Sus Budiharto
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah Ada perbedaan kesadaran diri
pada mahasiswa peserta pelatihan Prophetic Intelligence. Kesadaran diri mahasiswa
meningkat setelah mengikuti pelatihan Prophetic Intelligence. Dugaan awal dalam
penelitian ini adalah kelompok eksperimen mengalami peningkatan kesadaran diri,
sedangkan kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan kesadaran diri, serta subjek
kelompok eksperimen mengalami peningkatan kesadaran diri setelah diberi pelatihan
Prophetic Intelligence dibanding sebelum diberi pelatihan Prophetic Intelligence
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta angkatan 2004-2006 sebanyak 18 orang. Teknik pengambilan data yang
digunakan adalah skala kesadaran diri yang diadaptasikan dari The Self Awareness
Questionnaire. Skala diberikan sebelum dan sesudah pelatihan Prophetic Intelligence
berlangsung pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
fasilitas program SPSS 12,00 for Windows untuk menguji apakah ada perbedaan
kesadaran diri pada mahasiswa yang mengikuti pelatihan Prophetic Intelligence dan
mahasiswa yang tidak mengikuti pelatihan Prophetic Intelligence. Uji beda
berdasarkan gain scores diperoleh bahwa skor t sebesar -0,569 dan skor p = 0,577.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai p>0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan
kesadaran diri pada mahasiswa yang mengikuti program Prophetic Intelligence dan
mahasiswa yang tidak mengikuti pelatihan Prophetic Intelligence.
Berdasarkan uji-t subjek eksperimen antara sebelum diberikan pelatihan
Prophetic Intelligence dengan setelah diberikan pelatihan Prophetic Intelligence
menunjukkan t sebesar -3,596 dengan p = 0,009. hal ini menunjukkan bahwa nilai
p < 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan kesadaran diri pada mahasiswa
peserta pelatihan Prophetic Intelligence. Kesadaran diri mahasiswa tidak meningkat
setelah mengikuti pelatihan Prophetic Intelligence.
Pengantar
sendiri maupun bagi proses akademis yang dijalaninya di bangku kuliah. Dengan
kesadaran diri inilah seseorang mampu mengevaluasi diri dan menyadari apa yang
sedang terjadi pada dirinya, bagaimana individu mengenali diri atau menyadari
dirinya sendiri (Meyer, 2006). Lebih lanjut, dengan memiliki kesadaran diri yang
akan mampu memahami konsep diri dan standar, nilai serta tujuan yang dimiliki
mahasiswa dalam proses akademik yang sedang dijalaninya. Kesadaran diri yang
dimiliki mahasiswa akan mampu untuk membuat pilihan yang benar, membuat
tersebut secara lebih efektif, menggambarkan secara baik tipe yang ada pada diri
berhubungan dengan orang lain dalam situasi yang berbeda seperti team work,
psikologis, Perls tidak memberikan sifat – sifat dari orang yang sehat tersebut tetapi
ada tujuh hal yang dapat menunjukkan hal tersebut, yang salah satunya yaitu orang
tersebut memiliki kesadaran diri. Orang yang sehat psikologis memiliki kesadaran
dan penerimaan penuh terhadap diri, menerima kelemahan dan kekuatan serta
Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, sebagai
bagian dari lingkungan, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan
Kesadaran diri merupakan proses internalisasi dari informasi yang diterima yang
menjadi perilaku keseharian. Oleh karena itu, walaupun kesadaran diri lebih
kepercayaan diri pada anak didik, karena mengetahui potensi yang dimiliki.
Karakter itulah yang pada saatnya terwujudkan menjadi perilaku yang bersangkutan
(www.dikmenum.go.id).
Pada masa akhir mahasiswa, diharapkan seseorang sudah dapat menetapkan
ragu mengenai sesuatu yang sebenarnya cocok bagi dirinya. Ketika seorang
studinya (Zarfiel dan Salim, 2006). Ditambahkan oleh Mc Donalds (2006), bahwa
mahasiswa kurang memiliki kesadaran diri, padahal kesadaran diri yang dimiliki
mahasiswa akan mampu untuk membuat pilihan yang benar, membuat kesempatan
efektif, menggambarkan secara baik tipe yang ada pada diri seseorang,
Institut Teknologi Bandung (ITB) dari tiap angkatan putus kuliah. Penyebabnya yaitu
tidak cocok dengan bidang yang dipilih dan mahasiswa memilih pindah ke lembaga
Disebutkan oleh Sari & Dewi (2002) bahwa fenomena yang menarik adalah
memilih jurusan berdasarkan minat kelompoknya atau orang tuanya. Hasil survey
Team Bimbingan dan Konseling pada tahun 1997 menunjukkan bahwa 12,56%
tinggi hingga mahasiswa tersebut lulus, permasalahan selalu ada. Mulai dari
mahasiswa yang tidak bisa bersosialisasi dan beradaptasi dengan baik di lingkungan
kampusnya, tidak bisa bergaul dengan lingkungan yang baru, sampai kepada
rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=4189).
masa dewasa awal mampu mewujudkan karya kreatif, padahal pada masa dewasa
Ezra & Ezra (2007) menjelaskan bahwa apabila seseorang kurang memiliki
self-awareness sering membuat tidak percaya diri, suka bersikap plin plan, tidak
punya prinsip yang kuat, sulit menetapkan tujuan dan target yang ingin dicapai,
karena banyak potensi dan bakat yang dimiliki hanya terpendam saja dan tidak
karakter pribadi, pikiran dan perasaan yang ada, minat dan bakat yang dimiliki.
dapat digunakan pada saat tidak tahu apa yang harus dilakukan, serta seseorang
dapat dikatakan cerdas apabila terampil dalam menemukan jawaban yang benar
mampu mengevaluasi kekurangan dan kelebihan diri dari apa yang telah dilakukan,
dalam dirinya sendiri maupun yang berkaitan dengan proses akademis di bangku
itu, peneliti juga berasumsi bahwa dengan berbekal kesadaran diri yang telah dimiliki
oleh mahasiswa, akan mampu untuk mempersiapkan diri untuk memasuki dunia
kerja atau karier khusus atau mencapai kualifikasi profesional yang akan membantu
Metode Penelitian
Subjek Penelitian
angkatan 2004 - 2006 dan masih aktif sebagai mahasiswa Universitas Islam Indonesia
pada tahun ajaran 2007/2008. Subjek dalam penelitian ini berjenis kelamin pria dan
wanita. Subjek yang diteliti yaitu subjek yang memiliki kesadaran diri tergolong
ini adalah angket. Aspek kesadaran diri dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala kesadaran diri yang diadaptasi dari The Self Awareness
Questionnaire oleh Hall (1970) yang terdiri dari self image, kontrol diri, kreativitas,
Prophetic Intelligence.
untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara
sengaja oleh peneliti. Perlakuan yang diberikan bisa berupa situasi atau tindakan
tertentu yang diberikan kepada individu atau kelompok untuk kemudian dilihat
group design, yaitu desain eksperimen tanpa random yang dilakukan prates
Analisis data penelitian dilakukan dengan cara melakukan t-test terhadap data
kuantitatif pada pre-test dan post-test yang didasarkan pada alat ukur kesadaran diri
yang diberikan kepada subjek penelitian. Software Statistical Product and Service
Solution (SPSS) 12.00 digunakan oleh peneliti untuk membantu dalam perhitungan
Hasil Penelitian
Tabel 1
Deskripsi Kategori Kesadaran Diri Subjek Berdasarkan hasil Post test
Kategori Norma Kelompok kontrol Kelompok
eksperimen
n Presentase n presentase
Sangat rendah X < 172,8 0 0% 0 0%
Rendah 172,8 < X < 273,6 1 10% 0 0%
Sedang 273,6 < X < 374,4 1 10% 1 12,5 %
Tinggi 374,4 < X < 475,2 4 40% 5 62,5 %
Sangat tinggi 475,2 < X 4 40% 2 25 %
Tabel 2
Deskripsi Data pre test kelompok kontrol – kelompok eksperimen
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
KE 8 248 389 347,38 43,638
KK 10 256 564 377,80 83,321
Tabel 3
Deskripsi Data post test kelompok kontrol – kelompok eksperimen
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviatiaon
KE 8 359 498 433,25 46,330
KK 10 265 520 440,90 84,012
Tabel 4
Deskripsi Data gain score kelompok kontrol – kelompok eksperimen
Tabel 5
Uji Normalitas
K–S–Z P Status
Gain score 0,580 0,890 Normal
Pre test 0,632 0,819 Normal
Post test 0,843 0,476 Normal
Tabel 6
Uji Homogenitas
t P Status
Gain score 0,325 0,365 Homogen
Pre test 0,233 0,821 Homogen
Post test 0,146 0,577 Homogen
kesadaran diri mahasiswa, menunjukkan skor p sebesar 0,577, sehingga skor p >
0,05. tidak ada perbedaan kesadaran diri antara subjek yang mengikuti pelatihan
dengan subjek yang tidak mengikuti pelatihan Prophetic Intelligence, atau dengan
kata lain tidak ada perbedaan kesadaran diri antara kelompok kontrol dengan
diri pada kelompok eksperimen antara pre test – post test. Pada kelompok
kelompok kontrol menunjukkan p = 0,066, sehingga nilai p > 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan kesadaran diri antara pre test – post test
Pembahasan
perubahan yaitu pada aspek self image dengan nilai t = -2,640 dan nilai p = 0,033
sehingga p<0,05, aspek kontrol diri dengan nilai t = -4,292 dan nilai p sebesar 0,004
sehingga p<0,01, aspek kreativitas dengan nilai t = -4,322 dan nilai p sebesar 0,003
sehingga p<0,01, aspek kerjasama dengan nilai t = -2,924 dan nilai p = 0,022
sehingga p<0,05, aspek perencanaan dengan nilai t = -3,559 dan nilai p sebesar
0,009 sehingga p<0,01, dan aspek konsentrasi dengan nilai t = -3,406 dan nilai p =
dalam aspek self image, kontrol diri, kreativitas, kerjasama, perencanaan dan
konsentrasi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara langsung atau tidak langsung
Hasil deskripsi data juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-
rata kesadaran diri antara laki-laki dan perempuan. Pada kelompok kontrol pada pre
test menunjukkan skor mean kesadaran diri lebih tinggi pada subjek laki-laki,
sedangkan pada post test menunjukkan skor mean kesadaran diri lebih tinggi pada
subjek perempuan. Pada kelompok eksperimen pada pre test menunjukkan skor
mean kesadaran diri lebih tinggi pada subjek laki-laki, sedangkan pada post test
menunjukkan skor mean kesadaran diri lebih tinggi pada subjek perempuan.
menyadari akan kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya sendiri sehingga
dan keingatan diri secara esensial serta melepaskan diri dari bekasan pengingkaran
dan kedurhakaan kepada Tuhannya dan melepaskan diri dari energi negatif
mengarahkan pikiran dan atau tindakan, kemampuan mengubah arah tindakan jika
tindakan tersebut telah dilakukan, dan kemampuan mengkritik diri sendiri ( Binet dan
Simon, dalam Efendi, 2005). Piaget (dalam Efendi, 2005), mengatakan bahwa
digunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sehingga menurut
hal. Sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita menggunakan ajaran agama
kita dalam memperbaiki kualitas dan nilai-nilai hidup yang kita miliki. Umat Islam
memiliki kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan dua sumber hukum
Islam yang paling utama. Keduanya tidak dapat dipisahkan atau dipertentangkan
(perkataan Allah) yang diturunkan kepada Rasulullah saw melalui perantara malakat
Jibril, sedangkan Al-Hadits adalah segala ucapan, sifat, perbuatan dan perangai
yang ada pada diri Rasulullah saw. Allah swt telah menjamin keaslian Al-Qur’an dan
Allah swt juga telah berfirman bahwa apapun yang diucapkan oleh Rasulullah saw
bukanlah berasal dari hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diberikan oleh Allah
swt. Oleh karenanya sudah sepantasnya pula kita selalu menggunakan Al-Qur’an
dan Al-hadits dalam setiap aktifitas hidup kita. Karena Al-Qur’an dan Al-Hadits dapat
meningkatkan kesadaran diri kita, serta membantu kita dalam setiap permasalahan.
kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki, yang mungkin secara tidak disadari telah ada
tahu seberapa jauh seseorang akan mampu bertahan mengahadapi dan mengatasi
dan potensi seseorang serta siapa yang akan gagal, dan meramalkan siapa yang
akan menyerah dan siapa yang akan bertahan. Kedua, dengan Spiritual intelligence
lingkungan ruhaniahnya serta dapat mengenal dan merasakan hikmah dari ketaatan
Saran
dalam penentuan subjek, serta interaksi antar subjek kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.
2. Memilih kondisi tempat yang lebih nyaman, sehingga para peserta dapat lebih
konsentrasi dan lebih merasa nyaman. Dengan jumlah peserta yang sedikit
jangan memilih tempat yang terlalu luas. Pengaturan tempat duduk peserta juga
harus di perhatikan agar subjek dapat lebih konsentrasi. Agar lebih nyaman
dapat dipilih menggunakan kursi yang baik, sehingga peserta tidak merasa lelah.
Serta memperhatikan kondisi suhu ruangan. Akan lebih baik jika suhu ruangan
dibuat lebih sejuk (tidak panas). Selain itu juga sebaiknya dipilih ruangan yang
kedap suara, sehingga pada saat pelatihan berlangsung tidak terganggu dengan
suara-suara bising dari luar ruangan yang dapat menganggu jalannya pelatihan
di alami oleh setiap orang, karena itu perlu di lakukan persiapan yang lebih
sehingga pelatihan dapat berjalan sesuai jadwal yang telah di tentukan dan
isi dari pelatihan yang diberikan dan manfaat yang diperoleh oleh peserta juga
lebih banyak.
American Heritage Dictionary of the English Language : Fourth Edition . 2000, USA :
Houghton Mifflin Company
Anastasi, A. 1982. Psychological Testing. New York : Macmillan Publishing Co. ,Inc.
As’ad, M. 2002. Psikologi Industri, Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Yogyakarta :
Liberty
Brown, et al. 2005. College students and aids awareness: the effects of condom
perception and self-efficacy
http://findarticles.com/p/articles/mi_m0FCR/is_1_39/ai_n13620075
Phemister & Crewe. 2004. Objective Self-Awareness and Stigma : Implications for
Persons with Visible Disabilities
http://findarticles.com/p/articles/mi_m0825/is_2_70/ai_n6100343
Disusun oleh :
BAMBANG TRI YUDHANTO
SUS BUDIHARTO
___________________