Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PROFIL UMUM
PERUSAHAAN

I.1 Sejarah Perusahaan


The Coca-Cola Company adalah salah satu perusahaan minuman yang paling
dikenal di dunia. Nama produk Coca-Cola sendiri dahulu disimbolkan sebagai suasana
gembira yang sampai saat ini bisa dirasakan di hampir 200 negara dan minuman Coca-
Cola dinikmati oleh banyak orang di dunia. Perusahaan terbesar di dunia ini telah
melalui suatu perjalanan yang panjang sejak dimulainya suatu awal yang sederhana
lebih dari satu abad yang lalu. Lahirnya ide kesegaran ini berasal dari John Styth
Pemberton yang pertama kali memperkenalkan rasa menyegarkan dari Coca-cola di
Atlanta, Georgia. Pada Mei 1886, John Styth Pemberton adalah ahli farmasi di Atlanta
- Georgia, AS membuat caramel berwarna dalam sebuah ketel kuningan di kebun
rumahnya untuk didistribusikan kepada Jacobs Pharmacy dengan menempatkan sirup
tersebut dalam sebuah teko. Air berkarbonasi bercampur dengan sirup yang dikenal
sebagai minuman nikmat dan menyegarkan, yaitu Coca-Cola. Konsumen dapat
membeli minuman ini dengan hanya membayar 5 sen per gelas.
Coca-Cola masuk di Indonesia sejak tahun 1927 dan dibotolkan secara lokal
sejak tahun 1932 di Jakarta. Produksi pertama sebanyak 10.000 sales center dengan
dibantu 3 truk dan 25 orang karyawan. Perusahaan dagang yang mengelola produk dari
Coca-Cola saat itu adalah De Netherlands Indische Mineral Water Fabric dibawah
manajemen Bernie Vonings dari Belanda. Kemudian, perusahaan ini berubah nama
menjadi Indonesia Beverages Limited (IBL). Indonesia Beverages Limited menjalin
kerjasama dengan tiga perusahaan Jepang yaitu Mitsui Toatsu Chemical Inc, Mitsui &
Co. Ltd, dan Mikuni Coca-Cola Bottling Co membentuk PT Djaya Beverages Bottling
Company (DBBC) pada tahun 1971. Pada tanggal 12 Oktober 1993, PT. Coca-Cola
Amatil Limited (CCA) di Sydney, Australia mengambil alih kepemilikan DBBC dan
mengubah namanya menjadi PT Coca-Cola Amatil Indonesia di Jakarta.
Coca-Cola sistem di Indonesia yang terdiri dari PT. Coca-Cola Indonesia (CCI)
sebagai anak perusahaan dari The Coca-Cola Company dan seluruh pabrik
pembotolannya, salah satunya adalah PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI). CCBI
memiliki 10 pabrik pembotolan di seluruh Indonesia, yaitu Medan, Padang, Lampung,
Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Makassar, dan Denpasar. Setiap
pabrik pembotolan Coca-Cola di Indonesia memiliki kode yang berbeda dan area
distribusinya masing-masing.
Perusahaan Coca-Cola di Jawa Tengah dirintis oleh dua orang pengusaha, yaitu
Bapak Partogius Hutabarat dan Bapak Mugijanto. Nama yang dipilih adalah PT Pan
Java Bottling Company, resmi didirikan pada tanggal 1 November 1974 di atas lahan
seluas 8.5 ha, dan mulai beroperasi pada tanggal 5 Desember 1976. Pada bulan April
1992, PT Pan Java Bottling Company bergabung dengan Coca-Cola Amatil Limited
Australia, sehingga sejak itu berubah namanya menjadi PT. Coca-Cola Amatil
Indonesia (CCAI) Central Java. Selain “Coca-Cola”, produk-produk lainnya yang
diproduksi di Indonesia adalah Coca- Cola Zero, Diet Coke, Sprite, Fanta, Frestea,
Frestea Green, Frestea Frutcy, Powerade Sport, Powered Isotonik, Extra Joss Strike,
A&W, Schweppes, dan Minute Maid Pulpy Orange.

6
I.2 Lokasi Perusahaan
PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java berlokasi di Jalan Soekarno
Hatta No.30, Kerban, Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah, 50661. Dengan nomor telepon (0298) 523333. Untuk website dapat
membuka http://coca-colaamatil.co.id/

I.3 Visi dan Misi Perusahaan


Visi yang dibawa oleh PT CCAI Central Java adalah “Menjadi perusahaan
produsen minuman terbaik di Asia Tenggara”. Untuk mewujudkan visi tersebut,
maka misi yang diusung oleh PT CCAI Central Java yaitu :
1. Memberikan yang terbaik bagi pemegang saham dengan menjadi minuman non
alkohol yang tumbuh terdepan dalam pasar minuman
2. Menghargai karyawan yang berdedikasi serta berdisiplin
3. Mengembangkan kemitraan sejati dengan para pelanggan untuk memuaskan
lebih dari 200 juta konsumen yang dahaga dengan rasa bangga dan semangat
sepanjang hari, setiap hari

I.4 Nilai-Nilai Perusahaan dan Aspek Sosial


Nilai-nilai perusahaan yang diterapkan oleh PT CCAI Central Java sebagai
berikut :
1. Sumber Daya Manusia (People)
2. Pelanggan (Customer)
3. Semangat (Passion)
4. Inovasi (Innovation)
5. Keunggulan (Excellence)
6. Warga Negara yang baik (Citizenship)
Nilai-nilai perusahaan bukan satu-satunya yang dijunjung oleh PT CCAI Central
Java, namun aspek sosial juga dijunjung oleh perusahaan ini. Aspek sosial perusahaan
sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan diwujudkan
melalui berbagai kegiatan sosial bagi masyarakat sekitar. Setiap tahun, Coca-Cola
melakukan program pengabdian masyarakat untuk masyarakat lokal di bidang
pendidikan, kesehatan dan pembangunan infrastruktur.

I.5 Struktur Organisasi


Struktur organisasi yang digunakan di Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
merupakan sistem organisasi garis (line organization), atasan memiliki wewenang
pada bawahan. Setiap bawahan harus bertanggung jawab kepada atasan. Berikut adalah
bagan struktur organisasi di Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java yang dapat
dilihat pada Gambar 2.1 yang menunjukkan struktur organisasi Coca-Cola Amatil
Indonesia Central Java.

7
Gambar 1.1 Struktur organisasi Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java

Struktur organisasi yang ada di PT. CCAI Central Java selalu mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Pada gambar tersebut, terlihat jabatan tertinggi PT.
CCAI Central Java dipegang oleh General Manager yang bertugas untuk memimpin,
mengendalikan serta mengawasi kegiatan-kegiatan penyelenggaraan perusahaan. Tidak
hanya itu saja, melainkan seorang General Manager harus mampu menjalin hubungan
baik dengan instansi maupun lembaga atau pihak luar perusahaan demi kepentingan
perusahaan serta mengadakan kerjasama dengan perusahaan lain.

I.6 Proses Produksi


Proses pembuatan minuman ringan di Coca-Cola Amatil Central Java harus
melalui beberapa tahap produksi. Adapun tahap–tahap yang harus dilalui adalah sebagai
berikut:

I.6.1 Pengolahan Air


Air yang digunakan dalam pengolahan air di Coca-Cola Amatil Central Java
diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu:
a. Raw Water

8
Raw Water merupakan bahan baku dalam proses pengolahan air,
fungsinya sebagai bahan baku untuk treated water maupun soft water. Raw
water berasal dari 3 sumber:
1. Air yang berasal dari PDAM / STU
2. Deep Well yaitu air sumur yang dialirkan oleh pompa
3. Air recycle
b. Soft Water
Soft water merupakan air yang telah dihilangkan kandungan mineralnya,
seperti kalsium dan magnesium, Soft water terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Soft water with chlorine merupakan air lunak yang mengandung klorin
dengan kisaran 1 – 3 ppm.
2. Soft water non-chlorine merupakan air yang tidak mengandung klorin.
Air ini digunakan untuk proses boiling dan pendinginan.
c. Treated Water
Treated water merupakan air yang digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan minuman soda.
d. Soft Treated Water
Soft Treated water atau disebut treated water yang dihilangkan
kesadahannya untuk mencegah timbulnya kerak. Soft Treated water digunakan
ketika produk minuman teh (Frestea) karena proses pembuatan teh
membutuhkan proses boiling saat pencampuran bahan.

I.6.2 Proses Pembuatan Sirup


Sirup adalah bagian yang menentukan dalam proses produksi di Coca-Cola
Amatil Indonesia Central Java karena sirup menentukan kualitas, aroma, dan rasa
minuman yang diproduksi. Berikut ini merupakan proses pembuatan sirup:
1. Sugar Dumping adalah proses menuang gula dari kemasan karung ke tangki
pelarutan.
2. Dissolving merupakan proses pelarutan gula dengan treated water sampai
larutan homogen.
3. Filtration merupakan proses penyaringan larutan gula dengan bag filter untuk
memisahkan benda asing sehingga diperoleh simple syrup yang standar.
4. UV Lamp merupakan lampu UV untuk sterilisasi simple syrup.
5. Strainer merupakan proses penyaringan benda asing dengan saringan stainless
steel ukuran 100 mesh untuk menyaring benda asing dalam simple syrup
6. Simple finish syrup merupakan larutan gula setelah proses filtrasi dan sterilisasi
dengan UV lamp.
7. Pelarutan konsentrat adalah proses pelarutan beverage base sebelum dicampur
simple finish syrup.
8. Finish syrup mixing adalah proses pencampuran larutan sirup dan concentrate.

I.6.3 Proses Pemurnian CO2


Karbon dioksida merupakan bahan penting dalam pembuatan minuman
berkarbonanasi yang berfungsi sebagai pengawet. Sehingga diperlukan perlakuan
khusus agar didapat hasil yang sesuai standar. Proses pemurnian CO2, yaitu:
1. Container adalah tempat penyimpanan CO2dalam tangki milik supplier.
2. Evaporation merupakan proses penguapan dari liquid menjadi gas.

9
3. Oil – X evolution merupakan proses penyaringan partikel dengan ukuran
cartridge 0.01 micron untuk menurunkan pencemaran.
4. PCO2gas phase purifier merupakan proses penyaringan untuk menghilangkan
kandungan uap air.

I.6.4 Proses Produksi Line VIII


Proses produksi Line VIII digunakan untuk produksi minuman berkarbonasi
dalam kemasan botol, adapun tahapannya yaitu:
1. De-palletizer yang merupakan kegiatan menurunkan botol dalam krat dari pallet.
Satu pallet terdiri dari 54 krat yang berisi 1.296 botol.
2. Uncaser berfungsi mengeluarkan botol dari krat dengan menggunakan rubber
gripper dan sistem electronic pneumatic.
3. Pre-inspection merupakan kegiatan menyortir botol, apabila terdapat botol yang
tidak sesuai dengan standar maka dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu: botol
kotor berat, botol pecah, dan berkarat.
4. Bottle Washer
5. Empties Inspection merupakan proses yang berarti setelah botol dicuci, botol
yang masih kotor, dan botol pecah disortir kembali di post-inspection oleh
inspector (proses berlangsung secara manual).
6. Electronic Bottle Inspection (EBI) berfungsi mendeteksi seluruh bagian botol.
Jika ditemukan cacat pada botol (botol pecah pada bibir, rusak bagian bawah,
dan botol lain jenis).
7. Proses Filling (Pengisian) beverage ke dalam botol
8. Crowning adalah proses penutupan RGB yang telah diisi beverages dengan
crown.
9. Date coding bertugas memberikan kode produksi. Date coder dicetak di bagian
leher botol, date coding ini berperan sebagai pemberi label akhir konsumsi
produk (Best Before).
10. Full product detector and inspection berfungsi untuk menyeleksi produk setelah
pengisian (seperti adanya benda asing, tidak ada kode produksi, dan pengisian
terlalu penuh).
11. Palletizer merupakan proses memasukan produk hasil produksi yang sudah
dimasukan ke dalam krat ke dalam palet yang kemudian disimpan di gudang.

I.7 Pemasaran
Strategi pemasaran menjadi salah satu bagian penting bagi Coca-Cola Amatil
Indonesia dalam melakukan distribusi produk. Distribusi produk bertujuan untuk
memasarkan produk kepada konsumen. Mayoritas produk didistribusikan melalui sales
office distribution center tersebar di kota-kota di Jawa Tengah, seperti di Solo, Tegal,
Purwokerto, Pekalongan, Kudus, Magelang, Klaten dan Magelang serta Rembang.
Selain itu, Yogyakarta dan Madiun menjadi tempat distribusi produk. Setiap sales
center terdiri 8 sub-sales center yang telah memiliki lebih dari 75.000 pengecer.
Berdasarkan kegiatan distribusinya, lebih dari 80% produk-produk dijual melalui para
pengecer dan grosir, sedangkan 90% diantaranya berasal dari kategori pengusaha kecil.
Dalam rangka menggiatkan pemasaran Coca-Cola juga telah bekerja sama dengan
Third Poin Promotion (TPP) atau agen promosi dengan sistem direct selling untuk
mengupayakan kepuasan pelanggan. Coca-Cola Amatil Indonesia mengoperasikan

10
ratusan pusat distribusi dan penjualan, serta lebih dari 3.200 pemasok dalam rantai
pasokan yang menyediakan bahan baku, jasa, dan item non-produk yang terkait.

1.8 Kualitas Produksi


The Coca-Cola Company mengedepankan kualitas produk. Pengawasan kualitas
dibagi menjadi dua kategori yaitu pengawasan mutu isi dan pengawasan mutu kemasan.
Pengawasan mutu isi meliputi kadar kemanisan dan kadar karbonasi. Pengawasan mutu
kemasan meliputi segala hal yang berkaitan dengan kemasan produk. Alat-alat yang
digunakan dalam proses produksi juga harus sesuai dengan standar yang berlaku untuk
mencapai kualitas produk yang diinginkan.

I.9 Company and Product Benchmarking


Berikut disajikan tabel perbandingan PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central
Java dengan perusahaan lain yang memproduksi minuman berkarbonasi

Tabel 1.1 Benchmarking PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java


No Aspek yang PT CCAI Central Java PT Multi Bintang
dibandingkan Indonesia

1. Variasi Produk • Coca-Cola • Bir Bintang


• Coca-Cola Zero • Heineken
• Diet Coke • Guinnes
• Sprite • Green Sands
• Fanta
• Frestea
• Frestea Green
• Frestea Frutcy
• Powerade Sport
• Powered Isotonik
• Extra Joss Strike
• A&W
• Schweppes
• Minute Maid Pulpy
Orange.

2. Foto Produk

3. Tahun Berdiri 1974 1931

4. Komposisi 81.78% Heineken


Pemegang Saham International B.V, 18.22%
Public

11
5. Kapasitas 24.512 krat/tahun
Produksi Per
Tahun

12
BAB II
KAPASITAS PRODUKSI
II.1 Produksi
PT Coca Cola Amatil Central Java memproduksi banyak produk. Produk-
produk tersebut diproduksi sesuai keinginan di masing-masing negara. Dengan
produk utama mereka, yaitu Coca-Cola Klasik, terdapat produk lainnya dari
perusahaan tersebut yang dijual sesuai dengan selera. Produk-produk tersebut antara
lain Coca Cola, Fanta, Sprite, Ades, Minute Maid Pulpy Orange, A&W, dan lain-
lain.
II.2 Perhitungan BEP
Break Even Point atau BEP merupakan jumlah minimum pemasukan yang
diperlukan untuk menutup total biaya produksi yang telah dikeluarkan pada jangka
periode tertentu, baik biaya tetap maupun biaya variabel, agar perusahaan tidak
mengalami kerugian. Berikut merupakan rumus perhitungan BEP
BEP = Biaya tetapHarga produk - Biaya variabel
• Perhitungan pendapatan total:
Pendapatan total (TR) = Harga Jual x Jumlah Produk
Di mana:
Jumlah Produk = 24.512 krat/tahun
Harga Jual = Rp176.000/krat
Pendapatan Total = Rp4.314.112.000
Pajak = 15% dari pendapatan total
= Rp647.116.800
• Perhitungan biaya/variabel:
VC = Biaya Produksi + Pajak
= Rp804.988.010,5 + Rp647.116.800
= Rp1.452.104.810,500
• Harga jual produk minimal:
X = Biaya variabel/jumlah produk
= Rp1.452.104.810,500/24.512
= Rp59.240,57
• Total Biaya Keseluruhan
TC = Biaya tetap + Biaya variabel
= Rp2.182.383.420 + 1.452.104.810,500
= Rp3.634.488.230,500
• Keuntungan:
Profit = TR - TC
= Rp4.314.112.000 - Rp3.634.488.230,500
= Rp679.623.769,500
• Perhitungan BEP
BEP = Biaya tetap/(harga jual produk - harga jual produk minimal)
= Rp2.182.383.420/(Rp176.000 - Rp59.240,570)
= 18.691,281
≅ 18.691 krat

13
BEP = Biaya tetap/(harga jual produk – harga jual produk
minimal)
= Rp 1.855.137.800.000/(Rp 30.362.000 - Rp 13.660.556,41)
= 111.076,49 ton
≃ 111.076 ton

14
BAB III
PERAMALAN PERMINTAAN
Berikut merupakan data permintaan dari produksi Coca Cola pada PT Coca Cola Amatil
yang ditampilkan pada tabel (3.1)

Tabel 3. 1 Data Permintaan Produksi Tahun 2020 dan 2021


Periode 2012 2013
Januari 2026 2469
Februari 2002 2575
Maret 2096 2547
April 1873 2376
Mei 1935 2396
Juni 2134 2502
Juli 2213 2720
Agustus 3105 3852
September 2372 3190
Oktober 2342 2454
November 2235 2402
Desember 2179 2482
Jumlah 24512 29965
Rata Rata 2043 2497

Pada bab ini, akan digunakan peramalan permintaan dengan menggunakan 3 metode
yaitu, simple moving average, weighted moving average, dan exponential smoothing.
III.1 Simple Moving Average Method
Simple Moving Average Method adalah salah satu metode untuk menghitung atau
meramalkan suatu nilai pada jangka waktu yang relatif pendek. Metode ini cenderung
mudah dilakukan karena teknik peramalan yang digunakan relatif sederhana. Pada metode
ini, digunakan data dari dua periode pada rentang waktu tertentu, dimana semakin panjang
atau lama periode waktu yang didapatkan maka nantinya grafik pemodelan yang
dihasilkan juga akan semakin baik. Adapun persamaan yang digunakan untuk metode ini
adalah sebagai berikut.

Simple Moving Average = x1 + x2 + .... +xnn

Keterangan: x = jumlah permintaan pada periode waktu tertentu


n = jumlah periode

Dengan menggunakan persamaan di atas dan tabel (3.1), maka dilakukan


perhitungan Simple Moving Average.

Diketahui: x1 = 3190

15
x2 = 2454
x3 = 2402
x4 = 2482
Penyelesaian:
Simple Moving Average = x1 + x2 + .... +xnn
Simple Moving Average = 3190 + 2454 +2402 + 24824
Simple Moving Average = 2632
Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel (3.2) dan grafik (3.1) berikut
ini.

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Simple Moving Average

Periode 2012 2013 2014

Januari 2026 2469 2632

Februari 2002 2575 2493

Maret 2096 2547 2502

April 1873 2376 2527

Mei 1935 2396 2538

Juni 2134 2502 2515

Juli 2213 2720 2521

Agustus 3105 3852 2525

September 2372 3190 2525

Oktober 2342 2454 2521

November 2235 2402 2532

Desember 2179 2482 2524

Jumlah 24512 29965 30347

Rata Rata 2043 2497 2529

16
Gambar 3.1 Grafik Perhitungan Simple Moving Average

III.3 Exponential Smoothing Method


Exponential Smoothing Method adalah metode peramalan permintaan yang
digunakan untuk meramal nilai permintaan dalam jangka waktu yang pendek. Adapun
persamaan yang digunakan pada metode ini adalah sebagai berikut.

Ft + 1 = Ft + a (At - Ft )

Keterangan: Ft = Forecast current period


Ft + 1 = Forecast next period
At = Actual demand current period
a = smoothing factor

Pada umumnya, smoothing factor yang dipakai bernilai 0,15.


Diketahui: At = 2469
Ft = 2469
a = 0.15
Penyelesaian:
Ft + 1 = Ft + a (At - Ft )
Ft + 1 = 2469 + 0,15 (2469 - 2469)
Ft + 1 = 2469

Berikut merupakan hasil perhitungan dengan menggunakan metode Exponential Smoothing


yang disajikan pada tabel (3.4) dan gambar (3.3) di bawah ini.

17
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Exponential Smoothing Method
Periode Histori Peramalan MFE MAD MSE MAPE
(%)

2013(At) 2013 2014 At - |At - (At- |At - Ft|/At


(Ft) (Ft+1) Ft Ft| Ft)^2

Januari 2469 2469 2469 0 0 0 0,00002

Februari 2575 2469 2485 106 106 11236 0,04117

Maret 2547 2485 2494 62 62 3844 0,02434

April 2376 2494 2476 -118 18 324 0,00758

Mei 2396 2476 2464 -80 80 6400 0,03339

Juni 2502 2464 2470 38 38 1444 0,01519

Juli 2720 2470 2508 250 250 62500 0,09191

Agustus 3852 2508 2709 1344 1344 1806336 0,34891

September 3190 2709 2781 481 481 231361 0,15078

Oktober 2454 2781 2732 -327 327 106929 0,13325

November 2402 2732 2683 -330 330 108900 0,13739

Desember 2482 2683 2653 -201 201 40401 0,08098

Jumlah 29965 30741 30925 1224 3237 2379675 1,06490

Rata 2497 2562 2577 102 270 198306 0,08874


Rata

18
Gambar 3.3 Grafik Perhitungan Exponential Smoothing Method

19
BAB IV
KAPASITAS MESIN

Kapasitas Mesin Dalam melakukan produksi, PT Coca-Cola Amatil Indonesia


Central Java. Kapasitas mesin dari PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java pada
setiap bulan memiliki efisiensi 95%. Sehingga bila target produksi diperlukan kapasitas
mesin sebagai berikut.

No Nama Kapasitas Defect Jumlah Jumlah Bahan yang Jumlah


Mesin Produksi (%) Produk yang dibutuhkan Mesin
( Krat ) ( Krat ) dibuat ( Ton )
( Krat )

1 Filling 5300 0.5 4500 4523 4762 1

2 Crowning 8100 0.75 4584 4619 4863 1

3 Capping 6250 2 4656 4752 5003 1

4 Palletizing 2435 1 5040 5091 5359 3

Filling
Jumlah Produk yang Dibuat (output) = (100/100-Defect) × Jumlah Produksi
= (100/100-0.5) × 4500
= 4522.61
= 4523

Jumlah Bahan yang Dibutuhkan = (100/Efisiensi) × Jumlah Produk yang Dibuat


= (100/95) × 4523
= 4761.05
= 4762

Jumlah Mesin = Input/Kapasitas Produksi


= 4762 / 5291
= 0.9
=1

Crowning
Jumlah Produk yang Dibuat (output) = (100/100-Defect) × Jumlah Produksi
= (100/100-0.75) × 4584
= 4618.64
= 4619

Jumlah Bahan yang Dibutuhkan = (100/Efisiensi) × Jumlah Produk yang Dibuat


= (100/95) × 4619

20
= 4862.11
= 4863

Jumlah Mesin = Input/Kapasitas Produksi


= 4863 / 8105
= 0.6
=1

Jumlah Produk yang Dibuat (output) = (100/100-Defect) × Jumlah Produksi


= (100/100-2) × 4656
= 4751.02
= 4752

Capping
Jumlah Bahan yang Dibutuhkan = (100/Efisiensi) × Jumlah Produk yang Dibuat
= (100/95) × 4752
= 5002,11
= 5003

Jumlah Mesin = Input/Kapasitas Produksi


= 5003 / 6254
= 0.8
=1
Palletizing
Jumlah Produk yang Dibuat (output) = (100/100-Defect) × Jumlah Produksi
= (100/100-1) × 5040
= 5090.91
= 5091

Jumlah Bahan yang Dibutuhkan = (100/Efisiensi) × Jumlah Produk yang Dibuat


= (100/95) × 5091
= 5358.95
= 5359

Jumlah Mesin = Input/Kapasitas Produksi


= 5359 /2436
= 2.2
=3

21
BAB V
POLA PRODUKSI

Berdasarkan data peramalan permintaan untuk tahun 2022 pada Tabel 3.4
(exponential smoothing method) dan Tabel 4.1 (penghitungan kapasitas mesin produksi),
dapat dihitung perkiraan biaya tambahan PT Coca-Cola Amatil Indonesia Central Java
menggunakan tiga jenis pola produksi, yakni pola produksi konstan, bergelombang, dan
moderat. Berikut adalah data peramalan permintaan 2022 yang terdistribusi secara kuartal
(triwulan):

Kuartal Jumlah Permintaan ( krat / kuartal )

I 7448

II 7410

III 7998

IV 8068

Total 30924

Rata - Rata 7731

Gambar 5.1 Grafik Pola Produksi

22
V.2 Perhitungan Pola Produksi

• Pola Produksi Konstan = 7731 krat/kuartal


• Pola Produksi Bergelombang = Jumlah permintaan per kuartal (mengikuti pola
permintaan)
• Pola produksi moderat = 7410 krat/kuartal (untuk kuartal I dan II)
7998 krat/kuartal (untuk Kuartal III dan IV)
• Kapasitas Produksi Normal : 7731 krat/kuartal
• Kapasitas Produksi Maksimum : 8118 krat/kuartal
• Biaya simpan : Rp 9000 / krat
• Biaya lembur : Rp 8000 / krat
• Biaya sub-kontrak : Rp 12000 / krat
• Biaya perputaran tenaga kerja : Rp 45000 / orang
• Setiap pekerja mampu menyelesaikan 40 krat

Pola Produksi Konstan


• Biaya Simpan
Biaya simpan hanya terjadi pada kuartal I dan II
Biaya simpan pada kuartal I
Jumlah Produksi Kuartal I = 7731
Jumlah Permintaan Kuartal I = 7448
Kelebihan Produksi Kuartal I = 7731 - 7448 = 283
Biaya Simpan Kuartal I = 283 krat x Rp9000 = Rp2.547.000

Biaya simpan pada kuartal II


Jumlah Produksi Kuartal II = 7731
Jumlah Permintaan Kuartal II = 7410
Kelebihan Produksi Kuartal II = 7731 - 7410 = 321
Biaya Simpan Kuartal II = 321 x Rp9000 = Rp2.889.000
Total biaya simpan = Rp 5.436.000

• Biaya Sub-Kontrak
Biaya sub-kontrak pada kuartal III dan IV
Biaya sub-kontrak pada kuartal III
Jumlah Permintaan Kuartal II = 7998
Jumlah Produksi Kuartal II = 7731
Kelebihan Produksi Kuartal II = 7998 - 7731
= 267
Biaya Simpan Kuartal II = 267 x Rp12000
= Rp3.204.000

23
Biaya sub-kontrak pada kuartal IV
Jumlah Permintaan Kuartal II = 8068
Jumlah Produksi Kuartal II = 7731
Kelebihan Produksi Kuartal II = 8068 - 7731
= 337
Biaya Simpan Kuartal II = 321 x Rp12000
= Rp4.044.000
Total biaya sub-kontrak = Rp 7.248.000

Total biaya tambahan untuk pola produksi konstan = Rp12.684.000

Pola Produksi Bergelombang


●Biaya Lembur
Biaya lembur terjadi pada kuartal III dan IV
Biaya Lembur Pada Kuartal III
Jumlah lembur kuartal III = Jumlah permintaan kuartal III - Kapasitas Produksi normal
Jumlah lembur kuartal III = 7998 - 7731
Jumlah lembur kuartal III = 267 krat
Biaya lembur kuartal III = 267 x Rp8000
=Rp2.136.000

Biaya Lembur Pada Kuartal IV


Jumlah lembur kuartal IV = Jumlah permintaan kuartal IV - Kapasitas Produksi normal
Jumlah lembur kuartal IV = 8068 - 7731
Jumlah lembur kuartal IV = 337 krat
Biaya lembur kuartal IV = 337 x Rp8000
= Rp2.696.000

● Biaya Perputaran Tenaga Kerja


Biaya perputaran tenaga kerja terjadi pada kuartal III dan IV
Biaya Perputaran Tenaga Kerja Kuartal III
Kenaikan produksi kuartal III = Jumlah produksi kuartal III - Jumlah produksi kuartal II
Kenaikan produksi kuartal III = 7998 - 7410
Kenaikan produksi kuartal III = 588 krat
Lembur kuartal III = 267 krat
Biaya perputaran tenaga kerja kuartal III
= ( 321/40 ) x Rp.45000 = Rp361.125

Biaya Perputaran Tenaga Kerja Kuartal IV


Kenaikan produksi kuartal IV = Jumlah produksi kuartal IV - Jumlah produksi kuartal III
Kenaikan produksi kuartal IV = 8068 - 7998
Kenaikan produksi kuartal IV = 70 krat
Lembur kuartal IV = 337 krat
Biaya perputaran tenaga kerja kuartal IV
= ( 267/40 ) x Rp.45000 = Rp300.375

24
Sehingga total biaya tambahan untuk pola produksi bergelombang :
Total biaya = Rp2.136.000 + Rp2.696.000+ Rp361.125 + Rp300.375
Total biaya = Rp5.493.500
Total produksi bergelombang = Rp10.325.000

Pola Produksi Moderat


● Biaya Sub-Kontrak
Biaya sub-kontrak terjadi pada kuartal I dan IV.
Biaya Sub-kontak Kuartal I
Kekurangan produksi kuartal I = Jumlah permintaan kuartal I - Jumlah produksi kuartal I
Kekurangan produksi kuartal I = 7448 - 7410
Kekurangan produksi kuartal I = 38 krat
Biaya sub-kontrak kuartal I = 38 x Rp 12000 = Rp456.000

Biaya Sub-kontak Kuartal IV


Kekurangan produksi kuartal IV = Jumlah permintaan kuartal IV - Jumlah produksi kuartal
IV
Kekurangan produksi kuartal IV = 8068 - 7998 krat
Kekurangan produksi kuartal IV= 70 krat
Biaya sub-kontrak kuartal IV = 70 x Rp 12000 = Rp840.000
Total Biaya Sub Kontak = Rp1.296.000

● Biaya Perputaran Tenaga Kerja


Biaya perputaran tenaga kerja terjadi pada kuartal III.
Biaya Perputaran Tenaga Kerja Kuartal III
Kenaikan produksi kuartal III = Jumlah produksi kuartal III - Jumlah produksi kuartal II
Kenaikan produksi kuartal III = 7998 - 7410
Kenaikan produksi kuartal III = 588 krat
Biaya perputaran tenaga kerja kuartal I
= (588/40) x Rp 45.000 = Rp661.500
Total Biaya Tambahan untuk Pola Produksi Moderat
= Rp1.957.500
V.3 Tabel Perbandingan
Berikut merupakan tabel perbandingan biaya yang harus dikeluarkan ketiga pola
produksi berdasarkan perhitungan

Jenis Biaya Pola Konstan Pola Bergelombang Pola Moderat

Biaya Simpan Rp5.436.000 - -

Biaya Sub-Kontak Rp7.248.000 - Rp1.752.000

Biaya Lembur - Rp4.832.000 -

25
Biaya Perputaran Tenaga Kerja - Rp5.493.500 Rp661.500

Total Rp12.648.000 Rp10.325.000 Rp2.413.500

V.4 Kesimpulan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola produksi yang terbaik (menghasilkan biaya
yang paling kecil) dari ketiga jenis pola produksi tersebut adalah pola produksi moderat
dengan biaya yang harus dikeluarkan yaitu sebesar Rp2.413.500.

26

Anda mungkin juga menyukai