Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan Volume 5, ISSN: 2476-9983

UJI EKSPERIMENTAL SAYBOLT VISKOMETER STANDAR ASTM D88

Yusup Nur Rohmat1, Rachmatullah2, Imam Maolana3, Puspa Artini4

1,2,3,4
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Indramayu
1
e-mail: yusupnurrohmat@polindra.ac.id, 2 e-mail: rachmatullah@polindra.ac.id, 3e-mail: imam@polindra.ac.
4
e-mail: puspaartini20@gmail.com

Abstrak

Pengujian suatu kekentalan atau viskositas pada sebuah cairan zat (fluida) yang disebut dengan viskometer, pada viskometer ini
menggunakan sebuah metode yaitu metode saybolt yang mengacu pada standar internasional yaitu ASTM D88. Dalam pengujian
viskositas menggunakan saybolt di titik beratkan dalam proses pemanasan yang dilakukan dan pengukuran waktu yang dilakukan
aliran oli saat jatuh ke gelas ukur. Dengan pengujian dan analisis viskositas dengan menggunakan alat Saybolt Viskometer
Standar ASTM D88, minyak pelumas yang digunakan untuk pengujian adalah oli kendaraan dengan 3 jenis nilai kekentalan yang
berbeda, yaitu oli SAE 20, oli SAE 40 dan oli SAE 90. Viskositas diukur dengan menggunakan metode saybolt yaitu menghitung
waktu aliran fluida yang keluar dari tabung oli sebanyak 60 ml dihitung dalam satuan detik (s) pada suhu 1000F (380). Dari
pengujian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai viskositas maka akan semakin banyak waktu (t) yang dibutuhkan
untuk mengalirkan fluida sebanyak 60 ml. Pada SAE 20 dengan viskositas kinematik rata- rata 66, SAE 40 dengan viskositas
kinematik 190, sedangkan SAE 90 dengan viskositas kinematik 240.

Kata kunci : Viskositas, Saybolt Viskometer, Standar ASTM D88, SAE 20, SAE 40 dan SAE 90.

Minyak pelumas adalah salah satu produk minyak bumi


I. PENDAHULUAN yang masih mengandung senya- wa-senyawa aromatik dengan
Minyak pelumas berfungsi untuk melumasi komponen indek viskositas yang rendah. Hampir semua mesin- mesin
engine pada kendaraan agar tidak cepat aus akibat gesekan dipastikan menggunakan minyak pelumas. Fungsi minyak
yang berlebih. Secara keseluruhan minyak pelumas (oli) pelumas adalah mencegah kontak langsung antara dua
memiliki klasifikasi kekentalan yang berbeda. Kekentalan permukaan yang saling bergesekan. Minyak pelumas yang
menunjukan kemampuan mengalir dari suatu cairan. Oli akan digunakan mempunyai jangka waktu pemakaian tertentu,
menjadi cair dan mudah mengalir jika berada pada suhu yang tergantung dari kerja mesin, minyak pelumas merupakan
tinggi (panas), dan menjadi kental dan susah mengalir pada sarana pokok dari suatu mesin untuk dapat beroperasi secara
suhu rendah (dingin). Kekentalan oli dinyatakan oleh angka optimal. Dengan demikian pelumas mempunyai peranan yang
yang disebut “index kekentalan”. Semakin tinggi angka besar terhadap operasi mesin, untuk dapat menentukan jenis
indexnya maka oli tersebut akan semakin kental, dan pelumas yang tepat digunakan pada suatu sistem mesin, perlu
sebaliknya. Sedang keausan yang harus dihindari adalah diketahui beberapa parameter mesin yang antara lain: kondisi
kontak mekanik pada elemen mesin yang digunakan untuk kerja, suhu, dan tekanan di daerah yang memerlukan
mentransmisikan daya, misalnya motor bakar, mesin produksi, pelumasan [2].
mesin konvensional, dan lain- lain [1]. Perubahan nilai viskositas terhadap kenaikan suhu
merupakan suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan
Efisiensi dan efektifitas kinerja mesin kendaraan didalam berbagai jenis penerapan minyak pelumas (oli). Oli
bermotor, dalam industri otomotif, sangat dipengaruhi oleh yang ideal adalah oli yang nilai viskositasnya cukup untuk
kondisi minyak pelumas yang digunakan. Salah satu menghidupkan mesin secara mudah serta memiliki nilai yang
parameter penting yang digunakan untuk mengetahui kualitas tidak banyak berubah pada saat suhu operasi mesin naik [6].
minyak pelumas adalah pada viskostas.

64
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan Volume 5, ISSN: 2476-9983

Pelumas juga berfungsi sebagai perapat (seal) pada sistem semakin tinggi pula. Berat molekul terlarut ialah viskositas
kompresi. Menurut temperatur lingkungan minyak pelumas berbanding lurus dengan berat molekul terlarut. Tekanan ialah
dibagi menjadi dua, yaitu 1. Minyak pelumas dingin (kode semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu
W/winter ), 2. Minyak pelumas panas (kode S/summer). Di cairan.
daerah panas/tropis seperti indonesia dianjurkan menggunakan
Minyak pelumas mesin diklasifikasikan menjadi dua yaitu
pelumas dingin (W), sedangkan didaerah subtropis/ dingin
[14]:
dianjurkan untuk memakai pelumas panas (S) [12].
1. Klasifikasi berdasarkan kekentalan
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan
dengan hambatan untuk mengalir. Beberapa cairan ada yang Kekentalan dinyatakan dengan angka yang disebut
dapat mengalir dengan cepat namun ada yang mengalir secara dengan indeks kekentalan. Derajat kekentalan minyak
lambat. Fluida yang mengalir lambat seperti gliserin, madu pelumas dinyatakan dengan SAE (Society Automotif
dan minyak atso, ini dikarenkan mempunyai viskositas besar. Engine).
Jadi viskositas menentukan kecepatan mengalirnya cairan.
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu 2. Kualifikasi berdasarkan Kualitas
fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan dalam fluida. Kualitas oli mesin diklasifikasikan sesuai dengan standar
Semakin besar viskositas fluida, maka semakin sulit suatu API (American Petroleum Institute). Klasifikasi API
fluida untuk mengalir dan juga menunjukan semakin sulit biasanya tercantum pada kemasan oli mesin untuk
suatu benda bergerak dalam fluida tersebut. menambah tingkatan SAE sehingga pemilihan akan lebih
mudah dilihat dari perbandingan kondisi pengoperasian
Umur pakai oli pada kendaraan bermotor bergantung pada
beberapa hal, diantaranya putaran mesin, beban kendaraan, kendaraan.
jangkauan pemakaian, suhu, tekanan, dan lain sebagainya. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan dibagian
Dalam praktek kehidupan sehari- hari, penentuan pakai umur dalam (internal) suatu fluida. Viskositas terdapat pada zat cair
oli hanya tergantung pada durasi pemakaian dan jangkauan maupun gas, dan pada intinya merupakan gaya gesekan antara
jarak yang tampak pada speedometer [4]. lapisan- lapisan yang bersisian pada fluida saat lapisan-
lapisan tersebut bergerak satu melewati yang lainnya. Pada zat
Bahkan oli juga menentukan performa dan daya tahan
cair, viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antara
mesin. Semakin baik kualitas oli yang digunakan, semakin
molekul. Pada gas, viskositas muncul dari tumbukan antar
baik pula performa dan daya tahan mesin. Hal yang dapat
mempercepat tingkat keausan komponen, yaitu apabila filter molekul. Fluida yang berbeda memiliki besar viskositas yang
tidak berfungsi dengan baik (filter tersumbat). Filter adalah berbeda, dan zat cair pada umumnya jauh lebih kental dari
gas.
penyaring untuk memisahkan partikel padat dari suatu cairan
atau gas. Selain itu, hal yang dapat mempercepat tingkat Gaya kohesi adalah gaya internal yang tarik- menarik
keausan komponen terdapat pada pelumas [5]. antar partikel sejenis, gesekan inilah yang menghambat aliran
fluida tersebut. Selain gaya internal yang menghambat fluida
Berdasarkan beberapa hal yang dipaparkan dari wacana di
atas, penulis berinisiatif untuk menganalisis karakterisasi untuk bergerak, factor lain adalah gesekan dengan dinding
penurunan kualitas minyak pelumas pada kendaraan bermotor pipa tempat fluida tersebut mengalir. Hal ini yang
yang menjadi sasaran utama dalam melakukan analisis ini menyebabkan perbedaan kecepatan pada permukaan lapisan
dilihat pada nilai viskositas dengan metode Stormer fluida (the velocity gradient). Ukuran viskositas suatu fluida
(Limantoro 2012), perubahan warna dengan cara pengolahan ditentukan oleh kecepatan perubahan bentuk fluida tersebut.
citra pada level nilai histogram grayscale serta banyaknya Misalnya sirup, yang mempunyai viskositas tinggi sehingga
pengotor yang mengendap pada minyak pelumas (oli) dengan kecepatan bergerak (mengalir) sangat lambat jika
cara sentrifugasi. dibandingkan dengan alkohol yang mempunyai viskositas
rendah [4].
Faktor yang mempengaruhi viskositas ialah suhu,
kosentrasi larutan, berat molekul terlarut, dan tekanan. Jadi Sifat yang disebut viskositas fluida ini merupakan ukuran
ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan
viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik
bentuk. Viskositas suatu gas bertambah dengan dengan
maka viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya. Semua
minyak pelumas jika suhu tinggi dipanaskan akan menjadi naiknya temperature, karena makin besarnya aktivistas
lebih encer dan pada suhu yang rendah akan menjadi kental. molekular ketika temperature meningkat. Sedangkan pada zat
Konsentrasi larutan ialah viskositas berbanding lurus dengan cair, jarak antar molekul jauh lebih kecil dibanding pada gas,
konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi sehingga kohesi molekular disitu kuat sekali. Peningkatan
akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi temperatur mengurangi kohesi molekular dan ini diwujudkan
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap berupa berkurangnya viskositas fluida.
satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut,
gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya

65
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan Volume 5, ISSN: 2476-9983

II. BAHAN DAN METODE tombol L


Sistem kerja mesin Viskometer Saybolt yaitu
memanfaatkan dua buah komponen pendukung pemanas Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah
sebagai pengaruh suhu di luar ruangan Tabung Saybolt menggunakan metode saybolt, dikarenakan metode saybolt ini
masing- masing memiliki daya 150W, yang memiliki menggunakan metode aliran fluida yang keluar dari tabung oli.
ketentuan suhu pengujian 40o- 100oC yang dikendalikan oleh Temperatur yang digunakan untuk pngujian pada oli harus
sebuah termostat. Maka didapatkan berapa waktu yang menunjukan angka 380 C. Adapun langkah kerjanya adalah
diperlukan sebuah fluida uji hingga mencapai tabung sebagai berikut:
pengujian kapasitas 60ml. 1. Siapkan alat dan bahan.
2. Isi tabung air dengan media pemanas (air) sampai 6 mm
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini diatas garis batas limpahan benda uji.
terdiri dari : 3. Panaskan media pemanas (air) dengan heater terlebih
1. Saybolt Viscometer dahulu, kemudian tutup stopper pada tabung oli.
2. Beaker Glass 100 ml 4. Atur heater dengan termostat sesuai suhu yang ditentukan.
3. Pemanas 5. Tuang sampel oli sebanyak 60 ml pada gelas beaker.
4. Stopwatch Masukan sampel oli kedalam tabung oli. Aduk oli yang
5. Termostat ada pada tabung oli sampai panas oli merata. Kemudian
6. 3 jenis oli dengan merk berbeda dengan tingkat siapkan gelas beaker dan letakkan tepat dibawah lubang
kekentalan SAE 20, SAE 40 dan SAE 90. viscometer saybolt.
6. Apabila sampel oli mencapai suhu 1000 F, buka stopper
pada tabung keluaran oli bersamaan dengan stopwatch
dihidupkan, sampel oli yang mengalir akan ditampung oleh
gelas beaker.
7. Hentikan pencatat waktu apabila benda uji tepat pada batas
60 ml.
8. Cari waktu alir (t) dalam detik.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah dilakukan analisis dan pengujian pada 3 jenis oli, yaitu
Oli SAE 20, Oli SAE 40 dan Oli SAE 90 yang terlebih dahulu
dilakukan pemanasan dengan suhu 1000 F, maka akan
dihasilkan waktu (t) yang berbeda. Sehingga dapat diketahu
nilai kinematic viscosities (cSt) dengan menggunakan table
High Range berikut ini :
Tabel 3.1 Equivalent Viscosities

Gambar 1. Saybolt Viskometer Standar ASTM D88

Keterangan gambar:
1. Kerangka 14. Papan tombol
2. Tabung air 15. Stop kontak
3. Elemen Pemanas 16. Termostat
4. Tutup atas tabung air 17. Cover termostat
5. Tabung saybolt akrilik R
6. Keran lubang furol 18. Cover termostat
7. Bgracket dinding akrilik akrilik L
8. Dinding kayu belakang 19. Cover termostat
9. Cover belakang akrilik akrilik U
10. Cover samping akrilik 20. Baut M6 pendek
11. Dudukan tabung uji 21. Cover tabung
12. Dudukan papan 22. Tabung uji
tombol R
13. Dudukan papan

66
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan Volume 5, ISSN: 2476-9983

(Sumber : Viscosity by Different Instruments) Tabel 3.3 Hasil Pengujian Oli SAE 90
Pengujian
Berikut ini adalah tabel hasil pengujian dari ke 3 jenis oli Viskositas Rata-
ke Suhu (0C) t
Kinematic rata
dengan hasil sebagai berikut :
1 105 220
2 380 C 117 240 240
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Oli SAE 20 3 121 260
Pengujian Suhu Viskositas Rata-
ke t
(0C) Kinematic rata
1 26,9 50
2 0
38 C 35,88 70 66
3 38,89 80

3.3 Viskositas Kinematik Oli SAE 90

IV KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan
Grafik 3.1 Viskositas Kinematik Oli SAE 20 mengenai viskositas pada Oli SAE 20, Oli SAE 40 dan Oli
SAE 90 pada suhu 380 C. Dari ketiga jenis oli tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai viskositas maka akan
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Oli SAE 40
Pengujian
semakin banyak waktu (t) yang dibutuhkan untuk mengalirkan
ke Suhu
t
Viskositas Rata- fluida sebanyak 60 ml. Pada SAE 20 dengan viskositas
(0C) Kinematic rata kinematik rata- rata 66, SAE 40 dengan viskositas kinematik
1 86 180 190, sedangkan SAE 90 dengan viskositas kinematik 240.
2 380 C 90 190 190
3 95 200
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam pembuatan paper ini banyak pihak yang membantu
penulis sehingga dapat menyelesaikan paper ini, untuk itu
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Teman- teman seperjuangan Politeknik Negeri Indramayu.
2. Workshop Teknik Mesin yang telah memfasilitasi dalam
proses pembuatan alat pengujian ini.
3. Teman- teman yang telah membantu dan memberikan
arahan dalam proses pembuatan sampai pengujian.

REFERENSI
[1] M. Arisandi, 2012, “Analisa Pengaruh Bahan Dasar Pelumas Terhadap
Viskositas Pelumas dan Konsumsi Bahan Bakar”, Jurnal Momentum , vol.
8, No. 1, April 2012.
Grafik 3.2 Viskositas Kinematik Oli SAE 40
[2] M. Syafwansyah Effendi, 2014, “Penurunan Nilai Kekentalan Akibat

67
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Terapan Volume 5, ISSN: 2476-9983

Pengaruh Kenaikan Temperatur Pada Beberapa Merek Minyak Pelumas”,


Jurnal Intekna, Tahun XIV, No 1, Mei 2014.

[3] Ahmad Daud, 2015, “Rancang Bangun Alat Uji Viskositas Oli”, Jurnal
Rekayasa Mesin, Vol 3, No 01.

[4] Qomaruddin, 2015, “Rancang Bangun Alat Ukur Viskositas Oli Motor
Bebek 4 Tak Menggunakan Laser”, Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi
Optik dan Fotonik (LINOF), ISSN 2502-5279.

[5] Wayan Diatniti,”Analisis Penurunan Kualitas Minyak Pelumas Pada


Kendaraan Bermotor Berdasarkan Nilai Viskositas, Warna dan
Banyaknya Bahan Pengotor”, Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, Vol.03,
No.02, Juli 2015.

[6] Rizky Hardiyatul Maulida,”Analisis Karakteristik Pengaruh Suhu Dan


Kontaminan Terhadap Viskositas Oli Menggunakan Rotary Viscometer”,
Jurnal Neutrino Vol.3, No.1, Oktober 2010.

[7] Mujiman,”Pengukuran Nilai Viskositas Oli Mesran SAE 10-SAE50 Untuk


Pendingin Transformator Distribusi Dengan Penampil LCD”, Vol.4 No.1
Agustus 2011.

[8] Massey,BS,”Mechanic Of Fluids”. Fifth Edition. Terjemahan.


http://id.wikipedia.org/wiki/Viskositas. 1983.

[9] Sani, 2010, “Pengaruh Pelarut Phenol Pada Reklamasi Minyak


Pelumas”, Unesa University Press.
http://eprints.upnjatim.ac.id/3002/2/Minyak_Pelumas.pdf.

[10] Viscosity by Different Instruments.


http://www.spectro-oils.com/wp-content/uploads/2012/10/Viscosity-
conversion-tables.pdf

[11] British Standards Institute BS ISO/TR 3666:1998 Viscosity of water


British Standards Institute BS 188:1977 Methods for Determination of
the viscosity of liquids ASTM International (ASTM D7042)

[12] Darmanto, 2011, “Mengenal Pelumas Pada Mesin”, Jurnal Momentum,


Vol.7, hal.5-10, Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

[13] Limantoro, Setiawan dan Felisia Puspitaningsih, 2012, “Penentuan


Viskositas Relatif (Metode Stormer)”. Jurnal Viskositas.

[14] Sudarmaji, 2007, “Analisis Gangguan dan Cara Mengatasi Sistem


Pelumasan Mazda MR90’’. Semarang: Jurusan Teknik Mesin Universitas
Negeri Semarang.

68

Anda mungkin juga menyukai