Anda di halaman 1dari 8

‫‪Taat Kepada Pemimpin‬‬

‫‪KHUTBAH PERTAMA‬‬

‫إَُّ اىـذََِذَ ىٔئّ َّـذََِذُُٓ وََّغَِتعٍُُِْٔٔ وََّغَِت ِغفٔشُُٓ‪ ،‬وََّعُى ُر ثِبهللِ ٍٔ ِِ شُشُوسِ ؤَِّفُغَِْب َو ٍٔ ِِ عٍَِّئَبدٔ ؤَََِْبىَْٔب‪ٍَِِ ،‬‬
‫ٌَهِذٔٓٔ اهللُ فَيَب ٍُعٔوَّ ىَُٔ‪ ،‬وَ ٍَ ِِ ٌُعِٔيوْ فَيَب َٕبدٔيَ ىَُٔ‪ ،‬وَؤَشِهَذُ ؤَالَّ إِىََٔ إِالَّ اهلل وَدِذَُٓ ىَب شَشٌِِلَ ىَُٔ وَؤَشِهَذُ ؤََُّ‬
‫ٍُـذََٖذاً َْجِذُُٓ وَسَعُىىُٔ‬
‫ٌَب ؤٌَٗهَب اىَّزٌَِٔ آٍَُْىا اتٖقُىا اىئََّ َد ٖق ُتقَبتٔ ٔ وَىَب تََُىُتِٖ إِىَّب وَؤَِّتٌُِ ٍُغِئَُىَُ‬
‫ط اٖتقُىا سَثٖنٌُُ اىَّزٔي خََيقَنٌُِ ٍِِٔ َّفْظٍ وَادٔذَحٕ وَخََيقَ ٍِْٔهَب صَوِجَهَب وَثَثَّ ٍِْٔهََُب سِجَبىًب مَثٔريّا‬
‫ٌَب ؤٌَٗهَب اىْٖب ُ‬
‫وَِّغَبءً وَاٖتقُىا اىئََّ اىَّزٔي تَغَبءَىُى َُ ثِ ٔ وَاىْإَسِدَبًَ إَُِّ اىئََّ مَبَُ َْيٍَِنُ ٌِ سَقٍٔجّب‬
‫ٌَب ؤٌَٗهَب اىَّزٌَِٔ آٍَُْىا اتٖقُىا اىئََّ وَقُىىُىا قَىِىًب عَذٌٔذّا‬
‫ٌُصِئخِ ىَنٌُِ ؤَََِْبىَنٌُِ وٌََ ِغفٔشِ ىَنٌُِ رُُّىثَنٌُِ َو ٍَ ِِ ٌُطٔعِ اىئََّ وَسَعُىىَُٔ َفقَذِ فَبصَ فَىِصّا َْظٍَّٔب‬
‫َؤٍٖب َثعِذُ‬

‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah‬‬

‫‪Bertakwalah kepada Alah, taatlah kepada-Nya, jagalah perintah-Nya, jangan kalian memaksiati-Nya, dan‬‬
‫‪bersyukurlah atas segala kenikmatan-Nya. Allah berfirman,‬‬

‫إُِ تَ ْنفُشُوا فَئَُِّ اهللَ غًٌَِّْ َْْنٌُِ وَالٌََشِظَى ٔىعٔجَبدٔٓٔ اىْ ُنفْشَ وَإُِ تَشِنُشُوا ٌَشِظَُٔ ىَنٌُِ‬
‫‪“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai‬‬
‫”‪kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.‬‬
‫)‪(QS. Az-Zumar: 7‬‬
Termasuk sebab-sebab perpecahan dan keretakan hati adalah sifat dengki, saling membenci, dan apa saja
yang bisa membuat kebencian orang lain seperti jual beli najsy (yaitu Sistem jual beli dengan menaikan
harga barang penjualan setelah penjual ridha kepada penawar pertama. Tujuannya adalah memudharati
pembeli –red.)

Ketahuilah wahai saudara-saudaraku rahimakumullah, bahwasanya Allah memerintahkan kepada para


pemimpin kaum muslimin untuk menunaikan beban di pundak mereka beruma amanat rakyat. Hendaklah
mereka menegakkan hukum dengan adil, menegakkan hukuman dan mencegah ahli maksiat dari
kemaksiatannya. Hendaklah mereka memperhatikan rakyat, tidak membebani apa yang memberatkan
umat, Allah berfirman,

َ‫وَا ِخفٔطِ جََْبدَلَ ىٔ ََ ِِ اتٖجَعَلَ ٍَِٔ اىَُْ ِؤٍِْٔني‬


“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.”
(QS. Asy-Syua’ra: 215)

Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada rakyat agar mendengar dan taat
kepada pemimpin. Menaati mereka dalam perkara yang mereka perintahkan atau yang mereka larang,
selagi perintah itu tidak memaksiati Allah. Allah berfirman,

ِ‫ٌَبؤٌَٗهَب اىَّزٌَِٔ ءَاٍَُْىا ؤَطٍٔعُىا اهللَ وَؤَطٍٔعُىا اىشٖعُىهَ وَؤُوِىٔى اْ َألٍِشِ ٍْٔنٌُِ فَئُِ تََْبصَِْتٌُِ فًٔ شَىِءٍ فَشُدٗوُٓ إِىَى اهلل‬
ً‫غ ُِ تَإْوٌِال‬
َ ِ‫وَاىشٖعُىهِ إُِ مُْتُ ٌِ تُ ِؤٍُْٔى َُ ثِبهللِ وَاىٍَْ ِىًِ اْألَخٔشِ رَىٔلَ خٍَِشْ وَؤَد‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-
Qur'an) dan rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59)

Kewajiban menaati pemimpin kaum muslimin adalah sebauh aqidah dalam agama ini, yaitu keyakinan
beragama seorang muslim kepada Rab-nya. Apabila seorang penguasa atau pemimpin memerintahkannya
dengan suatu perintah maka wajib untuk dilaksanakan, selama tidak memaksiati Allah, dan jika pemimpin
melarang sesuatu, wajib untuk berhenti dan meninggalkannya.

Pemimpin adalah para ulama dan para penguasa. Menaati mereka membawa kebaikan agama dan dunia,
dan menyelisihi mereka adalah kerusakan agama dan dunia. Para pemimpin adalah ibarat perisai,
melindungi jalan-jalan kaum muslimin dari orang-orang yang ingin merampok, mengambil harta,
membunuh, atau merusak kehormatan, mencegah orang yang ingin merusak keamanan, mereka
memimpin rakyat ketika berjihad di jalan Allah, membela harta, dan kehormatan.

Karena pertimbangan besarnya manfaat dan kebaikan ini, maka para ulama mengatakan wajibnya menaati
penguasa walaupun dia orang yang fasik. Apabila dia shalat mengimami orang-orang, maka wajib shalat
bersamanya. Dalam arti tidak menghindarkan diri untuk menjadi makmumnya.
Sebagaimana wajib menaati para pemimpin, maka wajib pula untuk menasihati mereka, menampakkan
kebaikan mereka dan menyembunyikan kejelekan mereka. Haram berbiacara yang dapat menyebabkan
kemarahan hati mereka. Barangsiapa yang tidak mampu untuk menasihati, maka doakanlah kebaikan bagi
mereka.

Sebagaimana seluruh warga negara wajib menaati para pemimpin maka wajib pula untuk menasihati
mereka, menampakkan kebaikan mereka dan menyembunyikan kejelekan mereka. Haram berbicara yang
dapat menyebabkan kemarahan hati mereka. Barangsiapa yang tidak mampu untuk menasihati, maka
doakanlah kebaikan bagi mereka.

Sebagaimana seluruh warga negara wajib menaati pemimpin, demikian pula halnya dengan para
pendatang. Mereka wajib untuk melaksanakan apa yang telah ditetapkan negara berupa syarat-syarat bagi
pendatang. Janganlah mereka membuat kerusakan di muka bumi, jangan menyebarkan perkataan yang
beracun, jangan menipu ketika bekerja. Barangsiapa yang menyelisihi syarat-syarat yang telah ditetapkan,
atau membantu orang untuk menyelisihi syarat-syarat ini, maka dia telah bermaksiat kepada pemimpin.
Dalam sebuah hadis yang mulia Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang menaatiku maka telah menaati Allah. Dan barang siapa yang memaksiatiku aka telah
memaksiati Allah. Barang siapa yang menaati pemimpin maka telah menaatiku, dan barang siapa yang
memaksiati pemimpin maka telah memaksiatiku.”

Dalam hadis yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam perkara apa yang dia senangi dan yang
dibenci kecual apabila diperintah berbuat maksiat. Apabila (pemimpin) memerintahkan kemaksiatan,
maka tidak usah mendengar dan taat.”

Karena dalil-dalil ini dan selainnya, sebagian ulama berkata, “Senantiasa manusia dalam kebaikan selagi
mereka mengagungkan penguasa dan ulama, jika mereka mengagungkan dua golongan ini, Allah akan
membua tbaik dunia dna akhirat mereka. Termasuk mengagungkan ulama dan penguasa adalah jangan
menyebarkan kepada manusia kejadian yang dia lihat, akan tetapi hendaklah dia kembalikan kepada
kedua golongan ini. Allah berfirman,

ََُٔٔ‫وَإِرَا جَأءٌَُِٕ ؤٍَِشْ ٍَِِّ اْ َأل ٍِِِ ؤَوِ اْىخَىِفٔ ؤَرَاُْىا ثِ ٔ وَىَىِ سَدٗوُٓ إِىَى اىشٖعُىهِ وَإِىَى ؤُوِىٔى اْألٍَِشِ ٍِْٔهٌُِ َىعَي‬
ً‫عوُ اهللِ َْيٍَِنٌُِ وَسَدََِتُُٔ الَتَٖجعِتٌُُ اىشٍِٖطَبَُ إِالَّ قَئٍال‬
ِ َ‫اىَّزٌٔ َِ ٌَغِتَِْجطُىَُّٔ ٍِْٔهٌُِ وَىَىِالَ ف‬
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu
menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka,
tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenerannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
(Rasul dan ulil amri) Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu
mengikut setan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)” (QS. An-Nisa: 83)

Para pemimpin dan rakyat memiliki tauladan yang baik pada diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
dan sahabatnya radhiallahu’anhum tatkala santer kabar Bani Quraizhah melanggar perjanjian, sesudah
kekalahan golongan yang bersekutu dalam perang khandaq. Rasulullah menugaskan salah satu sahabat
untuk memastikan pelanggaran Bani Quraizhah, kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Jika kamu mendapatkan kabar maka lantangkanlah suaramu apabila kamu hendak
menghadapku, dan jika kamu mendapati mereka telah melanggar maka beri saya isyarat tanpa para
sahabat mendengarnya.”

Rasulullah menginginkan darinya untuk mengangkat suara tatkala mereka tidak melanggar perjanjian
karena hal itu bisa menguatkan jiwa kaum muslimin dan bisa membangkitkan kekuatan kaum muslimin.
Demikian juga isyarat tatkala mereka melanggar perjanjian, karena hal itu bisa menjadi dorongan bagi
kaum munafikin, dan pengabaran dipihak Rasul sesuai dengan cara yang dipilihnya.

Oleh karena itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah selesai Shalat Zuhur, dan Nabi
memerintahkan sahabat agar tidak Shalat Ashar kecuali di Bani Quraizhah, tidak dijumpai dari para
sahabat kecuali tunduk dan patuh.

ِ‫وَّفَقَْـًَِ اهللُ وَإٌَِّبمٌُِ ىٔإَدَاءِ اىْإٍَبَّخٔ وَدَََبَّب جٍََِٔعّب ٍَِٔ اىْئِظَبَْخٔ وَاىْـخٍَٔبَّخٔ وَ َغفَشَ ىََْب وَىٔىَىٔذٌَِْٔب وَىٔـجٍََِٔع‬
ٌٍُِٔ‫ إَُِّٔ ُٕىَ اى َغفُىِسُ اىشَّد‬،ٍََِِٔٔ‫اىْـَُغِي‬

KHUTBAH KEDUA

‫ وَتَىََّْذَ ٍَِِ ؤَظَبَْهَب وَؤََْذَّ ىَُٔ َْزَاثّب‬،ً‫اىْـذََِذُ ىٔي ٔ اىَّزٔي وََْذَ ٍَِِ َدفٔظَ اىْإٍَبَّخَ وَسََْبَٕب ؤَجِشّا جَِضٌِال‬
َُٔ‫ ؤَشِهَذُ ؤَُْ الَ إىََٔ إالَّ اهللُ وَدِذَُٓ َال شَشٌِِلَ ى‬،ِّٔٔ‫ ؤَشِنُشُُٓ َْيَى تَتَبثُعِ إِدِغَب‬،ََٔٔٔ‫ ؤَدََِذُُٓ َْيَى جَضٌِِ ِو ِّع‬،‫وَثٍِِال‬
‫ صَيَّى اهللُ َْيٍَِ ٔ وَْيَى‬،ٔ‫ دَثَّ َْيَى ؤَدَاءِ اىَْإٍَبّخٔ وَدَزَّسَ ٍِِٔ اىْـخٍَٔبَّخ‬،ُُٔ‫وَؤَشِهَ ُذ ؤَُّ ٍُذَََّذّا َْجِذُُٓ وَسَعُىِى‬
:ُ‫ َؤٍٓب َثعِذ‬،‫آىٔ ٔ وؤَ ِصذَبثِ ٔ وعَيَّ ٌَ تَغِئٍَِّب‬
Orang muslim yang benar-benar mengamalkan apa yang telah dia ketauhi dari kitabullah dan sunah
nabinya, walaupun kebanyakan manusia menyelisihi keduanya.

Allah berfirman,

ِ‫ض ٌُعٔيُّىكَ َْ ِِ عَجٍِوِ اهلل‬


ِ ِ‫وَإُِ ُتطٔعِ ؤَمْثَشَ ٍَِِ فًٔ اْألَس‬
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am: 116)

Wahai kaum muslimin, ambillah pelajaran dari orang yang berhasil, bagaima dia bisa berhasil? Agar kita
bisa meneladaninya. Pelajari pula orang-orang yang binasa, bagaimana dia binasa?! Agar kita bisa
menjauhinya.
Janganlah kalian merasa kesepian dalam menapaki kebenaran karena sedikitnya orang yang
menempuhnya, dan janganlah kalian tertipu karena banyaknya orang yang jatuh dalam kebinasaan karena
banyaknya orang yang mengikutinya.

Kita memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat, sebagaimana kita memohon
pertolongan untuk menunaikan hak-hak-Nya, dan supaya menjadikan kita semua termasuk orang yang
saling tolong-menolong bersama pemerintah kita dalam kebaikan dan ketakwaan, dan tidak menjadikan
kita termasuk orang yang saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.

ِ‫ٌَبؤٌَٗهَب اىَّزٌَِٔ ءَاٍَُْىا ؤَطٍٔعُىا اهللَ وَؤَطٍٔعُىا اىشٖعُىهَ وَؤُوِىٔى اْ َألٍِشِ ٍْٔنٌُِ فَئُِ تََْبصَِْتٌُِ فًٔ شَىِءٍ فَشُدٗوُٓ إِىَى اهلل‬
ً‫غ ُِ تَإْوٌِال‬
َ ِ‫وَاىشٖعُىهِ إُِ مُْتُ ٌِ تُ ِؤٍُْٔى َُ ثِبهللِ وَاىٍَْ ِىًِ اْألَخٔشِ رَىٔلَ خٍَِشْ وَؤَد‬
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-
Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa: 59)

ْ‫اَىيَّهٌُٖ ا ْغفٔشِ ىٔيَُْ ِؤٍٍَِِِْٔ وَاىَُْ ِؤٍَْٔبدٔ وَاىَُْغِئٍََِِٔ وَاىَُْغِئََبدٔ األَدٍَِبءِ ٍِْٔهُ ٌِ وَاْألٍَِىَادٔ إِّٖلَ عٍََِٔعْ قَشٌِِت‬
ٔ‫ت اىذَْٖىَاد‬
ُ ٍِِ‫ٍُج‬

ْ‫سَثَْٖب ا ْغفٔشِ ىََْب وَىٔئِخِىَاَِّْب اىَّزٌَِِٔ عََجقُىَِّب ثِبىْئٌََِِبُٔ وَىَب َتجِ َعوْ فًِٔ قُيُىِثَِْب غٔيًّب ىٔيَّزٌَِِٔ آٍَُْىا سَثَْٖب إِّٖلَ سَءُوف‬
ٌٍْٔ‫سَد‬
‫ اَىيَّهٌُٖ ؤَِْْٔهٌُِ َْيَى‬،ٍََِِٔٔ‫ اَىيَّهٌُٖ وَِّفقْهٌُِ ىََٔب فٍِٔ ٔ صَيَبدُهٌُِ وَصَيَبحُ اْإلِعِيَبًِ وَاىَُْغِي‬،‫اَىيَّهٌُٖ ؤَصِئخِ وُىَبحَ ُؤٍُىِسَِّب‬
ٌِِ‫ اَىيَّهٌُٖ ؤَِثعٔذِ َِْْهٌُِ ِثطَبَّخَ اىغٗىِءِ وَاىْ َُفْغِذٌَِِٔ وَقَشِّةِ إِىٍَِه‬.ٍَََِِٔ‫اْىقٍَٔبًِ ثََِهَبٍٔهٌِِ مَََب َؤٍَشِتَهٌُِ ٌَب سَةٖ اْىعَبى‬
ُٕ‫صذٍَِِٔ ٌَب سَةٖ اْىعَبىٍَََِِٔ اَىيَّهٌُٖ ؤَصِئخِ وُىَبحَ ُؤٍُىِسِ اىَُْغِئٍََِِٔ فًِٔ مُوِّ ٍَنَب‬
ٔ ‫ؤَ ِٕوَ اْىخٍَِشِ وَاىْٖب‬

ٌُٖ‫ اَىيَّه‬،ِ‫ اَىيَّهٌُٖ ؤَِْْٔهٌُِ َْيَى طَبَْتٔلَ وَإِذٌِٕٔٔ عَىَاءَ اىغٖجٍِِو‬،ُٓ‫اَىيَّهٌُٖ وَِّفقِ وُىَبحَ ُؤٍُىِسَِّب ىََٔب ُتذٔجُٗٔ وَتَشِظَب‬
ْ‫ إِّٖلَ َْيَى مُوِّ شًَِءٍ قَذٌٔش‬،َِ‫جَِّْجِهٌُِ اْىفَٔتَِ ٍَبظَهَشَ ٍِْٔهَب َوٍَبَث َط‬
‫اَىيَّهٌُٖ آٍْٖٔب فًِٔ ؤَوِطَبَِّْب وَؤَصِئخِ ؤَئَٖٔتََْب وَوُىَبحَ ُؤٍُىِسَِّب وَا ِج َعوْ وِىَبٌَتََْب فًِٔ ٍَِِ خَبفَلَ وَاٖتقَبكَ وَاتٖجَعَ سِظَبكَ ٌَب‬
‫صذَخَ‬
‫سَةٖ اْىعَبىٍَََِِٔ‪ .‬اَىيَّهٌُٖ وَِّفقِ وَىًٖٔ َؤٍِشَِّب ىٔهُذَاكَ وَا ِج َعوْ َََْئَُ فًِٔ سِظَبكَ‪ ،‬وَاسِصُقُْٔ اىِْجطَبَّخَ اىصٖبٔىذَخَ اىَْب ٔ‬
‫ٌَب سَةٖ اْىعَبىٍَََِِٔ‬

‫سَثَْٖب آتَْٔب فًٔ اىذٍَِّٗب دَغََْخً وَفًٔ اىْأخٔشَحٔ دَغََْخً وَقَْٔب َْزَاةَ اىْٖبسِ‬
‫‪Sumber: Majalah Al-Furqon, Edisi 9 Tahun 6, Robi'uts Tsani 1428 H dengan penyuntingan seperlunya‬‬
‫‪oleh redaksi www.khotbahjumat.com‬‬

‫‪Artikel www.khotbahjumat.com‬‬
Yufid Network:

DOWNLOAD
Mp3 Ceramah Islam GRATIS

Developed by: Lihat website lainnya di www.yufid.com


Yufid Network:

iPhone and iPad Ready

Developed by: Lihat website lainnya di www.yufid.com

Anda mungkin juga menyukai