Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR POLA PERGAULAN REMAJA ISLAM DAN

PENGARUH NILAI PANCASILA DALAM


PERGAULANNYA
Abstrac
This research explains how islamic teenagers are socialized and what are their
ways to always practice the moral values in Pancasila. The purpose of this study
is to find out the perspective of Islamic adolescents regarding how they can try
to carry out the moral values contained in Pancasila in everyday life. The
method in this study uses the Descriptive Method which means a method that
describes problems that occur in the present or ongoing. Meanwhile, the method
of data collection in this method the author uses online research by making a
questionnaire or questionnaire to the 15 people who had participated to recount
the youth associations they had experienced. Teenagers usually tend to get
along and follow the direction of cultures that come from the West instead of
following those that have been led by the apostle Muhammad saw. In addition,
without them realizing it, teenagers in the era of the Industrial Technology
Revolution 4.0 are more likely to lead to negative actions because they follow
the growing trends without knowing what they are doing is beneficial or not.
Such as doing deeds deviating from the moral values in Pancasila.
Abstrak
Dalam penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana pergaulan remaja islam
dan apa cara mereka untuk selalu mengamalkan nilai-nilai moral yang ada di
dalam Pancasila. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
prespektif remaja islam mengenai bagaimana cara mereka untuk berusaha
menjalankan nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Metode dalam penelitian ini menggunakan Metode
Deskriptif yang artinya metode yang menggambarkan masalah yang terjadi
pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung. Sedangkan cara
pengumpulan data dalam metode ini penulis menggunakan Metode Kuantitatif
dengan penelitian secara online dengan membuat angket atau kuesioner kepada
15 orang yang telah berpartisipasi untuk menceritakan pergaulan remaja yang
mereka alami. Para remaja biasanya cenderung bergaul dan mengikuti arah
kebudayaan-kebudayaan yang berasal dari Barat bukan mengikuti yang telah
dituntun oleh rasulnya Muhammad saw. Selain itu tanpa mereka sadari remaja
pada era Revolusi Teknologi Industri 4.0 ini lebih cenderung mengarah kepada
perbuatan negatif karena mengikuti tren yang sedang berkembang tanpa
mengetahui apa yang mereka lakukan bermanfaat atau tidak. Seperti melakukan
perbuatan menyimpang dari nilai-nilai moral yang ada di Pancasila.
Pendahuluan
Islam merupakan salah satu agama terbesar yang dianut umat islam di dunia,
telah menimbulkan berbagai macam kehidupan manusia termasuk masalah
pergaulan. Mengingat pentingnya pergaulan bagi setiap umat muslim, Islam
telah menempatkannya sebagai bagian terpenting dalam kehidupan seluruh
manusia, sejak masa dari zaman Nabi Muhammad SAW sampai zaman
sekarang ini. Allah SWT mengutus Nabi besar Muhammad untuk memperbaiki
budi pekerti dan akhlak umat manusia.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa salah satu misi nubuwwah beliau adalah
untuk memperbaiki budi pekerti dan akhlak mulia umat manusia. Masa remaja
merupakan masa yang menyenangkan dan penuh rasa ingin tahu. Ada yang
mengatakan masa remaja merupakan masa seseorang mengalami banyak
perubahan, baik perubahan secara fisik maupun dalam mental remaja. Pergaulan
remaja bisa dilihat dari nilai moral Pancasila bertujuan untuk menumbuh
kembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Nilai Moral pancasila
adalah suatu pedoman bagi masyarakat untuk bertindak hidup sebagaimana
telah diatur dalam Pancasila atau seluruh Indonesia, dengan kata lain moral
pancasila adalah sikap bermasyarakat yang baik dimana harus dilakukan oleh
masyarakat. Pendidikan Moral Pancasila merupakan pendidikan yang berupaya
untuk menumbuh mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Sedangkan remaja menurut pengertian remaja adalah anak-anak yang mulai
beranjak dewasa dari anak-anak, tetapi masih memerlukan arahan dan juga
bimbingan dari orang lain” (Rakhmat 1993b).
Pergaulan remaja seharusnya memperlihatkan perilaku yang mendasar dalam
kehidupan remaja, baik dalam wujud individu, keluarga, masyarakat maupun
dalam kehidupan bernegara. Pergaulan remaja dalam etika Islam merupakan
pelaksanaan dari konsep iman dan juga ibadah, yang mana iman dan ibadah
tidak sempurna kecuali kalau timbul dari etika yang mulia dari hubungan yang
baik terhadap Allah SWT dan makhluk-Nya. Etika mulia diminta kepada setiap
muslim untuk berpegang padanya, sehingga harus dipelihara dan dijaga, tetapi
bukan hanya terhadap makhluknya saja, tetapi juga kita wajib dan lebih lagi
terhadap Allah SWT dari segi aqidah dan ibadahnya (Al-Syaibany 1985).
Jika dilihat dari segi pergaulan remaja saat ini terkesan bebas. Hal ini bisa
terlihat dari banyaknya kaum perempuan yang berjalan kesana-kemari di
jalanan baik pada siang maupun malam. Dilihat dari sisi lain, pergaulan laki-
laki dan perempuan semakin parah, dilihat dari bentuk pacarana yang mulai
bebas apalagi setelah masuknya berbagai jenis budaya asing yang melebur ke
dalam budaya agama Islam. Dari cara berbicaranya juga terlihat aspek yang
tidak sesuai dengan norma-norma agama Islam, karena remaja sekarang tidak
lagi menunjukkan batas etika dalam berbicara dan berperilaku dengan sesama
kaum remaja maupun dengan sesama orang tuanya. Sehingga menimbulkan
kesan bahwa remaja sekarang kurang menjaga harga diri dalam berbicara dan
bertingkah laku.
Melihat perkembangan tersebut, tentunya pergaulan remaja dalam bergaul
sangat mempengaruhi terhadap nilai-nilai kehidupan beragama. Pengaruh yang
ditimbulkan justru pengaruh negatif, sehingga untuk mengatasi hal tersebut
diperlukan berbagai upaya agar kaum remaja harus sesuai dengan konsep yang
diwariskan oleh agama islam dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu metode dari studi melalui penelitian yang penuh hati-
hati dan sempurna terhadap suatu masalah yang dibahas sehingga diperoleh
jawaban yang tepat terhadap masalah tersebut (Hilway:1956).
Metode deskriptif
Menurut Whiteney (1960:55). Metode deskriptif merupakan pencarian fakta
dengan interprestasi yang tepat. Penelitian ini juga mempelajari masalah yang
ada dalam masyarakat, serta bagaimana tata cara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi tertentu, termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-
sikap, pandangan-pandangan, serta bagaimana proses yang sedang berlangsung
dan pengaruh dari suatu fenomena yang terjadi.
Metode kuantitatif
Metode kuantitatif adalah data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif dengan
menghitung atau mengukur. Jadi data kuantitatif lebih banyak terdapat angka
dan bukan kata-kata atau gambar. Sehingga data penelitian kuantitatif tersebut
dapat berupa skala ordinal, nominal, interval ataupun rasio.
Penelitian kuantitaif mencoba untuk memecahkan dan membatasi fenomena
menjadi terukur. dari Metode penelitian ini dapat menggunakan pengukuran
yang terstandar atau menggunakan skala pengukuran data. Sehingga secara
esensial penelitian kuantitaif adalah penelitian tentang pengumpulan data
numerik untuk menjelaskan fenomena tersebut .
penulis menggunakan angket atau kuesioner untuk berpartisipasi kepada untuk
menceritakan pengalaman mereka mengenai pergaulan remaja yang mereka
alami.

Hasil Data
Pertanyaan Presentase jawaban
Ke-
1 Dari 39 responden yang menjawab YA sebanyak 31
responden (79,5%) dan menjawab KADANG-KADANG
sebanyak 8 responden (20,5%)
2 Dari 39 responden yang menjawab YA sebanyak 26
responden (66,7%) dan menjawab KADANG-KADANG
sebanyak 13 responden (33,3%)
3 Dari 39 responden yang mennjawab YA sebanyak 26
responden (66,7%) dan menjawab KADANG-
KADANG sebanyak 13 responden (33,3%)
4 Dari 39 responden yang menjawab YA sebanyak 8
responden (20,5%), menjawab KADANG-KADANG
sebanyak 18 responden (46,2%), dan menjawab TIDAK
sebanyak 13 responden (33,3%)
5 Dari 39 responden yang menjawab YA sebanyak 37
responden (94,9%) dan menjawab KADANG-KADANG
sebanyak 2 responden (5,1%)
6 Dari 39 responden yang menjawab YA sebanyak 29
responden (74,4%) dan menjawab KADANG-KADANG
sebanyak 10 responden (25,6%)
7 Dari 39 responden yang menjawab YA sebanyak 19
responden (48,7%) dan menjawab KADANG-KADANG
sebanyak 6 responden (15,4%), dan menjawab TIDAK
sebanyak 14 responden (35,9%)
8 Dari 39 responden yang menjawab YA sebanyak 39
responden (100%)
9 Dari 39 responden yang menjawab YA sebanyak 36
responden (92,3%) dan menjawab KADANG-KADANG
sebanyak 3 responden (7,7%)
10 Dari 39 responden yang menjawab YA sebanyak 36
responden (92,3%) dan menjawab KADANG-KADANG
sebanyak 3 responden (7,7%)
Analisis
Manusia adalah makhluk sosial yang dimana manusia sangat membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya menjalani kegiatan sehari-hari. Allah
menciptakan manusia dalam banyak perbedaan didalam diri manusia yang satu
dan yang lain. Manusia di dunia ini memiliki banyak perbedaan baik secara
fisik dan psikis seseorang. Dengan adanya perbedaan tersebut Allah berfirman
dalam Alqur’an surah Al Hujurat ayat 13, Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, dan juga menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al
Hujurat [49] :13)
Menurut Hasan Basri (Isa Ahmad, Abduh Ghalib, 2010:10) remaja adalah
Mereka yang telah meninggalkan masa keremaja-remajaanya yang penuh
dengan ketergantungan dan menuju masa tanggung jawab. Masa remaja
ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah
terbayangkan dan dialaminya, dalam bidang fisik maupun psikis seseorang.
1. Peran Keluarga Dalam Pergaulan Remaja
Keluarga menjadi salah satu faktor dalam pergaulan remaja yang ia alami.
Pakar "pengasuhan" Eleanor Maccoby (1992) yakin bahwa ada sejumlah aspek
penting dalam konteks keluarga yang dialami oleh semua anggota keluarga.
Setidaknya, para remaja mengamati perlakuan orang tua terhadap saudara-
saudara mereka, dan belajar dari hal-hal yang mereka amati maupun mereka
alami secara langsung. Suasana hubungan atau suasana hati cenderung
menyebar dan dapat dirasakan oleh mereka yang berada dalam ruangan yang
sama ataupun tidak sama. Dengan adanya pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa lingkungan keluarga bisa menjadi salah satu faktor bagi
seseorang dalam memilih teman sepergaulan remaja. Keluarga terutama bagi
orang tua dituntut untuk bisa mengarahkan, membimbing, dan juga meingatkan
serta mengawasi akhlak dan perilaku remaja. Pada era digitalisasi saat ini
banyak sekali adanya contoh-contoh yang buruk yang terdapat pada media
sosial, dimana hal tersebut bisa mengarahkan remaja menjadi seseorang yang
tidak memiliki rasa malu ,akhlak yang baik, serta membuat generasi sekarang
menjadi rusak. Tugas yang harus dilakukan keluarga dan yang terpenting adalah
orang tua adalah untuk selalu mengawasi serta selalu meingatkan mengenai
memilih pergaulan yang remaja jalani.
Sebagaimana Allah Swt, berfirman dalam surah Al Tahrim ayat :6
َ‫ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُوْ نَ هّٰللا َ َم ۤا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُوْ نَ َما يُْؤ َمرُوْ ن‬
yaaa ayyuhallaziina aamanuu quuu angfusakum wa ahliikum naarow wa
quuduhan-naasu wal-hijaarotu 'alaihaa malaaa-ikatun ghilaazhung syidaadul laa
ya'shuunalloha maaa amarohum wa yaf'aluuna maa yu-maruun
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa
yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkannya"
Maksud ayat diatas dapat dipahami bahwa keluarga mempunyai tanggung
jawab yang sangat besar bagi menjaga pergaulan remaja. Seorang remaja sangat
di tentukan oleh pendidikan mereka yang diperoleh sejak kecil yang dimulai
dari lingkungan keluarganya, oleh karena itu kita sebagai orangtua harus
bertanggung jawab penuh terhadap mengawasi tingkah laku remaja.
Adapun usaha-usaha yang dilakukan keluarga dalam mencegah remaja
memasuki pergaulan remaja yang menyimpang yaitu dengan memberikan
bimbingan, nasehat yang baik,mengawasi dalam setiap pergaulan remaja,
sehingga si remaja itu tidak mudah terpengaruh dalam hal-hal yang negatif ,
memberikan waktu dan perhatian yang lebih dan lain sebagainya, memberikan
nilai-nilai keagamaan dalam lingkungan dikeluarganya. Maka remaja tersebut
agar menjadi remaja yang sholeh, taat kepada orangtuanya dan bermanfaat
kepada masyarakatnya itu sendiri, mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif
seperti kegiatan islami untuk remaja,ceramah agama, dan diskusi dan tanya
jawab seputar masalah keagamaan.

2. Peran Lingkungan Masyarakat Dalam Pergaulan Remaja


Masyarakat juga berfungsi sebagai golongan yang akan dapat diperlukan untuk
kegiatan para remaja. Di lingkungan inilah para remaja lebih banyak
menggunakan waktunya dibandingkan di rumah dan di sekolah. Di dalam
masyarakat para remaja mulai belajar dan memahami orang lain. Remaja
tersebut terbentuk dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungan.
kebiasaan tersebut akan ikut menggambarkan sikap dan perilaku remaja. Oleh
karena itu, masyarakat juga ikut serta membawa tanggung jawab dan ini
merupakan tanggung jawab moral dari setiap individu umat agama muslim.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa 48,7%
responden mengatakan bahwa lingkungan sekitar dapat memengaruhi pola
pergaulan yang mereka alami Tanggung jawab ini hendaknya dilaksanakan
secara sukarela dan dengan penuh kesadaran bahwa pendidikan remaja sebagai
generasi penerus ada di tangan orang tuanya dalam kelompok besar yakni
masyarakat dan sekitarnya, karena sudah menjadi hak bahwa manusia
mempunyai kecenderungan berkumpul dan berinteraksi dengan orang lain,
sehingga perlu dibangun masyarakat muslim yang sebenarnya, berakhlak dan
menggunakan kecerdasan. Masyarakat adalah tempat atau wadah remaja
berinteraksi dengan dunia luar dalam cakupan yang lebih luas lagi. Di sinilah
remaja sudah mulai belajar tentang kebersamaan dan hidup dalam kelompok
yang lebih besar lagi.
Begitu pula dalam halnya pendidikan, masyarakat sebagai tempat remaja
bersosialisasi dan bergaul, turut menentukan kemana arah pribadi mereka.
Bagaimana kebiasaan masyarakat tersebut, begitu pula pribadinya akan
terbentuk sesuai keadaannya. Bila di lingkungannya tempat ia tinggal penuh
dengan suasana keagamaan, maka akan membawa pengaruh positif kepada para
remaja tersebut, dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, masyarakat juga
turut bertanggung jawab terhadap pendidikan generasi selanjutnya. Lingkungan
masyarakat tempat seseorang tinggal sangatlah mempengaruhi kehidupan para
remaja tersebut. Remaja yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan
masyarakat yang berperilaku jelek, kemungkinan besar ia akan tumbuh menjadi
orang yang memiliki sifat sebagaimana sifat yang dimiliki oleh lingkungan
tersebut. Tetapi remaja yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan
masyarakat yang baik ini, memiliki kebiasaan yang juga baik dan tinggi dalam
kemajuannya, maka kemungkinan besar ia pun akan tumbuh menjadi orang baik
sebagai anggota masyarakat yang memiliki kepribadian diri sendiri.
(Takhrudin, 1996).

3. Peran Lingkungan Sekolah Dalam Pergaulan Remaja


Adapun usaha yang bisa dilakukan keluarga dalam mencegah terjadinya
kenakalan remaja yaitu dengan memberikan bimbingan, nasehat-nasehat yang
secara baik, mengawasi dalam setiap bergaulan remaja, sehingga si remaja tidak
mudah terpengaruh dalam hal-hal yang negative, memberikan waktu dan
perhatian lebih dari orangtuanya, memberikan nilai-nilai keagamaan dalam
lingkungan keluarganya.
Mengenai peran sekolah dalam mengembangkan kepribadian remaja, Hurlock
mengatakan bahwa sekolah merupakan faktor penunjang bagi perkembangan
kepribadian remaja (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara
berperilaku. Lahmi, 2016 (dalam Fitri&Santoso, 2018:210) Sekolah sebagai the
three education center (tiga pusat pendidikan) sangat mempunyai peran
strategis dalam pembentukan peserta didik seperti ungkapan Durkheim
seorang sosiologi bahwa Lembaga pendidikan (sekolah) berperan penting
dalam menjaga nilai-nilai moral yang menjadi landasan bagi tumbuh
berkembangnya masyarakat (ikut di dalam remaja).
Menurut Syamsu yusuf dalam jurnal Havighurs mengemukakan sekolah
mempunyai peran atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa
mencapai tugas perkembangannya”. Tugas perkembangan remaja itu
menyangkut aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi sosial, kematangan
pribadi, kematangan dalam mencapai nilai-nilai hidup, dan kematangan dalam
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Salah satu perkembangan remaja yang harus dilaluinya adalah mampu berpikir
secara lebih dewasa dan rasional, serta memiliki pertimbangan yang lebih
matang dalam menyelesaikan masalah. Meeka harus mampu mengembngkan
standard moral dan kognitif yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dan
menjamin konsistitensi dalam membuat keputusan dan bertindak. Dengan kata
lain remaja harus memiliki kemampuan intelektual serta konsepsi yang
dibutuhkan untuk menjadi warga masyarakat yang baik. (Soetjiningsih,2004)
Kesimpulan
Pergaulan remaja menurut agama Islam haruslah selalu berpedoman sesuai
dengan Al-Quran dan Hadits, karena Islam telah mengatur cara-cara berakhlak
yang baik dan bergaul yang benar. Setiap kegiatan mereka dalam bergaul,
bermain, berorganisasi dan mengembangkan kreativitas dan kepribadiannya
selalu dalam suasana Islam. Sebab mereka secara langsung maupun tidak
langsung sudah terorganisasi untuk mendakwahkan agama Islam, sehingga
menjadi generasi muda muslim yang siap menerima amanah dalam
mensyiarkan Islam.
Pergaulan remaja menurut pandanagan pendidikan Islam haruslah diatur dan
dibimbing oleh berbagai pihak, di antaranya yang paling bertanggung jawab
dalam hal pembentukan kepribadian remaja tersebut ialah orang tua atau
keluarga, guru, dan masyarakat oleh remaja tersebut. Sebab ketiganya
merupakan orang yang sangat penting dalam mengarahkan remaja untuk
membentuk pribadi yang berakhlak baik dan juga dengan memberikan
Pendidikan agama islam yang berlandaskan Al-Quran dan Hadits.
Pergaulan remaja seharusnya memperlihatkan perilaku yang dibutuhkan dalam
kehidupannya, baik dalam bentuk individu, keluarga, masyarakat maupun
dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Pergaulan remaja menurut etika
agama Islam merupakan pelaksanaan dari konsep iman dan ibadah, dimana
iman dan ibadah tidak sempurna kecuali kalua ada timbul dari etika yang mulia
dan hubungan yang baik terhadap Allah dan makhluk-Nya. Etika mulia diminta
kepada setiap muslim untuk berpegang padanya, sehingga harus dipelihara dan
dijaga, tetapi bukan hanya terhadap makhluk saja, tetapi juga wajib dan lebih
lagi terhadap Allah swt dari segi aqidah dan ibadahnya.

DAFTAR PUSTAKA
HS, Fachruddin. 1995. Etika Dan Pergaulan Remaja, Cet Ke-II. Jakarta: Rineke
Cipta.
Hurlock, Elizabeth B. 1992. Psikologi Perkembangan, Terj. Istiwidayanti.
Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. 1986. Patologi Sosial Kenakalan Remaja, Cet. I. Jakarta:
Rajawali Press.
Manshur, Syaikh Hasan Hasan. 2002. Cet Ke-2, Metode Islam Dalam Mendidik
Remaja, Terj. Abu Fahmi Huaidi. Jakarta: Mustaqiim.
Maria, Ulfah. 1995. Kecenderungan Kenakalan Remaja, Cet Ke-2. Semarang:
Pustaka Rizki Putra.
Kartini kartono. (2002). Kenakalan Remaja. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
K. Bertens. (200)2. Etika. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Ninik Widiyanti dan Pandji Anoraga. (1987).
Pergaulan remaja Dan Masalahnya. Jakarta:
PT Pradnya Paramita.
Paulus, wahana. (1993). Pergaulan remaja dan nilai-nilai pancasila.
Yogyakarta: Kanisius
Roucek, Joseph S dan roland L. walerren. (1984).
Pegaulan remaja dan etika pergaulan. Jakarta: Bina Aksara
Solomon, Robert C. (1987). pengertian pergaulan remaja.
Jakarta: Erlangga
Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja. Jakarta :PT
Rineka Cipta
Prof. dr. Soetjiningsih, S. (2004). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya.
Jakarta: CV. SAGUNG SETO.

Anda mungkin juga menyukai