LANDASAN TEORI
Hydraulic Power pada Pesawat Boeing 737-200 terbagi menjadi tiga system yaitu
System A, System B dan System Standby. Berikut ini diagram hydraulic system pada
pesawat Boeing 737-800
1. Reservoir
Reservoir adalah sebuah tangki penyimpanan yang didalamnya berfungsi untuk
menampung cairan fluida. Cairan fluida mengalir dari reservoir ke pompa melalui
system dan akhirnya dikembalikan lagi ke reservoir. Selanjutnya reservoir berfungsi
sebagai tempat penampung untuk kelebihan dari fluida yang dipaksa dari system oleh
ekspansi termal ( peningkatan volume fluida yang disebabkan oleh perubahan suhu).
Reservoir juga menyediakan tempat bagi fluida untuk membersihkan dirinya sendiri
dari gelembung udara yang mungkin masuk ke system. Benda asing yang terangkat
dalam system juga dapat dipisahkan dari fluida di reservoir atau saat mengalir
melalui saluran filter.
2. Filter
Filter adalah alat penyaringan yang digunakan untuk membersihkan cairan hidrolik,
mencegah partikel asing dan zat pencemar tertinggal di dalam sistem. Jika bahan
yang tidak pantas tersebut tidak dihilangkan, seluruh sistem hidrolik pesawat bisa
gagal karena kerusakan atau tidak berfungsinya satu unit sistem. Cairan hidraulik
menahan partikel kecil logam dalam suspensi yang mengendap selama pemakaian
normal pada selector valve, pompa, dan komponen sistem lainnya. Partikel logam
kecil seperti itu dapat merusak unit dan bagian yang dilaluinya jika tidak dihilangkan
oleh filter. Karena toleransi dalam komponen sistem hidraulik cukup kecil, terlihat
bahwa keandalan dan efisiensi seluruh sistem bergantung pada penyaringan
yang memadai.
Filter dapat ditempatkan di dalam reservoir, di jalur tekanan, dijalur balik, atau di
lokasi lain mana pun, perancang sistem memutuskan bahwa filter diperlukan untuk
melindungi sistem hydraulic dari kotoran. Desain modern sering kali menggunakan
modul filter yang berisi beberapa filter dan komponen lainnya. Ada banyak model
dan gaya filter, posisinya di pesawat dan persyaratan desain menentukan bentuk dan
ukurannya. Kebanyakan filter yang digunakan pada pesawat modern adalah tipe
inline. Rakitan filter inline terdiri dari tiga unit dasar: unit kepala, mangkuk, dan
elemen. Rakitan kepala diamankan kestruktur pesawat dan jalur penghubung. Di
dalam head, terdapat bypass valve yang mengarahkan fluida hydraulic langsung dari
inlet ke outlet port jika elemen filter tersumbat oleh benda asing. Mangkuk adalah
wadah yang menahan elemen ke kepala filter dan dilepaskan saat penggantian
elemen. Pada gambar 2.4 adalah filter.
Gambar 2.4 Filter
(Sumber: Module FAA Hydraulic and Pneumatic system
Chapter 12 page 12-13)
3. Pump
Pump berfungsi untuk menghisap dan menyalurkan tekanan hydraulic ke system.
Hydraulic pump yang digerakkan dari pesawat ini memiliki pengiriman variable, dan
memiliki tipe yang dikendalikan compensator. Pada pesawat ini mengunakan
beberapa pump seperti Engine Driven Pump (EDP), Electrical Motor Driven Pump
(EMDP), dan Power Transfer Unit.
4. Engine Driven Pump (EDP)
Engine driven pump (EDP) adalah main pump yang menyuplai tekanan hydraulic
untuk system hydraulic A dan B. EDP dipasang dengan clamp pemasang pompa ke
bagian depan engine eccessory gearbox di sisi kiri engine. Penggeraknya melalui
poros splined yang sering memiliki bagian berpinggang untuk memberikan 'titik
geser' jika pompa macet. Pergeseran poros dalam situasi seperti ini dilakukan untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut dan panas berlebih serta kemungkinan bahaya
kebakaran. RPM pompa bervariasi dengan RPM mesin. Jika RPM mesin meningkat,
RPM pompa juga meningkat dan sebaliknya. Karena aliran pompa bergantung pada
RPM, kebanyakan manual pesawat menyebutkan dua nilai aliran. Ini adalah aliran
pada RPM minimum (engine idle) dan aliran pada RPM maksimum (engine at
maximum thrust). Pada gambar 2.5 adalah EDP.
Contoh perawatan yang tidak terjadwal dapat berupa apa saja mulai
dari ban yang aus, penyangga roda pendaratan rendah, atau pompa vakum
yang dicukur hingga masalah dalam penerbangan seperti mesin yang berjalan
kasar atau penurunan magneto yang tinggi selama run-up. Setelah
ditemukan, pilot akan melaporkan masalah tersebut kepada teknisi A&P dan
mengisi permintaan pemeliharaan. Pada titik ini, pesawat akan di-grounded
sampai masalah diperbaiki dan pesawat dianggap layak terbang oleh teknisi.
a. A Check
A check biasanya dilakukan setiap 400-600 jam terbang atau 200-300
pergerakan seperti lepas landas dan mendarat. Aircraft maintenance ini
setidaknya membutuhkan 150-180 jam kerja dan biasanya dilakukan di
hangar atau towing sedikitnya 10 jam. Selain itu, jenis pesawat juga bisa
menentukan pengecekan satu ini.
b. B Check Maintenance
Pengecekan satu ini dilakukan setiap 6-8 bulan dengan estimasi waktu
160-180 jam kerja. Biasanya bisa selesai antara 1-3 hari di towing. Karena
masih satu golongan check maka sebenarnya A check dan B check ini bisa
digabungkan menjadi satu check yang berkelanjutan.
c. C Check Maintenance
C check ini tergolong pemeriksaan yang berat. Karenanya,
membutuhkan waktu yang lebih lama. Biasanya dilakukan setiap 20-24 bulan
atau pada jumlah jam terbang tertentu seperti yang ditentukan oleh
pembuat pesawat. Check satu ini menuntut untuk pengecekan hampir semua
komponen dari pesawat diperiksa.
d. D Check Maintenance
Pengecekan ini adalah yang paling luas dan berat bagi sebuah
pesawat. Pasalnya, pemeriksaan ini dilakukan kita-kira setiap enam tahun
dan dalam prosesnya menuntut agar setiap bagian pesawat dibongkar untuk
inspeksi dan diteliti. Bahkan, catnya pun benar-benar harus dikelupas untuk
bisa melakukan inspeksi lebih lanjut pada bagian lambung pesawat.
Karena sulitnya dan besarnya usaha yang dibutuhkan maka tak heran
jika aircraft maintenance satu ini menjadi cukup mahal di biayanya. Sekedar
info, untuk melakukan D check ini dibutuhkan dana sampai puluhan miliar
rupiah. Fantastis bukan angkanya?
Oleh sebab kondisi dan biaya pemeriksaan ini, maka sebagian besar
maskapai (khususnya yang mempunyai armada besar) harus merencanakan
D check pesawatnya setahun sebelumnya. Tak jarang, maskapai
membesituakan pesawatnya, karena melihat biaya pengecekan yang kadang
tak sebanding dengan nilai pesawat itu sendiri.
Dengan perkiraan waktu pengerjaan yang cukup lama, tak jarang juga
dari pihak maskapai memanfaatkannya untuk melakukan modifikasi kabin
yang cukup besar di pesawat yang meliputi penggantian kursi, sistem hiburan
serta karpet pesawat.
7. FMEA
Failure Mode Effect Analysis (FMEA) adalah sebuah metode evaluasi
kemungkinan terjadinya sebuah kegagalan dari sebuah sistem, desain, proses atau servis
untuk dibuat langkah penanganannya (Yumaida. 2011).
Dalam FMEA, setiap kemungkinan kegagalan yang terjadi dikuantifikasi untuk
dibuat prioritas penanganan. Dalam penelitian ini FMEA dilakukan untuk melihat risiko
risiko yang mungkin terjadi pada operasi perawatan dan kegiatan operasional perusahaan.
Dalam hal ini ada tiga hal yang membantu menentukan dari gangguan antara lain:
- Frekuensi (occurrence)
Dalam menentukan occurrence ini dapat ditentukan seberapa banyak gangguan yang
dapat menyababkan sebuah kegagalan pada operasi perawatan dan kegiatan operasional
pabrik.
- Tingkat Kerusakan (severity)
Dalam menentukan tingkat kerusakan (severity) ini dapat ditentukan seberapa serius
kerusakan yang dihasilkan dengan terjadinya kegagalan proses dalam hal operasi perawatan dan
kegiatan operasional pabrik.
- Tingkat Deteksi (detection)
Dalam menentukan tingkat deteksi ini dapat ditentukan bagaimana kegagalan tersebut
dapat diketahui sebelum terjadi. tingkat deteksi juga dapat dipengaruhi dari banyaknya kontrol
yang mengatur jalanya proses. semakin banyak kontrol dan prosedur yang mengatur jalanya
sistem penanganan operasional perawatan dan kegiatan operasional pabrik maka diharapkan
tingkat deteksi dari kegagalan dapat semakin tinggi.
Nilai RPN merupakan hasil kali rating keparahan, kejadian, dan deteksi. Angka ini
hanyalah menunjukkan rangking atau urutan defisiensi suatu sistem.
Nilai RPN (Risk Priority Number) yang tinggi akan membantu dalam memberikan
pertimbangan untuk tindakan korektif pada setiap mode kegagalan. (Sujarwadi, Mochamad. T.
2011).
Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode atau tool didalam
meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause
ef ect diagram.
Pengertian breakdown didalam istilah dunia pertambangan adalah situasi dimana alat atau
unit tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya akibat kerusakan sistem kerusakan alat atau
unit tersebut atau sedang dilakukan proses perawatan atau perbaikan