PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya strategis yang sangat penting bagi makhluk
hidup dan bagi negara di seluruh dunia. Ketersediaan sumber daya air yang baik
karena air berperan besar dalam berbagai aspek kehidupan. Air berperan penting
militer serta pertahanan negara.1 Hal ini membuat ketersediaan sumber air (suplai
Terdapat beberapa negara di dunia yang menjadikan isu air sebagai agenda
keamanan, misalnya negara Yaman yang dilanda krisis air yang menimbulkan
ancaman serius terhadap berbagai sektor dan keamanan negara Yaman sendiri.
Kondisi ini membuat Yaman sadar akan ancaman serius yang diakibatkan oleh
krisis air dan berupaya untuk menjadikan isu air sebagai sebuah agenda
keamanan.2 Selain itu, negara Cina,3 Spanyol, Mesir dan Sudan juga mengalami
1
Diane Segal, “Singapore’s Water Trade with Malaysia and Alternative” (Harvard University,
2004), 7.
2
Susanne Hartmann, “Yemen’s Water Scarcity as a Threath to National Security,” 6 April 2014,
http://www.e-ir.info/2014/04/06/yemens-water-scarcity-as-a-threat-to-national-security/ (diakses
pada tanggal 2 Desember 2016).
3
Yunnan Chen, “The Securitization of Non-Traditional Threats: Water Security In China,” 23 Juni
2012, http://www.e-ir.info/2012/06/23/the-securitization-of-non-traditional-threats-water-
security-in-china/ (diakses pada tanggal 2 Desember 2016).
krisis air dan menjadikan krisis air sebagai agenda keamanan karena kekhawatiran
sebuah negara dipengaruhi oleh kondisi negara yang minim akan sumber air,
selain itu agenda ini juga muncul karena terjadinya lonjakan pertumbuhan
populasi yang tidak terbendung serta keadaan geografis dan iklim sebuah negara
yang mempengaruhi besar kecilnya ketersediaan dan konsumsi air sebuah negara.
dialami oleh negara Singapura, di mana negara Singapura bahkan tidak memiliki
718,3 km2 dan jumlah populasi sebanyak 5.469,7 jiwa, yang terkenal sebagai
salah satu negara di kawasan Asia Tenggara atau bahkan di dunia yang memiliki
keunggulan di bidang industri, bisnis, dan servis keuangan yang maju. 5 Singapura
4
“Conflicts about Water: Securitizations In a Global Context,” Vol. 46, No. 4, 441-459, Desember
2011.
5
Department of Statistics Singapore, Singapore In Figures, 2015, 1.
6
Menurut Prof. Susan Fainstein, seorang Senior Research Fellow di Harvard Graduate School of
Design, global city-state memiliki karakterisitik sebagai sebuah negara yang kompetitif. Di
samping itu juga dikenal sebagai negara di mana keuangan dan layanan produsen yang maju
(advanced producers) bekerja beriringan, misalnya lembaga keuangan dan hukum yang
menonjol karena dampaknya pada bagian lain dari dunia. Global city juga mempengaruhi budaya
produsen, misalnya seperti di London, Mumbai, Hollywood, yang terkenal dengan pasar dan
ekonomi pariwisata yang besar, sehingga mendorong lebih banyak pembeli ke aspek budaya
seperti seni dan mode (fashion). Selain itu, global city juga memiliki karakteristik keberagaman,
baik dari segi orang-orangnya maupun ide. (Centre for Liveable Cities Lecture Series,
Singapore’s Dilemma as a City- State: Just City or Global City?, (2014), 3).
tahun ke tahun. Namun sebagai negara urban, Singapura juga tidak luput dari
sumber air.
sehingga terjadi ketimpangan yang besar antara ketersediaan (suplai) air dengan
kebutuhan air. Keterbatasan sumber air ini membuat Singapura hanya mampu
memenuhi setengah saja dari total kebutuhan air dalam negeri. Kondisi ini
sumber air karena selain angka pertumbuhan populasi yang terus meningkat dari
membutuhkan suplai air dalam jumlah yang tidak sedikit. Berdasarkan sektornya,
penggunaan domestik sebesar 53%, diikuti oleh sektor perdagangan dan industri
sebesar 39,9%, kemudian sektor pemerintahan dan hukum sebesar 6,74%, serta
dan pertumbuhan ekonomi membuat kebutuhan negara akan sumber air menjadi
semakin besar. Hal ini seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini.
7
Su Liu dan Jessica William, Liquid Assets V: The Water Tales of Hong Kong and Singapore:
Divergent Approaches to Water Dependency (Hong Kong: Su Liu dan Jessica William, 2014),
22.
Tabel 1.1 Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Populasi dan Konsumsi Air
Sumber: Su Liu dan Jessica William, Liquid Assets V: The Water Tales of Hong Kong and
Singapore: Divergent Approaches to Water Dependency, 2014, 23.
negara Singapura dari tahun ke tahun. Pertumbuhan populasi ini juga berbanding
lurus dengan jumlah konsumsi air tahunan, di mana semakin bertambah jumlah
populasi maka jumlah konsumsi air tahunan juga semakin meningkat. Kondisi ini
membuat suplai air Singapura harus tetap memadai dan mampu memenuhi
kebutuhan airnya, namun di sisi lain Singapura sendiri tidak memiliki sumber air
yang memadai. Kondisi ini menimbulkan krisis sumber air yang serius karena
Singapura memiliki tingkat kebutuhan air yang besar, sedangkan negara tidak
untuk menyerap dan menyimpan air menjadi tidak efektif. Selain itu pertumbuhan
ekonomi yang pesat menambah tekanan dalam penggunaan lahan, di mana lahan
yang seharusnya berperan sebagai lahan penyerap dan penyimpan air beralih-
sebagainya.
menyimpan air hujan juga mengakibatkan keterbatasan sumber air tanah yang
manjadi faktor penting dalam menyediakan sumber air bagi suatu negara dan
menempati posisi ke-170 dari 190 negara dalam hal ketersediaan air bersih.8 Di
samping itu, tingginya konsumsi air oleh berbagai sektor, seperti sektor industri,
Selain keterbatasan lahan, polusi lingkungan dan air juga turut berperan
pusat kegiatan komersial bagi Singapura. Perairan dan navigasi menjadi sarana
8
Clean, Green and Blue, Ensuring Water Sustainability: The Supply Side, 127.
9
Leadership Academy for Development, Growing Singapore’s Water Industry: From Water
Scarcity To Global Hydrohub, 2.
bisnis dan perdagangan yang berperan penting dalam menunjang pertumbuhan
perairan sebagai pusat kegiatan komersial membuat tingginya tingkat polusi tidak
bisa dihindari. Misalnya saja seperti kasus tahun 1960an, di mana pada masa itu
dari luas wilayah negara Singapura dan meskipun tidak terlalu luas, kedua aliran
sungai ini berperan penting dalam perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungan
Singapura pada masa itu. Seiring dengan perannya sebagai pusat kegiatan
ekonomi Singapura membuat kedua aliran sungai ini tercemar polusi yang serius
rumahan, peternakan babi dan bebek, pemukiman liar, pedagang kaki lima, pusat
perbaikan kapal, dan berbagai aktivitas lainnya yang mengalirkan limbah dan
Singapura saja, namun juga mengotori seluruh aliran sungai yang ada di
Singapura karena setiap sungai saling terhubung satu sama lain. Kondisi ini
membuat seluruh aliran air menjadi kotor serta mengeluarkan bau yang tidak
sedap dan mengakibatkan tidak ada satupun biota air yang mampu hidup di
sana.12 Selain itu polusi juga mengakibatkan air sungai tidak dapat dimanfaatkan
10
Yugal Joshi, “Cleaning of the Singapore River and Kallang Basin in Singapore: Economic,
Social, and Environmental Dimensions,” (Lee Kuan Yew School of Public Policy, NUS,
Singapore), 2.
11
Ibid., 3.
12
Ibid.
untuk kegiatan apapun dan juga menimbulkan polusi udara karena bau tidak sedap
yang ditimbulkan.
Setelah melakukan berbagai upaya dan kerja sama yang terpadu serta
berlangsung dari tahun 1977 hingga tahun 1987, akhirnya mampu membuat
sungai dan sumber air yang ada di Singapura bebas polusi. 13 Namun meskipun
sungai dan sumber air Singapura sudah terbebas dari polusi, Singapura masih
dan curah hujan per tahun yang dinilai rendah masih belum cukup untuk
keluar dalam memenuhi ketersediaan air dalam negerinya. Salah satunya yaitu
melalui perjanjian kerja sama dengan kerajaan Johor, Malaysia. Singapura telah
melakukan perundingan dan kerja sama dengan Kerajaan Johor sejak tahun 1910
yang dilakukan oleh Robert Pierce dan Stephen G. William. Langkah ini diambil
ketersediaan air bersih jangka panjang karena tingginya tingkat konsumsi oleh
Perundingan ini dilakukan pertama kali oleh Pierce dan William dengan
Setiausaha Kerajaan Johor yang meliputi sumber air di Lengghiu dan Sisik
dengan Sultan Johor yang memperbolehkan Singapura untuk mengimpor air dari
Sungai Pulai secara bebas. Kemudian dibentuk beberapa perjanjian kerja sama
13
Cecilia Tortajada dan Yugal K. Joshi, Water Demand Management in Singapore: Involving the
Public, (Singapore: Springer, 2013), 2740.
14
Ruhana Padzil, “Analisis Isu Air Singapura-Johor: Permintaan Dan Bekalan”, Jati Vol. 12, 57.
yang terus diperbarui hingga perjanjian yang ditanda-tangani pada tahun 1961
yang telah berakhir pada tahun 2011 silam dan perjanjian tahun 1962 yang akan
dari Malaysia sebanyak 86 juta galon per hari yang diambil dari sumber air
Pontian dan Gunung Pulai, Tebrau dan Sungai Skudai yang dikenakan harga tiga
sen (0,03 RM) per 1.000 galon. Hal ini berdasarkan kepada perjanjian yang
ditanda-tangani pada tahun 1961 dan telah berakhir pada tahun 2011 silam.
Singapura berhak mengimpor air sebanyak 250 juta galon per hari dari Sungai
Sekitar setengah dari total keseluruhan konsumsi harian air di Singapura dipenuhi
oleh Malaysia,17 sedangkan setengahnya lagi berasal dari kolam penampungan air
domestik.18 Hal ini seperti yang tertera dalam diagram lingkaran di bawah ini.
15
Diane Segal, 15.
16
Ruhana Padzil, 61.
17
IDSS, “Beyond Vulnerability? Water in Singapore-Malaysia Relations,” (RSiS Nanyang
Technological University, 2002), 35.
18
Ibid., 4.
Diagram 1.1 Sumber Air Singapura
10%
Sumber: Civic Exchange, Liquid Assets V: The Water Tales of Hong Kong and
Singapore: Divergent Approaches to Water Dependenc,y 20
Singapura berasal dari luar negeri yang dipenuhi oleh negara Malaysia dan
memegang peranan yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan air Singapura,
sehingga sampai saat ini Malaysia masih menjadi importir air serta sumber air
negara Singapura, karena jika 40 persen impor air dari Malaysia terganggu maka
sumber air Singapura terganggu maka juga akan berimbas buruk kepada kondisi
ekonomi dan bisnisnya yang sedang tumbuh dan berkembang. Kekurangan air
akan berdampak buruk kepada kondisi bisnis dan juga akan meningkatkan biaya
produksi karena membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mendapatkan air dari
Kondisi ini menjadikan kerja sama air dengan Malaysia sebagai jalan
keluar yang tepat untuk memenuhi kebutuhan air Singapura. Namun walaupun
sudah diatur oleh perjanjian kerja sama, ketergantungan air Singapura terhadap
Malaysia masih rentan dan mengancam. Hal ini disebabkan oleh dinamika
hubungan politik antara kedua negara yang sering kali mengalami pasang surut.
setiap kali ketegangan meningkat antara kedua negara maka Malaysia akan
berlangsung setidaknya hingga tahun 2004 silam, di mana pada masa itu konflik
air antara kedua negara sedang memanas dan hal ini merambah kepada masalah
lainnya.
daerah penangkap air hujan, melakukan penyaringan terhadap air laut atau dikenal
dengan desalinasi air laut, serta melakukan proses daur ulang terhadap air yang
telah digunakan yang kemudian dikenal dengan nama NEWater. Dalam upaya
19
Justin Teo, “The Impact of Water On Business in Singapore,”14 Januari 2015, diakses di
http://csr-asia.com/csr-asia-weekly-news-detail.php?id=12447 pada 3 Desember 2016.
20
Rusdi Omar, Malaysia-Singapore Relations: Issues and Strategies, Universiti Utara
Malaysia/Adelaide University, 1-2.
Empat sumber air Singapura ini juga dikenal dengan nama four national taps
(empat keran nasional). Four national taps sendiri merupakan sebuah kebijakan
yang di bentuk untuk memenuhi kebutuhan sumber air Singapura yang terdiri dari
tiga sumber air domestik dan satu sumber air dari hasil kerja sama dengan
Malaysia.
memenuhi kebutuhan harian airnya, namun pengiriman air dari Malaysia masih
menjadi sumber air utama bagi Singapura. Hampir setengah dari total kebutuhan
harian air Singapura dipenuhi oleh Malaysia. Tiga upaya domestik yang dilakukan
namun Singapura masih belum bisa memenuhi kebutuhan airnya sendiri tanpa
Singapura karena hal ini murni keterbatasan sumber daya airnya saja. Di sisi
lain, ketergantungan air yang besar terhadap negara tetangga terutama Malaysia
berbagai sektor di Singapura. Hal ini disebabkan karena posisi Malaysia sebagai
sumber airnya karena minimnya sumber air tanah yang dimiliki dan berbagai
upaya domestik yang dilakukan masih belum mampu memenuhi kebutuhan air
mampu memenuhi kebutuhan airnya sendiri dan posisi Malaysia sebagai sumber
air utama bagi Singapura yang selalu dibayangi oleh ancaman pemutusan
pengiriman air semakin membuat kondisi sumber air Singapura menjadi terancam
dan tidak aman. Oleh karena itu, Singapura membawa isu sumber air menjadi
sebuah isu penting yang dapat digolongkan kepada isu keamanan karena air
dan posisi Singapura sendiri yang mengalami krisis sumber air dan masih
tidak mampu memenuhi kebutuhan airnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti luas wilayah negara yang kecil dan keterbatasan lahan,
pencemaran dan polusi lingkungan, serta ketergantungan air yang besar terhadap
Singapura karena hubungan dua negara yang tidak stabil yang seringkali berujung
terhadap keamanan nasional ini membuat isu air menjadi sebuah agenda penting
dan berangkat dari kondisi ini Singapura berupaya untuk mengangkat isu dan
permasalahan air menjadi sebuah agenda keamanan yang potensi ancaman yang
ditimbulkannya.
1.3 Pertanyaan Penelitian
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Proses Pengagendaan Isu Air Menjadi
Singapura?
proses sekuritisasi isu yang dapat ditimbulkan oleh kelangkaan sumber air.
tentang krisis sumber air dan proses sekuritisasi isu air yang terdapat di
kawasan Asia.
dan literatur yang digunakan sebagai rujukan. Bacaan dan literatur ini diharapkan
dapat mendukung dan menjadi pelengkap bagi penelitian ini dan dapat dijadikan
keamanan dalam berbagai cara mulai dari kontribusinya dalam konflik dan
buku ini Watson menjelaskan lebih dalam tentang konsep sekuritisasi yang
penting dalam melancarkan proses sekuritisasi terhadap sebuah isu. Selain itu
dalam buku ini Watson juga menjelaskan lebih lanjut tentang kondisi-kondisi
21
Scott D. Watson, The Securitization of Humanitarian Migration (USA:Routledge, 2009).
Referensi kedua mengacu kepada tulisan Lee Poh Onn yang berjudul
bahwa air menjadi isu keamanan nasional bagi Singapura karena tingginya tingkat
kebutuhan akan air tetapi mereka tidak memiliki sumber air yang memadai. Hal
ini membuat Singapura harus bergantung dan mengimpor air dari wilayah Johor,
Malaysia, sebagaimana yang telah tertuang dalam perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya. Selanjutnya dalam tulisan ini Onn menjelaskan lebih lanjut tentang
upaya Singapura dalam memenuhi suplai air dalam negerinya melalui sebuah
kebijakan yang dikenal dengan the four taps strategy. Tulisan ini membantu
penulis dalam memperkaya referensi dan analisis penulis terkait upaya Singapura
dengan ketersediaan dan ketahanan air dalam negeri. Hal ini dapat dilihat dari
serta suplai air dalam negeri yang dikenal dengan nama The Water Department of
The Public Utilities Board (PUB). Selain itu, kebijakan four taps strategy (strategi
empat keran) merupakan sebuah strategi pengadaan suplai air di Singapura yang
berasal dari empat cara yang berbeda, di antaranya membentuk daerah resapan,
mengimpor dari Malaysia, membangun teknologi daur ulang air yang dikenal
22
Lee Poh Onn, “Water Management Issues in Singapore,” Institute of Southeast Asian Studies.
23
Ibid, 5-12.
Tulisan ketiga yang menjadi referensi adalah tulisan Diane Segal yang
tulisan ini Diane menjelaskan bagaimana air menjadi sangat penting dan menjadi
dalam negerinya. Kerja sama dengan negara tetangga dianggap sebagai salah satu
jalan keluar yang tepat untuk memenuhi kebutuhan air dalam negeri, di samping
Tulisan ini dilengkapi dengan data dan analisis yang membantu penulis
dalam mengkaji topik yang diangkat. Segal mengkaji semua yang berhubungan
dengan data-data sumber daya air di negara anggota ASEAN hingga disempitkan
kepada ketahanan air dan harga air di Singapura. Selain itu, tulisan ini juga
membahas tentang perjanjian kerja sama antara Malaysia dan Singapura dari awal
Referensi keempat mengacu kepada sebuah jurnal yang ditulis oleh Cecilia
Tortajada dengan judul Water Management in Singapore.25 Tulisan ini lebih fokus
dalam membahas peranan Public Utility Board (PUB) dalam mengatur segala
sesuatu tentang air di Singapura, seperti supply dan demand, penetapan tarif, serta
membahas tentang rencana baru Singapura dalam meningkatkan keamanan air dan
24
Diane Segal, “Singapore’s Water Trade with Malaysia and Alternative” (Harvard University,
2004).
25
Cecilia Tortajada, “Water Management In Singapore,” Water Resources Development, Vol. 22,
No.2, 227-240, 2006.
mengurangi sedikit ketergantungan mereka terhadap impor air dari Johor,
Malaysia. Tulisan ini menjadi acuan penting bagi penulis dalam membahas tema
sumber bacaan maupun data penulis, khususnya terkait usaha Singapura untuk
Tulisan kelima yang menjadi referensi dalam tulisan ini adalah laporan
yang ditulis oleh World Bank Analytical and Advisory Assistance (AAA) Program
China: Addressing Water Scarcity dengan judul Dealing with Water Scarcity in
sumber daya air nasional, institusi dan instrumen kebijakan, prestasi yang telah
yang lebih luas, termasuk peningkatan kepedulian publik terhadap air melalui
yang dibentuk oleh pemerintah dan Menteri Lingkungan Hidup, dan lain-lain.
data dan analisis penulis dalam membahas tentang kelangkaan sumber daya air di
Singapura dan berbagai upaya yang dilakukan untuk menjaga ketersediaan air.
akan mengkaji tentang isu kelangkaan sumber air di Singapura dari segi
26
World Bank Analytical And Advisory Assistance (AAA) Programe, Dealing With Water
Scarcity In Singapore: Institutions, Strategies, And Enforcement (Washington DC: The World
Bank, 2006).
keamanan. Dalam penelitian ini penulis akan membahas bagaimana hubungan
kerja sama air dengan Malaysia membuat suplai air ke Singapura menjadi tidak
ketegangan. Oleh karena itu, penting bagi Singapura untuk mengambil langkah
perhatian dunia dari hal-hal yang berbau hard issue menjadi soft issue, juga
merubah paradigma dan konsep keamanan dari keamanan tradisional yang berbau
oleh para realis mendefinisikan keamanan sebagai kekuatan dan kekuasaan yang
besar (power). 27 Hal ini dibantah kuat oleh penstudi post-realis, di mana
keamanan tidak lagi hanya berkutat seputar kekuatan militer semata, namun
terjadi pergantian paradigma terhadap konsep keamanan itu sendiri yang tidak lagi
hanya berbicara perihal kekuatan militer, ancaman keamanan dan perang, namun
sendiri.28
27
Niloy Ranjan Biswas, “Is The Environment A Security Threat? Environmental Security Beyond
Securitization”, Internastional Affairs Review, Vol. XX, No. 1: Winter 2011, 2.
28
Ibid.
Copenhagen School merupakan sebuah Pusat Studi yang fokus dalam
dalam melawan arah pendekatan realis. Barry Buzan dan Ole Weaver telah
mencari kebebasan dari ancaman dan kemampuan negara dan masyarakat untuk
dalam melawan kekuatan perubahan yang mereka lihat sebagai musuh. Sedangkan
mana suatu masalah atau isu dipandang dan berubah menjadi isu keamanan. 29
masalah lingkungan, politik, ekonomi, dan budaya dapat diangkat dan dipandang
mulai dari isu yang tidak dipolitisasi di mana negara tidak berurusan dengan hal
itu, melibatkan politisasi di mana isu menjadi bagian dari kebijakan publik dan
sekuritisasi bisa dipandang sebagai versi yang lebih ekstrim dari politisasi.30
29
Barry Buzan, Ole Weaver, Jaap De Wilde, “Security: A New Framework For Analysis”,
(1998), 24-27.
30
Ibid., 23.
Sekuritisasi juga berarti pemberian label (labelling) terhadap sebuah isu
dan merubahnya menjadi isu keamanan. Dalam hal ini terjadi proses pemberian
label atau cap terhadap sebuah fenomena atau isu, dan melalui proses yang terus
fenomena atau isu dapat dianggap sebagai isu keamanan internasional karena isu
tersebut dianggap lebih penting dibandingkan isu lain, sehingga menjadi prioritas
utama. Selain itu, sebuah isu dapat diangkat menjadi isu keamanan walaupun
negara, namun bisa juga karena isu tersebut dimunculkan sebagai sebuah
ancaman.31
keamanan berdasarkan kepada tiga tingkatan level analisis yang terdiri atas
individu, negara, dan sistem internasional. Selain itu, Buzan juga membedakan isu
ke dalam lima sektor yang berbeda, yaitu militer, politik, ekonomi, sosial,dan
lingkungan.32
sebuah proses pengulangan terhadap suatu kejadian dalam ruang publik, sehingga
melalui proses ini suatu permasalahan menjadi sebuah agenda penting bagi
31
Ibid., 24-25.
32
Barry Buzan, “New Patterns of Global Security in The Twenty-First Century”, 439.
keamanan nasional dan internasional. 33 Sebuah fenomena sosial atau isu yang
keamanan nasional.
sekuritisasi. Hal ini dikarenakan speech-act dapat dikatakan sebagai inti dari
sekuritisasi. Speech-act dapat dikatakan sebagai sebuah alat atau instrumen untuk
mempengaruhi dan mengajak audiens untuk mau menerima ide maupun kebijakan
yang ditawarkan oleh aktor sekuritisasi. Melalui speech-act ini aktor sekuritisasi
akan mengajak dan mempengaruhi audiens (warga negara dan publik) untuk
maksud yang ditawarkan oleh aktor sekuritisasi. Speech-act dapat terlihat melalui
mempelajari proses sekuritisasi yang dikaji dari umum hingga khusus, yaitu:34
33
John L. Austin, “How to Do Things With Words,” in Is The Environment A Security Threat?
Environmental Security Beyond Securitization, ed. Niloy R. Biswas (International Affair
Review, Vol. XX, No. 1, 2011), 3.
34
Scott D. Watson, The Securitization of Humanitarian Migration (USA:Routledge, 2009), 30-32.
a. Mengidentifikasi bidang isu.
unit akan memberikan gambaran yang jelas tentang dua elemen lain dalam
bidang isu, yaitu bentuk hubungan normal antar unit dan diskursus
dominan yang membangun hubungan antar unit tersebut. Oleh karena itu
bidang isu memiliki hubungan antar unit yang jelas. Biasanya hubungan
antar unit akan terlihat jelas dalam bidang isu militer, di mana hubungan
antar dua negara atau lebih yang menjadi hubungan antar unitnya.
Sedangkan bidang isu non militer memiliki hubungan antar unit yang tidak
bidang isu.
sekuritisasi.
Menurut Watson terdapat enam kondisi yang memfasilitasi keberhasilan
tradisional yang menjadi referent object adalah negara, akan tetapi dalam
referent object. Semua itu tergantung kepada aktor sekuritisasi, karena aktor
Referent object berupa sebuah isu yang menjadi objek sekuritisasi, sehingga
yang akan menjadi referent object dalam penelitian ini adalah masalah
sekelompok orang yang membawa sebuah isu politik menjadi keamanan. Aktor
penelitian ini aktor yang berperan dalam proses sekuritisasi air adalah negara
Singapura.
35
Barry Buzan, Ole Weaver, Jaap De Wilde, “Security: A New Framework For Analysis,” 35.
Securitizing actors dapat dikelompokkan lagi ke dalam tiga bagian, yaitu:36
a. Lead actor yaitu aktor yang memiliki komitmen kuat dalam menyuarakan
isu lingkungan yang spesifik di level internasional. Dalam penelitian ini yang
b. Veto actor yaitu aktor di samping negara bangsa juga bisa jadi lembaga
sosial masyarakat (LSM), sektor pertanian dan industri di mana melalui lobi
mereka berusaha untuk memperlemah sebuah isu. Dalam penelitian ini yang
perjanjian mengenai isu penting dan memiliki kekuatan untuk melawan rezim
jika dibutuhkan.
3. Functional actors, yaitu aktor yang memiliki efek dinamis terhadap suatu
sektor. Tanpa menjadi referent object atau securitizing actor, aktor ini
keamanan. Dalam penelitian ini yang mejadi functional actor adalah negara
Malaysia dan Indonesia, karena dua negara ini memiliki hubungan kerja sama
36
David Potter, “NGOs and Evironmental Policies: Asia and Africa,” London: Frank Cass & Co.
Ltd (1996): 92 dikutip dalam Apriwan, The Securitization of Environmental Issues (Andalas
Journal of International Studies, Vol I, 2012), 28.
pergerakan sekuritisasi (securitizing move), dan isu hanya akan ter-sekuritisasi
publik menjadi salah satu aktor penting lainnya di samping aktor sekuritisasi
pembicara (speaker for) dan promotor keamanan terhadap masyarakat dan negara.
Hal ini menjadi bagian dari tanggung jawab negara yang dijalankan oleh
warganya.39
adanya komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah klaim yang tepat bagi aktor
satu bentuk komunikasi yang bisa mencapai seluruh lapisan masyarakat luas
Media memiliki cakupan yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada satu isu saja.
Selain itu biasanya media didominasi oleh klaim aktor atau elit politik. Media
37
Barry Buzan, Ole Weaver, Jaap De Wilde, “Security: A New Framework For Analysis,” 25.
38
Niloy Ranjan Biswas, 3-4.
39
Niloy Ranjan Biswas, ibid.
40
Scott D. Watson, 21.
berdasarkan identitas aktor yang relevan dalam melegitimasi sebuah tindakan
41
Ibid., 21-22.
1.8 Metodologi Penelitian
pembentukan isu kelangkaan sumber air di suatu negara menjadi sebuah isu
upaya dan proses yang dilalui oleh pemerintah Singapura dalam membawa isu
kerentanan dan kelangkaan air dalam negeri menjadi sebuah isu kemananan yang
42
Gumilar Rusliwa Somantri, “Memahami Metode Kualitatif,” Makara, Sosial Humaniora, Vol. 9,
No. 2, 57.
43
Ibid.
Selain itu penelitian ini menggunakan tipe deskriptif-analitis yaitu analisis
yang dilakukan dengan mengkaji fenomena yang diangkat menjadi lebih rinci
menjelaskan suatu fenomena sosial dengan lebih teliti dan dikaji secara
tahun 2015. Hal ini dilakukan guna menganalisis proses sekuritisasi isu air yang
sudah mulai dilakukan sejak kemerdekaan Singapura dan proses sekuritisasi ini
Sekuritisasi isu air di Singapura muncul karena krisis sumber air yang dialami dan
Penelitian ini fokus kepada hubungan Singapura keluar, di mana tingginya tingkat
membentuk hubungan kerja sama air dengan Indonesia. Namun, diantara kedua
hubungan keluar ini Malaysia tetap menjadi sumber air utama bagi Singapura.
Hubungan kerja sama air yang dijalin dengan Malaysia dan Indonesia sangat
44
Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2001).
penting bagi Singapura, karena hampir setengah dari kebutuhan air Singapura
berasal dari luar dan dipenuhi oleh negara lain, khususnya Malaysia. Berangkat
dari kondisi ini Singapura menjadikan air sebagai sebuah agenda penting, karena
di satu sisi krisis sumber air yang dialaminya mampu dipenuhi dengan pengiriman
air dari Malaysia dan Indonesia yang telah diatur dengan perjanjian kerja sama air,
namun di sisi lain hal ini membuat kondisi sumber airnya menjadi tidak aman
unit analisis atau sering disebut dengan variabel independen. Kedua variabel ini
saling mempengaruhi satu sama lainnya, atau secara umum variabel independen
dikenal sebagai variabel penyebab dan variabel dependen dikenal sebagai variabel
akibat.46 Selanjutnya, level analisis atau tingkat analisis merupakan area dimana
unit-unit yang akan dijelaskan berada. Level analisis berguna untuk menjelaskan
Menurut Barry Buzan, Ole Weaver, dan Jaap De Wilde, level analisis
digunakan untuk memposisikan aktor, objek kajian, dan interaksi dinamis yang
45
Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi, (Pusat Antar
Universitas Studi Sosial Universitas Gajah Mada, LP3E), 108.
46
Ibid., 108.
47
Ibid., 35.
yang menjadi objek analisis dalam penelitian bisa dijelaskan dalam lingkupan
skala tertentu, mulai dari skala kecil ke skala luas. 48 Dalam studi hubungan
ketergantungan satu sama lain. Sub sistem bisa jadi dalam bentuk
3. Unit, aktor yang berasal dari berbagai sub grup, seperti organisasi,
adalah negara Singapura, dan unit eksplanasinya adalah krisis sumber air dan
48
Barry Buzan, Ole Waever, Jaap De Wilde, “Security: A New Framework For Analysis”,
(1998), 5.
49
Ibid.
negara. Di mana penelitian ini melihat bagaimana upaya Singapura dalam
konsep sekuritisasi yang dikembangkan oleh Buzan dan Waever, di mana proses
persyaratan ini juga akan dihubungkan dengan konsep speech-act di mana speech-
act akan dilihat dan dianalisa dari securitizing actor yang terdiri atas lead actor,
veto actor, dan veto coalition. Speech-act ini akan dilihat melalui berbagai media,
baik pidato dan pernyataan resmi, maupun pernyataan aktor sekuritisasi yang
disampaikan melalui media cetak dan elektronik. Melalui proses speech-act yang
dilakukan oleh securitizing actor ini akan terlihat apakah isu sosial dapat berubah
Salah satu metode pengumpulan data yang umum bagi jenis penelitian
kualitatif yaitu dengan melakukan studi literatur dan tinjauan kearsipan serta
catatan-catatan yang ada. Dalam penelitian ini, jenis metode pengumpulan data
yang digunakan adalah dengan mengolah data sekunder dengan melakukan studi
pengolahan data dalam penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bagian. Pada
bagian awal akan dijelaskan tentang keadaan air di Singapura secara keseluruhan,
kebutuhan air. Selanjutnya akan masuk dalam tahap analisis yaitu bagaimana
upaya pemerintah dalam membawa masalah kelangkaan air ini ke dalam ranah
keamanan. Dalam melihat upaya ini akan digunakan konsep sekuritisasi yang
50
Emy Susanti Hendrarso, “Penelitian Kualitatif: Sebuah Pengantar” dalam Metode Penelitain
Sosial, ed. Bagong Suyanto dan Sutinah (Jakarta: Prenada Media Grup, 2006), 173.
Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana proses sekuritisasi isu air
sekuritisasi isu air menjadi sebuah agenda keamanan yang akan dilihat melalui
isu air di Singapura, apakah telah memasuki tahap sekuritisasi atau bahkan masih
penyataan media, baik berupa kebijakan, klausul, atau peraturan lain yang
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan tentang keadaan air di Singapura yang meliputi
suplai atau ketersediaan air di Singapura, sumber air domestik, tingkat konsumsi
air, tingkat kebutuhan dan ketersediaan air di Singapura, serta sumber air
DENGAN MALAYSIA
Bagian ini akan membahas tentang dinamika hubungan kerja sama air
antara Singapura dengan Malaysia. Meliputi perjanjian kerja sama yang telah
disepakati serta dinamika hubungan ketiga negara tersebut terkait perjanjian kerja
sama air. Pada bagian ini juga akan membahas bagaimana dinamika hubungan
kerja sama air yang terjalin antara Singapura dan Malaysia mempengaruhi
Bab ini menjadi bagian analisis dalam penelitian ini, di mana dalam
Buzan. Proses sekuritisasi ini meliputi upaya sekuritisasi (securitizing move) yang
BAB V: PENUTUP
Pada bagian bab penutup akan berisi kesimpulan dan saran penulis