Anda di halaman 1dari 6

3.

OPINI WAJAR DENGAN PENGECUALIAN (QUALIFIED OPINION)


Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar
dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan
yang dikecualikan.

Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian, Ketika:


- Auditor setelah memperoleh bukti yang cukup dan tepat menyimpulkan bahwa kesalahan
penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi adalah material tetapi tidak
pervasif terhadap laporan keuangan, atau
- Auditor tidak memperoleh bukti yang cukup dan tepat yang mendasari opini audit, tetapi
auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi yang
mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat menjadi material tetapi tidak
pervasif.

Pengecualian tersebut yang bisa terjadi, apabila :

a. Bukti yang diberikan kurang cukup atau c. Laporan keuangan tidak sesuai prinsip
belum bisa diterima.
d. Prinsip akuntansi tidak diterapkan secara
b. Lingkup audit dibatasi. konsisten

contoh opini audit adalah ketika di dalamnya terdapat kata “wajar” dan “kecuali”, seperti kalimat
berikut:
- Menurut opini kami, kecuali perubahan metode penilaian kesediaan yang diuraikan
dalam paragraf sebelumnya, laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam
seluruh hal yang material dan posisi keuangan perusahaan.

CONTOH OPINI AUDIT WAJAR DENGAN PENGECUALIAN

Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia

Nomor : 25.A/ Auditama V/Ga/V/2005

Laporan Auditor Independen


Kami telah mengaudit Neraca Konsolidasian PT.Perusahaan.Listrik.Negara (Persero) –
selanjutnya disebut PLN – tanggal 31 Desember 2004 dan 2003, serta laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Kami juga melakukan pengujian atas kepatuhan PLN terhadap peraturan
perundang-undangan dan pengendalian intern. Laporan keuangan, kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan pengendalian intern adalah tanggung jawab manajemen perusahaan.
Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan, kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern berdasarkan audit kami.

Kami tidak mengaudit laporan keuangan anak-anak perusahaan PLN yaitu PT Indonesia Power,
PT Pembangkitan Jawa Bali, PT Indonesia Comnet Plus, PT PLN Batam, PLN Tarakan, dan PT
PLN Enjinering untuk tahun 2004, dan PT Indonesia Comnet Plus, PT PLN Batam, dan PT PLN
Enjinering untuk tahun 2003, yang sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan, yang laporan
keuangannya secara keseluruhan menyajikan total aktiva berturut-turut sebesar Rp93.993.542,40
juta dan Rp1.458.419,10 juta pada tanggal 31 Desember 2004 dan 2003, dan total laba berturut-
turut sebesar Rp3.179.361,97 juta dan Rp14.415,53 juta untuk tahun buku yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa Bali,
PT Indonesia Comnet Plus, PT PLN Batam, PLN Tarakan, dan PT PLN Enjinering diaudit oleh
auditor independen lain dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang laporannya telah
diserahkan kepada kami, dan pendapat kami, sejauh yang berkaitan dengan jumlah-jumlah untuk
anak-anak perusahaan, semata-mata hanya didasarkan atas laporan manajemen dan auditor

independen lain tersebut.

Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit Pemerintahan yang ditetapkan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar
kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-
jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip
akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Selain itu audit mencakup pengujian
atas kepatuhan PLN terhadap kontrak, persyaratan bantuan dan pasal-pasal tertentu peraturan
perundang-undangan serta kepatuhan terhadap pengendalian intern. Kami yakin bahwa audit
kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, berdasarkan audit kami dan laporan auditor independen lain yang kami
sebut di atas, laporan keuangan konsolidasian yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PLN pada tanggal 31 Desember 2004 dan 2003,
dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Seperti dijelaskan dalam Catatan 50 atas laporan keuangan konsolidasian, pada tahun 2004
Perusahaan dan anak perusahaan telah melakukan perubahan akuntansi imbalan kerja untuk
menyesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24 (Revisi 2004) dan
melakukan penyesuaian tahun lalu serta secara retrospektif menyajikan kembali laporan
keuangan konsolidasi tahun 2003 atas perubahan dan penyesuaian tersebut.

Catatan 2e dan 4 atas laporan keuangan konsolidasian menjelaskan bahwa pada tahun 2004
Perusahaan dan anak perusahaan melakukan perubahan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva
tetap pembangkitan, jaringan transmisi dan distribusi yang diterapkan secara prospektif.
Perubahan taksiran masa manfaat ekonomis tersebut berdampak pada penurunan beban
penyusutan sebesar Rp2.567.031.824.674 dan kenaikan beban pajak tangguhan sebesar
Rp770.109.547.402 untuk tahun 2004 serta kenaikan kewajiban pajak tangguhan sebesar
Rp770.109.547.402 pada tanggal 31 Desember 2004.

Catatan 30 atas laporan keuangan konsolidasian menjelaskan bahwa Perusahaan dan anak
perusahaan mempunyai kewajiban bunga hutang pajak penghasilan final atas selisih penilaian
kembali aktiva tetap. Perusahaan dan anak perusahaan telah mencatat beban bunga atas hutang
pajak penghasilan final sebesar Rp2.795.630.368.785 tahun 2004 danRp1.863.753.579.191 tahun
2003. Selanjutnya, berdasarkan surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Kepada Direktur
Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan dan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. S-
445/MK.01/2004 tanggal 30 Desember 2004, kewajiban bunga atas hutang pajak penghasilan
final yang jatuh tempo tanggal 15 Desember 2004 dan 2003 sebesar Rp4.659.383.947.976
ditetapkan ditanggung Pemerintah. Sehubungan dengan itu, pada tahun 2004 Perusahaan dan
anak perusahaan mencatat bunga atas hutang pajak penghasilan final yang ditanggung
Pemerintah tersebut sebagai penghasilan lain – lain.

Catatan 49i atas laporan keuangan konsolidasian menjelaskan bahwa Perusahaan dan anak
perusahaan belum mengakui dan mencatat jumlah tagihan Pertamina sebesar Rp726.647.593.125
yang merupakan 25% harga pasar untuk pembelian BBM diatas kuota yang ditetapkan Pertamina
dalam tahun 2002. Perusahaan dan anak perusahaan tetap berpegang pada Perjanjian Payung Jual
Beli BBM No.071.PJ/060/DIR/2001 tanggal 8 Oktober 2001 dan Keputusan Presiden Republik
Indonesia (Keppres RI) No. 9 Tahun 2002 tanggal 16 Januari 2002, serta Keppres RI No.27
Tahun 2002 tanggal 30 April 2002. Permasalahan ini telah disampaikan kepada Menteri
Keuangan Republik Indonesia melalui Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral sesuai
surat No.2082/80/SJN.K/2003 tanggal 24 Juni 2003. Dalam surat tanggal 2 Oktober 2003,
Departemen Keuangan Republik Indonesia juga meminta agar penyelesaian permasalahan
tersebut dilaksanakan sebagaimana lazimnya penyelesaian hutang piutang bisnis biasa dan tidak
perlu melibatkan Pemerintah. Sampai dengan tanggal laporan ini, belum ada penyelesaian akhir
mengenai masalah tersebut.

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kepatuhan terhadap

pengendalian intern kami sampaikan kepada manajemen secara terpisah dalam laporan

kami Nomor 25.B/Auditama V/GA/V/2005 tanggal 30 Mei 2005.


Auditor Utama Keuangan Negara V

Penanggung Jawab Audit,

Drs. Misnoto, Ak., MA.

Register Negara No. D – 1416

Jakarta, 30 Mei 2005

(sumber: https://danielstephanus.wordpress.com/2021/04/06/opini-audit-template-serta-contoh-
opini-audit/)
KESIMPULAN
Ketika laporan keuangan memperoleh opini auditor dengan hasil yang positif, hal ini membuat
kepercayaan publik akan turut meningkat. Sebab, opini auditor turut membantu meningkatkan
kredibilitas dan transparansi perusahaan. Sehingga, memberikan citra baik yang akan menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya. Tidak jarang, opini audit juga diperlukan dalam
perpajakan. Oleh sebab itu, penting untuk menyajikan laporan keuangan secara tepat dan lengkap
sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku secara umum saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Stephanus, A. D. S. (2021, April 6). Opini audit: Template Serta Contoh Opini Audit.
Daniel Sugama Stephanus - Accounting, Auditing, Finance, and others... Retrieved
November 27, 2022, from https://danielstephanus.wordpress.com/2021/04/06/opini-audit-
template-serta-contoh-opini-audit/

Anda mungkin juga menyukai