan
bersesuaian dengan ajaran Islam.
Seiringan dengan itu, Muhammad Natsir digerakkan oleh niat ikhlas
untuk menyelamatkan umat Islam dari kerusakan sistem pendidikan
sekular Belanda. Pendidikan maju yang akan membawa bangsa Indonesia
menuju kemerdekaan. Gagasan Muhammad Natsir berdasarkan kepada
semangat untuk membangunkan masyarakat Islam pada posisi umat yang
seimbang (ummatan wasatan). Beliau menyusun kurikulum yang
menekankan semangat berdikari dan tidak bergantung kepada orang lain
dalam menyelesaikan masalah. Menurut Muhammad Natsir konsep yang
paling bersesuaian dengan contoh teladan yang telah diberikan oleh
Rasulullah saw. dalam mendidik umat Islam. Gagasan-gagasan yang telah
dikemukakan oleh Muhammad Natsir ini telah dikemukakannya dalam
pelbagai tulisan. Gagasan ini telah dilaksanakan dalam sistem pendidikan
nasional sampai saat ini.
Muhammad Natsir dan para guru di Pendidikan Islam melaksanakan
kaidah pembelajaran akademik seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah
Belanda. Kaidah ini dikembangkan dengan melatih murid-murid agar lebih
aktif dan tidak bergantung sepenuhnya kepada guru. Mereka dituntun
untuk membaca dan berdiskusi agar mentalnya dapat berfungsi secara
maksimum dan tidak sekadar menghafal pelajaran saja. Pelajaran agama
juga disampaikan sebagai subjek mata pelajaran wajib. Para murid diajar
untuk salat berjamaah di sekolah. Sekolah memberi kesempatan kepada
murid-murid sekolah keguruan untuk menjadi khatib. Sebuah kepercayaan
besar untuk membangkitkan semangat para pelajar supaya lebih bergiat
dalam belajar.
Selain itu, perguruan Pendidikan Islam yang dipimpin oleh
Muhammad Natsir ini tidak hanya mengutamakan pelajaran-pelajaran
akademik saja, tetapi para pelajar juga dididik untuk menguasai bidang-

26 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


bidang kejuruan untuk membina keahlian hidup. Misalnya para pelajar
dibina untuk pandai membuat kerajinan tangan. Bidang kejuruan ini
diajarkan kepada setiap murid mulai daripada sekolah rendah hingga ke
sekolah menengah. Para pelajar sekolah menengah setingkat MULO dan
Kweekschool dilatih dalam bidang pertanian sekali dalam seminggu di
kawasan pertanian seluas satu hektar di daerah Ciateul Jawa Barat.
Keistimewaan lain sekolah ini adalah kesempatan para pelajar untuk
mengikuti kelas seni musik. Murid-murid diperkenalkan dan diajarkan
bernyanyi dan bermain musik. Penguasaan seni musik bertujuan untuk
memperhalus jiwa dan meninggikan nilai seni khususnya seni musik. Lagu
dan irama musik yang diajarkan di Pendidikan Islam ini diubah sesuai
dengan tujuan untuk mengembangkan nilai-nilai positif dan nilai-nilai
keislaman dengan tidak menekankan perkara yang sia-sia atau merangsang
nafsu syahwat. Selanjutnya para murid Kweekscholl dianjurkan supaya
mengubah lagu-lagu sendiri untuk diajarkan kepada murid-murid sekolah
rendah.
Dalam hal ini, Muhammad Natsir melaksanakan gabungan tiga
kaidah pembelajaran dalam Pendidikan Islam yaitu penguasaan teori
(dalam bidang ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu umum), praktikal-
praktikal kejuruan, dan penguasaan bidang seni yang dalam pendidikan
modern saat ini dikenal dengan istilah Afektif (sikap), Psikomotor
(Kecakapan), dan Kognitif (pengetahuan).
Penguasaan teori adalah mutlak diperlukan oleh setiap pelajar yang
akan berguna sebagai pedoman dasar berfikir dan bertindak. Praktikal-
praktikal kejuruan diperlukan para pelajar untuk mengetahui keahlian
ilmu-ilmu yang telah diperoleh maupun untuk mendidik para pelajar
menguasai satu atau lebih keahlian hidup. Keahlian dalam satu bidang atau
lebih sangat diperlukan para pelajar untuk belajar hidup dalam dunia yang
nyata. Dan pengetahuan agama sebagai penuntun kedua hal tersebut ke
arah yang benar di jalan Allah.
Artinya, para pelajar atau lulusan sekolah yang berilmu tinggi tetapi
tidak memiliki berbagai keahlian, tidak akan siap untuk mengarungi hidup
di tengah masyarakat. Muhammad Natsir juga berpendapat bahwa kedua
aspek di atas yaitu penguasaan materi ilmu dan penguasaan berbagai
keahlian belum dirasa cukup memadai untuk seorang pelajar muslim. Oleh

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 27


sebab itu, pengetahuan dan penguasaan seni musik diperlukan sebagai
penyeimbang pribadi seorang pelajar Islam yang tinggi ilmu dan mahir
bekerja.
Untuk meningkatkan hubungan sekolah dengan orang tua murid,
Pendidikan Islam menyelenggarakan acara pagelaran sekali dalam setahun.
Acara ini disebut dengan “Malam Ibu-bapak”. Pada malam ibu-bapak ini
diselenggarakan pentas sandiwara, seni musik dan tari-tarian yang tidak
bertentangan dengan dasar-dasar agama Islam. Penyelenggaraan malam
ibu-bapak adalah momen besar bagi para pelajar untuk memamerkan
keahlian-keahlian yang telah mereka peroleh di sekolah seperti
pertunjukan keahlian seni, hasil kerajinan tangan dan lain-lain. Untuk
persiapan, pelbagai latihan yang dilaksanakan di Pendidikan Islam tidak
hanya sekadar aktivitas sambilan. Namun seluruh aktivitas itu adalah
bagian penting dari rancangan Pendidikan Islam.
Pendidikan Islam mengharapkan agar para pelajar memiliki daya
inisiatif dan keberanian untuk menciptakan satu benda yang dapat
bermanfaat untuk kehidupan. Selain itu, acara malam ibu-bapak seperti ini
dapat membina hubungan harmonis antara para guru, murid dan orang tua
murid khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pada kesempatan itu
juga, para guru dapat lebih dalam mengenali watak para murid mereka
masing-masing. Karenanya perasaan “rendah diri” yang telah lama
tertanam dalam sanubari para pelajar muslim akibat penjajahan dapat
terkikis habis.
Berdasarkan uraian di atas, nyatalah bahwa hakikat tujuan
Muhammad Natsir membina lembaga Pendidikan Islam seperti ini adalah
untuk membangunkan semangat dan kepercayaan diri para pelajar muslim.
Kepercayaan diri yang telah lama hilang sebagai akibat dari penjajahan,
kemiskinan, dan kekurangan pendidikan. Pendidikan Islam yang beliau
tubuhkan tidak semata-mata untuk meningkatkan kemampuan akademik
para pelajar. Namun sebenarnya beliau sedang berjuang memulihkan dan
mengembalikan jiwa, roh, dan hakikat diri para pelajar Islam khususnya
dan masyarakat muslim Indonesia umumnya yang telah direnggut oleh
penjajahan Belanda. Apabila para pelajar muslim telah kembali merasakan
jiwa yang tertanam dalam sanubarinya, maka tubuh dan badan lainnya
akan bergerak meraih kejayaan.

28 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Selanjutnya, didikan dan latihan pada sekolah Pendidikan Islam
membuat para pelajar dapat merasakan bahwa Islam itu benar-benar hidup
dan tidak penghambat kepada kemajuan dunia. Pelajar dibina untuk
mempertingkatkan ibadah kepada Allah Swt. Sekolah ini juga melahirkan
lulusan yang mampu hidup berdikari dan bersaing dalam masyarakat.
Mereka mampu menghadapi semua itu kerana mereka telah dibekali
dengan keterampilan yang sesuai dengan bakat mereka masing-masing.
Sejarah telah membuktikan bahwa pelajar tamatan Pendidikan Islam dapat
berdiri sejajar dengan para pelajar tamatan sekolah Belanda. Misalnya,
pada zaman pra-kemerdekaan Republik Indonesia, ada diantara lulusan
Pendidikan Islam yang memasuki bidang ketentaraan dan berjuang
memimpin pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ada juga diantara
mereka yang menjadi pegawai menengah pada Jabatan Pendidikan Agama
dan menjadi ahli politik aktif (Yusuf Abdullah Puar, 1978). Kejayaan ini
hanyalah sebagian kecil dari tujuan perjuangan Muhammad Natsir dalam
pendidikan. Tujuan perjuangan Beliau lebih besar daripada itu, yaitu
membangunkan kepercayan dan keyakinan diri para pelajar meneruskan
kaidah pembelajaran harmonis yang telah disusunnya.
Perkembangan Pendidikan Islam yang dipimpin oleh Muhammad
Natsir ini tidak dapat dipisahkan dari pertolongan orang-orang yang dekat
dengannya. Mereka turut bersama-sama membantu mewujudkan tujuan
yang mulia ini. Diantaranya yang paling berkesan adalah Nur Nahar
(Ummi), guru pendidikan taman kanak-kanak sekolah Pendidikan Islam.
Pertemuan antara Muhammad Natsir dengan Ummi telah membawa
keistimewaan tersendiri bagi mereka berdua. Pada 20 Oktober 1934,
Muhammad Natsir menikah dengan Ummi dalam satu perhelatan yang
sederhana. Muhammad Natsir mengatakan bahwa pengorbanan Ummi
sangat luar biasa. Muhammad Natsir menceritakan pelbagai pertolongan
yang telah diterimanya dari Ummi.

*****

Selanjutnya, setelah Haji Muhammad Yunus meninggal dunia, maka


kesulitan demi kesulitan melanda Pendidikan Islam. Masalah keuangan
adalah perkara utama yang selalu menghambat laju perkembangan sekolah

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 29


saat itu. Kemudian pada saat itu juga Ummi memainkan peranan penting.
Ummi memberikan harta benda yang dimilikinya kepada Muhammad
Natsir untuk digadaikan, kemudian ditebus lagi, digadaikan lagi, kemudian
ditebus lagi. Bahkan, Muhammad Natsir tidak mampu lagi mengingat
perpindahan tangan harta benda Ummi untuk menyokong keberlangsungan
sekolah Pendidikan Islam.
Setelah pelbagai kesulitan dan kesukaran senantiasa mengiringi
langkah Muhammad Natsir dalam membina Pendidikan Islam setelah
wafat haji Muhammad Yunus sebagai penjamin utama sekolah ini, maka
Muhammad Natsir mesti memikirkan cara lain untuk menghadapi masalah
keuangan. Akhirnya sekolah Pendidikan Islam dipindahkan ke Gong
Ciguriang. Sekolah Pendidikan Islam terus dilaksanakan di tempat ini
sampai Jepang menjajah Indonesia pada tahun 1942. Jepang memaksa
seluruh sekolah swasta ditutup sampai batas waktu yang tidak ditentukan,
termasuk sekolah Pendidikan Islam yang dipimpin oleh Muhammad Natsir
(1932-1942). Penjajahan kembali akan merenggut satu-satunya benda
berharga yang dimiliki oleh rakyat Indonesia yaitu jiwa, roh, semangat,
dan kepercayaan diri.
Pengabdian Muhammad Natsir dalam membina sekolah Pendidikan
Islam telah menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepadanya. Setelah
Pendidikan Islam ditutup karena penjajahan Jepang, beliau dilantik
menjadi pengarah Pendidikan Islam di Bandung. Kepercayaan ini adalah
bukti kesungguhan dan keinginannya untuk memperjuangkan pendidikan
Islam di Indonesia.

2. Koordinasi Perguruan Islam


Pada tahun 1938 perguruan-perguruan Islam mulai tersebar ke
seluruh Indonesia. Muhammad Natsir mengemukakan gagasannya agar
semua perguruan Islam mengadakan koordinasi dalam program
pendidikannya. Muhammad Natsir memandang perlu agar pelaksanaan
pendidikan Islam berada dalam satu kaidah yang sama dan jelas
(berstandar). Beliau berfikir untuk kelanjutan pendidikan Islam di masa
depan. Kesatuan akan mewujudkan kekuatan. Koordinasi dalam
pendidikan hanya boleh berlaku apabila terdapat persamaan dasar dan
tujuan dalam semua perguruan Islam. Koordinasi ini bertujuan untuk

30 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


memudahkan kerja sama antara perguruan-perguruan itu untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan yang pasti ada pada setiap institusi. Selain itu,
perubahan dan tuntutan-tuntutan yang baru senantiasa akan muncul
mengiringi perjalanan perguruan itu. Perlu kaidah tersendiri untuk
menangani keadaan yang kian berubah dan tuntutan-tuntutan baru yang
tidak boleh dinafikan. Setiap perguruan perlu saling membantu dan tidak
bersikap memencilkan diri. Untuk mencapai kejayaan, maka setiap
institusi perguruan mesti mempunyai garis panduan dan rancangan yang
mantap dalam ragam ilmu dan teknik pengajarannya. Secara teknikal
semua itu dapat diatur dalam kerja sama untuk memanfaatkan pengalaman
yang ada baik mengenai pembagian tugas maupun bidang penggarapan
(Noer, 1993).
Muhammad Natsir mengharapkan bahwa koordinasi perguruan-
perguruan Islam dapat dijadikan sebagai modal untuk menyokong
kemajuan pendidikan Islam. Penjajah telah meninggalkan pengajaran
berharga. Para penjajah berasa takut dengan perkataan “persatuan”.
Persatuan bermakna kekuatan. Kekuatan yang akan mampu mengusir para
penjajah. Oleh sebab itu penjajah Belanda sangat terkenal dengan prinsip
penjajahan mereka yaitu devide et impera (pecah belah maka jajahlah).
Muhammad Natsir sangat menyadari keadaan ini, kerana perguruan-
perguruan Islam yang tidak berada dalam satu kesatuan koordinasi, maka
akan tampak kesukaran untuk meraih kejayaan. Oleh sebab itu
kepentingan untuk berada dalam satu koordinasi mutlak diperlukan.
Muhammad Natsir melihat bahwa kesatuan adalah kekuatan.

*****

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 31


Akhirnya Muhammad Natsir bersedia mendirikan satu sekolah
dengan sistem baru. Sekolah baru yang akan didirikan ini mempunyai
sistem bersepadu yaitu satu sistem pendidikan yang harmoni dengan
menggabungkan materi pendidikan (kurikulum) seimbang antara ilmu-
ilmu Islam dengan ilmu-ilmu umum dengan tingkat mulai dari Taman
Kanak-kanak (kindergarten) sampai dengan tingkat Menengah yang
sederajat dengan MULO. Pada awalnya sekolah itu dimulai dengan lima
orang murid saja. Seiring berjalannya waktu sekitar dua bulan berjalan,
sekolah tersebut menunjukkan kemajuan. Murid-murid beliau semakin
bertambah dari hari ke hari. Akhirnya, Muhammad Natsir berhasil
mendirikan dan menyusun rumusan Pendidikan Islam yang sederajat
dengan MULO. Pada tahun 1938 perguruan-perguruan Islam mulai
tersebar ke seluruh Indonesia

32 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Bagian 4
ORGANISASI

Muhammad Natsir telah mulai terlibat dalam organisasi semenjak beliau


menjadi pelajar MULO di Padang. Pada awalnya beliau aktif dalam
organisasi Jong Islamieten Bond (JIB) Padang. JIB merupakan organisasi
pemuda Islam yang beranggotakan para pelajar MULO dan pelajar dari
AMS. JIB juga merupakan organisasi yang pada awalnya didirikan untuk
bersaing dengan organisasi pemuda lokal seperti Jong Java, Jong Celebes,
dan organisasi lainnya. Setelah melanjutkan pelajaran ke Bandung Jawa
Barat, beliau bergabung kembali dengan JIB Bandung dan di sini beliau
bertemu dengan tokoh-tokoh muda yang lebih senior seperti Sutan Syahril,
Syafruddin Prawiranegara dan Yusuf Wibisono.
Modal dasar intelektual yang dimilikinya, memberikan peluang
besar kepada Muhammad Natsir untuk bergabung dan menjadi anggota
redaksi tetap majalah “Pembela Islam”. Dengan sendirinya beliau
berhadapan langsung dengan persoalan-persoalan agama dan politik.
Selama di Bandung beliau sering menghadiri musyawaratan umum Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Soekarno. Beliau menaruh
minat kepada gerakan PNI yang selalu berusaha mengkritik penjajahan
Belanda dan menuntut Indonesia Merdeka. Namun beliau tidak suka
dengan sikap PNI yang selalu mencemoohkan aturan-aturan Islam.
Sejak saat itu, Muhammad Natsir menyadari bahwa gerakan PNI
mengandung bibit-bibit kebencian dan memandang rendah terhadap Islam.
Pada masa yang sama terdapat partai lain yang juga menentang penjajahan,
yaitu Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) yang dipimpin oleh Haji Agus
Salim dan H.O.S Tjokrominoto yang didirikan lima belas tahun sebelum
lahirnya PNI. Bersama kawan-kawan dari majalah Pembela Islam pada
tahun 1938, Muhammad Natsir bergabung dan menyokong PSII
bersamaan dengan melawan partai-partai politik yang tidak berasaskan

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 33


pada cita-cita Islam. Pada masa inilah Muhammad Natsir banyak menulis
tentang Islam dan politik. Tulisan yang lahir sebagai akibat dari fase
konfrontasi yang panjang antara beliau dan Soekarno.
Perdebatan ini didorong oleh tulisan-tulisan Soekarno yang
mengandung unsur cemoohan tentang Islam. Soekarno menulis dengan
tajuk antara lain “Memudahkan Pengertian Islam”, “Apa Sebab Turki
Memisahkan Agama dari Negara”, “Masyarakat Onta dan Masyarakat
Kapal Terbang”, dan “Islam Sontoloyo”. Muhammad Natsir menjawab
tulisan ini secara langsung. Antara lain beliau menulis dengan tajuk “Apa
yang menyebabkan Turki Memisahkan Agama dari Negara” (1940).
Kemudian tulisan ini ditulis secara bersambung dengan tajuk “Persatuan
Agama dan Negara”.
Pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1942, Muhammad Natsir
menduduki jabatan ketua PSII Cawangan Bandung. Tanggung jawab dan
perhatian beliau kepada dunia pendidikan telah dibuktikan dengan
pengabdiannya selama hampir lima belas tahun sebagai pengarah sekolah
Pendidikan Islam (Pendis). Beliau juga menduduki jabatan sebagai Biro
Pendidikan Kotamadya Bandung dan menjadi setia usaha Sekolah Tinggi
Islam (STI) di Jakarta (Busyairi, 1978).
Keterlibatan Muhammad Natsir dalam politik praktis
mengakibatkan beliau meninggalkan dunia pendidikan dan berpindah ke
Jakarta. Di Jakarta beliau meneruskan secara lebih serius kegiatan-kegiatan
politik tingkat tinggi. Jepang menjajah Indonesia pada tahun 1942 sampai
dengan tahun 1945. Pihak Jepang merasa perlu mendekati Islam. Oleh
sebab itu, ditubuhkan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). MIAI adalah
perkumpulan federasi sosial dan politik Islam untuk melembutkan hati
masyarakat muslim terhadap Jepang. Pada masa berikutnya, berdasarkan
keputusan muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta pada 7 sampai
dengan 8 November 1945 MIAI berganti nama menjadi Majelis Syura
Muslimin Indonesia (Masyumi). Sejarah mencatat bahwa Masyumi adalah
satu-satunya partai Islam terbesar di Indonesia (Thaba, 1996).
Susunan Dewan Pimpinan Partai menggambarkan bahwa tokoh-
tokoh perhimpunan umat Islam yang menyokong pembentukan Partai
Masyumi yaitu Hasyim Asy’ari dan Wahid Hasyim dari Nahdatul Ulama

34 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


(NU), Haji Agus Salim, Syech Djamil Djambek, Sukirman, Abikusno
Tjokrosujoso, Muhammad Natsir, Muhammad Roem, dan Kartosuwirjo.
Pada awalnya perhimpunan Islam yang bergabung dengan Partai
Masyumi hanya empat saja yaitu Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU),
Perserikatan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam. Namun, pada
akhirnya hampir semua organisasi Islam masuk ke dalam Partai Masyumi
kecuali Perti. Dalam kurun waktu satu tahun, kebesaran partai Masyumi
telah menyaingi Partai Nasional Indonesia (PNI) dan menjadi Partai Islam
terbesar pada waktu itu (Thaba, 1996).
Pada tahun 1945 sampai dengan 1960, Masyumi sebagai partai
politik umat Islam terbesar dan berpengaruh di Indonesia, dipimpin oleh
dua angkatan kepemimpinan yang secara sejarah politik yang berbeda
antara satu dengan lainnya. Pada tahun 1945 sampai dengan 1949,
Masyumi dipimpin oleh kalangan tua yaitu Sukiman Wirdjosandjojo.
Kemudian, pada periode berikutnya Masyumi dipimpin oleh kaum muda
yaitu Muhammad Natsir (Noer, 1987).
Muhammad Natsir menduduki jabatan ketua umum Partai Masyumi
sebanyak lima kali berturut-turut yaitu dari tahun 1949 sampai dengan
tahun 1958. Kemampuan intelektual dan visi politik yang dimilikinya,
membuat beliau mampu memimpin partai besar umat Islam dalam waktu
yang lama. Hal inilah yang mengantarkan visi dan intelektualitas
kepemimpinannya dalam dunia politik sekaligus mempengaruhi anggota
Masyumi bahkan lawan politiknya sekalipun.
Selanjutnya, dalam pemerintahan negara, Muhammad Natsir
menduduki jabatan sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1946.
Beberapa lama sesudahnya beliau menjadi wakil ketua KNIP. Pada tahun
1949 sampai dengan tahun 1958 beliau terpilih menjadi ketua Partai
Masyumi (Busyairi, 1978). Sebagai anggota KNIP Muhammad Natsir
menghadiri sidang pleno ke II.
Terdapat dua hal penting yang disetujui dalam sidang pleno tersebut:
1. Diterimanya usul pembentukan Departemen Agama dalam
pemerintahan.
2. Disetujuinya penambahan anggota Badan Pekerja KNIP (BP KNIP)
sebanyak enam orang. Muhammad Natsir terpilih sebagai wakil

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 35


ketua BP KNIP. Hal ini menunjukkan permulaan yang kuat bagi
kedudukannya dalam organisasi pemerintahan.
Karier Muhammad Natsir semakin meningkat dalam pemerintahan.
Beliau terpilih menjadi Menteri Penerangan pada masa Kabinet Syahril II
(12 Maret sampai dengan 2 Oktober 1946). Kemudian beliau kembali
menjadi Menteri Penerangan dalam Kabinet Syahril III (2 Oktober 1946
sampai dengan 27 Juli 1947). Selanjutnya beliau juga dipilih kembali
sebagai Menteri Penerangan pada Kabinet Hatta (29 Januari sampai
dengan 4 Agustus 1949). Karier tertinggi beliau dalam pemerintahan
adalah menjadi Perdana Menteri pada tahun 1950 sampai dengan 1951
setelah Negara Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Sebelumnya Negara Indonesia berbentuk Republik
Indonesia Serikat (RIS) (Badruzzaman Busyairi, 1978). Dari penjelasan
diatas, pelibatan Muhammad Natsir dalam pelbagai perhimpunan dan
organisasi, baik organisasi politik maupun organisasi sosial dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Ketua Jong Islamiten Bonb (JIB) Bandung (1928-1932).
2. Pengarah Pendidikan Islam di Bandung (1932-1942).
3. Anggota Dewan Kabupaten Bandung (1940-1942).
4. Kepala Biro Pendidikan Kotamadya Bandung (1942-1945)
5. Sekretaris Sekolah Tinggi Islam (STI) (1945-).
6. Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
(1945-1946).
7. Menteri Penerangan Republik Indonesia (1946-1949).
8. Perdana Menteri Republik Indonesia (1950-1951).
9. Ketua Partai Islam terbesar Masyumi dari 1949 sehingga Masyumi
dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960.
10. Anggota Parlemen Republik Indonesia (1950-1958).
11. Anggota Konstituante Republik Indonesia (1956-1958).
12. Anggota PRRI (1958-1960).
13. Semenjak tahun 1967 sehingga akhir hayatnya tahun 1993, beliau
memimpin sebuah organisasi Islam yang bercorak dakwah,
pendidikan dan sosial yaitu Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
(DDII).

36 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Muhammad Natsir telah mendapatkan penghargaan dan tanggapan
positif yang begitu mendalam dari dunia antar bangsa khususnya dunia
Islam atas intelektualismenya yang tinggi, komitmen perjuangan dan
kesetiaannya yang kuat kepada Islam. Beliau menjadi salah seorang
diantara tokoh muslim Indonesia yang diberikan kepercayaan untuk
menduduki pelbagai jabatan penting dalam kepemimpinan perhimpunan-
perhimpunan Islam antar bangsa. Diantara jabatan yang dipercayakan
kepada beliau adalah:
1. Wakil Presiden Muktamar Alam Islami yang berpusat di Karachi,
Pakistan (1967-1993).
2. Anggota Kehormat Majelis Ta‟sisi Rabithah Alam Islami yang
berpusat di Makkah al-Mukarramah, Arab Saudi (1969-1993).
3. Anggota Kehormat Majelis A‟la Al alami li al-Masajid yang
berpusat di Makkah al-Mukarramah, Arab Saudi (1972-1993).
4. Anggota penggagas The Internasional Islamic Charitable
Fondation, Kuwait (1985-1993).
5. Anggota pengasas The Oxford Center for Islamic Studies, London
(1986-1993).
6. Anggota Majelis Umana Internasional Islamic University,
Islamabad, Pakistan (1986-1993).
Pelbagai jabatan yang pernah dipercayakan kepada Muhammad
Natsir telah membuktikan bahwa beliau adalah seorang tokoh yang
berwibawa dan disegani. Beliau memiliki kepribadian yang multidimensi,
berwawasan luas, istikamah, berpandangan
jauh ke depan, dan bersikap terbuka dalam
“Beliau memiliki
menerima pandangan pembaharuan kepribadian yang
terutama yang berkaitan dengan multidimensi, berwawasan
pelaksanaan ajaran agama Islam dalam luas, istikamah,
kehidupan berbangsa dan bernegara. berpandangan jauh ke
Pengabdian dan pelibatannya telah depan dan bersikap
meninggalkan lingkaran indah dan terbuka dalam menerima
mendalam dalam sejarah Indonesia. pandangan pembaharuan”
Sibghah atau celupan ajaran Ilahi yang
melekat dalam kepribadian beliau adalah senantiasa berbudi bahasa. Sikap
terpuji ini dapat dikenang oleh setiap orang. Sibghah keislaman,

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 37


ketakwaan dan keikhlasan senantiasa menghiasi dirinya dalam menunaikan
tugasnya sebagai ahli politik, mujahid dakwah dan pendidik bangsa. Oleh
karena itu, kepribadiannya menjadi simbol dan contoh bagi setiap
perjuangan umat Islam di Indonesia. Bahkan beliau dikenali sebagai
“pembawa hati nurani umat” (Yusuf Abdullah Puar, 1978).

*****

38 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


M. Natsir telah mulai terlibat dalam organisasi semenjak beliau
menjadi pelajar MULO di Padang. Selama di Bandung beliau sering
menghadiri musyawaratan umum Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
dipimpin oleh Soekarno. Setelah itu, Bersama kawan-kawan dari majalah
Pembela Islam pada tahun 1938, Muhammad Natsir bergabung dan
menyokong PSII. Pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1942,
Muhammad Natsir menduduki jabatan ketua PSII Cawangan
Bandung.Pada masa penjajahan Jepang, dengan tujuan mendekati Islam
dibentuklah Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). MIAI adalah
perkumpulan federasi sosial dan politik Islam untuk melembutkan hati
masyarakat muslim terhadap Jepang. Pada November 1945 MIAI berganti
nama menjadi Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi). Susunan
Dewan Pimpinan Partai menggambarkan bahwa banyak tokoh
perhimpunan umat Islam yang menyokong pembentukan Partai Masyumi
salah satunya ialah M. Natsir. Muhammad Natsir menduduki jabatan ketua
umum Partai Masyumi sebanyak lima kali berturut-turut yaitu dari tahun
1949 sampai dengan tahun 1958. Sebelumnya, dalam pemerintahan
negara, Muhammad Natsir menduduki jabatan sebagai anggota Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada tahun 1945 sampai
dengan tahun 1946. Beberapa lama sesudahnya beliau menjadi wakil ketua
KNIP. Selain itu M. Natsir merupakan Menteri Penerangan Republik
Indonesia (1946-1949), Perdana Menteri Republik Indonesia (1950-1951).

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 39


Muhammad Natsir di Hadapan
Anggota Parlemen

40 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Bagian 5
MASYUMI

Ketokohan Muhammad Natsir dalam bidang politik berkaitan erat dengan


partai Masyumi (Majelis Syura Muslim Indonesia) yang didirikan pada
zaman pendudukan Jepang (1945). Keterlibatan beliau dimulai sebagai
aktivis peringkat cabang. Beliau dikenal secara berangsur-angsur oleh
khalayak ramai. Kemudian menjadi populer di kalangan tokoh politik.
Kepopuleran Muhammad Natsir terus meningkat dan menjadikan beliau
sebagai lambang generasi muda yang dinamik pada masanya. Tokoh
politik lain menghormati kelompok Muhammad Natsir dalam Masyumi.
Kesan ini muncul disebabkan oleh ketokohannya yang menonjol.
Kehadirannya dirasakan sebagai gugatan terhadap kepemimpinan generasi
tua yang semakin kehilangan dinamika. Pada akhirnya Muhammad Natsir
terpilih menjadi ketua Masyumi pada tahun 1949.
Kekuatan politik Muhammad Natsir dalam Masyumi terletak antara
lain pada kemampuannya yang dapat menempatkan diri di tengah-tengah
anggota partai yang terdiri daripada golongan ulama tradisional dan
golongan pendidikan Barat. Kombinasi pendidikan Barat dan ilmu-ilmu
Islam yang dikuasainya dengan baik menjadikan beliau tokoh yang dapat
diterima oleh semua pihak (Noer, 1990). Kepandaian beliau dalam
menempatkan diri pada semua situasi adalah kekhususan yang tidak
banyak dipunyai oleh tokoh-tokoh lain.
1. Sejarah Pembentukan Masyumi
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada 17
Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta telah memberikan kemerdekaan dan
kebebasan yang sama kepada semua aliran politik sebagai wadah
demokrasi. Peluang untuk membentuk satu partai politik bagi umat Islam
terbuka berdasarkan peraturan pemerintah tanggal 3 November 1955
tentang anjuran membentuk partai-partai politik. Peluang hukum yang

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 41


diberikan pemerintah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh umat Islam.
Dalam Muktamar Islam Indonesia yang dilaksanakan di Gedung
Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta pada 7 sampai dengan 8
November 1945, Masyumi dibentuk dan Sukiman dipilih sebagai ketua
pertama. Dalam Muktamar tersebut ditetapkan juga bahwa Masyumi
adalah satu-satunya Partai Islam di Indonesia (Thaba, 1996).
Masyumi yang baru terbentuk ini berbeda dengan Masyumi yang
pernah dibentuk pada masa pendudukan Jepang pada akhir tahun 1943.
Masyumi yang didirikan oleh Jepang hanya terbuka bagi perserikatan-
perserikatan yang telah diluluskan oleh pemerintahan tentera yang berada
di bawah pengawasan penuh pemerintahan Jepang (Luth, 1999).
Masyumi yang dibentuk oleh pemerintahan Jepang ini, pada
dasarnya mempunyai tujuan politik yang hanya menguntungkan pihak
Jepang. Jepang menghendaki untuk menyatukan semua perserikatan dan
organisasi yang diakui oleh Jepang. Oleh sebab itu, pihak Jepang sekaligus
dapat menyatukan para syeikh dan ulama Indonesia dalam partai tersebut.
Akhirnya semua potensi umat Islam saat itu seakan ikut serta mengekalkan
penjajahan Jepang terhadap bangsa Indonesia. Sebaliknya Masyumi yang
didirikan melalui kongres umat Islam pada bulan November 1945 tidak
berada di bawah kekuasaan dan pengawasan Jepang. Masyumi ini
dibentuk dan didirikan oleh umat Islam tanpa campur tangan pihak luar,
sekalipun nama lama sebagai Masyumi tetap digunakan (Maarif, 1985).
Dilihat dari sejarah kelahirannya, Masyumi bermula dari Majlis
Islam A’la Indonesia (MIAI) (Noer, 1989). Setelah organisasi ini
dibubarkan oleh Pemerintah Jepang, maka dibentuk Masyumi baru yang
mayoritas dikuasai oleh generasi muda Islam Indonesia. Masyumi menjadi
wadah untuk menyatakan keluh kesah rakyat daripada menjadi alat
propaganda Jepang. Tokoh-tokoh yang muncul pada masa itu diantaranya
adalah Muhammad Natsir, Harsono Tjopkrominoto, dan Prawoto
Mangusasmito. Mereka menjadi tulang punggung partai sampai akhirnya
dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin pada
tahun 1960.
Muhammad Natsir mengemukakan bahwa Masyumi pada awal
pembentukannya, mempunyai pendukung dari segala unsur masyarakat.
Masyumi adalah partai dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat sebagai

42 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


umat Islam setelah kemerdekaan. Wujud alasan kukuh untuk menyebut
kebesaran Masyumi, karena kehadiran partai Masyumi telah menyatukan
sebagian besar potensi umat Islam baik ahli politik, ulama, maupun
cendekiawan Islam dari pelbagai organisasi Islam pada masa itu. Masyumi
menjadi wadah bersatu-padunya wakil-wakil dari organisasi Islam, seperti
Muhammadiyah, Persis, Nahdatul Ulama, Pergerakan Tarbiyah Islamiyah
(Perti), dan Partai Syarikat Islam (Luth, 1999).
Pembentukan Masyumi pada tahun 1945 mempunyai hubungan erat
dengan situasi politik pada masa itu. Perhimpunan Masyumi dimaksudkan
untuk upaya menyalurkan aspirasi politik umat Islam sebagai gambaran
dari potensi mereka yang sangat besar dan majemuk. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapatlah diketahui bahwa perhimpunan Masyumi
bukan merupakan suatu kebetulan saja, melainkan mempunyai dasar
pemikiran yang kuat dan beralasan.
Kedudukan Muhammad Natsir dalam Masyumi adalah antara
bentuk keinginan untuk melaksanakan komitmen dan tanggung jawab
terhadap Islam demi kepentingan masyarakat dan negara. Dalam Anggaran
Dasar Masyumi ditegaskan secara jelas. Seperti yang dikutip oleh Syafii
Maarif dari Pedoman Perjuangan Masyumi yaitu “tujuan partai ini adalah
untuk terlaksananya ajaran dan hukum
“Tujuan partai ini adalah Islam di dalam kehidupan perseorangan,
untuk terlaksananya masyarakat, dan negara Republik Indonesia
ajaran dan hukum Islam di menuju keridaan Ilahi”.
dalam kehidupan Hal ini dapat dipahami melalui
perseorangan, masyarakat, pengertian yang jelas dari pernyataan Syafii
dan negara Republik Ma’arif yaitu salah seorang tokoh-tokoh
Indonesia menuju Masyumi kelahiran Minangkabau. Beliau
keredhaan Ilahi” mengatakan bahwa tidak ada kerelaan jika
potensi umat Islam yang begitu besar dari
negara Republik Indonesia ini dimanfaatkan secara destruktif oleh pihak-
pihak yang tidak senang terhadap Islam. Oleh yang demikian, mereka
harus berjuang dalam rangka melestarikan penerapan syariat Islam dalam
kehidupan bernegara, terutama pada masa setelah Indonesia merdeka
(Ma’arif, 1985).

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 43


Selain itu, pembentukan Masyumi pada tahun 1945 dapat dilihat
sebagai jawaban positif umat Islam terhadap manifesto politik wakil
Presiden Muhammad Hatta pada 1 November 1945 yang mendorong
terbentuknya partai-partai baru. Pemimpin-pemimpin umat Islam pun
memanfaatkan kesempatan ini seperti halnya golongan-golongan lain yang
juga melakukan hal yang sama (Syamsuddin, 1991).
Meskipun Masyumi sebagai partai Islam terbesar setelah
kemerdekaan masih mengalami pelbagai rintangan dalam mewujudkan
tujuan-tujuannya. Perjalanan program tidak selamanya berjalan sesuai
dengan keinginan. Pada bulan Juli 1947, salah satu perhimpunan
pendukungnya yaitu Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) menyatakan
keluar dan meninggalkan Masyumi untuk menjadi partai politik yang
berdiri sendiri. Alasan PSII keluar dari keanggotaan Masyumi tidak
diketahui dengan jelas dan pasti, sehingga perpecahan dalam Masyumi
semakin serius.
Pada tahun 1952, Nahdatul Ulama (NU) yaitu perhimpunan
masyarakat terbesar penyokong Masyumi mengikuti jejak PSII keluar dari
keanggotaan Masyumi. NU mengubah dirinya dari perhimpunan
kemasyarakatan menjadi partai politik. Banyak ahli politik menduga
bahwa pengunduran diri NU disebabkan oleh pergantian kepemimpinan
Masyumi. Pemimpin keagamaan yang sebagian besarnya adalah anggota
NU di Masyumi diturunkan kedudukannya sebagai penasihat, sedangkan
pengurus inti dipegang oleh organisasi-organisasi masyarakat lain.
Penyebab lainnya adalah terjadinya perebutan jabatan Menteri Agama
dalam Kabinet Wilopo pada tahun 1952. Fakih Usman dari anggota
perhimpunan Muhammadiyah dipilih menjadi Menteri Agama dan Bukan
Wahid Hasyim yang diharapkan oleh pemuka NU (Bahar, 1985).

2. Perjuangan Muhammad Natsir dalam Masyumi


Pada periode 1945 sampai dengan tahun 1960 Masyumi dipimpin
oleh dua angkatan kepemimpinan yang secara sejarah politik berbeda.
Pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1949 Masyumi berada di bawah
kepemimpinan kalangan yang lebih tua umurnya. Periode berikutnya
Masyumi berada di bawah kepemimpinan kaum muda, termasuk di
dalamnya Muhammad Natsir. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa

44 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


fase itu adalah peralihan kepemimpinan dari kalangan tua yang dipimpin
oleh Sukiman Wirdjosandjojo kepada kalangan kaum muda yaitu
Muhammad Natsir (Noer, 1987).
Menjelang berakhirnya revolusi fisik pembangunan Indonesia,
Muhammad Natsir terpilih menjadi ketua umum Partai Masyumi yaitu
sejak tahun 1949 sampai dengan tahun 1958. Beliau menduduki jabatan
ketua umum Partai Masyumi lima kali berturut-turut. Kemampuan
intelektual dan visi politiknya telah mengokohkan kedudukan beliau untuk
memimpin Partai Masyumi dalam waktu yang cukup lama. Hal inilah,
yang mengantarkan visi dan intelektual kepemimpinannya dalam dunia
politik. Kemampuan beliau memberi pengaruh besar kepada anggota
Masyumi sendiri dan bahkan kepada lawan politiknya.
Pelibatan Muhammad Natsir dalam Masyumi telah membawa
suasana baru bagi perjuangan umat Islam Indonesia terhadap kepentingan
agama, politik, ekonomi, dan sosial. Pada satu sisi Muhammad Natsir
kadang-kadang melakukan aktivitas dalam organisasi pemerintahan secara
individualis dan tidak mewakili Partai Masyumi. Pada sisi lain,
Muhammad Natsir tidak dapat dipisahkan dengan Masyumi. Oleh sebab
itu, seluruh perjuangan Muhammad Natsir adalah juga perjuangan
Masyumi. Paradigma ini akan terlihat mewarnai gejolak politik
Muhammad Natsir dalam Masyumi.
Kekuatan politik Muhammad Natsir dalam Masyumi terletak antara
lain pada kemampuannya menempatkan diri di tengah-tengah anggota
partai yang terdiri dari golongan ulama tradisional dan golongan
pendidikan Barat. Kombinasi pendidikan Barat dan ilmu-ilmu Islam yang
dikuasainya dengan baik menjadikan Muhammad Natsir tokoh yang dapat
diterima oleh semua pihak. Jika ulama Masyumi melakukan kritik yang
dinilai kurang menghayati ajaran agama, maka Muhammad Natsir adalah
diantara anggota yang dikecualikan, karena memang beliau amat taat
beragama dan senantiasa bertindak beasaskan Islam (Noer, 1987).
Selain itu, Munawir Sjadzali (1990) menyebutkan bahwa pemikiran
Muhammad Natsir banyak mempengaruhi pandangan dan sikap partai
termasuk pemikiran tentang tata negara. Sebagian pemikiran
ketatanegaraan Muhammad Natsir terungkap sehubungan dengan
polemiknya dengan Presiden Soekarno, seperti yang telah diungkapkan

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 45


sebelumnya. Antara isu besar dalam sejarah pemikiran politik Indonesia
adalah tentang Pancasila yang dijiwai oleh agama tetapi menolak Pancasila
yang diberikan tafsiran sekular. Oleh sebab itu, Muhammad Natsir
mempertahankan Pancasila yang masih mengandung semangat Piagam
Jakarta dengan memberikan tafsiran tauhid kepada sila Ketahanan Yang
Maha Esa dan sila-sila berikutnya.
Walaupun demikian, ternyata banyak tokoh politik Indonesia yang
tidak sepaham dengannya dalam menafsirkan Pancasila. Karenanya
Muhammad Natsir menolak gagasan Presiden Soekarno dan kelompok
sekularisme yang berusaha melepaskan Pancasila dari agama atau
Pancasila yang netral dari pengaruh agama. Pada sidang Konstituante 1957
mengenai Pancasila yang telah dilepaskan dari agama tersebut Muhammad
Natsir menyampaikan pidato yang mengkritik hal tersebut. Menurut beliau
pancasila yang netral agama adalah Pancasila yang sekular, sedangkan
sekularisme adalah paham yang secara diametrical bertentangan dengan
ajaran Islam dan bahkan agama-agama lainnya.
Sebagai pemimpin, juru bicara dan ideologue Masyumi, Muhammad
Natsir menyampaikan kritik keras kepada paham sekularisme yang
ditanggapi sebagai cara hidup, pemikiran dan cita-cita yang tertumpu dan
terbatas hanya pada kehidupan duniawi semata-mata. Beliau juga
menujukan kritik kepada golongan sekularis yang disifatkannya sebagai
manusia tanpa matlamat ketuhanan dan kehidupan ukhrawi (al-Attas,
1977).
Muhammad Natsir juga mengingatkan tentang bahaya sekularisme
yang memisahkan jiwa manusia dari Tuhan dan memisahkan sains dari
moral dan nilai-nilai budaya. Oleh yang demikian, maka berkembanglah
berbagai disiplin ilmu seperti ilmu ekonomi, sain sosial, psikologi,
falsafah, undang-undang dan lain-lain kesemuanya terpisah daripada
moral, etika serta norma-norma budaya dan agama. Sains sekular
sedemikian itulah yang telah melahirkan ahli-ahli sains pencipta bom
atom, tetapi tidak ikut bertanggungjawab tentang penggunaan bom buatan
mereka tersebut. Sains sekular bukan lagi sekadar alat mencapai matlamat
murni untuk kemaslahatan umat dan pengabdian kepada Tuhan, melainkan
telah menjadikan dirinya sendiri sebagai matlamat seperti yang tersirat
dalam ungkapan sciece for the sake science (Natsir, 1977).

46 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Lebih tegas lagi Muhammad Natsir (1977), menyatakan bahwa
sekularisme tidak dapat memberikan garis panduan yang jelas dan tegas
sama ada dalam kehidupan individu ataupun dalam kehidupan kolektif.
Sebaliknya, agamalah yang dapat memberikan apa yang tidak dapat
diberikan oleh sekularisme tersebut. Agamalah yang memberikan arti dan
isi ungkapan keadilan dan kesejahteraan sosial. Lebih jauh lagi,
sekularisme tidak dapat memberikan jawaban kepada masalah arti hidup
(the meaning of life).
Selanjutnya dalam konteks negara sekular, persoalan-persoalan
ekonomi, perundangan, pendidikan, kemasyarakatan dan lain-lain,
semuanya hanya didasarkan kepada kepentingan kebendaan semata-mata.
Kalaupun ada perhatian kepada aspek kerohanian, itu hanya terbatas
kepada fragmen-fragmen yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Bagi
kaum sekularis sumber segala ajaran dan peraturan hidup bukannya wahyu
dari Tuhan tetapi dari keperluan-keperluan hidup bermasyarakat atau
sosial existence manusia sendiri. Oleh sebab itu, mereka tidak menganggap
peraturan-peraturan tersebut sebagai sesuatu yang harus dijunjung dan
dimuliakan, tetapi hanya sebagai alat ciptaan mereka sendiri yang sifatnya
serba relatif dan boleh diubah dengan sewenang-wenangnya.
Apabila Pancasila dilepaskan dan dinetralkan daripada agama, maka
para eksponennya telah gagal menjelaskan arti dan isi Pancasila dengan
tepat dan tegas. Kelima silanya telah dibiarkan kabur. Oleh sebab itu
Muhammad Natsir menolak Pancasila (versi sekular) sebagai dasar negara.
Menurut beliau Pancasila adalah suatu konsep yang tidak dapat berdiri
sendiri tanpa disandarkan kepada norma-norma yang positif dan
substantial. M. Natsir berpendapat, bahwa Pancasila yang tidak didasari
oleh nilai-nilai ideologi yang hidup dalam kehidupan rakyat tidak akan
dapat mengakar dalam jiwa rakyat. Sesungguhnya Pancasila yang netral,
sekular dan kabur tidak akan dapat memberikan apa-apa kepada mereka.
Dalam hal ini umat muslim yang telah mempunyai ideologi yang jelas
yaitu Islam, tegas dan sempurna, tidak dapat menerima Pancasila yang
kabur seperti demikian (Natsir, 1977).
Demikian gambaran perjuangan Muhammad Natsir dalam
Masyumi. Siddiq Fadzil (1993) menyebutkan, bahwa mungkin
Muhammad Natsirlah orang yang pertama di tanah ini yang menentang

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 47


dan memerangi sekularisme. Telah disebutkan sebelumnya bahwa
penolakan Muhammad Natsir terhadap Pancasila tidaklah secara mutlak.
Beliau menolak Pancasila yang terpisah dari nilai-nilai agama. Tafsiran
Pancasila sebagai suatu konsep banyak bergantung kepada siapa yang
menafsirkan dan siapa yang berkuasa. Berganti penafsir, bertukar
penguasa, berubahlah makna Pancasila. Hakikat inilah yang diisyaratkan
dalam kata-kata Muhammad Natsir apabila mengomentari pemaksaan
menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal setiap perhimpunan, sehingga
organisasi Islam mesti mengetepikan asas Islamnya. Beliau menyatakan
Dulu itu, Islam dan Pancasila ibarat dua sejoli kerabat kerja dan bernegara.
Begitu dulu. Sementara itu, musim berganti. Sekarang, kelihatan duduk
berdampingan saja tidak dibolehkan lagi (Natsir, 1977).
Muhammad Natsir mengusulkan Islam sebagai agama yang hidup di
kalangan sebagian besar rakyat Indonesia sebagai dasar negara dalam
sidang Konstituante yang membahas dasar negara. Beliau berjuang
mempertahankan pendiriannya tentang kewajaran Islam dijadikan dasar
negara. Alasan yang beliau kemukakan bahwa Islam tidak sekadar agama
dalam pengertian sempit. Islam adalah ajaran yang komprehensif dan
menyeluruh yaitu meliputi ibadah dan mualamah, hubungan manusia
dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama makhluk. Ajaran
Islam dalam bidang mu‟amalah adalah meliputi aspek ketatanegaraan.
Selain itu, Islam merupakan agama yang ajarannya sudah menjadi perilaku
sebagian besar bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Jasa warisan Muhammad Natsir dalam Masyumi dinilai amat besar.
Pemikiran dan gagasannya menjadi ideologi dan eksponen ideologi dalam
gagasan dan wawasan partai. Beliau juga menjadi perancang strategi dan
penggerak organisasi. Dengan kepimpinannya yang cukup dinamik,
Muhammad Natsir dan kawan-kawannya telah berhasil menjadikan
Masyumi sebagai partai Islam terbesar di Indonesia saat itu. Hasil
Pemilihan umum 1955 membuktikan bahwa Masyumi adalah partai besar
yang dimiliki oleh masyarakat seluruh Indonesia. Pemilihan umum diikuti
oleh empat partai utama yaitu Masyumi, PNI (Partai Nasional Indonesia),
NU (Nahdatul Ulama) dan PKI (Partai Komunis Indonesia). Hanya
Masyumi satu-satunya partai yang pemilihnya tersebar merata di seluruh
kepulauan Indonesia, sedangkan partai-partai lain lebih menumpu di pulau

48 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Jawa. Dengan 48% suara yang diperolehi Masyumi berasal dari pemilih
luar pulau Jawa. PNI dan NU masing-masing hanya memperolehi 14%,
dan PKI hanya dapat meraih 11%.
Pengamat mengatakan bahwa terdapat dua faktor utama yang
membantu pemerataan pengaruh Masyumi di Indonesia.
a. Images reformis Islam yang wujud daripada tokoh-tokoh yang
terlibat di dalam partai.
b. Komposisi barisan pimpinan yang mewakili (representatif) rakyat
Indonesia, sehingga umat Islam di luar pulau Jawa merasa diwakili
dalam Masyumi. Hal ini membuktikan bahwa pemimpin Masyumi
memiliki strategic thinking yang mampu menggabungkan kekuatan
ideologi dengan kepekaan terhadap aspirasi etnik dan daerah
(Nazaruddin Sjamsuddin, 1989).
Masyumi berjaya membina kualitas kepimpinan yang cukup
menonjol karena kemampuannya membina dan membimbing elemen-
elemen terbaik dari kalangan intelektual, ulama dan teknokrat umat.
Seperti yang dicatat oleh Deliar Noer (1987), di antara partai-partai Islam
yang ada, boleh dikatakan hanya Masyumi yang mempunyai keahlian
dalam ekonomi. Sekurang-kurangnya ada dua anggotanya, Sjafruddin
Prawiranegara dan Jusuf Wibisono, sebagai tokoh-tokoh yang pernah
menduduki kursi perekonomian dan keuangan negara.
Selain itu banyak pula dari tokoh-tokoh Masyumi yang telah ikut
memberikan sumbangan besar kepada perjuangan kemerdekaan. Setelah
proklamasi kemerdekaan, sejumlah tokoh-tokoh Masyumi menempati
kedudukan tinggi dan penting dalam pemerintahan. Misalnya Muhammad
Natsir sebagai Perdana Menteri. Soekiman dan Boerhanoedin Harahap
sebagai Menteri kabinet. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Presiden
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia atau PDRI dan tokoh-tokoh lain
seperti Mohammad Roem, Prawoto Mangkusasmito, Yusuf Wibisono,
Fakih Usman, Kasman Singodimejo sebagai menteri dalam pelbagai
kabinet (Siddiq Fadzil, 1993).

*****

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 49


Pada 7 sampai dengan 8 November 1945, di Gedung Mu’allimin
Muhammadiyah Yogyakarta Masyumi dibentuk dan Sukiman dipilih
sebagai ketua pertama. Masyumi menjadi wadah untuk menyatakan keluh
kesah rakyat daripada menjadi alat propaganda Jepang. Meskipun
Masyumi sebagai partai Islam terbesar setelah kemerdekaan masih
mengalami pelbagai rintangan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya. Pada
bulan Juli 1947, salah satu perhimpunan pendukungnya yaitu Partai
Serikat Islam Indonesia (PSII) menyatakan keluar dan meninggalkan
Masyumi untuk menjadi partai politik yang berdiri sendiri dan kemudian
diikuti oleh Nahdatul Ulama (NU) pada tahun 1952. Menjelang
berakhirnya revolusi fisik pembangunan Indonesia, Muhammad Natsir
terpilih menjadi ketua umum Partai Masyumi yaitu sejak tahun 1949
sampai dengan tahun 1958.Beliau menduduki jabatan ketua umum Partai
Masyumi lima kali berturut-turut. Kemampuan intelektual dan visi
politiknya telah mengokohkan kedudukan beliau untuk memimpin Partai
Masyumi dalam waktu yang cukup lama. Jasa warisan Muhammad Natsir
dalam Masyumi dinilai amat besar. Pemikiran dan gagasannya menjadi
ideologi dan eksponen ideologi dalam gagasan dan wawasan partai. Beliau
juga menjadi perancang strategi dan penggerak organisasi.

50 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Muhammad Natsir dalam sidang Parlemen

Perdana Menteri Muhammad Natsir dan Presiden Soekarno

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 51


Muhammad Natsir di Parlemen

52 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Bagian 6
DDII

(Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)

Muhammad Natsir telah terlibat secara mendalam dan sarat dengan


pengalaman politik. Keterlibatan ini dimulai semenjak beliau menjadi
anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat pada saat
Indonesia baru merdeka. Beliau mengabdi pada pemerintah dan
menduduki beberapa jabatan tinggi eksekutif negara. Beliau juga terlibat
dalam prahara PRRI menentang pemerintahan “kiri” Presiden Soekarno.
Pada tahun 1976 Muhammad Natsir dan kawan-kawan mendirikan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia di sebuah masjid yang terletak di kawasan
Kramat Jaya yang ramai penduduk yang berada di tengah kota Jakarta.
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia adalah sebuah lembaga yang
bertahun-tahun kemudian dikenal luas sebagai organisasi dakwah yang
paling responsif terhadap kebijakan-kebijakan penguasa yang merugikan
umat Islam (Luth, 1999).
1. Sejarah Lahirnya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dibentuk pada 26
Februari 1967. Institusi ini lahir dari sebuah kesepakatan yang digagas
oleh beberapa alim ulama dalam majelis silaturrahmi Masjid al-
Munawwarah kampung Bali 1 No. 53 Tanah Abang Jakarta Pusat. Pada
pertemuan itu dibicarakan mengenai perkembangan dakwah Islam,
terutama setelah terjadinya peristiwa G. 30 S/PKI. Pertemuan ini dihadiri
oleh Muhammad Natsir, H.M. Rasyidi, K.H. Taufiqurrahman, Haji
Mansyur Daud Datuk Palimo Kayo, dan Haji Nawawi Duski. Menurut
mereka perkembangan dakwah Islam cukup menyedihkan. Dakwah Islam
dinilai berjalan tidak merata dan kurang terorganisasi. Melihat kenyataan
tersebut maka didirikanlah yayasan yang bertujuan untuk menggiatkan dan
meningkatkan mutu dakwah Islam di Indonesia (Hakim, 1992).

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 53


Pada periode pertama, yayasan ini diketuai oleh Muhammad Natsir
dan H.M. Rasyidi sebagai wakilnya. Sekretaris I dan II masing-masing
dijabat oleh Haji Buchari Taman dan Haji Nawawi Duski. Bendahara
dijabat oleh Haji Hasan Basri. Kepengurusan perhimpunan ini juga
dilengkapi dengan beberapa anggota yaitu Haji Abdul Malik Ahmad,
Prawoto Mangkusasmito, Haji Mansur Daud Datuk Palimo Kayo, Oesman
Raliby, dan Abdul Hamid. Struktur kepimpinan ini berjalan hingga usia
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang kedua puluh tidak mengalami
perubahan, kecuali penambahan dua wakil ketua yaitu Haji Muhammad
Yunan Nasution dan H. Anwar Harjono.
Dalam dokumen yayasan dinyatakan bahwa Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia dibentuk atas dasar takwa dan keridaan Allah. Para
anggota perhimpunan menerjemahkan visi ini pada keinginan yang kuat
agar ajaran dan pemahaman mengenai Islam dapat tersebar luas kepada
seluruh masyarakat dan dilaksanakan dalam sistem kehidupan
bermasyarakat. Selain itu, tujuan pembentukan Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia sekaligus memurnikan tradisi Islam yang telah dinodai oleh
nilai-nilai non Islam.
Pertumbuhan dan perkembangan Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peranan Muhammad Natsir. Untuk
menentukan arah dan kebijakan dakwah yang dilaksanakan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia dalam Masyarakat, Muhammad Natsir
mengamalkan prinsip musyawarah. Gerakan dakwah yang dilaksanakan
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia bukan saja ditujukan pada
masyarakat kota tetapi juga masyarakat desa. Ini dapat dilihat dari pelbagai
kegiatan yang telah dilakukan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
secara langsung ataupun tidak langsung.
Usaha-usaha yang telah dilakukan selama ini, menurut Bachari
Taman, sekretaris Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dalam acara
mensyukuri 24 tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dapat dibagi
dalam beberapa kelompok:
a. Memperluas pengertian dakwah dari pengertian hanya sebagai
tabligh kepada pengertian yang mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat sebagai lanjutan dari risalah Nabi Muhammad saw.

54 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


b. Mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat pembinaan masyarakat
seperti pada zaman Rasulullah.
c. Dewan Dakwah Islamiyah memberikan pengertian kepada jamaah
bahwa tugas dakwah merupakan fardhu „ain (kewajiban individu)
bagi setiap muslim.
d. Menggiatkan dan meningkatkan mutu dakwah.
e. Meningkatkan usaha pembentengan atau pembelaan akidah umat.
f. Membangkitkan Ukhwah Islamiyah dan persaudaraan Islam
internasional (Lukman Hakim 1992).
Ada catatan penting yang ditekankan oleh Muhammad Natsir
mengenai objektif penubuhan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ini.
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia berusaha meningkatkan kegiatan
dakwah secara kuantitas dan kualitas. Beliau menyadari bahwa sejak awal
keberlangsungan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia bergantung
pentingnya koordinasi dan adanya kerja sama dalam kerja dakwah secara
personal antara pendakwah ataupun antara jamaah dan gerakan dakwah
yang ada. Menurut beliau dakwah dengan kaidah profesional adalah tugas
dan tanggung yang berat dan perlu adanya kebersamaan dalam memikul
tanggung jawab tersebut.
Pandangan Muhammad Natsir terhadap hal tersebut adalah,
merupakan suatu kewajiban dari anggota masyarakat atau umat untuk
menjaga supaya kehidupan para pendakwah jangan telantar, serta
melengkapkan segala keperluannya agar dakwah dapat berjalan dengan
lancar dan berkelanjutan untuk kemaslahatan umat dan masyarakat itu
sendiri. Kalau mereka menyumbangkan sesuatu, itu adalah atas dasar
memikul bagian mereka dalam kewajiban menegakkan dakwah, yaitu
penunaian kewajiban dan bukan semacam satu kedermawanan yang
mereka berkenan menunjukkannya” (Natsir, 1993).
Seruan Muhammad Natsir ini adalah untuk mengingatkan kaum
muslimin agar membantu kehidupan para pendakwah yang menghabiskan
waktu untuk menyampaikan ajaran agama, dan tidak memiliki banyak
kesempatan untuk menghidupi keluarga. Realitas kehidupan pendakwah
yang serba kekurangan tetapi melaksanakan kewajiban agama yang tidak
ternilai. Oleh yang demikian Muhammad Natsir meminta masyarakat

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 55


muslim untuk memberi tumpuan pada keadaan ekonomi para pendakwah
tersebut.

2. Perjuangan Dakwah Muhammad Natsir dalam Dewan Dakwah


Islamiyah Indonesia
Sejarah mencatat bahwa jabatan tertinggi perhimpunan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia diduduki oleh Muhammad Natsir sampai
akhir hayatnya (1993). Beliau mengetuai Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia yaitu selama 26 tahun. Artinya lebih kurang seperempat abad
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia berada di bawah kepimpinannya.
Karenanya perhimpunan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia selalu
diidentikkan dengan pemikiran Muhammad Natsir. Beliau menjadi
pemimpin yang bijaksana, sehingga pemikiran beliau banyak mewarnai
perjalanan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Dalam kedudukan yang
lain beliau dikenal dengan sebutan “hati nurani umat”, karena benar-benar
merasa dimiliki dan menjadi milik umat.
Kegiatan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia secara lengkap dapat
dilihat melalui Diagram 1.1.

Dewan dakwah
Islamiyah Indonesia
(DDII)

Koordinasi
Pengaderan Dai Pengiriman Dai Penerbitan
Dakwah

Masjid Pesantren Kampus

Diagram 1.1 Kegiatan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

56 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Diagram di atas menunjukkan kegiatan dakwah Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia. Dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Koordinasi dalam melaksanakan kerja-kerja dakwah.
b. Pengaderan dai yang berkualitas melalui tiga institusi utama yaitu;
masjid, kampus dan Pesantren.
c. Pengiriman dai untuk pemerataan jangkauan pesan dakwah.
d. Penerbitan sebagai usaha memberikan atau mengisi kekosongan
yang dirasakan oleh masyarakat Islam dibidang literatur. Namun
tidaklah dapat dinafikan peranan yang diberikan terhadap dakwah
ataupun perkembangan wacana pemikiran Islam sangatlah besar.

a. Koordinasi Dakwah
Menurut Muhammad Natsir, dakwah adalah tugas berat yang tidak
mungkin dipikul sendirian oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
sebagai sebuah gerakan dakwah, apalagi oleh dirinya sendiri secara
perseorangan. Dalam Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Muhammad
Natsir berusaha melakukan koordinasi dalam melaksanakan kerja-kerja
dakwah. Baik hubungan secara individu dengan para alim ulama dan
cendekiawan, atau pun secara kolektif dengan organisasi dakwah yang
lain, termasuk perhimpunan-perhimpunan sosial kemasyarakatan yang
dianggap mempunyai kesamaan visi dan misi dakwah dengannya.
Contoh nyata yang beliau lakukan diantaranya seperti yang ditulis
dalam majalah “Suara Masjid” (1993). Antara lain dinyatakan, sejak tahun
70-an beliau telah mulai mengajak berdialog para intelektual dan pemikir
kampus seperti Imaduddin Abdurrahim, Amien Rais, H. Syaifullah
Mahyuddin, Fuad Amsyari, Hasan Langgulung, Mochtar Naim, AM Lutfi,
H. Sjadali dan lain-lain untuk membicarakan pelaksanaan dakwah (Luth,
1999).
Selain itu, beliau juga mendorong dibentuknya Lembaga Islam
untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LIPPM). Membentuk
Badan Kerja sama Perguruan Tinggi Islam (BKSPTIS), Badan Kerja sama
Pondok Pesantren (BKSPP) dan Ikatan Masjid Indonesia (IKMI). Begitu
juga jaringan komunikasi dan informasi dakwah.
Di samping institusi-institusi dakwah yang ada di Asean, beliau juga
melakukan hubungan dengan pihak-pihak di Muhammadistan, Jepang,

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 57


Timur Tengah, Afrika Selatan, Eropa, Amerika, Australia dan kawasan
pasifik lainnya. Dalam hal ini Pengalaman Muhammad Natsir sebagai
bekas seorang Perdana Menteri Indonesia dan juga tokoh antar bangsa,
memudahkan beliau untuk menjalin kerja sama dan membuat jaringan
dakwah dengan berbagai-bagai pihak. Semua itu benar-benar
dimanfaatkan untuk mendukung dan membantu terciptanya kerja sama
yang baik dalam melaksanakan kerja-kerja dakwah.

b. Pengkaderan Dai
Pada suatu acara pembukaan bengkel dai di Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia, Muhammad Natsir mengatakan bahwa Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia sedang berusaha membina dan mencetak
jenderal-jenderal lapangan dan bukan membina seorang prajurit, kerana
satu orang jenderal lapangan yang ahli strategi sama dengan seribu
prajurit. Ada tiga institusi utama pengaderan yang mesti berhubungan
(bersinergi) dan saling mendukung, yaitu masjid, kampus (universitas) dan
pesantren. Ketiga-tiganya mesti mendapatkan keutamaan dalam
pembinaan dan pembangunan, karena ketiga-tiganya menjadi tonggak
utama umat Islam sebagai tempat pencetak generasi penerus bangsa.
Institusi pertama adalah masjid sebagai tempat pembinaan seluruh
lapisan masyarakat tanpa terkecuali, baik orang kaya, orang miskin, ahli
akademik, orang awam, orang tua, orang muda dan ataupun kanak-kanak.
Usaha ini ialah mengembalikan fungsi masjid seperti pada masa
Rasulullah saw. Masjid tidak hanya sekadar tempat untuk beribadah tetapi
juga merupakan tempat pembinaan yang baik untuk peningkatan kualitas
umat. Hasan Basri menyatakan bahwa fungsi masjid tidak hanya sekadar
sarana kaum muslimin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
tetapi juga sebagai sarana membina keutuhan ikatan jamaah dan muslimin,
sarana menyurat, pembinaan dan pengembangan kaderisasi pimpinan umat
dan lain sebagainya (Hasan Basri, 1993).
Dalam risalah Islam, masjid mempunyai fungsi dan peranan tertentu
yang melambangkan masyarakat Islam bukan perseorangan. Masjid
melambangkan Islam sebagai agama jamaah. Hal ini dapat dimengerti
daripada tindakan Rasulullah saw. sesampainya di Madinah sewaktu
hijrah. Pertama kali yang dibangun ialah masjid. Dari masjidlah

58 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


masyarakat Islam disusun, nilai-nilai Islam dihidupkan dan dilembagakan
dalam kehidupan bersama. Masjid mesti difungsikan sebagai pusat
reintegrasi umat (A.M. Fatwa, 2001).
Usaha yang banyak dilakukan oleh Muhammad Natsir melalui
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia selain mempelopori pembinaan
masjid-masjid, juga berusaha meningkatkan pemanfaatannya. Sehingga
benar-benar berfungsi sebagai sarana peningkatan kualitas umat Islam.
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia telah membuktikan amal nyata atau
dakwah bi al-hal berupa pendirian tempat-tempat ibadah (masjid atau
musala) di tempat-tempat umum, kampus, pemukiman transmigrasi,
kompleks rumah sakit, perkampungan, kompleks penjara ataupun di
tempat-tempat lain (Haryono, 1995).
Muhammad Natsir berusaha membina dan mengembangkan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia sehubungan dengan kerja sama dengan
pelbagai pihak. Beliau menerima banyak pertolongan dari kaum muhsinin
terutama daripada Timur Tengah untuk menyumbang pendirian masjid-
masjid baru. Demikian juga sumbangan-sumbangan dari pemerintah Saudi
Arabia, terutama pada masa beliau menduduki jabatan sebagai Ketua
Maktab Rabithah Alam Islami untuk Indonesia yang banyak dirasakan
manfaatnya oleh kaum muslimin di Indonesia (Nasution, 1989).
Usaha Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ini memunculkan
komentar banyak kalangan pejabat diantaranya Ramelan Marjoned, ia
mengatakan bahwa diantara tugas dakwah yang dikerjakan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia ialah mengembalikan fungsi dan peranan
masjid, agar dapat dimakmurkan. Oleh sebab itu itu dihidupkan kembali
Ikatan Masjid di Djakarta (IMD) yang dipimpin oleh K.H.
Taufiqurrahman. IMD telah didirikan sejak bulan Maret 1951, kemudian
tahun 1974 ditingkatkan menjadi Ikatan Masjid Indonesia (IKMI).
Diantara tugas IKMI adalah mengadakan silaturrahmi antara ahli kuasa
masjid dan khatib, muballigh pada setiap hari-hari besar Islam. Dalam
pertemuan itu, di susun jadwal khotbah Jumat, Hari Raya Idul Fitri dan
Idul Adha, dan peringatan hari besar lainnya, serta Menggerakkan jamaah
untuk menghimpun bantuan jika terjadi musibah (Ramlan Mardjoned
1991).

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 59


Institusi kedua adalah pesantren, tempat dibentuknya para ulama
dan para ustaz yang ahli dalam ilmu agama. Muhammad Natsir
menyebutkan bahwa pesantren berfungsi sebagai benteng pertahanan
mental dari abad ke abad. Pesantren merupakan pusat perkaderan dalam
melahirkan ulama dan pemimpin umat yang berkualitas, memiliki
komitmen dan semangat kuat untuk mendakwahkan Islam di samping
berfungsi sebagai kegiatan pendidikan dan dakwah dalam memberi
peringatan kepada umat.
Muhammad Natsir menyiapkan pelbagai cara untuk menjamin
pesantren dapat terus bertahan pada masa akan datang. Beliau
mengingatkan bahwa Institusi pendidikan ini mesti mampu menghadapi
perkembangan dan perubahan yang terjadi di luar sesuai dengan kemajuan
zaman. Kemampuan pesantren menangani
isu tersebut menjadi tolok ukur
kemampuannya dalam menghadapi arus M.Natsir : Tidak ada
kemajuan. Pesantren tidak hanya berada pemisahan (dikotomi)
dan berfikir dalam dunianya saja tetapi antara agama dengan
hendaklah bersifat terbuka dan bersedia urusan dunia
menerima kemajuan zaman, seperti
kemajuan teknologi dan perkembangan
arus globalisasi. Pesantren bersedia membina anak didik dengan didikan
yang sempurna berdasarkan wahyu Ilahi serta membekalkan mereka
dengan keterampilan dan kemahiran yang sesuai dengan bakat serta
bermanfaat bagi kehidupan mereka.
Institusi ketiga adalah kampus (universitas). Fungsi kampus menurut
Muhammad Natsir diantaranya adalah membentuk ahli akademik yang ahli
dalam bidang ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Kampus diharapkan
melahirkan cendekiawan dan pemimpin di pelbagai lapangan kehidupan.
Betapa besar kekuatan yang dapat dibangun jika dipertemukan antara
pesantren dengan universitas. Kemudian, sama-sama berjumpa di masjid.
Perpaduan ketiga institusi ini tidak semata-mata bersifat fisik, tapi juga
perpaduan persepsi, pemikiran, dan amaliah. Dengan kata lain, kaum
cendekiawan dan para ahli akademik di kampus harus memahami
pesantren dan masjid. Seperti kaum santri juga dituntut untuk dapat
memahami kampus dan masjid.

60 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Gambaran uraian di atas, menunjukkan kemampuan Muhammad
Natsir sebagai seorang mujahid dakwah yang berpandangan visioner.
Dalam sebuah wawancara dengan Jurnal Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Muhammad Natsir mengatakan apabila tiga unsur itu
dipertemukan, niscaya akan menjadi modal utama pembinaan umat
maupun pembangunan bangsa dan negara. Beliau selalu mengingatkan
para sarjana dan calon intelektual muslim yang sedang menjalani
pendidikan agar memiliki wawasan keumatan. Siapa pun dia, baik guru,
dokter, insinyur, ulama, maupun siapa saja. Jika sudah menghayati
persoalan umat di lapangan, maka
diharapkan akan bergerak maju
memperbaiki keadaan. Institusi pertama adalah
Muhammad Natsir pernah mesjid, institusi kedua
adalah pesantren, institusi
menyatakan, bahwa tidak ada pemisahan
ketiga adalah kampus
(dikotomi) antara agama dengan urusan
(universitas).
dunia. Oleh sebab itu, umat Islam dituntut
untuk tidak membiarkan orang
memisahkan antara ulama dengan intelektual muslim. Keduanya
mempunyai daya intelektual, daya pikir dan daya cipta yang disebut dalam
Al-Quran dengan istilah ulu al-albab (Natsir, 1937).
Pengkhususan (spesialisasi) yang berlebihan dan tidak lagi
mengambil bidang-bidang lain terutama bidang agama, niscaya
kekhususan itu akan mempersempit pandangan dan persepsi. Hal ini
bukannya memecahkan persoalan, tetapi malah menimbulkan persoalan
baru.
Ketiga-tiga institusi ini mesti saling mengisi dan bersinergi. Para
ahli akademik mesti sering dipertemukan dengan para penuntut di
pesantren agar mereka saling bertukar pikiran dan saling menimba ilmu.
Untuk meningkatkan kualitas kader di segala bidang baik bidang umum
ataupun agama. Selain itu, perlu diusahakan beasiswa belajar untuk
pendidikan dalam negeri ataupun luar negeri.
Selain membina kerja sama antara ketiga institusi di atas, maka pola
halakah adalah pola pengkaderan yang juga sesuai. Pola ini mengikut
kaidah Rasulullah saw. dalam membina akidah, ilmu dan keteguhan
prinsip para sahabat. Pola ini adalah cara terbaik dalam membentuk

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 61


persaudaraan yang ikhlas, saling memperhatikan, saling membela dan
mempedulikan. Pola halakah ini dimanfaatkan oleh Muhammad Natsir dan
rekan-rekannya sebagai tempat untuk berdiskusi tentang permasalahan
negara dan umat. Pola kunjungan kepada orang-orang tertentu juga
merupakan pola dakwah terpenting dalam membentuk kader-kader
dakwah. Pada dasarnya kader-kader dakwah dari Madinah sebagai bakal
umat Islam Madinah adalah hasil daripada pembinaan Rasulullah saw. di
Makkah ketika mereka datang untuk berkunjung dalam rangka
melaksanakan ibadah. Pola pembinaan seperti ini akhirnya menghasilkan
bentuk nyata perjuangan Rasulullah saw. yang tertulis dalam Bai‟ah
aqabah al-ula dan as-tsaniyah.

c. Pengiriman Pendakwah
Salah satu kegiatan utama Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
sebagai sebuah institusi dakwah adalah membina dan juga mengirimkan
tenaga Pendakwah ke daerah-daerah dan pelosok tanah air. Kepedulian
Muhammad Natsir ini berasaskan kepada keadaan umat Islam di daerah
yang lemah dari segi akidah dan kekhawatiran terhadap usaha pemurtadan
oleh para sekular. Keadaan-keadaan ini menyebabkan beliau memberikan
tumpuan yang tinggi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Dalam pelaksanaan pengiriman kader pendakwah ke desa-desa, para
pendakwah umumnya diambil dan direkrut dari masyarakat desa itu
sendiri. Mereka dididik, dilatih, dibekali dengan berbagai ilmu dan
keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas di daerahnya.
Sehubungan dengan pengiriman Pendakwah ini, diharapkan umat Islam
yang berada di daerah-daerah tersebut dapat terbina keimanan dan
keislamannya (Luth. 1999).
Selain itu, bentuk kegiatan ini juga membina Pendakwah kontrak.
Para santri tamatan pesantren diajak berdakwah ke daerah transmigrasi,
daerah pedalaman atau daerah yang jauh dari kota-kota besar. Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia melakukan ikatan kontrak atau perjanjian
selama 2 tahun dengan para santri yang bersedia menjadi Pendakwah.
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia mempersiapkan tenaga dai,
masyarakat setempat diajak pula menerima dan menampung para dai
tersebut, sehingga kerja sama memikul beban dakwah dapat terlaksana.

62 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Oleh yang demikian risalah Rasulullah saw. bersambung dengan dakwah
Islamiyah. Kewajiban wajib dakwah itu adalah milik umat Islam secara
keseluruhan.
Dalam hal ini, Muhammad Natsir mempunyai peranan yang besar
dalam usaha membentengi akidah umat Islam dari kehancuran. Pengiriman
pendakwah ke daerah-daerah benar-benar dirasakan manfaatnya sebagai
salah satu bentuk kepedulian terhadap keadaan umat Islam di daerah-
daerah. Hal ini diakui oleh Menteri Agama Tarmidzi Taher. Beliau
menyatakan bahwa Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia merupakan salah
satu organisasi pelopor yang mengader dan mengirim para dai sampai ke
tempat-tempat terpencil sekalipun, di berbagai-bagai pelosok Nusantara
untuk memperkuat akidah dan ibadah umat muslim (Dewan Dakwah
Sumbar, 2002).

d. Penerbitan
Salah satu program yang dirintis oleh Muhammad Natsir melalui
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang lainnya adalah dakwah melalui
tulisan. Beliau membentuk satu bidang khusus dalam Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia yaitu bidang penerbitan atau percetakan. Tujuan
utama bidang penerbitan ini adalah menambah bahan bacaan dan literatur
agama umat Islam yang sangat sedikit. Namun tidak boleh dinafikan
bahwa penerbitan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia telah
menyumbangkan peranan besar penyiaran, pengembangan, dan pemikiran
Islam.
Selain itu, bagian-bagian institusi Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia seperti Ikatan Masjid Indonesia (IKMI) juga telah memiliki
pelbagai penerbitan dalam bentuk majalah ataupun brosur di antaranya
Buletin Dakwah yang terbit setiap jumat, Media Dakwah, Sahabat
(majalah anak-anak), Suara Masjid, Serial Khotbah Jumat dan penerbitan
buku-buku Media Dakwah. Penjualan penerbitan-penerbitan ini setiap
bulan mencapai satu juta eksemplar. Penjualan literatur diterbitkan oleh
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ini tersebar di seluruh pelosok tanah
air, bahkan juga sampai ke berbagai negara Asean, Eropa dan Amerika
(Suara Masjid, 1993).

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 63


Pesan dakwah yang diterbitkan dan dipublikasikan oleh Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia selalu menjadi bahan berita yang ditunggu,
dan dinantikan umat. Terbitan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
menjadi pegangan para pendakwah yang akan bertugas. Demikian pula
majalah Serial Khotbah Jumat yang diedarkan ke masjid-masjid di seluruh
Nusantara pada setiap Jumat. Tidak hanya berisikan bahan-bahan bacaan
khotbah, tetapi menjadi bacaan segar bagi jamaah menjelang khatib naik
ke mimbar. Buletin Dakwah yang umur penerbitannya sama dengan
Dewan-Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, selalu berisi informasi dalam
berbagai-bagai peristiwa. Menyangkut perkembangan ilmu pengetahuan
yang selalu dikaitkan dengan ajaran agama Islam yang dibahas secara jelas
dan populer. Sehingga, dengan lembaran buletin itu saja, umat
mendapatkan siraman rohaniah secara berkelanjutan, di samping
memperoleh pegangan yang meyakinkan yaitu Al-quran.
Tulisan-tulisan para pakar dan ulama panutan umat ini sarat dengan
isi. Terutama pada masa penerbitan ini dikelola oleh Bapak KH. M. Yunan
Nasution, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Perwakilan DKI
Jakarta Raya. Gagasan-gagasan Islam yang ada dalam buletin ini, pada
akhirnya dihimpun dalam “Bunga Rampai Ajaran Islam” berjilid-jilid di
jadikan buku. Suatu karya yang besar yang berisikan pula informasi
tentang dunia Islam dan Islam di daerah-daerah. Mimbar masjid tidak
semata menjadi tempat dibacakannya khotbah Jumat. Namun lebih dari itu,
sebagai tempat paling utama menyampaikan problematik kehidupan umat
dan pemecahannya, sehingga keberadaannya lebih bermanfaat untuk
kepentingan umat Islam (Suara Masjid, 1993).
*****

64 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


M.Natsir telah terlibat secara mendalam dan sarat dengan
pengalaman politik. Beliau mengabdi pada pemerintah dan menduduki
beberapa jabatan tinggi eksekutif negara. Beliau juga terlibat dalam
prahara PRRI menentang pemerintahan “kiri” Presiden Soekarno. Pada
tahun 1976 Muhammad Natsir dan kawan-kawan mendirikan Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia di sebuah masjid yang terletak di kawasan
Kramat Jaya yang ramai penduduk yang berada di tengah kota Jakarta.
Dakwah Islam dinilai berjalan tidak merata dan kurang terorganisasi.
Dalam dokumen yayasan dinyatakan bahwa Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia dibentuk atas dasar takwa dan keridaan Allah. Selain itu, tujuan
pembentukan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia sekaligus memurnikan
tradisi Islam yang telah dinodai oleh nilai-nilai non Islam. Sejarah
mencatat bahwa jabatan tertinggi perhimpunan Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia diduduki oleh Muhammad Natsir sampai akhir hayatnya (1993).
Beliau mengetuai Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yaitu selama 26
tahun.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 65


Muhammad Natsir di Pejabat
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

66 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Muhammad Natsir dan Anggota
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Tabligh Akhbar dalam Rangka Pembekalan Para Dai

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 67


Muhammad Natsir Merasmikan Islamic Centre
Padang, Sumatera Barat

68 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Bagian 7
KLAIM PEMERINTAH

Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Soekarno


memimpin negara Indonesia dan Muhammad Natsir juga terlibat aktif
dalam usaha membangun Indonesia yang baru merdeka. Kedua tokoh ini
dapat bekerja sama dengan harmonis, meskipun pada akhirnya perbedaan
pendapat dan ide politik yang membatasi jarak antara keduanya.
Pemilihan umum pertama dilaksanakan sebagai bentuk pelaksanaan
sistem demokrasi baru di Indonesia pada tahun 1955. pemilihan
dimenangkan oleh Masyumi sebagai partai Islam terbesar di Indonesia
(Mahendra, 1994). Manakala Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai
Komunis Indonesia (PKI) memperoleh hasil pemilihan di bawah partai
Masyumi. Berdasarkan kepada hasil ini maka ditetapkan Soekarno dan
Muhammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia saat itu. Muhammad Natsir menjadi salah seorang anggota
parlemen yang mewakili partai Masyumi. Beliau mengajukan gagasan
mosi integral yaitu ide perpindahan Republik Indonesia Serikat (RIS)
menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam parlemen.
Mosi ini dapat diterima oleh semua anggota parlemen dari perwakilan
pelbagai partai politik. Jasa besar ini dihargai oleh Presiden Soekarno dan
melantik beliau sebagai Perdana Menteri. Jabatan Muhammad Natsir
sebagai Perdana Menteri tersebut memberi pengaruh kepada kekuasaan
presiden Soekarno. Keadaan ini menimbulkan perbedaan pemikiran dan
kebijakan politik di antara keduanya.
Hubungan mereka semakin merenggang pada masa Presiden
Soekarno mulai terlihat lebih dekat dengan pihak komunis. Soekarno
berpendapat bahwa komunis di Indonesia memiliki corak nasionalis yang
berbeda dengan kaum komunis negara lain. Ia merupakan kekuatan radikal
dan revolusioner yang dapat menjadi salah satu unsur kekuatan bangsa.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 69


Sebaliknya, Muhammad Natsir berpendapat komunis adalah bahaya yang
mengancam keutuhan negara dan bangsa secara keseluruhan (Natsir,
1957).
Perbedaan paham kedua tokoh ini juga disebabkan oleh perbedaan
pandangan mengenai demokrasi dan konstitusionalisme yang berlaku pada
akhir tahun 1956. Pada masa itu Presiden Soekarno mengawali perdebatan
mengenai masalah pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang dinilai
bersifat liberal dan tidak sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa.
Soekarno mengemukakan gagasan dan ide baru dengan cara membubarkan
partai-partai politik dan membangun demokrasi baru. Beliau menyebut
gagasan ini dengan istilah demokrasi terpimpin. Muhammad Natsir
menentang gagasan ini. Beliau menilai bahwa gagasan yang dikemukakan
oleh Soekarno adalah nama lain bagi diktatorisme. Muhammad Natsir
mengatakan, selama wujud demokrasi belaku, maka selama itu pula partai-
partai akan ada. Jika partai-partai dikuburkan, maka yang akan berdiri di
atas kuburan itu ialah sebatang pohon, yaitu pohon diktator (Natsir, 1957).
Perbedaan pendapat antara kedua tokoh ini terus berlanjut. Mereka
semakin kerap bertikai pendapat. Keputusan Soekarno yang menguburkan
partai politik di bawah gagasan demokrasi terpimpin, mengakibatkan
Muhammad Natsir dan beberapa tokoh Masyumi lainnya bergabung dalam
Pemberontakan Rakyat Republik Indonesia (PRRI). Muhammad Natsir
bersama-sama dengan Sjafruddin Prawiranegara, menekan Presiden
Soekarno untuk kembali ke konstitusi dan berusaha memulihkan
demokrasi demi menyelamatkan negara dan bangsa. Namun Soekarno
tidak mengambil perhatian atas tuntutan itu. Sebaliknya, Muhammad
Natsir dan Sjafrudin Prawiranegara serta beberapa tokoh lainnya ditangkap
atas tuduhan terlibat dalam pemberontakan Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI).
Muhammad Natsir kemudian diasingkan dan menjalani tahanan
politik di Batu Malang, Jawa Timur pada tahun 1960 sampai dengan 1962.
Kemudian beliau dipindahkan ke Rumah Tahanan Militer pada tahun 1962
sampai dengan 1966. Pada bulan Juli 1966 Muhammad Natsir dibebaskan
tampa melalui proses hukum. Karier politik beliau terhalang selama beliau
hidup dalam tahanan. Selain itu, telah terjadi perubahan besar arus politik
di Indonesia. Negara Indonesia memasuki orde baru di bawah
kepemimpinan Presiden Soeharto.

70 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Pada masa Orde Baru Muhammad Natsir berkeinginan untuk
menghidupkan kembali partai Masyumi. Namun keinginan itu tidak
terwujud kerana tidak mendapat sokongan dari pemerintah yang berkuasa
pada masa itu, yaitu Soeharto yang di sokong oleh Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia (ABRI). Untuk menyalurkan aspirasinya, akhirnya
Muhammad Natsir menubuhkan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
(DDII) pada tahun 1967 di Jakarta. Pelibatan
beliau di DDII tidak menghentikan “Berita wafatnya
perjuangan beliau dalam menanggapi Muhammad Natsir terasa
persoalan-persoalan negara. Pada 5 May lebih dahsyat daripada
1980 beliau bersama-sama dengan Jenderal jatuhnya bom atom di
Nasution dan beberapa tokoh lainnya Hirosima. -Indonesia
mengajukan gugatan kepada kebijakan kehilangan seorang tokoh
pemerintah orde baru. Gugatan ini dikenali penting-”
sebagai Petisi 50. Akibatnya beliau dilarang
untuk pergi ke luar negeri dan dicekal hingga akhir hayatnya.
Perjalanan panjang Muhammad Natsir meniti karier perjuangannya
yang penuh rintangan, tidak pernah melunturkan semangat hingga akhir
hayatnya. Beliau meninggal dunia pada 6 Februari 1993 di RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta, pada usia 85 tahun. Kepulangan beliau ke
rahmatullah menjadi berita utama di pelbagai media. Berbagai komentar
muncul, baik daripada kawan seperjuangan atau dari lawan politiknya.
Mantan Perdana Menteri Jepang yang diwakili oleh Nakadjima,
menyampaikan ucapan belasungkawa atas kepergian Muhammad Natsir
dengan ungkapan berita wafatnya Muhammad Natsir terasa lebih dahsyat
daripada jatuhnya bom atom di Hirosima (Zaini, 1993).
Rasa duka yang mendalam datang dari pelbagai pihak, termasuk dari
pemerintah Indonesia sendiri. Ungkapan “Indonesia kehilangan seorang
tokoh penting” mengiringi kepergian Muhammad Natsir untuk selama-
lamanya. Kemudian setelah lima belas tahun beliau meninggal dunia,
tepatnya pada tanggal 1 November 2008, Presiden keenam Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono memberikan anugerah gelar Pahlawan
Nasional dan Bintang Mahaputra Adipradana sebagai penghargaan
tertinggi atas jasa yang telah beliau berikan kepada Indonesia.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 71


Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Soekarno
memimpin negara Indonesia dan Muhammad Natsir juga terlibat aktif
dalam usaha membangun Indonesia yang baru merdeka. Kedua tokoh ini
dapat bekerja sama dengan harmonis, meskipun pada akhirnya perbedaan
pendapat dan ide politik yang membatasi jarak antara keduanya. Pada
tahun 1960 sampai dengan 1962 Muhammad Natsir kemudian diasingkan
atas tuduhan terlibat dalam pemberontakan Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI). Kemudian beliau dipindahkan ke Rumah
Tahanan Militer pada tahun 1962 sampai dengan 1966. Pada bulan Juli
1966 Muhammad Natsir dibebaskan tampa melalui proses hukum. Beliau
meninggal dunia pada 6 Februari 1993. Lima belas tahun setelah beliau
meninggal dunia, tepatnya pada tanggal 1 November 2008, Presiden
keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono memberikan anugerah
gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputera Adipradana sebagai
penghargaan tertinggi atas jasa yang telah beliau berikan kepada
Indonesia.

72 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Muhammad Natsir di Sumatera Barat
Ketika PRRI

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 73


Muhammad Natsir dan Kawan-kawan
Ketika PRRI

74 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Menyalami Ahmad Fauzi
Putra Allahyarham Muhammad Natsir Saat Memberi
Anugrah Gelar Pahlawan Nasional dan Bintang
Mahaputra Adipradana kepada
Muhammad Natsir di Jakarta
1 November 2008

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 75


Bagian 8
PENGARUH TOKOH

Sebagai individu, seseorang tidak bisa lepas dari pengaruh orang-orang di


sekelilingnya. Begitu juga Muhammad Natsir yang dalam pengakuannya,
bahwa pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh ulama dan tokoh-tokoh
kontemporer seperti Ahmad Hasan, Haji Agus Salim dan Ahmad Sukarti
(Pratikya, 1989). Seperti pernyataan Muhammad Natsir, bahwa
kemampuan dan kematangan pemikirannya dipengaruhi oleh ketiga tokoh
di atas. Dalam bidang agama beliau banyak belajar dengan Ahmad Hassan,
sementara Agus Salim adalah gurunya dalam bidang politik dan Ahmad
Surkati dalam bidang pembaharuan. Pengaruh ketiga tokoh ini tampak
jelas dalam pemikiran Muhammad Natsir terutama dalam bidang
pemikiran falsafah, politik, agama dan pendidikan (Natsir, 1988).
Selain belajar dan mendapat didikan secara langsung dari ketiga
tokoh di atas, Muhammad Natsir juga dikenal rajin membaca dan
menelaah buku-buku dari pelbagai bidang ilmu yang mempengaruhi
pemikirannya. Diantaranya adalah buku Limaza taakhkhar al-Muslimun
wa Taqaddama Ghairuhum, yang ditulis oleh Syakib Arsalan. Beliau
adalah seorang pemikir Syria yang diusir dari negaranya. Buku lain yang
diminati oleh Muhammad Natsir adalah The Spirit of Islam yang ditulis
oleh Anuar Ali. Pada bidang tafsir, M. Natsir menguasai tafsir-tafsir
muktabar dan terjemahan Al-Qur’an oleh Muhammad Yusuf Ali. Selain
itu pemikiran Muhammad juga dipengaruhi oleh tokoh-tokoh bersejarah
yang hidup jauh sebelum masa beliau. Seperti al-Ghazaliyy, Jamaluddi al-
Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Tokoh-tokoh ini sangat
mempengaruhi perkembangan dan kematangan berfikir Muhammad Natsir
baik dalam bidang pendidikan, bidang dakwah, bidang politik dan bidang
pembaharuan (Luth, 1999).

76 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


1. Ahmad Hassan
Menurut Muhammad Natsir, Ahmad Hassan adalah guru yang multi
fungsi yang tidak hanya mengajar dalam bidang agama tetapi juga seorang
pendidik yang telah membina kepribadiannya. Ahmad Hassan merupakan
salah seorang tokoh pembaharuan di Indonesia dalam usaha memberantas
khurafat, tahayyul dan kejumudan. Beliau dilahirkan di Surabaya pada
tahun 1887 dan beliau meninggal dunia pada tahun 1958. Kedua orang tua
beliau merupakan keturunan India muslim Singapura. Dalam hidupnya,
Ahmad Hassan adalah seorang ulama yang teguh pendirian dan bersifat
mandiri dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, yaitu
dengan cara bertenun (Rosidi, 1990).
Perjumpaan Muhammad Natsir dengan Ahmad Hassan berawal
ketika beliau sekolah di Bandung sekitar tahun 1927 dalam perkumpulan
perhimpunan Persatuan Islam (Persis). Perkenalan ini bermula dari ajakan
temannya Fakhruddin al-Khairi untuk mendengarkan ceramah yang
disampaikan Ahmad Hassan saat itu. Setelah mendengar ceramah tersebut,
Muhammad Natsir menaruh minat yang besar kepada Ahmad Hassan
mengenai kemampuannya menginterprestasikan ajaran Islam dengan
perkembangan zaman.
Sistem pengajaran yang digunakan oleh Ahmad Hassan saat itu
adalah sistem diskusi dan perdebatan. Sistem ini dipakai untuk menguji
tingkat kepahaman murid-muridnya. Ahmad Hassan tidak menjawab
secara langsung setiap persoalan yang di kemukakan. Beliau memberikan
kesempatan kepada murid-muridnya untuk menjawab. Jika murid-
muridnya tidak dapat menyelesaikan dan menjawabnya, maka beliau akan
memberikan sejumlah buku untuk dikaji dan dianalisis. Ahmad Hassan
adalah seorang guru yang tidak memaksakan suatu kaidah tetapi beliau
memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk berfikir sendiri
(Natsir, 1988). Sistem pembelajaran ini tertanam dalam diri Muhammad
Natsir dan sangat mempengaruhi sikap mentalnya, baik dalam bidang
keagamaan, politik, maupun dalam perjuangannya.
Ahmad Hassan tidak saja menuangkan ilmunya secara lisan tetapi
juga tulisan. Beliau adalah seorang yang aktif menulis dan mempunyai
pengalaman yang banyak dalam dunia penulisan dan penerbitan. Daripada
beliaulah Muhammad Natsir belajar menulis di surat kabar, majalah dan

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 77


buku-buku. Ahmad Hasan adalah seorang ulama dan penulis yang
produktif. Beliau menyadari keberadaan umat Islam yang masih
dipengaruhi oleh kebudayaan lama. Oleh sebab itu beliau menulis sebuah
tafsir yang disebut dengan al-Furqan yaitu nama yang sama dengan salah
satu surah dalam Al-Qur’an tetapi memiliki makna yang berbeda (Natsir,
1988).
Selain menulis tafsir Al-Furqan, beliau juga telah menulis kitab
sejarah dan fiqih. Kitab sejarah tersebut bertajuk al-Mukhtar. Kitab ini
menceritakan dan menguraikan riwayat hidup Rasulullah saw. Adapun
kitab fiqih yang beliau tulis adalah al-Burhan yang terdiri dari dua jilid.
Dalam kitab al-Burhan Ahmad Hassan menerangkan hukum-hakam Islam
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah saja. Beliau juga menyusun sebuah
kitab yang berisikan pilihan ayat-ayat Al-Qur’an dan al-Hadis dalam
bahasa Arab dan terjemahannya dalam bahasa Melayu (Natsir, 1988).

2. Haji Agus Salim


Pelibatan Muhammad Natsir dalam dunia politik dan kepemimpinan
di Indonesia banyak didorong dan dipengaruhi oleh pemikiran Agus Salim.
Haji Agus Salim dilahirkan pada tahun 1884 dan meninggal dunia pada
tahun 1954. Beliau adalah salah satu diantara ulama dan diplomat dan ahli
politik luar biasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Beliau terkenal
sebagai seorang diplomat ulung yang menguasai banyak bahasa asing.
Perjuangan diplomasinya ke negara-negara Islam setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia, terutama di Timur Tengah berhasil dengan
kejayaan. Begitu juga diplomasi pada Pembentukan Persatuan Bangsa
Bangsa (PBB), beliau memainkan peranan penting dan meyakinkan dunia
untuk mengutuk serangan agresi ke II Belanda pada 1948 setelah
menyerah kalah kepada Jepang. Diplomasi beliau berujung pada
kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 – dan
beliau adalah diantara orang yang memberi pengaruh besar kepada corak
pemikiran Muhammad Natsir khususnya dalam bidang politik.
Selain Muhammad Natsir, banyak tokoh-tokoh politik Indonesia
lainnya yang belajar dan menimba pengalaman dari Agus Salim.
Diantaranya adalah Muhammad Roem yang pernah menduduki jawatan
sebagai Menteri Luar Indonesia, Yusuf Wibisono, dan Prof. Kasman

78 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Singodimejo. Ahmad Hassan dan Haji Agus Salim mempunyai kaidah
yang sama dalam mendidik dan membimbing murid-muridnya yaitu
dengan cara berdiskusi dan berdebat. Kaidah ini merupakan salah satu cara
bagi mereka untuk mendorong generasi muda berfikir kreatif dan lebih
kritis dalam menatap masa depan. Kaidah ini akan menumbuhkan
keberanian dan kematangan berfikir yang berujung pada pembinaan
generasi yang berkualitas.

3. Ahmad Sukarti
Ahmad Sukarti adalah salah seorang tokoh utama pengasas
berdirinya Jamciyat al-Islah wa al-Irsyad al-Arabiyah atau yang lebih
dikenal dengan nama al-Irsyad. Beliau adalah putra keturunan Arab yang
dilahirkan di Dongola Sudan pada tahun 1874 dan meninggal dunia pada
tahun 1943. Ayahnya Muhammad Syurkati adalah lulusan Universitas al-
Azhar yang memiliki banyak koleksi kitab dan dikenal memiliki akhlak
yang mulia (Affandi, 1999).
Semasa hidupnya, Muhammad Natsir banyak menimba ilmu dan
berdiskusi dengan Ahmad Sukarti. Pertemuan dan perbincangan mereka
telah membentuk dan memberikan pemahaman yang kukuh kepada
Muhammad Natsir untuk memahami makna tajdid dan ijtihad yang selama
ini seakan-akan sudah tertutup dan terkubur di kalangan ulama dan dunia
Islam umumnya. Umat Islam yang sedang dirundung jumud, kejahilan dan
kemunduran. Tajdid dan ijtihad menurut Ahmad Sukarti tidak boleh
berhenti apalagi sampai mati. Jika umat Islam ingin maju dan keluar
daripada belenggu kejahilan. Semangat tajdid dan ijtihad mestilah selalu
hidup dan berkobar dalam setiap pribadi umat Islam.

4. Al-Ghazaliyy
Al-Ghazaliyy (450-505H). Nama lengkapnya adalah Abu Hamid
Muhammad bin Muhammad at-Tusi al- Ghazaliyy. Beliau adalah seorang
pemikir Islam, teologi, filsuf, dan sufi termasyhur. Beliau lahir di kota
Gazalah yang berdekatan dengan kota kecil Tus di Khurasan (Ridwan,
1994). Al- Ghazaliyy adalah tokoh yang produktif dalam melahirkan
pelbagai karya ilmiah yang jumlahnya hampir mencapai 100 buah buku.
Buku-buku itu meliputi pelbagai ilmu pengetahuan, seperti ilmu kalam

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 79


(teologi Islam), fikih (hukum Islam), tasawuf, falsafah, akhlak, dan
autobiografi. Karangan-karangan beliau ini pada umumnya ditulis dalam
bahasa Arab atau bahasa Parsi (Dewan Bahasa dan Pustaka 2004).
Muhammad Natsir mengagumi pemikiran-pemikiran dan kaidah-
kaidah berfikir yang digunakan oleh al- Ghazaliyy. Pemikiran Muhammad
Natsir mengenai pendidikan banyak diilhami oleh pemikiran al- Ghazaliyy
mengenai ilmu, akal dan cara memperoleh ilmu pengetahuan. Oleh sebab
itu, tidak mengherankan jika gagasan pemikiran pendidikan Muhammad
Natsir menggunakan pendekatan falsafah kerana orang-orang yang
mempengaruhi pemikirannya adalah tokoh-tokoh daripada kalangan
filsafah.

5. Jamaluddi al-Afghani
Jamaluddin al-Afghani lahir di Ascadad pada tahun (1839-1897),
dikenal sebagai seorang pemimpin pembaharuan politik di dunia Islam
pada abad ke-19 (Nasution, 1975). Beliau menguasai bahasa-bahasa
Afghan, Arab, Turki, Persia, Perancis, dan Rusia (Hourani, 1962). Di
bidang politik beliau juga dikenal sebagai penggerak dan pengasas
perjuangan umat Islam melawan penjajah Barat. Jamaluddin al-Afghani
adalah salah satu tokoh pemikir politik Islam, kemunculan pemikiran
politiknya merupakan reaksi terhadap persoalan-persoalan umat Islam
yang mengalami kemunduran total di segala aspek kehidupan pada saat itu.
diantara penyebab kemunduran itu adalah penjajahan, kapitalisme,
kejumudan, kurang pendidikan dan kemiskinan.
Berbicara tentang politik Islam berarti berbicara tentang negara dan
pemerintahan Islam, menurut Afghani, Islam menghendaki negara bentuk
republik. Sebab di dalamnya terdapat kebebasan berpendapat dan kepala
negara harus tunduk kepada undang-undang dasar (Nasution, 1975).
Pendapat tersebut tidak lepas dari makna ajaran-ajaran Islam yang
dipahaminya. Islam baginya dinamis, dapat mengikuti zaman, yaitu
dengan mengadakan interpretasi baru terhadap ajaran-ajaran Islam, dan
untuk interpretasi itu diperlukan ijtihad. Hal ini berarti yang berkuasa
dalam negara pemerintahan republik adalah konstitusi dan hukum, bukan
kepala negara. Kepala negara dalam sistem ini hanya berkuasa untuk
menjalankan undang-undang dan hukum, hasil yang dirumuskan oleh

80 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


lembaga legislatif untuk memajukan kesejahteraan umum. Pemikiran
Afghani ini merupakan kesepaduan antara pemerintahan Barat dan prinsip-
prinsip ajaran Islam yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan
kenegaraan.
Dengan demikian, Afghani menghendaki reformasi dan
pembaharuan politik Islam dengan mengganti bentuk khilafah menjadi
republik. Pemikiran ini memang berbeda dengan pemikiran umat Islam
pada saat itu yang hanya mengenal bentuk khilafah yang mempunyai
kekuasaan sepenuhnya (absolut) (Azhar,1996).
Pemikiran Jamaluddin al-Afghani ini memberi pengaruh yang
signifikan kepada pemikiran dan gagasan politik Muhammad Natsir.
Pemikirannya tentang bentuk negara dan sistem demokrasi telah
diperjuangkan oleh Muhammad Natsir di Indonesia. Jamaluddin al-
Afghani adalah tokoh muslim yang lebih moderat, karena corak
pemikirannya lebih mengutamakan substansi berbanding simbol. Corak
pemikiran seperti ini juga terlihat dalam pemikiran-pemikiran Muhammad
Natsir.

6. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mesir Hilir pada tahun 1849 dan
meninggal pada tahun 1905. Beliau belajar dan menghafal Al-Qur’an di
kampungnya, dan masuk sekolah agama di Thanta pada tahun 1852 dan
keluar dari madrasah ini kerana kurang tertarik dengan sekolah itu. Pada
tahun 1865 kembali ke Thanta, dan tahun berikutnya mempelajari tasawuf
dan kehidupan sufi di Al-Azhar Kairo. Pada tahun 1872 beliau
mempelajari agama Islam dengan Afghani dengan prespektif baru yaitu
menelaah karya-karya penulis Barat dari masalah sosial-politik umat
Islam, ilmu jurnalistik; sehingga beliau dikenali sebagai murid Afghani
yang setia (Nasution, 1975). Beliau aktif dibidang media, pendidikan, dan
pengajaran serta pemerintahan. Tetapi beliau lebih dikenal sebagai tokoh
pembaharuan pemikiran keagamaan. Pada tahun 1884 bersama Afghani
beliau tinggal di Paris, dan bekerja sama menerbitkan majalah Al-Urwat
al-Wustqa di kota itu (Ahmad, 1978).
Muhammad Abduh adalah diantara ulama yang menghidupkan
kembali semangat berijtihad. Beliau tidak setuju dengan pendapat yang

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 81


mengatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Pemahaman ini telah
menyebabkan umat Islam berada dalam keterbelakangan, sedangkan
kondisi zaman menghendaki penyelesaian dengan segera. Menurut
Muhammad Abduh, kaidah terbaik untuk mengembalikan kejayaan umat
Islam adalah dengan menghidupkan kembali semangat berijtihad dan
semangat-semangat keilmuan lainnya.
Muhammad Natsir juga telah melihat gejala yang sama, tumbuh dan
berkembang di Indonesia sikap umat Islam yang terpuruk dalam
kejumudan dan fanatik kepada satu pendapat dengan tidak mengetahui
dasar yang digunakan. Muhammad Natsir menilai bahwa gejala-gejala
seperti ini turut menjadi penyebab sukarnya membangunkan kesadaran
untuk berfikir maju kehadapan. Oleh sebab itu, perjuangan Muhammad
Natsir membangun kepribadian umat Islam di Indonesia turut diilhami
oleh Muhammad Abduh dalam memberantas kejumudan.

7. Rashid Ridha
Rashid Ridha (1865-1939) dilahirkan di Tripoli yang terletak di
sebelah Barat Libanon dan murid terdekat Muhammad Abduh (Nasution,
1975). Beliau dari keturunan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Pendidikan
formalnya bermula dari Madrasah Ibtidaiyah Rasyidah di Tripoli, lalu
memasuki Madrasah Wathaniyah Islamiyah di Beirut pada tahun 1883
yang diketuai oleh Hasan Jassar (Azhar 1996). Beliau aktif dibidang
media, politik, dan pendidikan serta kajian pemikiran keagamaan.
Adapun pemikiran politik Rasyid Ridha tampil dengan vokal untuk
kembali menghidupkan khilafah yang memelihara kekuasaan sepenuhnya
(absolut), yang dihapuskan oleh Mustafa Kamal Attaturk. Pemikirannya
ini terlihat dalam bukunya berjudul Al-Khilafat aw al-imamatal-cUzmat.
Kerana jabatan khalifah baginya wajib syar‟i dan eksistensi khalifah
sangat penting dalam rangka penerapan hukum syariat Islam. Ini sejalan
dengan pandangannya, bahwa Islam adalah agama untuk kedaulatan,
politik dan pemerintahan (Ridha, 1960). Karena bentuk pemerintahan lain
menurutnya tidak mampu menerapkan syariat Islam. Untuk mendukung
pendapatnya itu, Rasyid Ridha memberikan makna yang satu kepada
khilafah, imamat al-„Uzmat dan imarat al-Mukminin, yaitu kepala

82 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


pemerintahan untuk menegakkan urusan agama dan urusan dunia
(Nasution, 1965).
Pemikiran politik Muhammad Natsir juga dipengaruhi oleh
pemikiran Rashid Ridha mengenai bentuk negara dan sistem demokrasi.
Namun Muhammad Natsir tidak bersetuju sepenuhnya dengan teori yang
dikemukakan oleh Rashid Ridha. Muhammad Natsir mempunyai pendapat
yang sama untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara tetapi dalam
pelaksanaan yang berbeda. Kemudian mereka juga mempunyai visi yang
sama mengenai sistem demokrasi yang digunakan.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 83


Sebagai individu, seseorang tidak bisa lepas dari pengaruh orang-orang
di sekelilingnya. Begitu juga Muhammad Natsir, Dalam bidang agama
beliau banyak belajar dengan Ahmad Hassan, sementara Agus Salim
adalah gurunya dalam bidang politik dan Ahmad Surkati dalam bidang
pembaharuan. Selain itu pemikiran Muhammad juga dipengaruhi oleh
tokoh-tokoh bersejarah yang hidup jauh sebelum masa beliau. Seperti al-
Ghazaliyy, Jamaluddi al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Selain belajar dan mendapat didikan secara langsung dari ketiga tokoh di
atas, Muhammad Natsir juga dikenal rajin membaca dan menelaah buku-
buku dari pelbagai bidang ilmu yang mempengaruhi pemikirannya.

84 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Bagian 9
PENUTUP

Kiprah Muhammad Natsir sebagai seorang tokoh intelektual, ahli politik,


pemimpin negara maupun tokoh dunia Islam yang terkemuka di abad ini
tidak pernah selesai menjadi buah pembicaraan. Muhammad Natsir adalah
tokoh yang mampu memadukan antara kegiatan politik dengan
kegiatannya sebagai seorang pendakwah (mubalig). Kekhususan ini yang
membedakannya dari tokoh-tokoh lain. Setiap persoalan yang diuraikan
Muhammad Natsir senantiasa berasaskan nilai-nilai dasar Islam. Pemikiran
yang beliau nyatakan tidak lari dari ketinggian dasar ajaran Islam. Beliau
mengatakan, Islam mesti dijadikan ciri seorang muslim dalam segala aspek
kehidupan.
Muhammad Natsir juga seorang intelektual yang banyak
menyumbangkan tulisan yang bermanfaat bagi umat. Banyak tulisan
Muhammad Natsir dalam tahun 1930-an yang membangunkan kesadaran
masyarakat Indonesia untuk bersikap optimis dan tidak merendah diri
apabila berhadapan dengan pemerintahan kolonial Belanda yang saat itu
telah membuat masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang kehilangan
kepercayaan diri. Muhammad Natsir tidak yakin dengan anggapan bahwa
hanya bangsa atau ras (tingkatan) tertentu yang dapat maju melainkan
seluruh umat manusia.
Kehadiran Muhammad Natsir sebagai seorang intelektual,
senantiasa menjadi topik perbincangan hangat. Sebagai pemimpin,
kehebatan dan kebesarannya tidak hanya dihormati oleh kawan tetapi juga
disegani oleh lawan. Peranan Muhammad Natsir sangat menonjol dalam
dunia politik sehingga beliau digelar sebagai ahli politik andal. Dalam
dunia pendidikan beliau adalah penerang dalam kebutaan ilmu dunia dan
akhirat. Sifat-sifat khas yang dimiliki oleh Muhammad Natsir ini dikagumi

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 85


oleh tokoh-tokoh-tokoh lainnya. Muhammad Hatta pernah menyatakan
bahwa:
“saudara Muhammad Natsir adalah orang yang pandai
menggunakan waktu, kecakapan, dan kepandaiannya dengan baik dan
tepat” (Badruzzaman Busyairi 1978).
Menteri Agama Republik Indonesia (1978) Letnan Jenderal Haji
Alamsyah Ratu Perwiranegara dalam salah satu sambutannya juga pernah
mengatakan bahwa Muhammad Natsir tidak hanya kepunyaan bangsa
Indonesia tetapi kepunyaan umat Islam. Seorang tokoh masyarakat yang
mempunyai semangat dan pendirian teguh dan pribadi yang patut
diteladani.
Selanjutnya, Hamka juga pernah menyampaikan rasa kagum setelah
membaca pelbagai tulisan Muhammad Natsir. Semua aspek dalam tulisan
Muhammad Natsir mempunyai nilai lebih di mata beliau baik isi tulisan,
persembahan, gaya bahasa, maupun kesederhanaan penyampaiannya yang
senantiasa menarik minat. Hamka mengatakan sekalipun di negerinya
sendiri beliau asing dan dipinggirkan orang tetapi bila ada sesuatu perkara
yang dianggapnya perlu untuk dilakukan demi kepentingan negara, maka
beliau tidak akan duduk diam dan berpangku tangan. Penilaian Hamka ini
dikemukakannya dalam menunjukkan peranan Muhammad Natsir dalam
usaha pemulihan hubungan antara Kerajaan Arab Saudi dengan Republik
Indonesia yang mengalami masalah dan terputus hubungan pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno.
Penilaian yang sama tidak hanya diberikan oleh tokoh-tokoh
nasional Indonesia tetapi dinyatakan pula oleh tokoh-tokoh antar bangsa.
diantaranya disampaikan oleh Dr. Innamullah Khan Sekretaris Jendral
Muktamar Alam Islami yang mengunjungi Jakarta pada 17 Julai 1978
dalam majelis memperingati hari jadi Muhammad Natsir yang ke 70.
Beliau mengatakan bahwa Muhammad Natsir tidak hanya pemimpin
Indonesia, beliau adalah putra terbaik Indonesia. Muhammad Natsir akan
dicatat dalam sejarah kebangkitan kembali gerakan-gerakan Islam pada
abad ke 20 seperti sejarah mengukir pemimpin-pemimpin besar Islam
lainnya.
Pemikir Negeri Sabah, Malaysia, Haji Said bin Ibrahim juga
menyatakan penilaian yang sama. Beliau mengatakan bahwa Muhammad

86 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Natsir adalah tokoh populer yang sudah dikenali di dunia Timur dan Barat,
dikagumi oleh kawan dan lawan. Beliau adalah seorang pejuang muslim
yang ikhlas memberikan jasa kepada negara, bangsa dan agama. Beliau
adalah salah seorang tokoh Internasional yang turut mengangkat harkat
negara dan bangsanya di mata dunia.
Perjalanan panjang Muhammad Natsir meniti karier perjuangannya
yang penuh rintangan, tidak pernah melunturkan semangat hingga akhir
hayatnya. Beliau meninggal dunia pada 6 Februari 1993 di RS Cipto
Mangunkusumo Jakarta, pada usia 85 tahun. Kepulangan beliau ke
rahmatullah menjadi berita utama di pelbagai media. Berbagai komentar
muncul, baik daripada kawan seperjuangan atau dari lawan politiknya.
Mantan Perdana Menteri Jepang yang diwakili oleh Nakadjima,
menyampaikan ucapan belasungkawa atas kepergian Muhammad Natsir
dengan ungkapan berita wafatnya Muhammad Natsir terasa lebih dahsyat
daripada jatuhnya bom atom di Hirosima. Rasa duka yang mendalam
datang daripada pelbagai pihak, termasuk dari pemerintah Indonesia
sendiri. Ungkapan “Indonesia kehilangan seorang tokoh penting”
mengiringi kepergian Muhammad Natsir untuk selama-lamanya.
Setelah Muhammad Natsir meninggal dunia, pelbagai kalangan
akademisi melakukan apresiasi terhadap kecemerlangan pemikiran dan
kegigihan perjuangan beliau dalam kegiatan-kegiatan ilmiah. Beberapa
diskusi dan seminar diselenggarakan di Indonesia pada akhir tahun 1993.
Dua seminar lainnya diselenggarakan oleh Jemaah Masjid Solahuddin
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada 24 Juli 2005 seminar pula
diselenggarakan di Minangkabau tanah
“Muhammad Natsir tidak kelahiran Muhammad Natsir dengan
hanya kepunyaan bangsa tema Seminar Serumpun Refleksi Kiprah
Indonesia tetapi kepunyaan Perjuangan DR. M. Natsir di Istana Bung
umat Islam” Hatta yang lebih dikenali sebagai Gedung
Negara Tri Arga di Bukittinggi. Seminar
ini diselenggarakan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
Cawangan Sumatera Barat dangan Angkatan Belia Islam Malaysia
(ABIM).
Seminar dengan topik yang sama diadakan pula oleh Youth Islamic
Club al-Azhar Jakarta pada tahun 1996. Selain itu kerajaan Malaysia juga

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 87


melakukan kegiatan serupa, diantaranya seminar yang diadakan oleh
Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) yang bekerja sama dengan
Universitas Islam Antar Bangsa di Kuala Lumpur pada 18 April 1993.
Selanjutnya Universitas Sains Malaysia juga melakukan kegiatan yang
sama di Pulau Pinang pada 18 dan 19 Desember 1993. Terakhir Seminar
serantau terkini mengenai M. Natsir diselenggarakan pada 10 Januari 2009
dalam rangka Memperingati 100 Tahun Pahlawan Nasional Bapak
Muhammad Natsir, di Pusat Konvensyen KUIS (PKK) Kolej Universiti
Islam Antar bangsa Bangi Selangor Darol Ehsan Malaysia. Seminar ini
diadakan bersama Wadah Pencerdasan Umat Malaysia (WADAH) dan
Kolej Universiti Islam Antar bangsa Selangor (KUIS).
Selanjutnya, Penulisan tentang ketokohan Muhammad Natsir juga
telah banyak dilakukan oleh para ahli dan peneliti baik semasa beliau
hidup, maupun setelah beliau tiada. Diantaranya adalah:
1. Pemikiran dan Perjuangan Muhammad Natsir, oleh Anwar
Harjono, dkk. (1966).
2. Piagam Jakarta 22 Juni 1945: Sebuah Konsensus Nasional tentang
Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949), oleh Endang
Saifuddin Anshari (1981). Tulisan ini berkaitan dengan pertarungan
politik antara nasionalis Islam dengan nasionalis sekuler, dan proses
lahirnya Piagam Jakarta.
3. Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang Percaturan dalam
Konstituante, oleh Ahmad Syafii Maarif (1985). Dalam buku ini
dipaparkan percaturan politik pada sidang Konstituante dalam
merumuskan dasar negara.
4. Pemimpin Pulang Rekaman Peristiwa Muhammad Natsir”, ditulis
Ridwan Saidi, “Pak Natsir 80 tahun”, disunting oleh Endang
Syaifuddin Anshari dan Amin Rais (1988). Pembahasan dalam buku
ini secara umum berisi biografi Muhammad Natsir.
5. The Islamic State in Indonesia: The Rise of the Ideologi, the
Movement for its Creation, and the Theory of the MASYUMI, oleh
Harun Nasution.
6. Muhammad Natsir dan Syayyid Abul A‟la Maududi: Telaah tentang
Dinamika Islam dan Transformasinya ke Dalam Ideologi Sosial dan
Politik, oleh Yusril Ihza Mahendra (1994). Tulisan ini pada awalnya

88 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


adalah Disertasi Ph.D. yang kemudian dibukukan, dalam
pembahasannya membincangkan konsep pemikiran politik
Muhammad Natsir dan Abul A’la Maududi dalam upaya
mentransformasikan hukum Islam dalam kehidupan sosial dan
politik.
7. Muhammad Natsir (1908-1993) His Rule in Developmen of Islamic
Da‟wah in Indonesia, oleh Arif Hizbullah (1995).
8. Muhammad Natsir: Dakwah dan Pemikirannya, oleh Thohir Luth
(1999). Buku ini berisi tentang konsep pemikiran dakwah
Muhammad Natsir. Pada pembahasan buku ini membincangkan
konsep pemikiran dakwah Muhammad Natsir.
9. Soekarno versus Muhammad Natsir: Kemenangan Barisan
Megawati Reinkarnasi Nasionalis Sekuler, oleh Ahmad Suhelmi
(1999). Pembahasan dalam buku ini ialah membincangkan
pemikiran politik Soekarno dan Muhammad Natsir dalam
merumuskan dasar negara Indonesia, berdasarkan Islam atau bukan
dengan Islam.
10. Muhammad Natsir dan Darul Islam: Studi Kasus Aceh dan Sulawesi
Selatan Tahun 1953-1958, oleh Hendra Gunawan (2000). Buku ini
membincangkan pengaruh dan peranan Muhammad Natsir dalam
menyelesaikan kasus DI/TII.
11. Muhammad Natsir: Pendidik Ummah, oleh Gamal Abdul Nasir
Zakaria (2003).
Sebagai penutup, Kehadiran Muhammad Natsir sebagai seorang
intelektual, senantiasa menjadi topik perbincangan hangat. Sebagai
pemimpin, kehebatan dan kebesarannya tidak hanya dihormati oleh kawan
tetapi juga disegani oleh lawan. Peranan Muhammad Natsir sangat
menonjol dan berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Selanjutnya, untuk
mengenang atas apa yang telah disumbangkan kepada bangsa, Kemudian
pada tanggal 1 November 2008 Presiden keenam Indonesia Susilo
Bambang Yudhoyono memberikan anugerah gelar Pahlawan Nasional dan
Bintang Mahaputra Adipradana sebagai penghargaan tertinggi atas jasa
yang telah beliau berikan kepada Indonesia.
Sejarah perjuangan Muhammad Natsir sudah jelas dan nyata, kerana
kenyataan telah membuktikan, dan dunia telah mengenal beliau.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 89


Berdasarkan kepada pembahasan buku ini, dapat kita simpulkan, bahwa
Muhammad Natsir adalah sosok pribadi yang multi fungsi, beliau tidak
saja ahli dalam bidang agama akan tetapi juga ahli dalam politik,
ketatanegaraan, dan diplomasi.
Kalau dalam pepatah disebutkan harimau mati meninggalkan
belang, gajah mati meninggalkan gading, tetapi manusia mati
meninggalkan nama baik. Kebaikan perjuangan seorang umat manusia
yang dihargai oleh orang-orang yang pandai menghargainya, akan
dikenang dan diabadikan selama-lamanya.

*****

90 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Muhammad Natsir adalah tokoh yang mampu memadukan
antara kegiatan politik dengan kegiatannya sebagai seorang pendakwah
(mubaligh). Muhammad Natsir juga seorang intelektual yang banyak
menyumbangkan tulisan yang bermamfaat bagi ummat. Selanjutnya,
Hamka juga pernah menyampaikan rasa kagum setelah membaca pelbagai
tulisan Muhammad Natsir. Pemikir Negeri Sabah, Malaysia, Haji Said bin
Ibrahim juga menyatakan bahwa Muhammad Natsir adalah seorang
pejuang muslim yang ikhlas memberikan jasa kepada negara, bangsa dan
agama. Beliau adalah salah seorang tokoh Internasional yang turut
mengangkat harkat negara dan bangsanya di mata dunia. Setelah
Muhammad Natsir meningal dunia, pelbagai kalangan akademisi
melakukan apresiasi terhadap kecemerlangan pemikiran dan kegigihan
perjuangan beliau dalam kegiatan-kegiatan ilmiah. Selanjutnya, Penulisan
tentang ketokohan Muhammad Natsir juga telah banyak dilakukan oleh
para ahli dan peneliti baik semasa beliau hidup, maupun setelah beliau
tiada.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 91


Muhammad Natsir dan Ummi 1

Muhammad Natsir dan Ummi 2

92 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


Perdana Menteri Muhammad Natsir

Muhammad Natsir di Bukittinggi

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 93


Beramah-tamah dengan Masyarakat dan Pengurus
Islamic Centre Padang, Sumatera Barat

94 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufiq. 1987. Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah


Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1981. Islam dan sekularisme. Terj.
Karsidjo Djojosuwarno. Bandung: Penerbit Pustaka.
Ali, Mukti. 1969. Alam Pikiran Ilam Modern di Indonesia. Yokyakarta:
Yayasan Nida.
Ansyari, Endang. 1981. Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Bandung: Pustaka
Salman.
Azra, Azyumardi. 1998. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Keplauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-Akar
Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.
______. 1996. Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme,
Modernisme hingga Post-Modernisme. Jakarta: Paramadina.
Boland, B.J. 1985. Pergumulan Islam di Indonesia, Jakarta: Grafiti Press.
Chaidar, Al. 1998. Pemilu 1999; Pertarungan Ideologi Partai-Partai
Islam Versus Partai-Partai Sekuler. Jakarta: Darul Falah.
Djailani, Abdul Qadir. 1996. Peta Sejarah Perjuangan Politik Umat Islam
di Indonesia. Surabaya: CV. Tri Bakti, 1996.
Edward (ed). 1981. Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar
Sumatera Barat. Padang: Islamic Centre.
Enan, M. 1979. Detik-Detik Menentukan dalam Sejarah Islam. Terj.
Mahyuddih Syah. Surabaya: Bina Ilmu.
Fatwa, A.M. Editor. Syarifudin. 2001. Demokrasi Teistik. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Haryono, Anwar dkk. 1416H/1995M. M. Natsir. Sumbangan dan
pemikirannya untuk Indonesia. Jakarta: Media Dakwah.
Hamka, 1982. Sejarah Islam di Sumatera Barat. Jakarta: Pustaka Nasional.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 95


Hassan, Ahmad. 1984. Islam dan Kebangsaan. Bangil: Lajnah Penerbitan
Pesantren Persis.
Haurani, Albert,1962. Arabic Thought in the Liberal Age, London: Oxford
University Press.
Karim, M. Rusli. 1983. Perjalanan Politik di Indonesia: Sebuah Potrek
Pasang Surut. Jakarta: Rajawali.
Luth, Thohir. 1999. M. Natsir: dacwah & pemikirannya. Jakarta: Gema
Insani Press.
Maarif, Ahmad Syafi’i. 1983. Dinamika Islam: Potrek Perkembangan
Islam di Indonesia. Yokyakarta: Sholahuddin Press.
Mahendra, Yusril Ihza. 1994. Modernisasi Islam dan demokrasi:
pandangan politik M. Natsir. Islamika. No. 3. Januari-Maret 1994.
Nasution, Harun. 1975. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran
dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, Harun & Azra, Azyumardi (ed). 1985. Perkembangan Modern
dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor.
Noer, Delier. 1970. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942.
Jakarta: LP3ES.
Nata, Abuddin. 2004. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Natsir, M. 1968. DP. Sati Alimin (pnyt). M. Natsir versus Soekarno.
Padang: Penerbit JAPI
______. 1971. Di Bawah Naungan Risalah. Jakarta: Sinar Hudaya.
______. 1973. Capita selecta. Jakarta: Bulan Bintang.
______. 1973. Islam dan Kristen di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
______. 1974. Dakwah dan pembangunan. Jakarta: Dewan Dakwah
Indonesia.
______. 1977. Fiqhud da‟wah: Djejak risalah dan dasar-dasar da‟wah.
Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah.
______. 1977. Kode dan Etika Dakwah. Jakarta: Mutiara.
______. Kumpulan Khutbah Hari Raya. Jakarta: Media Dakwah.
______. 1980. Mencari Modus Viviendi Antar Umat Beragama di
Indonesia. Jakarta: Media Dakwah.
______. 1982. Dunia Islam dari Masa ke Masa. Jakarta: Panji Masyarakat.

96 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


______. 1989. Surat kepada Paus Yohanes Paulus II. Jakarta: Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia.
______. 1991. Bahaya Takut. Jakarta: Media Dakwah.
______. 1991. Percakapan antara generasi: Pesanan perjuangan seorang
Bapak. Malaysia: Dewan Pustaka Islam.
______. 1992. Lembutkan Hatimu dengan Mengusap Kelapa Anak Yatim.
Padang: JAPI.
______. 1998. Islam dan Aka Merdeka. Jakarta: Media Dakwah.
______. 2000. Demokrasi di bawah hukum. Jakarta: Media Dacwah.
______. 2000. Edi Riyanto & Tatang T. Sudensyah. (pnyt). Islam sebagai
dasar negara. Jakarta: Media Da’wah.
______. 2001. Agama dan negara dalam perspektif Islam. Jakarta: Media
Dakwah.
______. t.tp. Membangun Ummat dan Negara. Djakarta: Al-Munawwarah.
Noer, Daliar. 1999. Mengapa Partai Islam Kalah. Jakarta: Alvabet.
Noer, Deliar. 1980. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942.
Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
Praktikya, A.W. dan Murbakusuma, N (pnyt), 1991. Percakapan antara
Generasi: Pesan Perjuangan Seorang Bapak. Kuala Lumpur:
Dewan Pustaka Islam.
Pratiknya, A.W. 1989. Pesan Perjuangan Seorang Bapak. Jakarta: Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia.
Prawiranegara, Syafruddin. 1971. Agama dan Ideologi: Dalam
Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Bulan Bintang.
Rais, M.L.F. 1989. Muhammad Natsir Pemandu Ummat. Jakarta: PT.
Bulan Bintang.
Ridha, Rasyid. 1960. al-wahy al-Muhammadi, Mathbacat al-Qahirat,
Mesir: t.th
Ridwan, Kafrawi. 2004. Jil. 1 & 2. Ensiklopedia Islam. Selangor: Dawama
Sdn. Bhd.
Rosidi, Ajip. 1990. M. Natsir: Sebuah Biografi. Jakarta: Grimukti Pasaka.
Shahibudin, Laming, 1993. Sumbangan Pemikiran dan Kepimpinan
Muhammad Natsir, Kertas Kerja Seminar Pemikiran Islam Pada
17 Oktober 1993 di Kota Kinabalu Sabah, anjran Angkatan Belia
Islam Malaysia (ABIM) Sabah.

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 97


Suhelmi, Ahmad. 1999. Soekarno versus Natsir: Kemenangan barisan
Megawati nasionalis sekuler. Jakarta: Darul Falah.
Thaba, Abdul Aziz, 1996. Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru,
Jakarta: Gema Zulani Press.
Triono Hamdan, 1993. Siapakah Bakal Pengganti M. Natsir?. t.tp, Panji
Masyarakat.
Yunus, Mahmud. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Mutiara Sumber.
Zakaria, Gamal Abdul Nasir. 2003. M. Natsir pendidik ummat. Bangi:
Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia.
Zjadzali, Munawir. 1993. Islam dan tata negara: ajara. sejarah dan
pemikiran. Ed. 5. Jakarta: UIP.

98 Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir


PROFIL PENULIS

Jarudin, M.A., Ph.D. dilahirkan di Simawang,


Batusangkar, 30 Juni 1976 dari pasangan H.
Kasim Pakih Kayo dan Hj. Janiar binti
Jamaluddin. Menempuh pendidikan dasar dan
menengah di SD Negeri 1 Simawang (1985-
1991), MTsN Padangpanjang (1991-1993),
MAN Koto Baru Padangpanjang (1993-1996).
Melanjutkan pendidikan S-1 di IAIN Imam
Bonjol Padang (1997-2001), S-2 di Universiti
Kebangsaan Malaysia (2003-2005), dan S-3 di
Universiti Kebangsaan Malaysia (2005-2012). Merupakan dosen di STKIP
PGRI Sumatera Barat. Pernah menjabat koordinator unit MKDK/MKDU
(2012-2014), kepala unit program pengalaman lapangan (2014-2016), dan
wakil ketua bidang kemahasiswaan alumni dan kerjasama (2016-
sekarang).

Meninjau Sejarah Kisah Hidup Muhammad Natsir 99

Anda mungkin juga menyukai