Anda di halaman 1dari 5

RINTANGAN ADALAH DORONGAN, BUKAN HAMBATAN

Alumni Berprestasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)


Dra. Veronika WR Andrews, MBA.
Menjalani kehidupan tidaklah lurus, mulus, dan mudah. Ada waktunya hal yang kita
sudah kejar dan rencanakan matang-matang tidak berjalan dan menuntun kita pada hilangnya
asa. Namun rintangan ini bukanlah alasan kita untuk terhambat dan berhenti. Setidaknya itulah
cara Alumni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS)
ini memandang rintangan dalam kehidupannya.
Dra. Veronika Wiwiek Ruswiyanti Andrews, MBA adalah Alumni Berprestasi UNS
tahun 2022 mewakili FISIP. Beliau adalah lulusan Ilmu Komunikasi tahun 1989. Salah satu
orang Indonesia yang berhasil meniti kariernya di luar negeri khususnya di Amerika, beliau
bekerja di salah satu perusahaan penerbangan terbesar di dunia, Boeing. Dari sekian banyak
faktor yang membawa beliau pada kesuksesannya ini, beliau yakin bahwa sudut pandang beliau
tentang rintangan sebagai dorongan untuk berkembang adalah yang paling vital dan berpengaruh.
Kembali pada masa muda beliau ketika masih menjadi mahasiswa di UNS, beliau aktif
dalam kegiatan Senat Mahasiswa. Interaksi dan organisasi adalah kegemaran beliau sebagai
seorang mahasiswa ilmu komunikasi. Namun kewajiban yang lebih penting kala itu
mengharuskan beliau untuk melepas kegemarannya. Beliau menikah dan mempunyai keluarga
sehingga waktu menjadi lebih terbatas untuknya bisa ikut aktif dalam kegiatan Senat Mahasiswa.
Hal ini juga menjadi salah satu rintangan beliau untuk menimba ilmu sembari mengurus anak
dan suami. Namun hal ini tidak menjadi alasan untuk beliau berhenti. “Tidak jadi alasan, justru
keluarga menjadi dorongan saya untuk terus maju.”, tambah beliau. Begitu pula pada
prestasinya, beliau tetap aktif mengikuti berbagai lomba. Memang dalam keluarga beliau
mengalir darah kesenian baik dari bapaknya yang seorang pemain keroncong sampai dengan
saudaranya yang bermain dan juga pemiliki grup musik keroncong, hal ini membawa beliau pada
kegemaran bermain gitar, melukis, dan berpuisi. Beliau pernah mengikuti kelompok pelukis dan
juga memenangkan juara menulis puisi tingkat Solo kala itu dengan hadiah Rp 60.000.00. Tidak
melihat nilainya, beliau tetap bangga dapat menjuarai kompetisi tersebut.
Dengan segala rintangan sebagai dorongannya untuk menyelesaikan studinya di UNS.
Beliau mampu lulus sebagai Dokteranda (Dra) atau yang sekarang kita kenal sebagai Sarjana
Ilmu Komunikasi (S. I. Kom). Beliau berbagai cerita bahwa di masanya skripsi masih dikerjakan
dengan mesin ketik. Di tengah pengerjaannya, skripsi yang harusnya sedikit lagi selesai malah
rusak karena ulah anaknya yang kala itu berumur 3 tahun. “Anak saya tidur, jadi saya tinggal ke
belakang sebentar. Ketika kembali skripsinya sudah dalam bentuk sobekan kertas. Gimana mau
marah sama anak 3 tahun. Jadi saya yang mengulang ketik lagi.”, ceritanya sembari tertawa akan
hal yang lalu.
Setelah lulus dari UNS, beliau mulai membangun kariernya di Indonesia. Beliau pernah
bekerja sebagai Supervisor Public Relations di instansi Pendidikan dan Pelatihan Komputer.
Kemudian, salah satu sahabat beliau menawarkan posisi Marketing Manager di salah satu hotel
internasional yang saat itu menjadi tempat menetapnya teknisi luar negeri yang bekerja di
Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yang saat ini dikenal sebagai PT Dirgantara Indonesia
(PTDI). Dengan kemampuan bahasa Inggris dan komunikasinya, beliau bertugas untuk
menyakinkan mereka agar tinggal lebih lama di hotel. Koneksi ini membuat banyak tamu asing
dan keluarga mereka yang menjadi teman beliau dan mereka menawarkan beliau untuk
memberikan kursus kepada anak-anak mereka sehabis selesai bekerja. “Saya menerima dengan
senang hati, karena saya menerima hasil tambahan yang lebih banyak dari gaji saya di hotel. Ini
berarti saya bisa membantu ibu dan adik-adik saya. Ibarat pepatah, sekali merengkuh dayung,
dua tiga pulau terlampaui. Atau bisa juga sambil menyelam minum air, namun pepatah yang
kedua ingin saya tambahkan, yaitu jangan lupa kembali muncul ke permukaan, karena bila tidak
lagi muncul, bukan keuntungan yang didapati, tetapi petaka.”, sambung beliau.
Meskipun pernikahannya yang pertama tidak berjalan seperti yang direncanakan, beliau
tetap menjalani kesehariannya dengan anaknya sebagai dorongan. Setahun kemudian, beliau
bertemu dengan suaminya yang sekarang, dia berasal dari Amerika Serikat dan mempunyai dua
anak laki-laki yang keduanya adalah murid – murid beliau. Dia adalah seorang Insinyur
Struktural dan bekerja di IPTN. Beliau menikah setelah lima tahun menjalin hubungan bersama.
Krisis ekonomi Indonesia tahun 1990-an berimbas pada IPTN dan kondisi ini memaksa
beliau untuk ikut pulang ke kampung halaman suaminya di Amerika. Beliau harus rela melepas
kariernya di Indonesia saat itu. Bersama dengan suami, beliau pindah ke Washington, Amerika.
Di sini beliau harus belajar segala hal mulai dari keseharian hidup dan kebiasaan yang ada di
sini. “Saya harus berusaha blending dengan orang-orang sini.”, ucapnya. Rintangan ini sekali
lagi menjadi dorongan beliau untuk belajar lagi. Culture shock, tidak menjadi alasan untuk beliau
memulai meniti kariernya di negara orang. Beliau kembali melamar kerja di berbagai tempat
dengan gelarnya dari UNS ini.
Pengaruh suami yang bekerja di Boeing kala itu menumbuhkan minat beliau untuk juga
bekerja di sana. Namun setelah melamar berkali-kali dan tidak ada hasilnya, beliau akhirnya
bekerja di Services Alternative, sebuah lembaga swadaya masyarakat khusus untuk remaja.
Walaupun telah memiliki, keinginan beliau untuk diterima di Boeing belum pupus. Beliau paham
bahwa gelar sarjana dari UNS saja belum cukup untuk bisa menggapai mimpinya ini. Beliau
percaya bahwa untuk bisa bekerja di Boeing, beliau merasa harus memiliki technical/computer
skills. “Saya mulai memikirkan untuk kembali kuliah mengambil program computer science.”,
tambahnya melengkapi penjelasan sebelumnya.
Untuk wewujudkan hal itu, di siang hari beliau berkuliah dan di malam hari beliau
bekerja. Dikarenakan perkuliahan di sana sangat mahal dan anak-anak beliau juga sedang
berkuliah, beliau memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan. Beliau akhirnya
mendapatkan pekerjaan di malam hari sebagai pekerja malam (graveyard-shift) di perusahaan
Menta Group dengan tugas yang hampir sama dengan pekerjaan sebelumnya, yaitu mendidik dan
mengawasi anak-anak nakal. Akhirnya beliau dapat kuliah di Everett Community College.
“Bekerja di malam hari ada keberuntungannya. Anak-anak yang beliau awasi kebanyakan tidur.
Beliau menggunakan kesempatan itu untuk belajar dan mengerjakan PR. Beliau mendapatan
nilai A di pemograman kumputer, dosen beliau meminta beliau untuk menjadi asistennya.
Tugasnya membantu mahasiswa kalau ada yang tidak dimengerti, memeriksa PR, dan
melaporkan hasilnya kepada dosen pembimbing. Selain itu, belaiu bekerja dua jam sehari
sebagai computer lab assistant. “Gajinya minimum, tapi pengalaman yang saya cari,” jelas
beliau menceritakan kembali masanya kembali lagi menjadi seorang mahasiswa. Selain
pekerjaan di atas, beliau juga sempat menerima tawaran untuk membersihkan rumah dan
apartemen di sore hari. Semua hasilnya untuk membiayai kuliah beliau.
Segala rencana telah beliau susun dengan rapi, namun sekali lagi hambatan datang.
Beliau harus kembali berpindah tempat tinggal ke Brazil dikarenakan suaminya yang dipindah
tugaskan ke sana. Bukan kali pertama merasakan perpindahan, beliau mengambil kesempatan ini
untuk belajar bahasa Portugis di sekitar tempat tinggalnya. Setelah satu tahun, beliau dan suami
kembali berpindah ke California. Di sini akhirnya beliau dapat melanjutkan studinya dan
“Graduated with Honors.”
Sekembalinya ke Seattle, Washington, beliau kembali mencoba untuk melamar ke
Boeing dan akhirnya diterima dengan kontrak 3 bulan sebagai Data Entry. Kesempatan ini tidak
beliau sia-siakan. Beliau bekerja dengan aktif dan tidak hanya itu, beliau berusaha untuk
memperkenalkan dan menawarkan diri ke divisi lain. “Kalau lagi istirahat saya suka berkunjung
ke divisi lain terus kenalan, Hello, my name is Veronika, I have many experiences on this and
that, Please let me know if you have opening position dan kasih mereka resume saya.”, cerita
beliau. Usaha tidak mengkhianati hasil, di akhir masa kontraknya, beliau kembali ditawari di dua
divisi yang berbeda. Mulai dari sinilah beliau mulai mendaki di salah satu perusahaan
penerbangan terbesar di dunia, Boeing.
Setahun bekerja di Boeing, beliau menerima persetujuan untuk meneruskan kuliah ke
S2 atau Master Degree Program dari manajer beliau. Tidak menyia-nyiakan waktu untuk
bersantai, beliau mengambil kesempatan itu sebaik-baiknya walaupun saat itu usianya menginjak
kepala empat. Beliau kembali mengenyam pendidikan Magister di University of Phoenix dan
Graduated with Honors dengan gelar Magister of Business Administration (M.B.A.).
Saat ini beliau menjabat sebagai Project Manager di Boeing Commercial Airplanes
(BCA) Business Operantions Functional Excellence dengan tanggung jawab membuat rencana
proyek, memimpin, dan mengalokasi pekerjaan kepada semua Insiyur-Insiyur di dalam timnya.
Selain itu wanita pencinta motor gede ini juga yang sebelumnya pernah menjabat sebagai
President di Boeing Asian and Pacific Association (BAPA). Sekarang beliau adalah Vice
President and Founder dari Boeing Indonesian Association (BIA). Selama lebih dari 14 tahun di
Boeing, beliau sudah memimpin banyak proyek bernilai multimillion dollars. Tidak berhenti
sampai situ, beliau adalah penerima penghargaan dari Society of Asian Scientists and Engineers
(SASE) Organization pada tahun 2019 mengalahkan peserta lainnya dari 140 perusahaan besar
di Amerika.
Tidak hanya aktif sebagai karyawati di Boeing, beliau juga aktif di berbagai kegiatan
sosial. Beliau tergabung dalam tim Diversity and Inclusion yang membuat beliau sangat aktif
mendalami isu keanekaragaman dan inklusi dalam komunitas beliau. Hal ini membawa beliau
sebagai penerima penghargaan Boeing Global Diversity Award pada tahun 2018. Selain itu,
aktifnya beliau mendukung mendukung Diversity and Inclusion dan terlibat dalam kampanye
untuk Boeing University Outreach proyek di Indonesia serta menjadi penerjemah bahasa
Indonesia membuat beliau menjadi Boeing Ambassador untuk Indonesia. Beliau juga pernah
memenangkan Boeing Asian Pacific Association’s Photo Contest dengan menyuarakan
aspirasinya atas isu Asian Hate kala itu dengan slogan beliau, We are Asian Strong and can do
more!.
Dengan segala pengetahuan yang terkumpul semenjak masa mudanya, beliau juga aktif
berbagi ilmu kepada mahasiswa dan mengisi International Lecturer. Beliau pernah mengisi di
International Lecturer with Institute Technology Bandung (ITB) dengan judul Introduction to
Aircraft Certification. Setelahnya beliau juga pernah mengisi di International Lecturer with
University of Sebelas Maret (UNS) dengan judul Success in the West. Beliau bergabung kembali
dalam forum UNS di Campus Internationalization.
Dalam kesempatan ini, beliau menyampaikan harapannya untuk UNS baik dosen,
mahasiswa, maupun alumninya. Kepada para alumni UNS, beliau harap semua bisa menjadi duta
yang mengharumkan nama almamater dan bisa mengaplikasikan semua value yang pernah
ditanamkan saat mengenyam pendidikan di Universitas. Untuk dosen, beliau berpesan untuk
mampu bersinergi, belajar bersama menuntut ilmu, saling bertukar pikiran dan pendapat. Semoga
UNS dan FISIP khususnya menjadi lebih baik, dapat menciptakan para lulusan yang berkualitas
dan memiliki akreditasi jurusan yang tinggi baik di dalam dan di luar negeri. Untuk mahasiswa
yang saat ini tengah menempuh pendidikannya di UNS, beliau menyampaikan bahwa kalian
harus bisa hidup dan bertahan di tengah abad ke-21 yang penuh tantangan ini. Berusahalah untuk
mengharumkan nama Universitas kita di manapun kalian berkarya dan kemudian jangan lupa
kembali ke universitas kita dengan pengalaman yang kita dapatkan. Beliau percaya dengan
dukungan semua pihak, Universitas Sebelas Maret akan menjadi semakin kuat dan handal.
Di akhir sesi, beliau menutup dengan ucapan dies natalis UNS ke 46. “Happy 46th
Birthday to my beloved school Universitas Sebelas Maret, I am so proud to graduate from our
school. You will be forever in my heart and I'll be here to support you as I can. Success
always!”, ucapnya dengan penuh haru dan semangat.

Anda mungkin juga menyukai