Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KONSEP PARADIGMA KEPERAWATAN DAN

TEORI KEPERAWATAN MENURUT


VIRGINIA HANDERSON

KELOMPOK 1 :

1. Ary Naning Viva DP 2214314201189


2. Fitri Istiariningsih 2214314201218
3. Henny Lailatut T 2214314201220
4. Mas'Ula Arjumuntik 2214314201221
5. Rovi agustiono 2214314201219
6. Sri Masriah 2214314201191
7. Agustinus Yogi Prasetyo W. 2214314201195
8. Erliana Pudjiastutik 2214314201198
9. Fathiroh Fushilah Famuji 2214314201199
10 Frety Rahma Sari 2214314201201
.
11 Rike Radian Novita 2214314201208
.
12 Erdya Vindi R 2214314201104
.
13 Ali Imron 2214314201196
.

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MAHARANI MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua sehingga makalah yang berjudul “Konsep

Paradigma Keperawatan dan Teori Keperawatan Menurut Virginia Handerson”

dapat disusun oleh kelompok 1 dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun

oleh kelompok 1 untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah dan Teori

Keperawatan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih karena telah diberikan

kesempatan untuk menyusun makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya atas bantuan dari beberapa pihak :

1. Bpk. Ns. Puguh Raharjo, M.Kep selaku dosen penanggung jawab mata kuliah

Falsafah dan Teori Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dalam

penyusunan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat waktu.

2. Teman-teman kelompok 1 yang telah membantu dalam penyusunan makalah

ini dengan baik dan tepat waktu.

3. Teman-teman mahasiswa progsus S1 Keperawatan STIkes Maharani Malang

yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini ada beberapa hal yang

perlu diperbaiki dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Malang, Oktober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 3

BAB II. TINJAUAN TEORI


2.1 Biografi Virginia Henderson ……………………………………. 4
2.2 Konsep Utama Dan Teori Virginia Henderson ………………… 6
2.3 Tujuan Keperawatan Menurut Henderson ……………………… 8
2.4 Theoretical Assertions ………………………………………….. 9
2.5 Konsep Major Dan Asumsi Dari Teori Virginia Henderson …... 11
2.6 Aplikasi Teori Virginia Henderson Dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan ………………………………. 13
2.7 Contoh Kasus Aplikasi Teori Virginia Henderson
Pada Pasien Neglected Fracture Of Left Shaft Femur ………….. 15
2.8 Manfaat Teori Virginia Henderson Pada Praktik Keperawatan .. 24
2.9 Kekuatan Dan Kelemahan Teori Virginia Henderson ………….. 24
2.10 Hubungan Teori Virginia Henderson
Dengan Hierarki Maslow …………………………………… 25

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................26
3.2 Saran ..............................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................27

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Virginia Henderson mendefinisikan keperawatan sebagai “penolong

individu, saat sakit atau sehat, dalam melakukan kegiatan tersebut yang bertujuan

untuk kesehatan, pemulihan, atau kematian yang damai dan individu akan dapat

melakukannya sendiri jika mereka mempunyai kakuatan, keinginan, atau

pengetahuan”(Harmer dan Henderson, 1955; Henderson, 1996). Proses

keperawatan mencoba melakukan hal tersebut dan tujuannya adalah kebebasan.

Henderson dalam teorinya mengkategorikan empat belas kebutuhan dasar semua

orang dan mengikutsertakan fenomena dari ruang lingkup klien berikut ini :

fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual, dan perkembangan. Bersama

perawat dan klien bekerjasama untuk mendapatkan semua kebutuhan dan

mencampai tujuannya, tujuan keperawatan menurut Virginia Henderson 1955

bekerja secara bebas dengan pekerja pelayan kesehatan lainnya (Tomey dan

Alligood, 2006), membantu klien mendapatkan kekuatannya lagi. Dan latar

belakang untuk praktik menurut Henderson yaitu perawat membantu klien

melaksanakan empat belas dasar kebutuhan (Henderson, 1966).

         Model konsep keperawatan dijelaskan oleh Virginia Henderson adalah

model konsep aktivitas sehari-hari dengan memberikan gambaran tugas perawat

yaitu mengkaji individu baik yang sakit ataupun sehat dengan memberikan

dukungan kepada kesehatan, penyembuhan serta agar meninggal dengan damai.

1
      Pemahaman konsep tersebut dengan didasari kepada keyakinan dan nilai

yang dimilikinya diantaranya : pertama, manusia akan mengalami perkembangan

mulaidari pertumbuhan dan perkembangan dalam rentang

kehidupan; kedua, dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari individu akan

mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi mandiri pada dewasa yang

dapat dipengaruhi oleh polah asuh, lingkungan dan kesehatan; ketiga, dalam

melaksanakan aktivitas sehari-hari individu dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok diantaranya terhambat dalam melakukan aktivitas, belum dapat

melaksanakan aktivitas dan tidak dapat melakukan aktivitas.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana biografi dari Virginia Henderson ?

2. Apa Konsep Utama dari Teori Keperawatan Virginia Henderson ?

3. Apa Tujuan Keperawatan menurut Virginia Henderson ?

4. Apa Penegasan teoritis menurut Virginia Henderson ?

5. Apa Asumsi dan Konsep Major dari Teori Keperawatan Virginia

Henderson ?

6. Bagaimana pengaplikasian Teori Virginia Henderson dalam pemberian

asuhan keperawatan ?

7. Apa manfaat dari Teori Virginia Henderson ?

8. Apa Kekuatan dan Kelemahan Teori Virginia Henderson ?

2
1.3 TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Biografi tentang Virginia Henderson

2. Konsep Utama Teori Virginia Henderson

3. Tujuan Keperawatan menurut Virginia Henderson

4. Penegasan teoritis Virginia Henderson

5. Asumsi dan konsep mayor dari Teori Keperawatan Virginia Henderson

6. Aplikasi Teori Keperawatan Virginia Henderson dalam asuhan

keperawatan

7. Manfaat Teori Virginia Henderson

8. Kekuatan dan Kelemahan Teori Virginia Henderson

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 BIOGRAFI VIRGINIA HENDERSON

Virginia Henderson lahir di Kansas City,

Missouri pada 1897. Ia tertarik dengan

keperawatan selama Perang Dunia I karena

keinginannya untuk membantu personel militer

yang sakit atau terluka. Pada tahun 1918, ia

belajar keperawatan di Sekolah Perawat Militer

di Washington, D.C. dan lulus pada 1921.

Kemudian, ia meraih gelar B.S. dan M.A. di bidang pendidikan keperawatan

tahun 1926. Sejak 1953, ia menjadi asosiet riset di Yale UniversitySchool of

Nursing.

Ia menerima gelar Honorary Doctoral dari Catholic University of

America, Pace University, University of Rochester, University of Western

Ontario, dan Yale University. Bukunya yang di publikasikan antara lain The

Nature of Nursing (1960), Basic Principles of Nursing Care (1960), dan The

Principles and Practice of Nursing (1939).

Pada tahun 1960-an, Beliau membuat model konseptual ketika profesi

keperawatan mencari identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah, apakah

perawat cukup berbeda dengan prrofesi yang lain dalam layanan kesehatan dalam

kinerjanya.

4
Pertanyaan ini merupakan hal penting sampai tahun 1950-an, sebab

perawat lebih sering hanya melakukan instruksi dokter. Virgina

Henderson merupakan orang pertama yang mencari fungsi unik dari

keperawatan.

Pada saat menulis pada tahun 1960-an, Beliau dipengaruhi oleh aspek negative

dan positif dari praktek keperawatan pada masa itu. Hal tersebut meliputi :

1. Autiritaria dan struktur hirarki di rumah sakit.

2. Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi

fisik semata.

3. Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien merupakanhal

yang tidak mungkin dilakukan pada masa itu.

4. Adanya keanekaragaman yang ia miliki selama karier keperawatannya di

Amerika Serikat diberbagai bidang layanan kesehatan

Virginia Henderson diminta untuk memplubikasikan model konseptualnya

oleh International Council of Nurse (ICN) pada tahun 1960-an. Oleh karena

diarahkan lebih pada aspek-aspek psikologis dari perawatan pasien.

Kontribusi penting oleh Henderson (1966) adalah definisi perawatan berikut yang

menjadi definisi yang sudah diterima secara umum :

'Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu sehat atau sakit.

Dalam hal memberikan pelayanan kesehatan atau pemulihan atau kematian yang

damai, yang dapat ia lakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan,

atau pengetahuan. dan melakukannya dengan cara tersebut dapat membantunya

mendapatkan kemandirian secepat mungkin.'

5
2.2 KONSEP UTAMA DAN TEORI VIRGINIA HENDERSON

Dalam tulisan Virginia Henderson edisi ke-6 dengan judul 'The

Principles and Practice of Nursing', ia mengutip beberapa definisi dari sumber

termasuk satu dari piagam WHO.

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan

untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan

untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia

terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan.

14 omponen kebutuhan dasar hidup tersebut meliputi :

1. Bernafas dengan normal

2. Makan dan minum cukup

3. Pembuangan eliminassi tubuh

4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang nyaman

5. Tidur dan istirahat

6. Memilih pakaian pantas, berpakaian dan menanggalkan pakaian

7. Mempertahankan suhu tubuh dalam kondisi normal dengan memodifikasi

8. Lingkungan

9. Menjaga kebersihan tubuh dan memelihara kesehatan dan melindungi kulit

10. Menghindari bahaya dilingkungannya dan menghindari cedera

yang lain

11. Komunikasi dengan orang lain dalam pernyataan emosi, kebutuhan,

ketakutan dan pendapat

12. Beribadah menurut kepercayaan seseorang.

6
13. Bekerja sedemikian rupa sehingga ada rasa pemenuhan akan

kebutuhan.

14. Belajar, menemukan atau mencukupi keingintahuan akan pertumbuhan

dan kesehatan yang normal dan dapat menggunakan fasilitas kesehatan

yang tersedia

Menurut Henderson, ke-14 kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus tersebut

dipengaruhi oleh :

1. Usia

2. Kondisi emosional (mood & temperamen)

3. Latar belakang sosial dan budaya.

4. Kondisi fisik dan mental, termasuk berat badan, kemampuan dan

ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan ketidakmampuan lakomotif,

dan status mental

Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan

keperawatan. Didalam modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan,

metode skematik untuk pengawasan asuhan. Perencanaan yang cermat akan

mengklarifikasikan hal-hal berikut :

1. Urutan aktifitas yang harus dilakukan.

2. Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan

3. Perubahan-perubahan yang telah dibuat.

Sebagai ringkasannya, prinsip-prinsip dasar dari model Henderson adalah

sebagai berikut :

a. Fungsi unik dari perawat

b. Upaya pasien kearah kemandirian

7
c. Asuhan keperawatan dasar berdasarkan kebutuhan dasar manusia

d. Perencanaan yang akan diberikan.

Prinsip-prinsip dasar tersebut menandai era baru bagi keperawatan.

Perawat menyadari fungsi dan keunikannya, dan kesadaran ini menandai era

baru ketika profesi keperawatan mulai menelaah sifat aktual dari kerja

keperawatan secara lebih kritis dari sebelumnya. Komitmen menuju

kemandirian dan autonomi pada pasien juga menandai era tersebut.

Sebelumnya, terdapat kecenderungan bagi perawat untuk mencoba melakukan

semuanya bagi pasien. Secara umum,aktifitas keperawatan harus didukung

atau ditentukan oleh tindakan terpeautik dokter.

2.3 TUJUAN KEPERAWATAN MENURUT HENDERSON

Tujuan keperawatan yang dikemukakan oleh Handerson adalah untuk

bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan dan

membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat

mungkin. Dimana pasien merupakan mahkluk sempurna yang dipandang

sebagai komponen bio, psiko, cultural, dan spiritual yang mempunyai empat

belas kebutuhan dasar (Aplikasi model konseptual keperawatan, Meidiana D).

Menurut Handerson peran perawat adalah menyempurnakan dan membantu

mencapai kemampuan untuk mempertahankan atau memperoleh kemandirian

dalam memenuhi empat belas kebutuhan dasar pasien. Faktor menurunnya

kekuatan, kemauan dan pengetahuan adalah penyebab kesulitan pasien dalam

memperoleh kemandiriannya. Untuk itu diperlukan fokus intervensi yaitu

mengurangi penyebab dimana pola intervensinya adalah mengembalikan,

8
menyempurnakan, melengkapi, menambah, menguatkan kekuatan, kemauan,

dan pengetahuan.

2.4 THEORETICAL ASSERTIONS

1. Hubungan Perawat dengan Pasien

Ada tiga tingkat hubungan antara perawat dengan pasien yang

diindetifikasikan oleh Henderson dari hubungan ketergantungan sampai

ketidaktergantungan.

Hubungan tersebut meliputi :

1). Perawat sebagai pengganti pasien (substitute)

Pada saat sakit perawat menggantikan kebutuhan pasien yang

diakibatkan oleh karena kehilangan kekuatan fisik, ketidakmauan dan

kurangnya pengetahuan. Henderson mengungkapkan hal ini statmennya

bahwa 'Perawat, kesadaran bagi ketidaksadaran, kehidupan dari kematian,

tangan dari orang yang teramputasi, mata bagi orang buta, pemberi

kehangatan bagi bayi, juru bicara bagi orang bisu, dan sebagainya.

2).Perawat sebagai pembantu pasien (helper)

Selama kondisi tidak sadar, perawat membantu pasien menemukan

kemandiriannya. Henderson mengatakan”Kemandirian adalah suatu hal

yang relative, tidak satupun kita tidak bergantung pada orang lain, tetapi

kita mencoba memberi kemandirian dalam kesehatan, bukan

ketergantungan dalam kesakitan”.

3.) Perawat sebagai teman pasien (partner)

Sebagai partner, pasien dan perawat bersama-sama

memformulasikan rencana keperawatan kebutuhan dasar yang didiagnosis.

9
Juga dimodifikasi sesuai kondisi, usia, temperamen, emosi, status sosial,

kebudayaan, dan kapasitas intelektual pasien.

Perawat juga harus dapat mengatur lingkungan sekitar bila

diperlukan. Henderson percaya 'Perawat yang tahu reaksi fisiologis dan

patologis dari perubahan temperature, pencahayaan, tekanan gas, bau,

kebisingan, bau zat kimia, dan organisme akan mengorganisasikan

lingkungan dan memaksimalkan fungsi fasilitas yang ada,Perawat dan

pasien harus selalu bekerja sama untuk mencapai tujuan, baik dalam

mencapai kemandirian atau kematian yang tenang. Salah satu tujuan

perawat adalah menjaga aktifitas sehari-hari pasien senormal mungkin.

Peningkatan status kesehatan adl tujuan penting dari perawatan. Menurut

Henderson, lebih penting membantu seseorang bagaimana menjadi sehat

daripada mengobati ketika sakit.

2. Hubungan perawat dengan dokter

Henderson menyatakan bahwa perawat mempunyai fungsi yang

unik, berbeda dengan dokter, dimana keperawatan, diatur oleh perawat dan

pasien bersama-sama saling mendukung dengan rencana atau program

therapy dokter. Henderson menekankan, Perawat tidak hanya mengikuti

perintah dokter. Suatu pertanyaan 'Mengapa dokter selalu memberi

perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lain?'. Bahkan perawat

mampu membantu pasien ketika dokter tidak ada. Henderson juga

menyatakan bahwa perawat ataupun dokter sangat melebihi batas.

10
3. Perawat sebagai anggota Tim Kesehatan

Perawat bekerja saling bergantung pada tenaga kesehatan yang

lain. Perawat dan tenaga kesehatan lain membantu menjalankan seluruh

program perawatan pasien. Henderson mengingatkan bahwa diantara team

kesehatan mempunyai sumbangsih yang sama dalam perawatan pasien.

Tak ada yang lebih besar, masing-masing mempunyai fungsi unik sendiri-

sendiri.

2.5 KONSEP MAJOR DAN ASUMSI DARI TEORI VIRGINIA

HENDERSON

1. Asumsi utama dari teori ini adalah :

(1) Perawat merawat pasien sampai pasien dapat merawat diri mereka sendiri

sekali lagi.

(2) Pasien keinginan untuk kembali ke kesehatan.

(3) Perawat bersedia untuk melayani dan bahwa “perawat akan mengabdikan

diri untuk hari pasien dan malam.” (Henderson, 1991)

(4) Perawat harus dididik di tingkat universitas di kedua seni dan ilmu

pengetahuan.

(5) Henderson juga percaya bahwa pikiran dan tubuh tidak dapat dipisahkan.

Hal ini tersirat bahwa pikiran dan tubuh saling terkait. (Henderson, 1966,

1991).

2. Empat konsep mayor dari Teori Virginia Henderson :

(1) Keperawatan (nursing).

11
a. Perawat mempunyai keunikan untuk membantu individu sehat atau

sakit.

b. Fungsi perawat adalah sebagai salah satu team medis.

c. Fungsi perawat adalah mandiri, terpisah dari dokter, tetapi mendukung

program program dokter.

d. Perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup baik dari segi atau

sosial.

e. Perawat harus dapat mengkaji kebutuhan dasar manusia.

f. Keempat belas komponen dasar kebutuhan manusia harus dapat

tercover semua oleh fungsi perawat.

(2) Pasien / person (pasien)

a. Pasien harus mampu mempertahankan keseimbangan fisiologis dan

emosional.

b. Perasaan dan tubuh pasien adalah sesuatu yang tidak dapat

terpisahkan.

c. Pasien harus dibantu agar dapat mandiri.

d. Pasien dan keluaraga adalah satu kesatuan.

e. Kebutuhan pasien harus dapat terpenuhi dengan ke-14 komponen dari

keperwatan.

(3) Kesehatan (health)

a. Kesehatan adalah kualitas dari kehidupan.

b. Kesehatan adalah dasar dari fungsi manusia.

c. Kesehatan diperlukan secara mandiri dan saling menggantungkan.

d. Peningkatan keshehatan lebih penting dari perawatan orang sakit.

12
e. Seseorang dapat memperoleh kesehatan jika dia mempunyai kekuatan,

kemauan, dan pengetahuan.

(4) Lingkungan (environment)

a. Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungannya, tetapi

penyakit akan menurunkan kemampuan untuk mempengaruhi

lingkungan.

b. Perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan.

c. Perawat harus melindungi pasien dari kecelakaan akibat lingkungan.

d. Perawat harus mampu mencegah terjadinya kecelakaan melalui

rekomendasi terkait dengan konstruksi bangunan dan penempatan alat.

e. Dokter menggunakan hasil kerja perawat untuk menentukan tindakan

terbaik dalam mencegah kecacatan.

f. Perawat harus mengetahui tentang sosial budaya dan praktek

keagamaan pasien.

2.6 APLIKASI TEORI VIRGINIA HENDERSON DALAM PEMBERIAN

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Yang perlu dikaji adalah :

a. Core/inti

Data diri pasien yang terdiri dari: umur, pendidikan, jenis kelamin,

agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya penyakit.

b. 14 komponen kebutuhan dasar manusia / pasien meliputi:

1. Pernafasan

13
2. Kebutuhan makan dan minum

3. Eliminasi

4. Posisioning

5. Kebutuhan tidur dan istirahat

6. Kebutuhan dalam berpakaian

7. Cara mempertahankan suhu tubuh dan memodifikasi lingkungan

8. Kebersihan tubuh

9. Kondisi lingkungan

10. Komunikasi

11. Ibadah dan keyakinan

12. Pekerjaan sehari-hari

13. Kebutuhan bermain dan rekreasi

14. Kebutuhan belajar dan menggunakan fasilitas keseahatan

Perawat mengkaji ke-14 komponen dasar, komponen pertama

dinilai secara penuh kemudian menuju pada komponen selanjutnya. Untuk

mengkaji data dari ke-14 komponen ini, perawat membutuhkan

pengetahuan dari apa yang normal dalam kesehatan, juga pengetahuan

tentang apa-apa yang menyebabkan sakit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa dirumuskan berdasarkan dari analisis data dari ke-14 komponen

kebutuhan dasar manusia / pasien.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan melibatkan pembuatan rencana agar sesuai dengan keb

individu, memperbaharui jika diperlukan, dan menjamin bahwa ini sesuai

14
dengan yang ditentukan dokter. Sebuah rencana yang baik

mengintregasikan pekerjaan dari semua yang ada dalam tim kesehatan.

4. Implementasi

Perawat membantu pasien melaksanakan aktifitas untuk memelihara

kesehatan, untuk menyembuhkan dari sakit, atau untuk membantu dalam

kematian yang tenang. Bersifat individu, tergantung pada prinsip

fisiologis, umum, latar belakang budaya, keseimbangan fisik dan

intelektual.

5. Evaluasi

Menurut Henderson, perawat akan melakukan evaluasi berdasar pada

tingkatan dimana pasien dapat mandiri.

2.7 CONTOH KASUS APLIKASI TEORI VIRGINIA HENDERSON


PADA PASIEN NEGLECTED FRACTURE OF LEFT SHAFT
FEMUR Diambil dari Jurnal Sahrudi, dkk STIKes Abdi Nusantara
Jakarta.

KASUS
Tn. T, usia 19 tahun, no RM 01617559, agama Islam, pendidikan terakhir
SLTP, tidak bekerja, belum menikah, masuk RSUP Fatmawati di antar
oleh keluarga pada tanggal 13 November 2018 pukul 7.30 WIB melalui
IGD dengan diagnosis neglected fracture of left shaft femur.
- Keluhan utama saat masuk ke IGD adalah nyeri di paha kiri.
Masalah keperawatan di IGD yaitu nyeri akut dengan rencana
tindakan observasi tanda-tanda vital, manajemen nyeri, kolaborasi
pemberian cairan infus, skeletal traksi 10 Kg, ketorolac 30 mg,
ranitidine 50mg, ORIF reconstruction. Pukul 19.30 WIB pasien masuk
ruang perawatan Hasil pengkajian pada tanggal 14 Nopember 2018
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 110/77 mmHg, nadi 82

15
kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 36,50c. Pasien mengatakan nyeri
pada paha kiri, numeric rating scale/NRS 4 (sedang), nyeri tidak
berpindah dari tempat yang satu ke tempat lainnya, nyeri dirasakan
kurang dari 3 bulan, nyeri terasa seperti berdenyut, nyeri berkurang
jika kaki kiri tidak digerakan. Pasien mengatakan pada bulan
September 2015 pukul 08.00 pagi pernah terjatuh dari atap genteng
ketinggian 5 meter. Menurut keterangan pasien, kaki kirinya
menginjak salah satu genteng kemudian terjatuh ke bawah dengan
kaki kiri menyentuh tanah terlebih dahulu kemudian badan pasien
jatuh miring ke kiri. Oleh keluarga, pasien dibawa ke Puskesmas dan
mendapatkan perawatan selama 3 hari, selama perawatan di
Puskesmas pasien mendapatkan terapi infus, obat nyeri dan
pembidaian. Alasan ekonomi dan tidak memiliki kartu BPJS, keluarga
pasien ke rumah. Kemudian pasien melakukan pengobatan tradisional
dengan dukun patah tulang selama 3 bulan. Pasien mengatakan selama
pengobatan oleh dukun patah tulang, paha kiri pasien dilakukan
pemijitan dan pembebatan dengan balok papan pada 3 sisi yaitu
bagian bawah, sisi samping kiri dan kanan. Tiga bulan setelah itu
pasien dapat berjalan perlahan-lahan. Selang satu tahun kemudian
pasien sudah dapat beraktivitas kembali seperti berjalan, berlari
namun pincang. Pasien juga dapat bekerja kembali di tempat
penyewaan alat selancar di pantai Anyer. Menurut keterangan pasien,
kaki kirinya setelah tiga tahun berlalu berobat ke dukun patah tulang
tidak ada masalah lagi, namun pada tanggal 20 September 2018 paha
kirinya mengalami pembengkakan dan nyeri berat (NRS skala 7 ).
Tanggal 26 September 2018 oleh keluarga, pasien dibawa ke Rumah
Sakit Panggung Rawi Cilegon. Tanggal 1 Oktober 2018 pasien
dilakukan operasi dan pemasangan skeletal traksi. Hasil pemeriksaan
Radiologi tanggal 06 Nopember 2018; Kedudukan tulang tidak
segaris, tampak fraktur lama di os femur sinistra, tampak kalus,
dengan kesan malunion.
- Riwayat Kesehatan Sekarang

16
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama nyeri pada paha kiri
bekas operasi sejak satu bulan yang lalu. Nyeri berdenyut-denyut,
skala 4 (NRS 0- 10), durasi < 10 menit, dirasakan saat pasien
menggerakan kaki kirinya. Menurut keterangan pasien, sebelumnya
pada tanggal 01 Oktober 2018 di Rumah Sakit Panggung Rawi
Cilegon dilakukan operasi dan pemasangan skeletal traksi dengan
beban 20kg, karena keterbatasan peralatan dan kondisi garis patahan
tulang mencapai 7cm pasien disarankan untuk dirujuk ke RSUP
Fatmawati kemudian dipasang skeletal traksi dengan beban 12 kg.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 13 Nopember 2018
menunjukkan nilai Hb 13,5g/dL, Ht 40%, Leukosit 22,1 ribu/ul,
Trombosit 452 ribu/ul, Eritrosit 4,66 juta/ul. Pemeriksaan elektrolit
Natrium darah 139 mmol/L. Kalium darah 3,89 mmol/L, klorida darah
107 mmol/L. Tanggal 21 November 2018 pukul 09.30 pasien
menjalani operasi ORIF femur dengan implant broad DCP 4,5 10
hole.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
asma, hipertensi, stroke, maupun penyakit menurun lainnya.

PENGKAJIAN
Pengkajian Data Subyektif Data Obyektif
Bernapas dengan Pasien mengatakan tidak Inspeksi : bentuk dada normal, ekspansi
normal sesak napas, tidak dada simetris, frekuensi pernapasan 19
mengeluh nyeri saat x/menit, retraksi interkosta dan
menarik napas maupun penggunaan otot- otot bantu pernapasan
saat posisi kepala tidak ada, pernapasan cuping hidung tidak
ditinggikan atau duduk. ada.
Pasien mengatakan tidak Palpasi : tidak ada nyeri tekan, taktil
memiliki riwayat batuk fremintus simetris dada kanan dan kiri.

17
lama. Perkusi : resonan di kedua lapang paru.
Auskultasi : suara vesikuler, tidak ada
suara napas abnormal. Hasil pemeriksaan
rontgen tanggal 29 September
corakan bronkhovasculer paru kanan kiri
baik, tulang dan jaringan lunak baik, kesan
cor dan pulmo dalam batas normal.
Kebutuhan Pasien mengatakan tidak Inspeksi; mukosa mulut lembab,
Makan Dan ada mual dan muntah, membran mukosa mulut tidak ada lesi,
Minum anoreksia tidak ada, nafsu karies gigi kanan graham bawah kedua.
makan tidak berkurang, Tidak ada alergi makanan. Status Gizi
kesulitan menelan tidak Baik/Normal.
ada. Pasien mengatakan Diet; pasien tidak mengalami perubahan
makan habis 1 porsi dari dalam pola makan sebelum dan selama
diet yang diberikan di RS. sakit (nasi, lauk, sayur) habis 1 porsi.
Selama dirawat di RS pasien makan 2 kali
sehari
Auskultasi : Bising usus normal 5x/menit.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada
abdomen.
Perkusi : Tympani pada seluruh kuadran
abdomen.
Kebutuhan Pasien mengatakan karena Buang air besar 1x/hari dengan konsistensi
Eliminasi kaki kirinya dipasang feses lembek kecoklatan, tidak terjadi
pemberat, aktivitas perdarahan saat BAB. Buang air kecil 4-6
eleminasi dilakukan di x/hari, urin berwarna bening kekuningan,
tempat tidur, jika hendak tidak ada keluhan nyeri saat BAK. Hasil
BAK pasien menggunakan pemeriksaan fisik;
urinal sedangkan BAB Inspeksi; Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
menggunakan pispot. turgor kulit elastis, tidak ada hemoroid.
Pasien mengatakan tidak Palpasi; tidak terdapat nyeri tekan pada
ada keluhan saat BAB vesika urinaria. tidak ada nyeri tekan

18
maupun BAK. abdomen, abdomen lunak dan tidak teraba
masa.
Kebutuhan Pasien mengatakan tidak Pasien berbaring dengan posisi supinasi
Bergerak dan nyaman dengan posisi dan kaki kiri elevasi. Kaki kiri pasien
Mempertahanka kakinya karena tidak bisa terpasang skeletal traksi dengan beban 12
n Postur Tubuh ditekuk. Nampak aktivitas Kg.
Aktifitas dan pasien di tempat tidur. Kaki kiri bagian distal tampak atropi,
Mobilisasi lingkar betis kiri 28 cm, kanan 36 cm,
pemedekan pada kaki kiri, panjang kaki
kiri 83 cm, kanan 85 cm. Deformitas kaki
kiri (+), adanya penonjolan abnormal pada
paha kiri pasien, diameter paha kiri 45 cm,
paha kanan 40 cm.
Feel: Pulsasi arteri dorsalis pedis kiri =
kanan, teraba hangat dan nyeri palpasi
pada area pine site traksi. Move: ROM
pada lutut kiri mengalami keterbatasan
gerak (gerakan fleksi hanya 30°) dan nyeri
akibat jarang digerakkan. Skor Barthel
Indeks: 10 (Ketergantungan sedang). Skor
Morse : 60 (Risiko tinggi jatuh).

Kebutuhan Pasien mengatakan pola Pasien tidur malam mulai jam 21.00-
Istirahat dan tidurnya teratur karena 05.00. Tidak menggunakan obat tidur.
Tidur klien bisa tidur siang. Tidak terdapat kantung mata, konjungtiva
Namun, untuk tidur malam tidak anemis, pasien sadar aktif.
pasien sering terbangun
karena merasakan nyeri.
Selain itu pasien juga
merasa sangat tidak
nyaman dan pegal di
pinggang karena kaki

19
kirinya terpasang traksi.
Kebutuhan Pasien mengatakan selalu Penampilan umum pasien bersih, kulit
Proteksi dan di lakukan seka setiap pagi bersih dan ada luka pada pin site traksi,
Kebersihan Diri dan sore hari. mata bersih, tidak ada kotoran pada mata
dan tidak memakai alat bantu penglihatan.
Kuku bersih, warna merah muda dan
terpotong rapi, hidung bersih dan tidak ada
sekret. tidak ada luka dikulit kepala.
Kebersihan mulut baik, mukosa bibir
lembab dan lidah bersih.
Kebutuhan Rasa Pasien mengeluh nyeri Inspeksi; terdapat luka pada ektremitas kiri
Aman dan pada kaki kirinya, nyeri (pin site traction ).
Nyaman terasa berdenyut dengan
skala 4, nyeri terasa hilang
timbul dan bertambah saat
kaki kiri begeser.
Kebutuhan Pasien meyakini sakit yang Pasien dalam menjalankan shalat lima
Spiritual dideritanya merupakan waktu dilakukan dengan cara berbaring di
cobaan dari Allah. Pasien tempat tidur karena kaki kiri pasien
mengatakan saat dirawat di terpasang traksi. Pasien mengaku pasrah
RS pasien mengerjakan dan ikhlas menjalani pengobatan.
shalat lima waktu di atas
tempat tidur.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik: prosedur
pembedahan (00132) Ditandai dengan; klien mengatakan nyeri di
rasakan pada luka operasi seperti berdenyut denyut dengan intensitas
nyeri sedang (Numeric rating scale/NRS 4 ), nyeri meningkat terutama
ketika kaki kiri digerakan. Ekspresi wajah tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang (00085) Ditandai dengan; klien mengatakan belum

20
mampu untuk melakukan mobilisasi turun dan naik dari tempat tidur,
nampak gerakan sendi panggul dan lutut belum mencapai pergerakan
fungsional .

CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI PASIEN


Catatan Perkembangan Evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik: Pasien nampak dapat kembali melakukan
prosedur pembedahan (00132). manajemen dan mengontrol nyeri luka
 Keluhan nyeri di rasakan oleh pasien, dengan operasi secara mandiri. Pasien
intensitas nyeri sedang (Numeric rating cenderung mengekspresikan nyeri dan
scale/NRS 4 ), nyeri meningkat terutama ketika melaporkan nyeri yang berkurang
kaki kiri di gerakan. (dengan skala NRS), pasien nampak
 Tindakan yang di lakukan untuk mengatasi nyeri rileks, tanda vital dalam batas normal
adalah mengkaji ulang tingkat nyeri, 100/75 mmHg, Nadi 80 x/menit,
menganjurkan kembali pada pasien untuk pernapasan 20 x /menit, suhu 36,50C.
melakukan teknik non farmakologi ( relaksasi
dan guide imagery), mendorong pasien untuk
memantau rasa sakitnya sendiri dan untuk
melakukan manajemen nyeri sendiri yang sesuai
jika ada peningkatan nyeri mengevaluasi laporan
sakit yang tidak biasa atau tiba-tiba atau rasa
sakit yang dalam, progresif, dan kurang baik
yang tidak terobati oleh analgesic, mengevaluasi
efektivitas tindakan pengendalian rasa sakit
yang digunakan kolaborasi dilakukan untuk
meredakan nyeri yang dialami oleh pasien
dengan terapi farmakologi berupa obat analgesik
(keterolac 3 x 30 mg IV).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Secara bertahap pasien mampu untuk
kerusakan melakukan mobilisasi, gerakan sendi
Setelah menjalani operasi ORIF femur sinistra (tgl panggul dan lutut dapat mencapai
21 nopember 2018), latihan mobilisasi dini pergerakan yang fungsional, pasien

21
dilakukan pada pasien. memahami dan mampu untuk melakukan
Pada H1-H2 post-operasi ORIF shaft femur sinistra latihan secara bertahap baik penguatan
pasien menjalani mobilisasi bertahap seperti duduk otot (isometric exercise) maupun latihan
di tempat tidur, tetapi pasien masih merasa sangat pergerakan sendi secara mandiri sesuai
pusing ketika duduk terlalu lama, pasien dapat toleransi pasien.
melakukan isometric exercise dan latihan rentang
gerak (ROM) secara pasif, pergerakan fleksi sendi
lutut masih 30 derajat. Pada H3-H4 post-operasi
ORIF shaft femur sinistra pasien sudah dapat
melakukan duduk ditempat tidur namun pasien
masih belum dapat melakukan mobilisasi berjalan
dengan menggunakan tongkat karena klien merasa
sangat nyeri pada luka operasi bila harus
digerakkan (skala 6-8),latihan isometric tetap
dilakukan dan latihan rentang gerak atau renge of
mation (ROM) baik aktif maupun pasif dilakukan
pada Tn T terutama pada sendi lutut, pasien mampu
untuk duduk di kursi. Pada H5-H6 post-operasi
ORIF shaft femur sinistra pasien sudah mampu
latihan untuk melakukan mobilisasi berjalan
dengan menggunakan tongkat dengan jarak kurang
lebih 3 meter dengan pengawasan keluarga dan
petugas kesehatan.

PEMBAHASAN KASUS
Penulis melakukan penerapan teori Virginia Henderson pada klien
dengan neglected fracture left shaft femur. Model konsep Virginia
Henrderson memiliki unsur yang sama dengan proses keperawatan dan
mampu mewakili respon kebutuhan pasien terhadap penyakitnya.
Penanganan fraktur secara tradisional cukup populer di masyarakat
Indonesia salah satunya yaitu pengobatan tradisional atau sering disebut
masyarakat sebagai dukun patah tulang. Traditional Bone Setters/dukun

22
patah tulang tidak memiliki dasar pengetahuan tentang anatomi, fisiologi,
dan prinsip-prinsip pencegahan serta kontrol terhadap infeksi. Hal ini
dapat menyebabkan risiko tinggi kegagalan dan komplikasi. Tidak sedikit
dari pasien fraktur sebelum datang ke Rumah Sakit, mereka terlebih
dahulu datang ke pengobatan tradisional. Sehingga pada saat datang ke
rumah sakit sudah mengalami komplikasi akibat penanganan pertamanya
yang tidak baik atau tidak sesuai prinsip yang benar. Kondisi tersebut
sejalan seperti yang terjadi pada Tn. T yaitu terjadinya Neglected fracture.
Dampaknya hari rawat di Rumah Sakit menjadi panjang sehingga
menimbulkan masalah peningkatan biaya perawatan . Hal inilah yang
terjadi juga padaTn.T. Dari pemeriksaan radiologi disimpulkan bahwa
kedudukan tulang pada Tn. T tidak segaris, tampak fraktur lama di os
femur sinistra, tampak kalus dan malunion.
Terdapat 4 langkah prinsip yang digunakan dalam penatalaksanaan
kasus fraktur yaitu; yang pertama adalah Recognition, mengetahui dan
menilai keadaan fraktur dengan anannesis, pemeriksaan klinis dan
radiologi. Diagnosis pada pasien ini adalah Neglected fracture left shaft
femur. Yang kedua adalah Reduksi untuk mengembalikan posisi fragmen
tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Pada pasien ini dilakukan
immobilisasi dengan menggunakan skeletal traksi, dan edukasi ke pasien
untuk mengistirahatkan gerakan pada kaki kiri sambil menunggu jadwal
operasi. Prinsip ketiga adalah Retention adalah imobilisasi fraktur untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan cara fiksasi
internal (plate, screw, nails) dan eksternal (16). Pada Tn. T dilakukan
tindakan operasi berupa refraktur pada left shaft femur yang mengalami
malunion. Kemudian dilakukan ORIF menggunakan implant dynamic
compression plate (DCP). Prinsip keempat adalah
Rehabilitation/Rehabilitasi untuk mempertahankan dan mengembalikan
fungsi tulang, dilakukan segera bersamaan dengan pengobatan fraktur
untuk menghindari atropi otot dan kontraktur sendi (17). Tindakan untuk
mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin dilakukan

23
bertahap pada Tn. T post operasi dengan menggunakan fasilitas
rehabilitasi agar fungsi dari kaki kiri dapat kembali semaksimal mungkin.
Teori Virginia Henderson dapat digunakan pada asuhan keperawatan
pasien dengan neglected fracture left shaft femur untuk meningkatkan
kemandirian akibat perubahan fisik dan psikologis.

2.8 MANFAAT TEORI VIRGINIA HENDERSON PADA PRAKTIK

KEPERAWATAN

1. Teori Virginia Henderson memberikan pernyatan tentang profesi

perawat yang unik, terlepas dari profesi kedokteran, sehingga perawat

dapat menentukan rencana keperwatannya dengan mandiri tanpa

menunggu instruksi dari dokter.

2. Melengkapi model konseptual keperawatan yang telah ada.

2.9 KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEORI VIRGINIA HENDERSON

1. Kekuatan

 Henderson adalah ahli teori keperawatan yang memberi pengaruh

besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Henderson

adalah orang pertama yang mencari fungsi unik dari profesi perawat.

 Teori Henderson didasari oleh keanekaragaman pengalaman yang ia

miliki selama karir keperawatannya, bukan teori / model yang abstrak

semata.

 Henderson mendefinisikan profesi keperawatan: bahwa profesi

keperawatan adalah profesi yang mandiri yang tidak hanya tergantung

pada instruksi dokter.

24
 Asumsi Henderson mempunyai validitas karena mempunyai keserasian

dengan riset ilmuan dibidang yang lain seperti konsep Maslow.

2. Kelemahan

 Pandangan dan pendapatnya hanya berfokus pada satu pihak yaitu

pada penyembuhan fisik semata atau pada upaya memandirikan pasien.

 Teori kurang pragmatis.

( Gonzalo, 2011).

2.10 HUBUNGAN TEORI VIRGINIA HENDERSON DENGAN HIERARKI

MASLOW

Henderson menggunakan konsep kebutuhan dasar manusia, fisiologi

bio, budaya dan interactioncommunication, yang memberikan teori cakupan

yang dinamis mengenai pasien butuhkan (Geroge, 2011). Divisinya dari

empat belas komponen pasien alamat juga perlu di domain yang berbeda

namun sederhana untuk diterapkan dalam pengaturan klinis. Selain lebih

ringkas sebagai dibandingkan dengan model lain seperti manusia kesatuan

oleh Martha Rogers yang sulit untuk mengatasi dan tidak memiliki penerapan

dalam praktek (Mackenna, 2005). Hal ini berlaku untuk dimensi yang

berbeda dari hubungan perawat-klien. Secara efektif dapat mengatasi

kebutuhan pasien dan peran perawat rumit. Ini desain berhasil membungkus

komponen proses keperawatan. Teori kebutuhan Henderson adalah relevan

dengan hierarki Maslow kebutuhan manusia. (George, 2011) .Secara umum

teori ini cocok dan adoptable untuk perawatan dan praktek dalam berbagai

pengaturan klinis.

25
Tabel.6 Comparison with Maslow's Hierarchy of Need
Maslow Henderson
Kebutuhan fisiologis Bernapas normal

Makan dan minum cukup Hilangkan oleh


semua jalan eliminasi Move dan
memelihara diinginkan postur Tidur dan
istirahat Pilih pakaian yang cocok
Menjaga suhu tubuh Menjaga tubuh
bersih dan terawat dan melindungi
integumen
Kebutuhan keselamatan Hindari bahaya lingkungan dan
menghindari melukai lainnya
Belongingness dan cinta Berkomunikasi dengan orang lain
kebutuhan beribadat menurut iman seseorang

kebutuhan aktualisasi diri Kerja di sesuatu memberikan rasa


prestasi.
Bermain atau berpartisipasi dalam
berbagai bentuk rekreasi.
Belajar, menemukan, atau memuaskan
rasa ingin tahu.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari teori Virginia Henderson dapat disimpulkan bahwa teori ini

mempunyai konsep utama 14 kebutuhan dasar yang dapat di terapkan dalam

asuhan keperawatan, Asumsi yang salah satunya adalah Perawat merawat

26
pasien sampai pasien dapat merawat diri mereka sendiri sekali lagi, serta

empat konsep mayor yaitu Person,Nursing,Health,dan Environment.

Kontribusi penting oleh Henderson (1966) adalah definisi perawatan

berikut yang menjadi definisi yang sudah diterima secara umum :

'Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu sehat atau

sakit. Dalam hal memberikan pelayanan kesehatan atau pemulihan atau

kematian yang damai, yang dapat ia lakukan tanpa bantuan jika ia

memiliki kekuatan, kemauan, atau pengetahuan. dan melakukannya

dengan cara tersebut dapat membantunya mendapatkan kemandirian

secepat mungkin.'

Konsep keperawatan yang dirumuskan oleh Virginia Henderson dalam

definisinya tentang teori keperawatan dan empat belas komponen asuhan

keperawatan dasar, tidak rumit dan cukup jelas. Oleh karena itu, dapat

digunakan sebagai panduan untuk praktik keperawatan oleh sebagian besar

perawat tanpa kesulitan. Banyak idenya disajikan dan digunakan di seluruh

dunia baik di negara maju maupun negara berkembang untuk memandu

kurikulum keperawatan dan praktek.

3.2 SARAN

Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari

tentang teori-teori keperawatan yang lain. Setelah mengetahui pengetahuan

tentang teori keperawatan menurut Virginia Henderson yang telah diuraikan

dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami teori ini, karena

27
teori ini juga sangat penting bagi perawat untuk menjelenkan praktik

keperawatan. 

28
DAFTAR PUSTAKA

http://rizmawan.blogspot.co.id/2013/11/model-keperawatan-menurut-
virginia.html

http://www.kapukonline.com/2012/02/
konseptualkeperawatanvirginiahenderson.html

Virginia Henderson's Need Theory. Available on


http://currentnursing.com/nursing_theory/Henderson.html

Perry, Potter. 2005. Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC

Ahtisham, Younas and Sommer Jacoline. Integrating Nursing Theory and Process
into Practice; Virginia’s Henderson Need Theory. Available on
http://www.internationaljournalofcaringsciences.org/docs/23_ahtisham.pdf

Sahrudi, Waluyo, A & Masfuri. 2019. Aplikasi Teori Virginia Henderson Pada
Pasien Neglected Fracture Of Left Shaft Femur . (online).
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JDK/article/view/6892

29

Anda mungkin juga menyukai