Anda di halaman 1dari 16

1

REORDER POINT
2

 Pada kondisi di lapangan, asumsi barang bersifat instan sulit


diterapkan karena diperlukan tenggang waktu tertentu untuk
mengirimkan barang yang dipesan. Sehingga bisa mengakibatkan
produsen tidak mempunyai cukup persediaan sebelum pesanan
datang.
 Tenggang waktu antara saat pemesanan dengan saat barang datang
disebut dengan Lead Time (L).
 Tingkat persediaan dimana pemesanan harus dilakukan kembali
agar bisa dipakai pada waktu yang tepat disebut reorder point (R).
 Hal ini berarti perusahaan harus terus menerus mengamati secara
terus menerus tingkat persediaannya sampai reorder point
tercapai.
3

 Reorder point ditentukan dari 2 variabel, yatu Lead Time (L)


dan kebutuhan selama lead time.
 Ada dua kemungkinan Lead Time bila dibandingkan dengan
waktu antara dua full stok (t), yaitu :
 L<t dan L>t
Tingkat Persediaan Tingkat Persediaan

Q Q

R R

Waktu Waktu
L L L t t

L
t t
4

 Perbandingan L dengan t
 Untuk kondisi L < t, maka R = L x D
 dan untuk kondisi L > t maka R = (L - t) x D
 Waktu yang diperlukan untuk menghabiskan persediaan =
Tingkat Persediaan Tingkat Persediaan
EOQ
t
Q Q D

R R

Waktu Waktu
L L L t t

L
t t
Contoh :
5

 Permintaan harian suatu jenis barang diperkirakan 100 unit.


Biaya pemesanan diketahui Rp. 100,- setiap kali pesan. Biaya
simpan harian tiap unit persediaan Rp. 0,02 Bila diketahui
lead time-nya 12 hari, tentukan EOQ dan R-nya.

 Jawab : D = Rp.100 unit/hari


cP = Rp.100/hari
cH = Rp.0,02/unit
2 D Cp 2 100 100
EOQ    1000unit
CH 0,02
6

 Waktu untuk menghabiskan persediaan Q adalah


EOQ 1000
t   10hari
D 100
 Karena lead time-nya 12 hari dan siklus optimalnya 10 hari (L
> t) maka reorder point dilakukan pada saat tingkat persediaan
:
 (R) = (L – t) x D = (12 - 10) x 100 = 200 unit
Q = 1000
 Keterangan : 12 hari sebelum

bahan habis, bahan harus dipesan


R = 200
untuk kebutuhan siklus berikutnya.
 Selama rentang waktu tersebut,
Hari ke-
0 10 20 30 tidak boleh ada “kehabisan bahan”
Barang
dipesan
12 hari Barang
datang
atau stock out.
Economic Production Quantity
7

 Adakalanya sebuah perusahaan tidak membeli bahan baku dari


pihak lain, melainkan memproduksi sendiri bahan tersebut.
 Atau ilustrasi lain adalah industry shampoo memproduksi
sendiri bungkus/ kemasan shamponya
 Hal ini dimungkinkan untuk menghemat modal sekaligus bisa
mengukur tingkat kebutuhan sekaligus pemakaiannya.
 Hanya saja model ini sekarang jarang dipakai dikarenakan
banyak perusahaan yang khusus menerima pesanan untuk
bahan penunjang perusahaan lain.
 Misalnya ada perusahaan plastik yang khusus membuat galon,
botol air mineral, kaleng, botol pelumas dan lain sebagainya.
8

 Dalam model ini diasumsikan tingkat produksi bahan baku (P)


lebih besar dari pemakaiannya (D) atau P > D. Tujuan
perhitungan ini adalah untuk menentukan berapa jumlah
bahan baku yang harus diproduksi untuk untuk mengcover
permintaan.
Tingkat Persediaan

9
Imax

D
I II
R

tp L
Waktu
ti
to

 Jumlah produksi dalam satu siklus harus dapat memenuhi


kebutuhan selama to (lihat gambar) Q = D x to.
 Jika diasumsikan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi
sejumlah Q unit pada tingkat produksi P adalah t p, maka Q = P x tp
 Dalam satu siklus persediaan terdiri dari dua tahap :
10

1. Tahap produksi, dimana perusahaan memproduksi bahan baku


dengan tingkat produksi P dan sekaligus menggunakan secara
langsung untuk membuat produk selama tp. Tahap ini berhenti
sampai mencapai tahap Imax. Imax = (P – D) x tp

2. Tahap persediaan dimana perusahaan dalam membuat produk jadi


tinggal mengambil sisa persediaan yang ada (rentang ti). Pada tahap
ini jika persediaan sudah mencapai tahap R maka harus diadakan
set-up untuk persiapan proses produksi lagi untuk siklus berikutnya.

3. Set up produksi bergantung pada Lead Time (L) yaitu rentang


waktu antara pemesanan dan waktu mulai memproduksi bahan
baku (mulai dihasilkan produk).
11

 Jadi dalam hal ini Lead time = set up time


 Total cost yang ditimbulkan untuk proses ini :
 (TIC) = setup cost + holding cost = TSC + TCC

 Biaya set-up per periode = (ingat )


D D
TSC   CS TOC   CP
Q Q
 Untuk mencari TCC dicari persediaan rata-rata :

I (ingat Q )
TCC  max
 CH TCC   CH
2 2
 Imax adalah total persediaan bahan baku pada saat produksi
bahan baku berakhir
12

 Karena Imax = (P – D) x tp, dan Q = P x tp atau tp = Q/P, maka :

Q  D Q D
 I max  P  D   Q1  
sehingga 2 1  P   CH
TCC 
P  P
Q  D D
 1    C H   C S
 Mencari EPQ  TCC = TSC 2  P Q

 Diperoleh Q = 2  D  cs
EPQ 
 D
c H  1  
 P
 Waktu selang antar set-up =
EPQ
to 
D
Contoh :
13

 Suatu perusahaan memproduksi peralatan kemudi mobil


lengkap yang terdiri dari poros dan roda kemudi.
 Permintaan kemudi mobil didasarkan atas permintaan mobil
yang sifatnya tetap dan diketahui sebesar 6.400 unit/tahun.
Roda kemudi yang dipakai bisa diproduksi sendiri dengan
kecepatan produksi 128 unit/hari.
 Biaya set-up setiap siklus produksi adalah Rp.24 dan holding
cost Rp. 3/unit/th.
 Bila diketahui dalam satu tahun perusahaan beroperasi selama
250 hari, maka tentukan kebijakan perusahaan untuk roda
kemudi tersebut.
14

 Jawab :
 D = 6400 unit/th
 P = 128 unit/hari = 128 x 250 = 32.000 unit/th
 cs = Rp. 24/set-up
 cH = Rp.3/unit/th
 Jumlah produksi ekonomis (EPQ) adalah :
2  D  CS 2  6400  24
EPQ    357,77unit
CH 1  D P  3  1  6400 32000 
15
16

 A car rental company has one car at each of five depots a, b, c, d


and e. A customer requires a car in each town namely Abbey,
Burney, Carlington, Dundee and Eastpark. Distance (kms) between
depots (origins) and towns (destinations) are given in the following
distance matrix
Abbey
Burney
Carlington
Dundee
Eastpark

 Determine which car for each towns, to get total minimum arrival
time

Anda mungkin juga menyukai