Anda di halaman 1dari 90

Pengantar

Salah satu persoalan manajemen yang


potensial adalah persediaan. Dalam hal ini,
istilah persediaan mencakup persediaan bahan
baku, persediaan bahan pembantu,
persediaan bahan dalam proses, dan
persediaan barang jadi.
Parameter – Parameter
Persediaan
Parameter Biaya :
1. Biaya Pesanan (Ordering Cost)
2. Biaya Simpan (Carrying Cost)
3. Biaya Kehabisan Persediaan (Stockout
Cost)
4. Biaya Pembelian (Purchase Cost)

Berdasarkan dua karakteristik utama parameter –


parameter masalah persediaan yaitu Tingkat
Permintaan dan Periode Kedatangan Pesanan,
model - model persediaan dibedakan menjadi
Model Deterministik dan Model Probabilistik.
Model Deterministik
Model – model persediaan
deterministik ditandai oleh karakteristik
permintaan dan waktu kedatangan
pesanan yang dapat diketahui
sebelumnya secara pasti. Ini adalah
asumsi dasar model – model
deterministik. Perkembangan model –
model persediaan deterministik diawali
oleh perkembangan model EOQ
(Economic Order Quantity) terhadap P
system dan Q system.
P System dan Q System
P System (Periodical System) adalah
pembelian persediaan secara
periodik.
Q System (Quantity System) adalah pembelian
persediaan dalam jumlah tetap sehingga
sering pula dikenal sebagain pembelian
dalam jumlah tetap (Fixed Order System).
Economic Order Quantity (EOQ)
Model ini merupakan model deterministik
yang memperhitungkan dua macam biaya
persediaan paling dasar, yaitu :
1. Biaya Pesan
2. Biaya Simpan
sehingga Biaya Total Persediaan (BPT) atau
Total Inventory Cost (TIC) adalah :
Biaya Total Persediaan = Biaya Pesan + Biaya Simpan
Dalam hal ini :
 Model ini mengasumsikan bahwa persediaan akan
dipesan sebesar Q unit datang secara serentak.
 Fungsi biaya pesan :
Biaya Simpan harus dikeluarkan oleh suatu organisasi
dengan penyimpanan persediaan. Semakin banyak dan
semakin lama persediaan disimpan maka semakin besar
biaya persediaan itu.
Karena persediaan secara serentak
sebesar Q, maka persediaan awal adalah
Q dan persediaan akhir adalah nol, ketika
persediaan habis dipakai sehingga
persediaan rata – rata adalah Q/2.
Oleh karena itu, BPT = BP + BS, atau :

BPT = +
Biaya Total Persediaan akan naik jika
semakin banyak unit (Q) yang dipesan
maupun semakin sedikit unit yang dipesan.
Ketika Biaya Pesan sama dengan Biaya
Simpan, kondisi minimum Biaya Total
Persediaan tercapai.
Secara matematik
BP = BS
atau
Biaya Total Persediaan Minimum
Q optimal yang akan menghasilkan Biaya Total
Persediaan minimum atau Biaya Pesan tepat sama
dengan Biaya Simpan. Bila Q disubtitusikan ke rumus
dibawah ini, maka kita akan dapat menurunkan BTP
minimum.
maka :

Jadi BTP di atas adalah fungsi BTP minimum jika Q optimal melalui
Hubungan antara Parameter h dengan CH
Parameter h adalah biaya simpan per unit per periode.
Parameter ini sering dipertukarkan penggunaanya
dengan parameter CH, di mana C adalah harga satuan
persediaan sedangkan H adalah prosentase biaya
simpan dasar harganya. Dengan kata lain :
Siklus Pesanan Ulang (Reorder Cycle)

Model EOQ secara matematik adalah


penggabungan antara model P dan Q. Frekuensi
pesanan ulang D/Q di mana siklus pesanan selalu
sama.
Hubungan Parameter D dan Q

Parameter D atau kebutuhan selama


periode perencanaan sesuai dengan
dipenuhi oleh Q dalam beberapa kali siklus
P. Kondisi ini secara visual tampak seperti
mata gergaji. Selanjutnya, bila P adalah satu
siklus pesanan ulang dan diturunkan
melalui maka panjang waktu setiap P
yaitu Y diperoleh melalui
Dengan demikian, cukup jelas bahwa
P *Y =W
Mata gergaji model EOQ
Tingkat Pemakaian Persediaan

Tingkat pemakaian persediaan memberi


gambaran mengenai kecepatan
pengunaan persediaan dalam satu siklus
pesanan ulang. Penambahan
persediaan secara serentak sebesar Q
membentuk persediaan awal sebesar Q.
Persediaan ini kemudian digunakan
secara bertahap pula selama periode Y
dan akhirnya habis. Pola ini kemudian
disederhanakan dengan garis lurus.
Tingkat pemakaian persediaan
Saat Memesan Ulang (Reloader Point)

Jika L: Lead Time, dan Y: panjang waktu


dalam satu siklus pesanan ulang, maka
pesanan ulang harus dilakukan pada
saat t1 atau t0 + Y – L atau t2 – L .
Persediaan sebesar R dengan demikian
adalah persediaan selama lead time
yaitu persediaan yang harus tersedia
saat pesanan ulang dibuat agar
penambahan persediaan datang ketika
persediaan itu tepat habis.
Dalam contoh di atas, ketika persediaan tersedia sebesar R
pada saat t1 maka pesanan ulang dibuat agar penambahan
persediaan sebesar Q tepat datang serentak di t2. jadi R
adalah indikator persediaan yang menandai Saat Memesan
Ulang (reorder point). Jika R menandai jumlah persediaan
ketika pesanan ulang harus dibuat ulang, maka t1 = t2 – L
menandai saat pesanan ulang harus dibuat.
EPQ-Economic Production Quantity

 Dalam beberapa kasus, penambahan


persediaan sering tidak mungkin serentak
tetapi secara bertahap atau gradual.
Berdasarkan gambar diatas bila
penambahan persediaan pada model EOQ
secara serentak sebesar Q pada t0,t1, dan
seterusnya, maka pada model EPQ
penambahan persediaan sebesar Q itu
datang secara bertahap selama t0 - t1
dengan tingkat pertambahan sebesar
∆Q/∆t. Perkembangan ini yang
membedakan model EPQ dan EOQ.
Jika kondisi p > d tidak terpenuhi, maka
kemungkinan yang akan terjadi adalah :
 P2 = d, atau tingkat produksi atau tingkat
pertambahan persediaan tepat sama
dengan tingkat pemakaian persediaan. Hal
ini jelas tidak mungkin terjadi karena lead
time atu manufacturing cycle.
Bagaimanapun juga, persediaan harus
tersedia ketika akan digunakan.
 P3 < d, atau tingkat produksi lebih kecil
dari tingkat pemakaian persediaan.
Q maksimum
Persediaan maksimum dalam model EPQ berbeda
dengan EOQ sebagai akibat pertambahan
persediaan yang bertahap.
Biaya simpanan
 Konsep persediaan maksimum dalam model EPQ dari
gambar diatas dapat kita ketahui bahwa pertambahan
persediaan terjadi selama tp. Oleh karena itu

 Selanjutnya, persediaan maksimum Qmaxtersebut


kemudian akan habis dipakai. Oleh karena itu persediaan
rata – rata adalah
-------> 14.21
 Untuk memenuhi persediaan sebesar Q
diperlukan waktu selama tp dengan tingkat
pertambahan perssediaan sebesar p. Oleh
karena itu,

atau

----> 14.22
Biaya Total Persediaan

 Biaya Total Persediaan = Biaya Pesan +


Biaya Simpan

Agar dapat mengetahui total Persediaan atau


BTP minimum maka rumus Biaya Total
Persediaan harus diminimumkan untuk Q. Syarat
BTP adalah sehingga
Bila Q optimal pada rumus di atas disubsstitusikan ke
rumus BTP maka akan menemukan model matematik
untuk menentukan BTP minimum, yaitu

Dengan demikian, perbedaan pokok antara model EPQ


dengan EOQ terletak pada koreksi biaya simpan, yaitu
Saat memesan Ulang (Reorder point)
Saat memesan ulang, seperti model EPQ, dapat
dalam dua cara :
 Dinyatakan dalam waktu
Jika diketahui lead time adalah L maka saat
memesan ulang (reorder point) adalah t2 – L.
Dalam hal ini, sesuai dengan

Dimana d = tingkat pemakaian persatuan waktu


yang digunakan
 Dinyatakan dalam unit persediaan
Jika d atau tingkat pemakaian persatuan
waktu dan L adalah lead time maka reorder
point adalah
 Kasus Persediaan Alma II
Berdasarkan data berikut :

D = 75.000 per tahun


P = 125.000 per tahun
b = Rp 500
H = 20%
C = Rp 2500
S = Rp 1200
L = 3 hari
Analisis
Jika
D = 75.000
P = 125.000
1 tahun = 250 hari
d = 75.000/250 = 300 per hari
p = 125.000/250 = 500 per hari
Menurut gambar 12.2
Dengan demikian, dalam satu tahun akan terjadi 75.000/3000 =
25 siklus pesanan ulang (reorder cycle).
Menurut gambar Reorder Point
Biaya Total Pesediaan Minimum
Periode Waktu Pesanan Ulang

Karena lead time 3 hari, maka

Atau
EOQ-Potongan Pembelian
(Quantity Discount)
 Selama model dasar EOQ dirumuskan
berdasarkan salah satu asumsi harga
pembelian atau C tetap, maka gradasi
harga menurun jika jumlah pembelian
bertambah besar jelas akan membuat
model tidak valid.
 Sebuah model penyelesaian yang
dikembangkan dari model EOQ dasar
harus dikembangkan lebih lanjut untuk
menyelesaikan kasus pembelian dengan
potongan harga.
MODEL
 Peminimuman Biaya Total Persediaan juga
harus meminimumkan Biaya Pembeliaan
yang ditentukan oleh jumlah pembeliaan
per periode pembelian dan harga beli per
unit.
BTP = Biaya Pesan + Biaya Simpan + Biaya
Pembelian
EOQ- Back Order
 Pada model EOQ dasar, diasumsikan
bahwa pesanan akan datang tepat pada
saat persediaan habis sehingga kehabisan
persediaan tidak pernah terjadi.
EOQ- Back Order
 Dalam EOQ-Back Order dimungkinkan
terjadinya kehabisan persediaan dan sudah
dapat diduga sebelumnya.
 Dalam peminimuman Biaya Total
Persediaan komponen kehabisan
persediaan (shortage cost) harus
diperhitungkan.
Model
 Oleh karena kehabisan persediaan
dimungkinkan, maka biaya kehabisan
persediaan harus diperhitungan dalam
peminimuman Biaya Total Persediaan.
BTP = Biaya Pesan + Biaya Simpan + Biaya
Kehabisan Persediaan
Biaya Pesan
 Biaya pesan pada model ini tergantung
pada frekuensi pesanan, yaitu dan biaya
pesan S
Biaya pesan tidak boleh berbeda dengan
model dasar, sehingga:

Biaya Pesan =
Biaya Persediaan Rata - rata
Q : Penambahan persediaan
Qmax: Tingkat persediaan
maksimum, Qmax = Q -
Qs
Qs : Back order quantity
t1 : Periode waktu ketika
persediaan tersedia

t2 : Periode waktu ketika


persediaan tidak
tersedia
Y : Daur pesanan ulang
 Kehadiran Biaya Kehabisan Persediaan dalam Biaya Total
Persediaan yang harus diminimumkan telah
memunculkan fenomena kehabisan persediaan yang
direncanakan, yaitu daerah arsir pada gambar di atas,
sehingga persediaan tidak hanya terjadi pada t1 namun
juga pada t2. Oleh karena itu, persediaan rata-rata
selama t1 menjadi:

dan persediaan rata-rata selama Y menjadi:


 Jika h adalah biaya penyimpanan pesediaan per
unit per periode, maka Biaya Persediaan rata-
rata pada Y adalah:

 Di samping t1, persediaan juga terjadi selama t2.


Persediaan pada t2 ini bersifat imaginatif.

 Persediaan rata-rata yang direncanakan habis


pada t2, yaitu dan persediaan rata-rata yang
direncanakan habis pada Y, yaitu
 Jika Cs adalah biaya kehabisan persediaan,
maka Biaya Persediaan rata-rata yang
habis pada Y:
 Pada rumus di atas masih terkandung
parameter t1 dan t2 yang memiliki
dimensi berbeda terhadap periode
perencanaan D. Oleh karena itu, dimensi
tersebut harus disetarakan terlebih
dahulu.
Biaya Total Persediaan
Tujuan dari perumusan model ini adalah
penemuan Q dan Qs optimal memalui
rumus di atas. Oleh karena itu, BTP pada
rumus di atas harus disederhanakan
dengan memperhatikan Q dan Qs.
 Ternyata keterlibatan
fenomena kehabisan
persediaan di dalam
model membuat Biaya
Total Persediaan lebih
kecil. Ini berarti, lebih
baik kehabisan
persediaan dibandingkan
mempunyai persediaan
namun menghasilkan
Biaya Total Persediaan
yang lebih tinggi.
EOQ Kendala Tempat
Model Dasar EOQ
Biaya Total Persediaan = Biaya pesan +
Biaya simpan

Jika keterbatasan tempat penyimpanan,


maka:
Biaya Total Persediaan = Biaya pesan +
Biaya simpan + Biaya gudang
Model EOQ dengan Batasan
Penyimpanan (Jenis banyak barang)
Asumsi:
- Tidak ada pemotongan harga
- Pengisian stok seketika
- Tidak boleh ada kekurangan
 Misalkan:
a = ruang penyimpanan maksimum yang
tersedia untuk n barang
ai = kebutuhan ruang penyimpanan per unit
barang ke-i
ki = biaya penyediaan persatuan barang ke-i
per satuan waktu
hi = biaya pemesanan untuk barang ke-i
di = banyak permintaan barang ke-i selama
satu periode
qi = banyak barang ke-i yang dipesan per
satuan siklus
EOQ-Kendala Modal Kerja
 Dalam EOQ dasar, penentuan Q optimal berdasarkan
pada asumsi modal kerja tersedia untuk membayar
pembelian. Jadi, modal kerja tersebut bukan merupakan
pembatas. Modal kerja dalam persediaan dasar
persediaan akan terikat selama satu siklus pesanan ulang
dimana jumlah persediaan adalah Q/2. Oleh karena itu,
jika :
M = Modal kerja
C = Harga barang atau persediaan per unit.
 Maka modal kerja adalah
 Dalam hal ini, M dapat diinterpretasikansebagai model kerja maksimum
yang tersedia. Jikahai ini menjadi pembatas bagi usaha untuk
meminimumkan Biaya Total Persediaa, model EOQ dasar maka akan
memperoleh :
 Minimumkan

 Terhadap fungsi kendala :

Di mana Q > 0.
 Secara manual, model tersebut dapat diselesaikan dengan fungsi Lagrange,
yaitu seperti berikut :
 Syarat minimum maka :
 Rumus ke-1

 Jadi

 Untuk mendapatkan Q optimal kita harus menurunkan L(Q,λ) untuk λ.


Sehingga didapatkan :
 Rumus k-2
 Dengan ini bahawa Q akan optimum terdapat dua rumus. Namun hal ini
dapat kita jadikan satu dengan mensubtitusikan kedua rumus itu, dan
menjadi :
 Rumus ke-3

 kita akan mendapatkan nilai λ, yaitu 0<λ<0. maka akan sesuai grafik :

 Jika λ>0 aka modal kerja yang tersedia pada dasarnya mencukupi, sehingga
model EOQ dasar dapat digunakan. Namun, jika λ<0 maka modal kerja M
kritis sehingga rumus kedua perlu digunakan.
 Contoh.:
Jika diketahui :
D: Permintaan pertahun = 600.00 unit
C: Harga persediaan = Rp8.000,- per unit
H : Presentase biaya simpan = 4% per tahun
S : Biaya setiap kali pesanan dibuat = Rp10.00,-
M : Modal kerja yang tersedia = Rp25.000.000,-
 Maka, menurut rumus ke-3 :

Karena λ = -0,0016 maka kita dapat menyimpulakan bahwa modal kerja


yang tersedia mencukupi untuk mengadakan penambahan persediaan Q
yang optimal. Oleh karena itu, model EOQ dasar dapat diterapkan.
Dengan demikian dibutuhkan modal kerja sebesar

= 24.496.000

Dan selama modal kerja yang tersedia untuk penambahan


persediaan adalah Rp25.000.000,- maka sisamodal kerja
tersebut untuk membeli 6.124 unit adalah Rp25.000.000,- –
Rp2.496.0000,- = Rp504.000,-
EOQ-Permintaan Bervariasi
 Salah satu asumsi EOQ dasar adalah permintaan D yang
konstan. Untuk itu Silver & Meal menggunakan batasan yang
dinamakan Varibility Cefficien (VC). Pada dasarnya VC menjadi
tolak ukur seberapa besar variasi permintaan D. dengan kata
lain VC sebagai tolak ukur sejauh mana EOQ masih valid
digunakan.

Yaitu jika :
VC < 0,25 maka EOQ dapat digunakan
VC > 0,25 maka EOQ tidak lagi valid karena asumsi
permintaan telah terlanggar sehingga
model Silver & Meal digunakan.
 Menurut Silver & Meal,VC adalah perbandingan antara D ( Variasi
Permintaan) per periode dengan Kuadrat Permintaan per periode.
Semakain besarnilai VC maka variasi permintaan semakin kecil,
sebaliknya semakin kecil VC maka permintaan semakin bervariasi.
 Secara rumus seperti ini :

• Dan permintaan E(D) per periode adalah

Sehingga

atau
Maka VC yaitu :

VC = 0,442
Saat penambahan
 Silver & Meal mengusulkan

Atau

 Contoh :
Diketahui bahwa :
h : Biaya simpan per bulan = RP4,-/unit
S : Biaya Pesan setiap kali pesanan dibuat = Rp100.000,-

Dengan demikian, berpedoman dengan rumus kedua

D(j) > 25.000


Model-model persediaan probabilistik
ditandai oleh perilaku perminta-an dan saat
tenggang pesan yang ti-dak dapat diketahui
secara pasti se-hingga harus didekati dengan
distribusi probabilistik.
• Ada 3 kemungkinan yang terjadi yaitu :
1. Persediaan habis ketika pesanan belum
tiba
2. Persediaan habis tepat pada saat pesanan
tiba, dan
3. Persediaan belum habis saat pesanan tiba
Untuk mengatasi hal tersebut maka
perlu diadakan persediaan cadangan melalui
pen-dekatan distribusi probabilitas.
• Untuk menggambarkan penyimpangan perilaku
permintaan, kita dapat menggunakan Distribusi
Normal.
• Karakteristik Distribusi Normal dapat
digambarkan sebagai berikut :
• Kurva Normal tersebut terdiri dari dua
bagian yang simetrik sempurna, yaitu di
sebelah kiri µ dan di sebelah kanan µ dan
tabel itu hanya mewakili satu sisi saja, maka
setiap bagian dihitung 50% atu 0,5 bagian.
• Gambar tersebut menjelaskan cakupan luas
area pada Kurva Normal dimana deviasi x
terhadap rata-rata µ adalah (x- µ) dan
dinyatakan dalam .
 Jadi, kita bisa menetapkan berapa persen
kemungkinan terjadinya kehabisan perse-
diaan sebagai “FAKTOR KEAMANAN”
untuk menentukan persediaan cadangan.
 Karena (x-µ) mencerminkan persediaan ca-
dangan, maka :

Persediaan Cadangan=Faktor Keamanan X 


 Jika dikehendaki peluang kehabisan persediaan
5%, maka ada 49,95% peluang persediaan
cadangan. Angka ini berhubungan dengan
z=1,64. Artinya, peluang kehabisan tersebut
berhubungan dengan faktor keamanan. Jadi :
Kemungkinan Kemungkinan Faktor Keamanan
Persediaan Tersedia (%) Persediann Habis (%)

50 50 0
60 40 0,25
70 30 0,52
80 20 0,84
90 `10 1,28
95 5 1,65
99 1 2,33
100 0 3,61
 Model EOQ Probabilistik ini akan
memperhi-tungkan Persediaan Cadangan
itu sehingga tujuan untuk meminimumkan
Biaya Perse-diaan akan terpenuhi.
Model
Ketidakpastian Permintaan dan tenggang
waktu pesanan akan menimbulkan dua
permasalahan baru yaitu :
1) Timbulnya biaya persediaan cadangan
yang bersifat tetap.
2) Jika tdak ada persediaan, akan membuat
sistem berhenti bekerja, penurunan
produktivitas, dll.
Untuk mengatasi hal ini, maka dari model
EOQ dasar :

perlu ditambahkan dua jenis biaya tersebut


sehingga model di atas akan menjadi :

BS =Biaya Simpan(Persediaan Cadangan)


BKP= Biaya Kehabisan Persediaan
• ANALISIS BKP
Besarnya BKP bergantung pada sampai berapa
besar peluang kehabisan persediaan selama
masa tenggang pesanan.

dengan, BK = Biaya Kehabisan /Unit


SP = Saat Pesan Ulang
P(Ki) = Peluang Kehabisan Persediaan
 ANALISIS BS
Biaya Simpan Persediaan dirumuskan sbb :

Dengan Demikian BTP untuk model


probabilistik menjadi :
Kini rumus tersebut bisa diturunkan untuk
menentukan Q optimal.

Karena , maka dapat dicari Q :


 MARGINAL SAVING (MS)
Adalah penghematan yang diharapkan dari
setiap periode perencanaan. Marginal Saving
dari setiap penambahan 1 unit Persediaan
Cadangan dirumuskan sbb :

Dengan, P(KP) = Peluang Kehabisan Persediaan


 PESAN ULANG EKONOMIS
Saat Pesan Ulang atau SP sangat
bergantung pada Persediaan Cadangan dan
Harapan Pemakaian persediaan selama
masa teng-gang pesan (HP)

SP = Persediaan Cadangan + HP
ANALISIS MARGINAL

Dalam analisis marginal selalu


menggunakan nilai laba marginal dan
nilai rugi marginal sebagai variabel
utama. Keseimbangan antara dua
variabel tersebut menunjukkan posisi
optimal persediaan yang paling
menguntungkan, dalam arti Laba
Marginal sama dengan Rugi Marginal.
Laba Marginal dan Rugi Marginal

▪ Laba Marginal
Laba Marginal atau LM adalah tambahan
laba yang dihasilkan oleh tambahan penjualan
tiap satu unit produk.
▪ Rugi Marginal
Rugi Marginal atau RM adalah kerugian
yang terjadi ketika satu unit produk tidak
terjual. Dengan kata lain, satuan laba akan
berkurang jika satu unit produk tidak terjual.
Kasus Analisis Marginal
Berikut ini adalah data yang berkaitan dengan penjualan sebuah item barang
disebuah toko pengecer
Penjualan Frekuensi
20 10
21 15
22 20
23 40
24 10
25 5
100

Harga jual per unit Rp. 100.000,00


Harga beli per unit Rp. 75.000,00
Harga obral Rp. 70.000,00
Analisis :
Laba marginal LM = 100.000 – 75.000 = 25.000
Rugi marginal RM = 75.000 – 70.000 = 5.000
Maka
Harapan Laba ( expected profit )
Harapan laba adalah laba
dikalikan denan probabilitas untuk
memperoleh laba tersebut.
Dengan demikian, harapan laba
tersebut bersifat kondisional
dimana laba tertentu dicapai pada
tingkat persediaan tertentu.
Kesimpulan
 Kata persediaan dapat diartikan sebagai persediaan barang
jadi, barang dalam proses, bahan baku ataupun bahan
pembantu aatu peralatan.
 Model – model persediaan terbagi dalam 2 kelompok besar
yaitu Model Deterministik dan Model Probabilitas.
 Perbedaan dari kedua model adalah pada sifat variabel –
variabel pokok yang terlibat dalam model yaitu permintaan
dan tenggang pesanan.
Kesimpulan
 Pada model deterministik, perilaku permintaan dan tenggang
pesanan sudah dapat diketahui. Sedangkan dalam model
probabilitas, perilaku permintaan dan tenggang pesanan tidak
dapat ditemukan sehingga harus didekati dengan distribusi
probabilitas.
 Model – model probabilistik ditandai oleh ketidakpastian
permintaan dan tenggang pesanan sehingga muncul peluang
kehabisan persediaan berhubung kenyataan tidak sesuai
dengan rencana.
 Laba Marginal atau LM adalah tambahan laba yang dihasilkan
oleh tambahan penjualan tiap satu unit produk.
 Rugi Marginal atau RM adalah kerugian yang terjadi ketika
satu unit produk tidak terjual.

Anda mungkin juga menyukai