MATERI 8
ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)
Dosen: Ir. Edna Maryani, M.T.
A. Uraian Materi
1. Metode Statis (EOQ)
Metode ini menggunakan matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam
memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya, metode ini
berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan :
▪ Jumlah ukuran pemesanan ekonomis (EOQ)
▪ Titik pemesanan kembali (Reorder point)
▪ Jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan.
Metode ini pertama kali dicetuskan oleh Ford Harris pada tahun 1915, tetapi lebih
dikenal dengan nama metode Wilson karena dikembangkan oleh Wilson pada tahun 1934.
Metode ini digunakan untuk menghitung minimasi total biaya persediaan berdasarkan
persamaan tingkat atau titik equilibrium kurva biaya simpan dan biaya pesan. Model
persediaan yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut :
▪ Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.
▪ Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu).
▪ Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously) atau tingkat
produksi (production rate) barang yang dipesan berlimpah ( tak terhingga )
▪ Ancang-ancang (lead time) bersifat konstan.
▪ Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.
▪ Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (shortage).
▪ Tidak ada diskon untuk jumlah pembelian yang banyak (quantity discount).
Dari asumsi-asumsi diatas, model ini mungkin diaplikasikan baik pada system manufaktur
seperti penentuan persediaan bahan baku dan pada sistem non manufaktur seperti pada
penentuan jumlah bola lampu pada suatu bangunan; penggunaan perlengkapan habis pakai
(office suppliesi) seperti kertas, buku nota dan pensil ; konsumsi bahan-bahan makanan
seperti beras, jagung dan lain-lain.
Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah ekonomis setiap kali pemesanan (EOQ)
sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana :
Secara grafis, model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Tujuan secara matematis model ini kita mulai dengan komponen biaya ordering cost yang
tergantung pada jumlah (frekuensi) pemesanan dalam 1 periode, dimana frekuensi
pemesanan tergantung pada :
▪ Jumlah kebutuhan barang selama 1 periode (D)
▪ Jumlah setiap kali pemesanan (Q)
Dari keterangan diatas, kita bisa tuliskan bahwa frekuensi pemesanan = D/Q
Ordering cost per-periode = (D/Q)………………………………………………(6.1)
Komponen biaya kedua, yaitu holding cost dipengaruhi oleh jumlah barang yang disimpan
dan lamanya barang disimpan. Setiap hari jumlah barang yang disimpan akan berkurang
karena dipakai/terjual, sehingga lama penyimpanan antara satu unit barang yang lain juga
berbeda. Oleh karena itu, yang perlu diperhatikan adalah tingkat persediaan rata-rata.
Karena persediaan bergerak dari Q unit ke nol unit dengan tingkat pengurangan konstan
(gradien – D) selama waktu – t, maka persediaan rata-rata untuk setiap siklus adalah : Q + 0
= Q , sehingga :
Holding cost per-periode = h(Q/2)……………………………………………… (6.2)
Komponen biaya ketiga, yaitu purchasing cost merupakan natar kebutuhan barang selama
periode (D) dengan harga barang per-unit © sehingga : Purchasing cost per-periode = Dc
Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya persediaan diatas, maka :
Biaya Total Persediaan (TC) = (D/Q)k + h(Q/2) + Dc……………………..(6.3)
Tujuan model EOQ ini adalah menentukan nilai Q sehingga meminimumkan biaya total
persediaan. Tetapi yang perlu diperhitungkan dalam penentuan nilai Q adalah biaya-biaya
relevan saja (Biaya Incremental). Komponen biaya ketiga, yaitu purchasing cost dapat
diabaikan karena biaya tersebut akan timbul tanpa tergantung pada frekuensi pemesanan,
sehingga tujuan model EOQ ini dalah meminimasi biaya total persediaan dengan komponen
biaya ordering cost dan holding cost saja, atau : Biaya persediaan :
Incrementa (TIC) = (D/Q).k + h(Q/2) …………………………………….(6.4)
Jumlah pemesanan yang optimal (EOQ) secara matematis dihitung dengan
mendeferensialkan persamaan 2.5 terhadap Q, dan persamaan diferensial itu diberi harga
nol, sehingga :
TIC = (D/Q)k + h(Q/2)
dTIC/dQ = -D/Q²k +h/2 = 0
D/Q²k = h/2
Q² = 2Dk/h…………………………………………………………………………. (6.5)
Maka :
Qo ¹ = v2Dk/h ……………………………………………………………………..(6.6)
Bila (Q optimal = EOQ) telah diperoleh, maka t optimal diperoleh sebagai berikut :
to = Qo/D…………………………………………………………………………. (6.7)
Besarnya TC dapat diperoleh dengan memasukkan harga Qo pada persamaan 6.5 sehingga
diperoleh persamaan :
TIC = v2Dkh ………………………………………………………………………..(4.8)
Gambar 6.2 dibawah ini menunjukkan posisi titik EOQ yang membentuk kurva TC minimum.
Contoh soal 2:
Permintaan harian suatu jenis barang diperkirakan 100 unit. Biaya pemesanan diketahui Rp
100,- setiap kali pesan. Biaya penyimpanan harian setiap unit persediaan Rp 0,02,-. Bila
diketahui lead time-nya 12 hari, tentukan EOQ dan R-nya!
Jawab :
Diketahui :
D = Rp 100,- unit/hari
k = Rp 100,- /pesan
h = Rp 0,02 /unit/hari
Dari rumus Wilson, maka :
EOQ = √2Dk/h = √2x100x100/0.02 = 1000 unit
Waktu antar pemesanan (siklus) optimal adalah :
to = EOQ/D = 1000/100 = 10 hari
Karena lead time-nya 12 hari dan waktu siklus optimalnya 10 hari, maka R dilakukan pada
saat tingkat persediaan = (12 – 10)x 100 = 200 unit, yaitu 2 hari sebelum persediaan baru
datang. Hal ini membutuhkan bahwa bila L > t, maka efektif lead time-nya L-t. Keterangan :
12 hari sebelum beroperasi, perusahaan memesan barang untuk kebutuhan siklus pertama
dan 2 hari sebelum beroperasi, perusahaan memesan barang lagi untuk kebutuhan siklus
berikutnya.
Tiap faktor dalam model dasar EOQ dapat berubah sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh
perusahaan. Kondisi-kondisi ini dapat mengubah nilai EOQ sebelumnya.
Perubahan-perubahan model dasar EOQ dapat saja terjadi sebagai berikut :
▪ Adanya potongan harga (quantity discount) yang ditawarkan pemasok jika membeli
dalam jumlah banyak.
▪ Adanya kondisi kehabisan persediaan (storage cost)
▪ Adanya macam-macam biaya simpan, seperti pembebanan biaya proporsional
terhadap luas lantai penyimpanan barang atau volume ruang yang digunakan.
B. Latihan soal
2. Suatu perusahaan membutuhkan bahan baku sebanyak 6.400 unit setahun dengan harga
per unit Rp 10,-. Biaya-biaya yang terlibat dalam pembelian bahan baku tersebut dicatat
sebagai berikut :
C. Daftar Pustaka
Roger, Schroeder. 2000. Pengembilan Keputusan Dalam Suatu Fungsi Operasi, Edisi
Ketiga. Erlangga: Jakarta.