Anda di halaman 1dari 11

01

AUDIT MATERNAL PERINATAL


Dosen : Citra Hadi Kurniati.,M.keb

KELOMPOK 3
Disusun Oleh :
1. RAKHMADINI WULANDARI (1911060024)
2. DIINA ALMAAS SALSABILA (1911060025)
3. DIAN WIDIANTI (1911060026)
4. DEWI KIRANA AFRILIA (1911060027)
5. EMILIA PUSPITA HARNUM (1911060028) 02

6. RAIHAN AYUAIRA FEBRIYONI (1911060029)


7. ANISA KUSUMA DEWI (1911060030)
8. AMARTYA CHAILA F (1911060031)
9. ERLINA LUTFIAYU PRATIWI (1911060033)
10. NITA DWI VITASARI (1911060034)
Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah proses penelaahan bersama kasus
kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan
menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu
kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensiyang
paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA. AMP
merupakan kegiatan death and case follow up. Tujuan umum AMP adalah
meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal.Sementara pada
kasus kematian maternal (kematian ibu) seluruhnya dilakukan audit.
Berdasarkan Pasal 34 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014.
Berdasarkan peraturan mentri kesehatan Republik Indonesia No. 97 tahun
2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, peraalinan
dan masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta
pelayanan kesehatan seksual dalam pasal Pasal 34 yang berisi : (1) Audit
maternal perinatal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf c
dilakukan terhadap setiap kasus kematian dan kesakitan
03
Pelaksanaan AMP
Tingginya angka kematian yang terjadi menuntut usaha yang keras dari semua pihak dalam
memainkan perannya sehingga AKI&AKB dapat dicegah. Untuk mendukung penurunan kematian
maternal dan neonatal yakni salah satunya dengan melakukan AMP. Audit Maternal Perinatal sebagai
bagian dari kegiatan audit medik perlu dilakukan sebagai upaya mengejawantahkan etika kedokteran
dan melindungi pasien (Moeloek, 2005). Tujuan audit medik juga bukan merupakan upaya memberikan
sanksi melainkan merupakan cara dan alat evaluasi pelayanan medik, untuk menjamin pasien dan
masyarakat pengguna, bahwa mutu pelayanan yang tinggi perlu ditegakkan sebagai sasaran yang
harus dibina secara terus menerus.
Secara umum setiap daerah telah melakukan kegiatan AMP setiap tahun, pertemuan khusus untuk
membahas kegiatan tersebut juga rutin dilaksanakan. Namun pada beberapa Kota / Kabupaten
penyebab kematian sering terjadi secara berulang – ulang. Bila melihat dari penyebab kematian ibu
dan bayi, maka tercatat bahwa penyebab utama kematian seperti perdarahan, hipertensi, infeksi,
abortus pada kematian ibu dan pada anak seperti BBLR, asfiksia, infeksi dan lain-lain, sebuah kondisi
medis yang sebenarnya dapat dicegah dan diatasi. Sehingga tentunya menimbulkan pertanyaan
bagaimana dengan kualitas pelaksaaan AMP, bagaimana rekomendasi yang dihasilkan, apakah
rekomendasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dan terakhir apakah rekomendasi
dilaksanakan dengan baik. 04
Peran IBI dan AMP
AMP adalah serangkaian kegiatan penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan neonatal
guna mencegah kesakitan atau kematian UU Nomor 36 tentang Kesehatan tahun 2009 dan UU nomor 44
tentang Rumah Sakit pasal 39 tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
Berdasarkan hal tersebut, kebijakan sehubungan dengan peran tenaga kesehatan termasuk bidan dalam
AMP adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus
melalui program jaga mutu di puskesmas, di samping upaya perluasan
jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan pengendalian mutu
antara lain dilakukan melalui kegiatan AMP.
2. Peningkatan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu
memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada untuk
meningkatkan pelayanan KIA di seluruh wilayahnya.
3. Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA di tingkat pelayanan dasar
(puskesmas dan jajarannya) dan di tingkat rujukan (RS
kabupaten/kota).
4. Peningkatan kemampuan kabupaten/kota dalam perencanaan program
KIA dengan memanfaatkan hasil kegiatan AMP mampu mengatasi
masalah kesehatan setempat.
5. Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para 06
pengelola dan pelaksana program KIA melalui kegiatan analisis
manajemen dan pelatihan klinis (Kemenkes RI, 2010).
1) Pembentukan TIM AMP tingkat
kabupaten
2) Pengisian form otopsi verbal dan
rekam medis
3) Pengkajian kasus
Memahami 4) Penyusunan draft rekomendasi
5) Penyusunan rekomendasi akhir
pelaksanaan yang operasional dengan melibatkan
lintas sector
AMP dengan 6) Sosialisasi rekomendasi kepala
metode 10 seluruh stake holder
7) Monitoring respon terhadap
langkah rekomendasi
8) Pelaksanaan kegiatan atau
operasionalisasi program
9) Monitoring dan evaluasi kegiatan
10) Evaluasi outcome dalam bentuk
penurunan jumlah kematian maternal
dan neonatal
07
Budaya merupakan landasan yang paling utama dalam
peningkatan keselamatan pasien di fasilitas kesehatan, hal tersebut
10 terdiri dari sikap, nilai, keyakinan serta perilaku yang dikemas
menjadi satu dalam menerapkannya. Blame atau shame culture
yang kita kenal sebagai budaya menyalahkan, menuntut individu
untuk melakukan kinerja yang sempurna serta bertanggung jawab
penuh atas kinerja yang dilakukannya. Individu yang melakukan
kesalahan akan difokuskan pada kelemahannya sehingga

Proses audit kematian berakibat buruk pada kenyamanan dalam berkerja, melewatkan
kesempatan untuk belajar dan mengimplementasikan perubahan
serta penurunan laporan insiden baik individu maupun tim (Sproll,
sebagai proses 2018).

pembelajaran dan non


Terciptanya budaya keselamatan pasien yang aman di fasilitas kesehatan dapat dicapai dengan
blame culture kinerja yang sempurna melalui pendidikan, profesionalisme, serta menjaga kewaspadaan
keselamatan yang tepat. Membangun dan menerapkan budaya keselamatan pasien yang aman
dapat dicapai dengan transparansi dan menerapkan tranparansi yang cerdas untuk perubahan d
dalam budaya itu sendiri. Budaya belajar sejatinya harus berasal dari komitmen terlebih dahulu.
Menyalahkan kegagalan dalam pemberikan perawatan bukan solusi yang baik. Yang sering terjad
ketika ada kesalahan individu langsung tergesa-gesa menyalahkan dan langsung meminta
pertanggungjawaban. Pembelajaran dapat ditingkatkan dengan melihat kesalahan sebagai peluan
untuk pembelajaran yang lebih luas dan jelas seperti kesalahan yang terjadi di ruang operasi
sebagai kesempatan untuk meningkatkan kerja tim dan komunikasi untuk mendiskusikan solusi
terbaik untuk pasien. Sikap saling menyalahkan bukanlah solusi untuk mengurangi kesalahan, dari
hal tersebut kita memerlukan pola pikir baru untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan
pelayanan serta mengurangi bahaya pada pasien (UK Government, 2006).
Proses pembahasan audit
a. Kasus kematian/kesakitan perinatal/neonatal dilaporkan oleh kematian ibu dan bayi
pasien/masyarakat, petugas pemberi pelayanan, dan institusi pemberi layanan
ke Puskesmas setempat
b. Untuk kematian yang terjadi di masyarakat, bidan koordinator, atau bidan
puskesmas yang ditunjuk akan melakukan otopsi verbal dengan menggunakan
formulir yang tersedia
c. Untuk kematian yang terjadi di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya (RB,
BPS, bidan desa), bidan koordinator, atau bidan puskesmas yang ditunjuk akan
melengkapi formulir kematian di fasilitas dan otopsi verbalnya

d. Kasus kematian di RS baik pemerintah maupun swasta dilaporkan ke dinas kesehatan dalam waktu 3
hari
e. Bila kasus meninggal di institusi pelayanan kesehatan, dilakukan pengisian formulir tersendiri yang
harus dilengkapi oleh dokter penanggung jawab di institusi pelayanan kesehatan dimana kasus
meninggal
f. Formulir yang sudah dilengkapi dikirimkan ke Sekretariat
g. Sekretariat mendata, meneliti kelengkapan data, dan melaporkannya ke koordinator. Data yang belum
lengkap harus dikembalikan ke puskesmas pengirim untuk dilengkapi. Data yang terkumpul dan sudah
lengkap dibuat anonim. Sekretariat kemudian berkoordinasi dengan koordinator untuk mengagendakan
pertemuan pengkaji

Untuk mengetahui Memahami prinsip penyusunan


rekomendasi Dalam melaksanakan kegiatan AMP,

01 NO NAME

02 NO SHAME

03 NO BLAME

04 NO PRO JUSTISIA

05 PEMBELAJARAN
Metode praktis pengalihan akar masalah

Analisa penyebab kematian & Akar masalah Penyebab kematian maternalperdarahan post partum, eklampsia,
infeksi, aborsi tidak aman, partus macet, dan sebab-sebab lain seperti kehamilan ektopik dan mola
hidatidosa.Penyebab Kematian Neonatal (0-28 Hari) BBLR, Asfiksia, Tetanus Neonatorum, Sepsis, Kelainan
Bawaan, lain-lain. - Penyebab Kematian Neonatal Post Neonatal (29 hari-11 bulan) Pneumonia, Diare, Malaria,
Tetanus, Kelainan Saraf, Kelainan Saluran Cerna
Jenis kematian
• Dapat dihindari
• Tidak dapat dihindari
• Akar masalah Diidentifikasi bila masuk kedalam jenis kematian yang "seharusnya" dapat dihindari

Thank you

KELOMPOK 3

Anda mungkin juga menyukai