Perlawanan Pajak Dan Sistem Pemungutan Pajak Di Indonesia
Perlawanan Pajak Dan Sistem Pemungutan Pajak Di Indonesia
ID
Home Akuntansi Perpajakan Manajemen SOP Karir Bisnis Investasi Teknologi Daftar isi About Me
Farisi Suminar
Selasa, 07 Maret 2023
Persetujuan dari masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sangat diperlukan untuk memastikan bahwa
pemungutan pajak diterima dengan baik oleh masyarakat.
Perlawanan pajak secara pasif adalah ketidakpatuhan wajib pajak untuk membayar pajak
yang dikenakan kepadanya.
Sementara itu, perlawanan pajak secara aktif adalah upaya wajib pajak untuk membatasi
jumlah pajak yang harus dibayar dengan cara mengatur keuangan atau bisnisnya
sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.
Untuk mengatasi hambatan pemungutan pajak, pemerintah harus berkoordinasi dengan
lembaga pemeriksa pajak dan wajib pajak.
Pemerintah juga harus memastikan bahwa undang-undang pajak yang ada memiliki
cakupan yang luas dan mencakup seluruh sektor ekonomi, serta memastikan bahwa wajib
pajak memahami kewajibannya dan memiliki insentif untuk membayar pajak secara tepat
waktu.
Dengan demikian, pemahaman akan perlawanan pajak secara pasif dan aktif sangat
penting bagi pemerintah dan wajib pajak untuk memastikan pemungutan pajak yang
transparan dan adil.
Konsep dari masing-masing sistem pemungutan pajak memiliki kelebihan dan kekurangan
yang berbeda-beda. Berikut ini adalah penjelasan lebih detail tentang ketiga sistem
pemungutan pajak tersebut:
Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pemerintah (petugas pajak)
untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Namun, sistem ini
sudah tidak berlaku lagi setelah dilakukannya reformasi perpajakan pada tahun 1984.
Wajib pajak bersifat pasif dan hanya menunggu surat ketetapan pajak yang
diterbitkan oleh petugas pajak
Hutang pajak baru timbul setelah petugas pajak menentukan besarnya pajak
terhutang melalui surat ketetapan pajak
Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menghitung, melaporkan, dan membayar pajak terhutang secara mandiri.
Wajib pajak bersifat aktif dan harus melaporkan dan membayar pajak terhutang
secara mandiri
Sistem pemungutan pajak ini memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan
pemerintah maupun wajib pajak) untuk memotong dan memungut besarnya pajak
terhutang oleh wajib pajak.
Ciri-ciri dari sistem pemungutan pajak Withholding Assessment System ini adalah:
1 Pihak ketiga yang memotong dan memungut pajak terhutang. Dalam hal ini, pihak
ketiga akan memotong besarnya pajak yang terhutang dari jumlah upah atau gaji
yang diterima oleh wajib pajak, atau dari penjualan barang dan jasa oleh wajib pajak
kepada pembeli.
2 Wajib pajak tidak perlu menghitung dan melaporkan pajak terhutang secara mandiri.
Kewajiban ini diambil alih oleh pihak ketiga yang memotong dan memungut pajak.
3 Wajib pajak tidak perlu membayar pajak terhutang secara terpisah. Pajak yang
terhutang sudah dibayar secara otomatis melalui pemotongan yang dilakukan oleh
pihak ketiga.
Contoh dari sistem pemungutan pajak ini adalah pemotongan pajak penghasilan oleh
perusahaan tempat wajib pajak bekerja. Perusahaan akan memotong pajak penghasilan
dari gaji yang diterima oleh wajib pajak, sebelum membayarkan sisa gaji tersebut kepada
wajib pajak.
Perusahaan juga bertanggung jawab atas melaporkan dan membayar pajak penghasilan
yang sudah dipotong kepada pemerintah.
Perlawanan pajak secara pasif ini dapat mempersulit pemerintah dalam melakukan
pemungutan pajak. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat tidak melakukan perbuatan
nyata untuk menghambat pemungutan pajak.
Sebagai contoh, jika sistem pemungutan pajak tidak tepat, maka masyarakat akan merasa
tidak memahami bagaimana cara membayar pajak yang benar. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat enggan membayar pajak karena merasa tidak bertanggung
jawab terhadap negara.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menyediakan sistem pemungutan pajak
yang transparan dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Dengan mengetahui hambatan pajak secara pasif, pemerintah dapat membuat strategi
untuk mengatasinya.
Misalnya, dengan menyediakan informasi dan penyuluhan yang lebih baik mengenai pajak,
masyarakat akan lebih memahami dan bertanggung jawab dalam membayar pajak.
Selain itu, pemerintah juga dapat memperbaiki sistem pemungutan pajak agar lebih
transparan dan mudah dipahami oleh masyarakat.
Ini dapat dilakukan dengan cara secara sadar mengurangi konsumsi barang-barang yang
dikenakan pajak atau memindahkan lokasi bisnis ke tempat yang memiliki tarif pajak
rendah.
Meskipun hal ini tidak melanggar hukum, namun dapat menyebabkan pengurangan
permintaan terhadap barang yang dikenakan pajak dan meningkatnya tabungan.
Ada juga beberapa strategi yang digunakan oleh perusahaan atau individu untuk
menghindari pajak, seperti pengalihan produk, pengalihan tempat, dan penghindaran
yuridis.
Namun, perlu diingat bahwa meskipun tindakan-tindakan tersebut tidak melanggar hukum,
mereka dapat menyebabkan dampak negatif bagi pemerintah dan masyarakat. Oleh
karena itu, setiap orang harus mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka
sebelum melakukan usaha untuk menghindari pajak secara aktif.
Melalaikan pajak adalah penolakan untuk membayar pajak yang sudah ditentukan,
termasuk juga menolak memenuhi formalitas yang harus dilakukan sebagai wajib pajak.
Biasanya, tindakan ini dilakukan dengan cara menghalangi penyitaan pajak melalui usaha-
usaha seperti perubahan status perusahaan menjadi perseroan, penjualan dan
pemindahan barang-barang yang akan disita, atau proses yang dilakukan melalui
Pengadilan Negeri.
Sebagai contoh, suatu perusahaan menjual produk dengan menaikkan harga. Keuntungan
yang didapatkan dari selisih harga tersebut dapat mencapai jumlah yang mendekati pajak
pendapatan atau perseroan yang harus dibayar oleh wajib pajak. Model bisnis seperti ini
tentunya memerlukan keahlian khusus dalam hal pembukuan.
Salah satu bentuk perlawanan pajak ini adalah melalui pengelakan pajak, dimana wajib
pajak menyembunyikan kondisi sebenarnya dan memalsukan dokumen.
Model pengelakan pajak ini bisa dilakukan oleh perusahaan yang memanfaatkan celah
dalam undang-undang atau memiliki hubungan khusus dengan fiskus.
Namun, pengelakan pajak juga memiliki beberapa dampak negatif yang harus
diperhatikan, seperti pada bidang keuangan, ekonomi, dan psikologi.
1.Pada bidang keuangan,
Pengelakan pajak dapat membuat wajib pajak merasa bebas untuk melanggar undang-
undang karena tindakan penggelapan pajak selalu berhasil dilakukan.
Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak negatif dari perlawanan pajak secara
aktif dan berusaha untuk menghindarinya demi kemajuan ekonomi dan pembangunan
yang berkelanjutan.
Tags: Perpajakan