Makalah Kelompok 1 FTK Teori Keperawatan Virginia Handerson
Makalah Kelompok 1 FTK Teori Keperawatan Virginia Handerson
KELOMPOK 1 :
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan
dapat disusun oleh kelompok 1 dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun
oleh kelompok 1 untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih karena telah diberikan
kesempatan untuk menyusun makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
1. Bpk. Ns. Puguh Raharjo, M.Kep selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini ada beberapa hal yang
perlu diperbaiki dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
iv
BAB I
PENDAHULUAN
individu, saat sakit atau sehat, dalam melakukan kegiatan tersebut yang bertujuan
untuk kesehatan, pemulihan, atau kematian yang damai dan individu akan dapat
orang dan mengikutsertakan fenomena dari ruang lingkup klien berikut ini :
bekerja secara bebas dengan pekerja pelayan kesehatan lainnya (Tomey dan
yaitu mengkaji individu baik yang sakit ataupun sehat dengan memberikan
1
Pemahaman konsep tersebut dengan didasari kepada keyakinan dan nilai
mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi mandiri pada dewasa yang
Henderson ?
asuhan keperawatan ?
2
1.3 TUJUAN
keperawatan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Nursing.
perawat cukup berbeda dengan prrofesi yang lain dalam layanan kesehatan dalam
kinerjanya.
4
Pertanyaan ini merupakan hal penting sampai tahun 1950-an, sebab
keperawatan.
Pada saat menulis pada tahun 1960-an, Beliau dipengaruhi oleh aspek negative
dan positif dari praktek keperawatan pada masa itu. Hal tersebut meliputi :
2. Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi
fisik semata.
Kontribusi penting oleh Henderson (1966) adalah definisi perawatan berikut yang
'Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu sehat atau sakit.
Dalam hal memberikan pelayanan kesehatan atau pemulihan atau kematian yang
damai, yang dapat ia lakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan,
5
2.2 KONSEP UTAMA DAN TEORI VIRGINIA HENDERSON
untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan
8. Lingkungan
yang lain
6
13. Bekerja sedemikian rupa sehingga ada rasa pemenuhan akan
kebutuhan.
yang tersedia
Menurut Henderson, ke-14 kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus tersebut
dipengaruhi oleh :
1. Usia
sebagai berikut :
7
c. Asuhan keperawatan dasar berdasarkan kebutuhan dasar manusia
Perawat menyadari fungsi dan keunikannya, dan kesadaran ini menandai era
baru ketika profesi keperawatan mulai menelaah sifat aktual dari kerja
sebagai komponen bio, psiko, cultural, dan spiritual yang mempunyai empat
8
menyempurnakan, melengkapi, menambah, menguatkan kekuatan, kemauan,
dan pengetahuan.
ketidaktergantungan.
tangan dari orang yang teramputasi, mata bagi orang buta, pemberi
kehangatan bagi bayi, juru bicara bagi orang bisu, dan sebagainya.
yang relative, tidak satupun kita tidak bergantung pada orang lain, tetapi
9
Juga dimodifikasi sesuai kondisi, usia, temperamen, emosi, status sosial,
pasien harus selalu bekerja sama untuk mencapai tujuan, baik dalam
unik, berbeda dengan dokter, dimana keperawatan, diatur oleh perawat dan
10
3. Perawat sebagai anggota Tim Kesehatan
Tak ada yang lebih besar, masing-masing mempunyai fungsi unik sendiri-
sendiri.
HENDERSON
(1) Perawat merawat pasien sampai pasien dapat merawat diri mereka sendiri
sekali lagi.
(3) Perawat bersedia untuk melayani dan bahwa “perawat akan mengabdikan
(4) Perawat harus dididik di tingkat universitas di kedua seni dan ilmu
pengetahuan.
(5) Henderson juga percaya bahwa pikiran dan tubuh tidak dapat dipisahkan.
Hal ini tersirat bahwa pikiran dan tubuh saling terkait. (Henderson, 1966,
1991).
11
a. Perawat mempunyai keunikan untuk membantu individu sehat atau
sakit.
d. Perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup baik dari segi atau
sosial.
emosional.
terpisahkan.
keperwatan.
12
e. Seseorang dapat memperoleh kesehatan jika dia mempunyai kekuatan,
lingkungan.
keagamaan pasien.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Core/inti
Data diri pasien yang terdiri dari: umur, pendidikan, jenis kelamin,
1. Pernafasan
13
2. Kebutuhan makan dan minum
3. Eliminasi
4. Posisioning
8. Kebersihan tubuh
9. Kondisi lingkungan
10. Komunikasi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
14
dengan yang ditentukan dokter. Sebuah rencana yang baik
4. Implementasi
intelektual.
5. Evaluasi
KASUS
Tn. T, usia 19 tahun, no RM 01617559, agama Islam, pendidikan terakhir
SLTP, tidak bekerja, belum menikah, masuk RSUP Fatmawati di antar
oleh keluarga pada tanggal 13 November 2018 pukul 7.30 WIB melalui
IGD dengan diagnosis neglected fracture of left shaft femur.
- Keluhan utama saat masuk ke IGD adalah nyeri di paha kiri.
Masalah keperawatan di IGD yaitu nyeri akut dengan rencana
tindakan observasi tanda-tanda vital, manajemen nyeri, kolaborasi
pemberian cairan infus, skeletal traksi 10 Kg, ketorolac 30 mg,
ranitidine 50mg, ORIF reconstruction. Pukul 19.30 WIB pasien masuk
ruang perawatan Hasil pengkajian pada tanggal 14 Nopember 2018
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 110/77 mmHg, nadi 82
15
kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36,50c. Pasien mengatakan nyeri
pada paha kiri, numeric rating scale/NRS 4 (sedang), nyeri tidak
berpindah dari tempat yang satu ke tempat lainnya, nyeri dirasakan
kurang dari 3 bulan, nyeri terasa seperti berdenyut, nyeri berkurang
jika kaki kiri tidak digerakan. Pasien mengatakan pada bulan
September 2015 pukul 08.00 pagi pernah terjatuh dari atap genteng
ketinggian 5 meter. Menurut keterangan pasien, kaki kirinya
menginjak salah satu genteng kemudian terjatuh ke bawah dengan
kaki kiri menyentuh tanah terlebih dahulu kemudian badan pasien
jatuh miring ke kiri. Oleh keluarga, pasien dibawa ke Puskesmas dan
mendapatkan perawatan selama 3 hari, selama perawatan di
Puskesmas pasien mendapatkan terapi infus, obat nyeri dan
pembidaian. Alasan ekonomi dan tidak memiliki kartu BPJS, keluarga
pasien ke rumah. Kemudian pasien melakukan pengobatan tradisional
dengan dukun patah tulang selama 3 bulan. Pasien mengatakan selama
pengobatan oleh dukun patah tulang, paha kiri pasien dilakukan
pemijitan dan pembebatan dengan balok papan pada 3 sisi yaitu
bagian bawah, sisi samping kiri dan kanan. Tiga bulan setelah itu
pasien dapat berjalan perlahan-lahan. Selang satu tahun kemudian
pasien sudah dapat beraktivitas kembali seperti berjalan, berlari
namun pincang. Pasien juga dapat bekerja kembali di tempat
penyewaan alat selancar di pantai Anyer. Menurut keterangan pasien,
kaki kirinya setelah tiga tahun berlalu berobat ke dukun patah tulang
tidak ada masalah lagi, namun pada tanggal 20 September 2018 paha
kirinya mengalami pembengkakan dan nyeri berat (NRS skala 7 ).
Tanggal 26 September 2018 oleh keluarga, pasien dibawa ke Rumah
Sakit Panggung Rawi Cilegon. Tanggal 1 Oktober 2018 pasien
dilakukan operasi dan pemasangan skeletal traksi. Hasil pemeriksaan
Radiologi tanggal 06 Nopember 2018; Kedudukan tulang tidak
segaris, tampak fraktur lama di os femur sinistra, tampak kalus,
dengan kesan malunion.
- Riwayat Kesehatan Sekarang
16
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada paha kiri
bekas operasi sejak satu bulan yang lalu. Nyeri berdenyut-denyut,
skala 4 (NRS 0- 10), durasi < 10 menit, dirasakan saat pasien
menggerakan kaki kirinya. Menurut keterangan pasien, sebelumnya
pada tanggal 01 Oktober 2018 di Rumah Sakit Panggung Rawi
Cilegon dilakukan operasi dan pemasangan skeletal traksi dengan
beban 20kg, karena keterbatasan peralatan dan kondisi garis patahan
tulang mencapai 7cm pasien disarankan untuk dirujuk ke RSUP
Fatmawati kemudian dipasang skeletal traksi dengan beban 12 kg.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 13 Nopember 2018
menunjukkan nilai Hb 13,5g/dL, Ht 40%, Leukosit 22,1 ribu/ul,
Trombosit 452 ribu/ul, Eritrosit 4,66 juta/ul. Pemeriksaan elektrolit
Natrium darah 139 mmol/L. Kalium darah 3,89 mmol/L, klorida darah
107 mmol/L. Tanggal 21 November 2018 pukul 09.30 pasien
menjalani operasi ORIF femur dengan implant broad DCP 4,5 10
hole.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
asma, hipertensi, stroke, maupun penyakit menurun lainnya.
PENGKAJIAN
Pengkajian Data Subyektif Data Obyektif
Bernapas dengan Pasien mengatakan tidak Inspeksi : bentuk dada normal, ekspansi
normal sesak napas, tidak dada simetris, frekuensi pernapasan 19
mengeluh nyeri saat x/menit, retraksi interkosta dan
menarik napas maupun penggunaan otot- otot bantu pernapasan
saat posisi kepala tidak ada, pernapasan cuping hidung tidak
ditinggikan atau duduk. ada.
Pasien mengatakan tidak Palpasi : tidak ada nyeri tekan, taktil
memiliki riwayat batuk fremintus simetris dada kanan dan kiri.
17
lama. Perkusi : resonan di kedua lapang paru.
Auskultasi : suara vesikuler, tidak ada
suara napas abnormal. Hasil pemeriksaan
rontgen tanggal 29 September
corakan bronkhovasculer paru kanan kiri
baik, tulang dan jaringan lunak baik, kesan
cor dan pulmo dalam batas normal.
Kebutuhan Pasien mengatakan tidak Inspeksi; mukosa mulut lembab,
Makan Dan ada mual dan muntah, membran mukosa mulut tidak ada lesi,
Minum anoreksia tidak ada, nafsu karies gigi kanan graham bawah kedua.
makan tidak berkurang, Tidak ada alergi makanan. Status Gizi
kesulitan menelan tidak Baik/Normal.
ada. Pasien mengatakan Diet; pasien tidak mengalami perubahan
makan habis 1 porsi dari dalam pola makan sebelum dan selama
diet yang diberikan di RS. sakit (nasi, lauk, sayur) habis 1 porsi.
Selama dirawat di RS pasien makan 2 kali
sehari
Auskultasi : Bising usus normal 5x/menit.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada
abdomen.
Perkusi : Tympani pada seluruh kuadran
abdomen.
Kebutuhan Pasien mengatakan karena Buang air besar 1x/hari dengan konsistensi
Eliminasi kaki kirinya dipasang feses lembek kecoklatan, tidak terjadi
pemberat, aktivitas perdarahan saat BAB. Buang air kecil 4-6
eleminasi dilakukan di x/hari, urin berwarna bening kekuningan,
tempat tidur, jika hendak tidak ada keluhan nyeri saat BAK. Hasil
BAK pasien menggunakan pemeriksaan fisik;
urinal sedangkan BAB Inspeksi; Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
menggunakan pispot. turgor kulit elastis, tidak ada hemoroid.
Pasien mengatakan tidak Palpasi; tidak terdapat nyeri tekan pada
ada keluhan saat BAB vesika urinaria. tidak ada nyeri tekan
18
maupun BAK. abdomen, abdomen lunak dan tidak teraba
masa.
Kebutuhan Pasien mengatakan tidak Pasien berbaring dengan posisi supinasi
Bergerak dan nyaman dengan posisi dan kaki kiri elevasi. Kaki kiri pasien
Mempertahanka kakinya karena tidak bisa terpasang skeletal traksi dengan beban 12
n Postur Tubuh ditekuk. Nampak aktivitas Kg.
Aktifitas dan pasien di tempat tidur. Kaki kiri bagian distal tampak atropi,
Mobilisasi lingkar betis kiri 28 cm, kanan 36 cm,
pemedekan pada kaki kiri, panjang kaki
kiri 83 cm, kanan 85 cm. Deformitas kaki
kiri (+), adanya penonjolan abnormal pada
paha kiri pasien, diameter paha kiri 45 cm,
paha kanan 40 cm.
Feel: Pulsasi arteri dorsalis pedis kiri =
kanan, teraba hangat dan nyeri palpasi
pada area pine site traksi. Move: ROM
pada lutut kiri mengalami keterbatasan
gerak (gerakan fleksi hanya 30°) dan nyeri
akibat jarang digerakkan. Skor Barthel
Indeks: 10 (Ketergantungan sedang). Skor
Morse : 60 (Risiko tinggi jatuh).
Kebutuhan Pasien mengatakan pola Pasien tidur malam mulai jam 21.00-
Istirahat dan tidurnya teratur karena 05.00. Tidak menggunakan obat tidur.
Tidur klien bisa tidur siang. Tidak terdapat kantung mata, konjungtiva
Namun, untuk tidur malam tidak anemis, pasien sadar aktif.
pasien sering terbangun
karena merasakan nyeri.
Selain itu pasien juga
merasa sangat tidak
nyaman dan pegal di
pinggang karena kaki
19
kirinya terpasang traksi.
Kebutuhan Pasien mengatakan selalu Penampilan umum pasien bersih, kulit
Proteksi dan di lakukan seka setiap pagi bersih dan ada luka pada pin site traksi,
Kebersihan Diri dan sore hari. mata bersih, tidak ada kotoran pada mata
dan tidak memakai alat bantu penglihatan.
Kuku bersih, warna merah muda dan
terpotong rapi, hidung bersih dan tidak ada
sekret. tidak ada luka dikulit kepala.
Kebersihan mulut baik, mukosa bibir
lembab dan lidah bersih.
Kebutuhan Rasa Pasien mengeluh nyeri Inspeksi; terdapat luka pada ektremitas kiri
Aman dan pada kaki kirinya, nyeri (pin site traction ).
Nyaman terasa berdenyut dengan
skala 4, nyeri terasa hilang
timbul dan bertambah saat
kaki kiri begeser.
Kebutuhan Pasien meyakini sakit yang Pasien dalam menjalankan shalat lima
Spiritual dideritanya merupakan waktu dilakukan dengan cara berbaring di
cobaan dari Allah. Pasien tempat tidur karena kaki kiri pasien
mengatakan saat dirawat di terpasang traksi. Pasien mengaku pasrah
RS pasien mengerjakan dan ikhlas menjalani pengobatan.
shalat lima waktu di atas
tempat tidur.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: prosedur
pembedahan (00132) Ditandai dengan; klien mengatakan nyeri di
rasakan pada luka operasi seperti berdenyut denyut dengan intensitas
nyeri sedang (Numeric rating scale/NRS 4 ), nyeri meningkat terutama
ketika kaki kiri digerakan. Ekspresi wajah tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang (00085) Ditandai dengan; klien mengatakan belum
20
mampu untuk melakukan mobilisasi turun dan naik dari tempat tidur,
nampak gerakan sendi panggul dan lutut belum mencapai pergerakan
fungsional .
21
dilakukan pada pasien. memahami dan mampu untuk melakukan
Pada H1-H2 post-operasi ORIF shaft femur sinistra latihan secara bertahap baik penguatan
pasien menjalani mobilisasi bertahap seperti duduk otot (isometric exercise) maupun latihan
di tempat tidur, tetapi pasien masih merasa sangat pergerakan sendi secara mandiri sesuai
pusing ketika duduk terlalu lama, pasien dapat toleransi pasien.
melakukan isometric exercise dan latihan rentang
gerak (ROM) secara pasif, pergerakan fleksi sendi
lutut masih 30 derajat. Pada H3-H4 post-operasi
ORIF shaft femur sinistra pasien sudah dapat
melakukan duduk ditempat tidur namun pasien
masih belum dapat melakukan mobilisasi berjalan
dengan menggunakan tongkat karena klien merasa
sangat nyeri pada luka operasi bila harus
digerakkan (skala 6-8),latihan isometric tetap
dilakukan dan latihan rentang gerak atau renge of
mation (ROM) baik aktif maupun pasif dilakukan
pada Tn T terutama pada sendi lutut, pasien mampu
untuk duduk di kursi. Pada H5-H6 post-operasi
ORIF shaft femur sinistra pasien sudah mampu
latihan untuk melakukan mobilisasi berjalan
dengan menggunakan tongkat dengan jarak kurang
lebih 3 meter dengan pengawasan keluarga dan
petugas kesehatan.
PEMBAHASAN KASUS
Penulis melakukan penerapan teori Virginia Henderson pada klien
dengan neglected fracture left shaft femur. Model konsep Virginia
Henrderson memiliki unsur yang sama dengan proses keperawatan dan
mampu mewakili respon kebutuhan pasien terhadap penyakitnya.
Penanganan fraktur secara tradisional cukup populer di masyarakat
Indonesia salah satunya yaitu pengobatan tradisional atau sering disebut
masyarakat sebagai dukun patah tulang. Traditional Bone Setters/dukun
22
patah tulang tidak memiliki dasar pengetahuan tentang anatomi, fisiologi,
dan prinsip-prinsip pencegahan serta kontrol terhadap infeksi. Hal ini
dapat menyebabkan risiko tinggi kegagalan dan komplikasi. Tidak sedikit
dari pasien fraktur sebelum datang ke Rumah Sakit, mereka terlebih
dahulu datang ke pengobatan tradisional. Sehingga pada saat datang ke
rumah sakit sudah mengalami komplikasi akibat penanganan pertamanya
yang tidak baik atau tidak sesuai prinsip yang benar. Kondisi tersebut
sejalan seperti yang terjadi pada Tn. T yaitu terjadinya Neglected fracture.
Dampaknya hari rawat di Rumah Sakit menjadi panjang sehingga
menimbulkan masalah peningkatan biaya perawatan . Hal inilah yang
terjadi juga padaTn.T. Dari pemeriksaan radiologi disimpulkan bahwa
kedudukan tulang pada Tn. T tidak segaris, tampak fraktur lama di os
femur sinistra, tampak kalus dan malunion.
Terdapat 4 langkah prinsip yang digunakan dalam penatalaksanaan
kasus fraktur yaitu; yang pertama adalah Recognition, mengetahui dan
menilai keadaan fraktur dengan anannesis, pemeriksaan klinis dan
radiologi. Diagnosis pada pasien ini adalah Neglected fracture left shaft
femur. Yang kedua adalah Reduksi untuk mengembalikan posisi fragmen
tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Pada pasien ini dilakukan
immobilisasi dengan menggunakan skeletal traksi, dan edukasi ke pasien
untuk mengistirahatkan gerakan pada kaki kiri sambil menunggu jadwal
operasi. Prinsip ketiga adalah Retention adalah imobilisasi fraktur untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan cara fiksasi
internal (plate, screw, nails) dan eksternal (16). Pada Tn. T dilakukan
tindakan operasi berupa refraktur pada left shaft femur yang mengalami
malunion. Kemudian dilakukan ORIF menggunakan implant dynamic
compression plate (DCP). Prinsip keempat adalah
Rehabilitation/Rehabilitasi untuk mempertahankan dan mengembalikan
fungsi tulang, dilakukan segera bersamaan dengan pengobatan fraktur
untuk menghindari atropi otot dan kontraktur sendi (17). Tindakan untuk
mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin dilakukan
23
bertahap pada Tn. T post operasi dengan menggunakan fasilitas
rehabilitasi agar fungsi dari kaki kiri dapat kembali semaksimal mungkin.
Teori Virginia Henderson dapat digunakan pada asuhan keperawatan
pasien dengan neglected fracture left shaft femur untuk meningkatkan
kemandirian akibat perubahan fisik dan psikologis.
KEPERAWATAN
1. Kekuatan
adalah orang pertama yang mencari fungsi unik dari profesi perawat.
semata.
24
Asumsi Henderson mempunyai validitas karena mempunyai keserasian
2. Kelemahan
( Gonzalo, 2011).
MASLOW
empat belas komponen pasien alamat juga perlu di domain yang berbeda
oleh Martha Rogers yang sulit untuk mengatasi dan tidak memiliki penerapan
dalam praktek (Mackenna, 2005). Hal ini berlaku untuk dimensi yang
kebutuhan pasien dan peran perawat rumit. Ini desain berhasil membungkus
teori ini cocok dan adoptable untuk perawatan dan praktek dalam berbagai
pengaturan klinis.
25
Tabel.6 Comparison with Maslow's Hierarchy of Need
Maslow Henderson
Kebutuhan fisiologis Bernapas normal
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
26
pasien sampai pasien dapat merawat diri mereka sendiri sekali lagi, serta
'Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu sehat atau
secepat mungkin.'
keperawatan dasar, tidak rumit dan cukup jelas. Oleh karena itu, dapat
3.2 SARAN
dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami teori ini, karena
27
teori ini juga sangat penting bagi perawat untuk menjelenkan praktik
keperawatan.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://rizmawan.blogspot.co.id/2013/11/model-keperawatan-menurut-
virginia.html
http://www.kapukonline.com/2012/02/
konseptualkeperawatanvirginiahenderson.html
Ahtisham, Younas and Sommer Jacoline. Integrating Nursing Theory and Process
into Practice; Virginia’s Henderson Need Theory. Available on
http://www.internationaljournalofcaringsciences.org/docs/23_ahtisham.pdf
Sahrudi, Waluyo, A & Masfuri. 2019. Aplikasi Teori Virginia Henderson Pada
Pasien Neglected Fracture Of Left Shaft Femur . (online).
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JDK/article/view/6892
29