Jurnal Utama
1. Espi Noviyani, Dul Pengaruh Return On Assets, Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas Aset
Muid (2019) Tetap Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
Jurnal Pendukung
1. Vicka, Stawati (2020) Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
BAB I
PENDAHULUAN
Komponen Keterangan
Pajak memiliki kedudukan yang sangat kuat untuk kemajuan negara, di Indonesia lebih dari
80% penerimaan negara Republik Indonesia berasal dari pajak. Mengimplementasikan fungsi
pajak sebagai budgetair sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya. Juga sebagai regulerend yaitu melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi (Mardiasmo, 2019). Sehingga penerimaan pajak yang maksimum,
dapat memenuhi target per tahunnya adalah harapan dari pemerintah.
Perkara penghindaran pajak di Indonesia yang pernah terjadi antara lain kasus PT Adaro, PT
Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Coca Cola Indonesia, dan lain sebagainya.
Sayangnya sampai sekarang jumlah kasus tindakan penghindaran pajak yang terjadi di
Indonesia diduga masih cukup banyak. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya
penerimaan negara dan menimbulkan kerugian pada negara. Selain itu, penghindaran pajak
tersebut akan menimbulkan pembangunan nasional yang tidak optimal dan ketidakmerataan
kesejahteraan atau kemakmuran rakyat Indonesia.
Penghindaran pajak merupakan hal yang unik. Karena diperbolehkan akan tetapi tidak
diinginkan, juga kerena sistem pemungutan pajak di Indonesia yang menggunakan self
assessment system dimana wajib pajak orang pribadi maupun badan diberikan kewenangan
untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri sejumlah pajak yang terutang
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Selain itu, penghindaran pajak juga
dapat diduga dipengaruhi beberapa variable diantaranya adalah ukuran perusahaan dan
pertumbuhan penjualan dengan variable moderating struktur modal.
Teori :
Teori keagenan menjelaskan hubungan yang kontraktual antara pemegang saham (principal)
dan manajemen perusahaan (agent) (Jensen dan Meckling, 1976).
Tax Avoidance yaitu segala bentuk tindakan yang mempengaruhi keharusan perpajakan, baik
itu kegiatan yang diizinkan pajak maupun kegiatan tertentu pengurangan pajak disebut dengan
penghindaran pajak (Khalidah Azizah (2016) (Dyreng: 2008)).
4. Pengaruh Return On Asset terhadap Tax Avoidance adalah Negatif (Espi Noviyana, Dul
Muid, 2019)
5. Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Tax Avoidance adalah Positif (Espi Noviyana, Dul
Muid, 2019)
6. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance adalah Negatif (Espi
Noviyana, Dul Muid, 2019)
7. Pengaruh Thin Capitalizion terhadap Tax Avoidance adalah Negatif (Tessa Anggraeni,
Rachmawati Meita Oktaviani, 2021)
8. Pengaruh Perumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance adalah Negatif (Christili
Tanjaya, Nazmel Nazir, 2021)
Subjek :
Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2019-2021
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang diteliti oleh Christili Tanjaya, Nazmel
Nazir (2021) dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Perumbuhan Penjualan Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak”
Dalam hal ini, peneliti melakukan pembatasan pada variabel bebas (independent) yang digunakan
pada penelitian ini yaitu Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan juga Tax Avoidance sebagai variabel
terikat (dependent). Dalam penelitian ini juga peneliti menggunakan variable moderasi yaitu Struktur
Modal. Target penelitian ini adalah Perusahaan Sektor Barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2019-2021.
Motivasi Berdasarkan fenomena terurai diatas, motivasi dari penelitian ini yaitu terdapatnya hasil
Penelitian penelitian yang berbeda dari penelitian terdahulu.
Manfaat Penelitian :
Manfaat atas penelitian yang dilakukan ini ialah peneliti diharapkan dapat memberikan
masukan-masukan dan sumbangan pemikiran mengenai Tax Avoidance khususnya bagi
perusahaan sektor Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan
diatas adalah :
Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharap bisa menjadi sumbangan atau masukan teori berupa bukti berdasarkan
pengalaman (empiris) tentang pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, terhadap Tax
Avoidance.
2. Hasil yang ditemukan dari kajian penelitian ini diharap dapat memberikan informasi,
wawasan, dan referensi tambahan di lingkungan akademis dan juga mempunyai manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Manfaat Praktik 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dan sumbangan
pemikiran mengenai Tax Avoidance khususnya bagi perusahaan sektor barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam Tindakan pengambilan
keputusan bagi pemilik perusahaan, majaner, dan investor.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini secara sistematis terdiri dari 5 bab yang akan dibahas satu per satu, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan gambaran secara umum dan inti permasalah dari penelitian. Bab ini terbagi lagi menjadi
beberapa bagian yang diuraikan, yaitu : latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
Pada bab ini akan dijelaskan secara detail terkait teori yang akan digunakan sebagai dasar penulisan peneliti, serta
penjelasan terkait variabel yang digunakan dalam penelitian. Pada bab ini, juga akan dijelaskan perbedaan kerangka
teori yang dilakukan peneliti sebelumnya dengan yang dilakukan oleh peneliti sekarang, serta perumusan hipotesisnya.
Pada bab ini akan dijelaskan terkait rancangan penelitian, pengertian dan pengukuran dari variabel-variabel yang
digunakan, populasi penelitian, sampel penelitian, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data yang digunakan
Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan penggunaan metode analisis data yang dipilih
peneliti. Pada bab ini juga akan dijelaskan intepretasi mengenai hasil pengujian hipotesis mengenai bagaimana
pengaruh variabel independent dan variabel dependen.
Pada bab ini akan dijelaskan terkait kesimpulan atas penelitian yang dilakukan peneliti, keterbatasan-keterbatasan yang
menjadi hambatan dalam penelitian, serta implikasi dan saran yang dapat dijadikan dasar penelitian selanjutnya dimasa
mendatang.
Syntax Idea: p–ISSN: 2684-6853 e-ISSN: 2684-883X
Vol. 3, No. 2, Februari 2021
Rachmat Sulaeman
Universitas Sangga Buana (USB) YPKP Bandung Jawa Barat, Indonesia
Email: apex.rahmat@gmail.com
Abstract
This study aims to analyze the effect of profitability, leverage and company size on
tax avoidance. The dependent variable in the study was tax avoidance as measured
by using the cash effective tax rate (CETR). This study selects the object of research
in the form of financial reports from property and real estate sector companies
listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2014-2018. The number of
research samples of 30 companies obtained by purposive sampling method with
data analysis techniques using multiple linear regression analysis. The results of
the analysis show that profitability and company size have a significant positive
effect on tax avoidance. This shows that the higher the profitability and company
size, the higher the tax avoidance, but in this study Leverage has a significant
negative effect on tax avoidance. This shows that the higher the leverage, the lower
the tax avoidance.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage dan
ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (Tax Avoidance). Variabel
dependen dalam penelitian berupa pengindaran pajak yang diukur dengan
menggunakan cash effective tax rate (CETR). Penelitian ini memilih objek
penelitian berupa laporan keuangan dari perusahaan sektor property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2018. Jumlah sampel
penelitian sebanyak 30 perusahaan yang diperoleh dengan metode purposive
sampling dengan teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa profitabilitas, dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi profitabilitas dan ukuran perusahaan, maka semakin tinggi
penghindaran pajak, namun dalam penelitian ini Leverage berpengaruh negatif
signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi leverage, maka semakin rendah penghindaran pajak.
Pendahuluan
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan yang sangat besar yang
digunakan untuk melaksakan pembangunan, Pajak dipungut dari warga Negara
354
Rachmat Sulaeman
Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.
Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-
sama pemerintah (Wijoyanti, 2010). Oleh karena itu peran masyarakat dalam
pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1
ayat 1 menjelaskan definisi pajak yaitu merupakan kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh negara terhadap
warga negaranya, berdasarkan undang-undang yang berlaku di mana atas pungutan
tersebut negara tidak memberikan kontraprestasi secara langsung kepada si pembayar
pajak. Pada umumnya pendapatan negara merupakan sumber utama belanja negara di
samping komponen pembiayaan APBN yang meliputi penerimaan pajak dan bukan
pajak (Jotopurnomo & Mangoting, 2013).
Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat
wajar, sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas, terlebih dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pajak
memiliki peran yang sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan
pembangunan dan pengeluaran pemerintah (Hardiningsih & Yulianawati, 2011).
Berdasarkan Laporan Kinerja Direktorat Jendral Pajak (DJP) tahun 2018,
Direktorat Jenderal Pajak telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan
sebagaimana tertuang dalam Peta Strategis Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2018 yang
diterjemahkan dalam Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Pajak Tahun 2018 yang terdiri
dari 24 Indikator Kinerja Utama (IKU). Dalam LAKIN Direktorat Jenderal Pajak ini
akan dijabarkan perbandingan antara realisasi pencapaian IKU tahun 2018 dengan
Kontrak Kinerja tahun 2018, serta beberapa kinerja lainnya yang telah dicapai oleh
Direktorat Jenderal Pajak. Situasi dan kondisi perekonomian yang berfluktuasi dan
bergerak cepat, serta tuntutan masyarakat yang sangat dinamis, tugas pengelolaan
keuangan negara, khususnya di bidang fiskal merupakan sebuah tantangan. Walaupun
demikian dengan dimotivasi dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, Direktorat
Jenderal Pajak senantiasa berupaya untuk mengatasi segala tantangan tersebut, sehingga
tugas yang diemban dapat diselesaikan sesuai dengan harapan.
Pada tahun 2018, pencapaian strategis Direktorat Jenderal Pajak dalam mencapai
penerimaan tercermin dalam IKU Persentase realisasi penerimaan pajak yang mencapai
Rp1.315,93 triliun atau 92,41% dari target APBN tahun 2018. Hal ini menjadi sesuatu
yang membanggakan. Penerimaan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya didapat
dengan tanpa didukung dari hasil Tax Amnesty (Pengampunan Pajak) seperti tahun-
tahun sebelumnya. Penerimaan tahun 2018 yang didukung dari pertumbuhan double
digits PPh Migas dan Non Migas, PPN dan PPnBM, serta PBB dan Pajak Lainnya.
Penerimaan pajak ini juga mendukung penerimaan negara pada APBN yang tidak
mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menjadi sebuah prestasi
yang cukup membanggakan dengan tidak adanya penyesuaian APBN sehingga target
pajak yang ditetapkan pada awal tahun tidak dilakukan penyesuaian.
Realisasi penerimaan pajak adalah jumlah realisasi penerimaan pajak neto
terhadap target penerimaan pajak. Penerimaan pajak neto DJP adalah jumlah realisasi
penerimaan pajak bruto dikurangi pembayaran Surat Perintah Membayar Kelebihan
Pembayaran Pajak (SPMKP), Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB), dan
Surat Perintah Membayar Pengembalian Pendapatan (SPMPP). Target Penerimaan
Pajak adalah target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Dalam APBN 2018, penerimaan pajak ditetapkan sebesar Rp1.424,00
Triliun.
Tabel 1
Persentase Realisasi Penerimaan Pajak dalam Miliar Rupiah
Tahun 2016 2017 2018
Target 1.355,20 1.283,57 1.424,00
Realisasi 1.105,73 1.151,03 1.315,51
Capaian 81,59% 89,67% 92,24%
Sumber : Laporan Kinerja 2018 Direktorat Jendral Pajak
Target penerimaan pajak dalam APBN 2018 sebesar Rp1.424,00 triliun,
penerimaan pajak sampai dengan Desember 2018 mencapai Rp1.313,51 triliun, yaitu
sebesar 92,24% dari target. Persentase capaian penerimaan pajak tahun 2018 ini lebih
baik dibandingkan dengan capaian periode yang sama di tahun 2017, yaitu sebesar
89,67%. Capaian yang diraih tanpa mekanisme perubahan APBN ini merupakan yang
tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Dari Tabel 1. serta dari hasil laporan Kinerja DJP 2018 terlihat keseriusan
pemerintah dalam meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak. Hal ini sangat
wajar karena Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu
sumber penerimaan Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan yang
sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan
partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.
Dalam sistem pemungutan pajak, terdapat 3 (tiga) macam pemungutan pajak yaitu
Official Assessment System, Self Assessment System, With Holding System. Official
Assessment System adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Self Assessment System adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang dan With
Holding System adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus atau Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Indonesia menganut Self Assessment System, yaitu Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menetapkan, membayar, dan
melaporkan pajaknya sendiri. Fiskus, dalam hal ini aparat Direktorat Jendral Pajak atau
Pemerintah Daerah hanya menjalankan fungsi pembinaan, penelitian, pengawasan, dan
Metode Penelitian
Metode yang digunakan penelitian pada dasarnya untuk menunjukkan kebenaran
dan pemecahan masalah atau apa yang diteliti. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dilakukan suatu metode yang tepat dan relevan untuk tujuan yang diteliti. Dalam
melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan
metode deskriptif dan verifikatif. Menurut (Sugiyono, 2010), metode kuantitatif adalah
“Metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi suatu sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan”.
Dalam penelitian ini analisis deskriftif dan verifikatif digunakan untuk
mengetahui pengaruh Profitabilitas, Laverage dan Ukuruan Perusahaan terhadap Tax
Avoidance pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2014-2018.
kriteria. Berikut Hasi seleksi dalam pengambilan sampel Perusahaan property dan
real estate untuk penelitian ini:
Tabel 1
Proses Seleksi Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di 48
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018
2. Perusahaan sektor property dan real estate yang tidak (19)
mempublikasikan laporan keuangan untuk tahun 2014-
2018
3. Perusahaan sektor property dan real estate yang (10)
mengalami rugi selama periode 2014-2018.
4. Perusahaan sektor property dan real estate yang tidak (1)
mempublikasikan annual report untuk tahun 2014-2018.
5. Perusahaan yang memenuhi kriteria 30
6. Jumlah sampel perusahaan selama tahun 2014-2018 (30 150
perusahaan x 5 tahun)
7. Data Outlier (19)
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian 131
Sumber : Data diolah 2020
Dari hasil uji normalitas pada tabel 3 diketahui bahwa hasil Asymp. Sig. (2-
tailed) 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang menunjukan bahwa data berdistribusi tidak
normal sehingga dilakukan penghapusan data outlier. Data outlier adalah data
yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi
dan muncul dalam bentuk nilai yang ekstrim (Ghozali, 2018). Setelah didapat hasil
bahwa terdapat data berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji outlier, uji outlier
dilakukan dengan melihat grafik box plot, angka-angka yang terletak diluar boxplot
merupakan angka observasi yang perlu dihilangkan. Uji outlier dapat dilihat
pada lampiran 6. Hasil uji normalitas setelah penghapusan outlier dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4
Uji Normalitas (Setelah Penghapusan Outlier)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 131
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 244.68126439
Most Extreme Differences Absolute .150
Positive .150
Negative -.105
Test Statistic .150
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data diolah 2020
Dari hasil pengujian One Sample Kolmogorov-Smirnov setelah dilakukan
penghapusan outlier dan dilakukan transformasi diperoleh nilai Asymp. Sig (2-
Tailed) sebesar 0,2 dimana nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu
sebesar 0,05. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa data dalam penelitian
berdistribusi secara normal.
6. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Janie, 2012). Model regresi
dikatakan baik jika tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Ada atau
tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka
dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant) 298.113 97.621 3.054 .003
ROA -1.787 .399 -.371 -4.475 .000 .940 1.064
DER .071 .042 .142 1.717 .088 .948 1.055
LnTR .002 .003 .039 .482 .631 .991 1.009
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data diolah 2020
(VIF) < 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada
model regresi.
7. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Pamungkas, Ghozali, & Achmad, 2018). Metode yang
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas melalui
pengujian dengan menggunakan Scatter Plot. Hasil uji heteroskedastisitas dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data diolah 2020
Berdasarkan grafik Scatter Plot diatas menunjukkan pola yang tidak jelas,
serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jika terjadi
heteroskedastisitas grafiknya akan menunjukkan titik-titik yang membentuk pola
tertentu secara teratur seperti bergelombang, menyebar kemudian menyempit. Dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi karena
grafik scatter plot menunjukkan pola yang tidak jelas atau tidak teratur.
8. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi dengan cara melakukan uji Durbin-Watson (DW test) (Pamungkas et
al., 2018). Dikatakan tidak terdapat autokorelasi jika nilai DW > DU dan (4- DU) >
DW atau bisa dinotasikan dengan DU < DW < (4-DU). Hasil uji autokorelasi dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Change Statistics
Adjuste Error of R F
R dR the Square Chang Sig. F Durbin
Model R Square Square Estimate Change e df1 df2 Change Watson
1 247.554
.425a .180 .161 .180 9.319 3 127 .000 1.520
33
a. Predictors: (Constant), LnTR, DER, ROA
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Data diolah 2020
Uji autokorelasi diperoleh nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1.520. Untuk
memperoleh nilai DU dapat dilihat pada tabel Durbin Watson, dimana jumlah
sampel (n) yaitu 131 dan jumlah variabel (k) yaitu 4 maka diperoleh nilai DU
sebesar 0,483 dan dL sebesar 0,663. Jadi dari hasil analisis yang telah dilakukan
diperoleh nilai DW 1.520 lebih besar dari batas atas (du) 0,483 dan kurang dari 4-
du (4-483) atau dapat dinotasikan dengan 0,483<1.520<(41,483), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini.
1) Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui arah dan
seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil
dari analisis regresi linear berganda akan menguji seberapa besar pengaruh
Profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak
Hasil perhitungan kaoefisien model regresi linear berganda dapat dilihat
dalam Tabel 6. Berdasarkan tabel 6 maka diperoleh persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut:
CETR = 298,113 - 1,787 ROA + 0,71 DER + 0,002 LnTA
Interpretasi dari persamaan regresi linear berganda diatas sebagai berikut:
1. Penghindaran pajak diproksikan menggunakan nilai CETR. Dimana CETR
memiliki hubungan berbanding terbalik (negatif) dengan penghindaran
pajak, jika terjadi peningkatan nilai CETR menggambarkan penurunan
penghindaran pajak. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan
nilai konstanta CETR sebesar 298,113. Koefisien positif mengandung arti
bahwa pengaruh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model regresi
memiliki hubungan berbanding lurus dengan CETR. Dengan kata lain
variabel lain tersebut memiliki hubungan negatif terhadap penghindaran
pajak, mengingat CETR dan penghindaran pajak memiliki hubungan
negatif. Oleh karena itu nilai konstanta sebesar 298,113 memiliki makna
apabila variabel profitabilitas (ROA), leverage (DER), dan ukuran
perusahaan (LnTA) adalah nol maka terjadi penghindaran pajak senilai
298,113.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai tahapan-tahapan
penelitian yang semestinya penulis beranggapan masih banyak kekurangan dari
penelitian ini yang berjudul Pengaruh Profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan
terhadap penghindaran pajak, dengan mengambil objek penelitian berupa perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di BEI dari tahun 2014 sampai dengan 2018,
maka penulis menyimpulkan dari penelitian tersebut sebagai berikut: (1) Berdasarkan
hasil analisis data diperoleh bahwa Profitabilitas memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap penghindaran pajak. Artinya semakin tinggi profitabilitas
perusahaan maka semakin tinggi tingkat penghindaran pajak yang dilakukan oleh
perusahaan. Demikian pula dengan hasil penelitian hipotesis bahwa profitabilitas
BIBLIOGRAFI
Cahyono, Deddy Dyas, Andini, Rita, & Raharjo, Kharis. (2016). Pengaruh komite audit,
kepemilikan institusional, dewan komisaris, ukuran perusahaan (Size), leverage
(DER) dan profitabilitas (ROA) terhadap tindakan penghindaran pajak (tax
avoidance) pada perusahaan perbankan yang listing BEI periode tahun 2011–2013.
Journal Of Accounting, 2(2).
Diamastuti, Erlina. (2016). Ke(tidak) patuhan wajib pajak: potret self assessment
system. Ekuitas (Jurnal Ekonomi Dan Keuangan), 20(3), 280–304.
Jamaludin, Ali. (2020). Pengaruh Profitabilitas (Roa), Leverage (Ltder) Dan Intensitas
Aktiva Tetap Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan
Subsektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bei Periode 2015-2017.
Eqien: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 7(1), 85–92.
Janie, Dyah Nirmala Arum. (2012). Statistik deskriptif & regresi linier berganda dengan
SPSS. Jurnal, April.
Jotopurnomo, Cindy, & Mangoting, Yenni. (2013). Pengaruh kesadaran wajib pajak,
Kustiawan, Memen, Prawira, Ida Farida Adi, Zulhaim, Hanifa, & Solikin, Ikin. (2019).
Tax knowledge, Tax Morale, and Tax Compliance: Taxpayers’ View. The
International Journal of Business Management and Technology, 3(1).
Pamungkas, Imang Dapit, Ghozali, Imam, & Achmad, Tarmizi. (2018). A pilot study of
corporate governance and accounting fraud: The fraud diamond model. Journal of
Business and Retail Management Research, 12(2).
Surya, David Marta. (2014). Pengaruh kepemilikan NPWP, sistem self assessment, dan
peraturan pemerintah nomor 46 terhadap kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro di
Galaxy Mall Surabaya dalam membayar pajak. Universitas Katolik Darma
Cendika Fakultas Ekonomi.
Suryani, Suryani, & Mariani, Desy. (2019). Pengaruh Umur Perusahaan, Ukuran
Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak Dengan Leverage
Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 3(3), Press-Press.
Wijoyanti, Mayang. (2010). Pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap
kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Mampang
Prapatan. Skripsi. Jakarta: Program Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran.”
Christili Tanjaya1
Nazmel Nazir2
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti
*Korespondensi: christilitanjaya@gmail.com
Abstract
This research’s purpose is to examine the influence of profitability, leverage, sales
growth, and firm size on tax avoidance in consumer goods manufacturing companies
listed on Indonesia Stock Exchange in 2015-2019. The proxy of tax avoidance is
Effective Tax Rate/ETR. The secondary data used as data source is the financial
reports of sample companies. Purposive sampling is used as the sampling method. The
samples that met the criteria are 105 samples. The data analysis is multiple linear
regression and is processed using EViews 9 program. The results showed that
profitability has a significant positive effect on tax avoidance; leverage and sales
growth have no significant effect on tax avoidance; and firm size has a significant
negative effect on tax avoidance.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, leverage, pertumbuhan
penjualan, dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan
manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015-2019.
Proksi penghindaran pajak adalah Effective Tax Rate/ETR. Data sekunder yang
digunakan sebagai sumber data adalah laporan keuangan perusahaan sampel.
Purposive sampling digunakan sebagai metode pengambilan sampel. Sampel yang
memenuhi kriteria sebanyak 105 sampel. Analisis data adalah regresi linier berganda
dan diolah menggunakan program EViews 9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap penghindaran pajak; leverage
dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran
pajak; dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran
pajak.
189
190 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan___________________________
PENDAHULUAN
Tabel 1
Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2015-2019 (dalam miliar rupiah)
Total
Penerimaan
Sumber Penerimaan Penerimaan
% % Perpajakan dan %
Penerimaan Perpajakan Bukan Pajak
Penerimaan
Bukan Pajak
2015 1.240.418,86 82,91 255.628,48 17,09 1.496.047,33 100
2016 1.284.970,10 83,06 261.976,30 16,94 1.546.946,60 100
2017 1.343.529,80 81,19 311.216,30 18,81 1.654.746,10 100
2018 1.518.789,80 78,77 409.320,20 21,23 1.928.110,00 100
2019 1.643.083,90 80,96 386.333,90 19,04 2.029.417,80 100
Sumber: www.bps.go.id
Sesuai dengan data di tabel 1, pada tahun 2015-2019, penerimaan yang diterima
negara dari sektor pajak berkisar 78% sampai 83% dari total penerimaan perpajakan
dan penerimaan bukan pajak. Karena besarnya peranan penerimaan pajak pada
penerimaan negara, pajak menjadi salah satu yang menarik perhatian pemerintah. Hal
tersebut mendorong pemerintah untuk berupaya mengoptimalkan penerimaan pajak.
Dalam buku Mardiasmo (2019), pungutan pajak salah satunya dipakai untuk
mendanai belanja negara, antara lain routine expenditure dan development expenditure.
Untuk belanja pembangunan, pajak dimanfaatkan untuk pembangunan pendidikan dan
kesehatan, pembangunan infrastruktur, dan pembangunan fasilitas umum. Semakin
banyak pajak yang dipungut, sepatutnya sarana dan prasarana umum yang dibangun
lebih banyak serta kualitas pelayanan negara yang semakin bermutu. Oleh karena itu,
semestinya masyarakat dapat mampu memahami krusialnya pajak bagi negara dan
memiliki kesadaran untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
Setiap tahunnya target pajak yang ditetapkan oleh negara cenderung menaik,
namun target pajak tersebut tidak berhasil. Khususnya dari tahun 2015-2019, realisasi
penerimaan pajak tidak menjangkau target. Informasi tersebut dapat dilihat di situs
CNBC Indonesia yang dicantumkan di tabel di bawah ini.
Tabel 2
Efektivitas Pemungutan Pajak di Indonesia Tahun 2015-2019
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Target
1.294 1.539 1.283 1.424 1.577,6
(triliun rupiah)
________________________________________Christili Tanjaya/Nazmel Nazir 191
Hal yang dapat disimpukan dari tabel 2 adalah efektivitas pemungutan pajak dari
tahun 2015-2018 mengalami peningkatan dan tahun 2018-2019 menurun. Di tahun
2015, besarnya efektivitas pemungutan pajak adalah 81,53%, di tahun 2016 yaitu
83,37%, di tahun 2017 yaitu 89,40%, di tahun 2018 yaitu 92,41%, dan di tahun 2019
yaitu sebesar 84,44%. Walaupun efektivitas pemungutan pajak pada tahun 2015-2019
sudah mengalami peningkatan dan tahun 2018-2019 mengalami penurunan, realisasi
penerimaan pajak belum pernah berhasil menyentuh angka target yang diharapkan.
Upaya pemerintah untuk mendapatkan penerimaan pajak terbaik tentunya
menghadapi banyak rintangan. Hal ini dikarenakan adanya praktik dari wajib pajak
untuk meminimalkan pembayaran pajaknya dengan cara tax evasion dan tax avoidance.
Obafemi (2014) mengungkapkan tax evasion/penggelapan pajak adalah kegiatan
mengecilkan kewajiban pajak oleh wajib pajak secara sengaja, termasuk pelaporan
pajak yang tidak jujur seperti menyatakan pendapatan atau keuntungan yang lebih
sedikit daripada yang sebenarnya diperoleh. Penggelapan pajak selain sebagai
kesalahan moral juga merupakan pelanggaran hukum perpajakan (ilegal). Sedangkan
penghindaran pajak atau tax avoidance adalah tindakan mengurangi atau
meminimalkan kewajiban perpajakan secara legal melalui pengaturan yang cermat
untuk memanfaatkan celah-celah dalam peraturan perpajakan. Perbedaan utama
penggelapan pajak dan penghindaran pajak terletak pada legalitas tindakan pembayar
pajak.
Perkara penghindaran pajak di Indonesia yang pernah terjadi antara lain kasus PT
Adaro, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Coca Cola Indonesia, dan lain
sebagainya. Sayangnya sampai sekarang jumlah kasus tindakan penghindaran pajak
yang terjadi di Indonesia diduga masih cukup banyak. Hal ini akan berdampak pada
berkurangnya penerimaan negara dan menimbulkan kerugian pada negara. Selain itu,
penghindaran pajak tersebut akan menimbulkan pembangunan nasional yang tidak
optimal dan ketidakmerataan kesejahteraan atau kemakmuran rakyat Indonesia.
Variabel-variabel yang diteliti terkait penghindaran pajak yaitu profitabilitas,
leverage, pertumbuhan penjualan atau sales growth, ukuran perusahaan, dan masih
banyak lagi variabel independen yang digunakan. Kesimpulan penelitian dari beberapa
riset ada yang konsisten dan beberapa kesimpulan juga ada yang tidak konsisten.
Profitabilitas berpengaruh dengan arah positif pada penghindaran pajak merupakan
kesimpulan penelitian dari Dewinta dan Setiawan (2016). Riset oleh Oktamawati
(2017) dan Hidayat (2018) menyimpulkan terdapat pengaruh negatif antara
profitabilitas pada penghindaran pajak. Handayani (2018) menyimpulkan terdapat
pengaruh antara profitabilitas pada penghindaran pajak. Lalu untuk riset dari Christy
dan Subagyo (2019) dan Akbar et al. (2020) mengungkapkan profitabilitas tidak
mempunyai pengaruh pada penghindaran pajak.
Wijayanti dan Merkusiwati (2017) dan Oktamawati (2017) menyimpulkan
terdapat pengaruh positif antara leverage pada penghindaran pajak. Riset oleh Swingly
dan Sukartha (2015) serta Lestari dan Putri (2017) menyatakan adanya pengaruh
dengan arah negatif antara leverage pada penghindaran pajak. Peneliti lain seperti
192 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan___________________________
Dewinta dan Setiawan (2016), Handayani (2018), Hidayat (2018), dan Akbar et al.
(2020) mengungkapkan tidak terdapat pengaruh antara leverage pada penghindaran
pajak. Sedangkan riset oleh Barli (2018) menunjukkan adanya pengaruh variabel
leverage pada penghindaran pajak.
Riset oleh Dewinta dan Setiawan (2016) menyimpulkan terdapat pengaruh
dengan arah positif antara pertumbuhan penjualan pada penghindaran pajak. Penelitian
dari Hidayat (2018) dan Oktamawati (2017) mengungkapkan terdapat pengaruh dengan
arah negatif antara pertumbuhan penjualan pada penghindaran pajak, Berdasarkan riset
dari Swingly dan Sukartha (2015) serta Christy dan Subagyo (2019) menyimpulkan
tidak adanya pengaruh antara pertumbuhan penjualan pada penghindaran pajak.
Sedangkan Akbar et al. (2020) mengungkapkan pertumbuhan penjualan atau sales
growth memiliki pengaruh pada penghindaran pajak.
Riset dari Swingly dan Sukartha (2015) serta Dewinta dan Setiawan (2016)
mengungkapkan adanya pengaruh dengan arah positif antara ukuran perusahaan pada
penghindaran pajak. Kemudian Oktamawati (2017) menunjukkan adanya pengaruh
negatif antara ukuran perusahaan pada penghindaran pajak. Peneliti lainnya seperti
Wijayanti dan Merkusiwati (2017) dan Barli (2018) mengungkapkan ukuran
perusahaan tidak mempunyai pengaruh pada penghindaran pajak. Sedangkan
berdasarkan Handayani (2018) dan Christy dan Subagyo (2019), mereka menyatakan
terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan pada penghindaran pajak.
Dari perbedaan kesimpulan riset inilah, peneliti akan meneliti apakah
profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan atau sales growth dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan manufaktur
sektor barang konsumsi di Indonesia. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dikaji
oleh Handayani (2018). Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dikaji oleh
Handayani (2018). Perbedaan riset ini dengan riset Handayani (2018) yaitu pada
variabel bebas, sampel penelitian serta periode pengamatan. Riset pada Handayani
(2018) menggunakan 3 variabel bebas yaitu ROA, leverage, dan ukuran perusahaan.
Sementara di penelitian ini digunakan 3 variabel bebas yang sama yakni profitabilitas,
leverage dan ukuran perusahaan, kemudian menambah 1 faktor/variabel bebas lagi
yaitu pertumbuhan penjualan atau sales growth. Hal ini dikarenakan variabel sales
growth lebih jarang dilakukan penelitiannya terhadap penghindaran pajak dibandingkan
dengan variabel-variabel lainnya. Peneliti akan menggunakan sampel penelitian dari
perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang listing di BEI serta jangka waktu
pengamatannya dilakukan dari tahun 2015-2019.
Alasan memilih sektor barang konsumsi yaitu dikarenakan sektor ini memiliki
pertumbuhan dan perkembangan yang cukup baik. Selain itu, krisis global tidak akan
mempengaruhi sektor ini sebab barang konsumsi seperti makanan dan minuman
merupakan kebutuhan dasar manusia yang selalu dibutuhkan dan akan selalu dicari
walaupun harganya dinaikkan.
pelaporan yang tidak jujur (Obafemi, 2014). Kedua perbedaan utama terletak pada
legalitas tindakan pembayar pajak.
Pengukuran yang dipakai untuk penghindaran pajak yaitu effective tax rate/ETR.
Tingginya nilai ETR entitas menunjukkan bahwa entitas kurang efektif dalam
memanfaatkan insentif pajak dan memiliki pembayaran pajak yang besar. Sebaliknya,
entitas yang memiliki ETR rendah dapat digunakan sebagai indikator adanya
pemanfaatan insentif pajak atau tingginya tingkat penghindaran pajak yang
mengakibatkan rendahnya pembayaran beban pajak. Berikut formula untuk menghitung
ETR:
Profitabilitas
Kemampuan suatu entitas untuk menghasilkan keuntungan/laba dari penjualan,
total aset, ataupun dengan modal sendiri disebut profitabilitas (Fahmi 2014 dalam
Hidayat 2018). Profitabilitas merupakan suatu rasio yang digunakan sebagai
pengukuran keseluruhan efektivitas manajemen. Pengukuran ini ditunjukkan oleh
besarnya tingkat keuntungan atau laba yang dihasilkan dalam kaitannya dengan
penjualan ataupun investasi. Tingginya rasio profitabilitas menunjukkan adanya
kemampuan entitas yang semakin baik dalam memperoleh keuntungan atau laba bagi
entitas.
Pengukuran profitabilitas yang digunakan yaitu Return on Assets (ROA). ROA
mencerminkan bagaimana entitas mampu untuk memperoleh laba dalam
pengelolaannya terhadap assets yang dimiliki. Oleh karena itu, ROA dapat
menunjukkan tingkat efesiensi suatu entitas dalam memanfaatkan asetnya. ROA
memperhitungkan seluruh total aset entitas, baik aset yang diperoleh dari modal sendiri
maupun dari pendanaan di luar entitas. Rumus ROA dapat dicari dengan:
Leverage
Leverage mengukur bagaimana kemampuan entitas untuk memenuhi utang atau
kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya (Barli, 2018). Leverage
mencerminkan seberapa besar pendanaan entitas yang berasal dari utang. Penggunaan
utang tersebut dapat digunakan oleh entitas untuk memenuhi operasional ataupun
investasi entitas. Entitas yang menggunakan utang akan memunculkan biaya tambahan
atas pinjaman atau utang tersebut yaitu beban bunga. Utang entitas yang tinggi
menimbulkan beban bunga yang tinggi pula. Bunga atas pinjaman adalah deductible
expense sehingga dapat mengakibatkan laba kena pajak menurun. Berkurangnya laba
fiskal akan menurunkan besarnya pembayaran pajak.
Debt to Equity Ratio/DER dipakai sebagai pengukuran leverage. DER
mencerminkan seberapa besarnya entitas menggunakan pendanaan utang dibandingkan
________________________________________Christili Tanjaya/Nazmel Nazir 195
dengan ekuitas/modal. Selain itu, rasio ini menyiratkan besarnya kemampuan entitas
untuk melunasi seluruh liabilitasnya dengan modal atau ekuitas entitas. Dengan kata
lain, DER mengukur besarnya persentase ekuitas atau modal yang menjadi jaminan
liabilitas/utang entitas. Tingginya DER suatu entitas menunjukkan tingginya utang dan
menunjukkan rendahnya modal entitas. Tingginya DER juga mencerminkan tingginya
risiko. Maka dari itu, investor dan kreditur cenderung menyukai entitas yang
mempunyai DER yang rendah karena menunjukkan kondisi entitas tidak terlalu
berisiko dan cenderung aman. DER dapat dinilai dengan melakukan perbandingan total
utang dengan total ekuitas atau modal ekuitas. Berikut formula untuk menghitung
DER:
Pertumbuhan Penjualan
Sales growth atau yang biasa disebut pertumbuhan penjualan adalah pengukuran
yang mengukur penjualan tahun berjalan dikurangkan dengan penjualan untuk tahun
lalu, kemudian dibandingkan pada penjualan tahun lalu (Fahmi, 2014 dalam Hidayat,
2018). Pertumbuhan penjualan (sales growth) dapat menunjukkan apakah setiap
tahunnya entitas mengalami perkembangan pada tingkat penjualannya. Oleh karena itu,
tingkat penjualan entitas bisa mengalami peningkatan ataupun penurunan. Semakin
meningkatnya penjualan entitas, semakin tinggi pula entitas mendapatkan laba dan
semakin baik pula kinerja entitas. Pertumbuhan penjualan dapat digunakan sebagai
ramalan untuk menghitung seberapa besar laba yang akan diperoleh di waktu
mendatang. Berikut rumus untuk menghitung pertumbuhan penjualan atau sales
growth:
Ukuran Perusahaan
Saifudin dan Yunanda (2016) menyatakan ukuran perusahaan merupakan skala
dimana suatu entitas dapat dikelompokkan sebagai entitas yang besar atau entitas yang
kecil. Ukuran perusahaan tersebut didasarkan pada nilai equity, nilai penjualan, jumlah
karyawan, total aset, dan lain sebagainya. Ada 3 kelompok ukuran perusahaan yaitu
perusahaan kecil, menengah, dan besar.
Pengukuran ukuran perusahaan bisa dilakukan dengan transformasi total
aktiva/aset entitas ke logaritma natural (Ln). Pengukuran ukuran perusahaan dengan
Ln(total Aset) dinilai lebih stabil jika dibandingkan dengan proksi lainnya. Nilai total
aktiva/aset biasanya bernilai lebih besar, maka nilai total aset disederhanakan dengan
logaritma natural tanpa merubah proporsi jumlah aset yang sebenarnya (Murhadi 2013
dalam Christy dan Subagyo 2019). Maka formula ukuran perusahaan yakni:
196 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan___________________________
Kerangka Penelitian
Pada penelitian ini, kerangka penelitian tercantum pada gambar 1 yakni:
Gambar 1
Kerangka Penelitian
Profitabilitas
(X1) H1(+)
Leverage H2 (+)
(X2) Penghindaran Pajak
H3 (+) (Y)
Pertumbuhan Penjualan
(X3) H4 (+)
Ukuran Perusahaan
(X4)
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak
Sesuai dengan teori keagenan, antara principal dan agent terkadang mempunyai
kepentingan yang bertolak belakang. Manajer sebagai agent berusaha untuk
meningkatkan profitabilitas, bisa saja bertindak untuk selalu menaikkan labanya yaitu
dengan mengecilkan timbulnya beban pajak. Cara yang biasa dilakukan oleh entitas
yaitu perencanaan pajak dimana yang dapat diaplikasikan entitas serta bersifat legal
adalah dengan melakukan penghindaran pajak. Dengan penghindaran pajak, beban
pajak entitas akan menurun dan membuat profitabilitas meningkat. Maka dari itu,
entitas yang mempunyai profitabilitas yang meningkat cenderung berupaya melakukan
tax avoidance. Argumen tersebut didukung oleh riset dari Dewinta dan Setiawan
(2016) yang mengungkapkan profitabilitas mempunyai pengaruh dengan arah positif
pada penghindaran pajak. Selan itu, riset yang mengungkapkan profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak yaitu riset dari Christy dan Subagyo (2019)
dan Akbar et al. (2020). Sesuai penjelasan sebelumnya, maka hipotesis pertama yaitu:
H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak
laba kena pajak menurun dan kemudian akan menyebabkan berkurangnya pembayaran
jumlah pajak. Sesuai dengan teori keagenan pula, terkadang entitas akan melakukan
tindakan supaya kinerjanya terlihat baik. Maka dari itu, entitas dapat melakukan upaya
penghindaran pajak melalui pendanaan dari utang. Hasil penelitian terdahulu yang
mendukung argumen diatas yaitu penelitian dari Wijayanti dan Merkusiwati (2017) dan
Oktamawati (2017) yang menyimpulkan terdapat pengaruh positif antara leverage pada
penghindaran pajak. Peneliti lain seperti Dewinta dan Setiawan (2016), Handayani
(2018), Hidayat (2018), dan Akbar et al. (2020) mengungkapkan tidak terdapat
pengaruh antara leverage pada penghindaran pajak. Sesuai penjelasan sebelumnya,
maka hipotesis kedua yakni:
H2: Leverage berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak
METODE PENELITIAN
Tabel 3
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
No. Variabel Definisi Variabel Pengukuran Variabel
1. Penghindaran Penghindaran pajak
Pajak yaitu kegiatan rekayasa
yang tetap berada
dalam kerangka aturan
perpajakan yang akan
mengurangi pajak
Deskripsi Data
Berdasarkan kriteria pada pengambilan sampel didapatkan 21 perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi dengan periode tahun 2015-2019, sehingga total
sampel penelitian ada sebanyak 105 sampel. Dalam hal ini, ada 7 perusahaan yang
tidak dimasukkan sebagai sampel penelitian karena datanya outlier. Tabel 4
menunjukkan hasil penyaringan sampel.
Tabel 4
Deskripsi Sampel
No Keterangan Total
Populasi Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi 64
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria
Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang tidak terdaftar di BEI
1 (23)
selama 2015-2019.
200 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan___________________________
No Keterangan Total
Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang tidak mempublikasikan
2 1
laporan keuangan secara konsisten selama periode tahun 2015-2019.
Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang mengalami kerugian
3 (12)
selama periode 2015-2019
Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang tidak menyajikan laporan
4 keuangan dalam mata uang Rupiah dan berakhiran 31 Desember selama periode 0
2015-2019
Perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang tidak mempunyai data
5 0
yang lengkap terkait dengan variabel penelitian
Jumlah8 sampel perusahaan 28
Outlier (7)
Jumlah sampel perusahaan setelah outlier 21
Jumlah sampel perusahaan selama periode 2015-2019 (21 x 5 tahun) 105
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dianalisa dengan melihat nilai rata-rata/mean, standar
deviasai/standard deviasion, data maksimum serta data minimum dari data sampel
yang dikumpul. Berikut hasil analisa statistik deskriptif dari 21 sampel perusahaan
dengan periode 2015-2019 yang menghasilkan 105 sampel penelitian yang ditunjukkan
pada Tabel 5.
Tabel 5
Statistik Deskriptif
ETR ROA DER SG SIZE
Mean 0,268514 0,109226 0,557193 0,070351 29,02831
Maximum 0,814617 0,316999 1,732365 0,352330 32,20096
Minimum 0,066277 0,000533 0,076125 -0,204431 25,79571
Std. Dev. 0,078667 0,071374 0,387552 0,089702 1,671277
Observations 105 105 105 105 105
tahun 2018 oleh Indofood Sukses Makmur Tbk. Secara rata-rata, nilai SIZE yaitu
29,02831 dengan standar deviasi 1,671277.
2. Hausman Test
Correlated random Effects - Hausman Tests
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Chi-Sq. d.f. Prob.
Statistic
Cross-section random 10.965977 4 0.0269
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2020
Hasil Prob. Cross-section random yatiu 0,0269 < 0,05 yang artinya yang paling
baik adalah FEM. Dikarenakan hasil uji chow serta uji hausman menghasilkan
model terbaik yaitu FEM, maka pengujian LM tidak perlu dilakukan. Sehingga
dapat disumpulkan model terbaik dalam penelitian ini yaitu fixed effect (FEM).
Dikarenakan hasil model yang terpilih adalah FEM, maka tidak diperlukan uji
asumsi klasik. Berikut adalah tabel regresi model FEM:
Tabel 6
Regresi Fixed Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.996453 0.958979 -2.081854 0.0406
ROA -0.864064 0.249230 -3.466937 0.0008
DER -0.044898 0.032748 -1.371033 0.1742
SG -0.069792 0.091105 -0.766062 0.4459
SIZE 0.082308 0.032879 2.503353 0.0143
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.439375 Mean dependent var 0.268514
Adjusted R-squared 0.271187 S.D. dependent var 0.078667
S.E. of regression 0.067158 Akaike info criterion -2.359271
Sum squared resid 0.360819 Schwarz criterion -1.727375
Log likelihood 148.8617 Harman-Quinn criter. -2.103214
F-statistic 2.612410 Durbin-Watson stat 1.774752
Prob(F-statistic) 0.000736
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2020
202 Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan___________________________
Tabel 7
Uji Individu (Uji T)
Prediksi Hipotesis Prob. Keputusan
Coefficient
Variable t-Statistic (One-
Beta
tailed)
C -1.996453 -2.081854
H1 : Probabilitas
ROA berpengaruh positif terhadap -0.864064 -3.466937 0,0004 H1 diterima
penghindaran pajak
H2 : Leverage berpengaruh
DER positif terhadap -0.044898 -1.371033 0,0871 H2 ditolak
penghindaran pajak
H3 : Pertumbuhan penjualan
SG berpengaruh positif terhadap -0.069792 -0.766062 0,22295 H3 ditolak
penghindaran pajak
H4 : Ukuran perusahaan
SIZE berpengaruh positif terhadap 0.082308 2.503353 0,00715 H4 ditolak
penghindaran pajak
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2020
Pembahasan
Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak
Sesuai Tabel 7, nilai t statistiknya ROA yaitu -3,466937 dengan sig (p-value)
sebesar 0,0008/2 = 0,0004 (pengujian 1 sisi sehingga sig/2) sehingga 0,0004 ≤ 0,05
sehingga bisa disimpulkan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan pada
penghindaran pajak. Diketahui juga koefisien regresi profitabilitas yaitu -0,864064
________________________________________Christili Tanjaya/Nazmel Nazir 203
mematuhi peraturan perpajakan. Entitas besar cenderung patuh pada peraturan terkait
perpajakan serta lebih hati-hati untuk pengambilan kebijakan/keputusan terkait
perpajakan. Hal ini dikarenakan jika entitas tidak melakukannya, maka dapat
merugikan entitas, seperti sanksi, dan menciptakan reputasi yang buruk bagi entitas di
mata masyarakat dan pemerintah
Simpulan
Berikut kesimpulan atas penelitian ini:
1. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.
2. Leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
3. Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
4. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Keterbatasan
Adapun beberapa keterbatasan penelitian ini yakni:
1. Jumlah sampel pada penelitian ini hanya sebanyak 21 perusahaan dari 64
perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada
tahun 2015-2019 yang memenuhi syarat purposive sampling sehingga hasil
penelitian kurang dapat digeneralisasikan.
Implikasi Manajerial
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi pihak-
pihak terkait seperti:
1. Sesuai dengan hasil penelitian, hanya profitabilitas yang berpengaruh positif
terhadap penghindaran pajak, maka pemerintah dapat membuat peraturan atau
kebijakan terkait untuk mengatasi masalah penghindaran pajak dengan
menggunakan profitabilitas sebagai indikator. Sehingga pemerintah harus lebih
memperhatikan perusahaan yang profitabilitasnya meningkat, apakah
perusahaan sudah benar dalam menyusun laporan keuangannya yang terkait
dengan pehitungan pajaknya.
2. Sesuai dengan hasil penelitian, hanya profitabilitas yang berpengaruh positif
terhadap penghindaran pajak, maka para investor dapat menjadikan
profitabilitas perusahaan sebagai indikator dan menjadikan bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan investasi. Para investor juga dapat terlebih
dahulu menganalisis bagaimana kinerja suatu perusahaan dan menilai apakah
perusahaan tersebut mematuhi peraturan perpajakan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Z., Irawati, W., Wulandari, R., & Barli, H. (2020). Analisis Profitabilitas,
Leverage, Pertumbuhan Penjualan, dan Kepemilikan Keluarga terhadap
Penghindaran Pajak. Jurnal Akuntansi: Kajian Ilmiah Akuntansi, 7(2), 190–199.
Badan Pusat Statistik. (2020, 10 Januari). Realisasi Pendapatan Negara (Miliaran
Rupiah) 2007-2020. Diakses pada 30 September 2020, dari
https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/24/1286/realisasi-pendapatan-negara-
milyar-rupiah-2007-2020.html.
Barli, H. (2018). Pengaruh Leverage dan Firm Size terhadap Penghindaran Pajak (Studi
Empiris pada Perusahaan sektor Property, Real Estate dan Building Construction
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2017). Jurnal Ilmiah
Akuntansi Universitas Pamulang, 6(2), 223–238.
Christy, J., & Subagyo. (2019). Pengaruh Firm Size, Sales Growth, dan ROA terhadap
Penghindaran Pajak dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal
Akuntansi, 19(2), 139–150.
CNBC Indonesia. (2020, 8 Januari). Hmm.. Sudah 11 Tahun, RI Tak Mampu Capai
Target Pajak. Diakses pada 28 September 2020, dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200108133413-4-128546/hmm-sudah-
11-tahun-ri-tak-mampu-capai-target-pajak.
Dewinta, I. A. R., & Setiawan, P. E. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3), 1584–1613.
Handayani, R. (2018). Pengaruh Return on Assets (ROA), Leverage dan Ukuran
Perusahaan terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Perbankan yang Listing di
BEI Periode Tahun 2012-2015. Jurnal Akuntansi Maranatha, 10(1), 72–84.
Hidayat, W. W. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Pertumbuhan Penjualan
terhadap Penghindaran Pajak: Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Di Indonesia.
Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis, 3(1), 19–26.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305–
360.
Mardiasmo. (2019). Perpajakan-Edisi 2019. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Obafemi, F. J. F. (2014). An Empirical Study of Tax Evasion and Tax Avoidance : A
Critical Issue in Nigeria Economic Development. Journal of Economics and
Sustainable Development, 5(18), 22–27.
Oktamawati, M. (2017). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran
Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, dan Profitabilitas terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi Bisnis, 15(1), 23–40.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 169/PMK.010/2015
Penentuan Besarnya Perbandingan Antara Utang dan Modal Perusahaan untuk
Keperluan Penghitungan Pajak Penghasilan. 9 September 2015. Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1351. Jakarta.
________________________________________Christili Tanjaya/Nazmel Nazir 207
ABSTRACT
This study aims to examine the factors that affect the company’s tax avoidance using effective tax
avoidance as an indicator. There are several factors used in this research consisted of return on
assets, leverage, size, capital intensity and institutional ownership. The purpose of this study is to
empirically examine whether the return on assets, leverage, size, capital intensity and institutional
ownership affect the tax avoidance in manufacturing companies listed in Indonesia Stock
Exchange. The result showed that return on assets, leverage, capital intensity and institutional
ownership significantly affect tax avoidance. Meanwhile size does not significantly influence tax
avoidance. In this study there are still many limitation and shortcomings namely the effect of
independent variables on the dependent variables can only explain by 12.7%. Hence, more
independent variables are needed.
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan pasal 2 ayat
1 huruf b menyatakan bahwa subjek pajak badan yaitu
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah
dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha
tetap lainnya.
Ketika perusahaan menerima atau memperoleh penghasilan, maka status perpajakannya
berubah dari subjek pajak ke wajib pajak yang kemudian dikenakan pajak penghasilan. Sesuai
dengan yang tercantum dalam Undang Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 1 menyatakan
Pajak penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan, dalam undang-undang disebut wajib pajak. Wajib pajak akan dikenakan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula
dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak
subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
Perusahaan menggunakan dasar penghasilan kena pajak dan tarif yang berlaku untuk
perhitungan pajaknya, sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat 1 dijelaskan
bahwa perhitungan penghasilan kena pajak yaitu berdasarkan penghasilan bruto dikurangkan
dengan biaya untuk memelihara, mendapatkan, dan menagih penghasilan. Tarif pajak yang
dikenakan dinyatakan dalam bentuk persentase. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat
1 huruf b, ayat 2 huruf a, huruf b, dan pasal 31E mengatur segala ketentuan mengenai tarif pajak
yang berlaku di Indonesia.
1
Corresponding author
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 2
Sebagai salah satu negara pemungut pajak, di Indonesia pajak merupakan sumber
pendapatan terbesar negara. Selama pelaksanaan, muncul perbedaan kepentingan antara warga
negara sebagai wajib pajak dan pemerintah. Penerimaan pajak menjadi sebagian besar sumber dana
dalam penerimaan negara yang diperlukan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Di
sisi lain, membayar pajak dapat mengurangi kemampuan ekonomi perusahaan sehingga para wajib
pajak akan berupaya meminimalkan pembayaran pajak mereka. Adanya perbedaan kepentingan ini
disebabkan wajib pajak akan berusaha meminimalkan beban pajak mereka, entah melalui cara yang
legal maupun ilegal dengan memanfaatkan peluang karena kelemahan peraturan perpajakan
(Surbakti, 2012).
Dalam Buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak R. Santoso Brotodihardjo, (1993:13-14) terdapat
dua tipe perlawanan pajak yaitu, perlawanan aktif dan perlawanan pasif:
a. Perlawanan aktif merupakan seluruh upaya maupun tindakan yang secara langsung
dilakukan wajib pajak yang memiliki tujuan untuk menghindari pajak. Contoh dari
perlawanan aktif yang dilakukan oleh wajib pajak yaitu penyelundupan pajak (tax evasion)
dan pengindaran pajak (tax avoidance) merupakan salah satu contoh perlawanan aktif.
b. Perlawanan pasif merupakan usaha maupun hambatan-hambatan yang secara sengaja
dilakukan untuk mempersulit pemungutan pajak. Hal ini mempunyai keterkaitan yang kuat
dengan struktur ekonomi suatu negara, moral penduduk, perkembangan intelektual serta
sistem dan cara pemunggutan pajak itu sendiri.
Menurut Suandy (2001), strategi yang dapat dilakukan untuk penghematan pajak dan masih
sesuai dengan peraturan perpajakan (legal) adalah penghindaran pajak (tax avoidance). Perusahaan
wajib memahami peraturan perpajakan apabila ingin melakukan praktik penghindaran pajak.
Penghindaran pajak dilakukan dengan memanfaatkan celah dalam kebijakan pajak yang
menguntungkan bagi perusahaan sehingga masih dianggap legal dan tidak melanggar ketentuan
perpajakan yang ada.
Praktik penghindaran pajak menjadi salah satu pilihan menarik yang diambil manajemen
karena masih pada grey area. Praktik penghindaran pajak dilakukan untuk menurunkan beban
pajak dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan. Tidak semua perusahaan melakukan
strategi penghindaran pajak, karena terdapat sanksi atau beban biaya yang cukup berat, nama baik
perusahaan dan menjunjung tinggi good corporate governance, serta anggapan penghindaran pajak
sama dengan penggelapan pajak (Rusydi dan Martani, 2014).
Perusahaan mungkin memiliki preferensi yang berbeda mengenai keterlibatan mereka dalam
kegiatan penghindaran pajak. Risiko yang timbul diantaranya memunculnya biaya-biaya misalnya
biaya langsung, biaya pelaksanaan, rusaknya reputasi perusaan, potensi jeratan hukum dan
sebagainya Selain menimbulkan risiko, praktik penghindaran pajak juga memiliki dampak buruk
bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan penghindaran pajak mencerminkan adanya perilaku manajer
yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dengan penyampaian informasi yang tidak sesuai
kepada investor yang memunculkan adanya asimetri informasi serta manipulasi laporan keuangan
(Chen, 2015). Terdapat banyak faktor yang mendorong perusahaan melakukan penghindaran pajak
diantaranya, diataranya profitabilitas, tingkat utang, ukuran perusahaan, intensitas aset tetap serta
struktur kepemilikan.
Profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio return on assets. Rasio
return on assets menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
(Kurniasih dan Sari, 2013). Perusahaan menggunakan return on assets untuk memaksimalkan
perencanaan pajak perusahaan. Pengenaan pajak berbanding lurus dengan tingkat profitabilitas
perusahaan. Profitabilitas perusahaan berbanding lurus dengan tingkat pajak yang dikenakan.
Pembiayaan perusahaan dari sumber utang dapat dihitung dengan rasio leverage. Leverage
adalah jumlah utang perusahaan untuk pembiayaan perusahaan yang menimbulkan biaya tambahan
berupa interest atau bunga yang dapat mengurangi kewajiban pajak penghasilan yang ditanggung
oleh wajib pajak badan (Kurniasih dan Sari, 2013).
Kemampuan dan kestabilan perusahaan dalam menjalankan aktivitas ekonominya dapat
ditunjukkan melalui ukuran perusahaan. Perusahaan berskala besar cenderung menjadi pusat
perhatian bagi pemerintah dan mendorong pihak manajemen agar bersikap taat (compliance) atau
agresif (tax avoidance) dalam mengelola pajaknya (Kurniasih dan Sari, 2013).
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 3
Menurut definisi Blocher et al, (2007) dikutip oleh Darmadi (2013), intensitas aset tetap
mempunyai biaya penyusutan yang terdapat pada aset tetap yang nantinya akan berpengaruh pada
kewajiban pembayaran pajak perusahaan. Biaya penyusutan ini dapat digunakan sebagai komponen
pengurang pajak.
Salah satu struktur kepemilikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan
institusional. Kepemilikan institusional yaitu keseluruhan kepemilikan saham yang di pegang oleh
badan kelembagaan, contohnya bank, asuransi, dan lembaga institusi lainnya pada akhir tahun
(Tarjo, 2008 dikutip oleh Simarmata, 2013). Dengan adanya kepemilikan institusional, diharapkan
dapat meningkatkan pengawasan dan memonitor perilaku manajemen. Dengan adanya investor
institusional, keputusan yang diambil oleh manajer dapat dimonitoring secara lebih efektif (Septian
dan Panggabean, 2014).
Sesuai dengan deskripsi dan penjelasan yang telah dijabarkan pada latar belakang,
perumusan masalah yang hendak diteliti dan dijawab pada penelitian yaitu:
1. Apakah return on assets memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak?
2. Apakah leverage memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak?
3. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak?
4. Apakah intensitas aset tetap memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak?
5. Apakah kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak?
Return on Assets
Leverage
Kepemilikan Institusional
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 4
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Penghindaran Pajak
Variabel dependen yang dipilih dalam penelitian ini yaitu penghindaran pajak. Penghindaran pajak
adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh perusahaan demi meminimalisir atau bahkan
menghilangkan beban perpajakannya dengan cara yang legal serta tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Model pengukuran yang dipakai untuk menghitung
penghindaran pajak yaitu Effective Tax Rates (ETR) atau tarif pajak efektif. Tarif pajak efektif
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus:
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 5
Leverage
Leverage merupakan rasio untuk menghitung utang baik jangka pendek maupun jangka
panjang dalam pembiayaan perusahaan. Leverage diukur menggunakan debt to equity ratio dengan
rumus sebagai berikut (Kurniasih dan Sari, 2013) :
Ukuran Perusahaan
Total keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan menjadi skala untuk menentukan
ukuran perusahaan. Model perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
memakai proksi logaritma natural total aset perusahaan untuk menentukan ukuran perusahaan
(Gupta dan Newberry, 1997). Rumus ukuran perusahaan adalah sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah proporsi jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusi.
Model pengukuran yang dipilih untuk menghitung kepemilikan institusional yaitu persentase
proporsi saham milik pihak institusi dari keseluruhan jumlah modal saham perusahaan yang
beredar (Simarmata, 2013), atau dengan rumus sebagai berikut:
4. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan nilai laba dan ekuitas selalu positif.
5. Perusahaan yang tidak memiliki pengembalian pajak karena nilai ETR terdistorsi
(Richardson dan Lanis, 2007).
Metode Analisis
Model analisis regresi dirumuskan dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Dimana:
α = konstanta
β1, β2 = koefisien regresi
ROA = tingkat pengembalian aset perusahaan
LEV = proporsi total utang terhadap total aset perusahaan
SIZE = ukuran perusahaan
CAPINT = intensitas aset tetap perusahaan
INST = kepemilikan institusional perusahaan
e = standar error
Tabel 1
Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah Jumlah
Perusahaan Data
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2015-2017 144 432
Dikurangi :
Perusahaan dengan data yang tidak lengkap dan tidak berakhir pada 31 (6) (18)
Desember
Perusahaan dengan saldo laba dan ekuitas yang bernilai negatif selama (59) (177)
tahun 2015-2017.
Perusahaan yang memiliki pengembalian pajak (5) (15)
Perusahaan delisting selama periode 2015-2017 (2) (6)
Total 72 216
Statistik Deskriptif
Hasil pengujian statitstik deskriptif ditunjukkan dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi terdapat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 208 0.000180 0.526704 0.082198 0.079362
LEV 208 0.076125 5.022828 0.884311 0.785239
SIZE 208 9.306741 17.695052 13.753380 1.718580
CAPINT 208 0.035696 0.796561 0.368694 0.166560
INST 208 0.000900 0.925000 0.415626 0.284543
ETR 208 0.012414 0.921922 0.284906 0.137530
Valid N (listwise) 208
Sumber data sekunder yang diolah
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 7
Variabel ROA atau return on assets yaitu laba bersih dibagi dengan total aset. Nilai terendah
sebesar 0.000180 atau 0.018% dimiliki oleh perusahaan Voksel Electric Tbk. pada tahun observasi
2015 dan nilai tertinggi sebesar 0.5267 atau 52.67% dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang
Indonesia Tbk. pada tahun observasi 2017. Nilai rata-rata sebesar 0.082198 atau 8.2198% dengan
standar deviasi sebesar 0.079362 atau 7.9362%.
Variabel LEV atau leverage yaitu total liabilitas dibagi total ekuitas. Nilai terendah sebesar
0.07612 dimiliki oleh perusahaan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. pada tahun
observasi 2015 dan nilai tertinggi sebesar 5.022828 dimiliki oleh perusahaan Tembaga Mulia
Semanan Tbk. pada tahun observasi 2015. Nilai rata-rata sebesar 0.884311 dengan standar deviasi
sebesar 0.785239.
Variabel SIZE atau ukuran perusahaan yaitu perhitungan logaritma natural atas total aset
perusahaan. Nilai rata-rata sebesar 13.753380 dengan standar deviasi sebesar 1.718580. Nilai
terendah sebesar 9.306 dimiliki oleh perusahaan Duta Pertiwi Nusantara Tbk. pada tahun observasi
2017 dan nilai tertinggi sebesar 17.695 dimiliki oleh perusahaan Astra International Tbk. pada
tahun observasi 2017.
Variabel CAPINT atau intensitas aset tetap yaitu perhitungan total aset tetap dibagi total aset
perusahaan. Nilai rata-rata sebesar 0.368694 dengan standar deviasi sebesar 0.166560. Nilai
terendah sebesar 0.0356 dimiliki oleh perusahaan Duta Pertiwi Nusantara Tbk. pada tahun
observasi 2017 dan nilai tertinggi sebesar 0.7965 yang dimiliki oleh perusahaan Semen Baturaja
(Persero) Tbk. pada tahun observasi 2016.
Variabel INST atau kepemilikan institusional yaitu perhitungan jumlah saham yang dimiliki
oleh institusi dibagi jumlah saham yang beredar. Nilai terendah sebesar 0.000900 atau 0.9%
dimiliki oleh perusahaan Kimia Farma Tbk. pada tahun observasi 2015 dan nilai tertinggi sebesar
0.925 atau 92.5% dimiliki oleh perusahaan H.M. Sampoerna Tbk. pada tahun observasi 2015. Nilai
rata-rata sebesar 0.415626 atau 41.5626% dengan standar deviasi 0.284543.
Variabel penghindaran pajak yang diproksikan dengan ETR berasal dari perhitungan beban
pajak dibagi laba sebelum pajak. Nilai rata-rata sebesar 0.2849 atau 28.49% dengan standar deviasi
0.137530. Tarif PPh berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2010 Pasal 17 Ayat 2b yang ditetapkan
yaitu sebesar 25%, yang berarti nilai effective tax rates relatif sama dengan tarif yang ditetapkan
oleh pemerintah dan kemungkinan adanya indikasi penghindaran pajaknya relatif rendah. Nilai
terendah sebesar 0,0124 atau 1.24% dimiliki oleh perusahaan Kabelindo Murni Tbk. pada tahun
observasi 2017 dan nilai tertinggi 0.9219 atau 92.19% dimiliki oleh perusahaan Star Petrochem
Tbk. pada tahun observasi 2016.
Pengujian Hipotesis
Hasil uji ANOVA atau F didapat nilai F hitung sebesar 7.265 dengan probabilitas 0.000.
Karena probabilitas lebih kecil dari 0,005 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
ETR atau penghindaran pajak. Maka variabel independen (return on assets, leverage, ukuran
perusahaan, intensitas aset tetap, dan kepemilikan institusional) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen (Penghindaran Pajak), sehingga model layak diuji lebih lanjut.
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 8
Tabel 3
Uji Regresi Linier Berganda
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 9
sehingga berdampak pada penurunan pembayaran pajak perusahaan. Semakin tinggi tingkat aset
tetap yang dimiliki semakin rendah pula pajak yang dibayarkan. Dengan demikian, perusahaan
yang memiliki tingkat aset tetap yang lebih tinggi menjadikan manajemen cendrung melakukan
pelaporan pajak yang agresif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Derashid dan Zhang (2003), Gupta dan Newberry (1997), Noor et al. (2010), Richardson dan
Lanis (2007).
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu pertama tingkat penghindaran pajak
hanya dilihat dari periode tahun 2015 – 2017, sehingga hasil penelitian tidak dapat menggambarkan
keadaan perusahaan untuk periode-periode lainnya. Kedua, penelitian terbatas pada memilihan
sampel dari perusahaan sektor manufaktur, oleh karena itu kesimpulan hasil penelitian tidak
relevan apabila dijadikan acuan bagi industri lain di Indonesia. Ketiga, penelitian hanya memakai
satu model pengukuran effective tax rates untuk mengukur tingkat pengukuran pajak yang
dilakukan oleh perusahaan. Keempat, terdapat variabel independen lain yang belum tercakup dalam
dalam penelitian dan dapat berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Saran
Memperbanyak tahun penelitian paling tidak 5 tahun agar dapat melihat bagaimana reaksi
investor dan perilaku pernghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu, perlu
diperluas cakupan sektor penelitian pada industri lainnya selain industri manufaktur.
Menambahkan variabel-variabel selain yang telah tercantum dalam penelitian ini, yang masih
berkaitan dengan penghindaran pajak. Menambahkan model pengukuran lebih dari satu demi
mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat digunakan sebagai landasan penelitian
selanjutnya.
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 10
REFERENSI
Amelia, V. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap,
Intensitas Persediaan Dan Komisaris Independen Terhadap Effective Tax Rate.
Brotodihardjo, R. Santoso. 1994. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: Pt Eresco.
Chen, S., Chen X,. And Cheng, Q. 2010. Are Family Firms More Aggressive Than Non-Family
Firms? Journal Of Financial Economics.
Darmadi, I. N. H., Dan Zulaikha. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Pajak
Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif. Diponegoro Journal Of Accounting.
Derashid, C., And Zhang, H. 2003. Effective Tax Rates And The “Industrial Policy” Hypothesis:
Evidence From Malaysia. Journal Of International Accounting, Auditing And Taxation,
12(1), 45–62.
Ghozali, Imam. 2011. Analisis Multivariate Lanjutan Dengan Program Spss. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gupta, S., And Newberry, K. 1997. Determinants Of The Variability In Corporate Effective Tax
Rates: Evidence From Longitudinal Data. Emerging Markets Finance And Trade, 50(S4),
113–131.
Indonesian Capital Market Directory. 20015. Jakarta. Bursa Efek Indonesia.
Indonesian Capital Market Directory. 20016. Jakarta. Bursa Efek Indonesia.
Indonesian Capital Market Directory. 20017. Jakarta. Bursa Efek Indonesia.
Jensen, M. C., and Meckling, W. H. 1976. Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs And Ownership Structure. Journal Of Financial Economics, 3(4), 305–360.
Kurniasih, T., dan Sari, M. M. R. 2013. Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance. Buletin
Studi Ekonomi, 18(1), 58–66.
Liu, X., And Cao, S. 2007. Determinants Of Corporate Effective Tax Rates. The Chinese
Economy, Vol. 40 No. 6.
Ngadiman, dan Puspitasari, C. 2014. Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Sektor
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi, 18(03),
408–421.
Noor, R. M., Fadzillah, N. S. M., and Mastuki, N. A. 2010. Corporate Tax Planning : A Study On
Corporate Effective Tax Rates Of Malaysian Listed Companies. International Journal Of
Trade, Economics And Finance, 1(2), 189–193.
Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta: Sekretariat Negara.
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019, Halaman 11
Pemerintah Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Mengenai Pajak Penghasilan. Jakarta :
Sekretariat Negara.
Richardson, G., & Lanis, R. (2007). Determinants Of The Variability In Corporate Effective Tax
Rates And Tax Reform : Evidence From Australia, 26, 689–704.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Jaccpubpol.2007.10.003
Rosyada, R. A. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komite Audit, Leverage, Intensitas Modal,
Dan Profitabilitas Terhadap Penghindaran Pajak.
Rusydi, M. K. (2005). Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Aggressive Tax Avoidance Di
Indonesia.
Rusydi, M. K., & Martani, D. (2014). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Aggressive Tax
Avoidance.
Septian, M., dan Panggabean, R. R. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Kepemilikan
Keluarga Terhadap Biaya Utang : Studi Empiris Terhadap Perusahaan Yang Masuk Dalam
Daftar Kompas 100 Periode Agustus 2013-Januari 2014, 1–12.
Simarmata, A. P. P. 2013. Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang. Diponegoro Journal Of
Accounting, Volume 2(Nomor 2), Halaman 1-10.
Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Surbakti, T. A. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Dan Reformasi Perpajakan Terhadap
Penghindaran Pajak Di Perusahaan Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008- 2010.
11
Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jap
Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (2), 2021, 390-397
Abstract
This researcher examines how thin capitalization, profitability, and company size affect tax avoidance. The
sample used is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2017 to 2019.
The sampling method uses purposive sampling in order to obtain 69 manufacturing companies. This study uses
panel data regression analysis techniques with the help of the Eviews 10. This study shows that the independent
variable thin capitalization has no effect on tax avoidance. While profitability has a significant positive effect on
tax avoidance, and company size has a significant negative effect on tax avoidance.
Saran sitasi: Anggraeni, T., & Oktaviani, R. M. (2021). Dampak Thin Capitalization, Profitabilitas, Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Tindakan Penghindaran Pajak. Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (2), 390-397.
doi:http://dx.doi.org/10.29040/jap.v21i2.1530
DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jap.v21i2.1530
1. PENDAHULUAN
Pajak memiliki kedudukan yang sangat kuat merupakan mekanisme merujuk pada keputusan
untuk kemajuan suatu negara. Di Indonesia, lebih dari investasi oleh perusahaan dalam mendanai operasi
80% penerimaan negara Republik Indonesia berasal bisnis dengan mengutamakan pendanaan hutang
dari pajak.Pada tahun 2019 pajak di Indonesia dibandingkan menggunakan modal ekuitas dalam
mengalami penurunan khususnya dibidang industri struktur modalnya (Salwah & Herianti, 2019). Banyak
manufaktur sebesar Rp. 16,77 triliun atau turun 16,2% perusahaan yang lebih memilih menggunakan cara
year on year. Padahal sektor ini berkontribusi sebesar thin capitalization agar dapat terhindar dari pajak
20,8% terhadap penerimaan pajak. Meski sektor karena perusahaan lebih memilih untuk membayar
manufaktur masih tumbuh negatif, tetapi penerimaan bunga pinjaman daripada membayarkan pajak. Bunga
pajak sektor lainnya masih tumbuh positif bahkan pinjaman tersebut akan menjadi beban yang dapat
meningkat signfikan dibandingkan tahun lalu. dikurangkan sebagai pengurang pajak. Dengan
Kementrian Keuangan mencatat penerimaan pajak demikian pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
sepanjang Januari 2019 tumbuh 8,82% atau semakin sedikit.
meningkat dari Rp 79 triliun menjadi Rp 86 triliun. Di Indonesia, aturan mengenai thin capitalization
Penurunan tingkat penerimaan pajak tersebut telah diatur dalam Undang-Undang khususnya yang
disebabkan oleh wajib pajak badan yang berkaitan dengan rasio hutang terhadap modal.
menimimumkan beban pajaknya untuk Pendekatan rasio hutang dan modal diatur dalam Pasal
memaksimalkan laba perusahaan. Penghindaran pajak 18 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan
yang dilakukan menggunakan strategi-strategi dimana Menteri Keuangan berwenang menentukan
dibidang perpajakan. besaran perbandingan hutang dengan modal yang
Dalam melakukan penghindaran pajak terdapat dapat dibenarkan untuk kepentingan penghitungan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, pajak. Besarnya perbandingan antara hutang dan
diantaranya yaitu thin capitalization, profitabilitas, modal sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
dan ukuran perusahaan. Thin capitalization No.169/ PMK.010/2015 tentang Penentuan Besarnya
Observations 69 69 69 69
Cross sections 23 23 23 23
Sumber : Olah data eviews 10
Vicka Stawati a*
a Program Studi Akuntansi, Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran
Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak. Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah sektor
argikultural yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014 - 2018. Jumlah populasi 20
perusahaan, penelitian ini diperoleh dengan teknik purposive sampling yang kemudian menghasilkan 6
sampel penelitian untuk penyelidikan lebih lanjut. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas, Leverage,
dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak. Ini berarti bahwa pemerintah belum
berhasil melakukan program Pengampunan Pajak yang berdampak pada perusahaan akan melakukan
Penghindaran Pajak.
Abstract
The purpose of this study was to examine the effect of Profitability, Leverage and Size Company on Tax
Avoidance. The population which is the object of this research is argicultural sectors listed on Indonesia
Stock Exchange (BEI) in 2014 - 2018. The total population of 20 companies, this study obtained by purposive
sampling technique which then resulted in 6 research samples for further investigation. The analysis
technique used is multiple regression analysis. Based on data analysis and discussion can be concluded that
Profitability, Leverage, and Company Size has effect on Tax Avoidance. This means that the government has
not succeeded in conducting Tax Amnesty program which has the impact of the company will do Tax
Avoidance.
How To Cite: Vicka Stawati (2020) Pengaruh Profitabiltas, leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran
Pajak. Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 6 (2): 147 - 157
* email: vickasta2@gmail.com
PENDAHULUAN
Pajak merupakan sebuah penerimaan negara yang didapatkan dari suatu pungutan
terhadap orang pribadi dan juga badan atau perusahaan yang umumnya bersifat wajib
dan memaksa (Latofah, N., & Harjo, D. 2020). Manfaat pajak tidak secara langsung
dirasakan oleh rakyat karena pajak dimanfaatkan untuk kepentingan bersama dan
bersifat umum, bukan untuk kepentingan perorangan. Pajak adalah hal yang sangat
penting bagi pemerintah karena sangat memberikan pengaruh yang besar dalam
penerimaan negara (Widyaningtyas, N. S. 2020). Di negara Indonesia upaya dalam
memaksimalkan penerimaan pajak bukan tanpa rintangan. Dalam proses perbaikan
system pada perpajakan yang dilakukan oleh pemerintah, terdapat perbedaan
147
Vicka Stawati (2020) Pengaruh Profitabiltas, leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak…
kepentingan antara pemerintah dan perusahaan. Pajak dimata negara adalah suatu
pendapatan yang dimanfaatkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, akan
tetapi bagi perusahaan pajak adalah suatu beban yang dapat mempengaruhi laba yang
dihasilkan oleh perusahaan. Adanya perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan
wajib pajak akan melakukan penghindaran terhadap perpajakan (Alfaruqi, H. A.,
Sugiharti, D. K., & Cahyadini, A. 2019).
Perlawanan terhadap pajak salah satunya dilakukan dengan cara penghindaran
pajak (tax avoidance) dimana perusahaan akan melakukan pengurangan terhadap beban
pajaknya dengan cara yang legal dan hal tersebut tidak bertentangan dengan undang-
undang perpajakan yang berlaku. Permasalahan ini merupakan persoalan yang rumit
dan unik karena dalam hal ini, tax avoidance tidak melanggar hukum (legal), namun di
sisi lain tax avoidance tidak di harapkan oleh perusahaan. Kesempatan terjadinya tax
avoidance disebabkan juga oleh karena pemerintah Indonesia menganut system self
assessment dalam system pemungutan pajaknya (Razif, R., & Rasyidah, A. 2020). Wajib
pajak diberikan keleluasaan penuh dalam menghitung, membayar dan melaporkan
sendiri kewajiban pajaknya. Penerapan perpajakan ini seolah membuka kesempatan
kepada wajib pajak untuk memanipulasi jumlah angka pajak yang harus dibayar dengan
upaya menekan biaya perusahaan, termasuk dalam beban pajaknya. Terdapat beberapa
faktor lain yang mempengaruhi suatu perusahaan melakukan penghindaran pajak (tax
avoidance) diantaranya adalah Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan.
Profitabilitas merupakan suatu kemampuan suatu perusahaan dalam mengahasilkan
keuntungan (laba) dalam kurun waktu tertentu. Semakin tinggi laba perusahaan akan
berdampak baik pada kinerja perusahaan tersebut, namun laba merupakan poin penting
dalam pengenaan pajak, apabila semakin tinggi nilai laba dari suatu perusahaan hal ini
akan berdampak pada besarnya beban pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
(Eksandy, A., & Milasari, E. 2019).
Selanjutnya faktor lain yang mempengaruhi perusahaan melakukan penghindaran
pajak (tax avoidance) adalah leverage. Leverage merupakan suatu perbandingan yang
mencerminkan besarnya hutang yang digunakan untuk pembiayaan oleh perusahaan
dalam menjalankan aktifitas operasionalnya. Semakin besar penggunaan hutang oleh
perusahaan, akan berdampak pada jumlah beban bunga yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan, hal ini dapat mengurangi laba sebelum kena pajak yang selanjutnya dapat
mengurangi besaran pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan (Purnama, D. 2020).
Faktor lain yang dapat memberikan pengaruh perusahaan dalam melakukan
penghindaran pajak adalah Ukuran Perusahaan. Makin besar aset yang dimiliki oleh
perusahaan, maka perusahaan dapat memberikan catatan baik untuk melakukan suatu
kegiatan yang dapat memperluasan pangsa pasar dan hal ini akan mempengaruhi suatu
profitabilitas perusahaan (Arfin Taniman, J. 2020). Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada kajian
perusahaan sector Argicultural yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-
2018 yang melaporkan Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan dan terindikasi
dapat melakukan penghindaran pajak.
Pajak merupakan sebuah penerimaan negara yang diperoleh dari suatu pungutan
terhadap orang pribadi dan juga badan atau perusahaan yang umumnya bersifat wajib
dan memaksa. Bagi pemerintah pajak adalah sumber penghasilan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan negara, sedangkan bagi perusahaan pajak merupakan suatu beban
yang mempengaruhi berkurangnya laba bersih yang telah dihasilkan oleh perusahaan.
Adapun definisi pajak menurut para ahli yaitu Soemitro, pajak merupakan iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dipaksakan) dengan tidak
148
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 6 (2) November 2020
mendapat jasa imbalan (kompensasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Sidharta, 2017).
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan suatu kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (laba) dalam kurun waktu tertentu. Menurut Hery (2016:7) rasio
profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dari aktivitas
operasionalnya. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung rasio tersebut :
Levereage
Leverage merupakan suatu kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran
seluruh kewajbannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut
Fahmi (2014). leverage bertujuan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh hutang. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung rasio tersebut :
Ukuran Perusahaan
Secara umum perusahaan adalah suatu unit kegiatan tertentu yang mengubah
sumber-sumber ekonomi menjadi lebih bernilai guna berupa barang atau jasa dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan dan tujuan lainnya. Cara pengkuruan ukuran
perusahaan ini ada dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara
tidak acak melainkan dengan beberapa criteria tertentu. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder atau dengan menggunakan data yang
diperoleh secara tidak langsung, melainkan melalui suatu lembaga tertentu dan
diterbitkan untuk kepentingan umum. Penelitian ini digunakan untuk mengkaji
pengaruh profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan sebagai variable bebas (variable
independen) terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) sebagai variable terikat
149
Vicka Stawati (2020) Pengaruh Profitabiltas, leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak…
(variabel dependent) pada perusahaan argicultual yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2014-2018.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah sebuah situasi yang menunjukan adanya korelasi atau
hubungan kuat antara dua variable atau bebas atau lebih dalam sebuah model regresi
berganda, atau dengan kata lain uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan
linear antara variable bebas dan varaibel terikat.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah suatu kegiatan menganalisis data yang dilakukan untuk
mengetahui adanya korelasi variable yang ada di dalam model prediksi dengan
perubahan waktu. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya).
Uji Heterokedastisitas
Menurut Sudarmanto (2013:240) uji asumsi heterokedastisitas ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah residual absolute sama atau tidak sama untuk semua
pengamatan. Apabila asumsi tidak terjadinya heterokedastisitas ini tidak terpenuhi,
150
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 6 (2) November 2020
maka penaksir menjadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar dan
estimasi koefisien dapat dikatakan menjadi kurang akurat.
Pengujian Hipotesis
Uji Statistik T
Priyanto (2013:139) menyatakan bahwa uji T digunakan untuk mengetahui apakah
secara parsial variable independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap
variable dependen.
Deskripsi Data
Menurut Imam Ghozali (2018:19) statistic deskriptif memberikan gambaran atau
dekripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). Hasil
151
Vicka Stawati (2020) Pengaruh Profitabiltas, leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak…
analisis deskriptif statistic masing-masing variabel yang terdiri dari variable dependen
Penghindaran Pajak dan variable independen Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Pajak
ini akan dibahas mengenai karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi jumlah sampel (N), rata-rata (Mean), nilai maksimum, nilai minimum serta
standar deviasi, hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Uji StatistikDeskriptif
Berdasarkan tabel 1 diatas diketahui jumlah data (N) yang dicantumkan dalam
penelitian ini adalah 30 data, dengan keterangan sebagai berikut :
Profitabilitas
Berdasarkan tabel 1. Diatas diketahui nilai minimum dari profitabilitas adalah
sebesar 0.01 yang berarti bahwa profitabilitas perusahaan terendah selama periode
penelitian yang diperoleh perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 0,01 pada
PT Sampoerna Agro Tbk dengan kode saham (Emiten) SGRO pada laporan keuangannya
tahun 2018, nilai maksimum dari profitabilitas perusahaan adalah sebesar 0,15 pada PT.
BISI International Tbk dengan kode saham (emiten) BISI pada laporan keuangannya
tahun 2017 dan 2018, rata-rata atau mean dari profitabilitas perusahaan tersebut
sebesar 0,673 dan jumlah keseluruhan (sum) profitabilitas perusahaan adalah sebesar
2,02, sedangkan untuk standar deviasi adalah sebesar 0,04168. Dengan demikian batas
penyimpangan dari profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini adalah sebesar
0,04168 dari 30 data observasi.
Leverage
Berdasarkan tabel 1. diatas diketahui nilai minimum dari leverage adalah sebesar
0.14 yang berarti bahwa leverage perusahaan terendah selama periode penelitian yang
diperoleh perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 0,14 pada PT BISI
International Tbk dengan kode saham (Emiten) BISI pada laporan keuangannya tahun
2014, nilai maksimum dari leverage perusahaan adalah sebesar 0,69 pada PT. Dharma
Satya Nusantara Tbk dengan kode saham (emiten) DSNG pada laporan keuangannya
tahun 2018, rata-rata atau mean dari leverage perusahaan tersebut sebesar 0,3980 dan
jumlah keseluruhan (sum) leverage perusahaan adalah sebesar 11,94, sedangkan untuk
standar deviasi adalah sebesar 0,19923. Dengan demikian batas penyimpangan dari
leverage perusahaan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,19923 dari 30 data observasi.
Ukuran Perusahaan
Berdasarkan tabel 1. diatas diketahui nilai minimum dari ukuran perusahaan
adalah sebesar 14,44 yang berarti bahwa ukuran perusahaan terendah selama periode
penelitian yang diperoleh perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 14,44 pada
PT BISI International Tbk dengan kode saham (Emiten) BISI pada laporan keuangannya
tahun 2014, nilai maksimum dari ukuran perusahaan adalah sebesar 26,73 pada PT.
Dharma Samudera Fishing Indust Tbk dengan kode saham (emiten) DSFI pada laporan
keuangannya tahun 2018, rata-rata atau mean dari ukuran perusahaan tersebut sebesar
152
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 6 (2) November 2020
18,8170 dan jumlah keseluruhan (sum) ukuran perusahaan adalah sebesar 564,51,
sedangkan untuk standar deviasi adalah sebesar 4,38428. Dengan demikian batas
penyimpangan dari ukuran perusahaan dalam penelitian ini adalah sebesar 4,38428 dari
30 data observasi.
PenghindaranPajak
Pada penelitian ini diketahui nilai minimum dari penghindaran pajak perusahaan
adalah sebesar 0,04 yang berarti bahwa penghindaran pajak perusahaan terendah
selama periode penelitian yang diperoleh perusahaan yang dijadikan sampel adalah
sebesar 0,04 pada PT Astra Agro Lestari Tbk dengan kode saham (Emiten) AALI pada
laporan keuangannya tahun 2016, nilai maksimum dari penghindaran pajak perusahaan
adalah sebesar 0,72 PT Sampoerna Agro Tbk dengan kode saham (emiten) SGRO pada
laporan keuangannya pada tahun 2016, rata-rata atau mean dari penghindaran pajak
perusahaan tersebut sebesar 0,2897 dan jumlah keseluruhan (sum) penghindaran pajak
perusahaan adalah sebesar 8,69, sedangkan untuk standar deviasi adalah sebesar
0,11895 . Dengan demikian batas penyimpangan dari penghindaran pajak perusahaan
dalam penelitian ini adalahsebesar 0,11895 dari 30 data observasi
Uji Autokorelasi
Dapat diketahui bahwa dari tiga variasi yang digunakan dalam penelitian ini nilai
tolerance value lebih kecil 0,10 dengan nilai tolerance value dari masing-masing variable
tersebut adalah -0,472 untuk variable profitabilitas, 0,577 untuk leverage dan 0,570
untuk variable ukuran perusahaan. Nilai VIF dibawah 10 dengan nilai masing-masing
2,119 untuk variable profitabilitas, 1,733 untuk variable leverage dan 1,753 untuk
variable ukuran perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas dalam penelitian ini.
Uji Heterokedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2018:137) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain. Ada atau tidak adanya heterokedastisitas di lihat
dari nilai signifikansi dari masing-masing variable bebasnya, jika nilai signifikansi antara
variable indipenden dengan variable dependen (residual absolute) lebih kecil dari 0,05
maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas yang artinya data tersebut memiliki
hubungan yang signifikan dan data yang ada tidak menyimpang terlalu jauh. Pada
penelitian ini menunjukan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu
pola, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y hal ini tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi. Dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian
ini memenuhi asusmsi heterokedastisitas.
153
Vicka Stawati (2020) Pengaruh Profitabiltas, leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak…
terikat. Di dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap sampel yang telah
dikumpulkan dengan 3 cara yaitu : uji parsial (uji t), uji simultan (uji F) dan analisis
determinasi (adjust R square). Dalam pengujian hipotesis ini dilakukan dengan metode
regresi linier berganda karena memiliki empat variabel, tiga diantaranya variable bebas
dan satu variable terikat.
“Y = a + b1 X1 + b2 X2 + ........................ + bnXn”
Nilai konstanta (a) yaitu 0,140 yang artinya apabila seluruh variable bebas
dianggap constant yaitu profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan maka nilai
variable terikatnya yaitu penghindaran pajaknya sebesar 0,140.
Nilai profitabilitas sebesar -0,184 yang artinya jika terjadi kenaikan 1 point dari
profitabilitas maka nilai dari penghindaran pajak akan bertambah sebesar -0,184 atau
persentase dari kenaikan profitabilitas sebesar 1 point.
Nilai leverage sebesar 0,159 yang artinya jika terjadi penurunan 1 point dari
leverage akan mengakibatkan penurunan atas penghindaran pajak sebesar 0,159 atau
sebesar persentase dari kenaikan 1 point leverage.
Nilai ukuran perusahaan sebesar 0,005 yang artinya jika terjadi kenaikan 1 point
dari ukuran perusahaan maka akan mengakibatkan kenaikan atas nilai penghindaran
pajak sebesar 0,005 atau sebesar 0,5% dari kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1
point.
Berdasarkan angka t-tabel dengan ketentuan a=0,05 dan dk = (n-k) atau (30-4) = 26
sehingga diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,705. Maka dapat diketahui pengaruh masing-
masing variable sebagai berikut:
154
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 6 (2) November 2020
Hasil Uji F
Menurut Imam Ghozali (2018:98) uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variable independen bersama-sama (simultan) terhadap variable dependen. Uji F dapat
dilihat dengan nilai F hitung dari ouput SPSS versi 25 dan juga membandingkan hasil
dari probability value. Jika F-hitung> F-tabel dan prbability value dalam kolom sig < 0,05
maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Berikut adalah hasil SPSS dari uji F,
Jumlah pengamatan sebanyak 30 (n = 30), variable penelitian berjumlah 4 (k = 4),
dengan signifikan sebesar 0,05, maka dapat ditentukan f-tabel dengan menggunakan
derat penyebut (dfl) = k-1 dan derajat pembilang (dfl2)= n-k. Maka diperoleh dfl = 3 dan
dfl = 27, dengan nilai f-tabel.
Berdasarkan hasil Uji-F diatas menunjukan bahwa F hitung sebesar 2,216 dengan
signifikan 0,110 sedangkan f-tabel sebesar 2,96 dengan signifikan 0,05. Karena
Fhitung<Ftabel (2,216 < 2,96) dan tingkat signifikannya lebih besar dari 0,05
(0,110>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas, Leverage dan Ukuran
Perusahaan pada penelitian ini berpengaruh secara simultan terhadap penghindaran
pajak.
Hasil Uji R2
Menurut Imam Ghozali (2018:97) pengujian koefisien determinasi ditunjukan
dengan nilai adjusted R-Square. Nilai adjusted R-Square pada intinya untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable independen.
Berikut adalah hasil SPSS untuk koefisien determinasi penelitian. Dari model summary
diatas terlihat bahwa nilai adjusted R-Square adalah 0,112. Hal iniberarti 11,2% dari
variasi Penghindaran Pajak dapat dijelaskan oleh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran
Perusahan sedangkan sisanya 88,8% (100% - 11,2%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain
yang tidak dimasukan dalam model regresi.
SIMPULAN
Secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan negatif pada
Profitabilitas terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan argicultural
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dibuktikan dengan hasil statistik uji t
diperoleh nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-0,253 < 1,705). Secara parsial tidak
terdapat pengaruh yang signifikan dan positif pada Leverage terhadap penghindaran pajak (tax
155
Vicka Stawati (2020) Pengaruh Profitabiltas, leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak…
avoidance) pada perusahaan argicultural yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dibuktikan
dengan hasil statistik uji t diperoleh nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (1,152 < 1,705). Secara
parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan positif pada Ukuran Perusahaan terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan argicultural yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang dibuktikan dengan hasil statistik uji t diperoleh nilai t-hitung lebih kecil dari t-
tabel (0,837 > 1,705). Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara
simultan dan postitf terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan argicultural
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dibuktikan dengan hasil statistik uji F diperoleh nilai
F-hitung lebih besar dari F-tabel (2,216 < 2,96), dan tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05
(0,110 > 0,05). Sedangkan untuk nilai adjusted R-Square adalah 0,112. Hal iniberarti 11,2% dari
variasi Penghindaran Pajak dapat dijelaskan oleh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahan
sedangkan sisanya 88,8% (100% - 11,2%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukan dalam model regresi.
DAFTAR PUSTAKA
Alfaruqi, H. A., Sugiharti, D. K., & Cahyadini, A. (2019). Peran pemerintah dalam mencegah tindakan
penghindaran pajak sebagai aktualisasi penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam bidang
perpajakan. Acta diurnal Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan, 3(1), 113-133.
Amanda, D. P. (2018). Pengaruh Size, Age, Profitability, Leverage dan Sales Growth Terhadap Tax
Avoidance Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2016. Jurnal Akuntansi dan Pajak, 10-20.
Arfin Taniman, J. (2020). Pengaruh Leverage, Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Paradigma Akuntansi, 2(3), 1372-1379.
Chandrarin, G. (2017). Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif. Salemba Empat.
Danang, S. (2016). Metodologi Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: Refika Aditama.
Eksandy, A., & Milasari, E. (2019). Pengaruh Environmental Disclosure, Kualitas Auditor Internal, Dan
Kontrak Manajemen Terhadap Kualitas Laba (Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016). COMPETITIVE, 3(1), 88-113.
Fahmi, I. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Febby, N. S. (2018). Pengaruh Leverage, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Sektor Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2016. ISSN, 2262.
Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Grasindo.
Imam, G. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 25. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Latofah, N., & Harjo, D. (2020). Analisis Tax Awareness Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat. Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI), 2(1), 52-62.
Mardiasmo. (2016). Perpajakan Edisi Revisi Tahun 2016. Yogyakarta: Andi.
Muhammad, R. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Sales Growth Terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Skripsi, 1-106.
Naniek, N., & Dewi Luh Ni, P. P. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 2302-8556.
Permata, A. D. (2018). Pengaruh Size, Age, Profitability, Leverage dan Sales Growth Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi dan Pajak,19(01), 10-20.
Priyanto, D. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom.
Purnama, D. (2020). Pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Jurnal Riset Keuangan Dan Akuntansi, 3(1).
Razif, R., & Rasyidah, A. (2020). Pengaruh Self Assessment System, Money Ethics, Dan Teknologi Dan
Informasi Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Badan Mengenai Tax Evasion (Studi Kasus
Pada Kpp Pratama Langsa). Al Mashaadir: Jurnal Ilmu Syariah, 1(1).
Ririh, A. G. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Capital Intensity Terhadap
Tax Avoidance. Skripsi, 1-17.
Rudangga, & Sudiarta, G. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan. E-Jurnal Manajemen Unud, 4394-4422.
Sidharta, I. (2017). Pengantar Perpajakan. Yogyakarta: Diandra Kreatif.
Suandy, E. (2013). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
156
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 6 (2) November 2020
Sudarmanto, R. G. (2013). Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2017). Kerangka Berfikir Uma Sekaran Business Research.
Sujarweni, V. W. (2015). Metodelogi Penelitian Bisnis & Ekonomi. Pustaka Baru Press.
Sumarsan, T. (2017). Perpajak Indonesia : Pedoman Perpajakan Lengkap Berdasarkan Undang-Undang
Terbaru (Edisi 5). Jakarta: PT. Indeks.
Waluyo. (2012). Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Widyaningtyas, N. S. (2020). Hubungan Antara Perilaku Wajib Pajak dan Kebijakan Pajak Berdasarkan
Sudut Pandang Behavioral Accounting. E-Jurnal Akuntansi, 30(1), 14-27.
157