Daftar isi
3 Lihat pula
4 Referensi
6 Pranala luar
Visualisasi distribusi air di bumi berdasarkan volume. Setiap satu kubus kecil mewakili 1000
km kubik air. Jumlah total sebanyak satu juta kubus kecil.[1]
Air adalah sumber daya yang penting bagi kehidupan di planet. Dari seluruh sumber daya air
di bumi, hanya tiga persen yang merupakan air tawar, dan dua pertiganya berada dalam
kondisi beku di es kutub dan gletser. Seperlima dari satu persennya berada di lokasi yang
tidak terjangkau atau tidak bisa dimanfaatkan (misal air yang mengalir sebagai banjir akibat
hujan deras). Kurang lebih hanya 0.08 persen dari total air tawar yang mampu dimanfaatkan
oleh manusia dan kebutuhan tersebut terus berkembang untuk berbagai kebutuhan.[2]
Irigasi poros berputar (center pivot irrigation) di Kufra, sebelah tenggara Cyrenaica, Libya.
Kekayaan hasil minyak bumi telah memungkinkan bagi Libya untuk menargetkan proyek
besar di bidang pertanian seperti Sungai Buatan Raya di gurun Sahara
Salah satu masalah utama dari manajemen berbasis air adalah keberlanjutan dari alokasi
sumber daya air sekarang dan pada masa depan.[6] Karena air menjadi langka sehingga
pengelolaan menjadi sebuah kepentingan yang terus tumbuh. Mencari keseimbangan antara
yang dibutuhkan manusia dan yang dibutuhkan lingkungan menjadi tahap awal dari
manajemen sumber daya air. Usaha menemukan sistem sumber daya air tawar yan
berkelanjutan telah dilakukan pada skala nasional di berbagai negara pada seperti Australia.
Lihat pula
Biopori
Konservasi air
Efisiensi air
Hukum air
Politik air
Kualitas air
Referensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Water Planning Tools, a research initiative which develops and pilots tools for
managing water risk and water security in Australia
Pranala luar
Kategori:
Suplai air
Kualitas air
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan
biologisnya.[1] Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan
biota air dan manusia.[2] Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi
kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum.
Berbagai lembaga negara di dunia bersandar kepada data ilmiah dan keputusan politik dalam
menentukan standar kualitas air yang diizinkan untuk keperluan tertentu.[3] Kondisi air
bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Air terikat erat dengan
kondisi ekologi setempat sehingga kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks
dalam ilmu lingkungan. Aktivitas industri seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan
transportasi merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari
pertanian dan perkotaan.
Daftar isi
1 Penggunaan air
2.3 Indikator
3 Referensi
4 Pranala luar
Penggunaan air
Kadar mineral terlarut di dalam air dapat mempengaruhi jenis pemanfaatan air oleh industri.
Misal keberadaan ion kalsium dan magnesium dapat mengganggu fungsi sabun ketika air
digunakan sebagai pembersih dan mampu membentuk deposit karbonat.[4] Proses penanganan
air dengan kondisi seperti ini dilakukan dengan menukar ion tersebut dengan natrium, dan
senyawa magnesium dan kalsium akan mengendap.[5]
Sebaliknya, air dengan kadar kalsium dan magnesium tinggi lebih baik digunakan bagi
manusia dibandingkan air dengan kadar natrium dikarenakan kemungkinan timbulnya
masalah kesehatan akibat konsumsi natrium tinggi.[6]
Pengambilan sampel dan pengukuran
Kualitas air merupakan subjek yang sangat kompleks dan dicerminkan dari jenis pengukuran
dan indikator air yang digunakan. Pengukuran akan lebih akurat jika dilakukan di tempat
karena air berada dalam kondisi yang ekuilibrium dengan lingkungannya. Pengukuran di
tempat umumnya akan mendapatkan data mendasar seperti temperatur, pH, kadar oksigen
terlarut, konduktivitas, dan sebagainya.
Untuk pengukuran yang lebih kompleks membutuhkan sample air yang kemudian dijaga
kondisinya, dipindahkan, dan dianalisis di tempat lain (misal laboratorium). Pengukuran
seperti ini memiliki dua masalah yaitu karakteristik air pada asmple mungkin tidak sama
dengan sumbernya karena terjadi perubahan secara kimiawi dan biologis seiring waktu.
Bahkan kualitas air dapat bervariasi antara siang dan malam dan dipengaruhi keberadaan
organisme air.[7] Dan air yang teah terpisah dari lingkungannya akan menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang baru, yaitu botol atau kemasan yang digunakan dalam pengambilan
sample. Sehingga bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel harus bersifat inert atau
memiliki tingkat reaktivitas yang minimum sehingga tidak mempengaruhi kualitas air yang
diuji.[8]:4 Perubahan kondisi fisik dan kimiawi juga terjadi ketika air sampel dimpompa atau
diaduk, menyebabkan terbentuknya endapan. Ruang udara yang berada di dalam kemasan
sampel juga dapat mempengaruhi karena ada risiko udara larut ke dalam sampel air.[9]
Menjaga kualitas sampel dapat dilakukan dengan mendinginkan sampel sehingga mengurangi
laju reaksi kimia dan perubahan fase.
Cara terbaik untuk mengetahui tingkat perubahan selama pengumpulan sampel hingga
analisis adalah dengan menggunakan dua jenis air yang digunakan bersamaan dengan
pengumpulan sampel. Air jenis pertama, disebut dengan air "kosong" (tidak selalu air hasil
destilasi) adalah air dengan kondisi kimiawi dan biologis yang sangat kecil sehingga tidak
ada karakteristik yang bisa dideteksi. Dan air jenis kedua merupakan air dengan kondisi yang
"dimaksimalkan" sesuai dengan perkiraan kondisi air sampel. Kedua jenis air ini dipaparkan
ke atmosfer sekitar selama pengambilan sampel, sehingga ilmuwan membawa tiga jenis air
dari lokasi pengambilan sample dan ketiganya dianalisis untuk mengetahui apa yang
berkurang dan bertambah seiring waktu sejak pengambilan sampel hingga analisis di
laboratorium.[10]
Pengujian pasca bencana
Berbagai jenis bencana alam hingga bencana buatan manusia akan mengubah kualitas air
secara cepat sehingga pengukuran harus dilakukan untuk menentukan langkah terbaik dalam
penanganan bencana dan mengembalikan kualitas air. Akses terhadap air bersih dan sanitasi
diperlukan bagi korban bencana.
Dalam interval waktu tertentu, kondisi air dapat kembali pasca bencana. Seperti kasus
bencana Tsunami 2004 dan pengukuran yang dilakukan oleh International Water
Management Institute (IWMI) yang berbasis di Colombo mendapati bahwa kadar garam di
setiap sumur meningkat drastis segera setelah tsunami dan kembali turun ke level semula
setelah satu setengah tahun sehingga layak digunakan sebagai air minum.[11]
Analisis kimia
Metode sederhana dalam melakukan analisis kimia adalah pengukuran berdasarkan unsur
tanpa memperdulikan wujud dan bentuk senyawanya. Contohnya adalah mengukur kadar
oksigen dalam air, jika dilakukan pengukuran berdasarkan unsur akan didapatkan konsentrasi
oksigen sebesar 890 ribu miligram per liter air, karena air (H2O) terbentuk dari hidrogen dan
oksigen. Sehingga pengukuran kadar senyawa tertentu harus dibedakan berdasarkan
wujudnya. Untuk pengukuran kadar oksigen, harus dibedakan berdasarkan oksigen diatomik
atau oksigen yang terikat dengan unsur lain. Oksigen diatomik yang terukur dapat disebut
dengan kadar oksigen terlarut.
Analisis logam berat harus menyertai endapan yang ada di air karena logam berat yang
seharusnya dapat larut mungkin terikat secara adsorpsi dengan partikel lain, misal partikel
tanah liat. Penyaringan sampel dapat menghilangkan endapan tersebut, sedangkan logam
berat yang mengendap di sumber aslinya mungkin saja dapat terminum oleh manusia dan
organisme lain.[12]
Indikator
Indikator untuk air minum
Alkalinitas
pH
Warna air
Mikroorganisme
Dalam pengukuran indikator biologis, digunakan istilah EPT yang merujuk kepada
Ephemeroptera, Plecoptera, Trichoptera, tiga ordo serangga bersayap yang hidup di sekitar
perairan. Index EPT, yaitu jumlah EPT ketika kondisi lingkungan sehat, dapat bervariasi di
setiap daerah. Secara umum, semakin banyak organisme EPT, menunjukan bahwa kualitas
ekologi perairan tersebut lebih sehat.[13][14] Keberadaan invertebrata makro juga dapat
digunakan sebagai indikator.[15]
Moluska bivalvia digunakan sebagai indikator karena moluska termasuk hewan penyaring
yang menghisap air dan menyerap nutrisi dari air yang dihisapnya. Polutan yang diserap akan
terakumulasi di dalam tubuh moluska dan dapat memiliki efek yang beragam bagi moluska
tersebut. Moluska bivalvia juga biasanya bersifat sessile atau menetap di satu tempat dan
jarang sekali berpindah sehingga pengumpulan sampel moluska cenderung mudah.[16]
Indikator fsik
Temperatur air
Elektrokonduktivitas
Padatan terlarut
Padatan tersuspensi
Transparansi
Bau
Warna
Rasa
Indikator kimia
pH
BOD
COD
Logam berat
Nitrat
Ortofosfat
Pestisida
Surfaktan
Indikator biologis
Ephemeroptera
Plecoptera
Trichoptera
Mollusca
Escherichia coli
Bakteri koliform
Referensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
^ http://ccma.nos.noaa.gov/about/coast/nsandt/musselwatch.aspx
dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada
di atas permukaan tanah dan di udara.
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus berkurang. Permintaan
air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan populasi dunia terus meningkat yang
mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan
global dalam mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama
sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama dengan nilai pelayanan
ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih
cepat dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun darat.
Daftar isi
3 Stres air
o 3.1 Peningkatan populasi
o 3.2 Peningkatan kesejahteraan
o 3.3 Ekspansi bisnis
o 3.4 Urbanisasi
o 3.5 Perubahan iklim
5 Pranala luar
6 Referensi
Brasil adalah negara yang diperkirakan memiliki suplai air tawar terbesar di dunia, diikuti
oleh Rusia, Kanada, dan Indonesia.
Air tanah
Air tanah adalah air tawar yang terletak di ruang pori-pori antara tanah dan bebatuan dalam.
Air tanah juga berarti air yang mengalir di lapisan aquifer di bawah water table. Terkadang
berguna untuk membuat perbedaan antara perairan di bawah permukaan yang berhubungan
erat dengan perairan permukaan dan perairan bawah tanah dalam di aquifer (yang kadangkadang disebut dengan "air fosil").
Sistem perairan di bawah permukaan dapat disamakan dengan sistem perairan permukaan
dalam hal adanya input, output, dan penyimpanan. Perbedaan yang paling mendasar adalah
kecepatan dan kapasitasnya; air tanah mengalir dengan kecepatan bervariasi, antara beberapa
hari hingga ribuan tahun untuk muncul kembali ke perairan permukaan dari wilayah
tangkapan hujan, dan air tanah memiliki kapasitas penyimpanan yang jauh lebih besar dari
perairan permukaan.
Input alami dari air tanah adalah serapan dari perairan permukaan, terutama wilayah
tangkapan air hujan. Sedangkan output alaminya adalah mata air dan serapan menuju lautan.
Air tanah mengalami ancaman berarti menghadapi penggunaan berlebihan, misalnya untuk
mengairi lahan pertanian. Penggunaan secara belebihan di area pantai dapat menyebabkan
mengalirnya air laut menuju sistem air tanah, menyebabkan air tanah dan tanah di atasnya
menjadi asin (intrusi air laut. Selain itu, manusia juga dapat menyebabkan air tanah terpolusi,
sama halnya dengan air permukaan yang menyebabkan air tanah tidak dapat digunakan.
Desalinasi
Desalinasi adalah proses buatan untuk mengubah air asin (umumnya air laut) menjadi air
tawar. Proses desalinasi yang paling umum adalah destilasi dan osmosis terbalik. Desalinasi
saat ini cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil langsung dari sumber air tawar,
hanya sebagian kecil kebutuhan manusia terpenuhi melalui desalinasi. Proses ini terjadi
secara ekstensif di Teluk Persia untuk mensuplai air bagi beberapa wilayah di Timur Tengah
dan fasilitas wisata dan perhotelan di wilayah tersebut.
Air beku
Pertanian
Diperkirakan 69% penggunaan air di seluruh dunia untuk irigasi. Di beberapa wilayah irigasi
dilakukan terhadap semua tanaman pertanian, sedangkan di wilayah lainnya irigasi hanya
dilakukan untuk tanaman pertanian yang menguntungkan, atau untuk meningkatkan hasil.
Berbagai metode irigasi melibatkan perhitungan antara hasil pertanian, konsumsi air, biaya
produksi, penggunaan peralatan dan bangunan. Metode irigasi seperti irigasi beralur (furrow)
dan sprinkler umumnya tidak terlalu mahal namun kurang efisien karena banyak air yang
mengalami evaporasi, mengalir atau terserap ke area di bawah atau di luar wilayah akar.
Metode irigasi lainnya seperti irigasi tetes, irigasi banjir, dan irigasi sistem sprinkler di mana
sprinkler dioperasikan dekat dengan tanah, dikatakan lebih efisien dan meminimalisasikan
aliran air dan penguapan meski lebih mahal. Setiap sistem yang tidak diatur dengan benar
dapat menyia-nyiakan sumber daya air, sedangkan setiap metode memiliki potensi untuk
efisiensi yang lebih tinggi pada kondisi tertentu di bawah pengaturan waktu dan manajemen
yang tepat.
Saat populasi dunia meningkat, dan permintaan terhadap bahan pangan juga meningkat
dengan suplai air yang tetap, terdapat dorongan untuk mempelajari bagaimana memproduksi
bahan pangan dengan sedikit air, melalui peningkatan metode dan teknologi irigasi,
manajemen air pertanian, tipe tanaman pertanian, dan pemantauan air.
Industri
Diperkirakan bahwa 15% air di seluruh dunia dipergunakan untuk industri. Banyak pengguna
industri yang menggunakan air, termasuk pembangkit listrik yang menggunakan air untuk
pendingin atau sumber energi, pemurnian bahan tambang dan minyak bumi yang
menggunakan air untuk proses kimia, hingga industri manufaktur yang menggunakan air
sebagai pelarut. Porsi penggunaan air untuk industri bervariasi di setiap negara, namun selalu
lebih rendah dibandingkan penggunaan untuk pertanian.
Air juga digunakan untuk membangkitkan energi. Pembangkit listrik tenaga air mendapatkan
listrik dari air yang menggerakkan turbin air yang dihubungkan dengan generator.
Pembangkit listrik tenaga air adalah pembangkit listrik yang rendah biaya produksi, tidak
menghasilkan polusi, dan dapat diperbarui. Energi ini pada dasarnya disuplai oleh matahari;
matahari menguapkan air di permukaan, yang lalu mengalami pengembunan di udara, turun
sebagai hujan, dan air hujan mensuplai air bagi sungai yang mengaliri pembangkit listrik
tenaga air. Bendungan Three Gorges merupakan bendungan pembangkit listrik tenaga air
terbesar di dunia.
Penggunaan industrial lainnya adalah turbin uap dan penukar panas, juga sebagai pelarut
bahan kimia. Keluarnya air dari industri tanpa dilakukan pengolahan terlbih dahulu dapat
disebut sebagai polusi. Polusi meliputi pelepasan larutan kimia (polusi kimia) atau pelepasan
air sisa penukaran panas (polusi termal). Industri membutuhkan air murni untuk berbagai
aplikasi dan menggunakan berbagai tehnik pemurnian untuk suplai air maupun limbahnya.
Rumah tangga
Diperkirakan 15% penggunaan air di seluruh dunia adalah di rumah tangga. Hal ini meliputi
air minum, mandi, memasak, sanitasi, dan berkebun. Kebutuhan minimum air yang
dibutuhkan dalam rumah tangga menurut Peter Gleick adalah sekitar 50 liter per individu per
hari, belum termasuk kebutuhan berkebun. Air minum haruslah air yang berkualitas tinggi
sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa risiko bahaya. Di sebagian besar negara-negara
berkembang, air yang disuplai untuk rumah tangga dan industri adalah air minum standar
meski dalam proporsi yang sangat kecil digunakan untuk dikonsumsi langsung atau
pengolahan makanan.
Rekreasi
Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangatlah kecil, namun terus berkembang. Air yang
digunakan untuk rekreasi biasanya berupa air yang ditampung dalam bentuk reservoir, dan
jika air yang ditampung melebihi jumlah yang biasa ditampung dalam reservoir tersebut,
maka kelebihannya dikatakan digunakan untuk kebutuhan rekreasional. Pelepasan sejumlah
air dari reservoir untuk kebutuhan arung jeram atau kegiatan sejenis juga disebut sebagai
kebutuhan rekreasional. Hal lainnya misalnya air yang ditampung dalam reservoir buatan
(misalnya kolam renang).
Penggunaan rekreasional umumnya non-konsumtif, karena air yang dilepaskan dapat
digunakan kembali. Pengecualian terdapat pada penggunaan air di lapangan golf, yang
umumnya sering menggunakan air dalam jumlah berlebihan terutama di daerah kering.
Namun masih belum jelas apakah penggunaan ini dikategorikan sebagai penggunaan
rekreasional atau irigasi, namun tetap memberikan efek yang cukup besar bagi sumber daya
air setempat.
Sebagai tambahan, penggunaan rekreasional mungkin akan mengurangi ketersediaan air bagi
kebutuhan lainnya di suatu tempat pada suatu waktu tertentu.
Stres air
Konsep stres air dan krisis air sesungguhnya sangatlah sederhana. Menurut World Business
Council for Sustainable Development, hal ini adalah situasi di mana tidak cukup air untuk
semua kebutuhan, baik itu untuk pertanian, industri, atau yang lainnya. Mendefinisikan
masalah ini dalam bentuk per kapita lebih rumit, namun mendatangkan asumsi yang lebih
baik untuk penggunaan air dan penghematannya. Namun telah diperkirakan bahwa ketika
ketersediaan air yang dapat diperbarui di bawah 1.700 meter kubik per kapita per tahun, maka
negara tersebut akan mengalami stres air secara periodik, di bawah 1.000 maka kelangkaan
air akan terjadi dan merintangi pertumbuhan ekonomi dan kesehatan manusia.
Peningkatan populasi
Pada tahun 2000, dunia berpopulasi 6,2 miliar. PBB memperkirakan bahwa pada tahun 2050,
dunia akan mendapatkan tambahan penduduk sekitar 3,5 miliar dengan pertumbuhan terbesar
ada di negara-negara berkembang yang telah mengalami stres air. Hal itu akan menyebabkan
peningkatan permintaan air kecuali negara melakukan konservasi air dan mendaur ulang
sumber daya yang vital ini.
Peningkatan kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan terus meningkat terutama di negara dengan dua populasi terbanyak di
dunia, yaitu Cina dan India. Namun, peningkatan kesejahteraan ini berarti juga peningkatan
penggunaan air: air bersih untuk kebutuhan dasar dan sanitasi, berkebun dan membersihkan
kendaraan, kolam renang pribadi, dan sebagainya.
Ekspansi bisnis
Aktivitas bisnis berkisar dari industri hingga jasa seperti pariwisata dan hiburan terus
berkembang dengan cepat. Ekspansi ini membutuhkan peningkatan pelayanan terhadap
kebutuhan air seperti suplai dan sanitasi, yang memicu tekanan terhadap sumber daya air dan
ekosistem alam.
Urbanisasi
Perubahan iklim
Perubahan iklim dapat memberikan efek yang signifikan terhadap sumber daya air di seluruh
dunia karena hubungan yang erat antara iklim dan daur hidrologi. Peningkatan temperatur
akan meningkatkan penguapan dan memicu peningkatan presipitasi. Secara keseluruhan akan
terjadi peningkatan suplai air tawar dunia. Banjir dan kekeringan akan terjadi lebih sering di
beberapa wilayah dalam waktu yang berbeda-beda, akan terjadi perubahan yang drastis pada
hujan salju dan proses pelelehan salju di pegunungan akan meningkat. Temperatur yang
meningkat juga akan memengaruhi kualitas air, namun belum dipahami dengan baik.
Dampak yang paling mungkin adalah eutrofikasi, yaitu peningkatan populasi tumbuhan air
(alga, eceng gondok, dll) secara cepat. Perubahan iklim juga akan meningkatkan permintaan
suplai air untuk irigasi, dan mungkin air untuk kolam renang.
Hilangnya aquifer
Akibat dari meningkatnya populasi manusia, kompetisi untuk mendapatkan air meningkat
sehingga banyak aquifer di seluruh dunia menjadi habis. Hal ini terjadi akibat konsumsi
langsung manusia seperti irigasi pertanian menggunakan air tanah. Jutaan pompa di seluruh
dunia dalam berbagai ukuran saat ini sedang mengambil air tanah. Irigasi di wilayah kering
seperti di utara Cina dan India disuplai oleh air tanah, dan diambil dalam jumlah yang tidak
semestinya. Kota-kota besar juga telah mengalami kehilangan lapisan aquifer dan
mengakibatkan lapisan tanahnya turun antara 10 hingga 50 meter seperti yang terjadi di
Mexico City, Bangkok, Manila, Beijing, Madras, Jakarta dan Shanghai.
Dalam Earth Summit 2002, para pemerintahan dari berbagai negara menyetujui Plan of
Action untuk:
Mengurangi hingga setengah dari jumlah rakyat yang tidak mampu mendapatkan air
minum yang aman pada tahun 2015. Global Water Supply and Sanitation Assessment
2000 Report (GWSSAR) mendefinisikan bahwa setiap orang harus mendapatkan
akses sebesar 20 liter per harinya dari sumber sejauh maksimal satu kilometer dari
tempat tinggalnya.
Mengurangi hingga setengahnya jumlah rakyat yang tidak memiliki akses ke sanitasi
dasar. GWSSAR mendefinisikan sanitasi dasar sebagai sistem pembuangan pribadi
atau berbagi namun bukan milik umum yang memisahkan limbah dari kontak dengan
manusia.
Pada tahun 2025, kelangkaan air akan lebih terlihat di negara miskin di mana sumber daya
terbatas dan perkembangan populasi meningkat, seperti di Afrika, Timur Tengah, dan
beberapa bagian di Asia. Pada tahun 2025, area urbanisasi yang besar akan membutuhkan
banyak infrastruktur baru untuk menyediakan air yang aman dan sanitasi yang pantas. Hal ini
diperkirakan akan menimbulkan konflik dengan pengguna air di pertanian, yang saat ini
menggunakan sebagian besar air yang digunakan oleh seluruh manusia.
1,6 miliar orang telah mendapatkan akses sumber air yang aman sejak tahun 1990. Proporsi
masyarakat di negara-negara berkembang dengan akses air yang aman dikalkulasikan
meningkat dari 30 persen hingga 71 persen pada tahun 1990, 79 persen pada tahun 2000, dan
84 persen pada tahun 2004. Kecenderungan ini diperkirakan akan berlanjut.