NIM : AKF18185
KELAS : F4
Sediaan tablet adalah sediaan padat dengan bentuk bulat pipih , keras dan kering,
terdiri dari bahan aktif dan bahan tambahan serta dibuat dengan proses pencetakan
menggunakan tekanan yang tinggi.
Sejarah sediaan solid tablet
1. Paracelsus (1541-1493 SM) membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat
aktifnya.
2. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan
teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
3. Ibnu Sina (980-1037) menulis cara pembuatan sediaan obat seperti pil,
supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai
negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan
yang lebih baik.
Bentuk sediaan tablet umumnya berbentuk bulat dengan permukaan datar, namun ada
bentuk tablet yang juga dibentuk khusus seperti berbentuk kaplet, segitiga, lonjong,
empat persegi, dan enam persegi (heksagonal). Hal ini dimaksudkan oleh produsen
tablet tersebut hanya sekedar untuk membedakan produknya terhadap produk dari
pabrik lain.
Keunggulan sediaan tablet
a. Praktis dan efisien. Artinya waktu peresepan dan pelayanan di apotek dapat lebih
cepat, lebih mudah dibawa, dan disimpan.
b. Mudah digunakan dan tidak memerlukan keahlian khusus.
c. Dosis mudah diatur karena merupakan sistem satuan dosis (unit dose system)
d. Efek yang ingin dihasilkan dapat diatur, yaitu dapat lepas lambat, extended release,
enteric tablet, orros, dan sebagainya.
e. Bentuk sediaan tablet lebih cocok dan ekonomis untuk produksi skala besar.
f. Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak yaitu dengan penambahan salut
selaput/salut gula.
g. Bentuk sediaan tablet memiliki sifat stabilitas gabungan kimia, mekanik, dan
mikrobiologi yang cenderung lebih baik dibanding bentuk sediaan lain.
Kekuragan tablet
1. Sukar di telan karena sediaan biasanya berukuran besar dan juga dapat berakibat
rasa sakit di tenggorokan, dan sebagainya.
2. Waktu hancur lebih lama dibanding bentuk sediaan lain, seperti yang berbentuk
larutan, injeksi, dan sebagainya.
3. Tidak dapat digunakan terhadap pasien yang dalam kondisi tidak sadar atau
pingsan.
4. Biasanya rasa pahit.
Persyaratan sediaan tablet
1. Harus berdasarkan SNI dan pedoman sediaan / CPOB ( cara pembuatan obat yang
baik )
2. Harus memenuhi syarat evaluasi
a. keseragaman bobot.
Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan
sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Tablet tidak bersalut harus
memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang
20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot
rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga
yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10
tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata
– rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
g. Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan
CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
h. Tabel Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah
sebelum ditelan.
2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi dan pipi.
Biasanya keras dan berisis hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di
tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin.
Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris)
sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh
selaput lendir di bawah lidah.
a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur)
yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
b. Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang
di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung
antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga
untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.
4. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus
steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB, mencegah kehamilan).
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril
dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)
c. Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat atau
cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli
farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi
tertentu.