SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam
KUSMIATUN
NIM : 093111362
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Nama : Kusmiatun
NIM : 093111362
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Kusmiatun
NIM: 093111362
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 8 Juni 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul : Upaya Peningkatan Hasil Pembelajaran Hafalan Asma’ul
Husna dengan Metode Menyanyi (Studi Tindakan Kelas
pada Kelas B Raudlatul Athfal Miftahul Huda Glagah
Kulon Dawe Kudus Tahun Ajaran 2010/2011)
Nama : Kusmiatun
NIM : 093111362
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah.
Pembimbing
(Q.S. an-Nisa 4: 9)
PERSEMBAHAN
Kusmiataun
NIM: 093111362
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………….….…………………………. i
HALAMAN DEKLARASI…………...………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING…………………………………………. iv
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………… …………… .…… vi
HALAMAN ABSTRAK………………...………… ...………………… .…… vii
viii
HALAMAN KATA PENGANTAR ………… …… ..………………………
x
HALAMAN DAFTAR ISI ……………………...……………………………
HALAMAN DAFTAR TABEL … ………..………………………………… xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………… ....………… 1
B. Penegasan Istilah………………………………….… ...…...… 3
C. Rumusan Masalah…………… …………………….…… ...…. 4
D.Tujuan dan Manfaat Penelitian………… ..........……..….….... 4
BAB IV : PENUTUP.
A. Kesimpulan ……………………………… .....………………… 50
B. Saran …..........……………………… ..…………………… ...… 50
C. Penutup…………………… ………………… ...………………. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
3
Depdiknas, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain, (Jakarta: Depdiknas,
2006), hlm. 5.
4
Syekh Kholid bin Abdurraman Al Akk,, Cara Islam Mendidik Anak, (Yogyakarta:
Arruzz Media, 2006), hlm. 129.
5
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 334.
Pembelajaran Hafalan Asma‘ul Husna Dengan Metode Menyanyi (Studi
Tindakan Kelas Pada Kelas B. Raudlatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon
Dawe Kudus Tahun Ajaran 2010/2011)
B. Penegasan Istilah
Peneliti mempertegas dan memperjelas kata-kata yang terdapat pada
judul penelitian ini dengan maksud untuk menghindari kesalahan dalam
penafsiran, adapun uraiannya adalah sebagai berikut :
1. Upaya adalah usaha, ihtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan
6
persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya). Yang dimaksud disini adalah
usaha dalam memberikan pendidikan kepada anak didik.
2. Peningkatan dari kata dasar tingkat, jenjang atau babak.mendapat awalan “pe’ dan
akhiran “an” artinya susuna yang berlapis- lapis atau berlenggek-lenggek seperti
lenggek rumah tumpuhan pada tanggga (jenjang) sedangkan yang dimaksud
7
adalah jenjang yang akan dicapai.
8
3. Hasil Pembelajaran, Hasil adalah adalah suatu yang menjadi akibat dari usaha.
Jadi yang dimaksud dengan Pembelajaran adalah usaha siswa mempelajari bahan
9
pelajaran sebagai akibat dari perlakuan guru.
10
4. Hafalan, yang dihafalkan: Ia selalu mendapat nilai baik untuk pelajaran.
5. Asma’ul Husna, adalah nama-nama Allah yang Bagus. Sebagaimana yang
tercantum dalam surat al-A’raf ayat 180 yang artinya Allah mempunyai Asma’ul
11
Husna maka bermohonlah kepadaNya.
6. Metode menyanyi, Metode adalah cara mengajar (mendidik ,meneliti dan
12
sebagainya). menyanyi adalah bernyanyi mengeluarkan suara bernada, berlagu
13
(dengan lirik atau tidak). Jadi yang disebut metode menyanyi
6
Depdiknas , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm.
1250.
7
8 Depdiknas ,Depdiknas , Kamus
Kamus Besar BahasaBesar Bahasa
Indonesia, Indonesia,
hlm. 383. hlm. 1197.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Group 2008), hlm. 216.
D. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian tersebut diatas maka yang menjadi inti dari
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana anak kelas B Raudhatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe
Kudus selama ini belajar menghafalkan Asma’ul Husna?
2. Bagaimana penerapan metode menyanyi dalam pembelajaran hafalan Asma’ul
Husna pada Kelas B Raudhatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe
Kudus?
3. Sejauh mana metode menyanyi dapat meningkatkan hasil pembelajaran hafalan
Asma’ul Husna kelas B Raudhatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe
Kudus?
1. Kajian Pustaka
1. Hasil Pembelajaran
a. Pengertian Hasil Pembelajaran
Mengulas hasil belajar pada dasarnya adalah teknik
memperoleh informasi bagaimana ukuran keberhasilan dan hasil akhir
14
dalam proses pembelajaran. Adapun hasil belajar merupakan
cerminan kemampuan anak yang dicapai dari suatu tahapan
15
pengamalan belajar dalam suatu kompetensi dasar. Menurut
Siskandar yang dikutip Mansyur bahwa kompetensi dasar merupakan
pengembangan potensi-potensi perkembangan anak yang diwujudkan
dalam bentuk kemampuan yang harus dimiliki anak sesuai dengan
usianya.
Untuk memperoleh pemahaman tentang hasil belajar, langkah
yang bijak diantaranya adalah memahami pemikiran para pakar untuk
menerawang konsepnya tentang hasil belajar. Menurut Benjamin S
Bloom dalam karyanya Taxonomy of educational obyectives yang
dikutip Moh Rosyid bahwa hasil belajar ukurannya adalah jika peserta
didik mampu menguasai tiga ranah (domain) yakni Kognitif, afektif
dan psikomotorik oleh Furchan ketiga domain itu identik dengan cipta,
14
Moh Rosyid, Strategi Pembelajaran Demokratis, (Semarang: Unnes Press, 2006), hlm.
41.
15
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), hlm. 71.
rasa dan karsa. Sehingga tiga ranah tersebut ditambahkannya dengan
16
nilai. Sebagaimana penulis jabarkan sebagai berikut:
a). Domain Kognitif pengetahuan yang menyangkut peristilahan,
prinsip dan kaidah, pemahaman dengan menerjemahkan
penafsiran menentukan memperhatikan dan mengartikan.
Penerapan melalui pemecahan masalah menggunakan konsep,
menganalisis mengenali kesalahan merumuskan dan
mengevaluasi dengan harapan mampu menilai berdasarkan norma
tertentu.
2) Domain afektif meliputi penerimaan (mampu menunjukkan, mengakui,
dan mendengarkan), partisipasi aktif, Penilaian/ penentuan sikap (mampu
menerima suatu nilai bersikap positif atau negatif), organisasi (mampu
membentuk sistem nilai, menangkap antar makna bertanggung jawab dan
menyatukan nilai), pembentukan pola hidup (mampu menunjukkan,
mempertimbangkan dan melibatkan diri).
3) Domain psikomotorik meliputi persepsi yakni mampu menafsirkan
rangsangan, peka rangsangan dan mendeskriminasikan, kesiapan (mampu
konsentrasi secara fisik dan mental) gerakan terbimbing, gerakan terbiasa
(mampu berketrampilan dan berpegang pada pola) gerakan komplek
(terampil dan lancar), kreatif (mampu menciptakan yang baru dan selalu
berinisiatif.
4) Domain nilai meliputi nilai kebutuhan berupa ikhlas, ridlo, tawadlu’ dan
istiqomah, nilai Kemanusiaan (toleran adil dan bertanggung jawab, peduli
17
empati dan jujur).
16
17 Moh.
Moh. Rosyid, Rosyid,
Strategi Strategi Pembelajaran
Pembelajaran Demokratis, Demokratis,
hlm. 41. hlm. 41.
19
Moh. Rosyid, Strategi Pembelajaran
Demokratis, hlm. 42.
20
Moh Rosyid, Guru, (Kudus: STAIN Kudus
Press, 2007), hlm. 66.
1) Proses belajar terganggu karena kurang minat terhadap bidang studi.
2) Proses belajar terhambat karena potensi intelektualitas rendah menghadapi
bidang studi tertentu.
3) Belajar terganggu karena gangguan otak .
4) Belajar lambat karena perkembangan IQ lamban.
5) Hasil belajar terganggu bukan karena IQ tetapi karena suatu hal yang belum
21
terdeteksi.
27
Ramayulius, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
2001),
hlm. 79.
28
4) Bagian yang sudah dihafal hendaknya selalu diulang-ulang agar anak tidak lupa.
28
Depag RI, Petunjuk Teknis Proses Belajar Mengajar di RA Bidang Pengembangan
Agama Islam , Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam, 2001), hlm. 7.
29
Ramayulius, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 95.
30
Ramayulius, Metodologi Pengajaran Agama Islam, hlm. 96
31
hadapi. Jadi materi pelajaran yang diberikan oleh guru dengan
cara diulang-ulang akan meningkatkan daya ingat anak.
c. Manfaat Hafalan Asmaul Husna.
Mengajar adalah membimbing pengalaman belajar.
Pengalaman itu sendiri adalah mungkin diperoleh bila murid
dengan keaktifan sendiri bereaksi terhadap lingkungan. Belajar itu
bisa berhasil bila melalui bermacam-macam kegiatan, kegiatan
tersebut dapat digolongkan menjadi keaktifan jasmani dan rohani
ialah murid tidak hanya duduk dan mendengar. Murid aktif
rohaninya jika daya jiwa anak bekerja sebanyak-banyaknya
mengamat-amati, menyelidiki, mengingat-ingat menguraikan,
mengasosiasikan ketentuan yang satu dengan ketentuan yang lain.
Menghafal materi pelajaran pada dasarnya adalah murid
aktif jasmaninya dengan sendirinya juga aktif rohaninya. Hafalan
Asmaul Husna pada dasarnya menuntun murid untuk belajar
sambil mengulang-ulang selain melatih daya ingatnya juga melatih
anak berfikir kepada jalan fikiran tauhid. Tujuan menjelaskan
tauhid ialah agar murid berkembang pikirannya dan memupuk
jiwanya kearah I’tikad yang benar-benar yakin bahwa satu-satunya
32
Tuhan Yang Maha Esa, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam
menjelaskan keimanan kepada Allah, murid cukup dengan
mendengarkan saja dengan tertib dan gembira guru mengulang-
ulang yang penting dapat menyentuh jiwa murid-muridnya
sehingga murid dapat mengikuti jalan fikiran guru yaitu
meyakinkan murid bahwa Allah itu benar Esa.
Dalam pembelajaran hafalan Asma’ul Husna setiap anak
memiliki sejumlah dorongan yang berhubungan kebutuhan yaitu
mengenal nama-nama Allah yang bagus. Disamping itu didalam
menghafalkan Ama’ul Husna guru harus berusaha menumbuhkan
291.
31
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, hlm. 120.
32
Zakiah Daradjat dkk.,
Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam, (Jakarta : Depag, 2004), hlm.
perhatian, minat dan motivasi untuk mempelajarinya, artinya
perhatian sebagai konsentrasi jiwa yang merupakan syarat mutlak
bagi berhasilnya pelajaran-pelajaran.
Sedangkan murid yang mempunyai minat terhadap hafalan
Asmaul Husna dengan sendirinya perhatiannya kearah hafalan
Asmaul Husna tersebut.
3. Metode Menyanyi
Metode mengajar adalah suatu teknik penyampaian bahan
pelajaran kepada murid dimaksudkan agar murid dapat menangkap
pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan
33
baik. Oleh karena itu terdapat berbagai cara yang dapat ditempuh.
Dalam memilih cara atau metode ini guru memperhatikan hakikat anak
didik yang hendak di didik.
Metode menyanyi adalah suatu metode pembelajaran yang
diterapkan pada pembelajaran anak Raudhatul Athfal. Guru berkeyakinan
bahwa metode menyanyi akan menjadikan pemahaman siswa akan lebih
baik. Suasana yang menggembirakan dan kelas yang menyenangkan dan
mendorong partisipasi aktif murid.
Anak pra sekolah adalah peniru ulung yang menyukai proses
kegiatan yang menyenangkan bagi anak seperti bermain akan di ulang-
ulang oleh anak-anak pra sekolah, belajar melalui bermain dengan
34
menggunakan seluruh inderanya.
Menurut Froble pendiri taman kanak-kanak pertama di dunia,
pendiri sekolah di Jerman mengatakan bahwa anak kecil itu seharusnya
dianggap sebagai tumbuh-tumbuhan yang masih meminta pemeliharaan
serta perhatian sepenuhnya dari juru taman. Froble berkeinginan agar
anak-anak kecil itu sedapat mungkin didekatkan dengan alam. Dalam
33
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
hlm. 61.
34
Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum RA, (Jakarta : Depag RI,
2005), hlm. 12.
taman tersebut diajarkan nyanyian-nyanyian, permainan serta macam-
macam pekerjaan anak. Froble ingin menggunakan keinginan untuk
bertenaga dari tiap-tiap anak kecil, hingga segala tingkah lakunya yang
oleh anak-anak sendiri dialami sebagai kesenangan, memberi manfaat
yang sebesar-besarnya, baik untuk hidup lahir maupun untuk
35
rohaninya.
Pendidikan Froble adalah perkembangan yang diawasi, titik berat
pendidikannya adalah kreatifitas. Artinya agar pendidikan anak berhasil
dengan baik, dibutuhkan kriatifitas anak itu sendiri mengembangkan
dirinya. Tujuan akhir pendidikan Froble adalah mencapai integritas diri
dengan alam cosmos ini, sesuai dengan kehendak Tuhan penciptanya
manusia perlu dikembangkan agar mencapai kedudukan yang cocok di
36
jagad raya ini.
Proses pembelajaran di Raudhatul Athfal pada dasarnya adalah
anak yang senang menyanyi, berarti guru memahami karakteristik siwa.
Karakteristik siswa akan sangat mempengaruhi dalam pemilihan strategi,
pengelolaan yang berkaitan dengan menata pengajaran. Sehingga
37
berpengaruh pada hasil belajar.
Metode menyanyi adalah metode yang tepat di terapkan dalam
pembelajaran usia anak pra sekolah atau anak Raudhatul Athfal. Karena
dengan menyanyi anak akan merasa senang dan akan mudah menerima
dan cepat menghafal materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Karena tujuan dari menyanyi yang terdiri dari syair-syair lagu yang
diulang-ulang adalah memupuk perasaan irama dan perasaan estetis
38
memperkaya perbendaharaan kata yang melatih daya ingatan.
Untuk menentukan strategi menyanyi bagi pembelajaran anak
Raudhatul Athfal adalah guru harus memilih lagu-lagu yang sesuai
35
Grace Ananta Irlanari, “ Sejarah Pendidikan Pra Sekolah”, dalam http.www.google.
36com, diakses
Made tanggal
Pidarta12, februari
Landasan 2011.
Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta,1997), hlm. 117 .
Aksara, 2005), hlm. 158.
38
Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Kurikulum RA, hlm. 9
dengan usia perkembangan anak dan mudah dicerna oleh anak. Nyanyian
yang dipakai untuk mengenalkan nama-nama Allah melalui ciptaan dan
sifat-sifat-Nya dapat diajarkan dengan cara menyanyi dengan nyanyian
39
berdasarkan agama.
Berikut ini adalah contoh syair yang dinyanyikan pada materi
Asma’ul Husna, guru dapat mengajak siswa untuk menyanyikan lagu
tentang nama-nama Allah yang Bagus versi sholawat band Wali yaitu :
0
0
0
0
39
Departemen Agama RI, Pedoman
Pelaksanaan Kurikulum RA, hlm. 5.
% #
)* +, % &'
' +*- ./
2' 1& ./
5 7 ,4
2 9* ,2'
*
* 2+
2 7 '
25 A
52 ) B'5C2
C2 2
DE A AA
&' 4 D .
# 5)# 5
1B #F
G /
5HI* 5F +* &-*
F +F J +F*
5' +
L/ M C7
4. Pembelajaran Asma’ul Husna Melalui Metode Mernyanyi
Masa kanak- kanak lazim disebut masa keindahan (estetis)
dimana perasaan terutama memegang peranan penting disamping unsur-
unsur jasmani dan karsa, pikiran mulai bekerja, tetapi unsur pemikiran
dan keputusannya masih oleh perasaan dan kebutuhan-kebutuhan
40
jasmaninya, khayalannyapun memegang paranan penting pula. Jadi
pendidikan agama pada masa anak-anak perlu ditanamkan dengan cara
menyenangkan alasannya anak pada usia dini dalam rangka penanaman
nilai-nilai agama, karena pada masa itu anak-anak memiliki kepekaan
emosi yang tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Pada masa
itu anak mulai mempunyai minat, semua perilaku anak membentuk suatu
pola perilaku, mengasah potensi positif diri, sebagai individu mahluk
sosial dan hamba Allah. Agar minat anak tumbuh subur harus dilatih
dengan cara yang menyenangkan agar anak tidak merasa terpaksa dalam
melakukan kegiatan.
Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh mula-mula
secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat
keagamaan dan selain itu pula dari amalan yang mereka laksanakan
berdasarkan pengalaman yang menurut ketentuan yang diajarkan kepada
mereka. Anak-anak dalam rangka menghafalkan Asma’ul Husna pada
perkembangannya sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan
agamanya di usia dewasanya. Perilaku keagamaan yang dilakukan oleh
anak pada dasarnya diperoleh dari meniru gurunya, baik berupa
pembiasaan maupun pengajaran yang intensif. Dalam segala hal anak
merupakan peniru yang ulung, dan sifat yang peniru ini merupakan
modal yang positif dalam pendidikan keagamaan pada anak. meniru
dinamis dan berkreasi merupakan karakteristik anak. Pembentukan diri
anak terjadi melalui peniruan dari apa yang mereka saksikan
disekitarnya. Anak selalu terdorong untuk aktif melakukan berbagai
40
Ahmad D Marimba, Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al
Ma’arif, 1986), hlm. 96.
aktifitas dalam ekplorasi diri dan lingkungannya. Jadi jika guru dalam
proses pembelajaran di RA memakai metode menyanyi dalam
menghafalkan Asma’ul Husna maka anak akan meniru dan akhirnya pada
aktifitas meniru terjadi proses belajar bagi anak. Belajar adalah
diwajibkan bagi umat Islam sebagaimana firman Allah:
41
Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Depag RI , Semarang, Toha Putra,1989), hlm.
413.
42
Muhibbin Syah, Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
hlm. 87.
Menghafal Asma’ul Husna dengan metode menyanyi pada
dasarnya adalah belajar dengan menggunakan ketiga alat fisio psikis
tersebut. Yang pada intinya guru mengenalkan nama-nama Allah kepada
peserta didik untuk mengajarkan keimanan secara murni dengan metode
yang paling mudah dicerna oleh anak. Sedangkan cara yang
ditauladankan Rasulullah SAW dalam berinteraksi dengan anak-anak
adalah:
1) Mengajarkan kata Allah kepada anak pada awal pembicaraannya, kemudian
dilanjutkan dengan kalimah tauhid .
2) Menanamkan kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada Rasulullah SAW, pada
awal kesadaran pengetahuan, dan kemampuan membedakan baik buruk.
3) Mengajarkan al-Qur’an kepada anak dimulai surat-surat pendek kemudian surat
panjang dan seterusnya dengan membiasakan membaca dan mendengarkan
bacaannya.
43
4) Membiasakan anak-anak sholat pada usia tujuh tahun.
B. Kerangka Berfikir
Metode menyanyi dalam skripsi ini adalah cara penulis rencanakan
dengan tujuan membelajarkan anak untuk meningkatkan hasil pembelajaran
hafalan Asma ul Husna.
Rendahnya hasil pembelajaran hafalan Asma’ul Husna dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya adalah penerapan metode yang kurang tepat
dan monoton. Dengan metode menyanyi diharapkan memberikan warna baru
dalam proses pembelajaran hafalan Asma’ul Husna di kelompok B RA
Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus. Hal ini berdasarkan pemikiran
bahwa metode menyanyi akan menjadikan pemahaman siswa akan lebih baik
dan suasana yang menggembirakan akan mendorong partisipasi aktif murid,
serta memupuk perasaan keagamaan dan memperkaya perbendaharaan kata
serta melatih daya ingat sehingga hasil pembelajaran hafalan Asma’ul Husna
meningkat.
C. Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Penerapan metode menyanyi pada pembelajaran Asma’ul Husna adalah
metode yang paling efektif dan efisien bagi anak Raudhatul Athfal untuk
meningkatkan hasil pembelajaran hafalan Asma’ul Husna pada kelas B
Raudhatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus.
45
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, hlm.
72.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dimana
peneliti melakukan penelitian dilapangan. Penelitian ini juga merupakan
penelitian tindakan kelas karena peneliti melakukan sebuah tindakan untuk
membuktikan efektifitas sebuah metode yaitu metode menyanyi dalam
peningkatan hasil pembelajaran hafalan Asma’ul Husna. Penelitian ini juga
bersifat kuantitatif karena data yang didapatkan berupa data kualitatif
kemudian dirubah menjadi data kuantitatif untuk mengukur efektifitas
penggunaan metode menyanyi pada kelas B Raudhatul Athfal Miftahul Huda
Glagah Kolon Dawe Kudus.
C. Subyek Penelitian
Sebuah penelitian dilakukan untuk memperoleh data yang kemudian
dianalisa dan akhirnya disimpulkan. Dalam sebuah penilitian keberadaan
subyek penelitian merupakan syarat yang harus di penuhi. Dalam penelitian
subyek penelitiannya adalah peserta didik Raudhatul Athfal yang berjumlah
20 anak yang terdiri dari 12 peserta didik perempuan dan 8 peserta didik laki-
laki.
D. Teknik Pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang relevan dalam penelitian ini, maka
peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap
46
suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengamati pembelajaran
Asma’ul Husna di Raudhatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe
Kudus.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
47
pula. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data ditujukan kepada
guru RA untuk siswa Raudhatul Athfal tentang pembelajaran Asma’ul
Husna dengan metode menyanyi di Raudhatul Athfal Miftahul Huda
Glagah Kulon Dawe Kudus.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode untuk mendapatkan data
48
yang berupa dokumen atau barang tertulis. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data yang bersifat dokumenter seperti buku induk, raport
dan surat keterangan lainnya.
d. Metode tes.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
49
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Metode
ini digunakan untuk menguji kemampuan penguasaan siswa terhadap
hafalan Asma’ul Husna.
6. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan upaya-
upaya yang harus ditempuh dalam meningkatkan hafalan Asma’ul Husna
dengan metode menyanyi. Pembelajarn dilakukan dalam 3 siklus, masing-
masing siklus melalui tahapan-tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan
50
dan refleksi.
Sesudah suatu siklus diimplementasikan, khususnya setelah ada
refleksi kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang atau revisi
terhadap implementasi dari siklus sebelumnya. Selanjutnya berdasarkan pada
perencanaan ulang tersebut dilaksanakan terhadap bentuk siklus tersendiri
(Siklus II), dan sesudah siklus II diimplementasikan, setelah ada refleksi
kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang atau revisi terhadap
implementasi dari siklus sebelumnya. Berdasarkan pada perencanaan ulang
tersebut dilaksanakan terhadap bentuk siklus tersendiri (siklus III), setelah
ada refleksi, berarti pada siklus III dapat diketahui bahwa upaya-upaya yang
dilakukan berhasil.
50
Wardani Igak, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas terbuka, 2006),
hlm. 2.3.
G. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari lapangan kemudian dianalisa. Teknik
analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah membandingkan hasil tes
pada setiap tahapan. Jika hasil pembelajaran anak meningkat berarti metode
yang diterapkan yaitu metode menyanyi sangat efektif.
9. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pembelajaran hafalan Asma’ul Husna bagi
anak dalam proses pembelajaran, aspek-aspek yang diamati adalah tentang
pelafalan Asma’ul Husna, menyebutkan Asma’ul Husna serta menghafalkan
Asma’ul Husna. Jadi hafalan anak dalam proses pembelajaran hafalan
Asma’ul Husna standar keberhasilannya adalah berdasarkan pelaksanaan
tindakan siklus I, siklus II dan siklus III. Beberapa tahapan siklus tersebut
terjadi perbaikan kondisi atau perbaikan penguasaan hafalan Asma’ul Husna
dengan metode menyanyi dari siklus sebelumnya.
BAB IV
1. Hasil Penelitian
1. Data Umum Raudhatul Athfal Miftahul Huda a.
Sejarah Berdiri RA Miftahul Huda
RA Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus adalah
lembaga pendidikan agama Islam swasta setingkat pendidikan
prasekolah. Didirikan oleh muslimat Nadhatul Ulama ranting Glagah
Kulon Dawe Kudus. Raudhatul Athfal Miftahul Huda difasilitasi
oleh yayasan pendidikan Islam Miftahul Huda di Desa Glagah Kulon
Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus atas permintaan dan partisipasi
masyarakat yang menginginkan adanya pendidikan Raudhatul
Athfal, maka pada tanggal 25 Juli 1983 didirikan Raudhatul Athfal
Miftahul Huda dan memperoleh SK dari Kementrian Agama dengan
nomor piagam WK/5.b.108.79/RA/ P9M/84 dan sekarang sudah
51
terakreditasi B dan kepala sekolah pertama adalah Hj. Juwariyah.
b. Letak Geografis RA Miftahul Huda
RA Miftahul Huda Glagah kulon Dawe Kudus dilihat dari
letak geografis sangat strategis, karena keberadaannya berada
ditengah-tengah desa, yaitu sebelah timur ada rumah penduduk,
sebelah selatan rumah penduduk, sebelah barat rumah penduduk dan
sebelah utara jalan raya yang merupakan jalur alternatif dari arah
kabupaten kudus kearah kabupaten pati.
3. Visi Misi RA Miftahul Huda
1) Visi
Bertaqwa dan berakhlak mulia, sehat, mandiri, disiplin dan
menguasai ilmu pengetahuan dan seni, cinta lingkungan dan
tanah air.
51
Wawancara dengan Kepala RA Miftahul Huda,
Glagah Kulon Dawe Kudus, 10 Mei 2011
2) Misi
1) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
2) Membudayakan perilaku positif dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengamalkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mengamalkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Keadaan Guru dan karyawan RA Miftahul Huda
Sebuah lembaga pendidikan, guru memiliki peranan penting
bagi kemajuan dan kualitas dilembaga pendidikan dalam proses
pembelajaran. Guru yang mengajar di Raudhatul Athfal Miftahul
Huda Glagah Kulon Dawe Kudus adalah guru yang memiliki
kualifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan karena pengalaman
mengajar sudah dilakukan selama bertahun-tahun menangani
pendidikan prasekolah, ditambah pendidikan yang sesuai dengan
bidangnya. Adapun daftar guru Raudhatul Athfal Miftahul Huda
Glagah Kulon Dawe Kudus secara lengkap dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 1
Daftar Guru dan karyawan RA Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe
Kudus Tahun Ajaran 2010/2011
1 A 20 Hj. Kusmiatun A. Ma
2 B 20 Istiqomah S. Pd.
Jumlah 40
2. Data Khusus
Data tentang hasil pembelajaran hafalan Asmaul Husna pada
kelas B Raudhatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus.
Penelitian lapangan yang penulis lakukan terhadap responden yaitu kelas
B. Raudhatul Athfal Miftahul Huda Glagah kulon Dawe kudus tentang
hasil pembelajaran hafalan As maul Husna.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan hafalan siswa kelas B
Raudhatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus terhadap
hafalan Asmaul Husna dilakukan dengan memberikan tes uji kemampuan
berupa 5 soal tentang materi Asma’ul Husna. Dari jawaban yang mereka
berikan dapat dinilai sebagai indikator tingkat penguasaan mereka
terhadap hafalan Asma’ul Husna. Indikasi-indikasi tersebut adalah sangat
menguasai (SM), menguasai (M), Indikator soal uji kemampuan terdiri
dari pelafalan dan hafalan.
Lima soal berupa implikasinya untuk mengukur kemampuan
penguasaan pelafalan dan hafalan. Kisi-kisi soal tes uji Kemampuan
dapat dilihat pada halaman lampiran-lampiran.
Adapun deskripsi jawaban tes uji tingkat penguasaan kelas
Raudlatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus terhadap
hafalan Asma’ul Husna pra siklus yang dilaksanakan pada tanggal 10
Mei 2011 dengan perolehan nilai sebagaimana dapat dilihat pada
lampiran-lampiran.
Sedangkan prosentasi terhadap tes penguasaan terhadap hafalan
Asma’ul Husna dapat di lihat pada table berikut ini .
Tabel 4
Pra Siklus tingkat penguasaan terhadap hafalan
Asma’ul Husna Kelas B RA Miftahul Huda
Pelafalan Hafalan
No. Kategori Tingkat Kemampuan
F % F %
1 Sangat menguasai (SM) 2 10 0 0
2 Mengusai (M) 3 15 2 10
3 Kurang Menguasai (KM) 2 10 5 25
4 Tidak Menguasai (TM) 10 50 10 50
5 Sangat Tidak Menguasai (STM) 3 15 3 15
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas ini terbagi menjadi 3 siklus yaitu
siklus I, Siklus II, Siklus III.
1. Refleksi Sebelum Tindakan
Dengan hasil uji kemampuan dari tes penguasaan tersebut
diatas dan hasil pengamatan pada tahun ajaran sebelumnya yaitu
tahun ajaran 2009/2010, di Raudlatul Athfal Miftahul Huda Glagah
Kulon Dawe Kudus diperoleh keterangan sebagai berikut :
1) 4 anak merasa ingin mengantuk, menyandarkan kepalanya dimeja
saat pemberian materi hafalan Asma’ul Husna, mereka merespon
sejenak saat ditegur guru, setelah itu kembali ke posisi semula.
2) 6 anak cenderung berbicara sendiri atau sesama teman di
sebelahnya, tidak konsentrasi dan tidak fokus kepada materi yang
diberikan.
3) 5 anak bahkan asyik bermain sendiri karena mereka merasa bosan
mendengarkan materi yang disampaikan guru.
4) 3 anak agak mau mendengarkan materi yang diberikan.
5) 2 anak mau menirukan saat diberikan materi.
Perlu diketahui bahwa kondisi 20 anak memberikan respon
yang berbeda -beda dan keterangan diatas adalah yang terjadi setiap
harinya.
Berdasarkan data-data hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar dari siswa Kelas B Raudhatul
Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus mengalami
kesulitan dalam hafalan dan melafalkan Asma’ul Husna.
Kesulitan dalam melafalkan dan menghafalkan tersebut
dikarenakan beberapa hal antara lain :
1) Rendahnya minat anak untuk menguasai tema menghafalkan
Asma’ul Husna.
2) Kesulitan mereka dalam melafalkan Asma’ul Husna.
3) Proses belajar mengajar yang monoton dan membosankan.
4) Tidak adanya prioritas waktu yang dialokasikan untuk anak dalam
melafalkan dan menghafalkan Asma’ul Husna.
5) Rendahnya kontrol dan motivasi orang tua terhadap putra-putrinya
dalam belajar Asma’ul Husna.
6) Rendahnya partisipasi masyarakat untuk menciptkan suasana yang
kondusif agar anak senang dan sering untuk melafalkan dan
menghafalkan Asma’ul Husna.
Oleh karena itu, perlu adanya peran aktif guru sebagi aktor
sekaligus sutradara dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan
pemahaman serta penambahan daya ingat dalam menghafalkan
Asma’ul Husna, juga memberikan layanan konsultasi dan bimbingan
diluar jam sekolah, bimbingan belajar dan menghafalkan serta
membangun hubungan yang baik dengan orang tua dan lingkungan
untuk mendukung para siswa dalam upaya meningkatkan hasil
pembelajaran hafalan Asma’ul Husna.
Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
guru Raudhatul Athfal Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus
diperoleh keterangan sebagai berikut:
1) Upaya untuk meningkatkan hafalan adalah membangun
meningkatkan kerja sama guru dengan orang tua murid untuk
memfasilitasi dalam hal waktu, sarana prasarana kepada putra-putri
mereka dalam menghafalkan Asma’ul Husna diluar jam sekolah.
2) Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat penguasaan
anak dalam bidang hafalan Asma’ul Husna adalah dikarenakan
proses belajar mengajar yang monoton sehingga suasana kurang
menyenangkan. Hal ini dikarenakan penerapan metode belajar
mengajar yang monoton dan kurang variatif.
3) Materi yang sepenuhnya belum dikuasai akan menjadikan rendahnya
minat dan motivasi belajar Asma’ul Husna.
4) Meningkatkan terciptanya situasi belajar mengajar yang
menyenangkan disekolah dengan menggunakan metode-metode
pelengkap dan menunjang dalam proses pembelajaran hafalan
Asma’ul Husna, sehingga pembelajaran lebih bervariasi , lebih
menyenangkan dan dapat menghilangkan kebosanan.
Hal tersebut disampaikan oleh guru Raudhatul Athfal
Mifthul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus . Secara psikologis,
sebagai guru mereka merasa belum menyelesaikan tugas guru
sebagai motivator dalam membimbing murid-murid untuk
meningkatkan hasil pembelajaran hafalan Asma’ul Husna. Sehingga
mereka beranggapan bahwa mereka masih mempunyai tugas yang
belum diselesaikan .
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
untuk meningkatkan daya ingat dalam hafalan dapat dilakukan
dengan meningkatkan penguasaan pada bidang hafalan Asma’ul
Husna, sedangkan peningkatan motivasi dan semangat hafalan yang
melibatkan semua pihak terkait dalam mengawasi, memotivasi dan
membimbing para anak dalam menambah daya ingat pada bidang
hafalan Asma’ul Husna.
Demi mencapai hasil yang maksimal maka selanjutnya
peneliti melakukan diskusi dengan kolaborator yaitu ibu Muslikhah
A.Ma. Diskusi tersebut menghasilkan Rencana tindakan kelas
dengan menambah kapasitas hafalan siswa dengan metode
menyanyi.
Adapun langkah-langkah pemberian bimbingan dengan
metode menyanyi adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasikan Siswa
Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik tingkat
laku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran hafalan
Asma’ul Husna.
2) Identifikasi Masalah
Langkah ini ditempuh untuk memetakan jenis masalah yang
dihadapi oleh para siswa.
3) Diagnosa Masalah
Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab kurangnya
tingkat hafalan siswa.
4) Pragnosa
Hal ini dilakukan untuk mencari alternatif jalan pemecahan
masalah (problem solving) yang mungkin ditempuh.
5) Pemberian Batuan Menambah Hafalan dengan Cara :
1) Merancang metode menyanyi untuk materi Asm’ul Husna .
2) Membuat rencana kegiatan harian (RKH) dengan membuat dengan
menerapkan metode menyanyi.
3) Menyiapkan lembar refleksi hasil pembelajaran.
6) Evaluasi Kegiatan
Evaluasi ini dilakukan dengan membuat lembar observasi untuk
mengetahui kondisi mereka selama masa bimbingan. Rencana
tersebut dilakukan dengan beberapa siklus sampai berhasil
meningkatkan tingkat hafalan pada anak.
2. Pelaksanaan Siklus 1
Pelaksanaan siklus 1 dilakukan pada hari kamis tangggal 12
Mei 2011 dapat berjalan dengan lancar tanpa halangan yang berarti.
Sesuai dengan rancangan rencana tindakan bimbingan menghafal atau
mengingat, maka tindakan yang pertama kali dilakukan adalah dengan
mengidentifikasikan gaya belajar, frekwensi dan intensitasnya dan
mengetahui sebab-sebab kurangnya hafalan anak. Hal ini dilakukan
untuk mencari solusi yang tepat dalam rangka keluar dari
permasalahan pada pembelajaran Asma’ul Husna.
Dari identifikas terhadap para siswa yang peneliti dilakukan
pada jam istirahat dan sebelum bel masuk kelas dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1) Semua siswa mengatakan bahwa mereka tidak pernah menghafal Asma’ul
Husna dengan menyanyi di luar kelas.
2) Semua siswa mengatakan bahwa mereka menghafal Asma’ul Husna agak
kesulitan dan pada pembelajaran selanjutnya mereka malas
mendengarkan materi tersebut.
3) Siswa ketika dirumah, sebagian besar memilih bermain, menonton televisi
dan belajar bidang pengembangan lain yang mereka senangi.
Dari jawaban-jawaban yang telah diperoleh tersebut ternyata
pernyataan-pernyataan mereka hampir sama dan saling mendukung.
Hal ini menunjukan bahwa jawaban yang diberikan oleh responden
adalah objektif dan apa adanya. Indikator objektifitas jawaban mereka
juga dapat dilihat dari kesamaan jawaban yaitu ketika dirumah
memang tak pernah di ingat. Setelah diagnosa permasalahan
didapatkan, langkah selanjutnya adalah melakukan prognosa yaitu
mencari jalan alternatif atau solusi untuk memecahkan masalah bagi
anak dalam pelafalan dan hafalan.
Pada tahap ini didasarkan pada kesulitan dalam hafalan.
Alternatif yang ditempuh dalam siklus I ini adalah memberikan cara
pelafalan yang benar dalam mengucapkan Asma’ul Husna selama ini
kurang fasih. Kemudian guru memberikan bimbingan kepada mereka
untuk mengingat pelafalan yang benar, setelah itu guru harus
mendampingi anak serta mengontrol pelaksanaan tahapan tersebut
sehingga berhasil secara optimal. Perincian tindakan ini selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5
Upaya Peningkatan Pelafalan Asma’ul Husna
No. Tujuan Upaya / Tindakan
1. Menghilangkan a. Memberikan contoh cara pelafalan Asma’ul
Aspek Kesulitan Husna dengan benar.
pada Anak dalam b. Menggunakan mulut sebagai media
pelafalan Asma’ul pembelajaran, atau meminta salah satu anak
Husna yang sudah mampu melafalkan Asma’ul
Husna dengan benar sehingga menarik
minat anak-anak yang lain agar lebih
termotivasi untuk memperhatikan dan
mengikuti cara pelafalan yang benar.
c. Melaksanakan monitoring dan evaluasi
terhadap keberhasilan bimbingan pada
siklus I serta menyusun rencana bimbingan
Siklus II.
Sedangkan upaya atau tindakan untuk meningkatkan hafalan
Asma’ul Husna adalah tercantum pada tabel dibawah ini.
Tabel 6
Upaya Peningkatan Hafalan Asma’ul Husna Siklus I
3. Pelaksanaan Sklus II
Berdasarkan hasil yang dilakukan pada siklus pertama, maka
pada siklus kedua ini peneliti merumuskan beberapa analisis sebagai
berikut :
1) Penguasaan menghafal secara komprehensif belum mampu dikuasai
oleh semua anak.
2) Penguasaan untuk mengingat yang telah di kuasai oleh 5 anak,
sedangkan yang lainnya mulai termotivasi untuk mengejar ketinggalan
dari teman-teman sekelasnya.
3) Perubahan metode dan kondisi belajar mengajar dikelas menjadikan
suasana dalam kegiatan belajar- mengajar pada bidang hafalan Asma’ul
Husna semakin kondusif dan menyenangkan.
4) Setelah tindakan siklus pertama terjadi peningkatan prosentase anak
yang mampu menghafal ada 5 anak atau 25 % dari 0 %
sebelum tindakan siklus I.
Dengan menganalisis data-data yang ditemukan pasca
tindakan siklus pertama peneliti mengadakan diskusi dengan
kalaborator untuk yang kedua kalinya dalam menentukan langah-
langkah dalam langkah-langkah yang berikutnya .dari hasil diskusi
dengan kalaborator, peneliti mengambil langkah-langkah dalam
tindakan siklus kedua sebagai berikut :
1) Mangambil satuan tindakan tambahan bimbingan menghafal atau
mengingat bidang hafalan Asma’ul Husna dalam hal ini yang
digunakan adalah 1- 44 Asma’ul Husna disebutkan dengan menyanyi.
2) Mempersiapkan materi dalam rangka perbaikan pelafalan dan
penambahan daya hafalan pada anak yang telah mengalami kemajuan
pasca tindakan siklus pertama.
3) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan selama pelaksanaan
tindakan siklus kedua berlangsung.
4) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan bimbingan pada siklus kedua ini.
5) Melakukan wawancara pasca tindakan siklus kedua.
Langkah awal pada siklus kedua ini adalah mengidentifikasi
permasalahan yang menjadi penyebab kurang maksimalnya
pelaksanaan tindakan pada siklus pertama sekaligus menemukan upaya-
upaya pemecahannya. Adapaun rumusan tindakannya adalah tetap
memaksimalkan tindakan pada siklus pertama dengan penambahan
metode untuk memudahkan pemahaman pada anak yang sudah berhasil
menghafal pada siklus pertama, memberikan motivasi bagi anak-anak
lainnya agar segera mampu menghafal Asma’ul Husna.
Pelaksanaan siklus II ini berlangsung pada hari sabtu tanggal
14 Mei 2011. pelaksanaan siklus II ini juga melibatkan partisipasi aktif
dari fihak-fihak terkait seperti guru kelas, guru yang lain , orang tua
murid dan masyarakat sekitar. Peran guru dalam memfasilitasi mereka
yang menjadi sampel dalam penelitian ini sangat dominan dengan cara
recalling atau mengingat kembali materi yang lalu dan secara intensif
menghidupkan kegiatan atau pelafalan secara bersama-sama sebelum
materi berikutnya, dimulai untuk meningkatkan pemahaman dalam
pelafalan dan hafalan anak yang lain serta memperdekat kesenjangan,
kemampuan antara anak yang menjadi sempel dengan teman-teman
yang lain.
Adapun tindakan pada siklus kedua ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 8
Penambahan tindakan pada siklus II
c. Melaksanakanmonitoring danevaluasi
terhadap keberhasilan pada siklus II serta
menyusun rencana bimbingan siklus III
Tabel 9
Upaya peningkatan hafalan menyebutkan Asma’ul
Husna
Tabel 12
Hasil observasi pelaksanaan tindakan Siklus III
2. Pembahasan
Secara keseluruhan siklus tindakan yang dilaksanakan dari sebelum
tindakan siklus I, pelaksanaan siklus I, pelaksanaan siklus II dan
pelaksanaan siklus III dapat jelaskan sebagai berikut :
Sebelum tindakan siklus I dapat peneliti jelaskan bedasarkan tes uji
penguasaan hafalan Asma’ul Husna pada Kelas B Raudhatul Athfal
Miftahul Huda Glagah Kulon Dawe Kudus dapat diketahui bahwa rat-rata
penguasaan siswa terhadap hafalan Asma’ul Husna tergolong masih rendah
dan anak kurang merespon materi.
Pelaksanaan siklus I dapat dijelaskan bahwa setelah dilaksanakan
tindakan siklus I, 6 anak telah mengalami peningkatan penguasaan hafala
Asma’ul Husna dan 4 anak belum mengalami peningkatan yang positif.
Pelaksanaan siklus II dapat dijelaskan bahwa setelah siswa
mengikuti bimbingan belajar dalam pelafalan dan hafalan pada siklus II, 4
anak yang pada siklus I mengalami permasalahan pada siklus II ini tinggal 3
anak yang perlu mendapatkan bimbingan khusus, bimbingan ini mereka
ikuti dalam tindakan siklus III.
Pelaksanaan siklus III dapat dijelaskan bahwa siswa setelah
memperoleh bimbingan dalam siklus III mengalami banyak peningkatan
dalam penguasaan hafalan Asma’ul Husna yaitu sebanyak 19 anak,
sedangkan 1 anak masih dinilai kurang menguasai hafalan Asma’ul Husna.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pebahasan pada penelitian yang telah peneliti
tuangkan dalam penulisa skripsi ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Tindakan siklus I menunjukkan hasil yang memuaskan yakni sudah ada
peningkatan dalam hafalan yaitu 11 anak atau 55 % anak telah mampu melafalkan
dari materi Asmaul Husna.6 atau 30 % dari responden secara bertahap sudah
dapat memusatkan perhatian dan melafalkan dengan baik setelah mengikuti
bimbingan . 1 atau 5 % responden kurang menguasai pelafalan walaupun sudah
mengikuti bimbingan. 2 atau 10% responden sangat tidak menuasai .
2. Tindakan Siklus II dapat di simpulkan bahwa anak yang mengalami peningkatan
penguasaan pelafalan sudah meningkat yaitu 10 anak sudah benar dalam
pelafalannya. Namun masih ada 2 anak yang belum menguasai hafalan 1samapi
44 dari Asma’ul Husna ,. 3 anak yang sebelum siklus pertama tidak menguasai
pelafalandan hafalan Asma’ul Husna tetapi pada tindakan tindakan siklus II ini
sudah mampu melafalkan dan menghafalkannya Asma’ul Jusna.
3. Tindakan Siklus III 5 anak atau 25% sangat menguasai untuk melafalkan dan
menghafalkan 99 Asma’ul Husna 14 anak atau 70 % anak menguasai untuk
mengingat 99 Asma’ul Husna dan hanya 1 anak 5 % yang kurang menguasai
hafalannya.
2. Saran
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru adalah sebagai actor sekaligus sutradara
didalam kelas, maka guru dituntut untuk membimbing siswa dengan
menggunakan metode yang relevan sesuai dengan usia perkembangan
anak,sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
2. Siswa RA yang cenderung suka menyanyi harus diarahkan dengan baik melalui
lagu keagamaan daya ingat siswa untuk mengingat materikeagamaan juga yang
berisi nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dapat terbina dengan baik.
3. Sekolah hendaknya menyediakan sarana prasarana seperti alat peraga atau media
pengajaran yang menunjang keberhasilan metode menyanyi , misalnya tape
recorder, VCD, TV, serta proyektor, untuk digunakan sebagai media
pembelajaran.
4. Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak, hendaknya selalu
memantau, mengawasi, membimbing, memotivasi, putra-putrinya ketika dirumah,
agar anak selalu belajar sehingga anak mampu menguasai materi pembelajaran
yang telah diajarkan oloeh gurunya disekolahan.
3. Penutup
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, berkat bimbingan,
anugerah, rahmat dan taufiqNya. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
guna memperoleh sarjana Pendidikan Islam Program Strata I dalam ilmu
pendidikan agama Islam IAIN Walisongo Semarang.
Penulis sadar bahwa skripsi yang penulis susun ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun yang
selalu penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Dengan segenap kerendahan hati penulis mohon kepada Allah SWT
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat pada diri penulis khususnya
dan kepada para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005.
Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, Semarang: Toha Putra, 1989.
1. Coba lafalkan 44 Asma’ul Husna dengan menyanyi versi sholawatan band wali.
2. Coba lafalkan 55 Asma’ul Husna dengan fasih dan benar.
3. Coba lafalkan 55 Asma’ul Husna dengan menyanyi versi sholawatan band wali.
4. Coba lafalkan 99 Asma’ul Husna dengan menyanyi versi sholawatan band wali.
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
(Untuk siswa)
Senang
Tidak senang
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA
(Untuk Guru)
1. Hal-hal apa sajakah yang dapat menumbuhkan minat anak untuk selalu mengingat
Asma’ul Husna.
2. Factor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kurangnya minat anak dalam
menghafalkan Asma’ul Husna.
3. Bagaimanakah pendapat anda mengenai kesulitan belajar Asma’ul Husna,
melafalkan atau menghafalkan?
4. Bagaimana langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi pesoalan tersebut pada
nomor 3 diatas?
5. Apakah meteri yang belum sepenuhnya dipahami atau dihafal menyebabkan anak
merasa malas dan bosan dan lainya dalam mengikuti pembelajaran hafalan
Asma’ul Husna?
Lampiran 7
PEDOMAN OBSERVASI
Untuk Guru
1. Persiapan guru dalam pembelajaran materi Asma’ul Husna
2. Penguasaan guru terhadap materi Asma’ul Husna.
3. Metode yang di pakai dalam pembelajaran hafalan As maul Husna.
4. Alat peraga yang di gunakan dalam pembelajaran materi Asma’ul
Husna.
5. Cara guru memberikan contoh dalam pembelajaran hafalan
Asma’ul Husna.
6. Cara guru mengatasi kesulitan dalam pembelajaran hafalan
Asma’ul Husna.
7. Hasil pembelajaran Hafalan Asma’ul Husna dengan metode
menyanyi.
Untuk Siswa
1. Perhatian anak dalam pembelajaran hafalan Asma’ul Husna
2. Minat anak dalam pembelajaran Hafalan Asma’ul Husna .
3. Keaktifan anak dalam pembelajaran hafalan Asma’ul Husna
4. Kesulitan yang di alami anak dalam pembelajaran hafalan Asma;ul
Husna.
5. Nyanyian yang di senangi anak dalam pembelajaran Asma’ul
Husna.
Lampiran 8
LEMBAR OBSERVASI
LEMBAR PENILAIAN
Petunjuk Penilaian
√ : Anak sangat menguasai (SM) pelafalan dan hafalan Asma.ul Husna.
● : Anak menguasai (M) pelafalan dan hafalan Asma’ul Husna.
x : Anak kurang menguasai (KM) pelafalan dan hafalan Asma’ul Husna
○ : Anak tidak menguasai (TM) pelafalan dan hafalan Asma’ul husna.
- : Anak sangat tidak menguasai (STM) pelafalan dan hafalan Asma.ul Husna.
Lampiran 10
9. Kompetensi Dasar
Anak memahami dan mengenal sifat-sifat Allah melalui ciptaan-Nya
35. Indikator
1. Melatih disiplin.
2. Membiasakan mengucap salam.
3. Membiasakan mengucap do’a
4. Membiasakan melafalkan Asma’ul Husna
5. Lebih cepat untuk menghafal Asma’ul Husna.
III. Tujuan Pembahasan
1. Anak dapat melafalkan Asma’ul Husna dengan fasih dan benar.
2. Anak dapat menghafalkan Asma’ul Husna dengan benar.
3. Anak lebih cepat untuk menghafal Asma’ul Husna
IV. Materi Media dan Sumber
a. Materi : Hafalan Asma’ul Husna
b. Media : Mulut
c. Sumber : Amdjat Al Hafidz, Nadham Asma’ul Husna Semarang
Universitas Wahid Hasyim , 2009.
d. metode : Menyanyi
22. Kegiatan Pembelajaran / Langkah Kegiatan A.
Pembukaan atau kegiatan awal.
1. Berbaris
2. Salam pembuka.
3. Berdoa sebelum belajar.
4. Berdoa untuk ke dua orang tua
5. Berdoa selamat Dunia Akherat .
6. Membaca surat al Fatihah
7. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan .
B. Kegiatan Inti
1. Guru mengulang contoh pelafalan 99 Asma’ul Husna dengan fasih dan
benar
2. Guru mengulang pelafalkan dan hafalan 22 Asma’ul Husna dengan
menyanyi pada waktu bermain, beristirahat, pada waktu menunggu
dijemput orang tuanya.
3. Guru mengamati anak dan memberi kesempatan untuk bertanya.
4. Guru mengulang materi apabila ada anak yang belum jelas.
5. Anak ,menyebutkan atau melafalkan Asma’ul Husna sesuai yang
diajarkan oleh guru.
6. Guru mengamati anak dan memberikan bimbingan bagi anak yang
membutuhkan.
3. Istirahat
1. Berdoa sebelum dan sesudah makan.
2. Bermain diluar kelas.
4. Kegiatan Akhir.
1. Mengulang materi yang telah diajarkan oleh guru.
2. Memberikan informasi kegiatan anak besuk.
3. Berdoa .
4. Salam .Pulang.
Lampiran 15
I. Kompetensi Dasar
Anak memahami dan mengenal sifat-sifat Allah melalui ciptaan-Nya
II. Indikator
a. Meningkatkan penguasaan pelafalan dan hafalan 22 Asma’ul Husna
b. Mengetahui 22 Asma’ul husna berikutnya.
c. Mengetahui 25 Amaul Husna berikutnya.
61. Tujuan Pembahasan
1. Anak dapat melafalkan dan menghafalkan 22 Asma’ul Husna dengan fasih dan
benar.
2. Anak dapat menghafalkan dan menhafalkan 22.Asma’ul Husna dengan benar.
3. Anak lebih cepat untuk menghafal 25 Asma’ul Husna berikutnya.
IV. Materi Media dan Sumber
a. Materi : Hafalan Asma’ul Husna
b. Media : Mulut
c. Sumber : Amdjat al Hafidz, Nadham Asma’ul Husna Semarang
Universitas Wahid Hasyim , 2009
d. metode : Menyanyi
22. Kegiatan Pembelajaran / Langkah Kegiatan A.
Pembukaan atau kegiatan awal.
1. Berbaris
2. Salam pembuka.
3. Berdoa sebelum belajar.
4. Berdoa untuk ke dua orang tua
5. Berdoa selamat Dunia Akherat .
6. Membaca surat al Fatihah
7. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan .
2. Kegiatan Inti
1. Guru mengulang contoh pelafalan 99 Asma’ul Husna dengan fasih dan
benar
2. Guru melafalkan 22 Asma’ul Husna dengan menyanyi .
3. Guru mengamati anak dan memberi kesempatan untuk bertanya.
4. Guru mengulang materi apabila ada anak yang belum jelas.
5. Anak melafalkan dan menghafalkan 99 Asma’ul Husna sesuai yang
diajarkan oleh guru.
6. Guru mengamati anak dan memberikan bimbingan bagi anak yang
membutuhkan.
3. Istirahat
1. Berdoa sebelum dan sesudah makan.
2. Bermain diluar kelas.
4. Kegiatan Akhir.
1. Mengulang materi yang telah diajarkan oleh guru.
2. Memberikan informasi kegiatan anak besuk.
3. Berdoa .
4. Salam
5. Pulang.