Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

INDEKS PEMBANGUNAN KEBERLANJUTAN

4.1. Metoda Pengukuran Keberlanjutan SDA


Pengukuran indeks keberlanjutan SDA perlu dilakukan secara menyeluruh (holistik)
dengan menerapkan metoda berpikir sistem (System Thingking). Dengan metoda ini dapat
diketahui berbagai variabel yang terkait dan berpengaruh terhadap daya dukung lingkungan
yang akan dianalisis secara mendalam, dan selanjutnya dapat ditemukan solusi pemecahan
masalah secara akurat. Secara praktis pengukuran dengan metoda ini dapat disederhanakan
namun tetap harus dapat mempresentasikan kondisi riil yang terdapat di lapangan.
Mind set utama dalam menerapkan metode pengukuran ini adalah kemampuan untuk
berpikir sistem (System Thingking) yaitu suatu pemahaman bahwa setiap output yang terjadi di
alam ini terjadi melalui proses yang dipengaruhi oleh berbagai variable untuk mengolah input
yang masuk sehingga menghasilkan output. Produk dari output perlu dianalisis apakah sesuai
dengan target atau harapan. Jika tidak sesuai maka perlu dianalisis kembali khususnya terhadap
faktor-faktor yang perlu diperbaiki seperti yang disajikan pada gambar berikut

INPUT OUTPUT
PROSES

Gambar 4.1. Bagan Alir Berpikir Sistem


4.2. Penerapan Sistem Thingking

4.2.1. Pemecahan Permasalahan Sampah di Permukiman

(a) Kasus/Permasalahan:
Pada suatu lingkungan permukiman di wilayah tertentu terdapat masyarakat yang sering
melakukan pembakaran sampah di pemukiman warga yang mengganggu kehidupan masyarakat
seperti timbulnya asap dan bau hasil pembakaran pada waktu Pembakaran sampah di pemukiman
warga yang mengganggu kehidupan masyarakat seperti timbulnya asap dan bau pembakaran
sepanjang hari.tertentu. Masalah yang dihadapi oleh masyarakat berupa adanya keluhan sebagian
sebagian masyarakat yaitu kesulitan bernafas dan adanya penyakit pharyngitis.

(b) Analisis Penyelesaian Masalah:


Untuk memecahkan masalah perlu dirumuskan faktor yang termasuk input yaitu sampah
sedangkan output adalah adanya keluhan dalam bernafas hingga yaitu gangguan kesehatan
khususnya pernafasan seperti pharingitis. Variabel yang mempengaruhi sampah dan manusia
diantaranya tersedianya sistem pengolahan sampah, petugas pengangkut sampah, adanya
perangkat pengolahan sampah seperti tersedianya bak penampungan sampah, perangkat
pengangkut sampah, adanya tempat pembuangan sampah sementara dan pengolahan, Kedua
langkah tersebut adalah bagian dari proses pengukuran indeks pembangunan berkelanjutan
yaitu apakah daya lingkungan di wilayah tersebut dapat berkelanjutan dan Upaya menemukan
solusi masalah tersebut.
(c) Solusi Penyelesaian Masalah
1. Adanya masalah yang dihadapi masyarakat atau kebutuhan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup
2. Melakukan analisis untuk menemukan variabel yang berpengaruh yang dapat
meningkatkan kualitas hidup yang meliputi dengan ekologi, ekonomi dan sosial
3. Membuat model hubungan sebab akibat variable yang berpengaruh untuk meningkatkan
kualtas hidup terkait faktor–faktor yang telah ditentukan sehingga peranan faktor-faktor
tersebut jelas pada kinerja sistem
4. Menentukan bobot pada masing-masing faktor yang berpengaruh dengan memberi nilai
dari 1 sampai dengan 5. Bobot 1 adalah faktor yang sedikit berpengaruh, bobot 2
adalah faktor yang tidak berpengaruh, bobot 3 adalah faktor yang cukup berpengaruh,
bobot 4 adalah faktor yang berpengaruh dan bobot 5 adalah faktor yang sangat
berpengaruh. Penentuan bobot harus dilakukan melalui forum diskusi dalam bentuk
Focus Group Discustion (FGD) dengan para pakar dan stakeholder.
5. Menentukan standar ideal faktor-faktor yang berpengaruh berdasarkan rujukan resmi
seperti: Standar Ilmiah, Undang-Undang, Peraturan Menteri, Peraturan Gubernur,
maupun kondisi yang ada di masyarakat yang disepakati bersama.
6. Membuat penilaian acuan rentang dari ketiadaan, sampai dengan dengan ideal, sebagai
contoh nilai 0 jika di tempat tersebut tidak tersedia, nilai 1 jika di tempat tersebut
tersedia tetapi masih katagori sangat rendah, nilai 2 jika tersedia namun masih
tergolong rendah hingga nilai 5 jika ditempat tesebut tersedia sesuai rujukan maupun
hasil FGD.
7. Melakukan pengukuran bobot dan skor melalui FGD untuk memperhitungkan indeks
keberlanjutan.
8. Menentukan skenario untuk menemukan solusi.

(d) Penyusunan Model Sebab Akibat


Mengacu pada urutan langkah ke 3 maka disusun model hubungan sebab akibat dari
variable pada proses seperti pada gambar 4.2. Berdasarkan model tersebut sampah yang
dihasilkan dari rumah tangga akan dibawa dan ditumpuk di Tempat Pembuangan sampah
Sementara (TPS). Selanjutnya dengan menggunakan truk dari Dinas Kebersihan Pemda
dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Masyarakat dapat mengintervensi
sistem pengangkutan sampah dari rumah baik dari segi waktu maupun penyediaan jenis
sarana pengangkutannya. Kondisi TPS dan pengolahan sampah di TPS juga dapat
dikendalikan oleh warga. Namun untuk pengangkutan sampah ke TPA yang menggunakan
truk dari Pemda merupakan hal di luar kewenangan warga, sehingga pada model sebab
akibat dimasukkan sebagai pengaruh eksternal.
Bau Asap
pembakaran
Sampah Rumah Sarana Pengangkutan Kondisi TPS :
dan pharyngitis
Tangga sampah ke TPS Penumpukan sampah
akibatnya dilakukan
pembakaran

Tenaga Pengangkut
sampah

Keterbatasan
Ketersediaan truk
pengangkut

Gambar 4.2. Model Hubungan Sebab Akibat

(e) Pembobotan Variabel dan Analisis Sarana Ideal


Berdasarkan model yang telah disusun selanjutnya dilakukan pembobotan terhadap
variabel di dalam proses melalui hasil diskusi dengan warga (Langkah ke 4). Sebagai contoh
sarana pengangkutan, tenaga pengangkut sampah dan kondisi TPS diberi bobot 5 karena
merupakan faktor sangat penting, Selanjutnya dilakukan analisis sarana ideal yang diperlukan
untuk pengangkutan sampah yang seharusnya dengan kondisi pemukiman tersebut. Selain itu
juga jumlah tenaga dan skill yang diperlukan untuk pengangkutan sampah dan kondisi ideal
TPA sehingga tidak terjadi penumpukkan dan pembakaran sampah.

(f) Penilaian Kondisi


Langkah ke 5 adalah melakukan penilaian terhadap kondisi yang terdapat dari variabel
tersebut yang dapat langsung ditetapkan berdasarkan kesepakatan warga yaitu dengan
mempertimbangkan nilai 0, 1, 2, 3, 4, dan nilai ideal yaitu 5. Akan tetapi jika sulit diputuskan
dapat ditentukan kriteria berdasarkan kesepakatan warga. Namun dapat juga dengan mengikuti
standar yang berlaku.
(g) Penyusunan Parameter
Langkah ke 6 adalah membuat parameter seperti yang terdapat pada Tabel 4.1. Kriteria
penilaian pada setiap variabel berdasarkan kesepakatan warga di suatu permukiman. Formulasi
pengukuran indeks keberlanjutan berdasarkan Sistem Manajemen Pemantauan Lingkungan
Kawasan Perkotaan Baru (SMPL-KPB) yaitu:

∑ Bobot x Nilai
______________

∑ Bobot

Jika angka yang diperoleh ≥ dan jika ≤ 3 maka termasuk tidak berkelanjutan.
Berdasarkan perhitungan Indeks keberlanjutan yang diperoleh adalah 2.33

Angka yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi lingkungan bau dan asap sisa
pembakaran sampah yang menimbulkan pharyngitis pada sebagian warga tidak dapat
berkelanjutan. Permasalahan yang akan timbul diantaranya adalah:
1. Peningkatan jumlah kasus pharyngitis terutama balita, anak-anak dan lansia yaitu usia
65 tahun ke atas.
2. Kasus pharyngitis yang tidak pernah tuntas dapat mengarah pada bronchitis, pneumonia
dan kanker Paru.
3. Terjadi peningkatan temperatur lingkungan yang mengakibatkan kelainan metabolisme
di dalam tubuh seperti percepatan denyut jantung, cardiovascular, dehidrasi, dan
gangguan fungsi ginjal.
4. Terjadi peningkatan gas rumah kaca seperti CO2, CH4, N2O (Dinitrooksida (N2O),
Chloroflourocarbon (CFC), Polychlorinated dibenzo p-dioksin. Jika terjadi hujan gas-gas
tersebut akan menimbulkan polusi pada tanah dan air.
Langkah ke 7 adalah melakukan pengukuran dengan membandingkan kondisi real dengan
rentangan yang tersedia. Pengolahan data dapat dilakukan dengan membuat matriks agar
memudahkan perhitungan.
Tabel 4.1. Parameter nilai dan kriteria

Variabel Nilai dan Kriteria

Sarana Pengangkutan Sampah ke TPS 0 : Tidak terdapat sarana pengangkutan sampah sehingga
warga membawa sampah ke TPS
1 : Terdapat sarana pengangkutan berupa 1 gerobak
sampah namun ukurannya tidak memadai sehingga setiap
hari sampah tidak semuanya terangkut pada masing-masing
rumah dan waktu pengangkutan yang tidak pasti
2 : Terdapat sarana pengangkutan berupa 1 gerobak
sampah namun ukurannya tidak memadai namun sampah
dapat dipastikan diangkut seminggu sekali pada setiap
rumah warga
3 :Terdapat sarana pengangkutan berupa 1 gerobak sampah
ukurannya memadai namun sampah baru dapat diangkut
2-3 kali dalam seminggu dari rumah warga
4 : Terdapat sarana pengangkutan berupa 2 gerobak
sampah namun sampah 2 hari sekali pada setiap rumah
warga
5 : Tersedia 2 buah gerobak yang berukuran sesuai dengan
volume sampah yang diangkut setiap hari dari setiap
rumah warga

Tenaga Pengangkut 0 : tidak ada tenaga pengangkut sampah dari rumah warga
ke TPS
1 : Terdapat 1 orang tenaga pengangkut dari rumah warga
namun tidak dapat melayani semua rumah warga setiap
hari
2 : Terdapat 1 orang tenaga pengangkut dari rumah warga
namun dapat melayani semua rumah warga 3 hari sekali
3 : Terdapat 1 orang tenaga pengangkut dari rumah warga
namun tidak dapat melayani semua rumah warga 2 hari
sekali
4 : Terdapat 2 orang tenaga pengangkut dari rumah warga
dapat melayani semua rumah warga 2 hari sekali
5 : Terdapat 2 orang tenaga pengangkut sampah sehingga
setiap hari sampah dapat diangkut
Kondisi TPA 0 : Tidak tersedia sampah dibuang di temapt yang ilegal
1 : Tersedia TPS yang disiapkan warga di tanah kosong
dekat pemukiman warga
2 : Tersedia TPS yang disiapkan warga di tanah kosong
yang terisolir
3 : Tersedia TPS dari pemda setempat hanya berupa lahan
kosong
4 : Tersedia TPS dari pemda setempat dan sarana
pemilahan sampah organik dan non organic dan pengolahan
sampah organik dan 1 tenaga terlatih
5 : Tersedia TPS dari pemda setempat dan sarana
pemilahan sampah organik dan non organik, pengolahan
sampah organic, bank sampah yang dikoordinir oleh
tenaga terlatih
Tabel 4.2. Pengukuran Variabel
Variabel Bobot Nilai Bobot x Nilai
Sarana Pengangkutan 5 2 10
samah ke TPS
Tenaga pengangkut 5 3 15
Kondisi TPA 5 2 10
Total 15 35

Kondisi ini tidak dapat diabaikan karena lingkungan sudah mengancam daya dukung kehidupan
masyarakat setempat. Diperlukan alternatif skenario untuk memperbaiki kondisi
Langkah ke 8 adalah menentukan solusi dengan cara membandingkan variabel yang terdapat di
dalam proses selanjutnya diperbandingkan untuk diketahui variabel yang perlu diperbaiki
berdasarkan FGD dengan masyarakat seperti sebagai berikut :

Tabel 4.3. Faktor penting antar variabel


Variabel Sarana Pengangkut Tenaga Pengangkutan Kondisi TPA
(1) (2) (3)
Sarana 2 3
Pengangkut
(1)
Tenaga 2 3
Pengangkut
(2)
Kondisi TPA 3 3
(3)

Berdasarkan tabel 4.3.dipertimbangkan bahwa memperbaiki kondisi TPA mendapat respon 4


kali dianggap faktor penting yang perlu ditangani dan penyediaan tenaga pengangkutan perlu
ditambahkan karena mendapat respon 2 kali. Jika kondisi TPA ditindak lanjuti sehingga terdapat
usaha pengelolaan maka dapat dapat dianalisis faktor yang perlu tersedia sebagai contoh
1. apakah sampah perlu dipilah menjadi sampah organik dan anorganik dari rumah tangga
atau cukup di TPS
2. bagaimana menangani sampah organik dan anorganik
3. apakah diperlukan tenaga untuk pengolahan sampah organic dan organic
4. apakah daya dukung keuangan mencukupi untuk membiayai tenaga kerja pengelolaan
sampah
5. apakah memungkinkan pembiayaan pengelolaan sampah diperoleh dari sampah
6. bagaimana mengelolaan sampah organik agar tidak menimbulkan bau
7. dimana posisi TPS swadaya yang memungkinkan di wilayah tersebut
8. apakah diperlukan pembuatan bank sampah
9. bagaimana susunan organisasi pengelolaan sampah

Berdasarkan analisis tersebut maka dapat disusun berbagai alternatif skenario yang dapat
dilakukan dengan cara penentuan faktor penting dan mempertimbangkan keterbatasan daya
sebagai berikut
Tabel 4.4. Penentuan skenario penyelesaian masalah

Variabel Organisasi Penentuan Pengelolaan Bank Sampah


pengelolaan Posisi TPS (2) sampah untuk sampah
sampah di TPS organik (3) anorganik (4)
(1)
Organisasi 2 1 1
pengelolaan
di TPS (1)
Penentuan 1 2 2
Lokasi TPS
(2)
Pengelolaan 1 2 4
sampah
organik (3)
Bank 1 2 4
Sampah (4)

Alternatif 1 : penyusunan organisasi pengelolaan sampah dan menyerahkan pengelolaannya


Alternatif 2: menentukan studi kelayakan lokasi TPS dan membuat Bank sampah
Pengelolaan sampah yang berkelanjutan memerlukan pemikiran bahwa dari sampah
perlu menghasilkan keuntungan / profit untuk kas masyarakat dan dapat dinikmati
masyarakat. Selain itu diperlukan personalia yang memang intens dan tertarik untuk
menanganinya dan mendatangkan keuntungan. Apalagi jika diikuti dengan usaha penjualan
tanaman. Sebagai contoh pengolahan sampah organik baik padat maupun cair dapat
menghasilkan pupuk yang dapat dijual ataupun dimanfaatkan untuk tanaman. Pembukaan
usaha penjualan tanaman juga dapat membantu penyerapan bau sampah, dan penghijauan di
wilayah tersebut. Selain itu pengelolaan sampah yang ditangani secara professional dapat
menyerap tenaga kerja. Solusi untuk kebutuhan tenaga pengangkut dan pengolahan dapat
memanfaatkan pemulung yang telah diberi kompetensi mengelola sampah organik dan
anorgnik.
Salah satu sistem pengelolaan sampah yang tidak menimbulkan masalah bagi masyarakat
sekitar adalah pengolahan sampah yang terdapat di RW 011 Kelurahan Pondok Kelapa, Jakarta
Timur. TPS di wilayah ini terletak di jalur hijau dan agak jauh dari permukiman penduduk.
Salah satu dampak dari keberadaan tanaman yang rimbun di jalur hijau adalah mampu
menyerap bau sampah. Para petugas pengangkut sampah bekerja secara sinergi dengan para
pemulung dalam waktu singkat sehingga tidak terjadi penumpukkan sampah. Selanjutnya
dilakukan pemilahan sampah anorganik seperti plastik, kardus, kertas, kaleng, botol untuk
dijual oleh pemulung kepada lapak pengumpul. Sampah organik secara regular diangkut dan
dibawa oleh petugas menggunakan truk sampah ke TPA Bantar Gebang, Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai