Anda di halaman 1dari 253

RECOVER

FASTER

BLENDING
MARKETING AND
ENTREPRENEURSHIP
TO SURVIVE
THE CRISIS
Pentingnya
Merek
Bangun
Emotional
Moment
Peluang
Baru
Pariwisata
di Masa
Pandemi

August 2021 issue


Rp.50.000,-

www.marketeers.com
www.marketeers.tv
I N T E R A C T I V E

E A S Y T O
N AV I G A T E

E A S Y T O
R E A D

D O W N L O A D A D O B E T M
A C R O B AT T M

F O R B E T T E R E X P E R I E N C E
Learn More
P R O L O G U E

From The Editor

Tiga Mantra Sakti

H
ampir dua tahun ini,
pandemi COVID-19 telah
menguji dan membawa
seluruh dunia pada
ketidakpastian. Belum ada
angka pasti total kerugian
akibat pandemi ini. Nilai
kerugian ekonomi dan bisnis
mungkin bisa dihitung, namun tidak jika bicara tentang
jutaan orang yang meninggal akibat penyakit ini. Sudah
pasti, tidak akan bisa ternilai sama sekali.
Dunia bisnis di hampir seluruh dunia sedang berusaha
keras untuk tetap bertahan, beradaptasi, dan bila
memungkinkan tetap tumbuh. Memang, tidak semua bisa
mampu melewati proses ini. Ada yang terpaksa hilang,
sebagian bertahan mati-matian, dan hanya sedikit saja
yang mampu berkembang.
P R O L O G U E

From The Editor

Memang, ada beberapa industri yang masuk kategori


mendapat durian runtuh karena adanya pandemi ini,
misalnya industri kesehatan, jasa pengiriman, teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), dan lainnya. Namun,
apakah kemudian semua pemain di industri tersebut
mampu meraih pertumbuhan dengan gemilang?
Faktanya, tidak seperti itu. Meskipun suatu industri tidak
terpengaruh atau hanya sedikit kena dampak pandemi,
hanya beberapa gelintir pemain saja di industri itu yang
bisa membukukan kinerja memuaskan. Tentunya, menarik
untuk mencari tahu bagaimana perusahaan-perusahaan
itu melakukannya.
Setelah melakukan pengamatan dan riset, kami
menyimpulkan bahwa jawabannya adalah gabungan
dari semangat entrepreneurship dan keandalan strategi
pemasaran. Sehingga pada edisi kali ini, Marketeers
mengupas secara mendalam, khususnya tentang jiwa
entrepreneurship. Memberikan contoh nyata perusahaan-
perusahaan yang memiliki DNA entrepreneur mampu
melewati masa menantang ini dengan pencapaian solid.
Selain itu, menegaskan pula bahwa jiwa
entrepreneurship bukanlah monopoli atau hanya berlaku
bagi individu. Semangat kewirausahaan ini justru harus
ada dan melekat pada perusahaan-perusahaan raksasa
sekalipun. Sebabnya, ketika semangat tersebut hilang,
bisa dipastikan hidup perusahaan itu tidak akan bertahan
lama lagi.
Mengapa? Ada tiga sifat atau karakter dari entrepreneur
yang bisa membawa perusahaan terus berkembang
dalam kondisi apa pun, yakni opportunity seeking, risk
taking, dan network collaborating. Pada dasarnya, semua
P R O L O G U E

From The Editor

perusahaan pernah menerapkan tiga hal tersebut. Hanya


saja, setelah menjadi besar seringkali terlalu percaya
diri atau terlalu banyak pertimbangan akibat struktur
dan birokrasi sudah membengkak, sehingga jiwa
entrepreneurship itu hilang atau terkikis.
Setelah membaca edisi ini, kami harap para marketer
dan para pemimpin perusahaan kembali menerapkan
tiga mantra sakti tersebut. Membawa kembali semangat
entrepreneurship yang sudah pasti dahulu dimiliki para
founder perusahaan. Di sisi lain, bisa menjadi bacaan
bermanfaat bagi para wirausaha yang sedang merintis
bisnis. Selamat Membaca.

Publisher Hermawan Kartajaya


Chief Executive Taufik • Chief Business Officer Kevin Leonard • Editor In Chief Taufik • Managing
Editor Sigit Kurniawan. sigit@marketeers.com • Editor Ign. Eko Adiwaluyo. eko@marketeers.
com • Editorial Secretary redaksi@marketeers.com, info@marketeers.com • Assistant Editor: M.
Perkasa Al Hafiz. hafiz@marketeers.com • Reporter: Clara NT. clara@marketeers.com - Bianca
Astira. bianca@marketeers.com - Putri Elizabeth. priscilla@marketeers.com • Illustration:
Bedoel Achmad • Photographer Rizky Priya • Layout: M. Ottyawan Firdaus - Sanny Ismail •
Advertisement: Taufik Abe. abe@marketeers.com +62 813 1555 6493 • Head of Community Tinus
Kusuma. tinus@marketeers.com +62 811 1581 088 • TV: Aji Radhyantomo. aji@marketeers.com
- Nugraha Satia Permana. nugraha@marketeers.com - Reza Rahardian. +62 811 279 1818 • Social
Media: Dara Huwaida. dara@marketeers.com • Activation: Era Lawyera. era@marketeers.com
+62 877 7131 4959 - M. Irvan Maulana. irvan.maulana@marketeers.com +62 813 1550 9848 •
Circulation: Mulyadi. mulyadi@marketeers.com P +62 852 9457 0003 +62 21 5790 2338 ext 409, F
+62 21 5795 1103. • Printing: Gramedia Printing. Jl. Palmerah Selatan 22-28, Gelora, Jakarta 10270

Marketeers Magazine
EightyEight@Kasablanka 8th floor
Jl. Casablanca Raya Kav. 88
Jakarta 12870
Toll Free: 0 800 188 1111
A D V
Marketeers x Pelindo 1

Dukung Perekonomian, Pelindo 1


Kembangkan Kuala Tanjung Port &
Industrial Estate

S
ebagai salah satu operator jasa kepelabuhanan,
Pelindo 1 pada tahun 2021 menargetkan
arus bongkar muat petikemas sebesar 1,57
juta TEUs, tumbuh 10% dibandingkan tahun
2020. Sementara, bongkar muat kargo yang terdiri dari
curah cair, curah kering dan general cargo diproyeksikan
mencapai 30,2 juta ton, meningkat 22% dibanding
realisasi tahun sebelumnya sebesar 24,8 juta ton.
Target peningkatan ini salah satunya didorong melalui
pengembangan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate
(PIE).
Kuala Tanjung PIE memiliki potensi besar untuk tumbuh
cepat. Dengan lokasi di Pulau Sumatera dan di tengah
jalur utama Selat Malaka yang dilewati 25% komoditas
perdagangan dunia dan didukung hinterland di sepuluh
A D V
Marketeers x Pelindo 1

provinsi di Pulau Sumatera, menjadikan posisi Kuala


Tanjung PIE semakin strategis. Ini juga berpotensi besar
sebagai simpul penting dalam jaringan logistik dan
pasokan global. Kuala Tanjung PIE terdiri dari dua bagian
yang saling terintegrasi, yaitu Kawasan Pelabuhan (Kuala
Tanjung Multipurpose Terminal) dan Kawasan Industri
(Kuala Tanjung Industrial Zone).
Pengembangan Kuala Tanjung PIE ditandai dengan
telah beroperasinya kawasan pelabuhan Kuala Tanjung
Multipurpose Terminal (KTMT) sejak 2019. Direncanakan
sebagai the Next Indonesia’s logistic dan supply chain
hub, pelabuhan ini didesain untuk mengakomodasi kapal-
kapal berukuran besar dengan bobot 50.000 DWT (dead
weight tonnage) serta berbagai jenis muatan, dari peti
kemas, curah cair, hingga kargo umum.
KTMT memiliki panjang dermaga 500 x 60 meter, trestle
2,8 km, kontainer yard seluas 14 hektare, dan kedalaman
kolam pelabuhan -17 meter LWS. KTMT dilengkapi dengan
alat bongkar muat antara lain tiga unit Ship to Shore
(STS) Crane dan delapan unit Automated Rubber Tyred
Gantry (ARTG) Crane, serta alat angkut 21 terminal traktor.
Juga terdapat 22 tangki timbun yang mampu melayani
arus curah cair utamanya CPO hingga 1.000 ton per jam
dengan empat jaringan pipa yang dilengkapi dengan
delapan pompa.
Terminal KTMT juga memiliki konsep terminal ramah
lingkungan. Sebagian besar peralatan bongkar muatnya
menggunakan energi listrik. Seluruh operasional peti
kemas dan curah cair didukung dengan sistem TI yang
terintegrasi Terminal Operating System (TOS). Dengan
berbagai fasilitas tersebut, pelabuhan yang dikelola PT
A D V
Marketeers x Pelindo 1

Prima Multi Terminal, anak perusahaan Pelindo 1, memiliki


kapasitas through put peti kemas hingga 600.000 TEUs
dan tangki timbun CPO dan turunannya berkapasitas 1,2
juta metrik ton per tahun.
Aktivitas bongkar muat di KTMT terus mengalami
peningkatan. Hingga semester 1 tahun 2021, bongkar muat
petikemas melalui KTMT sebesar 29.652 Teus meningkat
sebesar 25,8 % dibanding semester I tahun 2020 sebesar
23.558 Teus dan bongkar muat curah cair semester I 2021
sebesar 317.315 ton, meningkat 74,5% dibanding periode
yang sama tahun 2020 sebesar 181.780 ton
“KTMT mencatat tren pertumbuhan yang positif artinya,
KTMT beroperasi dengan baik dan respon pasar pun positif
dengan keberadaan KTMT. Peningkatan level of service ini
akan terus dilakukan untuk memaksimalkan kinerja KTMT
dan Pelindo 1 ke depannya,” jelas Prasteyo, Direktur Utama
Pelindo 1.
Sedangkan Kuala Tanjung Industrial Zone (KTIZ) yang
dikembangkan di area seluas 3.400 Ha, memiliki potensi
segmen industri yang beragam, baik itu port associate
industry maupun non port associate industry. Misalnya,
aluminium, palm oil, iron & steel, rubber, petrochemical,
produk makanan, serta segmen industri lainnya.
Sebagai next Indonesia logistic and supply chain hub,
Kuala Tanjung PIE akan terus dikembangkan. Dengan
percepatan pengembangan Kuala Tanjung PIE dan
dukungan pemerintah, maka akan semakin banyak
calon mitra strategis dan investor yang tertarik untuk
berinvestasi.
“Hal tersebut tentunya akan mendukung akselerasi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia bagian barat,
A D V
Marketeers x Pelindo 1

khususnya di wilayah Sumatera Utara, serta akan


mendorong meningkatnya utilisasi dan aktivitas
kegiatan bongkar muat di KTMT. Kami Pelindo 1 akan
terus melakukan koordinasi dengan para stakeholder
dan mengajak para investor serta mitra strategis untuk
berperan aktif dalam Pengembangan Kuala Tanjung PIE,”
pungkas Prasteyo.
0 8

2 0 2 1 R O A D M A P

Prologue

Roadmap

Creativity

Innovation

Entrepreneurship

Compass
Semangat entrepreneurship
menjadi energi utama bagi
perusahaan bangkit kembali dari
keterpurukan akibat pandemi. Jeli
melihat peluang, berani mengambil
risiko, dan lincah berkolaborasi.
Ibarat petinju yang pernah jatuh
terpukul lawan, terkapar di atas
ring, namun dalam hitungan
singkat, ia bangkit kembali dan
melanjutkan permainan.

Leadership

Momentum

Update

Lifestyle
A D V
Marketeers x GDPS

Integrasi Teknologi, Kompetensi,


dan HSSE Bersama GDPS

PT Garuda Daya Pratama Sejahtera (GDPS) melakukan


transformasi dari perusahaan manpower supplier
menjadi business process outsourcing (BPO). Dalam
pengembangan ini, GDPS tidak hanya berfokus pada
aspek kompetensi sumber daya manusia, tetapi juga
mengintegrasikan teknologi dan Health Safety Security
and Environment (HSSE).
A D V
Marketeers x GDPS

Transformasi ini berhasil menunjukkan growth yang


signifikan terhadap pendapatan perusahaan, yaitu
sebesar 49% walau di tengah pandemi COVID-19. GDPS
memberikan value lebih kepada pelanggan dengan
inovasi BPO yang menawarkan solusi menyeluruh dengan
kualitas terbaik dan standar compliance yang tinggi.
GDPS fokus pada pengembangan kompetensi sumber
daya manusia melalui training specialized job function,
memberikan pembekalan dan sertifikasi, serta strategic
sourcing untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang siap memenuhi kebutuhan industri pelanggan
baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu,
GDPS juga menerapkan inovasi dan mengembangkan
teknologi-teknologi baru guna membentuk layanan yang
komperhensif dan terintegrasi kepada seluruh pelanggan
dan menjaditTop of mind perusahaan BPO.
Di tengah pandemi yang berdampak signifikan pada
industri aviasi yang menjadi target pasar utamanya,
GDPS termotivasi untuk bertahan dengan melakukan
langkah adaptif transformasi bisnis dengan tema “Beyond
Expectation”. Tema besar ini diimplementasikan kepada
pelanggan GDPS melalui berbagai produk dan layanan
yang dihadirkan. Sebagai bentuk adaptasi di era new
normal, GDPS mengembangkan fokus pada konsep
hygene melalui produk BeyondFresh dan BeyondClean.
BeyondFresh adalah layanan Indoor Air Engineering
yang kami buat sebagai solusi pencegahan transmisi
virus di ruangan kantor. BeyondClean adalah layanan
disinfektasi yang sistematis dan terintegrasi guna
meningkatkan rasa aman dan nyaman dalam beraktivitas.
Selain konsep hygene, GDPS juga menerapkan konsep
A D V
Marketeers x GDPS

green yang menaruh perhatian pada isu kerusakan


lingkungan. Konsep ini diimplementasikan melalui inovasi
power management system berbasis aplikasi mobile
bernama BeyondConnect, dimana pengguna dapat
melakukan monitoring penggunaan energi. Inovasi ini
diyakini dapat meningkatkan kepedulian pelanggan dan
mengubah kebiasaan penggunaan energi dengan bijak.
Produk lain yang menjadi implementasi tema “Beyond
Expectation” adalah BeyondSecure yang merupakan
layanan management keamanan yang terintegrasi
(integrated security management), BeyondTrusted yang
merupakan layanan Integrated Employee Handling
Solution (IEHS), BeyondSky sebagai layanan aviation
sulution, dan BeyondCare sebagai layanan concultacy
dan manpower support. Produk-produk ini merupakan
implementasi dari aspek Health Safety Security and
Environment (HSSE) yang menjadi salah satu dari 3 aspek
transformasi bisnis GDPS.
Inovasi-inovasi tersebut berhasil meningkatkan kinerja
keuangan GDPS di kuartal I tahun 2021, diantaranya
pertumbuhan sebesar 49% di tengah masa pandemi
covid-19. GDPS juga ekspansi pasar di luar Garuda
Indonesia Group. Sudah ada beragam industri yang
percaya menggunakan layanan GDPS, mulai dari
ecommerce, BUMN, institusi keuangan, manufacturer, dan
salah satu unicorn terbesar di Indonesia.
Implementasi inovasi dan teknologi pada produk
berhasil membawa perubahan dari penggunaan teknik
konvensional pada kegiatan operasional menjadi
berbasis cloud, aplikasi, dan sistem. Hal tersebut berhasil
meningkatkan efisiensi baik waktu maupun source, serta
A D V
Marketeers x GDPS

efektivitas untuk proses bisnis. Manfaat ini tidak hanya


dirasakan oleh internal GDPS, namun juga diaplikasikan
pada kebutuhan pelanggan.
GDPS terus melakukan pengembangan bisnis di tahun-
tahun mendatang. Tahun 2022, GDPS akan memasuki
industri 4.0 dengan tema “Service Enhancement” melalui
pengembangan Big Data untuk memberikan solusi
yang lebih efisien melalui penerapan Internet of Things
(IoT). Tahun 2023, GDPS akan memasuki tahap akhir
transformasi dengan tema “Trusted Solution-based BPO
Company” dan konsep Green and Hygene. GDPS tidak
hanya memberikan solusi yang efisien, namun juga
berfokus pada solusi yang dapat mengurangi emisi karbon
serta meningkatkan aspek kesehatan dan kenyamanan
pelanggan.
GDPS mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan
semenjak didirikan dan telah mendapatkan kepercayaan
dari banyak pihak. Dalam tiga tahun ke depan, GDPS
menargetkan untuk menyiapkan solusi yang lebih efisien
dan menciptakan inovasi teknologi yang menyesuaikan
kebutuhan masing-masing industri, tidak hanya di
pasar aviasi, tetapi juga customer di industri lain, seperti
industri layanan kesehatan (termasuk farmasi), energi dan
pertambangan, serta manufaktur.
Untuk mencapai hal tersebut, GDPS menyiapkan aksi
korporasi dengan meraih prestasi yang lebih tinggi
dari pencapaian yang telah diperoleh, melakukan
pengembangan produk yang berkelanjutan guna
menjawab permasalahan pasar dengan tetap
mempertahankan proyek yang ada secara cerdas dan
terfokus.
Learn More
0 8

2 0 2 1 C R E A T I V I T Y

SILVIA YOHANA PELAKU


BUILDING
BISNIS WAJIB
MEMORABLE
TIDAK ADA MENERAPKAN
BRAND
STOP BUTTON UNGPS
C R E A T I V I T Y

Silvia Yohana
General Manager of Active Cosmetic Division
L’Oreal Indonesia
Tidak Ada Stop Button
C R E A T I V I T Y

Pengalamannya di industri kecantikan tidak perlu


diragukan. Selama lebih dari 18 tahun, ia berkarier
di industri ini. Tentunya, beragam pengalaman dan
tantangan sudah ia hadapi dan tuntaskan.
Kini, Silvia Yohana memegang posisi General Manager
of Active Cosmetic Division L’Oreal dan memimpin
La Roche Posay Indonesia. Silvia bersama timnya
membawa misi mengubah pandangan masyarakat
mengenai kesehatan kulit.
L’Oreal bukanlah perusahaan tempat bekerja
pertamanya. Sebelumnya, Silvia bergabung dengan
P&G Indonesia sebagai Marketing Manager Anna Sui
Cosmetics & Prestige Fragrances. Mengabdi selama
lebih dari tiga tahun di sana, Silvia kemudian memulai
kariernya bersama L’Oreal Indonesia sebagai Brand
Manager Lancome. Lalu, disusul berbagai posisi
strategis lainnya untuk deretan merek unggulan
L’Oreal.
Siapa sangka perempuan yang merampungkan gelar
commerce di University of Auckland, Selandia Baru
tersebut memulai karier dan sederet pencapaiannya
dari usia yang sangat muda. Bersama Clara
Ermaningtiastuti dari Marketeers, Silvia menceritakan
langkah awalnya di industri kecantikan serta apa yang
menginspirasinya.

MY BEST
Ada dua hal yang selalu saya tekankan selama menjalani
karier. Pertama, passion. Saya harus memiliki semangat
dalam melaksanakan tugas. Sebab itu, saya selalu
memosisikan diri sebagai konsumen dan seller. Dengan
C R E A T I V I T Y

demikian, saya bisa mengetahui apa yang dibutuhkan


dan harus dikerjakan. Ini juga membuat pekerjaan yang
mungkin dilihat orang lain sebagai beban justru saya
lakukan dengan senang hati.
Kedua, saya selalu menantang diri sendiri. Misalnya,
membuat kampanye omni. Ketika sukses melakukan
kampanye offline, saya mencoba menghadirkan
kampanye yang immerse dengan online. Pada dasarnya,
saya ingin melakukan sesuatu yang bermakna. Jadi, ketika
mengerjakannya tidak terasa seperti tugas atau bagian
dari pekerjaan.
Ketika mengawali karier bersama L’Oreal, saya
dipercaya sebagai Brand Manager Lancome. Di posisi
ini, saya mendapatkan banyak pelajaran. Lancome
memang menjadi merek yang tepat untuk belajar karena
memiliki cross category mulai dari fragrance hingga
make up. Setelah cukup lama ditempa di posisi ini, saya
dipromosikan sebagai General Manager Luxe Division.
Menghabiskan lebih dari enam tahun di posisi tersebut,
saya merasa tidak hanya kembali belajar di sana. Juga
mendapatkan kepuasan karena banyaknya pencapaian
yang dicatatkan bersama tim yang solid. Kesuksesan yang
kami peroleh bukan semata-mata berkat kerja sendiri,
tetapi kerja sama tim secara keseluruhan.
Salah satu kepuasan yang saya dapatkan selama enam
tahun bersama Luxe Division adalah pertumbuhan
talenta-talenta di dalam tim itu. Saya banyak melihat
mereka yang sebelumnya hanya intern kemudian
menerima promosi. Ada pula yang terus berkembang dan
kini menjadi people’s leader.
L’Oreal tidak berhenti menantang saya untuk tumbuh
C R E A T I V I T Y

dan meninggalkan comfort zone. Dengan demikian, saya


bisa belajar lebih banyak lagi. Itulah yang saya dapatkan
ketika ditunjuk sebagai Category Director Make-Up untuk
Maybelline, L’Oreal Paris, dan NYX. Kemudian, Marketing
Director Garnier. Posisi-posisi tersebut membuat saya
tertantang membuat road map dan strategi baru.
Melihat ke belakang, industri kecantikan merupakan
dunia yang saya geluti sejak usia muda. Saya memulai
dari P&G ketika berusia 19 tahun. Sangat muda, ya?
Saya memang banyak mengikuti program akselerasi
pendidikan dari sekolah hingga universitas. Saya sampai
diragukan ketika interview pekerjaan pertama. Mungkin
cukup aneh bagi perusahaan menemukan pegawai
berusia 19 tahun.
Saya banyak belajar di awal karier. Yang paling
membanggakan adalah ketika kami mendapatkan brand
loyalty memuaskan. Hal ini terlihat dari hubungan baik
dengan para peritel. Di saat-saat seperti itulah, I can’t
believe I got paid for doing this. I feel like this is a dream
job and I’m living it.

QUOTES
“I can’t believe I got
paid for doing this. I feel
like this is a dream job
and I’m living it.”

MY WORST
Banyak asam garam yang saya dapat selama
menyelami dunia ritel. Tantangan terus hadir di tengah
perkembangan yang dinamis. Yang paling menantang
C R E A T I V I T Y

adalah industri ini tidak pernah tidur. Teknologi


memungkinkan konsumen menjangkau produk kami
kapan pun dan di mana pun selama 24 jam.
Tentu, akan berbeda treatment dengan gerai offline
yang memiliki jam operasional. Karena itu, kami harus
terus bersiap. Mulai dari shaping people terlebih dahulu,
memastikan mereka siap untuk menghadapi berbagai
ekspektasi pasar, dan mencapai target.
Kami tidak bisa maju begitu saja tanpa persiapan. Sebab,
ketika sudah menyusun rencana dan berusaha selama
bertahun-tahun saja, masih ada kemungkinan hasilnya
tidak sesuai dengan ekspektasi. Berbagai keputusan berat
pun harus diambil.
But I am a firm believer that you learn from your own
mistakes. Saya percaya ketika tim mengalami kesulitan
atau melakukan kesalahan, kita bisa belajar dari hal
tersebut. So, instead of being bitter, we should think how
to be better.
Di industri kecantikan, saya rasa apa yang harus
dilakukan adalah tetap agile. Karena, kompetisi yang ada
di industri ini sangat ketat. Selain memiliki produk yang
bagus dan kemasan cantik, merek harus memiliki makna.
Jujur saja ketika fokus di industri ini, saya merasa tidak
ada stop button. Bahkan, saat saya menghabiskan waktu
luang, misalnya menonton Netflix. Saya bisa terinspirasi
dari apa yang saya saksikan. Saya bisa mengambil contoh
dari upaya suatu merek melakukan product placement
di suatu film atau drama hingga berbagai make up look
yang bisa kami adaptasi di kampanye berikutnya.
I don’t have much struggle when it comes to on and
C R E A T I V I T Y

off button between work and life. Karena, saya yakin


hal tersebut berbeda bagi setiap orang. Sesuatu yang
seimbang untuk seorang individu mungkin tidak
seimbang ketika diterapkan pada orang lain, vice versa.
Selama berkarier kurang lebih 18 tahun, saya mempunyai
pegangan untuk tahu kapan saya harus berhenti atau
lanjut.

QUOTES
“But I am a firm believer that
you learn from your own
mistakes. Saya percaya ketika
tim mengalami kesulitan atau
melakukan kesalahan, kita
bisa belajar dari hal tersebut.
So, instead of being bitter, we
should think how to be better.“
C R E A T I V I T Y

Pelaku Bisnis Wajib Menerapkan


UNGPs

Kewajiban menghormati prinsip-prinsip Hak Asasi


Manusia (HAM) tidak hanya berlaku pada negara. Dunia
usaha juga wajib menerapkan prinsip-prinsip tersebut
di setiap proses bisnis.

Oleh Yaya Winarno Junardy


Ketua Senat, Indonesia Marketing Association (IMA)
President, Indonesia Global Compact Network (IGCN)
C R E A T I V I T Y

P
ada tahun 2011, Dewan Hak Asasi Manusia
mengesahkan Prinsip-Prinsip Panduan PBB
untuk Bisnis dan Hak Asasi Manusia (HAM)
atau United Nations Guiding Principle on
Business and Human Rights yang sering disebut secara
singkat UNGPs. Pembahasan tentang HAM ini sebetulnya
sudah dimulai sejak abad ke-15. Berlanjut sampai sekarang
dengan terbentuknya Dewan Hak Asasi Manusia PBB serta
berbagai forum internasional lain.
Dampak Perang Dunia ke-2 membuat negara-negara
sadar bahwa perang hanya akan membawa bencana bagi
manusia. Kolonialisme atau penjajahan adalah tindakan
yang bertentangan dengan nilai-nilai HAM.
PBB merupakan wadah kerja sama serta koordinasi
negara-negara, baik di bidang keamanan, ekonomi, politik,
hukum, kesehatan, pendidikan, sosial dan budaya, dan Hak
Asasi Manusia (HAM). HAM menjadi hak kodrati yang milik
manusia. HAM melekat pada diri manusia sejak dilahirkan,
bahkan ketika masih dalam kandungan, secara universal
tidak peduli terlahir dengan warna kulit putih, latar
belakang, agama, suku, ras, dan kewarganegaraan yang
berbeda-beda.
Lalu, apa hubungannya bisnis dan HAM? Apa latar
belakangnya sampai PBB mencetuskan UNGPs?
Sebagaimana dinyatakan dalam piagam PBB, salah
satu tujuannya adalah memajukan dan mendorong
penghormatan terhadap HAM dan kebebasan dasar bagi
semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin,
bahasa atau agama. Penghormatan ini tidak hanya oleh
negara, tetapi termasuk dunia bisnis.
Bisnis bertujuan mendapatkan keuntungan, bertumbuh,
C R E A T I V I T Y

dan memberikan manfaat kepada konsumen dan


masyarakat secara luas melalui produk dan layanan. Bisnis
menciptakan nilai bagi pemangku kepentingan, lapangan
kerja, dan kesejahteraan bagi karyawan. Selain itu, bisnis
merupakan pilar utama dalam pembangunan ekonomi
suatu negara.
Di sisi lain, bisnis juga memiliki dampak yang dapat
merugikan masyarakat maupun individu, seperti
penggusuran, proses produksi yang membahayakan
kesehatan, kerja paksa, pencemaran lingkungan dan
lainnya. Bisnis yang tumbuh begitu besar secara global
kadang mempunyai pengaruh yang melebihi negara. Kita
bisa menemukan banyak kasus, baik di Indonesia maupun
mancanegara, berbagai bentuk pelanggaran HAM oleh
pelaku bisnis.
Melihat pentingnya mengatasi isu tersebut, PBB
berinisiatif mengembangkan panduan yang dapat
menjadi standar bagi bisnis untuk melaksanakan kegiatan
dengan penghormatan akan prinsip-prinsip HAM. Prinsip-
Prinsip Panduan ini mencakup tiga pilar.
Pertama, kewajiban negara untuk melindungi HAM.
Pemerintah harus melindungi individu dari pelanggaran
HAM oleh pihak ketiga termasuk sektor bisnis. Kedua,
tanggung jawab perusahaan untuk menghormati HAM.
Perusahaan berupaya untuk menghindari, mengurangi,
atau mencegah dampak negatif dari operasional
bisnis, serta tidak melanggar HAM yang diakui secara
internasional. Ketiga, akses pemulihan bagi korban
pelanggaran yang terkait bisnis. Korban harus memiliki
akses untuk mendapatkan pemulihan yang efektif, baik
melalui mekanisme yudisial maupun nonyudisial.
C R E A T I V I T Y

Pelaksanaan UNGPs
Secara umum, banyak negara meluncurkan berbagai
kebijakan dan perangkat untuk penerapan UNGPs.
Beberapa negara merampungkan Rencana Aksi Nasional
(RAN), banyak negara juga dalam proses penyusunan. Ini
memberikan dampak yang positif serta harapan untuk
merealisasikan pemenuhan HAM secara menyeluruh dan
inklusif. Tentunya berbagai hambatan dan tantangan tetap
ada, namun tidak menyurutkan pergerakan multipihak
dalam mengarus-utamakan isu-isu bisnis dan HAM di
berbagai lini masyarakat.
Di tingkat global, UNGPs telah banyak mendorong
terjadinya kesepakatan bersama terkait pemenuhan dan
penghormatan HAM. Di antaranya, Bangladesh Accord
untuk memastikan lingkungan kerja yang aman dan
sehat di industri pakaian siap pakai. Lalu, Dutch Banking
Sector Agreement on Human Rights untuk memastikan
tanggung jawab perusahaan perbankan untuk
menghormati HAM.
Selain itu, ada berbagai pembuatan tolok ukur, antara
lain Know the Chain Benchmarks untuk mengidentifikasi
celah pemenuhan HAM di berbagai sektor industri.
Ada juga Corporate Human Rights Benchmark untuk
mengidentifikasi dampak negatif pelanggaran HAM di
lima sektor industri yang memiliki risiko tinggi, dan masih
banyak lagi berbagai inisiatif yang telah dikembangkan
dan diluncurkan.

Bagaimana dengan Indonesia?


Sebagai salah satu negara yang telah resmi mengadopsi
UNGPs, Indonesia cukup aktif dalam mengarus-utamakan
C R E A T I V I T Y

UNGPs. Pemerintah telah menetapkan Direktorat Jenderal


HAM, Kementerian Hukum dan HAM, sebagai focal point
dalam penerapan UNGPs di Indonesia. Tujuan utamanya
adalah membuat Rencana Aksi Nasional (RAN) penerapan
UNGPs serta menyamakan persepsi dan kebijakan terkait
UNGPs dalam kementerian serta lembaga lainnya.
Lalu, dibentuk juga Gugus Tugas Nasional (GTN)
Bisnis dan HAM yang ditetapkan oleh Menteri Hukum
dan HAM pada 5 April 2021. GTN ini memberikan ruang
kolaborasi yang lebih erat lagi antara pemerintah,
komunitas bisnis dan lembaga swadaya masyarakat dalam
mengarus-utamakan UNGPs. Saat ini, mulai digerakkan
pembentukan Gugus Tugas Daerah untuk mempercepat
diseminasi di tingkat daerah.
Selain itu, pemerintah juga pernah menerbitkan
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 35/
PERMEN-KP/2015 tanggal 8 Desember 2015 tentang
Sistem dan Sertifikasi HAM pada Usaha Perikanan.
Regulasi ini dibuat untuk mendorong keadilan dalam
pengelolaan perikanan, memberikan kepastian hukum
yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan serta
meminimalkan terjadinya tindak pelanggaran HAM. Ini
merupakan sebuah keberanian meskipun masih banyak
ganjalan dalam pelaksanaan lapangan sehingga proses
sertifikasi HAM belum optimal.
Indonesia Global Compact Network (IGCN) sejak
tahun 2014 hingga saat ini telah aktif dalam melakukan
diseminasi, khususnya melibatkan sektor bisnis terutama
anggota IGCN dengan berkolaborasi dengan EU, UNDP,
KADIN, ELSAM, dan lainnya. IGCN melibatkan lebih dari
1.000 peserta dari berbagai sektor industri, lembaga
C R E A T I V I T Y

swadaya masyarakat, institusi pendidikan dan pemerintah,


melalui seminar, dialog multipihak, lokakarya, dan
pelatihan. Tidak hanya di tingkat nasional, IGCN juga turut
aktif dalam proses dinamika perjalanan UNGPs di tingkat
regional dan global.
Di sisi lain, saat ini penerapan UNGPs masih bersifat
sukarela/non-binding. Namun dalam perjalanannya,
mulai memformulasikan International Legally Binding
Instrument di Open-Ended Intergovernmental Working
Group on TNCs and Other Business Enterprises with
Respect to Human Rights. Artinya, komitmen yang
tertuang di dalam UNGPs didorong menjadi sebuah
instrumen hukum mengikat.
Bermula pada tahun 2014, Ekuador dan Afrika Selatan
yang membentuk draft resolusi yang kemudian diadopsi
oleh Dewan HAM PBB di Jenewa, dan pembahasan
berlanjut hingga saat ini. Dinamika ini mengerucut pada
situasi pemenuhan HAM sebagai hal yang tidak bisa
ditawar lagi.
Pasar dan investor mulai ikut memantau aspek HAM
pada setiap produk & jasa yang ditawarkan. Dunia bisnis,
perlu melihat investasi untuk terwujudnya penerapan
UNGPs dalam perusahaan justru memberi manfaat untuk
perkembangan usaha berkelanjutan
Penerapan UNGPs secara ideal tentunya tidak mudah
dan membutuhkan waktu. Namun, sepuluh tahun
perjalanan UNGPs ini memberikan optimisme dan
modal yang baik untuk memperluas pihak yang terlibat,
khususnya di sektor bisnis.
Detail tentang UNGPs dalam Bahasa Indonesia dapat
dilihat melalui website, www.bisnisdanham.id. Selain
C R E A T I V I T Y

itu, dapat juga mencoba program aplikatif mandiri


yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal HAM,
Kementerian Hukum dan HAM melalui www.prismaham.id
C R E A T I V I T Y

Building Memorable Brand

Membangun brand awareness itu penting. Namun,


membangun merek bukan melulu soal awareness.
Agar diingat, merek harus bisa membangun sebuah
emotional moment dengan konsumen.

Oleh
Ignasius Untung
Praktisi Marketing & Behavioral Science
C R E A T I V I T Y

M
enjadi diingat itu sangat penting, baik
itu dalam dunia bisnis hingga kehidupan
sehari-hari, baik pribadi maupun
profesional. Ketika kita diingat, akan ada
lebih banyak peluang yang terbuka. Bagaimana mau
punya kesempatan kalau diingat saja tidak.
Meski demikian, diingat juga tidak menjamin kita
akan mendapat kesempatan. Tidak heran jika banyak
pelaku bisnis yang mengejar kesempatan untuk memiliki
exposure yang luas dan kemudian jadi diingat. Tidak heran
pula jika setiap kali kita membicarakan merek, kata yang
paling sering menyertai adalah awareness.
Kata awareness memang seolah-olah jadi “jodoh” merek
karena sebagian besar pembicaraan mengenai merek
selalu didominasi oleh perihal awareness. Dalam berbagai
kesempatan wawancara yang saya lakukan pada kandidat
yang melamar untuk bekerja dengan saya, respons
kandidat ketika ditanya mengenai upaya membangun
merek selalu dijawab dengan awareness. Lalu, tentang
menguasai kanal dan dikenal konsumen.
Awareness memang bisa membantu. Kita cenderung
memilih opsi yang familier ketika dihadapkan pada
beberapa opsi, mere exposure effect. Kita merasa
aman jika kita sadar terhadap sesuatu tentang apa pun
yang kita baru temui. Bahkan, ketika dihadapkan pada
pilihan merek yang sama-sama kita tidak sadar, pilihan
yang memberikan kita awareness pada level tertentu,
walaupun tidak secara langsung pada mereknya, akan
sangat membantu.
Misalnya, ketika kita tidak tahu tentang salah satu merek
yang ada di hadapan kita, namun mengetahui dari tenaga
C R E A T I V I T Y

penjual bahwa merek itu dibuat di kota tempat kita lahir.


Hal ini bisa membantu kita terdorong memilihnya. Persis
seperti ketika kita baru berkenalan dengan rekan bisnis
baru. Kita mencari tahu tentang apa pun yang bisa kita
gunakan untuk memiliki “sesuatu” untuk digunakan
sebagai acuan.
Mengetahui ia bersekolah di sekolah yang sama dengan
kita juga membantu. Bisa juga, mengetahui ia kenal
dengan sepupu jauh kita juga membantu. Mendadak
jarak antara kita dengan orang baru ini punah. Ini terjadi
karena kita ingin punya sense of assurance dari hal-hal
yang kita tahu. Hal-hal yang kita tahu tersebut, selain bisa
menjadi gambaran tentang bagaimana kualitasnya, kita
juga merasa aman karena ketika ia bertindak tidak sesuai
harapan, kita merasa bisa bertanya atau meminta bantuan
dari orang yang kita kenal.
Brand awareness juga memiliki peran sentral pada
bagaimana social pressure ambil bagian. Membeli merek
tidak terkenal dan ternyata kecewa akan menciptakan
rasa malu yang lebih besar. Membayangkan diejek dan
dicemooh orang-orang di sekitar kita akan kegagalan kita
memilih yang benar mendorong kita untuk tidak memilih
yang kurang terkenal. Belum lagi rasa malu dari kegagalan
akibat memilih barang yang kurang populer.
Sementara, merek yang memiliki awareness tinggi dan
populer memberikan kita ketenangan. Otak kita mulai
mengaitkan popularitas dengan berbagai hal positif yang
mungkin berhubungan. Misalnya, persepsi bahwa merek
populer tidak mungkin buruk kualitasnya karena jika
buruk, maka sudah pasti ia tidak akan populer, banyak
orang akan mencaci dan mencerca. Selain itu, memilih
C R E A T I V I T Y

merek yang lebih populer memberi kita rasa aman.


Kalau ternyata mengecewakan, kita tidak kecewa sendiri,
melainkan ramai-ramai dengan orang lain.
Sayangnya, membangun awareness tidak semudah itu
dan lebih jauh lagi membangun merek lebih dari sekadar
membangun awareness. Memang benar, awareness
bisa dibeli. Merek-merek yang memiliki kocek dalam
bisa memborong berbagai media, endorser, dan brand
ambassador untuk meningkatkan awareness-nya.
Harus diingat ini tidak secara otomatis membuat merek
kita diingat. Tidak sedikit iklan yang diingat ceritanya,
tapi tidak dengan mereknya. Tidak sedikit pula iklan yang
diingat artisnya, tapi lagi-lagi tidak diingat mereknya.
Bahkan, tidak sedikit iklan yang ceritanya diingat, artisnya
diingat, mereknya diingat, namun ketika kita sampai di
toko untuk membeli sesuatu, merek tersebut tidak terpikir
sama sekali.
Sulitnya membangun awareness juga banyak
mendorong sebagian pemasar masuk ke aktivitas merek
yang asal bikin sensasi. Mungkin mereka belajar dari
pengacara dan politisi yang berusaha keras untuk terkenal
dengan cara bikin sesuatu yang di luar kenormalan.
Mereka berpakaian ajaib, menangani kasus kontroversial,
mengomentari lawan politik dengan sebegitu pedasnya.
Dalam strategi marketing, ini dijiplak dengan membuat
iklan yang asal gonjreng, asal ramai, asal receh, asal
viral, dan asal witty. Sebab, satu-satunya yang mereka
percaya adalah menjadi diingat. Walaupun benar
bahwa melakukan sesuatu yang di luar kenormalan
akan membuat kita lebih dikenal, namun pada akhirnya
membangun merek adalah tentang membangun trust.
C R E A T I V I T Y

Kecuali memang segmen receh yang Anda sasar. Jadi,


sebaiknya membangun merek tidak dilakukan dengan
mengejar asal receh saja.
Bayangkan Anda sedang berada di sebuah supermarket
di mana Anda sedang memilih satu dari tiga buah
produk sejenis. Merek pertama cukup dikenal, namun
kemasannya, foto dalam kemasannya tampak begitu
buruk. Sementara, dua merek lainnya walaupun Anda
tidak pernah mendengarnya, tapi kemasan dan foto
dalam kemasannya tampil begitu apik. Dalam situasi ini,
brand awareness dan popularity bisa tidak mempan.
Karena, popularity hanyalah satu dari beberapa hal yang
digunakan konsumen untuk memperkirakan kualitasnya
dalam memilih barang. Tampilan kemasan, desain logo,
penggunaan foto, dan berbagai hal lain juga menjadi tidak
kalah penting agar orang bisa memilih.
Lalu, bagaimana merek bisa membangun ingatan
tanpa menghalalkan cara yang akan membawa merek
ke dalam imagery yang tidak sesuai dengan mereknya.
Untuk melakukan hal itu, kita perlu mengerti cara otak
menyimpan ingatan. Otak kita berbeda dengan hard disk
computer.
Hard disk computer menyimpan ingatan pada
piringannya di mana ada bagian spesifik dari hard disk
yang dialokasikan untuk menyimpan data tertentu.
Kerusakan pada bagian hard disk membuat data tidak
bisa diakses.
Sementara otak manusia tidak memiliki area khusus
untuk menyimpan ingatan. Ada beberapa area di dalam
otak kita yang digunakan untuk menyimpan ingatan.
Lebih spesifik lagi, jika hard disk computer memiliki
C R E A T I V I T Y

area spesifik untuk data spesifik, otak menggunakan


kombinasi dari beberapa bagian otak yang teraktivasi
bersama sebagai metode bagaimana otak menyimpan
ingatan. Otak bekerja seperti kode morse untuk
menyimpan ingatan. Kombinasi dari berbagai bagian
dalam otak yang berbeda yang akan dikenali sebagai
ingatan tersebut.
Jika hard disk computer rusak, bisa membuat
kehilangan akses ke data, pada otak manusia ingatan
bisa hilang jika ada bagian yang cedera di mana bagian
itu digunakan dalam kombinasi aktivasi ingatan tertentu.
Selain itu, ingatan dalam otak kita bisa melemah ketika
jarang diakses. Saat jalur kombinasi tersebut jarang
dipakai, sehingga “tertimpa” oleh kombinasi lain.
Sebab itu, cara membangun ingatan adalah dengan
membangun repetisi yang konsisten. Bukan hanya
repetisi, namun konsistensi dari apa yang diulang-ulang.
Otak juga menyimpan ingatan seperti mindmap, satu
informasi bisa terhubung dengan informasi lain. Maka dari
itu, ingatan tentang satu hal bisa di-trigger dari berbagai
macam hal. Misalnya, ketika kita ingat warna biru kita
bisa dengan mudah menghubungkannya dengan laut,
langit, bendera partai, jersey klub sepak bola tertentu dan
lain sebagainya. Dari satu perspektif hal ini memaksa kita
untuk berjuang untuk bisa “menguasai” hal-hal tertentu
yang relevan untuk merek kita ketimbang dikuasai oleh
hal lain. Misalnya, bagaimana membuat warna biru
menjadi identik dengan merek kita ketimbang merek lain
yang juga kebetulan menggunakan warna tersebut.
Kasus nyatanya terjadi pada warna hijau. Setidaknya,
ada tiga perusahaan digital besar menggunakannya,
C R E A T I V I T Y

Tokopedia, Gojek, dan Grab. Ini membuat daya instant


recognition yang bisa dilakukan oleh sebuah brand asset,
termasuk warna hijau ini jadi melemah karena orang bisa
mengartikannya sebagai salah satu dari tiga merek tadi.
Di sisi lain, hal ini memberi peluang bagi kita untuk bisa
membangun banyak brand asset dan brand property
yang pada akhirnya bisa menjadi trigger. Penggunaan
warna, shape, gaya desain, dan lain sebagainya ketika
dilakukan secara konsisten akan membangun daya recall
yang luar biasa untuk merek kita.
Kita juga tidak harus membangun trigger ini sendiri.
Banyak hal yang sudah memiliki asosiasi yang bisa kita
gunakan untuk membangun asosiasi yang sama pada
merek kita. Persis seperti warna putih diasosiasikan
dengan kesan bersih, biru dengan kesan daya pembersih
seperti pada banyak merek sabun dan detergen.
Sementara, warna merah dan kuning lebih dekat ke
makanan.
Warna-warna ini tidak hadir dengan asosiasi masing-
masing, namun ketika sebegitu konsisten digunakan
seolah-olah menjadi konsensus bersama. Mendompleng
asosiasi yang sudah jadi bisa menghemat waktu untuk
bisa membangun brand association kita. Hal ini yang
sudah dilakukan oleh Ferrari yang sudah memiliki warna
merah dan IKEA yang sudah memiliki warna biru kuning.
Hal yang sama juga bisa dilakukan pada shape, suka
tidak suka berbagai shape bisa memiliki asosiasi tertentu.
Shape yang curvy cenderung dipersepsikan lebih
bersahabat, merangkul dan mengayomi. Sementara,
shape tajam cenderung mempunyai persepsi tegas.
Nama orang juga bisa membangun persepsi tertentu.
C R E A T I V I T Y

Nama Bobby cenderung punya persepsi sebagai orang


yang lebih gemuk dibandingkan Kelik. Banyak hal yang
memang sudah memiliki asosiasi tertentu dan merek
bisa memanfaatkan hal ini untuk menegaskan asosiasi
yang ingin dibangun pada mereknya. Termasuk, dengan
menggunakan public figure dan endorser yang memiliki
asosiasi yang sejalan dengan apa yang ingin merek
bangun, bukan sekadar asal tenar.
Hal paling penting untuk dimengerti dan dimanfaatkan
untuk membangun brand memory adalah bahwa
otak manusia peka terhadap informasi yang memiliki
emotional flavour. Program dasar otak kita yang selalu
seek pleasure dan avoid pain membuat kita sebegitu
sensitif terhadap sesuatu yang menggugah emosi. Ini
karena pleasure dan pain selalu memengaruhi emosi.
Menariknya, yang diingat oleh merek bukan hanya
momen emosional, tapi juga gejalanya, sosoknya,
tempatnya, dan occasion-nya. Gejala dari emotional
moment bisa terlihat ketika seseorang di sekitar kita
mulai berbicara dengan nada meninggi. Hal-hal ini
ditandai otak untuk diingat supaya bisa dihindari atau
diantisipasi. Sosok-sosok tertentu yang selalu membawa
kebahagiaan atau kesedihan juga lebih diingat. Ini bukan
hanya sosok manusia, tapi juga termasuk perusahaan
dan merek. Sementara tempat-tempat tertentu yang
memiliki emotional flavour lebih diingat, misalnya rumah
sakit, ruang bersalin, ruang rapat, tempat kencan, dan lain
sebagainya.
Berbagai hal-hal yang bisa memicu emosi manusia
bisa dimanfaatkan merek untuk membangun ingatan
terhadap merek kita. Tapi, bukan hanya pada hal-hal yang
C R E A T I V I T Y

sudah berasosiasi dengan emotional flavour tadi, bahkan


merek juga bisa menciptakan emotional moment-nya
sendiri dengan konsumen sehingga lebih diingat.
0 8

2 0 2 1 I N N O V A T I O N

PELUANG
TINGKATKAN
PARIWISATA
KUALITAS
SELAMA
PENDIDIKAN
PANDEMI
I N N O V A T I O N

Peluang Pariwisata Selama


Pandemi

Industri pariwisata perlahan mulai bangkit pada


tahun 2021. Salah satu pendorongnya adalah program
vaksinasi yang terus bergulir. Meski begitu, protokol
kesehatan masih harus diterapkan.

Oleh
David Soong
CEO & Co Founder of SweetEscape
I N N O V A T I O N

B
erbagai negara sudah memulai program
vaksinasi untuk meningkatkan imunitas
warganya. Tentunya, vaksin memberikan
harapan besar bagi industri travel dan
pariwisata pada tahun ini. Namun, setelah mendapat
vaksin bukan berarti orang bisa bebas melakukan apa
saja. Destinasi pariwisata masih menerapkan berbagai
protokol kesehatan yang harus ditaati seperti menjaga
jarak, mengenakan masker, hingga menunjukkan hasil tes
nonreaktif COVID 19 sebagai syarat perjalanan.
Potensi industri pariwisata di seluruh dunia perlahan
mulai meningkat. Kepercayaan publik untuk kembali
berwisata sangat tergantung pada kesiapan para pelaku
industri pariwisata dalam menerapkan protokol kesehatan.
Tidak diragukan lagi industri travel dan pariwisata sedang
mengalami seismic shift. Itulah mengapa sangat penting
bagi para pelaku industri untuk segera beradaptasi dengan
perubahan selama pandemi. Pendapatan dari model
bisnis pariwisata mungkin tidak akan segera pulih seperti
era sebelum pandemi. Tetapi, bagi mereka yang dapat
beradaptasi dengan cepat, peluang dan kesempatan
sangat besar.
Semakin banyak negara yang perlahan membuka
perbatasan untuk pariwisata internasional. Berikut
beberapa tren global yang berpotensi untuk menjadi
peluang bagi industri travel di tahun 2021.

Destinasi Domestik Jadi Primadona


Menurut survei Booking.com tentang masa depan
industri travel, kunjungan ke destinasi domestik akan
sangat diminati pada tahun 2021. Secara global, termasuk
I N N O V A T I O N

negara di Asia Pasifik, sebesar 43% masyarakat berencana


untuk mengunjungi destinasi baru dalam negeri dan
46% berencana mengambil waktu untuk mengapresiasi
keindahan alam di negara mereka.
Menurut data dari pengguna SweetEscape selama
tiga tahun terakhir, Bali menjadi destinasi tujuan paling
favorit untuk photoshoot domestik di Indonesia baik dari
wisatawan lokal maupun mancanegara. Pada tahun 2020,
terlihat peningkatan pemesanan sesi foto pada destinasi
domestik, seperti Bandung, Yogyakarta, dan Makati
(Filipina). Meningkatnya popularitas destinasi domestik
juga terlihat pada tahun 2021. Diprediksi, pilihan pada
destinasi-destinasi, seperti di kota Bandung, Yogyakarta,
Surabaya dan Boracay di Filipina akan berlanjut.

Reuni Keluarga Jadi Alasan Utama


Momen bersama keluarga akan terus menjadi yang
paling penting untuk dirayakan pada tahun 2021.
Berdasarkan survei oleh Wyndham Destinations, 75%
responden menjawab bahwa mereka berencana untuk
reuni keluarga pada tahun 2021. Sementara, survei
American Express Travel menyebutkan, 71% orang telah
merencanakan bepergian untuk bertemu mereka yang
dirindukan, setelah tertunda bertemu selama pandemi.
Pada tahun 2020, momen bersama keluarga menjadi
momen yang populer untuk diabadikan oleh fotografer
SweetEscape. Terlihat dari data sesi foto SweetEscape,
terjadi peningkatan 28% dari sebelum pandemi. Kenaikan
ini masih berlanjut pada tahun ini. Meningkat sebesar
49,58% dari semua momen photoshoot lain karena
pandemi telah meningkatkan kesadaran bahwa momen
I N N O V A T I O N

bersama orang tersayang menjadi sangat penting untuk


dikenang.

Staycation = Liburan Singkat Melepas Penat


Pandemi telah membuat tempat kerja dan sekolah
menerapkan kebijakan work from home dan school from
home. Namun ini juga menyebabkan semakin besarnya
animo masyarakat untuk berlibur demi rehat sejenak dan
mencari perubahan suasana. Berdasarkan survei Booking.
com, 51% masyarakat berencana untuk berlibur santai demi
melepas tekanan dan 42% memilih tempat penginapan
sebagai tujuan utama.
Keinginan berlibur dengan staycation juga terlihat
melalui data lokasi photoshoot dari pengguna
SweetEscape pada tahun 2021. Berdasarkan data
pengguna SweetEscape, hotel dan resor menjadi pilihan
paling populer untuk mengabadikan momen pada tahun
2021. Naik hingga 46,59% dibandingkan lokasi lain pada
tahun sebelumnya.

Persepsi Liburan Mewah Berubah


Pandemi juga telah mengubah pandangan masyarakat
terhadap apa yang dianggap sebagai travel mewah.
Menurut laporan American Express tentang 2021 Global
Travel Trends, kemewahan yang paling diinginkan
responden global adalah pengalaman yang lebih personal
(82%), standar kebersihan yang tinggi (81%), dan privasi
(79%). Sekitar 80% dari mereka juga menunjukkan
keinginan untuk pergi travel saat off-season demi
menghindari kerumunan.
I N N O V A T I O N

Optimisme Tahun 2021


Protokol kesehatan menjadi faktor utama untuk
bepergian, mulai dari menentukan destinasi, transportasi,
dan juga akomodasi. Secara perlahan keinginan
masyarakat akan liburan aman dan nyaman mulai
meningkat pada tahun 2021.
Studi yang dibuat oleh Expedia Group menunjukkan
satu dari dua wisatawan optimistis bisa traveling dalam 12
bulan, sementara setengahnya membutuhkan jaminan
lebih lanjut. Menurut demografi umur, generasi muda,
khususnya Gen Z memiliki pandangan paling positif (65%).
Pertumbuhan industri travel secara global di masa
pandemi tahun 2021 diprediksi akan tumbuh perlahan
sejalan dengan distribusi vaksin yang menyeluruh. Ini
saatnya untuk memfokuskan kembali pada keinginan
dan keamanan wisatawan dengan harapan dapat
menjadi pertumbuhan baru industri pariwisata. Sambil
merencanakan liburan yang aman dan nyaman, jangan
lupa menerapkan protokol kesehatan dan buat momen-
momen indah dengan orang tersayang.

QUOTES
“Pertumbuhan industri travel secara global di
masa pandemi tahun 2021 diprediksi akan tumbuh
perlahan sejalan dengan distribusi vaksin yang
menyeluruh.”

David Soong
CEO & Co Founder of SweetEscape
I N N O V A T I O N

CoLearn
Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang


pendidikan. Kondisi ini didorong oleh hadirnya
kemajuan teknologi yang melahirkan industri
education technology (edtech).

Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz, Clara Ermaningtiastuti

P
erkembangan dunia education technology
(edtech) di Indonesia begitu pesat beberapa
tahun terakhir. Saat ini, semakin banyak
startup edtech asal Indonesia yang menjadi
incaran para investor, baik lokal maupun luar Indonesia.
I N N O V A T I O N

Salah satu startup edtech yang sedang mencuri


perhatian adalah CoLearn. Startup yang berbasis di
Jakarta ini, pada kuartal satu tahun 2021 mendapatkan
pendanaan seri A sebesar US$ 10 juta atau sekitar
Rp 143 miliar dari Alpha Wave Incubation (AWI) dan
investor edtech asal Amerika Serikat GSV Ventures.
Investor terdahulu dari startup ini seperti Surge Sequoia
Capital India dan AC Ventures juga kembali berpartisipasi
dalam seri ini.
Putaran pendanaan terbaru ini membuat CoLearn
disebut sebagai salah satu edtech startup yang paling
banyak mendapat pendanaan di Indonesia. Waktu
pendanaan kali ini hanya berjarak kurang dari enam bulan
sejak pendanaan sebelumnya. Investor lain yang turut
mendanai CoLearn, antara lain Leo Capital, TNB Aura, S7V,
January Capital, Alpha JWC, Taurus Ventures, Alter Global,
dan Mahanusa Capital.
CoLearn meluncurkan aplikasi pada Agustus 2020, ketika
pandemi COVID-19 sedang pada puncaknya. Sebelumnya
pada tahun 2018, CoLearn memberikan layanan offline,
yang sempat berkembang dengan layanan omni. Lalu,
barulah benar-benar shifting ke solusi online.
Sebagai solusi belajar dan mengerjakan pekerjaan
rumah (PR), CoLearn dengan cepat menjangkau empat
juta murid di 34 provinsi di Indonesia. CoLearn juga
tercatat mendapatkan lebih dari lima juta pertanyaan per
bulan. Semua pertanyaan tersebut terjawab dengan fitur
Tanya yang merupakan teknologi artificial intelligence (AI)
buatan CoLearn.
Dalam sebuah survei, sebanyak 80% murid melihat
peningkatan nilai setelah menggunakan CoLearn.
I N N O V A T I O N

Tidak hanya membantu murid Indonesia mengerjakan


PR dengan cepat, CoLearn memastikan para murid
mendapatkan bantuan kualitas terbaik. Video solusi yang
tersedia dibuat oleh tutor-tutor terbaik di Indonesia dan
berisikan langkah-langkah detail serta pembahasan
mendalam.
Hal ini dinilai efektif membantu murid menghilangkan
kecemasan dan rasa takut mereka terhadap mata
pelajaran sulit, seperti matematika. Para murid juga
didorong untuk memperdalam pemahaman mereka
dengan menghadiri kelas live online yang dibawakan
secara interaktif oleh Guru Juara.
Kelas live dirancang sebagai lingkungan belajar yang
positif bagi para murid. Lingkungan belajar juga dikemas
untuk menumbuhkan kepercayaan diri murid dalam
menghadapi mata pelajaran yang sulit. Murid diajak
memahami konsep-konsep yang kompleks melalui cara
yang menarik dan mudah dimengerti.
Mengenai kelas ini, Co-Founder dan CEO CoLearn
Abhay Saboo menjelaskan dunia edtech berkembang
dengan tiga hal. Pertama, recorded content. Konten-
konten seperti ini dihadirkan oleh perusahaan yang lahir
pada sekitar tahun 2010 sampai 2015 yang kala itu masih
didukung jaringan 2G dan 3G.
Kedua, live content. Dengan dukungan jaringan
seperti 4G dan tumbuhnya penggunaan Wi-Fi. Abhay
meyakini konten inilah yang dibutuhkan para murid
untuk pembelajaran mereka. Ketiga, yaitu layanan
menggunakan AI yang memungkinkan para murid
mendapatkan jawaban dari soal yang dibutuhkan kapan
pun dan di mana pun.
I N N O V A T I O N

Indonesia memiliki ekosistem pendidikan terbesar


keempat di dunia dengan 50 juta murid, tiga juta guru,
dan sekitar 500.000 sekolah. Tapi, selama beberapa
dekade kualitas pendidikan di Indonesia tetap jauh di
bawah potensi yang sebenarnya. “Semangat memotivasi
murid dan memastikan mereka bisa sukses di dunia yang
kian global menjadi penggerak kami di CoLearn,” jelas
Abhay.
Bagi investor seperti AWI dan GSV Ventures, CoLearn
menandai awal investasi dan sebuah taruhan jangka
panjang di negara terpadat keempat di dunia ini. AWI
merupakan perusahaan venture capital senilai US$ 300
juta yang didukung oleh DisruptAD dan dikelola oleh
Falcon Edge Capital, perusahaan pendanaan dunia
bernilai US$ 5 miliar.
Sementara GSV Ventures, salah satu investor lainnya di
CoLearn, merupakan perusahaan venture capital yang
berbasis di Amerika Serikat yang menyuntikkan dana di
bidang teknologi pendidikan. CoLearn menjadi investasi
GSV yang pertama di Indonesia. “GSV sangat senang
dalam mendukung inisiatif kuat dari para pendiri CoLearn
yang tengah berusaha untuk menghadirkan pengajaran
berkualitas tinggi untuk murid-murid Indonesia dalam
skala besar,” ungkap Deborah Quazzo, Managing Partner
GSV Ventures.
Menurutnya, peluang untuk membangun solusi belajar
yang sukses untuk negara keempat terbesar di dunia
sangat besar. Bisnis-bisnis yang terbaik tercipta ketika
para pengusaha mengambil masalah yang besar dan
penting, lalu menyelesaikannya. CoLearn dinilai sedang
melakukan hal itu.
I N N O V A T I O N

CoLearn dalam misinya dapat mendobrak pasar


pendidikan di Indonesia. Permintaan akan bimbingan
belajar berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif
sangat besar di Indonesia sebagai pasar terbesar di dunia.
“Kami yakin tim CoLearn yang luar biasa akan berhasil
menerapkan pedoman belajar online yang telah kami lihat
di negara-negara lain. Hal ini bisa mendorong CoLearn
mendominasi pangsa pasar di Indonesia,” jelas Anirudh
Singh, Managing Director Alpha Wave Incubation.
CoLearn berencana menggunakan pendanaan ini untuk
mengembangkan produk, teknologi, dan berinvestasi
dalam aktivitas pemasaran. Peningkatan kualitas
pendidikan menjadi perhatian besar CoLearn. Untuk
mencapai misi tersebut, perusahaan akan memusatkan
perhatian mereka ke program pelatihan guru.
Dalam dua tahun ke depan, CoLearn berharap dapat
melatih 200 guru untuk melengkapi pembelajaran murid
di sekolah, terutama dalam bidang sains, teknologi,
teknik, dan matematika (STEM). “CoLearn punya misi
membawa Indonesia naik dari 10% terbawah menuju 50%
teratas pada peringkat PISA dalam lima tahun ke depan,”
pungkas Abhay.

Satukan Mindset
Abhay menilai, sejak dulu Indonesia selalu tertinggal
dari negara-negara tetangga di wilayah Asia dalam bidang
investasi dan inovasi pendidikan. Sebelum pandemi
COVID-19, murid di Indonesia tidak memiliki banyak opsi
bimbingan belajar.
Hal ini terjadi karena tidak banyak pilihan bimbel online
tersedia di Indonesia. Namun, dengan peningkatan akses
I N N O V A T I O N

internet dan smartphone, ditambah lagi penutupan


sekolah-sekolah karena pandemi, solusi berbasis teknologi
pendidikan dengan cepat diterima oleh masyarakat.
“Banyak orang Indonesia yang belum menyadari
pendidikan manjadi sarana memperbaiki kekuatan
ekonomi negara. Orangtua belum menyambungkan
kedua titik itu. Sekarang, perlahan-lahan sudah ada
perubahan. Misi kami adalah mempercepat perubahan
itu dengan meningkatkan kualitas pendidikan,” tambah
Abhay.
Dengan layanan yang mereka hadirkan, CoLearn ingin
meningkatkan kesadaran para orangtua bahwa mereka
bisa menghemat waktu dan uang untuk membantu
kualitas belajar anak. Selain itu, mereka juga harus
memahami bahwa penting bagi murid untuk bisa
menguasai konsep dari mata pelajaran STEM yang
biasanya tidak diminati bahkan ditakuti.
Mempelajari mata pelajaran yang dikenal menakutkan
di antara para murid ini bisa menjadi pondasi mereka
untuk menghadapi dunia luar. Dengan mempelajari
matematika misalnya, anak tidak hanya dituntut untuk
mendapatkan jawaban dari soal saja. Tetapi, ini melatih
mereka untuk menjadi seorang problem solver. Ketika
mereka berhasil menguasainya, mereka bisa menjadi lebih
percaya diri.
“Jangan jadikan impian anak-anak itu hanya masuk
perguruan tinggi negeri. Karena, di dunia yang serba
online ini, mereka harus memperkuat pondasi mereka.
Pendidikan harus dilihat sebagai investasi jangka
panjang,” tegas Abhay.
Mengubah mindset orangtua kini menjadi tantangan
I N N O V A T I O N

lain yang harus segera diatasi. Sebab, para murid


ini cenderung mengikuti apa yang diarahkan oleh
orangtuanya. Ketika orangtua tidak memandang
pentingnya edukasi untuk investasi jangka panjang bagi si
anak, maka anak juga tidak akan mementingkannya.
Selain itu, yang perlu diluruskan adalah tidak semua
mata pelajaran harus dianggap sama porsinya. Terlebih
lagi, di kehidupan profesional yang nantinya akan
didominasi teknologi. Mata pelajaran STEM seperti
matematika dan science serta komunikasi berbahasa
asing menjadi bekal yang sangat penting.
“Tantangan anak-anak sekarang ada pada saat mereka
masuk ke dunia profesional. Tantangan yang mereka
hadapi akan lebih sulit dari generasi sebelumnya. Mereka
harus menghadapi persaingan dengan talenta dari negara
lain bahkan bersaing dengan teknologi. Sebab itu, mereka
harus bersiap sedini mungkin,” ujar Abhay.

QUOTES
“Semangat memotivasi murid dan memastikan
mereka bisa sukses di dunia yang kian global
menjadi penggerak kami di CoLearn.”

Abhay Saboo
Co-Founder dan CEO CoLearn
Semarak
Nusantara

Host
Bianca
Astira

Guest Guest Guest Guest Guest


Yenny Wahid GKR Hayu Komarudin Susi Susanti Adji Watono
Hidayat

2 Agustus 2021 9 Agustus 2021 16 Agustus 2021 23 Agustus 2021 30 Agustus 2021

Hanya di

Subscribe
0 8

2 0 2 1 E N T R E P R E N E U R S H I P

KEMERDEKAAN
BERKAT
WOMEN-
PENGALAMAN
PRENEUR
PERSONAL
INDONESIA
E N T R E P R E N E U R S H I P

Peek.Me Naturals
Berkat Pengalaman Personal

Sebagian pelaku usaha memulai bisnis karena


mendapat inspirasi dari pengalaman pribadi. Inilah
yang terjadi pada Peek.Me Naturals. Bagaimana
kisahnya?

Oleh Bianca Astira

P
ada umumnya, seseorang yang menderita
asma akan diberi inhaler yang berguna
membantu pernapasan apabila sedang
kambuh. Namun, kebanyakan inhaler
menggunakan bahan dasar yang mengandung steroid
yang tidak baik untuk perkembangan dan dapat
mengakibatkan ketergantungan. 
E N T R E P R E N E U R S H I P

Arlin Chondro, Founder Peek.Me Naturals berhasil


menemukan aroma terapi dengan menggunakan
essentials oil sebagai alternatif yang cocok dalam
membantu mengatasi asma anak pertamanya. Hal ini
menginspirasi Arlin bersama adiknya membangun bisnis
Peek.Me Naturals pada tahun 2016.
Melalui Peek.Me Naturals, ia ingin membagikan
resep alami ke para ibu saat menghadapi pengalaman
gangguan pernapasan yang menimpa anggota
keluarganya. Peek.Me Naturals menyasar kalangan Ibu
sebagai target pasar. “Ibu merupakan sosok yang paling
penting dalam membangun pola hidup dan pola pikir
calon penerus bangsa,” kata Arlin.
Meskipun tidak berlatar belakang di bidang kesehatan,
Arlin antusias mengampanyekan meningkatkan
pemanfaatan bahan alami untuk kesehatan. Ia mengambil
program sertifikasi dari Aromahead Institute di California
dalam aromaterapi klinis sebagai landasan dasar untuk
formulasi pada setiap produk. 
DI Indonesia, untuk membangun usaha bidang
kesehatan ada berbagai persyaratan, tidak cukup dengan
sertifikasi. “Formulasi produk tetap saya tangani sendiri
karena ahli farmasi berbeda ranah dengan aromaterapi,”
ujar Arlin.
Selain itu, Peek.Me Natural merambah ke produk-
produk perawatan kulit. Sebut saja minyak eksim untuk
mengatasi kondisi alergi pada kulit yang dikenal dengan
sebutan dermatitis atopik. Lalu, semprotan untuk
melindungi dari gigitan nyamuk dan serangga. Ada juga
salep varises untuk melancarkan peredaran darah serta
memperbaiki struktur pembuluh darah.
E N T R E P R E N E U R S H I P

Menariknya, produk-produk yang ditawarkan juga


mengusung nama-nama unik. Di antaranya, Dreamland
Ticket dan Goodnight Sleepyhead untuk produk yang
membantu permasalahan insomnia. Mengenai harga,
produk Peek.Me Natural cukup terjangkau, mulai dari Rp
45.000 hingga Rp 635.000.
Selama lima tahun beroperasi, Peek.Me Naturals
menghadapi berbagai tantangan. Pada tahun pertama,
tantangannya terkait literasi masyarakat terkait produk
berbahan alami. Mereka masih memandang produk
ini mahal. Sebab itu, ia mulai mengedukasi masyarakat
melalui pamflet dan brosur yang berisi informasi tentang
keunggulan dan manfaat bahan dasar dari setiap produk.
“Seiring waktu, ikut aktivitas pameran offline dan online
ternyata cukup membantu meningkatkan kesadaran
masyarakat. Manfaat bahan alami sebagai obat ini bersifat
preventif dan bukan sekadar menyembuhkan,” katanya.
Indonesia memiliki berbagai bahan alami yang bisa
digunakan. Sehingga potensi pada industri ini lebih
tampak menjanjikan. Saat ini, Produk Peek.Me Naturals
terbagi dalam dua kategori, yaitu obat tradisional dan
perawatan natural.

Strategi di Masa Pandemi


Pandemi COVID-19 menjadi berkat sekaligus ancaman.
Banyak masyarakat Indonesia terpapar virus ini yang salah
satu gejalanya hilangnya indera penciuman. Peek.Me
Naturals merilis produk baru yang berguna untuk anosmia
atau sebagai pelatihan indera penciuman. Melihat
kebutuhan saat ini, produk yang akan ditawarkan adalah
satu set inhaler khusus untuk pelatihan afeksi.
E N T R E P R E N E U R S H I P

Dengan memanfaatkan perubahan perilaku masyarakat


yang serba digital, Peek. Me Naturals juga merambah
kanal online. Total jenis produknya sekitar 41 jenis.
Selain itu, Peek.Me Naturals juga melakukan kolaborasi
dengan berbagai pihak. Selaras dengan tujuan Peek.Me
Naturals dalam meningkatkan kesadaran kesehatan yang
preventif dan holistik bagi masyarakat Indonesia yang
merata, tidak akan terwujud apabila dilakukan sendiri.
“Kami selalu mencari rekan, terutama merek lokal atau
figur masyarakat lokal untuk menciptakan kolaborasi, baik
dari segi edukasi maupun pembuatan produk,” ungkap
Arlin.
Dalam waktu dekat ini produk yang akan hadir
berkolaborasi dengan salah satu merek lokal. Produk
ini gluten free yang terdiri dari cemilan laktasi, produk
perawatan ibu dan bayi khusus untuk para ibu yang baru
melahirkan. “Tidak hanya itu, dalam tiga hingga empat
bulan ke depan, kami akan membuat paket khusus
dengan mengangkat tema kesehatan mental yang akan
melibatkan salah satu sekolah luar biasa di Jakarta,”
pungkasnya. 

QUOTES

“Seiring waktu, ikut aktivitas pameran offline dan


online ternyata cukup membantu meningkatkan
kesadaran masyarakat. Manfaat bahan alami
sebagai obat ini bersifat preventif dan bukan
sekadar menyembuhkan.”

Arlin Chondro
Founder Peek.Me Natural
E N T R E P R E N E U R S H I P

Indonesia Council for Small Business


Kemerdekaan Womenpreneur
Indonesia

Peran penting perempuan dalam perekonomian


sudah tidak terbantahkan. Indonesia punya potensi
untuk meningkatkan jumlah perempuan pengusaha.
Mengingat, kesempatan perempuan menjadi
pengusaha sangat terbuka lebar di negara ini.

Oleh
Diah Yusuf
Sekjen Indonesia Council for Small Business

I
nternational Council for Small Business (ICSB)
Global yang berpusat di Washington DC, Amerika
Serikat menyebutkan womenpreneur sebagai
sebuah evolusi di dunia kewirausahaan atau The
Evolution of Womenpreneurs menjadi tren nomor
satu. Womenpreneur merupakan sebuah istilah
penggabungan dari dua kata, yakni women (perempuan)
dan entrepreneur (wirausaha) yang berarti perempuan
wirausaha atau pengusaha perempuan.
Perempuan secara konsisten menghadapi
tantangan dengan pemikiran kreatif dan cepat serta
memprioritaskan solusi berbasis komunitas yang
E N T R E P R E N E U R S H I P

berkelanjutan untuk berbagai masalah. Hal ini merupakan


nilai dan pengalaman yang menjadi fokus kita saat ini.
Peran positif perempuan sebagai profesional di dunia
bisnis sudah terbukti. Perusahaan yang mempekerjakan
dan mempromosikan eksekutif perempuan secara
konsisten meningkatkan laba antara 15% dan 69% (Kathy
Frey, WE Conference, 2020). Sederhananya, perempuan
menjadi salah satu ekonomi dengan pertumbuhan teratas
dalam ekosistem yang mencari peluang pertumbuhan
baru.
Sebagian besar perempuan yang menjadi karyawan di
suatu bisnis kecil telah berhasil menciptakan ekosistem
yang kuat, inovatif, dan penting. Ada latar belakang yang
memungkinkan perempuan bisa mengubah dunia bisnis
secara positif. Sebagian besar perempuan juga merangkap
posisi sebagai manajer rumah tangga. Sebuah tugas yang
jauh lebih rumit dari pada kebanyakan posisi manajemen
bisnis. Hal ini membuat mereka memiliki pengalaman
dalam berinvestasi secara hemat untuk memaksimalkan
layanan dalam menghadapi tekanan ekonomi.
Sebagai komunitas, kita harus membantu para
pebisnis perempuan untuk mulai mendobrak hambatan
yang terus menahan dari potensi maksimal mereka.
Perempuan adalah inti dari penciptaan pola perubahan
yang berkelanjutan dan berfokus pada kewirausahaan
yang manusiawi.
Kemampuan perempuan tumbuh setiap tahun di
seluruh dunia. Tingkat kelangsungan hidup perusahaan
yang didirikan dan dikelola oleh perempuan lebih tinggi
dari pada perusahaan yang didirikan oleh pria. Namun,
ketika berbicara tentang kewirausahaan yang diutamakan
E N T R E P R E N E U R S H I P

sebagai contoh adalah laki-laki. Hal ini karena masih


kurangnya panutan perempuan dalam berwirausaha.
Diperlukan banyak kesempatan dan platform untuk
menampilkan kisah nyata pengusaha perempuan.
Sehingga, memungkinkan pembelajaran untuk dibagikan
dan diskusi untuk mendukung pemahaman yang lebih
baik tentang hambatan yang bisa diatasi oleh para
perempuan ini. Selain itu, dibutuhkan juga edukasi
tentang konsep-konsep kewirausahaan perempuan
dalam industri tertentu serta faktor-faktor sosial lainnya.
Termasuk, bagaimana para pengusaha wanita bisa
bertahan dan berkembang selama masa pandemi.
Sebagai perempuan wirausaha mereka memiliki
keberanian, stamina untuk berhasil, dan keyakinan
pada apa yang mereka lakukan. Tapi, ini membutuhkan
langkah lain dan tantangan lain pada beban perempuan.
Perempuan memainkan beberapa peran, sebagai seorang
ibu, seorang istri, dan juga pekerja. Hal yang sangat
menantang, tetapi juga layak di perjuangkan.
Salah satu cara agar perempuan terus berjuang
adalah adanya panutan nyata yang menunjukkan
resep bagaimana sukses. Bagaimana memasuki dunia
wirausaha dengan tetap menjalankan peran alaminya.
Kesetaraan bukan berarti menilai perempuan dari segi
laki-laki. Kita perlu menghargai perempuan dari segi
perempuan karena mereka punya peran dan tanggung
jawab lain.
Perempuan sama dengan pertumbuhan. Hal ini
disampaikan oleh Satu Kahkonen, Country Director World
Bank untuk Indonesia dan Papua dalam wawancara di
sebuah stasiun televisi. Menurutnya, di Indonesia masih
E N T R E P R E N E U R S H I P

banyak potensi perempuan yang belum dimanfaatkan.


Saat ini, hanya separuh dari perempuan usia produktif
yang bekerja maupun memiliki usaha, dibandingkan
dengan 82% pria dengan usia produktif. Menurut analisis
World Bank, apabila Indonesia bisa menaikkan tingkat
partisipasi perempuan sebesar 25% saja dalam 4 tahun ke
depan, maka GDP akan naik signifikan sebesar 3%.
Bagi perempuan dengan multiperan, hal yang
paling menantang adalah tentang time management.
Bagaimana menciptakan lingkungan work-life balance
dan berkomitmen pada peran alaminya di antara jadwal
kerja. Contohnya, perempuan yang sudah berkeluarga,
harus menyadari bahwa mereka punya pekerjaan atau
usaha sekaligus menjadi seorang ibu. Ini tidak mudah, tapi
itu sangat berharga.
Bagi perempuan pengusaha, alih-alih bersaing dengan
orang lain, mereka harus mulai bersaing dengan diri
sendiri untuk menjadi orang yang lebih baik. Membangun
rasa percaya pada diri sendiri dan melepaskan rasa takut
agar bisa melakukan kedua peran dengan bahagia.
Sehingga, mendapat dukungan di rumah dan di tempat
kerja serta memiliki mentor adalah hal penting bagi
perempuan pengusaha dengan multiperan.
Untuk mendapatkan dukungan keluarga, bisa dengan
membangun komunikasi ke anak-anak dan pasangan.
Sehingga, mereka bisa lebih memahami dan memberikan
dukungan tulus. Tidak kalah penting adalah hadir saat
peran seorang ibu dibutuhkan. Meskipun awalnya sulit,
namun akan terbiasa. Hal ini akan membuat anak-anak
senang dan mereka akan menghormati Anda ketika pada
suatu saat tidak dapat bersama mereka karena pekerjaan.
E N T R E P R E N E U R S H I P

Peran Womenpreneur di Masa COVID-19


Indonesia telah memiliki jaringan pengusaha
perempuan. Jumlahnya besar dan terus berkembang di
Indonesia. Tetapi, perempuan terlihat menjalankan usaha
yang lebih kecil dan kurang produktif dibandingkan pria.
Untuk itu, diperlukan satu cara dan ekosistem yang saling
mendukung untuk bisa membuat usaha yang dijalankan
oleh perempuan bisa menjadi lebih besar dan produktif.
Walaupun tidak menjalankan usaha besar, dalam
situasi pandemi seperti saat ini, perempuan wirausaha
menunjukkan kreativitas berpikir, adaptif, tangguh, lincah,
dan fleksibilitas untuk bertahan hidup. Alih-alih mengeluh,
mereka mencari cara untuk bertahan dan memikirkan
karyawan mereka.
Banyak kisah nyata tentang hal ini, bagaimana seorang
perempuan pengusaha yang tidak ingin memecat
karyawannya, bahkan memberikan insentif tambahan
berupa sembako dan vitamin untuk menjaga kesehatan
mereka. Mereka lebih rela kehilangan aset dibandingkan
harus merumahkan karyawannya. Naluri keibuan sangat
mempengaruhi keputusan bisnis seorang perempuan
pengusaha.
Hal ini harus di apresiasi bersama dan inilah yang
menguatkan bisnis bisa tumbuh dan berkembang. Ketika
engagement dengan tim semakin kuat, maka strategi
usaha bisa dijalankan dengan lebih mudah.
Kemakmuran masa depan ekonomi negara
sangat bergantung pada keberhasilannya dalam
mempromosikan kewirausahaan dan inovasi. Sebuah studi
McKinsey Global Institute menemukan bahwa memajukan
kesetaraan perempuan dapat menambah US$ 12 triliun ke
E N T R E P R E N E U R S H I P

ekonomi global pada tahun 2025.


Dampak ini kira-kira setara dengan ukuran gabungan
ekonomi China dan AS saat ini. Pengusaha wanita di
seluruh dunia telah membuktikan dampak signifikan
terhadap pembangunan ekonomi dan kontribusi positif
pertumbuhan.

Women and Men


in Entrepreneurship
Only 6 countries:

Indonesia Thailand Panama

Qatar Madagascar Angola

7 women entrepreneurs for every Equal TEA rates between


10 men entrepreneurs women and men

Sumber: Global Entrepreneurship Monitor 2018/2019 Global Report

Design Your Own Success


Saat menjadi pembicara di ICSB World Congress, Paris
2021, saya membawakan materi Womenpreneur : Design
Your Own Success. Maksudnya, dengan menetapkan
dengan jelas apa yang Anda definisikan sebagai
kesuksesan, Anda akan mulai membuat keputusan
keputusan yang mendukung visi Anda. Perempuan
wirausaha harus berjuang untuk apa yang kita yakini
menjadikan kita manusia yang lebih baik. Tidak hanya
tentang bisnis, tetapi juga berpegang pada tujuan dan visi
hidup kita.
Dalam The Mastercard Index of Women Entrepreneurs
2020 Report, Indonesia berada pada peringkat 17 pada
tahun 2020, naik dari peringkat 22 sebelumnya pada
E N T R E P R E N E U R S H I P

tahun 2019. Laporan ini merupakan riset di 58 negara


tentang keberadaan perempuan wirausaha. Ini menyoroti
keuntungan yang bisa diperoleh dari suatu negara apabila
mendorong kewirausahaan perempuan dari berbagai
faktor di seluruh dunia, dari akses pendidikan dan
dukungan kerangka kerja kewirausahaan, hingga persepsi
budaya pengusaha dan kemauan untuk mengambil risiko.
Memaparkan juga perumusan kebijakan yang berfokus
pada gender dan investasi dalam realisasinya membuat
perbedaan yang mencolok dalam kemajuan perempuan
berbisnis.
Tentunya, Indonesia masih harus terus belajar dari
negara-negara yang berhasil menduduki ranking teratas.
Misalnya, mempelajari Israel yang bisa menduduki puncak
tangga, maju dari posisi ke-4 pada tahun 2019. Salah satu
yang dilakukan negara ini adalah fokus pada dukungan
kelembagaan untuk usaha kecil dan menengah (UKM).
Dengan ambisi untuk menggandakan jumlah pengusaha
perempuan dalam dua tahun, Israel telah meluncurkan
inisiatif pendanaan dan memajukan jaringan peluang.
Demikian pula Swiss yang maju dari posisi ke-11 pada
tahun 2019, menjadi ke-3 secara keseluruhan pada tahun
2020. Hal ini karena ada dukungan yang meningkat tajam
pada UKM dari pemerintah mereka, naik 37% dari tahun
2019. Kemudian ada peningkatan signifikan persepsi
budaya tentang kewirausahaan, naik 45% dari tahun 2019.
Dalam laporan Global Entrepreneurship Monitor tahun
2018, jumlah perempuan pengusaha pemula di Indonesia
setara dengan jumlah pengusaha pria. Tentunya, hal ini
cukup menggembirakan dan harus terus ditingkatkan.
Salah satu keunggulan Indonesia dibandingkan
E N T R E P R E N E U R S H I P

dengan negara dengan peringkat di bawah negara ini


adalah kemerdekaan menjadi pengusaha bagi seorang
perempuan. Ini yang harus kita pertahankan dan
manfaatkan.

Total early-stage Entrepreneurial Activityt (TEA) Rates by Gender among Adults


(ages 18-64) in 48 Economies, in Four Geographic Regions

45%

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0
Japan
India
Taiwan
China
Republic of Korea
Indonesia
Thailand
Italy
Cyprus
Germany
Slovenia
Greece
Russian Federation
Sweden
Poland
Switzerland
France
United Kingdom
Bulgaria
spain
Crotia
Ireland
Austria
Netherlands
Turkey
Luxemborg
Slovak Republic
United States
Canada
Argentina
Puerto Rico
Uruguay
Panama
Brazil
Colombia
Peru
Chile
Guetemala
Morocco
Egypt
Iran
Qatar
Saudi Arabia
United Arab Emirates
Sudan
Lebanon
Madagascar
Angola

East and South Asia Europe and North America Latin America Middle East and Africa
and the Caribbean

FEMALE TE (% of adult female population) MALE TEA (% of adult male population)

Sumber: Global Entrepreneurship Monitor 2018/2019 Global Report

QUOTES

“Bagi perempuan pengusaha, alih-alih bersaing


dengan orang lain, mereka harus mulai bersaing
dengan diri sendiri untuk menjadi orang yang
lebih baik.”

Diah Yusuf
Sekjen Indonesia Council for Small Business

Indonesia Council for Small Business


Indonesia Council for Small Business adalah organisasi yang
berfungsi sebagai Integrator dan Agregator UKM Indonesia,
bersama dengan 4 pilar yaitu Pemerintah, Pebisnis, Peneliti
dan Pendidik untuk mewujudkan UKM Kompetitif. Berpartner
dan berpartisipasi aktif dengan International Council for Small
Business.
0 8

2 0 2 1 C O M P A S S

Marketing X Entrepreneurship:
Indonesia to The World!

Saling Melengkapi
Mengatasi Tantangan

Menjadi Risk Taker

Kolaborasi di Tengah Pandemi

Optimalisasi Peluang di Masa Sulit

Recover Faster

Butuh Kejelian

Tak Sekadar Berani

Bersama Lebih Kuat


C O M P A S S

Marketing X Entrepreneurship
Indonesia to The World!

营销 X 创业
印度尼西亚走向世界!

By Hermawan Kartajaya
Founder and Chairman, MarkPlus, Inc.
Co-Founder and Chairman, Indonesia Council for Small Business
Founder and Chairman, Asia Council for Small Business
Incoming Chair, International Council for Small Business

By 陈就学
MarkPlus, Inc. 创始人兼董事长
印度尼西亚小企业联合会创始人兼主席
亚洲小企业联合会创始人兼主席
国际小企业联合会新任主席

PRE:
WHEN MARKETEERS MET ENTREPRENEURS
Perhatian saya secara lebih serius terhadap dunia
entrepreneurship dan small business dimulai tahun
2014. Itu adalah momen saat saya diangkat oleh Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) saat itu,
A.A.G.N. Puspayoga, menjadi staf khusus beliau. Saya
diangkat sebagai staf khusus bersama dengan perancang
busana ternama, Samuel Watimena, dan mantan Ketua
Dewan Pakar Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN),
Teguh Boediyana.
International Council for Small Business (ICSB) World
Conference yang diadakan di Dubai tanggal 6-9 Juni 2015
adalah salah satu momen penting lain yang membuat
C O M P A S S

saya semakin tertarik dengan dunia entrepreneurship.


Di forum internasional ini saya berkesempatan untuk
menyampaikan presentasi tentang kewirausahaan dan
usaha kecil di Indonesia. (Figure 1)

Figure 1.
Hermawan Kartajaya met Prof. Ayman El Tarabishy and Prof. Kim Ki-Chan in Dubai (June 2015)

Meskipun saya sudah sering hadir sebagai pembicara


di forum-forum internasional, acara di Dubai tersebut
memiliki keistimewaan sendiri. Di sinilah saya mulai
mengenal International Council for Small Business (ICSB)
sebagai organisasi nonprofit dunia yang telah berkiprah
sejak tahun 1955. Tidak hanya itu, di Dubai saya juga
sempat bertemu dan berdiskusi secara intensif dengan
dua tokohnya, Prof. Ayman El Tarabishy dari George
Washington University, Amerika Serikat, serta Prof. Kim
Ki-Chan dari Korea Selatan. Pertemuan saat itu menandai
awal kolaborasi dan persahabatan kami berikutnya.
Maka, di tahun itu pula saya bersama Menteri
Puspayoga mulai merintis kembali berdirinya ICSB
Indonesia. Organisasi ini sebenarnya pernah berdiri di
C O M P A S S

Indonesia, namun sempat vakum dalam waktu lama.


Tidak menunggu lama, berbagai kegiatan pun langsung
digencarkan dengan menggunakan bendera organisasi
ini. Tahun 2016, saya menggandeng kolega-kolega di
Asia untuk mengadakan Asian SME Conference pertama
kalinya di Jakarta, Indonesia.
Di tahun yang sama, saya bersama Menteri Puspayoga
juga menghadiri acara ICSB di Markas Besar PBB di
New York. Ini adalah acara yang sangat istimewa, karena
Indonesia tercatat sebagai satu dari tujuh negara yang
ikut menandatangani deklarasi Hari UMKM Internasional
yang nantinya diperingati setiap 27 Juni.

WHY:
MARKETEERS NEED REAL ENTREPRENEURSHIP
Keterlibatan saya dalam kegiatan-kegiatan ICSB—baik
di tingkat nasional maupun internasional—membuat saya
sadar tentang pentingnya entrepreneurship. Di era yang
penuh dengan ketidakpastian ini, marketing tidak cukup
lagi. Sebagai pelaku bisnis, Anda juga harus memiliki
mindset layaknya seorang entrepreneur. Anda harus jeli
melihat peluang, berani mengambil risiko serta mau
berkolaborasi.
Karakter semacam itu harusnya ada di dalam diri para
pelaku usaha kecil dan menengah. Itulah kapabilitas yang
dibutuhkan oleh pelaku bisnis untuk memulai usaha
dan mengembangkannya. Namun kenyataannya, tidak
semua pelaku UKM di Indonesia, Asia dan bahkan dunia
memilikinya. Saya sudah berkeliling ke berbagai kota
dan negara di dunia, dan ternyata tidak sedikit pelaku
UKM yang masih mengandalkan bantuan dari pihak
C O M P A S S

lain, terutama pemerintah. Dengan kata lain, masih


banyak pelaku bisnis yang sebenarnya belum memiliki
entrepreneurship.
Karena itu, tidak heran bahwa tingkat kesuksesan para
pelaku bisnis di Indonesia masih tergolong rendah. Riset
yang pernah dilakukan oleh Global Entrepreneurship
Monitoring (GEM) di Indonesia beberapa tahun lalu
mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka
yang bercita-cita untuk merintis bisnis sendiri akhirnya
tidak benar-benar terealisasi. Hanya 4% saja yang berhasil
mewujudkan keinginannya dan bertahan menjadi pelaku
usaha minimal selama 3 bulan.
Namun hanya bermodalkan semangat entrepreneurship
saja juga tidak cukup. Para pelaku bisnis harus dibekali
dengan strategi dan taktik pemasaran agar langkah-
langkahnya lebih tepat sasaran. Jangan sampai semangat
membara namun gerakannya membabi-buta.
Itulah kenapa beberapa tahun ini saya sangat
bersemangat untuk mengawinkan marketing dan
entrepreneurship. Konten-konten yang ada di semua
media Marketeers (majalah, website, media sosial dan
Marketeers TV) saya arahkan untuk fokus ke dua hal
ini. Bahkan tagline Marketeers pun saya ganti hingga
menjadi: Marketing X Entrepreneurship. (Figure 2.)

Figure 2.
Marketeers’ New Tagline
C O M P A S S

WHAT:
SINERGIZING MARKETING AND ENTREPRENEURSHIP
ORGANIZATIONS
Saya benar-benar serius untuk menggabungkan
marketing dan entrepreneurship. Karena itu saya
berinisiatif untuk mengaktifkan ICSB di Indonesia—
sebagai organisasi yang bergerak di bidang
entrepreneurship—agar bisa “dikawinkan” dengan
Indonesia Marketing Association (IMA), organisasi profesi
di bidang marketing yang sudah lebih dahulu ada.
Tidak hanya di tingkat nasional, saya juga berusaha
untuk menyinergikan entrepreneurship serta marketing
di tingkat regional Asia. Karena itulah saya secara resmi
tercatat sebagai pendiri dari Asia Marketing Federation
(AMF) dan Asia Council for Small Business (ACSB). Melalui
dua organisasi ini saya telah menyelenggarakan berbagai
konferensi seputar marketing dan entrepreneurship di
tingkat Asia.
Sekarang saya sedang mengambil langkah baru untuk
mempertemukan marketing dan entrepreneurship
di tingkat internasional. Dahulu memang ada World
Marketing Association, organisasi global di bidang
marketing, di mana saya pernah menjadi Presidennya.
Namun organisasi tersebut sudah lama vakum. Karena
itulah tahun 2021 ini saya mengadakan World Marketing
Forum (WMF) untuk pertama kalinya pada tanggal 21-
22 Oktober 2021 di Kamakura, Jepang. Semoga ini bisa
menjadi embrio lahirnya asosiasi marketing di tingkat
dunia. (Figure 3.)
Sedangkan untuk entrepreneurship sudah ada
organisasi globalnya, yaitu International Council for Small
C O M P A S S

Business (ICSB) yang telah saya bahas di atas. Karena itu


saya tinggal terlibat di dalamnya, tidak perlu merintis
organisasi baru lagi.

Figure 3.
World Marketing Forum 2021

Sebenarnya di tingkat global ada beberapa organisasi


yang memiliki perhatian terhadap entrepreneurship.
Namun saya merasa ICSB ini istimewa. ICSB ini memiliki
jaringan ke berbagai organisasi global yang memiliki
kredibilitas tinggi, antara lain United Nations (UN), The
United Nations Conference on Trade and Development
(UNCTAD), Organisation for Economic Co-operation
C O M P A S S

and Development (OECD), serta International Labour


Organization (ILO).
Karena itu sejak awal saya berkonsentrasi di ICSB. Dan
nampaknya keseriusan saya mendapatkan respon positif
dari para pengurus lama. Pada tanggal 17 Juli 2021 lalu,
secara resmi saya dilantik menjadi Incoming Chair dari
International Council for Small Business. Artinya, tahun
depan secara otomatis saya akan menjadi Chair.
Incoming Chair ini ibarat “pemanasan” sebelum tahun
depan saya memimpin organisasi global ini. Karena
itu, saya ingin menggunakan waktu 1 tahun ini untuk
menggaungkan nama Indonesia di tingkat dunia melalui
perantara ICSB.(Figure 4.)

Figure 4.
ICSB Board of Directors (2021-2022)
Source: icsb.org
C O M P A S S

HOW:
BLENDING MARKETING AND ENTREPRENEURSHIP
CONCEPTS
Tentu saja marketing dan entrepreneurship juga perlu
disinergikan di tataran konseptual. Ada beberapa inisiatif
yang dilakukan oleh MarkPlus terkait hal tersebut.

• Konsep Entrepreneurial Marketing


Konsep yang memadukan marketing dan
entrepreneurship ini sudah dikembangkan secara serius
selama beberapa tahun terakhir ini. Setidaknya sudah ada
3 buku dalam Bahasa Indonesia yang ditulis terkait konsep
ini, antara lain Entrepreneurial Marketing: Canvas dan
Compass, Planet OMNI, serta CI-EL (Creativity, Innovation,
Entrepreneurship and Leadership).
Sebagai proyek besar berikutnya, saat ini kami sedang
menyiapkan buku Entrepreneurial Marketing edisi
internasional yang akan diterbitkan oleh Penerbit Wiley
dari Amerika. Rencananya, buku ini akan diluncurkan
tahun 2022 saat pelaksanaan World Marketing Forum di
Bali tahun depan.

• Kolaborasi dengan Kellogg dan Babson


Dua nama di atas mewakili kampus terbaik di
bidangnya. Kellogg School of Management, institusi
pendidikan di mana Profesor Philip Kotler mengajar,
terkenal sebagai kampus marketing nomor satu di dunia.
Sedangkan Babson juga sudah tersohor sebagai kampus
entrepreneurship rangking nomor 1.
Kolaborasi awal sudah dilakukan dalam bentuk
partisipasi MarkPlus Institute sebagai mitra resmi kedua
C O M P A S S

kampus tersebut terkait pelaksanaan Executive Education


Program. MarkPlus Institute mendapatkan kepercayaan
untuk mengikutsertakan para profesional di Indonesia
dalam program-program pilihan yang diselenggarakan
kedua kampus tersebut.
Kolaborasi awal ini mudah-mudahan bisa berlanjut
dalam bentuk kerja sama yang lebih intensif lagi ke
depannya.

• Kerja Sama dengan Kampus-Kampus di Indonesia


Tahun ini saya diangkat menjadi anggota Dewan
Pendidikan Tinggi untuk periode hingga 4 tahun
ke depan. Momentum ini saya manfaatkan untuk
menyebarkan spirit Entrepreneurial Marketing ke
perguruan-perguruan tinggi, baik kampus akademis
maupun kampus vokasi. Saya percaya bahwa semangat ini
diperlukan oleh mahasiswa agar kelak bisa menjadi aktor
penggerak perekonomian.
Sekarang setiap sabtu pagi saya mengundang para
Rektor perguruan tinggi dan Direktur sekolah-sekolah
vokasi untuk berbagi pengalaman mereka dalam
membangun semangat entrepreneurship di kampusnya.
Program virtual yang saya beri nama Marketeers Goes to
Campus ini bahkan pernah dihadiri oleh Profesor Nizam
(Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi) dan Dr. Wikan
Sakarinto (Direktur Jenderal Vokasi).
Tidak hanya itu, kolaborasi juga sudah dilakukan oleh
MarkPlus Institute dengan berbagai kampus negeri
dan swasta di Indonesia. Kolaborasi tersebut mulai
dari program sertifikasi bagi mahasiswa-mahasiswinya
hingga kerja sama untuk menyusun program studi baru.
C O M P A S S

Kolaborasi “tingkat tinggi” ini (pengembangan program


studi bersama) di antaranya sudah kami rintis dengan
SBM ITB, Universitas Padjadjaran, ITS Surabaya, Universitas
Surabaya dan Unika Atma Jaya Jakarta. (Figure 5.)

Figure 5.
MoU signing between MarkPlus Institute and Padjadjaran University Bandung

POST:
ROAD TO ICSB WORLD CONGRESS 2023
Saat tahun depan resmi diangkat sebagai Chair ICSB,
maka tugas besar berikutnya adalah menyelenggarakan
ICSB World Congress di Indonesia. Acara global ini
dilakukan setiap tahun dengan mengambil lokasi di
negara-negara yang berbeda. Tahun ini, ICSB World
C O M P A S S

Congress di selenggarakan secara hybrid di Paris, Perancis.


Karena situasi pandemi saat ini, maka saya hanya bisa
menghadirinya secara virtual. (Figure 6.)
Kongress tahun depan (2022) rencana akan
diselenggarakan di Washington D.C. Indonesia sendiri
mendapat giliran sebagai tuan rumah di tahun 2023
nanti. Saya memilih Bali sebagai lokasi penyelenggaraan
congress.
Waktu persiapan selama 2 tahun ini tentu tidak boleh
disia-siakan. Selama dua minggu ini saya telah melakukan
konsolidasi dengan tim Indonesia Council for Small
Business dan Asia Council for Small Business untuk
mendapatkan masukan dan dukungan mereka. Saya
berharap acara World Congress tahun 2023 nanti akan
sukses besar. Dampak positifnya semoga dapat dirasakan
oleh seluruh pelaku small business di Indonesia yang saat
ini sedang berjuang melewati krisis.

Figure 6.
ICSB World Congress 2021 in Paris
Source: icsb.org
C O M P A S S

PRE:
WHEN MARKETEERS MET ENTREPRENEURS
My attention more seriously to the world of entrepreneurship
and small business started in 2014. It was a moment when I was
appointed by the Minister of Cooperatives and Small and Medium
Enterprises (SMEs) at the time, A.A.G.N. Puspayoga, became his
special staff. I was appointed as special staff along with renowned
fashion designer, Samuel Watimena, and former Chairman of
the Indonesian Cooperative Council (DEKOPIN) Expert Council,
Teguh Boediyana.
The International Council for Small Business (ICSB) World
Conference which was held in Dubai on 6-9 June 2015 was
another important moment that made me more interested in the
world of entrepreneurship. In this international forum, I had the
opportunity to deliver a presentation on entrepreneurship and
small businesses in Indonesia. (Figure 1.)

Figure 1.
Hermawan Kartajaya met Prof. Ayman El Tarabishy and Prof. Kim Ki-Chan in Dubai (June 2015)

Although I have been a frequent speaker at international forums,


the event in Dubai has its own specialties. This is where I got to
C O M P A S S

know the International Council for Small Business (ICSB) as a


world nonprofit organization that has been active since 1955.
Not only that, in Dubai I also had the chance to meet and have
intensive discussions with two prominent figures, Prof. Ayman El
Tarabishy from George Washington University, United States, and
Prof. Kim Ki-Chan from South Korea. That meeting marked the
beginning of our next collaboration and friendship.
So, in the same year, I and the Minister of Puspayoga began to
pioneer the re-establishment of ICSB Indonesia. This organization
had actually been established in Indonesia but had been on
hiatus for a long time. It didn’t take long, various activities were
immediately intensified using the flag of this organization. In 2016,
I collaborated with colleagues in Asia to hold the first Asian SME
Conference in Jakarta, Indonesia.
In the same year, I and Minister Puspayoga also attended the
ICSB event at the United Nations Headquarters in New York. This
is a very special event because Indonesia is listed as one of seven
countries that have signed the declaration of International MSME
Day which will be commemorated every 27th of June.

WHY:
MARKETEERS NEED REAL ENTREPRENEURSHIP
My involvement in ICSB activities—both at the national
and international level—made me realize the importance of
entrepreneurship. In this era filled with uncertainty, marketing is
not enough anymore. As a business person, you also have to have
a mindset like an entrepreneur. You must be observant to see
opportunities, dare to take risks, and be willing to collaborate.
Such characters should exist in small and medium business
actors. That is the capability needed by business people to start a
business and develop it. But in reality, not all SMEs in Indonesia,
Asia, and even the world have them. I have traveled to various
C O M P A S S

cities and countries in the world, and it turns out that not a few
SMEs still rely on assistance from other parties, especially the
government. In other words, there are still many business people
who do not have entrepreneurship.
Therefore, it is not surprising that the success rate of
businesspeople in Indonesia is still relatively low. Research
conducted by Global Entrepreneurship Monitoring (GEM) in
Indonesia several years ago revealed that most of those who
aspired to start their own business did not realize it. Only 4% of
the new entrepreneurs are able to realize their wishes and survive
as business actors for at least 3 months.
But only with the spirit of entrepreneurship is not enough.
Business people must be equipped with marketing strategies and
tactics so that their steps are more targeted. Don’t rely solely on
motivation, you should also have vision.
That’s why in recent years I have been very excited to integrate
marketing and entrepreneurship. I direct the content in all
Marketeers media (magazines, websites, social media, and TV
Marketeers) to focus on these two things. I even changed the
Marketeers tagline to become: Marketing X Entrepreneurship.
(Figure 2.)

Figure 2.
Marketeers’ New Tagline

WHAT:
SYNERGIZING MARKETING AND
ENTREPRENEURSHIP ORGANIZATIONS
C O M P A S S

I am serious about combining marketing and entrepreneurship.


That’s why I took the initiative to activate ICSB in Indonesia—as
an organization engaged in entrepreneurship—so that it could
be “married” with the Indonesia Marketing Association (IMA),
a professional organization in the marketing field that already
existed.
Not only at the national level, but I also try to synergize
entrepreneurship and marketing at the Asian regional level. That’s
why I’m officially listed as the founder of the Asia Marketing
Federation (AMF) and the Asia Council for Small Business (ACSB).
Through these two organizations, I have held various conferences
on marketing and entrepreneurship at the Asian level.
Now I’m taking a new step to bring together marketing and
entrepreneurship at the international level. There used to be a
World Marketing Association, a global organization in the field
of marketing, of which I was once the President. However, the
organization has long been vacant. That’s why in 2021 I held the
World Marketing Forum (WMF) for the first time on October 21-
22 2021 in Kamakura, Japan. Hopefully, this can be an embryo for
the birth of a marketing associate at the world level. (Figure 3.)
As for entrepreneurship, there is already a global organization,
namely the International Council for Small Business (ICSB) which
I have discussed above. That’s why I stayed involved in it, there
was no need to start a new organization anymore.
Actually, at the global level, several organizations have an
interest in entrepreneurship. But I feel this ICSB is special.
ICSB has a network of various global organizations that have
high credibility, including the United Nations (UN), The United
Nations Conference on Trade and Development, the Organization
for Economic Co-operation and Development (OECD), and the
International Labor Organization. ILO).
C O M P A S S

Figure 3.
World Marketing Forum 2021

That’s why from the start I concentrated on ICSB. And it


seems that my seriousness got a positive response from the old
management. On July 17th, 2021, I have officially appointed the
Incoming Chair of the International Council for Small Business.
This means that next year I will automatically become Chair.
This Incoming Chair is like a “warm-up” before next year I lead
this global organization. Therefore, I want to use this 1 year to
make Indonesia’s name known at the world level through ICSB.
(Figure 4.)
C O M P A S S

Figure 4.
ICSB Board of Directors (2021-2022)
Source: icsb.org

HOW:
BLENDING MARKETING AND ENTREPRENEURSHIP
CONCEPTS
Of course, marketing and entrepreneurship also need to be
synergized at the conceptual level. There are several initiatives
carried out by MarkPlus in this regard.

• Development of the concept of Entrepreneurial


Marketing
The concept that combines marketing and entrepreneurship
has been seriously developed over the last few years. There are
at least 3 books written in Indonesian related to this concept,
including Entrepreneurial Marketing: Canvas and Compass, Planet
OMNI, and CI-EL (Creativity, Innovation, Entrepreneurship, and
C O M P A S S

Leadership).
As our next big project, we are currently preparing an
international edition of Entrepreneurial Marketing to be published
by Wiley Publishers from America. The plan, this book will
be launched in 2022 during the implementation of the World
Marketing Forum in Bali next year.

• Collaboration with Kellogg and Babson


The two names above represent the best campuses in their fields.
The Kellogg School of Management, the educational institution
where Professor Philip Kotler teaches, is renowned as the number
one marketing campus in the world. Meanwhile, Babson is also
well-known as the number 1 entrepreneurship campus.
The initial collaboration has been carried out in the form of the
participation of the MarkPlus Institute as the official partner of
the two campuses regarding the implementation of the Executive
Education Program. MarkPlus Institute has been trusted to
include professionals in Indonesia in selected programs held by
the two campuses.
Hopefully, this initial projects can continue in the form of more
intensive collaboration in the future.

• Cooperation with Universities in Indonesia


This year I was appointed a member of the Higher Education
Council for a period of up to 4 years. I use this momentum to
spread the spirit of Entrepreneurial Marketing to universities,
both academic and vocational campuses. I believe that this spirit is
needed by students so that in the future they can become economic
driving actors.
Now every Saturday morning I invite university rectors and
directors of vocational schools to share their experiences in
C O M P A S S

building the spirit of entrepreneurship in their campuses. This


virtual program which I named Marketeers Goes to Campus
was even attended by Professor Nizam (Director General of
Higher Education) and Dr. Wikan Sakarinto (Director General of
Vocational Studies).
In addition of that, various collaborations have also been carried
out by the MarkPlus Institute with various public and private
campuses in Indonesia. The cooperation starts from a certification
program for university students to collaboration to develop a new
study program. We have pioneered this “high-level” collaboration
(co-designing of new study program) with SBM ITB, Padjadjaran
University, ITS Surabaya, University of Surabaya and Unika Atma
Jaya Jakarta. (Figure 5.)

Figure 5.
MoU signing between MarkPlus Institute and Padjadjaran University Bandung
C O M P A S S

POST:
ROAD TO ICSB WORLD CONGRESS 2023
When officially appointed as Chair ICSB next year, the next big
task is ICSB World Congress held in Indonesia. This global event
is held annually by taking place in different countries. This year,
the ICSB World Congress was held in a hybrid manner in Paris,
France. Due to the current pandemic situation, I can only attend
the conference virtually. (Figure 6.)
Next year’s Congress (2022) is scheduled to be held in
Washington D.C. Indonesia itself will have a turn as the host in
2023. I chose Bali as the location for the congress.
This 2 year preparation time certainly should not be wasted.
Over the past two weeks, I have been consolidating with the
Indonesia Council for Small Business and Asia Council for Small
Business teams to get their input and support. I hope the 2023
World Congress event will be a great success. Hopefully, the
positive impact can be felt by all small business actors in Indonesia
who are currently struggling through the crisis.

Figure 6.
ICSB World Congress 2021 in Paris
Source: icsb.org
C O M P A S S

前言:
当营销人员遇到企业家
我对创业和中小企业世界的关注始于 2014 年。那是我被当时的
合作社和中小企业 (SME) 部长 A.A.G.N. Puspayoga任命成为他的
特别顾问。同时被任命的还有著名时装设计师 Samuel Watimena
和印度尼西亚合作委员会 (DEKOPIN) 专家委员会前主席 Teguh
Boediyana 。
2015 年 6 月 6 日至 9 日在迪拜举行的国际小企业联合会(ICSB)世
界会议是另一个重要时刻,让我对创业世界更加感兴趣。
在这个国际
论坛上,我有机会就印度尼西亚的创业和小企业发表演讲。(Figure
1)

Figure 1.
Hermawan Kartajaya met Prof. Ayman El Tarabishy and Prof. Kim Ki-Chan in Dubai (June 2015)

虽然我经常在国际论坛上发表演讲,但迪拜的活动有自己的特色。
在这里,我认识了国际小企业联合会(ICSB),它是一个自1955年以
来一直活跃的世界非营利组织。
不仅如此,在迪拜,我还有机会与两
位知名人士会面并进行深入讨论,美国乔治华盛顿大学的Ayman El
Tarabishy教授和韩国的Kim Ki-Chan教授。
那次会议标志着我们下
一次合作和友谊的开始。
同年,我和 Puspayoga 部长开始率先重建印度尼西亚小企业联合会
C O M P A S S

(ICSB Indonesia)。
这个组织实际上是在印度尼西亚成立的,但已经
中断了很长时间。
没过多久,靠着这个组织的旗子,各种活动立刻就火
了起来。
2016年,我与亚洲同事合作,在印度尼西亚雅加达举办了第
一届亚洲中小企业大会。
同年,我和Puspayoga部长还出席了在纽约联合国总部举行的
ICSB活动。
这是一个非常特别的活动,因为印度尼西亚被列为签署国
际 MSME 日宣言的七个国家之一,该宣言将于每年 6 月 27 日举行。

WHY:
营销人员需要真正的创业精神
我参与 ICSB 的国内和国际活动让我意识到创业的重要性。
在这个
充满不确定性的时代,营销已经远远不够了。
作为一个商人,你也必须
有一个企业家的心态。
一定要善于观察机会,敢于冒险,乐于合作。
这种性格应该存在于中小型企业行为者身上。
这就是商人创业和发
展所需要的能力。
但实际上,并非印尼、亚洲乃至全世界的所有中小企
业都拥有它们。
我走遍了世界各个城市和国家,结果发现不少中小企
业仍然依赖其他方面的帮助,尤其是政府的帮助。
也就是说,还有很多
没有创业精神的商人。
因此,印尼商人的成功率还比较低也就不足为奇了。Global
Entrepreneurship Monitoring (GEM) 几年前在印度尼西亚进行的
研究表明,大多数渴望自己创业的人并没有意识到这一点。
只有 4%
的人设法实现了他们的愿望并作为商业参与者生存了至少 3 个月。
但仅仅具有创业精神是不够的。
业务人员必须配备营销策略和策
略,以便他们的步骤更有针对性。
不要激动,但运动是盲目的。
这就是为什么近年来我非常兴奋地将营销和创业结合起来。
我指导
所有营销人员媒体(杂志、网站、社交媒体和电视营销人员)中的内容
专注于这两件事。
我甚至将《Marketeers》的标语改为:营销 X 创业。
(Figure 2)

Figure 2.
Marketeers’ New Tagline
C O M P A S S

WHAT:
协同营销和创业组织
我很认真地将营销和创业相结合。
这就是为什么我主动在印度尼西
亚启动ICSB——作为一个从事创业的组织——以便它可以与已经存
在的营销领域专业组织印度尼西亚营销协会(IMA)
“联姻”。
不仅在国家层面,我还尝试在亚洲区域层面协同创业和营销。
这就
是为什么我被正式列为亚洲营销联合会 (AMF) 和亚洲小型企业联合
会 (ACSB) 的创始人。
通过这两个组织,我在亚洲举办了各种关于营
销和创业的会议。
现在,我正在迈出新的一步,将国际市场营销和创业精神结合起来。
曾经有一个世界营销协会,一个营销领域的全球性组织,我曾经是其
中的成员。
然而,该组织长期以来一直处于空缺状态。
这就是为什么我
在 2021 年第一次于 2021 年 10 月 21 日至 22 日在日本镰仓举办了
世界营销论坛 (WMF)。
希望这可以成为世界级营销伙伴诞生的胚胎。
(Figure 3)

Figure 3.
World Marketing Forum 2021
C O M P A S S

至于创业,已经有一个全球性组织,即我在上面讨论过的国际小企
业联合会(ICSB)。
这就是我继续参与其中的原因,没有必要再创建一
个新组织了。
实际上,在全球范围内,有几个组织对创业感兴趣。
但我觉得这个
ICSB 很特别。ICSB 拥有由各种具有高信誉度的全球组织组成的网
络,包括联合国 (UN)、联合国贸易和发展会议 (UNCTAD)、经济合作
与发展组织 (OECD) 和国际劳工组织(UNCTAD)。
这就是为什么从一开始我就专注于 ICSB。
似乎我的认真得到了老
管理层的积极回应。2021 年 7 月 17 日,我被正式任命了国际小企业
理事会的新任主席。
这意味着明年我将自动成为主席。
这个新任主席的职位就像是明年我领导这个全球组织之前的“热
身”。
因此,我想用这1年时间,通过ICSB为中介,让印尼的名字在世界
范围内广为人知。(Figure 4)

Figure 4.
ICSB Board of Directors (2021-2022)
Source: icsb.org
C O M P A S S

HOW:
整合营销和创业概念
当然,营销和创业也需要在概念层面进行协同。MarkPlus 在这方
面采取了多项举措。

• 创业营销理念的发展
将营销和创业相结合的概念在过去几年得到了认真的发展。
至少有
3 本书与这个概念相关,包括《Entrepreneurial Marketing:Canvas
and Compass》、
《Planet OMNI》和《CI-EL(Creativity、Innovation、
Entrepreneurship 和 Leadership)》。
作为我们的下一个大项目,我们目前正在准备由美国 Wiley
Publishers 出版的国际版《企业家精神营销(Entrepreneurial
Marketing)》。
计划,这本书将于明年在巴厘岛举行的世界营销论坛
实施期间于2022年推出。

• 与凯洛格管理学院(Kellogg)和 巴布森(Babson)合作
上面的两个名字代表了各自领域中最好的校园。
菲利普·科特勒教
授任教的教育机构凯洛格管理学院被誉为全球第一的营销校园。

时,巴布森也以第一创业校园而闻名。
最初的合作是以 MarkPlus Institute 作为两个校区的官方合作伙
伴参与执行高管教育计划的形式进行的。MarkPlus Institute 被信任
将印度尼西亚的专业人士包括在两个校区举办的选定课程中。
希望这种最初的合作可以在未来以更深入的合作形式继续下去。

• 与印度尼西亚大学的合作
今年,我被任命为高等教育委员会成员,任期长达 4 年。
我利用这种
势头将创业营销精神传播到大学,包括学术和职业校园。
我相信学生
需要这种精神,以便在未来成为经济驱动者。
现在每周六早上我都会邀请大学校长和职业学校的校长分享他们
在校园中营造创业精神的经验。
我将这个名为 Marketeers Goes to
Campus 的虚拟课程甚至有 Nizam 教授(高等教育总监)和 Wikan
C O M P A S S

Sakarinto 博士(职业研究总监)参加。
不仅如此,MarkPlus Institute 还与印度尼西亚的各种公共和私
人校园进行了各种合作。
合作始于为学生提供的认证计划,以合作
开发新的学习计划。
我们率先与 SBM ITB、Padjadjaran 大学、ITS
Surabaya、泗水大学和 Unika Atma Jaya Jakarta 开展了这种“高
层”合作。(Figure 5)

Figure 5.
MoU signing between MarkPlus Institute and Padjadjaran University Bandung

后记:
通往 2023 年 ICSB 世界大会之路
明年正式被任命为 ICSB 主席后,下一个重大任务是在印度尼西亚
举行的 ICSB 世界大会。这一全球性活动每年在不同国家举行。今
年,ICSB世界大会在法国巴黎以混合线上线下的方式举行。由于当前
的大流行情况,我只能线上参加。(Figure 6)
C O M P A S S

明年的大会(2022年)定于华盛顿举行,2023年将轮到印度尼西亚
本身作为东道主。
我选择巴厘岛作为大会的地点。
这2年的准备时间当然不应该浪费。
过去的两周里,我一直在与印尼
小企业联合会和亚洲小企业联合会的团队合作,以获得他们的意见和
支持。我希望 2023 年世界大会活动取得圆满成功。
希望目前正在努
力度过危机的印度尼西亚所有小企业参与者都能感受到积极的影响。

Figure 6.
ICSB World Congress 2021 in Paris
Source: icsb.org
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Saling Melengkapi

Pengetahuan tentang konsep dan strategi


pemasaran menjadi hal wajib bagi seorang marketer.
Bila kemampuan tersebut digabung dengan
entrepreneurship maka akan menghasilkan dampak
berbeda.

Oleh Marthani
Industry Head Resources, Infrastructure & Utilities
MarkPlus, Inc.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

C
IEL (Creativity, Innovation, Entrepreneurship,
Leadership) merupakan sebuah konsep
yang digagas oleh MarkPlus, Inc. untuk
menggabungkan konsep hard skill dan soft
skill seorang pemasar. Hakikatnya hard skill dan soft
skill tidak dapat dipisahkan karena akan melengkapi
kompetensi seorang pemasar. Sejatinya pula, seorang
entrepreneur tidaklah cukup hanya memiliki motivasi
tinggi,
Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MarkPlus,
Inc. pernah mengatakan, “Entrepreneur tanpa marketing
itu ibarat sopir kendaraan yang melintas di jalanan
tanpa surat izin mengemudi (SIM). Sedangkan pemasar
tanpa jiwa entrepreneurship itu ibarat pengemudi yang
memiliki surat-surat lengkap tapi tidak berani dan lincah
mengemudi di jalanan berkelok dan semerawut.”
Bagaimana implementasinya? Creativity merupakan
kumpulan ide-ide yang berbeda dari cara business as
usual. Bagi seorang pemasar hendaklah selalu melakukan
analisis lanskap bisnis dengan menggunakan 4C Diamond,
yakni change, customer, competitor, dan company.
Tujuannya untuk melihat perubahan yang sedang
terjadi. Misalnya, apa anxiety & desires konsumen, apa yang
sedang kompetitor lakukan, apa yang kompetitor miliki
namun kita tidak miliki, dan sebaliknya. Terakhir, apa yang
harus kita lakukan sebagai pemasar menghadapi semua
hasil analisis tersebut?
Berbekal analisis inilah, ide-ide kreatif akan muncul.
Apabila dikaitkan dengan prinsip entrepreneurship, hal ini
akan memampukan pemasar melakukan prinsip pertama,
yaitu melihat peluang.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

(High)

Transfer AVOID
(PINDAH) (HINDARI)
(Kemungkinan Terjadi)
PROBABILITY

RETAIN CONTROL
(TAHAN) (KONTROL)

(Low) (High)

IMPACT
(Dampak yang Dihasilkan)

Inovasi merupakan proses ketika seorang pemasar


menemukan solusi yang pas sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh konsumen. Fase inovasi sangat penting
karena seorang pemasar mulai bisa memahami kebutuhan
konsumen, bukan hanya keinginan mereka.
Dalam hal ini, kebutuhan dan keinginan mempunyai
dua makna yang berbeda meski terlihat mirip. Sebuah
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

kebutuhan konsumen bisa jadi sesuatu yang tidak


diinginkan oleh konsumen. Begitu juga sebaliknya,
sebuah keinginan bisa jadi bukanlah hal dibutuhkan oleh
konsumen.
Pada fase ini, peran seorang pemasar atau biasa disebut
sales person as consultant bagi konsumen benar-benar
dibutuhkan. Your customer is your friend not your king.
Sebagai sahabat sejati, ia akan memberitahu temannya
hal- hal yang terbaik dan dibutuhkan. Selain itu, berani
mengingatkan sahabatnya saat salah jalan. Inilah
hubungan antara konsumen dan pemasar untuk relasi
bisnis jangka panjang.
Dengan operation sebagai enabler, dua hal di atas
akan mendorong terjadinya proses entrepreneurship
yang memiliki tiga prinsip utama, yakni melihat peluang,
mengambil risiko, dan mau berkolaborasi dengan pihak
lain.
Saat mengambil risiko, mitigasi menjadi langkah
penting. Sebuah inovasi yang kreatif bisa saja gagal apabila
tidak dihitung risikonya. Ketika mengambil tindakan
yang penuh risiko, Anda harus mengklasifikasikan
risiko berdasarkan dampak (impact) dan probabilitas
(probability).
Ada empat jenis langkah mitigasi risiko yang dirangkum
MarkPlus Institute. Pertama, avoid (hindari). Memutuskan
untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko
sama sekali. Harus dipertimbangkan potensial keuntungan
dan potensial kerugiannya. Kedua, control (kontrol). Ini
merupakan metode yang mengurangi kemungkinan
terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak
kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko. Ketiga,
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

transfer (pindah). Memindahkan risiko kepada pihak


lain, umumnya melalui suatu kontrak asuransi maupun
hedging. Terakhir, retain (tahan). Walaupun risiko tertentu
dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun
mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap
diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.
Selanjutnya, prinsip kolaborasi dengan pihak lain. Pada
era digital dan konektivitas, seorang pemasar dapat
terhubung dengan siapa saja dengan lebih mudah baik
secara online maupun omni (online dan offline). Dalam
berkolaborasi, tahapan planning merupakan tahap awal
yang sangat penting. Di sini, pemasar dapat memakai
prinsip PDB (positioning, differentiation, brand) untuk
mendapatkan win-win solution. Lakukan analisis PDB
sebelum berkolaborasi dan melakukan evaluasi berbasis
share of voice, gross rating point, advertising to sales ratio
atau ad recall.

To be a 3.0 Leader, you need to have


these Six Powerful Attributes

P
Q

PHYSICALITY

I
INTELLECTUALITY Q

E
SOCIABILITY EMOTIONALITY Q

S
PERSONABILITY MORAL ABILITY Q
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Semua konsep tersebut tidak akan berjalan dengan


baik, tanpa adanya jiwa leadership seorang pemasar. Ardhi
Ridwansyah dalam bukunya Leadership 3.0 mengatakan
leadership 3.0 merupakan seni kepemimpinan yang
bersifat horizontal bagi setiap orang. Setiap orang harus
memiliki jiwa leadership yang terus bertumbuh seiring
perkembangan zaman karena seorang pemimpin harus
memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain.
Terdapat enam atribut dalam Leadership 3.0, dari
yang paling tangible ke yang paling intangible. Seorang
pemasar dituntut memiliki physicality yang profesional
di depan konsumen sesuai dengan industri yang digeluti.
Seorang pemasar juga akan meningkat value-nya, jika
memiliki intellectuality yang sepadan dengan konsumen.
Dengan kata lain, up to date dengan perkembangan
konsumen dan industrinya sehingga konsumen akan
merasa nyaman dan mendapatkan insight baru.
Seorang pemasar baik itu seorang introvert, extrovert,
atau ambivert, haruslah bisa berkawan dengan siapa pun
serta menempatkan diri di berbagai situasi dan cakap
mengolah emosinya dengan baik. Berikutnya, seorang
pemasar juga dituntut memiliki personability yang baik
yang merupakan kemampuan untuk menjadi pendengar
baik sehingga dapat memahami dan membangun
kesadaran diri yang bertujuan untuk memberikan solusi
terbaik bagi konsumennya. Terakhir, seorang pemasar
memiliki moral ability, yakni tetap mengikuti hati nurani,
dapat membedakan yang benar dan salah secara objektif.
Pada masa pandemi ini, aset seorang pemasar adalah
jiwa entrepreneurial dan PDB yang top of mind. Semakin
tinggi PDB nya, maka semakin mudah memenangkan
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

hati konsumen. Mengutip lagi dari pernyataan Hermawan


Kartajaya: “Seorang yang punya sifat entrepreneurial
bukanlah orang yang selalu sukses, tapi yang sudah teruji
pernah jatuh dan sanggup bangkit lagi. Renungkanlah.”
Anda sudah siap menjadi seorang entrepreneurial
marketer?
Learn More
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Mengatasi Tantangan Menjadi


Risk Taker

Situasi krisis yang melanda saat ini menuntut


organisasi melakukan berbagai upaya untuk survive
dan recover faster. Namun, saat krisis justru terjadi
kontradiksi. Pada satu sisi, organisasi dituntut lebih
berani mengambil risiko dalam mengambil peluang,
namun ketidakpastian membuat pengambil keputusan
menjadi ragu dan cenderung menghindari risiko (risk
averse).

Oleh Raditya Yuzril


Business Analyst
MarkPlus Institute
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

D
unia akan selalu dipenuhi oleh
ketidakpastian dan tentunya selalu ada
risiko yang terus menyertainya. Untuk
sebagian besar orang, istilah risiko seringkali
dikonotasikan sebagai hal negatif. Padahal, dalam arti luas,
risiko merupakan dampak dari suatu kejadian yang tidak
pasti dan bisa berdampak negatif maupun positif.
Lalu mengapa risiko sering dipersepsikan negatif?
Hal ini tentu tidak lepas dari bias kognitif manusia yang
memiliki kecenderungan menghindari kerugian. Daniel
Kahneman, peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi,
mengemukakan teori loss aversion yang membuktikan
bahwa manusia cenderung untuk menghindari kerugian
ketimbang mendapatkan keuntungan.
Kahneman menulis, “Bagi sebagian besar orang,
ketakutan terhadap kehilangan US$ 100 lebih intensif
ketimbang hasrat untuk mendapatkan US$ 150.” Tingkat
stres seseorang dalam mendapati kerugian akan lebih
besar dua kali lipat daripada tingkat kepuasan dalam
mendapatkan keuntungan.
Pada tingkat individual, adanya loss aversion akan
menyebabkan seseorang akan sulit untuk mau
mengambil risiko dan akan mendorong seseorang
tersebut nyaman dalam status quo meskipun
pengambilan risiko diperlukan untuk mencapai suatu
perubahan. Pada tingkat organisasi, banyaknya individu
yang memiliki tendensi ini akan secara eksponensial
berdampak pada organisasi menjadi risk-averse dan
cenderung susah melakukan perubahan transformatif.
Kecenderugan risk-averse makin diperparah
ketika dalam organisasi terdapat konformitas yang
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

menyebabkan kultur dalam organisasi tidak mendukung


adanya ide-ide pembaruan besar dan berisiko.
Konformitas merupakan suatu tekanan dari kelompok
sosial untuk menyelaraskan perspektif maupun pilihan
keputusan tiap individu.
Ketika sekelompok individu cenderung memiliki
tingkat risk aversion tinggi, maka akan membentuk
tekanan sosial bagi individu lain untuk memiliki preferensi
sama, yakni cenderung menghindari risiko. Kombinasi
antara risk aversion dan konformitas dalam organisasi
akan menyebabkan organisasi menjadi kaku dan susah
beradaptasi dengan perubahan besar yang terjadi.
Ambil contoh, kegagalan Nokia dalam menghadapi
perubahan. Pada tahun 2009, Nokia dihadapkan pilihan
untuk mengambil risiko dalam mengembangkan OS
Android. Namun, Nokia mengabaikan risiko tersebut
dan mempertahankan status quo untuk tetap
mempertahankan OS Symbian yang outdated.
Dampaknya, setelah tahun 2009, penjualan Nokia
terus mengalami penurunan. Menurut Gartner, market
share Nokia pada tahun 2009 sebesar 41,1%, terjun bebas
menjadi 3% pada tahun 2013. Sebagai market leader
dengan modal finansial yang besar, Nokia sebenarnya
telah mencoba mengembangkan produk baru seperti OS
Meego. Namun, pengembangan Meego tidak dilanjutkan
meskipun memiliki potensi kuat untuk menyaingi OS
Android. Banyak yang menyebutkan, kegagalan Nokia
disebabkan oleh adanya kencenderungan risk averse dan
konformitas pada organisasinya, sehingga cenderung
mengambil keputusan untuk menjaga status quo yang
menghambat inovasi.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

RISK MATRIX MAPPING


Probabilities Threat Opportunity

• Frequent: sangat
Frequent (5)
memungkinkan untuk
sering terjadi.
• Certain: Diekspetasikan Certain (4)
Probability

akan terjadi pada


akhirnya. Occasional (3)
• Occasional: Dapat
terjadi kadang-kadang.
Remote (2)
• Remote: Tidak
diekspektasikan , tapi
memungkinkan Unlikely (1)
• Unlikely:
Diekspektasikan tidak Very Low Low Moderate High Very Very High Moderate Low Very Low
terjadi (A) (B) (C) (D) High High (D) (C) (B) (A)
(E) (E)

Risk Response
Impact
Avoid Exploit
• Very Low: Memberikan dampak minimal dan dalam jangka waktu lama.
• Low: Memungkinkan untuk memberikan dampak kecil secara keseluruhan
Transfer Share • Moderate: Memungkinkan untuk memberikan dampak cukup
• High: Memberikan dampak signifikan
Mitigate Enhance • Very High: Memberikan dampak secara luas dalam jangka waktu lama.

Accept Accept

Adapted from PMBOK Guide with MarkPlus Analysis (2021)

Mengatasi Risk Aversion


Memiliki pemahaman bahwa output dari risiko bisa
memberikan dua dampak, yaitu positif dan negatif
sangatlah penting. Dengan memahami dua kemungkinan
output tersebut, Anda dapat melihatgambaran besar dari
risiko yang diambil.
Padahal, risiko sendiri hanyalah suatu kemungkinan dan
kita masih bisa memberikan pengaruh pada controllable
event untuk mengurangi dampak dan kemungkinan
kerugian terjadi maupun meningkatkan dampak dan
kemungkinan keuntungan terjadi. Risiko dapat dikelola
dengan efektif ketika risiko-risiko yang muncul dapat
segera diidentifikasi dan direspons secara tepat untuk
memaksimalkan value dari risiko yang akan diambil.
Setelah mengidentifikasi daftar risiko negatif (threat)
dan risiko positif (opportunity), maka dapat dilakukan
pemetaan risiko menggunakan risk matrix berdasarkan
tingkat probabilitas risiko terjadi dan dampak yang
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

dihasilkan dari risiko tersebut. Pemetaan pada risk matrix


diperlukan untuk dapat menentukan strategi respons
yang tepat dari risiko yang telah diidentifikasi.
Pada respons risiko negatif, terdapat empat respons
yang dapat diambil, yaitu avoid, transfer, mitigate, dan
accept. Pertama, avoid, Anda harus menghindari sebisa
mungkin risiko ini terjadi. Kedua, transfer, alokasikan
dampak risiko kepada pihak ketiga yang memiliki kontrol
terhadap sumber risiko. Keempat, mitigate, lakukan
perencanaan untuk mengantisipasi ketika risiko muncul
atau terjadi. Keempat, accept, menerima risiko dan tidak
mengambil tindakan proaktif.
Sedangkan pada respons risiko positif terdapat
empat respons yang dapat diambil. Pertama, exploit,
mengerahkan tindakan proaktif untuk memastikan
peluang keuntungan tersebut dapat terjadi. Kedua, share,
mengambil keuntungan risiko dengan memanfaatkan
keuntungan dari kedua pihak dari kesempatan yang
terjadi akibat kolaborasi. Ketiga, enhance, mengupayakan
tindakan untuk meningkatkan peluang terjadinya risiko
dan/atau meningkatkan dampak yang dihasilkan dari
risiko. Keempat, accept, tidak mengambil tindakan apa-
apa sehingga dapat menghilangkan biaya yang tidak
perlu dalam memanfaatkan kesempatan tersebut.
Jika mampu menentukan respons yang sesuai dari
risiko yang telah teridentifikasi, potensi dan dampak dari
risiko kegagalan dapat diminimalkan. Karena itu, dengan
mengetahui pengelolaan manajemen risiko yang efektif,
risk aversion dapat diubah menjadi risk taker, sehingga
lebih siap menghadapi perubahan.
Mengutip kata AI Ries dan Jack Trout dalam bukunya
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Positioning: The Battle for Your Mind (1981), “change is


inevitable, and leaders must embrace change rather than
resist it”. Apakah organisasi Anda sudah menjadi risk taker
dan siap melakukan inovasi perubahan?
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Kolaborasi di Tengah Pandemi

Banyak kisah kolaborasi antarmerek yang sukses di


pasar. Di sisi lain, tidak sedikit yang gagal, bahkan
sebelum konsumen merasakan hasil kolaborasi
tersebut. Di masa sulit seperti pandemi, kolaborasi
menjadi salah satu cara menyelamatkan bisnis
perusahaan. Apa kunci agar kolaborasi bisa sukses?

Oleh Thasya Fadilla


Content Analyst
MarkPlus Institute
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

K
olaborasi antarmerek dalam berbagai produk
jamak mewarnai pasar. Hal ini mendorong
konsumen penasaran dan mencoba berbagai
produk kolaborasi tersebut. Selain rasa
penasaran, konsumen juga ingin mendapat pengalaman
baru.
Contohnya, Mizzu menggandeng Khong Guan untuk
produk perona pipi dan Dear Me Beauty X Yupi untuk
lipstik. Dengan produk dan warna yang hadir terbatas,
kolaborasi ini sukses menimbulkan word of mouth di
kalangan pecinta make up. Selain dilakukan merek, para
profesional di industri kreatif juga kerap berkolaborasi
untuk menciptakan konten menarik.
Apakah kolaborasi hanya dilakukan oleh bisnis startup,
swasta, dan industri kreatif? Tidak juga. Ada bentuk
kolaborasi antara swasta dan pemerintah, seperti layanan
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan atau pajak daerah
dari e-commerce.
Dulu, pembayaran pajak dan lain-lain bisa dilakukan di
kantor-kantor administrasi pemerintah. Lambat laun, bisa
melakukan pembayaran di ATM bank-bank nasional, lalu
kini bisa lewat e-commerce. Adanya perluasan layanan
pembayaran ini menjadi salah satu contoh bagaimana
pihak pelayan publik bisa memberikan nilai tambah
dengan membuka kolaborasi dengan e-commerce untuk
memudahkan orang-orang mengakses dan menjalankan
kewajibannya.
Kolaborasi bisa hadir dalam bentuk yang tidak terbatas,
tergantung ide-ide kreatif yang muncul untuk menjawab
berbagai tantangan pada masanya. Di tengah cepatnya
perubahan dan berbagai ancaman bisnis untuk bertahan,
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

setiap institusi dan individu diharapkan aktif berkolaborasi.


Kemampuan berkolaborasi ini akan sangat membantu
dalam berbisnis di masa krisis. Seperti pandemi kali ini,
banyak pelaku bisnis yang terkendala dalam proses
produksinya, sehingga tidak bisa memberikan hasil
maksimal. Bisnis yang bisa berkolaborasi mempunyai
peluang lebih besar untuk bertahan di pasar. Misalnya,
pedagang pasar tradisional yang berkolaborasi dengan
platform penjualan daring.
Bagaimana cara kita memulai kolaborasi? Apa saja yang
harus kita pahami untuk berkolaborasi? Pertama, tentukan
tujuan dari kolaborasi. Secara umum, kolaborasi dilakukan
untuk menciptakan nilai untuk masyarakat atau pasar.
Tugas kolaborator adalah menentukan tujuan dan hasil
kolaborasi tersebut.
Setelah menyepakati hasil yang dituju, para pihak terkait
menentukan keahlian apa saja yang dibutuhkan dalam
kolaborasi untuk menciptakan nilai yang disepakati. Hal ini
perlu disepakati di awal untuk mengelola harapan bersama.
Kedua, fokus pada kolaborasi dengan pihak yang
berorientasi pada penciptaan nilai (value creation). Dalam
berkolaborasi, setiap pihak memiliki tujuan bisnis yang
berbeda-beda. Pada aspek ini, coba pahami dulu apa yang
mendasari keinginan suatu pihak untuk berkolaborasi.
Secara umum, ada dua sudut pandang yang umum
dimiliki oleh kolaborator. Pertama, pandangan value
creation, yaitu pandangan bahwa dirinya bisa membawa
satu keahlian untuk menciptakan nilai baru. Kedua,
pandangan value exchange, yaitu pandangan bahwa
dirinya bisa mendapatkan kompensasi atas keahliannya.
Serupa tapi tak sama, kedua pandangan ini berbeda.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Pihak kolaborator yang memiliki pandangan value creation


akan lebih dibutuhkan ketika menjalankan kolaborasi
yang butuh ide kreatif dan pandangan inovatif. Suatu
kolaborasi yang sukses biasanya terdiri dari berbagai pihak
yang berorientasi pada penciptaan nilai dan memberikan
kemampuan terbaiknya.
Ketiga, keseimbangan antara kontrol dan koordinasi.
Setiap kolaborasi akan dihadapkan dengan potensi
kesalahpahaman. Kegiatan kolaborasi yang serius perlu
dilindungi oleh perjanjian hitam di atas putih yang
menjelaskan pembagian hak dan kewajiban setiap pihak.
Dengan begitu, setiap pihak bisa mengontrol bagian
pekerjaannya dengan baik dan bisa memastikan bahwa
kewajibannya terpenuhi.
Tidak hanya sampai di situ. Setiap perjanjian hitam
di atas putih tidak serta merta menjadikan kolaborasi
ini sempurna. Meskipun perjanjian tertulis ini bisa
mengukuhkan hak dan kewajiban pihak-pihak kolaborator,
belum tentu semua tantangan di masa depan sudah ada
penyelesaiannya di dalam kontrak.
Koordinasi yang baik sangat diperlukan dalam bisnis.
Selain membangun citra profesional, koordinasi yang
dilakukan berkala bisa memupuk rasa hormat dan
membuka peluang bagi para pihak untuk menyelesaikan
masalah yang muncul dengan lebih cepat.
Keempat, pahami bahwa kolaborasi adalah satu
hubungan yang dinamis. Kolaborasi, baik yang kecil-kecilan
maupun yang berskala besar, adalah hubungan dari pihak-
pihak yang bergerak untuk mencapai targetnya.
Target dari setiap pihak ini bisa saja berubah atau
bertambah, mengingat kondisi persaingan bisnis yang
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

berubah sangat cepat. Karena itu, perlu komitmen


memupuk komunikasi yang transparan dan terbuka.
Kolaborasi merupakan hubungan yang dinamis karena
setiap pihak terkait bisa melihat potensi untuk peluang
kerja sama lainnya di masa depan. Jadi, satu langkah
pertama kolaborasi bisa membuka kesempatan kolaborasi
dengan bentuk lainnya di masa depan.
Walaupun kolaborasi bisa dijelaskan dalam kontrak hitam
di atas putih, jangan lupa bahwa kontrak adalah penjelasan
pembagian hak dan kewajiban. Hubungan yang mendasari
kolaborasi ini tetap tumbuh dan berkembang dari relasi
interpersonal yang tumbuh dari seluruh tim.
Adanya hubungan interpersonal dari pihak yang terlibat
ini bisa membuka relasi pertukaran informasi, pengetahuan
dan keahlian. Potensi atas hubungan interpersonal ini juga
perlu diperhatikan dalam memulai kolaborasi.
Sebelum memulai kolaborasi, banyak tahapan yang perlu
diperhatikan dan dijajaki oleh calon kolaborator. Empat
aspek yang dibahas tersebut merupakan gambaran umum
tentang poin-poin penting yang bisa berguna di tahap awal
memulai kolaborasi.
Tidak perlu tergesa-gesa dalam menentukan mitra
kolaborasi. Jangan lupa untuk selalu memupuk dan
mengelola keahlian kita dalam berkomunikasi. Tahap
penjajakan awal kolaborasi sangat bergantung pada
network dari pemangku kepentingan di organisasi, atau di
satu entitas bisnis.
Jika perlu, lakukan pilot project yang merupakan proyek
kolaborasi berjangka pendek, dengan value creation yang
unik yang bertujuan untuk menunjang kegiatan inti kita.
Jika membuahkan hasil yang lumayan baik, beranikan diri
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

untuk scale-up dan dalam bentuk kolaborasi yang baru.


Ingat, buatlah keputusan setelah menghitung risiko yang
bisa diprediksi. Selamat mencoba.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Optimalisasi Peluang di Masa Sulit

Setiap kondisi, bahkan yang tersulit sekalipun, tetap


memunculkan peluang bisnis bagi perusahaan untuk
bertahan dan berkembang. Namun, tidak semua orang
bisa melihat peluang tersebut. Bagaimana caranya?

Oleh James L. Djoni


Associate
MarkPlus Institute
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

B
erbagai tantangan harus dihadapi oleh kita
semua setiap saat, terlebih sejak pandemi
COVID-19. Tidak ada kepastian dan kejelasan
kapan pandemi akan berakhir. Namun,
sebagai entrepreneur, kita harus memikirkan ide kreatif
dan cara taktis mempertahankan bisnis di masa sulit.
Memang, kepanikan akibat meroketnya kasus
positif COVID -19 membuat masyarakat mengalami
kebingungan. Bahkan, banyak yang menunda
pengambilan keputusan terkait berbagai hal, termasuk
dalam pembelian maupun konsumsi produk dan jasa.
Dalam setiap krisis atau masa sulit, selalu ada
perubahan dan pergerakan besar. Seperti pada krisis
ekonomi tahun 1998, ada beberapa perusahaan besar
yang terpaksa gulung tikar. Namun, pada saat yang
sama muncul pula pengusaha dan perusahaan baru
yang mampu beradaptasi dan bergerak cepat secara
berkesinambungan. Siapa pun yang berhasil bertahan dan
melewati masa sulit akan keluar sebagai pemenang di
kemudian hari.
Lantas, bagaimana cara mempertahankan bisnis kita di
tengah badai pandemi ini? Seorang entrepreneur harus
memiliki kemampuan memahami situasi dan kondisi
pasar. Lalu, menyusun langkah taktis untuk menggarap
peluang yang menguntungkan.
Berpikir out of the box. Membuka setiap kemungkinan
untuk menggarap lini bisnis yang selama ini belum
pernah dikerjakan. Bisa juga melakukan transformasi jika
bisnis existing tidak relevan dengan kondisi pandemi.
Artikel ini akan mengulas upaya menyikapi gejolak yang
ada dan mengatasinya menggunakan kanvas strategi
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Eliminate – Reduce–Raise–Create (ERRC Grid) yang


dikutip dari buku Blue Ocean Strategy.
Setiap kuadran dari ERRC berisi tindakan yang
dapat kita lakukan terhadap faktor dan atribut yang
berhubungan dengan bisnis kita. Tindakan yang diambil
akan membantu bisnis untuk bertahan. Alokasi sumber
daya yang lebih efisien akan menurunkan biaya produksi,
serta produk dan jasa yang ditawarkan menjadi lebih
sesuai dengan kebutuhan pelanggan di masa pandemi.
Mulai dengan melakukan analisis pada lanskap bisnis.
Amati meningkatnya penggunaan platform online untuk
berbagai kebutuhan, perubahan perilaku konsumen
menjadi lebih sadar akan kebersihan dan kesehatan,
kebijakan dan regulasi pemerintah terkait penanganan
pandemi, serta menurunnya perputaran ekonomi secara
keseluruhan.
Selanjutnya, dapat diperkirakan apakah bisnis existing
termasuk dalam sektor yang masih relevan atau tidak
dengan kondisi pandemi. Tidak dapat dipungkiri terdapat
beberapa sektor yang tidak relevan dan mau tidak mau
harus bertransformasi, setidaknya sampai pandemi
berakhir.
Contohnya, beberapa hotel fokus menyediakan fasilitas
isolasi mandiri ketimbang mencari tamu wisatawan
akibat lesunya sektor pariwisata, ruangan ballroom
diubah menjadi sentra vaksinasi dan swab-testing untuk
menjawab kebutuhan masyarakat yang membeludak.
Carilah peluang untuk berkolaborasi dan bekerja sama
dengan sektor yang relevan dengan pandemi guna
mendapatkan win-win solution untuk bisnis Anda.
Selanjutnya, analisis produk dan jasa yang Anda
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

tawarkan, dari sisi penjualan, harga, kemasan, kualitas,


pengiriman, dan lain sebagainya. Apakah produk masih
sesuai dengan kebutuhan pelanggan saat ini? Apakah
ada proses yang dapat memudahkan dan meningkatkan
kepuasan pelanggan?
Kemudian, apakah ada yang harus dikembangkan dari
produk yang sudah ada? Apakah ada atribut produk atau
jasa yang harus dikurangi agar menjadi lebih praktis dan
ekonomis? Apakah perlu dibuat produk baru dengan
kemasan yang lebih besar atau kecil untuk menyesuaikan
dengan pola konsumsi pelanggan? Jawaban dari berbagai
pertanyaan tersebut dapat dirangkum dan dipetakan
dalam ERRC Grid dan menjadi langkah taktis untuk
mempertahankan bisnis Anda.
Eliminate berisi hal yang perlu dihilangkan, seperti
fitur atau proses yang berdampak minimal namun
meningkatkan biaya. Tentunya, mempertimbangkan
regulasi, dampak positif, dan hal yang dihilangkan
tidak boleh mengurangi fungsi dari produk/jasa Anda.
Contohnya, alat makan tidak lagi diberikan pada take-
away untuk mengurangi sampah dan konsumen terbiasa
menggunakan alat makan pribadi.
Raise berisi hal yang perlu ditingkatkan atau
ditambahkan yang berhubungan langsung dengan
produk dan pelayanan yang Anda berikan. Misalnya,
menyalurkan produk Anda di berbagai platform online,
menyediakan opsi pembayaran cashless, membuat
katalog yang mudah dipahami dan dapat diakses via
WhatsApp dan media sosial lain. Hal ini dilakukan oleh
perusahaan taksi Blue Bird. Di saat bisnis transportasi
orang mengalami penurunan, Blue Bird menyediakan
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

layanan BirdKirim menggunakan armada taksi untuk


melayani kebutuhan pengantaran barang yang
meningkat.
Reduce, pikirkanlah hal yang harus dikurangi atau
diturunkan agar produk/jasa Anda menjadi lebih relevan
dan berdaya saing. Munculnya berbagai bisnis makanan
dengan konsep cloud kitchen, yakni cabang restoran
hanya melayani take-away saja dan tidak tersedia area
untuk dine-in. Hal ini tentunya meningkatkan efisiensi,
sehingga harga makanan menjadi lebih terjangkau oleh
konsumen. Selain itu, tidak ada space yang terbuang
percuma karena kebijakan social distancing mengurangi
kapasitas dine-in.

ELIMINATE: RAISE:
Faktor-faktor yang kita terima Faktor-faktor yang harus
begitu saja yang sebenarnya harus ditingkatkan dari standar
dihilangkan persaingan

ELIMINATE: RAISE:
Faktor-faktor yang harus
Faktor-faktor yang harus
diciptakan yang tidak pernah
dikurangi dari standar persaingan
ditawarkan dalam persaingan
dengan daerah lain
sebelumnya

© Chan Kim & Renée Mauborgne. All rights reserved.


C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Create, buatlah inovasi yang praktis dan mudah


diimplementasikan, sebaiknya berasal dari produk/jasa
yang sudah ada. Berbagai coffee shop, termasuk Starbucks
sekarang menyediakan minuman dalam kemasan satu
liter, sebelumnya hanya tersedia kemasan gelas. Kemasan
baru ini dibuat untuk menjawab kebutuhan pelanggan di
rumah yang ingin berbagi minuman sekeluarga dengan
harga yang masuk akal dan kebersihan yang terjamin oleh
botol bersegel.
Anda dapat menggunakan satu kuadran ERRC Grid
atau mengombinasikan beberapa kuadran sesuai dengan
situasi bisnis Anda. Semoga dengan melakukan analisis
dan menyusun langkah taktis, bisnis Anda dapat bertahan
dan menjadi lebih baik di masa sulit yang kita harapkan
segera berakhir.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Recover Faster

Semangat entrepreneurship menjadi energi utama


perusahaan untuk bangkit kembali dari keterpurukan
akibat pandemi. Jeli melihat peluang, berani
mengambil risiko, dan lincah berkolaborasi. Ibarat
petinju yang pernah jatuh terpukul lawan, terkapar di
atas ring, namun dalam hitungan singkat, ia bangkit
kembali dan melanjutkan permainan.

Oleh Sigit Kurniawan


C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

H
ampir dua tahun pandemi COVID-19
melanda Indonesia. Banyak pelaku industri
terpukul lantaran pandemi tersebut. Mereka
harus memangkas ongkos operasional,
menutup fungsi- fungsi perusahaan yang tidak relevan,
merumahkan karyawannya, dan bahkan sebagian
terpaksa menutup bisnisnya.
Tahun 2021, setahun setelah pandemi mewabah, diklaim
oleh banyak pihak sebagai tahun pemulihan. Setahun
ini pula, kita melihat pandemi menjadi semacam proses
seleksi alam. Yang kuat akan bertahan dan yang lemah
akan hilang. Boleh dikatakan masa pandemi dengan
segala gejolaknya ini menjadi momentum sekaligus batu
uji bagi perusahaan untuk membuktikan dirinya tangguh
menghadapi badai atau tidak.
Pada masa ini, kapasitas perusahaan untuk kreatif dan
inovatif diuji. Meski demikian, di situasi ekstrem di mana
wabah COVID-19 menyerang tanpa membeda-bedakan
kelas dan latar belakang ini, tidak gampang bagi mereka
untuk tumbuh – mengingat mampu bertahan saja sudah
merupakan hal bagus bagi perusahaan. Bagi mereka yang
optimistis, selalu akan ada jalan keluar dari krisis ini.
Hadirnya vaksin dan distribusi massal vaksin yang
diyakini sebagai the game changer dari pandemi ini telah
mengembuskan angin optimisme di semua kalangan.
Tahun pertama pandemi adalah tahun adaptasi dengan
situasi baru. Tahun kedua yang ditandai oleh semakin
gencarnya vaksinasi merupakan momentum untuk
pemulihan.
Di edisi yang sedang Anda baca ini, Marketeers
mengupas strategi perusahaan melakukan pemulihan.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Redaksi mengangkat kisah-kisah perusahaan yang pernah


terempas oleh pandemi, namun berkat strategi jitu dan
cerdasnya mampu bangkit dengan cepat. Ibarat petinju,
perusahaan ini pernah jatuh terpukul lawan, terkapar
di atas ring, namun dalam hitungan singkat, ia bangkit
kembali dan melanjutkan permainan.
Untuk bangkit, perusahaan harus mengintegrasikan
strategi marketing dan entrepreneurship. Keduanya
menjadi kekuatan baru dalam menghadapi lanskap
industri yang tidak pasti. Founder and Chairman MarkPlus,
Inc. Hermawan Kartajaya pernah mengatakan seorang
entrepreneur tanpa marketing itu ibarat sopir kendaraan
melintas di jalanan tanpa surat izin mengemudi (SIM).
Sedangkan pemasar tanpa jiwa entrepreneurship itu
ibarat pengemudi yang memiliki surat-surat lengkap tapi
tidak berani dan lincah mengemudi di jalanan berkelok
dan semerawut.
Nah, boleh dibilang kondisi pandemi saat ini ibarat jalan
yang memiliki banyak kelokan dan semerawut. Mau tidak
mau, suka tidak suka, pemasar harus melewati jalanan
itu bila ingin sampai tujuan. Sudah saatnya pemasar
mengandalkan semangat entrepreneurship. Semangat
ini memiliki tiga elemen utama, yakni kejelian melihat
peluang (opportunity seeking), keberanian mengambil
risiko (risk taking), dan keluwesan dalam membangun
jejaring (network collaborating). Perusahaan yang jeli
melihat peluang di tengah pandemi, berani mengambil
keputusan dengan segala risikonya, dan berinisiatif untuk
berkolaborasi dengan banyak pihak, akan selamat dan
berkembang selama pandemi.
Banyak pemain industri kewalahan menghadapi
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

perubahan akibat pandemi. Namun, tak sedikit yang


memeras otak untuk mencari jalan keluar. Di Industri
otomotif Tanah Air, misalnya, Astra Daihatsu Motor (ADM)
menjadi satu contoh perusahaan yang mampu mensiasati
keadaan.
Pada tahun 2020, penjualan ritel ritel ADM anjlok 44%
dibanding tahun sebelumnya saat pandemi belum
merebak. Penjualan ritel mobil nasional anjlok lebih
dalam sebesar 45% dibanding tahun 2019. Pada tahun ini,
penjualan ADM menunjukkan tren positif. Pada Januari
2021, pangsa pasar ADM mencapai 17,6%.
“Daihatsu terus berusaha memenuhi permintaan
pelanggan di tengah perpanjangan insentif diskon pajak
dari pemerintah. Selain itu, meningkatkan aktivitas
digital marketing karena adanya keterbatasan mobilitas
di tengah kondisi PPKM,” kata Hendrayadi Lastiyoso,
Marketing & Customer Relations Division Head PT Astra
International Daihatsu Sales Operation (AI-DSO).
Di saat ada pembatasan sosial, ADM melihat peluang
baru dalam digital marketing. Mengingat selama
pandemi, trafik aktivitas daring meningkat pesat.
Digital marketing dianggap sebagai kunci pencapaian
selama pandemi. Kanal digital dimanfaatkan untuk
mengoptimalkan promosi, branding, dan pemasaran yang
ujungnya pada peningkatan penjualan.
Masih banyak contoh perusahaan-perusahaan
memanfaatkan peluang selama pandemi agar tetap
relevan dengan kebutuhan konsumen dan membantu
menjaga arus kas perusahaan. Di awal pandemi, misalnya,
Blue Bird menghadirkan fitur Chat-order-Delivery (COD)
untuk puluhan ribu armadanya. COD ini didedikasikan
untuk keperluan barang-barang selama pandemi.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Lain lagi dengan SiCepat Ekspress yang sigap mensiasati


pandemi dengan menggenjot layanan antar murah
berkualitas. SiCepat menghadirkan layanan HaLu (Harga
Mulai Lima Ribu), SiUntung (pengiriman murah untuk
social commerce), dan GoKil (Kargo Kilat). Produk-produk
ini laris sebagai pemenuh kebutuhan seller dan buyer
pengguna jasa pengiriman.
Sementara itu, menjawab perubahan perilaku
konsumen selama pandemi, PT Unilever Indonesia Tbk
melakukan inovasi dengan membuat 40 produk baru. Di
balik perubahan perilaku konsumen, ada peluang-peluang
baru untuk digarap. Tentunya, produk-produk itu hadir
dan relevan dengan kebutuhan kekinian.
Sementara itu, di masa-masa sulit, perusahaan
membutuhkan kepemimpinan yang tegas, cepat
mengambil keputusan, dan tentunya berani mengambil
risiko. Tentunya, bukan sembarang ambil risiko, melainkan
disertai dengan kalkulasi risiko tersebut. Selama pandemi,
tak sedikit perusahaan melakukan terobosan berisiko.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Entah itu meluncurkan produk di tengah ekonomi sulit,


membakar uang untuk investasi, membuat bisnis baru di
luar bisnis utama, dan sebagainya. Termasuk berpindah
ke platform daring bagi sebagian perusahaan merupakan
langkah yang tak lepas dari risiko.
Terkait keberanian ambil risiko, ZAP Clinic memiliki
ceritanya sendiri. Saat terjadi pembatasan sosial, Feriani
Chung, Vice President Sales and Marketing ZAP Clinic
memutar otak agar bisnis kecantikannya tetap jalan.
Kepada Marketeers, Feriani mengatakan bisnisnya
mengalami penurunan jumlah konsumen hingga 70%.
Kondisi ini membuatnya terjebak pada situasi sulit. Di satu
sisi, ada konsumen yang harus dilayani. Di sisi lain, ada
karyawan yang juga tetap harus dihidupi. “Waktu itu, ZAP
Clinic memiliki dua pilihan, yaitu bersembunyi atau tetap
tampil melayani konsumen. Dua-duanya memiliki risiko
yang tinggi,” ungkap Feriani.
Akhirnya, Feriani memilih untuk tetap menjalankan
bisnis ZAP Clinic dan melayani konsumen yang masih
ingin melakukan perawatan kecantikan. Berkat kenekatan
inilah, serangkaian inovasi ZAP Clinic dalam menghadapi
krisis pandemi muncul satu persatu, bahkan berhasil
menyelamatkan bisnis ZAP Clinic. Menurutnya, kenekatan
ini berhasil menyelamatkan lebih dari 1.000 karyawan ZAP
Clinic di seluruh Indonesia.
Selain itu, dalam menghadapi masa sulit, kolaborasi
menjadi salah satu jalan penyelamat. Bahkan, di masa
normal pun, kolaborasi dibutuhkan oleh perusahaan.
Biasanya kolaborasi terjadi karena masing-masing pihak
memiliki kapabilitas berbeda dan bisa saling melengkapi.
Memadukan kapabilitas berbeda bisa menambah
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

kekuatan baru perusahaan menghadapi masa sulit.


Bahkan, kolaborasi ini terbuka pada kompetitor yang
dikenal dengan istilah co-opetition. Kolaborasi menjadi
cara bertahan di masa sulit.
Perusahaan bumbu makanan Indonesia PT Sasa
Inti (Sasa), misalnya, berkolaborasi dengan beberapa
merek makanan minuman selama pandemi, seperti
Chatime maupun Flip Burger. Sasa menyadari produknya
merupakan pendatang baru di Indonesia. Mereka menjadi
penantang pasar produk serupa yang lebih dulu dikenal.
Untuk memperkuat posisi mereka di pasar dengan cepat,
Sasa mengandalkan kekuatan kolaborasi.
Kolaborasi dilakukan bukan hanya untuk mengejar
untung dan bertahan di masa pandemi. Kolaborasi juga
bisa dilakukan untuk tujuan sosial. Salah satu contohnya,
kolaborasi antara GoTo, Samator Group, dan KADIN
Indonesia dalam membangun Rumah Oksigen Gotong
Royong. Tentunya, kolaborasi untuk misi kemanusiaan ini
pada akhirnya juga berpengaruh pada merek. Kepedulian
perusahaan pada people maupun planet menjadi salah
satu kunci utama keberlangsungan bisnis perusahaan di
masa depan. Kolaborasi ini tidak hanya mengejar value
(keuntungan) tapi mengedepankan values (nilai-nilai).
Demikian saripati tiga disiplin entrepreneurship yang
dibutuhkan di masa sulit ini. Tiga disiplin tersebut
membantu perusahaan melakukan pemulihan lebih
cepat. Semoga edisi bertajuk ”Recover Faster: Blending
Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis”
menginspirasi Anda.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

In light of the pandemic,


CEOs believe that purpose is more powerful and relevant than ever

79% 79% 77% 77%


I feel a stronger We have had to Our purpose has help us Purpose provides a
emotional re-evaluate our understand what we clear framework for
connection to our purpose as a result of need to do to meet the making quick and
purpose since the COVID-19 to better needs of stakeholders: effective COVID-19
crisis began address the needs of employees, communi- related decisions.
our stakeholders ties, customers, partners
and investors.

CEOs see the pandemic as an opportunity


to rethink the way we work and communicate

77% 73% 69% 68%


We will continue to Working remotely We will be downsiz- My communications
build on our use of has widened our ing office space with employees have
digital collaboration potential talent improved during the
and communication pool. crisis
tools.

Sumber: KPMG 2020 CEO Outlook COVID-19 Special Edition, KPMG International
MTV ADS APR 21.pdf 1 25/03/21 19.34

Fresh from the Oven


Only On Marketeers TV – YouTube Channel
Spill the tea and get the idea!

CI-EL CORNER tampil dengan lebih fresh, Membuka dapur para KOL, influencer, dan
youth, and vibrant. Dikemas dengan konsep entrepreneur untuk mengulik resep kesuk-
chit-chat bersama para pembicara, sesan mereka dalam berbagai bidang.
program ini membahas mengenai
konsep-konsep CI-EL dan implementasinya
bagi para pebisnis.

Ulasan ter-update dan transparan menge- Memotret berbagai macam sudut


nai ragam jenis produk, servis, hingga pandang mengenai isu-isu terhangat
lokasi-lokasi menarik.
yang dikemas dalam bentuk social
experiment.

LIKE, COMMENT,
SUBSCRIBE

ON YOUTUBE

Subscribe
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Opportunity Seeking
Butuh Kejelian

Selalu ada kesempatan dalam setiap kesulitan.


Perusahaan yang selalu berusaha mencari dan
mengambil setiap peluang akan bertahan dan
berkembang.

Oleh Ign. Eko Adiwaluyo


C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

S
elalu mencari peluang baru menjadi kunci
bagi setiap pebisnis dan perusahaan untuk bisa
bertahan di segala situasi. Bahkan, kemampuan
menggarap peluang baru ini membuat
perusahaan tumbuh ketika lanskap bisnis sedang berada
dalam ketidakpastian seperti saat pandemi ini.
Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi dan bisnis di hampir
semua industri mengalami penurunan. Setelah tahun
berganti, muncul harapan untuk bisa melakukan perbaikan
dan tumbuh lagi. Namun, dengan ketatnya persaingan dan
kondisi pasar yang belum pulih sempurna, bisa jadi tidak
semua perusahaan bisa meraih pertumbuhan. Sekali lagi,
pertumbuhan hanya mungkin terjadi pada mereka yang
bisa melihat peluang dan berani mengambil risiko untuk
menggarapnya.
Selain itu, harus ada optimisme bahwa krisis ini bisa
menjadi peluang untuk tumbuh. Semangat ini penting
untuk mendorong perusahaan tidak lelah menggali
kesempatan mengembangkan bisnis. Penelitian
McKinsey bertajuk, Innovation Through Crisis Survey 2020,
menyebutkan bahwa para eksekutif di berbagai industri
mengamini bahwa krisis ini tetap bisa memberi mereka
peluang besar untuk tumbuh.
Beberapa industri terbilang paling optimistis dalam
melihat peluang, seperti industri teknologi, farmasi,
keuangan, dan consumer goods. Secara umum tingkat
optimisme ini cukup tinggi di berbagai industri, di atas 70%
Sudah tentu, di semua industri ada segelintir pemain
yang punya kemampuan untuk melihat peluang. Di industri
otomotif, salah satunya adalah Astra Daihatsu Motor (ADM).
Memang, seperti pemain lain di industri otomotif, kinerja
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

penjualan Daihatsu juga tergerus sepanjang tahun 2020.


Tahun lalu, penjualan ritel (dari diler ke konsumen) ADM
sebesar 100.026 unit. Angka ini turun 44% dibanding
pencapaian tahun sebelumnya. Sedangkan penjualan
ritel mobil nasional pada tahun 2020 turun hingga 45%
dibanding tahun 2019 atau hanya mencapai sekitar 578.000
unit.
ADM masih tetap bisa mempertahankan posisinya di
peringkat kedua dengan penjualan terbanyak pada tahun
lalu. Bahkan, pangsa pasar merek ini naik tipis menjadi
17,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang di
angka 17%.
Sepanjang tahun ini, tren penjualan ADM juga terlihat
positif. Perolehan pangsa pasar Daihatsu juga terus
meningkat dari bulan ke bulan. Pada bulan Januari 2021,
ADM membukukan pangsa pasar hingga 17,6% dan di bulan
Juni lalu, pangsa pasar ritail sales ADM mencapai 19%.
“Daihatsu terus berusaha memenuhi permintaan
pelanggan di tengah perpanjangan insentif diskon pajak
dari pemerintah. Selain itu, meningkatkan aktivitas digital
marketing karena adanya keterbatasan mobilitas di tengah
kondisi PPKM,” kata Hendrayadi Lastiyoso, Marketing &
Customer Relations Division Head PT Astra International
Daihatsu Sales Operation (AI-DSO).
Kemampuan dalam memaksimalkan digital marketing
inilah yang menjadi kunci pencapaian Daihatsu. Secara,
Semenjak pandemi, Daihatsu giat menggarap kanal digital
untuk memaksimalkan penjualan. Strategi branding
Daihatsu dijalankan melalui tiga pilar utama, yaitu
Entertainment, Inspiration, dan Information.
Pada tahun 2020, aktivitas branding dilakukan melalui
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

media digital dengan tema #SeruBarengSahabat. Selama


pandemi, Daihatsu juga menggelar aktivitas virtual. Di
antaranya, Daihatsu Virtual Festival dan approval kredit
online.
“Aktivitas di kanal digital merupakan bagian dari customer
journey yang kami bangun untuk menciptakan kemudahan
dan kenyamanan bagi konsumen. Terbukti, Daihatsu selalu
menjadi nomor 2 di pasar mobil Indonesia selama 12 tahun
berturut-turut,” kata  Amelia Tjandra, Marketing Director
dan Corporate Planning & Communication Director PT Astra
Daihatsu Motor (ADM).
Selain aktivitas pemasaran, baik online dan offline, salah
satu journey yang selalu diperhatikan oleh Daihatsu adalah
best fit atau menghadirkan produk yang pas bagi pasar
Indonesia. Tidak hanya produk berkualitas, Daihatsu juga
jeli menempatkan setiap produknya di segmen yang tepat.
Terbukti dengan peluncuran Daihatsu Rocky pada akhir
April 2021 lalu. Produk baru dari Daihatsu ini masuk ke
segmen sport utility vehicle (SUV) compact. Model SUV
compact saat ini sedang tren dan termasuk diminati
konsumen Indonesia.
“ADM selalu melakukan survei terhadap market
demand dan bekerja sama dengan R&D Center untuk
mengembangkan best fit product untuk pasar Indonesia.
Hal ini terbukti dengan peluncuran Daihatsu Rocky yang
diterima oleh pasar,” tambah Amelia.
Peluncuran ini terbilang berani karena terjadi di masa
pandemi. Tapi, sejak awal tahun pasar otomotif mulai
menunjukkan tren positif. Di sisi lain, pemerintah juga
mengeluarkan insentif PPnBM dan Daihatsu Rocky
termasuk yang didaftarkan ADM.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

“Persiapan peluncuran Daihatsu Rocky sudah dilakukan


di jauh hari sebelumnya. Peluncuran ini merupakan bagian
dari strategi Daihatsu untuk memenuhi permintaan market
terhadap kendaraan SUV yang menyasar anak muda,”
katanya.
Untuk mendukung penjualan Daihatsu Rocky, ADM
juga membuat berbagai paket pembelian yang menarik.
Purchase Periode ini juga merupakan bagian dalam
customer journey yang menjadi perhatian ADM. Selain
paket menarik, kemudahan transaksi juga sangat penting.
Kemudian, diperkuat lagi pada tahapan berikutnya,
yakni ownership period. Pada tahap ini ADM memastikan
konsumen merasa nyaman karena jaringan bengkel
Daihatsu tersebar di setiap pelosok negara. “Pada saat
pandemi, untuk memberi kenyamanan pada konsumen
kami menghadirkan layanan Home Service dan Rapid
Service atau servis tanpa turun mobil,” tambah Amelia.
Selain di industri otomotif, pemain di industri lain juga
berusaha mencari peluang saat pandemi. Salah satunya,
Prudential Indonesia yang bermain di industri asuransi jiwa.
Sejak awal pandemi, perusahaan asuransi jiwa ini terbilang
aktif melakukan terobosan di pasar.
Tercatat, Prudential Indonesia menjadi asuransi pertama
yang memberikan Santunan Tunai Tambahan jika nasabah
terdiagnosis positif COVID-19. Gebrakan lainnya adalah
meluncurkan inisiatif Program Santunan Rawat Inap
Pascavaksinasi dan menyediakan sentra vaksinasi COVID-19
pada tahun 2021.
Secara kinerja keuangan, Prudential Indonesia juga
terbilang kokoh. Tahun lalu, asuransi ini membukukan
total pendapatan premi sebesar Rp 23,7 triliun. Kemudian,
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

total aset mencapai Rp 76,3 triliun dan total aset investasi


sebesar Rp 70,2 triliun. Ketiga pencapaian tersebut
merupakan yang tertinggi di industri asuransi berdasarkan
data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI).
“Prudential Indonesia merangkum tahun 2020 ke dalam
dua kata yaitu, inovasi perlindungan dan inovasi untuk
delighting customers. Hasilnya, kami mampu mencatat
hasil bisnis yang stabil dan terus membangun posisi
keuangan dan mampu melewati tantangan tahun lalu,”
kata Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia.
Inovasi ini berlanjut pada tahun 2021. Tahun ini, Prudential
Indonesia membuat berbagai terobosan, baik untuk produk
dan layanan. Di antaranya, meluncurkan PRUTect Care-
Hospital Cash yang merupakan produk asuransi syariah
berbasis digital. Peluncuran produk ini menggandeng OVO,
salah satu alat pembayaran digital.
Menurut Reisch, potensi asuransi syariah di Indonesia
yang mayoritas beragama Islam sangat besar. Apalagi,
di produk ini mengutamakan prinsip tolong menolong
dengan adanya fitur Surplus Sharing untuk memberikan
donasi pada kegiatan sosial.
Ditambah lagi, fleksibilitas dan akses mendapat asuransi
yang mudah juga menjadi faktor kesuksesan suatu
produk asuransi. Sehingga, sangat tepat bila Prudential
Indonesia menggandeng OVO. “Kemitraan dengan OVO ini
mencerminkan aspirasi dalam menghadirkan produk yang
terjangkau dan mudah diakses,” tambahnya.
Masih menggarap segmen asuransi syariah, pertengahan
tahun ini, Prudential Indonesia juga menghadirkan
PRUCerah. Ini adalah produk asuransi jiwa tradisional
berbasis Syariah yang menawarkan manfaat dana
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

pendidikan bulanan dan tambahan dana pendidikan.


Konsistensi Prudential Indonesia dan Astra Daihatsu
Motor dalam menghadirkan inovasi ini menunjukkan
bahwa ada peluang yang bisa digarap dalam kondisi
sulit sekalipun. Sekali lagi, peluang tidak selalu dengan
menghadirkan produk baru, namun juga cara baru dalam
berkomunikasi dan memberikan layanan.

Nearly three of four executives agree that changes brought about by COVID-19
will be a big opportunity for growth, with variation across industries.

Share of executives who expect th COVID-19 crisis to be 1 of the biggest opportunities for growth
in their industry , %

85
Overall 70 79
70 71 71 73 73

50
38

Industrial Basic Communication Healthcare Retail Financial Pharma and Consumer Technology
materials services systems and services medical supplies packaged
services goods

Sumber: McKinsey Innovation through Crisis Survey, April 2020

QUOTES
“ADM selalu melakukan survei terhadap
market demand dan bekerja sama dengan R&D
Center untuk mengembangkan best fit product
untuk pasar Indonesia. Hal ini terbukti dengan
peluncuran Daihatsu Rocky yang diterima oleh
pasar.”  

Amelia Tjandra
Marketing Director dan Corporate Planning & Communication
Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM).
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Risk Taking
Tak Sekadar Berani

Keberanian mengambil risiko ini menjadi satu dari tiga


nilai entrepreneurship yang harus dimiliki oleh para
pelaku usaha. Dengan berani mengambil risiko dan
lihai mengelolanya, bukan tidak mungkin pertumbuhan
jangka panjang akan didapat.

Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz


C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

M
asih ingat bagaimana perjuangan Gojek
mendapat izin beroperasi? Tidak mudah,
Kementerian Perhubungan bahkan
sempat melarang model transportasi
berbasis online. Pada akhirya pelarangan itu dicabut atas
perintah langsung dari Presiden Joko Widodo dan ride
hailing bisa beroperasi di Indonesia.
Tapi, tantangan berikutnya datang dari sebagian
masyarakat. Saat itu, penolakan datang dari para ojek
pangkalan dan sopir taksi. Setelah itu tuntas, tantangan
Gojek justru berasal dari mitra pengemudi yang
melakukan unjuk rasa akibat pengurangan bonus.
Penolakan-penolakan dan tantangan tersebut ini
merupakan risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan
atau pun pengusaha. Apa jadinya bila saat itu Gojek
menyerah dan tidak melanjutkan bisnis mereka? Mungkin
Gojek tidak akan mencapai mimpi mereka menjadi
perusahaan rintisan dengan status Decacorn SuperApp.
Saat ini, pencapaian Gojek ini justru menjadi kebanggaan
Indonesia di mata internasional.
Tentu, semua ini berjalan berkat adanya kultur
perusahaan yang kuat pula. Lincah bertransformasi
menjadi salah satu budaya yang harus bisa ditanamkan
ke seluruh elemen. Terdengar mudah, meski begitu,
transformasi budaya menjadi tantangan yang cukup
sering dialami oleh perusahaan.
Menurut survei McKinsey bertajuk Practical Lessons
on Building an Agile Culture, sekitar 76% perusahaan
yang mereka teliti mengalami kesulitan dalam
mengartikulasikan budaya agile dan baru di dalam
perusahaan. Padahal, riset Boston Consulting Group (BCG)
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

bertajuk How to Drive a Digital Transformation: Culture


Is Key mengungkapkan bahwa perusahaan yang fokus
terhadap penanaman culture berpeluang lima kali lebih
sukses dalam mencapai goals mereka.
Kultur ini sebetulnya cukup melekat di benak
perusahaan rintisan atau startup seperti Gojek. Berbekal
keuletan mereka kini Gojek terus melebarkan bisnis
mereka ke berbagai negara di Asia Tenggara. Namun
begitu, perjalanan ekspansi Gojek juga tidak mulus-mulus
saja, beberapa negara menolak proposal izin usaha Gojek.
Memang, tidak semua menolak, Gojek berhasil masuk ke
beberapa negara, seperti di Vietnam dan Thailand.
Bahkan, sambutan positif datang dari perusahaan besar
yang telah lebih lama beroperasi. Baru-baru ini, melalui
divisi AirAsia Digital, CEO AirAsia Group Tony Fernandez
mengambil alih operasional perusahaan Gojek di Thailand. 
“Gojek menjadi satu-satunya unicorn di Asia Tenggara
yang menarik pehatian saya. Mereka adalah inspirasi saya,”
ujar Tony setelah mengonfirmasi partnership dengan
Gojek lewat akun LinkedIn-nya.
Berbagai risiko yang dihadapi oleh Gojek–yang sampai
hari ini risiko-risiko lain masih terus ada- menjadi
pengantar bahasan bagaimana keberanian mengambil
risiko harus dimiliki oleh para pemasar atau perusahaan.
Keberanian mengambil risiko ini menjadi satu dari tiga
nilai entrepreneurship.
Tak sekadar berani, pengambil keputusan juga harus
lihai mengelola dan melakukan mitigasi risiko-risiko yang
mungkin akan terjadi. Pandangan ini sesuai dengan apa
yang dialami oleh Telkomsel, Mercedes-Benz Indonesia,
hingga Pertamina Lubricants ketika menjalankan bisnis
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

di luar negeri. Berkat keberanian dan pengukuran yang


tepat dalam mengelola risiko, ketiganya berhasil bertahan
selama pandemi sekaligus membukukan raport positif.
Terlepas dari tantangan yang kompleks pada tahun
2020, Telkomsel berhasil mempertahankan kinerja yang
solid untuk pencapaian pendapatan, EBITDA (earnings
before interest, taxes, depreciation, and amortization),
laba bersih & tingkat profitabilitas yang sehat. Pada akhir
2020, Telkomsel mencatat pendapatan dari bisnis digital
tumbuh sekitar 7% year-on-year (YoY), yang kontribusinya
mencapai lebih dari 71% dari total pendapatan
perusahaan.
Hingga kuartal 1-2021, dengan serangkaian tantangan
dan seasonality yang lebih rendah menyebabkan
tekanan pada pendapatan. Meski begitu, Telkomsel dapat
mempertahankan tingkat profitabilitas yang sehat yang
didukung oleh layanan inti dan digital. Sebagai mesin
pertumbuhan baru, bisnis digital mencatat pertumbuhan
+3,1% YoY. Pencapaian ini didorong oleh kinerja data
dan layanan digital yang tumbuh +0,4% YoY dan +22,6%
YoY. Kedua bisnis ini menyumbang 76,9% dari total
pendapatan. Kontribusi ini meningkat dari capaian 70,6%
pada tahun lalu.
“Dalam menghadirkan inisiatif atau inovasi baru, ada
banyak faktor risiko yang harus dipertimbangkan dan
dikendalikan. Tujuannya, inisiatif baru tersebut memiliki
nilai keberkelanjutan,” ujar Denny Abidin, Vice President
Corporate Communications Telkomsel.
Telkomsel kerap mengadapi aneka risiko di industri.
Misalnya, tingkat adaptasi dan adopsi masyarakat
terhadap pemanfaatan teknologi baru, yang seringkali
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

memerlukan proses sosialisasi dan edukasi yang


berkelanjutan. Selain itu, dukungan entitas lain
dari lintas industri. Kehadiran pihak lain dalam satu
ekosistem seringkali memengaruhi penyerapan dampak
dari hadirnya pemanfaatan teknologi baru, seperti
ketersediaan perangkat pintar yang terjangkau.
Mercedes-Benz juga menghadapi berbagai risiko. Bagi
pabrikan yang bermarkas di Stuttgart, Jerman ini, risiko
di industri otomotif terbagi menjadi tiga. Pertama, risiko
ketidakpastian pasar yang kental terasa beberapa tahun
belakang. Misalnya, regulasi pembatasan kegiatan sosial
yang memaksa operasional perusahaan harus diubah.
“Dalam hal ini, kami membangun komunikasi yang erat
antara tim penjualan dan pemasaran untuk memprediksi
supply kendaraan,” ujar Hari Arifianto, Deputy Director
Marketing Communication & PR PT Mercedes-Benz
Distribution Indonesia (MBDI).
Kedua, risiko dari proses digitalisasi. Dengan situasi
social distancing yang mendorong kuat digitalisasi,
komunikasi dengan pelanggan harus berubah. Layanan
tatap muka kini mulai berkurang porsinya. Mendorong
perusahaan harus melakukan komunikasi virtual. Strategi
interaksi antara principal dengan para diler juga ikut
berubah. Kondisi ini membuat risiko kegagalan dalam
berkomunikasi kian besar.
Di sisi lain, perusahaan perlu menghadirkan kompensasi
yang kuat agar masyarakat mendapatkan enjoyment
dengan pengalaman barunya. Beberapa layanan dan
platform digital pun dikerahkan oleh MBDI, mulai dari
5-year StarService, Mercedes-Benz Original Tires dan
Mercedes-Benz Virtual Showroom.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Harapannya, inovasi ini bisa relevan dengan kebiasaan


konsumen dan menyajikan best customer experience
konsumen dari brand dengan logo bintang-tiga sudut ini.
“Dengan rangkaian layanan yang kami bangun, Mercedes-
Benz berhasil membukukan Customer Satisfaction Index
yang sangat tinggi di paruh pertama tahun ini dengan
poin 4,92 dari 5,” ungkap Choi Duk Jun, President Director
MBDI.
Ketiga, regulasi. Regulasi ini menjadi hal yang juga
tidak bisa dikontrol. Meski begitu, perusahaan dapat
berkoordinasi dengan regulator dan menyesuaikan
diri. Pendekatan ini sangat perlu dilakukan mengingat
regulator terus melakukan manuver untuk merespons
pandemi COVID-19 yang belum kunjung usai.
Melalui pendekatan ini, harapannya rangkaian program
atau strategi pemasaran yang telah dirancang sejak awal
tahun bisa berjalan di sepanjang tahun namun tetap
menaati peraturan yang ada. Hasilnya, tak hanya indeks
kepuasan pelanggan, Mercedes-Benz juga berhasil
membukukan penjualan positif.
“Sepanjang periode Januari-Juni 2021, kami berhasil
membukukan penjualan ritel 1.235 unit atau meningkat
sekitar 48% dibanding periode yang sama pada tahun
2020. Dari total penjualan tersebut, varian E-Class, C-Class,
dan GLE menjadi top 3 best-selling model,” lanjut Duk Jun.
Kesuksesan Mercedes-Benz di semester pertama tahun
ini tidak lepas dari gencarnya mereka meluncurkan
produk baru. Bisa dibilang, periode 2020-2021 pabrikan
mobil premium lebih berani meluncurkan produk baru
ketimbang merek dari Asia. Tercatat, pada semester
pertama tahun ini, Mercede-Benz telah meluncurkan lima
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

model baru.

Risiko Ekspansi
Tidak hanya contoh dari pemain di pasar dalam
negeri, ada pula keberanian mengambil risiko masuk
ke pasar asing dan berhasil. Kesuksesan ini ditunjukkan
oleh PT Pertamina Lubricants. Produsen pelumas ini
merupakan pemimpin pasar di dalam negeri. Tapi,
Pertamina Lubricants tidak mau menjadi jago kandang
saja, sehingga pada tahun 2007 melebarkan sayap bisnis
ke negara lain. Tentu, ekspansi ke pasar luar negeri ini
mengandung banyak risiko.
“Risiko ini kami kelola berdasarkan dengan pola market
entry yang kami lakukan di setiap negara, mulai dari
partnership dengan pengusaha lokal, distributorship, lalu
masuk pembangunan kantor perwakilan di negara tujuan.
Pendekatan ini menjadi upaya mitigasi risiko yang kami
lakukan,” papar M. Taufiq Setyawan, Vice President Sales
Overseas PT Pertamina Lubricants.
Ia menambahkan, Pertamina Lubricants memainkan
bisnis dengan skala yang besar, baik di segmen retail
maupun business-to-business (B2B). Sebelum memasuki
pasar di suatu negara, mereka melakukan market
mapping sebelum menentukan model bisnis dan segmen
mana yang dibidik. Tujuannya, untuk menekan risiko.
“Kami akan menghadapi risiko yang besar bila langsung
melakukan foreign direct investment (FDI),” ujar Taufiq.
Bila potensi pasar di suatu negara besar, Pertamina
Lubricants akan melakukan proses kajian investasi.
Apakah model ekspansi akan ditingkatkan, seperti akusisi,
partnership, joint venture, atau bentuk lainnya. Tercatat,
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

saat ini Pertamina Lubricants sudah masuk ke 14 negara.


Dua di antaranya, Thailand dan Australia, sudah ada kantor
perwakilan. Sisanya, masih dikelola dari Jakarta. “Saat
ini, kami sedang melakukan kajian untuk ekspansi ke
beberapa negara lain. Terdekat, kami berencana masuk ke
pasar China,” pungkas Taufiq.

Companies Companies that Companies that

17% 90%
Neglected Culture Focused on Culture
that focused on
culture
were 5x more likely to
achieve breakthrough
performance
than companies
Achieve breakthrough Achieve breakthrough
that neglected culture. performance performance

Sumber: BCG (2021), How to Drive a Digital Transformation: Culture is Key

Top Five challenges during an enterprise agile transformation


(% of respondent)
Transforming the culture
and ways of working 76

Lack of leadership and talent 42


Establishing a clear vision
and implementation plan 34

Insufficient resources 28
Overcoming technological
bottlenecks
28

Average = 33

Sumber: McKinsey (2020), Practical Lessons on Building on Agile Culture

QUOTES
“Dalam menghadirkan inisiatif atau inovasi baru
perusahaan, ada banyak faktor risiko yang harus
dipertimbangkan dan dikendalikan dampaknya
oleh perusahaan. Tujuannya, inisiatif baru
tersebut memiliki nilai keberlangsungan yang
stabil dan berkelanjutan.”

Denny Abidin
Vice President Corporate Communications Telkomsel.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Network Collaborating
Bersama Lebih Kuat

Para pemasar tidak bisa mengandalkan kekuatan


merek atau sebuah kampanye pemasaran saja.
Berkolaborasi dengan merek atau perusahaan lain juga
menjadi cara jitu menggarap pasar. Apalagi di tengah
masa sulit seperti pandemi COVID-19 ini.

Oleh Clara Ermaningtiastuti, Priscilla Putri Elizabeth,


Muhammad Perkasa Al Hafiz
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

K
olaborasi menjadi salah satu strategi merek
mengembangkan pasar. Ini merupakan
langkah merek menjangkau konsumen
dengan cross marketing. Selain itu,
strategi ini juga dilakukan untuk menciptakan nilai
tambah dengan mengembangkan produk baru atau
meningkatkan kualitas suatu produk.
Di masa sulit akibat pandemi, kolaborasi menjadi
jalan keluar bagi merek atau perusahaan dari kesulitan.
Gambaran ringkasnya adalah daripada menghadapi
beban pandemi sendirian, perusahaan menggandeng
mitra dari perusahaan lain untuk bersama menggarap
pasar di masa sulit tersebut. Perusahaan-perusahaan yang
berkolaborasi memadukan kapabilitas masing-masing
menjadi kekuatan baru. Kapabilitas satu melengkapi
kapabilitas lainnya.
Untuk bangkit, perusahaan tidak harus bergerak atau
berusaha sendirian. Merek bisa bekerja sama dengan
merek lain untuk menghadapi kesulitan. Sehingga, kedua
pihak bisa bertahan, bangkit, bahkan maju di situasi apa
pun.
Salah satu perusahaan atau merek yang aktif melakukan
kolaborasi di situasi pandemi adalah PT Sasa Inti (Sasa).
Pada pertengahan Juni 2021, Sasa memperkenalkan
kolaborasi unik bersama Chatime Indonesia. Kolaborasi
ini melahirkan dua minuman dengan cita rasa Indonesia,
yaitu choco-conut dan flamin’ hot milk tea.
Pada menu choco-conut, Sasa dan Chatime meyajikan
cita rasa gurih dari santan yang dipadu dengan manisnya
coklat. Sedangkan, flamin’ hot milk tea merupakan opsi
unik karena menggabungkan Chatime Brown Sugar Milk
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Tea dengan tambahan Sasa Bontabur yang membuat ada


sensasi pedas di setiap sedotannya.
Kolaborasi yang tidak biasa ini menjadi cara Sasa
mendekatkan diri dengan generasi muda. Mengingat,
sebagai merek penyedap rasa, citra Sasa sangat erat
dengan ibu yang memasak di rumah. Aktivitas di rumah
ini semakin meningkat di masa pembatasan sosial.
Tentunya, ini menjadi peluang baru bagi Sasa.
Dalam beberapa tahun terakhir, Sasa berupaya
memperkuat citra itu sembari menjaga relevansi dengan
generasi masa kini. Berdasarkan riset IDN Research
Institute bertajuk Indonesia Millenial Report 2020,
generasi muda khususnya milenial cenderung suka
mencoba hal baru.
Bukan sekadar ingin mencoba, generasi ini juga ingin
menjadi orang pertama yang mendapatkan pengalaman
tersebut. Ini menunjukkan karakteristik dari generasi
muda yang suka menjadi pelopor, tidak terkecuali
dalam hal makanan dan minuman. Kolaborasi ini
menjadi langkah pas bagi Sasa yang ingin mendapatkan
awareness dari generasi muda tadi.
“Generasi milenial menjadi decision maker untuk
pembelian. Total populasi serta potensi untuk bisnis di
segmen ini sangat besar. Menurut data internal kami,
konsumen yang mendominasi saat ini adalah konsumen
usia 25-35 tahun disusul 18-24 tahun,” ungkap Nanda
Rahmanu, Head of Digital PT Sasa Inti.
Tidah heran, strategi komunikasi Sasa banyak diarahkan
kepada generasi milenial ini. Saat ini, para milenial bukan
lagi menjadi future market, tapi merupakan konsumen
yang membentuk pasar hari ini. Untuk itu, Sasa harus
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

cepat beradaptasi agar tetap eksis di benak anak muda.


Sasa menyadari produknya, Sasa Bontabur, merupakan
pendatang baru di Indonesia yang sangat membutuhkan
awareness konsumen. Agar bisa menjadi penantang di
segmen produk sejenis yang sudah lebih dulu dikenal.
Inilah yang mendorong Sasa melakukan kolaborasi.
“Objektif kami adalah mendapatkan massive awareness.
Bontabur hadir sebagai challenger brand. Untuk itu,
kami cukup massive memperkenalkan produk ini ke
pasar,” kata Nanda. Setelah kolaborasi bersama Chatime,
Sasa bergerak cepat dengan berkolaborasi bersama Flip
Burger.
Selain menggandeng merek lain untuk berkolaborasi,
Sasa juga memancing antusias pasar milenial dengan
sistem time framing. Dengan cara ini, konsumen
hanya dapat membeli produk kolaborasi ini dalam
waktu terbatas. “Kami ingin create demand atau hype.
Kampanye harus didesain agar bisa dijadikan talk of the
town yang menimbulkan urgency to buy atau curiosity
dari pasar,” tambah Nanda.
Dengan pendekatan ini, Sasa melihat tren peningkatan
penjualan produk besutannya yang baru dirilis beberapa
bulan lalu. Penjualan terus meningkat seiring penetrasi
produk yang terus meluas. Hal ini juga dipengaruhi oleh
meningkatnya demand pasar dan awareness produk.
Strategi Sasa ini serupa dengan apa yang dilakukan
McDonald’s ketika menggandeng BTS dan menghadirkan
BTS Meal. Selain menarik minat generasi muda,
McDonald’s punya misi lain, yaitu menjadi talk of the town
atau menjadi viral.
Saat pertama kali mengumumkan kolaborasi dengan
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

boyband terbaik dunia tahun 2019 versi CNN tersebut,


respons yang diterima McDonald’s luar biasa. Kolaborasi ini
menjadi trending topic di media sosial. Bahkan, unggahan
terkait kerja sama kedua pihak selalu mendapatkan lebih
dari satu juta like.
“Ketika media sosial menghasilkan angka, itu membuat
orang ingin tahu apa yang sedang trending dan alasan itu
bisa menjadi trending. Konsumen secara umum banyak
yang merasa aman ketika mengikuti tren, sehingga iklan
yang memanfaatkan keramaian di platform ini menjadi
lebih efektif,” ujar Profesor Departemen Ilmu Konsumen
Universitas Nasional Incheon Lee Young Ae, dikutip dari
Korean Herald.
Pemilihan BTS sebagai ikon sebuah merek sebenarnya
bukan sesuatu yang mengherankan. Banyak merek
menjadikan grup idola beranggotakan tujuh personil
ini untuk memasarkan produknya. Di antaranya adalah
Samsung Electronics yang meluncurkan ponsel pintar
edisi BTS, FILA, Hyundai Motor, serta Lotte Duty Free.
Bahkan, perusahaan e-commerce Indonesia, Tokopedia,
juga tidak ketinggalan memboyong BTS sebagai brand
ambassador mereka.

Since the COVID-19 pandemic, are you aware of any brands


that redirected profits in any of the following ways?

79%
Overall positive
awareness

Sumber: Deloitte, 2021 Global Marketing Trends


C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

From customer insights to “customer as brand,” brands


are leveraging participation across the spectrum  

Cu
st
om
er
as

Co
br

-c
re
an

Cu
d

sto
at

m
io

er
n

e
ng

Cu
sto
ag

m
em

e
en
ri

t
ns
igh
ts

Sumber: Deloitte, 2020 Global Marketing Trends

Hasilnya tidak diragukan lagi. Setiap kegiatan


yang dilakukan dan berkaitan dengan merek yang
bersangkutan selalu masuk ke jajaran trending topic di
media sosial. Tentunya, mendapatkan perhatian banyak
orang bahkan yang bukan penggemar sekalipun.
Kolaborasi memang dapat menghasilkan output
beragam. Semua juga bergantung pada tujuan dari
kolaborasi tersebut. Bagi Telkomsel, misalnya, kolaborasi
merupakan salah satu kata kunci utama dalam
memastikan keberlangsungan bisnis digital mereka
selanjutnya.
“Kami percaya, kolaborasi kuat mendorong hadirnya
lebih banyak lagi inisiatif serta inovasi produk dan layanan
terbaru. Ini dapat memperkuat komitmen Telkomsel
dalam memperluas portofolio bisnis perusahaan, terutama
di sektor industri layanan berbasis teknologi digital,” kata
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Vice President Corporate Communications Telkomsel


Denny Abidin.
Dalam mengembangkan bisnis digitalnya, ada tiga
langkah penting yang menjadi pedoman bagi Telkomsel,
yakni dengan mengembangkan kapabilitas talenta digital
sumber daya manusia yang ada di Telkomsel. Lalu, sinergi
dan kemitraan dengan para pelaku bisnis layanan digital.
Kemudian, melakukan akuisisi sejumlah perusahaan
digital yang memiliki potensi bisnis yang menjanjikan.
Tingginya kebutuhan terhadap talenta berkompetensi
digital terus meningkat setiap tahunnya. Pandemi
juga menjadi sentilan bagi banyak perusahaan untuk
mempersiapkan karyawan menjalankan transformasi
digital.
Transformasi digital dianggap menjadi salah satu aspek
penting untuk membangun perekonomian yang kuat.
Tidak hanya pemerintah yang menggenjot percepatannya,
para stakeholder juga ikut mendukung akselerasi ini.
Itulah yang mendorong Telkomsel bekerja sama dengan
Huawei untuk mengembangkan sumber daya manusia
Indonesia yang berkompetensi digital.
Selain itu, kerja sama kedua perusahaan juga hadir
dalam upaya mengatasi permasalahan konektivitas yang
kian dibutuhkan di situasi pandemi. Untuk meniadakan
keterbatasan, Telkomsel dan Huawei Indonesia
berkolaborasi untuk penyediaan jaringan broadband 4G
LTE di kawasan-kawasan pelosok Tanah Air.
Kerja sama keduanya juga didukung pemerintah melalui
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI),
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Pasalnya, hal ini sejalan dengan program pemerataan
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

konektivitas di seluruh wilayah Indonesia.


Perluasan konektivitas di kawasan Terdepan, Terluar,
dan Tertinggal (3T) ini diharapkan mampu membantu
masyarakat melakukan kegiatan daring, seperti
pembelajaran jarak jauh. “Peningkatan teknologi jaringan
ini diharapkan mampu mendorong transformasi digital
masyarakat sesuai dengan program pembangunan sosial
Indonesia,” ujar VP Network Development Telkomsel
Juanita Erawati.
Kolaborasi yang dilakukan Telkomsel bersama Huawei
ini nyatanya berpeluang untuk menciptakan awareness
positif dari konsumen. Berdasarkan survei Deloitte
bertajuk 2021 Global Marketing Trends, sebanyak 79%
responden mengetahui merek yang merespons pandemi
COVID-19 dengan membantu konsumen, pegawai, hingga
masyarakat luas.
Ketika perusahaan melakukan tindakan dengan
berfokus pada hubungan jangka panjang dengan
masyarakat, mereka memiliki tujuan jelas. Tidak hanya
mendapatkan awareness saja tetapi juga mendorong
tindakan konsumen.
Laporan Deloitte menegaskan bahwa responden setuju
tindakan merek mampu mengubah persepsi mereka
secara positif. Memungkinkan mereka melakukan
shifting pada preferensi pembelian kepada merek yang
menunjukkan respons positif saat pandemi.

Aktif Perluas Pasar


Banyak rencana yang harus diubah karena pandemi.
Namun, bukan berarti menutup peluang merek untuk
bisa bertahan bahkan berkembang di tengah situasi ini.
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

Peluang selalu dilihat dan ditangkap oleh PT Pegadaian


(Persero). Dengan berbagai kesulitan yang dihadapi
karena keterbatasan mobilitas perusahaan hingga
nasabah. Pegadaian rajin menggarap agenda mereka
untuk memperluas pasar dan saluran transaksi. Pegadaian
menerapkan strategi kolaborasi dengan berbagai pihak
untuk mencapai tujuan mereka merangkul pasar baru.
Setidaknya ada lebih dari 700 perusahaan yang
berkolaborasi dengan Pegadaian. Namun, tidak hanya
bekerja sama untuk memperluas pasar, Pegadaian
menjadikan kolaborasi ini sebagai cara untuk
meningkatkan kualitas layanan nasabah. Hal tersebut
diwujudkan melalui kolaborasi bersama e-commerce dan
peritel.

Awareness of brands positively responding to COVID-19

Increased measures to protect the health Provided free access to their products
and wellness of its employees and services
44% 22%

Donated products or services to a COVID-19 Partnered with other organizations to better


community support initiative support consumer needs during the pandemic
40% 21%

Provided financial assistance to a COVID-19 Adjusted contract terms or pricing to better


community support initiative accommodate consumers during the pandemic
29% 20%

Provided financial support to its employees Increased compensation to employees


during furloughs required to work during the pandemic
26% 20%

Significantly decreased or suspended Positive awareness—other


executive salaries 2%
23%

Sumber: Deloitte, 2020 Global Marketing Trends

“Kami menyadari sekarang adalah zamannya


e-commerce. Karena itu, kami menggandeng pemain
C O M P A S S
Recover Faster:
Blending Marketing and Entrepreneurship to Survive the Crisis

e-commerce dengan harapan bisa mempermudah


nasabah dalam melakukan transaksi. Peningkatan
pengguna e-commerce selama pandemi berdampak
positif bagi Pegadaian,” kata Kuswiyoto.
Hingga hari ini, kolaborasi masih menjadi cara ampuh
untuk memastikan bisnis mereka bertahan dan mampu
bangkit dari situasi yang mengkhawatirkan. Kolaborasi
memungkinkan perusahaan memperkuat bisnis masing-
masing tanpa harus bergerak sendirian. Jadi, benar kata
pepatah, berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Betul
demikian?

QUOTES
“Kami percaya, kolaborasi kuat mendorong
hadirnya lebih banyak lagi inisiatif serta
inovasi produk dan layanan terbaru. Ini dapat
memperkuat komitmen Telkomsel memperluas
portofolio bisnis perusahaan.”

Denny Abidin
Vice President Corporate Communications Telkomsel
Learn More
0 8

2 0 2 1 L E A D E R S H I P

Alissa Wahid
Director of Gusdurian Network
Indonesia

Balance the Roles of Indonesian and


Global Citizens

MISSION
To Promote the Strategic Role of
Marketing in Indonesia

VISION
JAKARTA CHIEF MARKETING OFFICER CLUB To become the premiere community for
The Jakarta CMO Club was officiated by the Philip Kotler Marketing Executives who have strong
Center for ASEAN Marketing (PK-CAM) and was established as passion for Marketing in Indonesia
a platform to empower marketing to a higher level beyond
function. Only highly regarded business and marketing leaders TRI-FOUNDERS OF PKCAM
will be invited for its membership. The Jakarta CMO Club was Philip Kotler, Hermawan Kartajaya,
launched on February 25, 2008 Hooi Den Huan

www.marketeers.com Email:cmoclub@markplusinc .com www.jakartacmoclub.com


L E A D E R S H I P

Alissa Wahid
Director of Gusdurian Network Indonesia
Balance the Roles of Indonesian
and Global Citizens
L E A D E R S H I P

Talking about nationalism cannot be separated from


the importance of the role of the younger generation
to maintain and love the original values ​​of Indonesia.
However, these values ​​are feared to be increasingly
eroded due to the indifference of the next generation
and the entry of culture from outside.
This is further exacerbated by the lack of efforts to
reach the younger generation. Director of Gusdurian
Network Indonesia and one of the Ambassadors of
Indonesia’s Sustainable Development Goals Alissa
Wahid said that an appropriate way is needed to be
able to invite the younger generation to understand the
importance of maintaining the original values ​​of this
country.
Alissa is not a new figure who is active and has an
interest in issues of nationalism, diversity, education,
and humanity. This seems to have descended directly
from his father, the 4th President of the Republic of
Indonesia, Abdurrahman Wahid, or who is familiarly
called Gusdur.
Alissa’s father is a person who is admired by many
people not only in Indonesia but also in the world.
Gusdur is a figure who is known for daring to voice
injustice that is accepted by many community groups
and actively campaigning for the importance of
tolerance amid diversity. The death of Gusdur in 2009
made Indonesia lose a figure like him even today.
How does Alissa see this role void and nationalism
among today’s young generation? Here’s Alissa Wahid’s
conversation with Marketeers.
L E A D E R S H I P

In your opinion, what is the correct meaning to describe


nationalism in this era?
Nationalism is our love for the nation. Nationalism can
also be seen as the actions of citizens of a nation who are
bound to their homeland. The love is rooted and over time
will be strengthened.
The principle is similar to bamboo trees. In the early
years, bamboo trees look small. But, what is not visible is
the bamboo is preparing its roots to go very deep. So that
when it rises high, even though it is exposed to the wind,
bamboo still survives because of the strong roots in it. I see
nationalism like that.

In your opinion, to what extent does globalization affect


the nationalism of citizens?
Nationalism in the era of globalization does face many
challenges. One of the things I find most often is the
difficulty in finding a balance between roles as global
citizens and Indonesian citizens.
L E A D E R S H I P

Globalization itself has undoubtedly made a number


of developments and growths in various sectors. From
technology to transportation. It makes the exchange of
culture, values, and traditions easier.
In the past, this was difficult to happen because traveling
abroad alone took a long time by ship. It can take months
to move from one country to another. Meanwhile,
mobilization is getting easier in just a matter of hours.
The exchange of information is even easier with existing
technology so that intercultural interaction is very high.
The impact is the occurrence of a hybrid culture. If we can’t
balance roles well, then we can lose our cultural roots or
values.
Globalization is not something to be afraid of. However, of
course, on the condition that we have a strong foundation
of nationalism. So, we don’t need to close ourselves off and
instead have to take a balanced position to filter out the
good things that come from outside and those that come
from ourselves as Indonesian citizens.

Talking about nationalism and Indonesia, your father,


cannot be ignored. A figure like him is now very difficult
to find even though his role is needed by Indonesia.
How do you see this role void?
The role void may be visible only at the national level.
Because, if we go to some regions, we can find the local
champions who live with democratic values and very noble.
However, because they work at the local level, they do
not appear on the national stage. That is what I found
when traveling around Indonesia. The local champions are
hoping the values of Pancasila could be distributed to the
L E A D E R S H I P

people around them. This is also our homework to carry


on the basic values of the nation in a systematic way and
touch all Indonesian citizens.

Does Gusdurian Network Indonesia also have a role to


instill the values previously
​​ taught by Gusdur?
Gusdurian Network Indonesia is the answer from the
family to many community groups who ask questions.
After Gusdur’s death, if something happened to them,
where could they complain? Because, previously, Gusdur
had struggled a lot with groups that were weakened by
the system. For example, farmer groups, those who are
marginalized, to minority religious groups.
The family finally shared the tasks and I took on the task
of building a network of Gusdur’s students around the
world. I met them and I invited them to continue what
Gusdur was fighting for. Not for Gusdur, but for the nation.
We took inspiration from Gusdur. Our job is to take good
examples and apply them to life today. Therefore, we focus
on issues of democracy, human rights, multicultural or
interfaith relationship, and community empowerment
while upholding humanity and justice.

Then, as the Director of Gusdurian Network Indonesia,


how does Alissa Wahid see the meaning of leadership
itself?
If we look for the key word of leadership, it is influence.
Leadership is the ability to influence others to do
something together. And, keep in mind that leadership is
not the same as power. Because people who have power
may not necessarily be a leader.
Leaders must have a vision of where they are going and
L E A D E R S H I P

have the ability to inspire and invite others to move forward


together. John C Maxwell, a writer who focuses on the
discussion of leadership reveals that a leader must be in
front and have sufficient distance. So, the people they lead
are able to follow and know who they are following.
However, it should also be noted that the distance should
not be too far. So, these followers still feel connected to the
leader.
If put into Ki Hajar Dewantara’s idea, the leader must
have these three things, namely, ing ngarso sung tulodho,
ing madyo mangun karso, and tut wuri handayani. Each
has a meaning, a leader must be able to set an example
from the front, build enthusiasm from the middle, and give
encouragement from behind.

Maybe not only in Indonesia, but women leaders


themselves are still rarely found today. In your opinion,
how do you encourage women to emerge as leaders?
Of course, by preparing them from the start, especially
in school. We need to be aware that for women there are
still many barriers or challenges so that they do not want to
actualize their potential. For example with multiple roles.
Until now, women still have to act like men to be active
in the public sphere. They are given the choice when they
want to be active in the public sphere, so they have to leave
their true role as a mother, for example.
Prime Minister of New Zealand Jacinda Ardern once
delivered a message about this at the UN general
assembly. At that time, she brought her baby who was only
four months old and still breastfeeding. Ardern emphasized
that the existing system in the world still does not provide
L E A D E R S H I P

space for women as a whole.


Women should be accepted with all the peculiarities of
whatever is attached to them. If this is widely recognized
by the community, then women can move forward more
freely. Men’s domestic roles or their roles at home must
also be strengthened so that they are more balanced. If this
barrier has been resolved, then women can play a role in
the public sphere as a whole.

Lastly, what do you think needs the attention of the


younger generation of Indonesia?
Indonesia’s young generation needs to strengthen
themselves. But there is the challenge is to maintain
a balance as Indonesian citizens and citizens of the
world. These challenges must be met by strengthening
awareness of who we really are and how we see the future
without losing our core values.
Today’s young generation must become long-life
learners. They have to be willing to open their heart and
their mind. If we are able to equip ourselves, then we can
conquer the world. The way to conquer this world is to
prosper our country. Therefore, we must continue to strive,
learn and maximize our potential.

QUOTES
“Leadership is the ability to influence others to
do something together. And, keep in mind that
leadership is not the same as power. Because
people who have power may not necessarily be a
leader.”

Alissa Wahid
Director of Gusdurian Network Indonesia
0 8

2 0 2 1 M O M E N T U M

JAKARTA CMO
CLUB HK WEBINAR
SERIES RUN 21 HERMAWAN
MENGENALI RUN KARTAJAYA
DAN PIMPIN ICSB
MENGATASI ADAPTIF SAJA GLOBAL
RISIKO TIDAK CUKUP

INDONESIA
DIPLOMAT
ISLAMIC
SUCCESS
MARKETING
CHALLENGE 12
MENCONTOH FESTIVAL 2021
ETOS KERJA
KONSISTEN
CINA MOMENTUM
MENCETAK
MENINGKAT-
ENTREPRE-
KAN KUALITAS
NEUR
LAYANAN
M O M E N T U M

Jakarta CMO Club


Mengenali dan Mengatasi Risiko

Banyak usaha di sektor pariwisata terpukul pandemi.


Namun, setelah lebih dari setahun pandemi
berlangsung, semua harus mulai bangkit dan menata
diri untuk bisa segera pulih.

Oleh Bianca Astira, Clara Ermaningtiastuti

B
erbagai industri di Indonesia terkena
dampak pandemi COVID-19, termasuk sektor
pariwisata. Lanskap dunia bisnis memang tak
bisa lagi kembali seperti sedia kala. Sebab itu,
penting untuk menyesuaikan dan beradaptasi dengan
berbagai perubahan yang ada.
Dalam acara Jakarta CMO Club bulan lalu bertajuk
Responsible Tourism and the Travel Industry Recovery,
Liz Ortiguera selaku CEO Pacific Asia Travel Association
M O M E N T U M

(PATA) memaparkan berbagai langkah yang bisa


dilakukan sebagai upaya pemulihan industri pariwisata.
PATA memfasilitasi kemitraan untuk meningkatkan
nilai dan kualitas pertumbuhan yang berkelanjutan
dari setiap perjalanan pariwisata dengan lebih dari 650
anggota termasuk 82 institusi pemerintah, 14 maskapai
internasional, 71 organisasi perhotelan, serta 75 institusi
pendidikan di seluruh dunia.
Liz mengungkapkan sejak awal pandemi hingga
saat ini ia banyak belajar dari American Express yang
mempertegas merek dengan orisinalitas. Hal itu dilakukan
dengan memperkenalkan kisah, values, purpose, visi,
kepribadian, dan berbagai atribut mereka. American
Express yakin upaya ini mampu membantu mereka tetap
tumbuh.
“Dengan mempertegas orisinalitas merek, Anda dapat
menggunakan values perusahaan sebagai pedoman
merek. Anda bisa lebih fokus pada aksi dibandingkan
dengan kata-kata dan citra saja. Di waktu bersamaan, Anda
harus mendukung konsumen di masa krisis,” tutur Liz.

Defining a Brand with Authenticity


Lessons from Years at American Express
Times of Crisis Can Define a Brand

Personality

Let your company values guide your brand


Purpose Attributes

Defining Let your company values guide your brand


Your Brand
Values Vision
Support your Customers in times of crisis

Story
Sumber: Pacific Asia Travel Association, 2020
M O M E N T U M

Liz menambahkan, untuk memulihkan pariwisata


internasional, ada beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan. Pertama, efektivitas dan efisiensi vaksinasi
yang membutuhkan kolaborasi antara pemerintah
dan swasta. Selain itu, mereka harus memastikan
operasionalnya berjalan dengan baik.
Kedua, pemberlakuan protokol keamanan dan kesehatan
COVID-19 haruslah menyentuh setiap titik perjalanan
wisatawan. Ketiga, memastikan upaya pemulihan bersifat
sustainable. Keempat, pemerintah harus memberikan
perencanaan yang pasti terkait dengan kebijakan sehingga
bisnis juga bisa berjalan mengikuti aturan yang ada.
“Proses pemulihan ini masih panjang. Namun, semakin
banyak dukungan dan semakin luas vaksin didistribusikan,
situasi akan cepat pulih. Setiap negara pasti fokus
memerhatikan bangsanya. Saat ini, sudah waktunya ikut
memastikan negara tetangga dan turut mempersiapkan
beberapa hal demi keselamatan publik,” tambah Liz.
Tidak hanya menunggu perkembangan yang ada. PATA
juga bergerak aktif untuk mendorong pemulihan sektor
pariwisata. Misalnya, dengan menyediakan pusat sumber
daya publik yang membantu dan bertanggung jawab
terhadap pariwisata Asia Pasifik. PATA juga memberikan
panduan untuk konsultasi pemulihan multifase.
Tersedia pula kelompok yang bertugas secara global
berbagi info dan masukan untuk pengembangan standar
selama dua minggu sekali. PATA melakukan akselerasi
inovasi dengan menghadirkan seri webinar untuk berbagi
praktik terbaik yang dilakukan dari pulau-pulau kecil
maupun secara global.
Selain itu, PATA melakukan penelitian statistik per
M O M E N T U M

kuartal, dari yang sebelumnya per tahun. Lalu, turut


melakukan kemitraan dengan publik dan swasta guna
mendorong terciptanya solusi dalam mengatasi COVID-19.
“Langkah yang telah kami lakukan, kerjakan, dan
implementasikan ini bertujuan untuk membantu serta
mendukung pemulihan industri pariwisata,” ungkap Liz.
Liz juga menjelaskan mengenai kerangka kerja dari
destinasi pariwisata yang tangguh (tourism destination
resilience framework). Resilience ini dilihat sebagai
kemampuan dari sebuah sistem untuk bertahan dalam
situasi sulit dan mampu untuk bangkit dari krisis dan
bencana.
Untuk bisa mencapai resilience tersebut, dibutuhkan risk
assessment, yaitu proses mengidentifikasi, memitigasi,
dan mempersiapkan risiko. Lalu, risk management,
proses menaksir, mengevaluasi serta mengatasi risiko.
Selanjutnya, adaptive capacity, proses untuk mendesain
strategi, kebijakan, dan kerangka kerja yang berkontribusi
untuk beradaptasi terhadap perubahan.
Jika poin-poin tersebut dapat dilaksanakan dengan
baik, maka bukan tidak mungkin untuk mendapatkan
sustainability tadi. Kemampuan bertahan untuk generasi
mendatang dalam jangka waktu yang panjang.
Liz menyadari sistem pariwisata sangatlah kompleks. Hal
itu tidak lepas dari keterlibatan banyak industri. Namun,
kerangka kerja yang sudah dijelaskan Liz sebelumnya
diyakini mampu menjadi bekal menghadapi berbagai
risiko, terutama terkait dengan lingkungan. Misalnya,
perubahan iklim, bencana alam, atau persoalan limbah.
Risiko terkait komunitas masyarakat bisa berupa
kesenjangan pendapatan, ketimpangan budaya, hingga
M O M E N T U M

isu hak asasi manusia. Di sisi ekonomi, risiko bisa berupa


krisis ekonomi, tingkat pengangguran tinggi, hingga
korupsi. Risiko terkait kesehatan menjadi risiko utama
yang harus dihadapi. Di sisi pengunjung, risikonya berupa
miskomunikasi, pengaruh buruk media sosial, pembatasan
visa, hingga lambannya proses pengurusan dokumen.
“Semua yang terlibat di sektor pariwisata harus mampu
mengenali risiko dan bisa menanganinya dengan baik,”
pungkasnya.

Tourism Destination Resilience (TDR) Framework

Ability of a system
to withstand
adversity and
bounce forward
from crisis and
disasters
RESILIENCE

Risk Risk Adaptive


assessment management capacity SUSTAINABILITY

Ability of a system
to be sustained
for future
generations, to
Process of designing strategies, endure in the long run
Process of identifying, Process of assessing policies and institutional
mitigating and preparing evaluating and treating frameworks (ex. Regenerative,
for risks risks Vaccine Equity) that contribute
to the adaption to changes

Tourism Destination Resilience Defined


As tourism systems are fundamentally complex, due to the wide number of interconnecting
Industries, TDR encompasses the following interrelated, or at times contradictory, resiliencies:

Sumber: Pacific Asia Travel Association, 2020


M O M E N T U M

QUOTES
“Proses pemulihan ini masih panjang. Namun,
semakin banyak dukungan dan semakin luas
vaksin didistribusikan, situasi akan cepat pulih.”

Liz Ortiguera
CEO Pacific Asia Travel Association (PATA)
M O M E N T U M

UNIFYING
THE CORPORATION

HK Webinar Series Run 21 Run


Adaptif Saja Tidak Cukup

Perusahaan harus melakukan transformasi agar bisa


bertahan dan berkembang di masa sulit. Kemampuan
digital dan kekuatan sumber daya manusia (SDM)
menjadi kunci. Selain itu, perusahaan harus mampu
mengatasi beragam dikotomi yang terjadi di dalamnya.

Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz, Bianca Astira, Putri Elizabeth


M O M E N T U M

T
ahun lalu, ketika pandemi melanda, para pelaku
usaha segera melakukan adaptasi perubahan
lanskap bisnis. Tahun 2021 menjadi masa
pemulihan bagi berabagai sektor yang terkena
dampak pandemi. Namun, adaptif saja tidaklah cukup,
perusahaan harus tangkas melakukan transformasi bisnis
dan organisasinya.
Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MarkPlus,
Inc. dalam HK Webinar Series Run 21 Run Episode 2
bertajuk Unifying The Corporation bulan lalu, mengajak
perusahaan segera melakukan transformasi. Menurutnya,
transformasi yang dilakukan adalah menjadi omni
organisasi. Suatu organisasi yang punya sifat omni harus
mampu memadukan humanity dan digital.
“Perusahaan mapan biasanya mengedepankan
PI-PM atau productivity, improvement,
professionalism, dan management. Namun, di era yang
sarat teknologi, perusahaan perlu mengadopsi semangat
para startup yang mengedepankan CI-EL atau creativity,
innovation, entrepreneurship, dan leadership. Idealnya,
perusahaan mampu mengintegrasikan keduanya,” ujar
Hermawan.
Untuk menjadi organisasi omni, perusahaan memang
perlu melakukan digitalisasi sistem yang ada di
perusahaan. Tak cukup hanya itu, perusahaan perlu juga
meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia (SDM)
agar lebih melek digital.
“Mereka harus naik kelas dengan memiliki skill
baru. Omni tidak hanya soal teknologi, tapi juga
unsur humanity yang naik kelas,” ujar Hermawan.
Sebagai contoh, meski sedang work from home (WFH)
M O M E N T U M

para pekerja harus tetap bekerja secara efektif dan


mampu meningkatkan efektivitas pekerjaannya. Tak
hanya efektif, perusahaan juga harus mampu merangsang
kreativitas kerja dari para talenta mereka.
Hermawan menambahkan, ada target atau key
performance indicator (KPI) yang tidak boleh diabaikan
oleh karyawan selama melakukan WFH.  Bisa dikatakan,
karyawan Tanah Air belum semuanya siap dan memiliki
etos kerja yang baik dalam melakukan WFH seperti
yang perusahaan harapkan. “Nah, inilah mengapa
perusahaan multinational lebih siap menerapkan WFH
daripada perusahaan-perusahaan asal Indonesia. Ada
perbedaan kultur kerja,” paparnya.
Masih dalam cara pandang omni, Hermawan mengajak
perusahaan-perusahaan untuk bisa mengintegrasikan
aneka dikotomi yang terjadi saat ini. Ada lima dikotomi
yang harus diintegrasikan oleh perusahaan di era
sekarang. Pertama, dikotomi orientasi. Biasanya
perusahaan menghadapi dua dikotomi antara mencari
untung alias value sekaligus memberi nilai-nilai pada
khalayak atau values. 
“Tak jarang, perusahaan mengejar market
value dengan langkah-langkah yang tidak
memberi values. Padahal, values itu pada akhirnya akan
mengangkat value perusahaan tersebut,” katanya.
Hermawan mencontohkan Samator sebagai salah
satu perusahaan yang mampu menjaga keseimbangan
antara value dan values. Samator yang dipimpin oleh Arief
Harsono selaku founder merupakan produsen oksigen
yang sangat dibutuhkan dalam penanganan COVID-19 ini.
Indonesia berduka ketika Arif Harsono meninggal dunia
M O M E N T U M

lantaran terpapar COVID-19.


Sayangnya tidak semua pengusaha atau perusahaan
bisa seperti Samator. Masih ada para pelaku usaha
yang hanya mengejar keuntungan tanpa memandang
values yang berorientasi pada nilai sosial. Bahkan, di
kondisi darurat kesehatan seperti sekarang ini, kita
masih menemui pihak-pihak yang menimbun dan
mempermainkan harga obat demi keuntungan semata.
Mereka lupa atau bahkan mengesampingkan bahwa
banyak nyawa yang membutuhkan obat tersebut untuk
melanjutkan hidup.
Kedua, dikotomi fungsi, yakni marketing dan keuangan.
Sudah jamak di berbagai perusahaan, dua tim tersebut
sering bertentangan satu sama lain. Padahal, keduanya
justru saling menguatkan satu sama lain. “Keduanya harus
bertemu dan berdamai agar perusahaan bisa bergerak
lebih lincah dalam kondisi pasar yang dinamis,” kata
Hermawan.
Ketiga, dikotomi sumber daya, yakni manusia dan
mesin. Perusahaan yang melakukan transformasi tidak
hanya mengejar pemanfaatan teknologi, tetapi juga
mendongkrak kapasitas sumber daya manusianya.
Teknologi atau mesin memang menjanjikan
efisiensi. Namun, manusia tetap dibutuhkan untuk
membuat wisdom dan solusi-solusi yang out of the box.
Untuk itu, harmonisasi antara manusia dan mesin
penting dalam menunjang kelangsungan usaha.
Meski begitu, dibutuhkan pula sistem yang ideal untuk
menjalankan fungsi keduanya.
Keempat, dikotomi ongkos dan kualitas. Di masa
sulit, sudah lumrah bila perusahaan melakukan
M O M E N T U M

penghematan. Namun, Hermawan mengatakan


perusahaan juga ditantang tetap mengedepankan
kualitas. Menurutnya, cost dan quality tetap harus
dijaga seimbang. Ia mencontohkan maskapai Emirates.
“Maskapai ini melakukan pengurangan biaya, namun tidak
mengorbankan layanan pada pelanggannya,” katanya.
Contoh lain datang dari PT Blue Bird Tbk (Blue Bird)
yang sedang melakukan transformasi digital. Baru-baru
ini, perusahaan meluncurkan platform multiproduct,
multichannel, dan multipayment generasi kelima, yaitu
aplikasi MyBlueBird yang diperkuat teknologi Google
Cloud.
Blue Bird melakukan migrasi beban kerja System
Application and Product in Data Processing (SAP)
mereka ke Google Cloud. Sehingga, mereka dapat
mengoptimalkan sumber daya IT perusahaan sembari
membangun infrastruktur lokal milik sendiri untuk
berinovasi di masa depan.
Software ini digunakan perusahaan sebagai alat untuk
membantu manajemen perusahaan, perencanaan,
hingga operasional agar lebih efektif dan efisien. Selain
menghemat biaya operasional, transformasi digital melalui
MyBlueBird ini sekaligus menjawab perubahan pola
konsumsi masyarakat yang kian nyaman dengan aplikasi
digital.
Kelima, dikotomi generasi, yakni generasi senior dan
junior. Generasi yang mewarnai tempat kerja saat ini
beragam, dari baby boomer, generasi X, milenial, hingga
generasi Z. Tak jarang, terjadi gap antargenerasi.
“Saat ini, sudah saatnya ada sinergi antargenerasi
tersebut. Tentu seluruh generasi harus bisa menaikkan
M O M E N T U M

kemampuan dan skill mereka agar proses naik kelasnya


karyawan berjalan seiring transformasi perusahaan. Hanya
dengan ini perusahaan akan kuat,” tegas Hermawan.

Transformasi Efektif
Praktisi HR Koeshartanto yang juga menjadi pembicara
pada webinar tersebut membagikan kunci bagi
perusahaan agar transformasi yang dilakukan dapat
berjalan efektif. Menurutnya, ada lima modal dasar yang
harus dimiliki dan diperhatikan perusahaan agar proses
transformasi mereka berhasil.
Pertama, learning agility. Untuk bergerak dari satu
ide ke ide lain, kelincahan menjadi fondasi yang esensial
untuk melakukan transformasi.
Kedua, resilient leader. Tentu, sebuah organisasi
membutuhkan nilai leadership dari sosok para pemimpi.
Para pemimpin ini dituntut agar mampu membalikkan
situasi krisis menjadi sebuah peluang secara cepat.
Sehingga, dibutuhkan pemimpin yang berpikir dan
mengobarkan semangat untuk go advance dan go
beyond.
Ketiga, entrepreneurial. Entrepreneurial ini berbicara
soal pengelolaan peluang meski harus mengorbankan
pakem-pakem yang telah tertanam puluhan tahun
di dalam sistem perusahaan. Dalam situasi ini,
para pemimpin dituntut untuk bisa menciptakan
keseimbangan.
Keempat, good health & charming. Terakhir, decisive but
caring. Elemen keempat dan kelima ini ditujukan untuk
para pemimpin perusahaan. Untuk menyukseskan proses
transformasi di tengah kondisi genting seperti pandemi.
M O M E N T U M

Sebagai pemimpin harus mampu membela kesehatan


para karyawan.
“Sangat dibutuhkan profil seorang leader yang tegas
dan cepat mengambil keputusan, namun juga caring
kepada seluruh elemen perusahaan. Kemudian, akselerasi
dalam merespons segala kondisi akan memberikan
keunggulan bagi perusahaan. Khususnya, ketika banyak
perusahaan lain yang juga melakukan transformasi,” ujar
Koeshartanto yang berpengalaman selama 35 tahun di
dunia HR ini.

QUOTES
"Perusahaan mapan biasanya mengedepankan
PI-PM atau Productivity, Improvement,
Profesionalism, dan Management. Namun, di
era yang sarat teknologi, perusahaan perlu
bersemangat startup yang mengedepankan CI-
EL atau Creativity, Innovation, Entrepreneurship,
dan Leadership. Idealnya, perusahaan mampu
mengintegrasikan keduanya.”

Hermawan Kartajaya
Founder & Chairman, MarkPlus, Inc.
M O M E N T U M
M O M E N T U M

Hermawan Kartajaya Pimpin ICSB


Global

Hermawan Kartajaya konsisten menebarkan semangat


entrepreneurship dan mengajak pelaku usaha kecil
dan menengah (UKM) untuk terus meningkatkan
kreativitas. Inilah sebagian faktor yang membuatnya
menjadi orang Indonesia pertama yang terpilih
memimpin ICSB Global.
M O M E N T U M

H
ermawan Kartajaya terpilih sebagai Incoming
Chair dari The International Council for
Small Business (ICSB) Global menggantikan
Winslow Sargeant untuk periode tahun 2021-
2022. Hermawan maju sebagai orang Indonesia pertama
yang terpilih menjadi Incoming Chair ICSB Global.
Saat ini, ia aktif di ICSB Global sebagai Board Member. Ia
juga Co-Founder ICSB Indonesia bersama dengan A.A.G.N.
Puspayoga, sekaligus Chairman pada organisasi nonprofit
tersebut. Selain itu, juga menjabat sebagai Founder &
Chairman Asia Council for Small Business (ACSB).
International Council for Small Business (ICSB)
adalah organisasi global nonprofit dengan jaringan di
berbagai negara dengan misi untuk mempromosikan
pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil di seluruh
dunia. Organisasi ini merupakan organisasi payung
terbesar dalam pembinaan UKM di dunia yang telah
berdiri sejak tahun 1955. ICSB Indonesia bergabung
secara aktif dengan jaringan ICSB Global sejak tahun 2015
atas prakarsa dari A.A.G.N. Puspayoga dan Hermawan
Kartajaya.
Dalam kesiapannya untuk mengemban tugas baru,
Hermawan memberikan kiat-kiat khusus bagi para
pelaku UKM di Indonesia dalam menghadapi gelombang
kedua pandemi saat ini. Pertama, menjaga semangat
kewirausahaan (entrepreneurship) penting untuk
dilakukan agar tidak patah semangat di tengah jalan.
Kemudian, membekali diri dengan ilmu-ilmu pemasaran,
sehingga strategi yang diambil di masa sulit ini bisa lebih
tepat sasaran.
M O M E N T U M

Kedua, terus meningkatkan kreativitas untuk menggali


ide-ide baru dan lakukan inovasi untuk mengubahnya
menjadi solusi yang pas dengan kebutuhan masyarakat
saat ini. “Ketiga, lakukan kolaborasi dengan berbagai
pihak misalnya pelaku UKM lain, komunitas, perusahaan
besar, kampus dan juga pemerintah agar Anda bisa
mendapatkan alternatif jalan keluar dari krisis yang Anda
hadapi,” kata Hermawan.
Dengan resmi menjadi Incoming Chair ICSB Global
tahun ini, maka pada Juli tahun 2022 nanti Hermawan
dilantik menjadi Chair dari ICSB Global. Beliau juga
sekaligus menjadi tuan rumah bagi penyelenggaraan
ICSB World Congress pada tahun 2023 yang rencananya
akan diselenggarakan di Bali. Momen penting ini nantinya
diharapkan bisa mempercepat pemulihan sektor
pariwisata di Pulau Dewata.
Learn More
M O M E N T U M

Diplomat Success Challenge 12


Konsisten Mencetak Entrepreneur

Meski pandemi masih berlangsung, semangat


kewirausahaan tidak boleh turun. Wismilak Foundation
tidak berhenti berupaya melahirkan para entrepreneur
muda. Mereka juga aktif menggelar webinar untuk
menginspirasi orang-orang muda agar tak takut
memulai usaha dan gesit mengelola bisnis di masa
pandemi.

Oleh Priscilla Putri Elizabeth, Bianca Astira

M
asa pandemi yang berkepanjangan saat
ini membuat perekonomian mengalami
pasang surut. Para pelaku usaha juga
menghadapi tantangan yang semakin
M O M E N T U M

berat. Para entrepreneur memutar otak demi mencetak


strategi-strategi brilian agar tetap bertahan.
Sebagai upaya memberikan energi positif dan
menyambung harapan para entrepreneur, Wismilak
Foundation kembali menggelar kompetisi wirausaha
Diplomat Success Challenge yang ke-12 (DSC12).
Ini merupakan upaya Wismilak Foundation untuk
mendukung ekosistem di Indonesia.
“Pandemi sudah melanda lebih dari satu tahun. Namun,
kami tetap konsisten menggelar DCS. Ini merupakan
bukti bahwa dunia wirausaha Indonesia tetap bergeliat
dan terus bangkit. Tahun lalu kami memecahkan rekor
pendaftar terbanyak hingga 15.589 submitters. Semoga
DSC12 membawa harapan baru bagi entrepreneur yang
ingin terus bergerak maju mengembangkan bisnisnya,”
kata Edric Chandra, Program Initiator Diplomat Success
Challenge ke-12.
Ia menambahkan, pendaftaran sudah resmi dibuka.
Kompetisi ini kembali menyeleksi, membina, dan
memberikan modal usaha bagi ide bisnis terpilih dengan
total hibah sebanyak Rp 2 miliar.
“Ajang ini terbuka bagi semua kategori bisnis tanpa
terkecuali. Selama ide bisnis yang dimiliki dapat menjadi
solusi atas permasalahan yang ada, kami siap memberi
dukungan nyata bagi rencana tersebut,” tambah Edric.
Hingga saat ini, sudah lebih dari Rp 17 miliar hibah modal
usaha telah dikucurkan DCS bagi para entrepreneur
terpilih setiap tahunnya. Jumlah Diplomat Entrepreneur
Network (DEN) sudah lebih dari 400 anggota. DEN
merupakan jejaring entrepreneur para alumni DSC untuk
terhubung dan berkolaborasi.
M O M E N T U M

Selain memberikan bantuan dana, DCS12 juga


menawarkan banyak kesempatan berharga bagi
wirausahawan muda untuk berkembang. Para peserta
akan mendapat mentoring serta bergabung dan
berkolaborasi dengan jejaring wirausaha Diplomat
Entrepreneur Network (DEN).
Rangkaian DCS12 akan berisi dengan beragam
kegiatan, mulai webinar, workshop, dan diskusi dengan
beragam tema bisnis serta kewirausahaan. Rangkaian
webinar ini terbuka untuk umum. Sehingga, dapat
memantik semangat dan mendorong calon peserta
untuk berpartisipasi dalam gelaran DSC12. Salah satunya
dengan menggelar webinar bertajuk “How to Ensure
Business Sustainability During and Post Crisis?” bulan lalu
yang menghadirkan Alamanda Shantika selaku Founder
& President Binar Academy dan Diajeng Lestari selaku
Founder HijUp.
Menurut Alamanda, ada ketimpangan antara potensi
bisnis dunia digital dan kesiapan sumber daya manusia
(SDM). Program-program seperti DSC bisa menjadi salah
solusi atas masalah keberlanjutan bisnis di selama dan
sesudah krisis.
“Saat ini, program pendampingan kewirausahaan sangat
menarik anak muda. Hal ini terlihat dari animo peserta
Binar Academy yang tahun lalu mencapai lebih dari 8.000
siswa,” katanya.
Di masa pandemi, jumlah siswa Binar Academy terus
bertambah seiring dengan penyesuaian mereka terhadap
pembelajaran daring. Jika awalnya pembelajaran offline
hanya hadir di beberapa kota besar, kini pembelajaran
tersebut dapat diakses dari mana pun karena dilakukan
M O M E N T U M

secara daring. Alamanda mengungkap kini peminat kelas


daringnya berasal dari 35 kota yang tersebar di Indonesia.
Tren positif terlihat dari bertambahnya jumlah siswa dan
juga cakupan daerah pengajaran.
Sementara itu, Diajeng Lestari mengatakan, Indonesia
dengan mayoritas penduduk beragama Islam memiliki
potensi besar untuk produk-produk muslim. “Peluang
bagi para entrepreneur muda masih terbuka lebar untuk
menggarap segmen ini,” katanya.
Singkat cerita, Diajeng mendirikan HiJUp pada tahun
2011. Empat tahun pertama, ia menggelar survei hingga
ke Malaysia dan Singapura untuk memastikan apa yang
sesungguhnya konsumen cari dari produk busana muslim.
Survei itu mengatakan, responden dari kelas menengah
atas menginginkan kualitas produk dan kelas di bawahnya
mengutamakan kenyamanan. Survei ini berguna untuk
mendukung keberlangsungan bisnis HiJUp hingga hari ini.
Saat pandemi menghantam, HijUp mengatur ulang lagi
strategi bisninya. Di tahap ini, ia memperkuat brand equity
agar mampu mempertahankan pelanggan setianya,
mendapatkan keuntungan, dan memelihara aset. Salah
satunya diwujudkan dengan aktif dalam festival fesyen.
“Kami aktif ikut festival berskala internasional seperti
fashion week di berbagai negara. Ini menjadi investasi
merek kami di masa pandemi,” katanya.
Selain itu, pandemi menurut Diajeng tidak hanya
mengubah perilaku konsumen. Kebutuhan tenant juga
berubah. “Saat ini, tenant tidak hanya butuh bantuan
dalam penjualan produk. Mereka juga butuh dukungan
pemasaran dan finansial khususnya terkait proses
produksi,” pungkasnya.
M O M E N T U M

QUOTES
“Ajang ini terbuka bagi semua kategori bisnis
tanpa terkecuali. Selama ide bisnis yang dimiliki
dapat menjadi solusi atas permasalahan yang
ada, kami siap memberi dukungan nyata bagi
rencana tersebut.”

Edric Chandra
Program Initiator DSC
M O M E N T U M

Mencontoh Etos Kerja Cina

Hubungan Indonesia dan Cina memiliki sejarah


panjang. Kerja sama bilateral telah terjadi sejak
Nusantara masih berbentuk kerajaan. Tidak heran jika
banyak budaya Cina yang terakulturasi di Indonesia.
Termasuk etos kerjanya yang luar biasa.

Oleh Ellyta Rahma


M O M E N T U M

C
ina memiliki kekuatan manusia luar biasa.
Tidak hanya jumlahnya yang sangat besar, tapi
juga etos hidup luar biasa. Etos kerja ini sarat
dengan nilai kerja keras dan kedisiplinan. Tidak
heran jika negara ini banyak dicontoh, terutama dalam
upaya memajukan peradaban.
Kekuatan manusia ini terlihat dari upaya Cina
membangun negaranya berlandaskan kerja keras dan
kedisiplinan. Sehingga, Cina dengan cepat berkembang
menjadi negara maju. Kini, Negeri Tirai Bambu bersaing
ketat dengan Amerika Serikat di berbagai aspek.
“Reformasi perekonomian Cina yang dimulai pada
tahun 1978 seolah-olah tanpa henti meninggalkan kisah-
kisah keajaiban. Terbaru, data pertumbuhan ekonomi
Cina di kuartal pertama tahun 2021 yang meningkat. Ini
terjadi setahun setelah dunia dilanda pandemi COVID-19,
yang episentrumnya berasal dari kota Wuhan di Provinsi
Hubei,” ujar H. Taufik, Deputy Chairman MarkPlus, Inc.
ketika membuka webinar, Cross Cultural Dialogue Series:
Understanding Chinese Culture in Business.
Taufik melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Cina
pada kuartal pertama tahun 2021 yang mencapai 18,3%
merupakan hal luar biasa. Apalagi, untuk sebuah negara
dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, masih bisa
mencapai pertumbuhan ekonomi double digit. Lebih luar
biasa lagi ketika angka double digit-nya adalah tertinggi
sejak tahun 1978.
Saat ini, perusahaan-perusahaan Cina telah berhasil
melakukan inovasi dalam melahirkan produk yang inovatif
dan berkualitas tinggi. Sejumlah merek milik perusahaan-
perusahaan Cina kini menjadi salah satu yang terbaik
M O M E N T U M

di dunia pada. Lalu, apa rahasia Cina dalam mencapai


kesuksesan tersebut?
“Cina memiliki sejarah yang sangat panjang dalam
bidang ekonomi. Kesuksesan masyarakat Cina dalam
bidang ekonomi layak ditiru oleh pengusaha Indonesia,”
ujar Hermawan Kartajaya, Founder dan Chairman
MarkPlus, Inc. sekaligus Co-Founder CIMA.
Arief Harsono, Chairman CIMA dalam sesinya
membagikan pemikiran mengenai pertumbuhan
ekonomi di Cina. Ia mengatakan perkembangan ekonomi
politik Cina telah terlihat pada tahun 1978 setelah Revolusi
Budaya.
“Ekonomi Cina meningkat tajam di kancah internasional,
diikuti dengan naiknya standar hidup rakyatnya. Bahkan,
negara ini terkenal dengan inovasi produk teknologinya,”
kata Arief.
Salah satu faktor yang memperkuat ekonomi
masyarakat Cina adalah dengan memberikan kebebasan
kepada para pemilik perusahaan untuk menentukan
level produksi. Hal ini menyebabkan perusahaan memiliki
otonomi sendiri dalam menghasilkan profit.
Sementara itu, menurut Dahlan Iskan, Menteri BUMN
periode tahun 2011-2014, kekuatan ekonomi Cina tidak
terlepas dari nilai-nilai budaya Konfusianisme dan Taoisme.
Nilai-nilai tersebut menyangkut kerja keras, rajin, gigih,
ulet, dan pantang menyerah.
“Memiliki ketenteraman, ketenangan, dan kestabilan
negara dalam jangka panjang merupakan hal yang sangat
penting di Cina. Demikian juga dengan adaptasi dan
saling menghormati budaya. Hal ini berpengaruh pada
perkembangan ekonomi,” kata Dahlan.
M O M E N T U M

Masyarakat Cina begitu menghargai perbedaan di


sekitar mereka. Dahlan mengaku selalu mendapatkan
perlakuan adil dan penuh pengertian ketika berinteraksi
dengan masyarakat Cina. Tidak heran jika bangsa
ini sangat mudah beradaptasi dan membentuk
komunitasnya di luar wilayahnya tanpa menekan
masyarakat asli.
“Cina memiliki keterbukaan yang luar biasa dan
berusaha memahami perbedaan yang ada. Contohnya,
ketika saya berkunjung ke RRC dan memiliki keterbatasan
konsumsi, masyarakat mereka tanpa perlu ditanya akan
mengarahkan mana makanan halal dan haram, sehingga
lebih aman dikonsumsi oleh saya yang Islam,” tutur
Dahlan.
Yusuf Daud, Sufi Practitioner mengatakan, kebudayaan
Tionghoa memiliki persamaan dengan ajaran agama
Islam. Bahkan, di Islam ada ajaran yang mengatakan,
tuntutlah ilmu walau ke negeri China, sesungguhnya
menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim.
“Ilmu yang dimaksud dalam ajaran tersebut ternyata
mencakup tiga ajaran besar way of thinking orang Cina,
yaitu Taoisme, Konfusiusme, dan Buddhisme. Ajaran ini
mengajarkan keseimbangan duniawi dan akhirat. Ajaran
luhur Cina juga mengajarkan untuk memperbaiki dunia
menjadi lebih baik setelah memperbaiki negerinya,” kata
Yusuf Daud.
Sebagai informasi, webinar tentang Cross Cultural
Dialogue Series yang diadakan oleh CIMA merupakan
wadah bagi para stakeholder untuk saling bertukar pikiran
dan belajar dalam membangun pemahaman yang lebih
baik di antara Indonesia dan Cina. Sehingga, nantinya,
M O M E N T U M

kedua negara dapat memperkuat hubungan bilateral dan


menjadi kerja sama dalam membangun kemakmuran di
Asia.

QUOTES
“Memiliki ketentraman, ketenangan, dan
kestabilan negara dalam jangka panjang
merupakan hal yang sangat penting di Tiongkok.
Sikap adaptasi dan saling menghormati budaya
sangat penting bagi mereka. Dan nantinya, hal ini
berpengaruh untuk perkembangan ekonomi,”

Dahlan Iskan
Menteri BUMN 2011-2014
M O M E N T U M

Indonesia Islamic Marketing Festival 2021


Momentum Meningkatkan Kualitas
Layanan

Lantaran pandemi, perjalanan haji dan umrah


harus ditunda. Namun demikian, momentum ini
dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas
pelayanan dan fasilitas untuk perjalanan tersebut. Bila
pandemi mereda dan perjalanan itu dibuka kembali,
pelayanan haji dan umrah semakin optimal.

Oleh  Bianca Astira, Priscilla Putri Elizabeth,

Dyandramitha Alessandrina
M O M E N T U M

M
emasuki tahun kedua, pandemi COVID-19
belum juga melandai dan masih terus
menjadi penghambat perjalanan ibadah
haji dan umrah. Bila tidak ada pandemi,
jumlah orang yang berangkat haji tahun mencapai 221
ribu. Sedangkan orang Indonesia yang melakukan umroh
sekitar dua juta jamaah umrah.
Seiring berjalannya waktu, perjalanan haji dan umrah
bukan lagi sekadar ibadah. Namun memberikan dampak
pada aspek politik, sosial, dan ekonomi. Peluang dari
berbagai aspek turut mengalir. Perputaran uang pada
musim haji bisa mencapai Rp 15 triliun.
“Peluang ini harus bisa dioptimalkan baik dari sisi
politik, ekonomi maupun sosial. Pemerintah, terutama
Kementerian Agama, sebatas melakukan pengawasan
dan memberi perizinan seluas-luasnya peluang pada
pelaku usaha penyelenggara haji dan umrah sebagaimana
yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2019,” ujar H. Khoirizi, Dirjen Penyelenggara Haji dan
Umrah Kementerian Agama pada acara Indonesia Islamic
Marketing Festival secara virtual bertajuk Menjawab
Tantangan Pandemi COVID-19: Meningkatkan Kualitas
Layanan Haji, Umrah dan Wisata Alami, bulan lalu.
Pada tahun 2030, Arab Saudi menargetkan 30 juta
jamaah haji. Kementerian Agama terus melakukan
berbagai upaya yang disesuaikan dengan kebijakan Arab
Saudi. “Kami terus melakukan diplomasi dan koordinasi
dengan pemerintah Arab Saudi untuk meningkatkan
fasilitas layanan di sana. Apalagi, jamaah haji Indonesia
didominasi oleh masyarakat yang berusia lanjut, jika ada
penambahan jumlah kuota,” ungkap Khoirizi.
M O M E N T U M

Khoirizi menambahkan pemerintah juga selalu


melakukan pembinaan kepada para penyelenggara
haji dan umrah. Ia berpendapat nantinya manasik perlu
dilakukan jauh dari sebelum para jamaah merencanakan
berangkat haji. “Memberi edukasi manasik dari segi
ibadah, perjalanan, hingga kesehatan diharapkan bisa
berlangsung sepanjang tahun,” tegasnya.
Benny Witjaksono, Anggota Badan Pelaksana Badan
Pengelola Keuangan Haji menambahkan, meskipun
terdampak pandemi, dana haji menjadi lebih kuat dan
sanggup mendukung inisiatif dan berbagai program
Kementerian Agama untuk memperbaiki pelayanan. Pada
tahun 2026, BPKH telah memiliki perencanaan, yakni
ketersediaan likuiditas yang memadai.
“Kami mendukung upaya agar dana bisa dimanfaatkan
untuk berbagai inisiatif perbaikan pelayanan. Sehingga,
ibadah haji bisa terlaksana dengan sebaik-baiknya,” ujar
Benny.
Chairman Indonesian Islamic Travel Communication
Forum H. Priyadi Abadi setuju bahwa pandemi COVID-19
membawa dampak yang cukup serius, khususnya bagi
sektor pariwisata. Di sisi lain, pandemi bisa menjadi alasan
para pelaku sektor pariwisata meningkatkan kualitas
pelayanan yang mereka miliki. Ia memaparkan berbagai
strategi telah digunakan oleh sektor pariwisata agar bisa
bertahan di situasi ini.
Ia mengaku ada hikmah yang bisa diambil oleh
industri tur dan travel jamaah haji dan umrah dari
bencana pandemi COVID-19. Menurutnya, situasi seperti
ini bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia (SDM) perusahaan tur dan travel,
M O M E N T U M

khusus haji dan umrah. Sebelum pandemi, hal tersebut


dikarenakan sulit mencari waktu di tengah tingginya
permintaan haji dan umrah, serta wisata islami.
“Saat ini merupakan saat paling baik untuk
meningkatkan kapasitas SDM, dari product knowledge,
cara berkomunikasi, upaya problem solving, dan
sebagainya,” tutur Priyadi.
Ia menambahkan, profesionalisme perlu diutamakan.
Permintaan haji dan umrah yang berlangsung secara
besar-besaran seringkali membuat penyelenggara
kerap mengabaikan kualitas pelayanan. Sebab itu,
profesionalisme harus diutamakan.
Selaras dengan paparan H. Khoirizi, proses edukasi untuk
jamaah haji atau umrah memang menjadi tantangan
bagi penyelenggara. Menurut Priyadi, perlu adanya forum
antarbiro penyelenggara haji atau umroh yang bisa saling
berdiskusi dan memberi masukan mengenai pelayanan
yang baik kepada peserta tur.
“Kami harus mengedukasi mereka sehingga peserta tur
mengetahui rangkaian tur tersebut, bukan hanya tentang
ibadahnya saja,” tutup Priyadi.

Destinasi Islami
Indonesia memiliki potensi besar sebagai destinasi
wisata islami. Merujuk hasil Pew Research Center Report,
saat ini tercatat jumlah populasi penganut agama Islam
di Indonesia sebanyak 219.960.000 atau 12,6% dari populasi
Islam di seluruh dunia. Sementara, pada tahun 2060,
Indonesia akan memiliki 253.450.000 pemeluk Islam,
tetapi secara persentase hanya 8,5% dari jumlah penganut
Islam di dunia.
M O M E N T U M

Menurut Benny, angka tersebut sangat besar dan


menempati urutan pertama sebagai negara dengan
mayoritas pemeluk agama Islam terbesar. Setelah
Indonesia, menyusul India, Pakistan, Bangladesh, Nigeria,
Mesir, Iran, Turki, Algeria, dan Irak. “Peluang menjadi
destinasi wisata islami luar biasa. Apalagi produk dan
layanan halalan thayyiban merupakan tren wisata islami
yang ke depannya akan menjadi wisata umum,” katanya.
Bukan hanya menjadi destinasi wisata islami saja,
Indonesia juga dapat menjadi produsen dari produk dan
jasa yang mengusung halalan thayyiban style. Didukung
dengan populasi umat Islam yang besar, Benny optimistis
Indonesia dapat mewujudkan wisata, produk, bahkan jasa
yang mengusung konsep halalan thayyiban.
“Indonesia merupakan daerah dengan banyak wisata
Islami yang menjadi harapan dunia ke depan. Meskipun
saat ini hanya menjadi konsumen, namun ke depannya
Indonesia bisa jadi produsen,” tegas Beny.
M O M E N T U M

QUOTES
“Peluang menjadi destinasi wisata islami luar
biasa. Apalagi produk dan layanan halalan
thayyiban merupakan tren wisata islami yang ke
depannya akan menjadi wisata umum.”

Benny Witjaksono
Anggota Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji
Learn More
0 8

2 0 2 1 I N D U S T R Y U P D A T E

MEMAKSIMAL- LIMA TINGKAT


BELUM BISA
KAN PERTUMBUHAN
TUMBUH
OMNICHANNEL PRODUK FMCG
I N D U S T R Y U P D A T E

Properti
Belum Bisa Tumbuh

Pandemi COVID-19 memberikan dampak negatif yang


sangat besar ke banyak sektor industri. Tidak terkecuali
industri properti yang masih kewalahan menghadapi
dampak tersebut.

Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz, Priscilla Putri Elizabeth

P
enyebaran COVID-19 memicu penurunan
performa industri properti di Tanah Air.
Menurut data Colliers International Indonesia,
pada kuartal kedua tahun ini kinerja properti
baik perkantoran, apartemen, ritel, maupun hotel
mengalami penurunan.
“Kondisi saat ini memang cukup berat. Padahal,
proyeksi sebelumnya mengatakan akan ada pemulihan
pada awal tahun 2022. Namun jika ekonomi belum
stabil, kemungkinan bisa mundur,” kata Senior Associate
Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto.
Sebelumnya, Colliers melihat secercah harapan kinerja
properti pada tahun 2021 mulai bangkit. Sayangnya, kasus
pandemi kembali meningkat dan mobilitas masyarakat
dibatasi dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat. Sehingga,
kemungkinan besar proyeksi pertumbuhan properti akan
direvisi kembali.
Pandangan ini menyusul setelah banyak proyek
properti baik perkantoran, apartemen, dan ritel yang
I N D U S T R Y U P D A T E

sedang melakukan konstruksi pada tahap awal terpaksa


melakukan penjadwalan ulang proyek. Kondisi ini
mengubah suplai pasokan pada tahun 2021. Penurunan
penawaran ini terjadi lantaran permintaan terhadap
produk properti juga mengalami penurunan.
Di sisi lain, kebijakan PPKM Darurat membuat investor
lokal lebih berhati-hati dalam melakukan investasi
properti. Terlebih, investor harus menghindari kontak
langsung dengan pihak lain. Pada akhirnya, bisnis properti
akan sangat terlokalisasi.
Ferry menilai optimisme pasar saat ini bisa terbangun
atas dasar berita baik tentang kesuksesan sebuah proyek.
Hanya saja, pada kenyataannya berita baik itu sangat
terbatas alias sedikit sekali proyek yang berjalan sukses.
“Di sisi lain, sampai kuartal dua tahun ini banyak proyek
gedung perkantoran yang sedang dibangun. Sehingga,
kemungkinan besar waktu penyelesaian konstruksi akan
mundur,” kata Ferry.
Kondisi sulit ini terlihat dari fakta bahwa hanya dua
gedung perkantoran yang mulai beroperasi pada kuartal
dua tahun 2021 di Jakarta, yaitu Triniti Tower di kawasan
central business district (CBD) dan Wisma Barito Pacific 2
di kawasan non-CBD. Sayangnya, dua bangunan ini tetap
belum dapat mengatrol jumlah kumulatif angka ruang
kantor yang grafiknya terus menurun tahun ini.
“Saat ini, cukup sulit memprediksi kapan pengembang
akan memulai pembangunan gedung-gedung baru. Di
sisi lain, permintaan ruang perkantoran dinamis, tetapi
pengurangan luas ruangan kantor juga terus terjadi dan
berdampak pada turunnya tingkat hunian,” katanya.
Tingkat hunian perkantoran rata-rata sudah mencapai
I N D U S T R Y U P D A T E

angka di bawah 80%. Tingkat hunian area CBD pada


kuartal dua tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 1,1%
secara quarter to quarter (QoQ). Sementara, di luar area
CBD tingkat hunian terjadi penurunan sekitar 1,2% QoQ.
Saat ini, rata-rata tingkat hunian di CBD berada di angka
79,2% dan di luar CBD 78,4%. Angka ini diprediksi akan
menurun sekitar 2% hingga akhir tahun.
Dengan adanya penurunan angka hunian akibat
pengurangan luas kantor, berpengaruh juga pada
harga jual dan sewa. Tarif sewa perkantoran di Jakarta
terlihat menunjukkan tren penurunan. “Tercatat, angka
penurunannya mencapai 20% sejak tahun 2016 hingga
memasuki kuartal dua tahun 2021,” lanjut Ferry.
Menurut pemantauan Colliers, rerata tarif sewa kantor
di areal CBD tercatat sekitar Rp 249,537 per meter persegi
per bulan. Sedangkan di luar CBD tercatat Rp 185,447 per
meter persegi per bulan.
Di sisi lain, pada bisnis co-working space diprediksi
masih memiliki masa depan yang cukup cerah. Pasalnya,
faktor fleksibilitas yang ditawarkan menjadi daya tarik
tersendiri.

Jakarta: Pasok Perkantoran


Jakarta: Pasok Perkantoran
Pasokan Kumulatif Pasokan Tahunan
1.9 % pertahun
8,000,000 350,000

7,000,000 300,000

6,000,000 250,000

5,000,000 2.5% pertahun


200,000
4,000,000 150,000
3,000,000 100,000
2,000,000 50,000
1,000,000 0
0 2020 2021P 2022P 2023P 2024P
2020 2021P 2022P 2023P 2024P CBD Diluar CBD
CBD Diluar CBD Rerata per tahun (CBD) Rerata per tahun (diluar CBD)

Sumber: Colliers Quarterly Property Market Report Q2 2021


I N D U S T R Y U P D A T E

Apartemen Bisa Tumbuh?


Bila prediksi untuk segmen perkantoran belum tentu
tumbuh pada awal tahun 2022, pengembang apartemen
bisa bernapas lega. Pasalnya, bisnis apartemen akan lebih
bagus atau mengalami perbaikan pada awal tahun depan.
Kondisi tersebut bisa terjadi jika perekonomian semakin
membaik. Sebaliknya, jika kondisi ekonomi terus menerus
tergerus oleh pandemi COVID-19, maka pemulihan
penjualan akan sulit terwujud.

Rerata Tingkat Hunian


Rerata Tingkat Hunian
86% CBD Diluar CBD

84%

82%

80%

78%

76%

74%

72%
2016 2017 2018 2019 2020 Q1 Q2 2021P
2021 2021

Jakarta: Tarif Sewa dan Harga Jual


Tarif Sewa Harga Jual
CBD Diluar CBD CBD Diluar CBD

Rp350,000 Rp70,000,000

Rp300,000 Rp60,000,000

Rp250,000 Rp50,000,000

Rp200,000 Rp40,000,000

Rp150,000 Rp30,000,000
Tarif sewa di Jakarta turun sekitar 20%
Rp100,000 dari 2016 – Q2 2021 Rp20,000,000

Rp50,000 Rp10,000,000

Rp0 Rp0
2016 2017 2018 2019 2020 Q1 2021 Q2 2021 2021P 2016 2017 2018 2019 2020 Q1 Q2 2021P
2021 2021

Sumber: Colliers Quarterly Property Market Report Q2 2021


I N D U S T R Y U P D A T E

Jakarta: Pasok Apartemen


300,000

7,654
250,000 12,723
8,113
3,672
2,698
9,769
17,524
200,000 8,115
10,271
13,862
10,701
Unit

150,000

100,000

50,000

-
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021F 2022F 2023F 2024F

Pasokan dari tahun sebelumnya Pasokan tahunan

Permintaan Apartemen Strata


10,000
8,867
9,000 8,243
8,000
Permintaan (unit)

7,000
5,898
6,000
4,682
5,000
4,000
3,000
1,927
2,000
1,000 575

-
2016 2017 2018 2019 2020 2021 YTD

Jakarta: Tingkat Hunian


Tingkat Hunian Tingkat Hunian berdasarkan Wilayah
Jakarta BoDeTaBek
77.0% 75.9%
72.2% 70.8% 71.3% 70.8% 70.6%
90.0 68.4% 69.4%
85.0 59.6%
80.0
75.0
70.0
65.0
60.0
55.0
50.0
2016 2017 2018 2019 2020 Q1 Q2 2021P Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta CBD Bogor Depok Tangerang Bekasi
2021 2021 Utara Barat Timur Selatan Pusat
(diluar (diluar
CBD) CBD)

Sumber: Colliers Quarterly Property Market Report Q2 2021


I N D U S T R Y U P D A T E

“Pada kuartal pertama tahun ini, saat pemerintah


mengeluarkan kebijakan insentif Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) ada sedikit harapan yang cukup memberikan efek
pada sektor penjualan properti, khususnya apartemen.
Namun, kasus COVID-19 kian melonjak, membuat Colliers
merevisi proyeksi awal,” ungkap Ferry.
Ditambah, tim Colliers melihat ada developer yang
sudah tidak confidence. Ada yang melakukan penundaan
pembangunan proyek under construction, proyek
perkantoran, mal, dan kantor. Sehingga, kondisi ini
mengubah proyeksi Colliers terhadap penawaran produk
apartemen.
Kasus COVID-19 yang kembali naik dan adanya PPKM
darurat membuat beberapa proyek apartemen dipastikan
terhambat dan mundur penyelesaiannya. “Tidak ada
proyek baru yang diperkenalkan pada kuartal ini.
Beberapa proyek masih dalam kondisi on hold, terutama
yang masih fase awal pembangunan,” ujarnya.
Tren penurunan ini terlihat dari jumlah proyek
yang masuk. Pada tahun 2020, proyek yang masuk
hanya sebesar 2.698 unit. Padahal, tahun sebelumnya
jumlah proyek masuk tercatat sebanyak 9.769 unit.
Bahkan, proyeksi sebelumnya, pada tahun 2021 ada
tren peningkatan selama semester pertama, namun
kenyataannya sebaliknya. Hal ini dipengaruhi oleh
pandemi yang kembali meningkat drastis.
“Proyeksi kami, selama enam bulan ini bisa terjadi
kenaikan. Pada kenyataannya, cuma ada satu proyek
saja yang diserahterimakan dari total tujuh proyek atau
sebanyak 3.672 unit di Jakarta,” tambah Ferry.
Pada kuartal kedua tahun 2021, hanya terdapat satu
I N D U S T R Y U P D A T E

proyek yang diluncurkan di daerah Mega Kuningan, yaitu


Diamond Tower. Banyak developer yang menjadwal ulang
proyeknya.
“Tahun ini hanya satu proyek saja. Jadi, memang ini
sedang mencerminkan bahwa developer cenderung
menahan diri untuk tak terlalu agresif dalam
membangun,” ungkap Ferry.
Jika dilihat secara menyeluruh, penyerapan apartemen
sejak tahun 2016 sudah mengalami penurunan. Semakin
parah dengan adanya pandemi pada tahun 2020.
Pandemi membuat banyak orang menahan diri untuk
tidak membeli properti, seperti apartemen, apalagi dalam
jumlah banyak.
“Tercatat, tahun 2020 jumlah penjualan unit tidak sampai
2.000 unit, sedangkan tahun sebelumnya sekitar 4.700
unit. Pada tahun ini, hingga semester pertama tercatat
hanya 575 unit yang laku. Tidak sampai 50% dari periode
yang sama tahun 2020. Khusus pada kuartal kedua (Q2)
tahun ini hanya 150-an unit terjual. Jumlahnya sangat
sedikit,” terang Ferry.
Pada kuartal dua tahun 2021, dampak program insentif
PPN masih belum terlihat, khususnya pada sektor
apartemen. Di sisi lain, jumlah unit ready stock yang tidak
banyak. Namun program insentif PPN diperpanjang
sampai Desember 2021, harapannya dapat menjadi katalis
penjualan tahun 2021 ini.
“Tapi untungnya, program insentif PPN berlaku hingga
Desember 2021. Semoga hal ini bisa menjadi katalis
penjualan pada tahun 2021 dan ada perbaikan tahun
berikutnya,” terang Ferry.
Tak hanya apartemen, Menurut Ferry, yang paling terasa
I N D U S T R Y U P D A T E

dampaknya dari penerapan PPKM ini adalah sektor ritel.


Sektor ini membutuhkan lalu lintas di kawasan mal. Tetapi,
kalau semuanya dibatasi, termasuk jam operasional tentu
mengganggu keberlangsungan mal.
Meski, pada masa Ramadan dan hari libur Idul Fitri
mampu menaikkan aktivitas di pusat perbelanjaan, tidak
sedikit peritel besar yang memutuskan untuk menutup
gerai mereka secara permanen. Ditambah, penghentian
operasional mal sementara waktu ini kembali menekan
para tenant. Bila kondisi ini terus terjadi, diprediksi akan
kembali terjadi penutupan gerai akibat situasi sulit ini.
Di wilayah Jakarta, Colliers mencatat tingkat hunian
sekitar 72% atau turun sekitar 1,4% (QoQ) dan 71,8%.
Sedangkan di wilayah Bodetabek yang juga turun sekitar
1,5% QoQ.
Di sisi lain, pasokan yang masih terus bertambah turut
menekan tingkat hunian. Tercatat, pasokan kumulatif di
area Jakarta kini sekitar 4,86 juta m2 dan 2,84 juta m2 di
wilayah Bodetabek.
“Hotel juga pasti terkena dampaknya karena orang tidak
bisa bepergian, ataupun melakukan meeting. Termasuk,
kegiatan pemerintah yang biasanya di hotel,” papar Ferry.
Larangan mudik tahun ini belum mampu mendorong
tingkat keterisian secara bulanan. Namun bisa sedikit
mengangkat tingkat keterisian sesaat, khususnya pada
saat liburan Lebaran.
Meski begitu, dibandingkan tahun 2020 tingkat
keterisian sudah mulai meningkat. Hotel-hotel juga sudah
mulai terisi dengan berbagai kegiatan seperti resepsi
pernikahan dan kegiatan sosial. Lantas apa yang bisa
dilakukan para pengelola hotel?
I N D U S T R Y U P D A T E

“Beberapa pengelola hotel bisa bekerja sama dengan


pemerintah sebagai repatriasi hotel, hotel isolasi, hingga
mengoptimalkan divisi lain, seperti katering atau paket
lainnya sebagai pendapatan tambahan,” tutup Ferry.

Jakarta: Pasok Ritel


Pasokan Kumulatif Pasokan Tahunan
6,000,000 180,000

5,000,000 150,000
Rerata
4,000,000 120,000 proyeksi
tambahan
3,000,000 90,000 BoDeTaBek

2,000,000 60,000 Rerata


proyeksi
1,000,000 30,000 tambahan
Jakarta
0 0
2020 2021P 2022P 2023P 2024P 2020 2021P 2022P 2023P 2024P

Jakarta BoDeTaBek Jakarta BoDeTaBek

Hotel Q2 2021
Pasok Jakarta

25,000
20,000

Jakarta 15,000
10,000
5,000
0
2016 2017 2018 2019 2020 Q1 2021 Q2 2021 2021E

3-star 4-star 5-star

Tingkat Keterisian Bulanan


100%

80%

60%

40%

20%

0%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec

2019 2020 2021

Sumber: Colliers Quarterly Property Market Report Q2 2021

QUOTES
“Saat ini, cukup sulit memprediksi kapan
pengembang akan memulai pembangunan
gedung-gedung baru. Di sisi lain, permintaan
ruang perkantoran dinamis, tetapi pengurangan
luas ruangan kantor juga terus terjadi dan
berdampak pada turunnya tingkat hunian.”

Ferry Salanto
Senior Associate Director
Colliers International Indonesia
I N D U S T R Y U P D A T E

Ritel
Memaksimalkan Omnichannel

Wajah banyak industri berubah setahun terakhir ini.


Meski terjadi perubahan, kunci kesuksesan bisnis
tetap sama, yakni relevan dengan tuntutan zaman dan
kebutuhan konsumen.

Oleh Clara Ermaningtiastuti

I
ndustri ritel menghadapi disrupsi yang luar biasa
karena pandemi COVID-19. Namun, keinginan
berbelanja konsumen tampaknya tidak banyak
berubah. Sebab itu, konsumen mengharapkan
para pemain di industri ini bisa memberikan mereka
kemudahan dalam berbelanja di tengah keterbatasan.
Studi tahunan Zebra bertajuk Global Shopper Study
menemukan bahwa pembeli menginginkan pengalaman
yang seamless ketika berbelanja. Uniknya, pengalaman
tersebut tidak hanya mereka harapkan saat berbelanja
online, tetapi juga ketika mereka berkunjung ke toko
secara langsung.
Dengan digitalisasi yang terus digenjot, konsumen
semakin cerdas dan fleksibel. Saat mereka tidak bisa
menemukan barang yang diinginkan ketika berkunjung
ke toko, mereka akan beralih ke kanal online. Demikian
pula sebaliknya. Secara keseluruhan, ada tiga faktor
utama yang memengaruhi kebiasaan konsumen ini, yaitu
kesiapan stok barang, pilihan produk, dan perbandingan
harga.
I N D U S T R Y U P D A T E

Pandemi mengubah industri dari segi pemenuhan


kebutuhan konsumen. Banyak peritel beradaptasi dengan
transformasi digital. Dengan keterbatasan mobilitas,
sejumlah konsumen berpindah ke kanal belanja online
untuk memenuhi kebutuhannya.
Ada tiga preferensi berbelanja belakangan ini. Pertama,
konsumen membeli secara daring dan barang dikirimkan
ke rumah. Kedua, konsumen membeli di toko dan barang
dikirimkan ke rumah. Ketiga, konsumen belanja di kanal
daring tapi mengambil barang di toko.
Preferensi ini menunjukkan berbelanja secara offline
juga masih diminati. Karenanya, penting bagi pelaku ritel
untuk menyediakan pengalaman belanja omnichannel.
Hal yang perlu diperhatikan antara lain keamanan,
kemudahan, dan layanan terintegrasi. Para peritel harus
benar-benar mendigitalisasi dan mengoptimalkan
teknologi untuk beradaptasi dengan kebiasaan berbelanja
konsumen.
Sebab itu, layanan mandiri dan teknologi contactless
tampak menjanjikan. Hampir separuh (47%) dari
responden mengaku telah mencoba fitur self-checkout
dan 63% di antaranya setuju bahwa solusi self-checkout
dapat meningkatkan pengalaman berbelanja mereka.
Selain itu, opsi pembayaran cashless dan personal
shopping device memiliki potensi yang baik di masa
depan.
Para pelaku di industri ritel juga mengakui bahwa
layanan self-checkout ini bisa sangat bermanfaat bagi
konsumen. Terlebih lagi di situasi pandemi, layanan
tersebut dapat memastikan pelanggan berbelanja
dengan aman dan nyaman serta tetap mematuhi protokol
kesehatan.
I N D U S T R Y U P D A T E

Shopping in-store or online is interchangeable


to today's shopper
Motivations for channel choice now similar

In-store Online

Product availability
54% 56%
Product selection
46% 48%
Price Comparison
37% 42%
Top three reasons shoppers
leave a store without making
a purchase
Desired item is out of stock
1
41% 2pp YoY

Checkout line/queue too long


2
32% 12pp YoY

Can’t find the item on display


3
31%
Sumber: 2021 Global Shopper Study, Zebra
I N D U S T R Y U P D A T E

63%
agree self-checkout solutions improve
the customer experience

Shoppers current and future use of


self-service solutions

47% have used self-checkouts


( 7 YoY) and 91% say they will
continue using in the future

29% have used cashless


payment...89% will use in future

22% have used personal


shopping device... 88% will
continue using in the future

Sumber: 2021 Global Shopper Study, Zebra

Keselamatan menjadi bagian dari pengalaman


konsumen ketika berbelanja. Karena itu, peningkatan
kepercayaan dari konsumen bisa didapatkan melalui
penerapan protokol kesehatan yang baik. Meski para
pelaku di industri ritel telah menggaungkan kepedulian
mereka terhadap keselamatan konsumen, tetapi nyatanya
belum banyak yang sukses mempraktikkannya di toko.
Sebanyak 67% konsumen mengungkapkan bahwa
sanitasi dan penerapan social distancing yang mereka
alami di toko masih memprihatinkan. Bahkan, sebesar 51%
I N D U S T R Y U P D A T E

responden mengaku kesulitan untuk menggunakan opsi


pembayaran contactless. Hal ini berbanding jauh dengan
anggapan 90% eksekutif ritel yang mengaku sudah
memprioritaskan masalah kesehatan dan keselamatan di
toko.
Meski tidak sedikit peritel yang meyakini bahwa dalam
setahun terakhir mereka telah memenuhi harapan
konsumen, hasil survei dari Zebra menunjukkan hal yang
berbeda. “Persentase kepuasan konsumen terhadap
bisnis ritel justru menurun jika dibandingkan dari
tahun sebelumnya,” ujar Tracy Yeo, Country Lead Zebra
Technologies Asia Pasific untuk Indonesia.
Jika dilihat dari kanal belanja pilihan konsumen, faktor
ketidakpuasaan yang dirasakan konsumen cukup
beragam. Mereka yang berbelanja langsung di toko
biasanya mengalami kekecewaan pada opsi produk,
ketersediaan stok, dan harga. Sedangkan untuk online,
biasanya terjadi pada proses pengembalian barang, waktu
pengiriman, dan ongkos kirim.
Untuk dapat memenuhi harapan konsumen yang kini
menjalani gaya berbelanja yang hybrid, para peritel harus
mengadopsi lebih banyak jenis teknologi.
Dengan mengadopsi teknologi tadi, peritel mampu
meningkatkan kepuasan konsumen yang memiliki
kebutuhan kompleks. Pasalnya, konsumen cenderung
menginginkan percampuran dari sistem yang ada di toko
offline dan online, mulai dari layanan seputar pembelian,
pengantaran, hingga pengembalian.
Berkembangnya teknologi membuat konsumen
tumbuh sebagai pembeli yang merasa nyaman ketika
menggunakan teknologi layanan mandiri. Dengan
I N D U S T R Y U P D A T E

teknologi layanan mandiri tersebut, peritel bisa


memberikan pengalaman yang lebih baik dan aman.
Cara berbelanja telah berubah dan tidak bisa
disamakan dengan waktu terdahulu. Pengalaman
belanja telah bertransformasi. Sebab itu, industri ritel
pun terus berkembang. Maju atau tidaknya suatu bisnis
ritel tampaknya kini bergantung pada upaya mereka
menyediakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan
konsumen.

Shopper Satisfaction by Channel Year-Over-Year


In-store
Overall in-store Satisfaction Product availability

76% 6pp 74% 11pp


Product selection Ease of finding correct prices

73% 8pp 67% 6pp


Online
Overall online satisfaction Delivery timing

73% 5pp 66% 6pp


Returns or Exchange by mail Delivery cost

52% 3pp 54% 8pp

Sumber: 2021 Global Shopper Study, Zebra

QUOTES
“Persentase kepuasan konsumen terhadap bisnis
ritel justru menurun jika dibandingkan dari tahun
sebelumnya.”

Tracy Yeo
Country Lead Zebra Technologies Asia Pasific untuk Indonesia.
I N D U S T R Y U P D A T E

Fast-moving consumer goods


Lima Tingkat Pertumbuhan Produk
FMCG

Di tengah keterbatasan akibat pandemi COVID-19,


merek ditantang mencari cara agar bisnis tetap tumbuh
secara kreatif. Kantar Indonesia merekomendasikan
lima tingkat pertumbuhan tersebut yang bisa dijadikan
rujukan para pelaku industri fast-moving consumer
goods (FMCG) di Indonesia. Apa saja?

Oleh Muhammad Perkasa Al-Hafiz

K
antar Indonesia melalui Brand Footprint
Indonesia 2021 mengumumkan peta
persaingan di industri fast-moving
consumer goods (FMCG) di Tanah Air. Brand
Footprint adalah studi tahunan Kantar yang mengukur
merek mana yang paling dipilih oleh konsumen.
Riset ini mencakup lima sektor FMCG, yakni makanan,
minuman, produk susu, perawatan rumah, dan perawatan
tubuh. Peringkat Brand Footprint Indonesia tahun ini
mencakup 97% dari total rumah tangga baik di kota besar,
kota kecil, dan daerah lainnya yang merepresentasikan 68
juta rumah tangga.
“Banyak industri yang harus melewati jalan yang terjal
untuk bertahan dan bertumbuh terlepas dari adanya
tantangan pandemi. Industri FMCG mampu melewati
berbagai tantangan dengan cara menerapkan strategi-
strategi yang berfokus pada kebutuhan konsumen yang
I N D U S T R Y U P D A T E

dinamis,” ujar Venu Madhav, General Manager Kantar


Indonesia, Worldpanel Division.
Hasil riset menemukan beberapa temuan
menarik. Pertama, lima kategori produk FMCG yang
paling banyak dipilih konsumen, yakni mi instan, biskuit,
kopi instan, detergen, dan penyedap rasa.
Kelimanya memiliki keterikatan tersendiri dengan
konsumen di Indonesia. Hal ini terlihat dari presentase
jumlah konsumen yang membeli kategori-kategori
tersebut setidaknya mencapai 95% atau dalam kata lain,
95 dari 100 rumah tangga di Indonesia pernah membeli
produk dari kategori tersebut.
Kedua, sektor makanan mendominasi sepuluh
peringkat teratas dan mendominasi peringkat sepuluh
besar merek-merek yang bertumbuh pesat pada tahun
2020. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan pandemi yang
membuat konsumen lebih banyak beraktivitas di rumah,
termasuk memasak dan makan di rumah.
Ketiga, Indomie terus menjadi merek pilihan nomor
satu bagi konsumen di Indonesia dan memegang posisi
yang kuat di tingkat global, yakni di posisi ke-7 Global
Brand Footprint 2021. Indomie menjadi pilihan bagi
rumah tangga sebagai asupan makanan yang cepat dan
rasa yang sesuai dengan lidah orang Indonesia dan juga
negara lain.
Keempat, merek-merek bumbu masak seperti Sasa,
Masako, Royco, dan Bango menjadi pilihan teratas bagi
konsumen Indonesia sepanjang tahun 2020 sebagai
penunjang kegiatan memasak dari rumah yang semakin
populer pada masa pandemi ini.
Kelima, terkait dengan hadirnya pandemi pada tahun
I N D U S T R Y U P D A T E

2020, preferensi masyarakat di sektor perawatan rumah


dan perawatan tubuh menunjukkan tren yang positif bagi
produk-produk yang menawarkan perlindungan dari sisi
kesehatan dan kebersihan.
Keenam, merek Ekonomi menjadi salah satu merek
perawatan rumah tangga yang tumbuh paling pesat di
antara merek-merek yang berhasil menempati peringkat
20 besar. Ekonomi menawarkan perlindungan ekstra
bagi keluarga dalam hal kebersihan dengan harga yang
terjangkau.
Ketujuh, bermain di beberapa kategori juga merupakan
salah satu strategi merek untuk memiliki kesadaran merek
dan basis konsumen yang kuat. Beberapa merek seperti
Lifebuoy (di posisi ke-8), Frisian Flag (di posisi ke-9), and
Indofood (di posisi ke-12) mengamankan posisi mereka
dalam peringkat 20 besar dengan bermain di beberapa
kategori di sektor masing-masing.
“Merek-merek diurutkan berdasarkan Consumer Reach
Point (CRP). CRP merupakan matriks yang mengkalkulasi
jumlah rumah tangga yang membeli merek tertentu
(penetrasi) dengan berapa kali merek tersebut dibeli
(pilihan konsumen),” ujar Adisti Bramanti, Commercial
Director Kantar Indonesia, Worldpanel Division.
Untuk meningkatkan CRP dalam keadaan yang
fluktuatif di masa pandemi tentunya dibutuhkan strategi
yang adaptif terhadap konsumennya. Misalnya, merek
tersebut mampu menjawab preferensi kegunaan dan
manfaat produk yang dicari konsumen. Lalu menjawab
persoalan ketersediaan produk di tempat perbelanjaan,
kesesuaian harga dan ukuran kemasan, ekspansi produk
ke kategori lainnya, hingga faktor lainnya yang dapat
I N D U S T R Y U P D A T E

memengaruhi keputusan konsumen dalam membeli


merek Anda.

Tingkat Pertumbuhan
Adisti pun memberikan beberapa kiat yang bisa
diadopsi oleh para merek untuk bertahan menghadapi
kondisi sulit akibat pandemi COVID-19. “Kami merangkum
strategi ini ke dalam five levers for growth. Strategi ini bisa
diaplikasikan oleh merek untuk terus tumbuh,” ungkap
Adisti.
Pertama, more targets. Cara pertama yang bisa
dilakukan oleh merek untuk menjaga pertumbuhan
bisnisnya adalah memperluas jangkauan konsumen
agar bisa memperkuat posisi mereka di pasar. Untuk
memperluas target pasar, merek bisa mengeluarkan
inovasi baru atau mengomunikasikan produk yang relevan
ke pasar.
Seperti yang dilakukan oleh Sasa melalui kampanye
“We are MSG”. MSG merupakan singkatan dari Micin Swag
Generation. Kampanye ini membidik para konsumen
muda. Upaya Sasa dalam mengomunikasikan mereknya
ini membuat mereka lebih dikenal di kalangan generasi
muda. Tak tanggung-tanggung. Market leader dalam
kategori penyedap masakan ini mencoba melakukan
pendekatan baru. Pendekatan ini melalui aktivasi konser
musik yang menyasar kalangan Gen Y dan Gen Z yang
kerap diejek sebagai “generasi micin”.
Bertajuk “Konser Micin Social Gang”, konser ini menjadi
cara Sasa untuk menangkal stigma negatif dari micin.
“Konser Micin Social Gang merupakan wadah bagi para
kaum milenial untuk menyalurkan energi mereka atas
I N D U S T R Y U P D A T E

berbagai hal yang positif. Hal ini sesuai dengan komitmen


Sasa dalam mendorong anak muda Indonesia untuk
selalu maju, melakukan inovasi, berani memimpin sambil
tentunya menikmati hidup sepenuhnya,” ujar Albert
Dinata, Marketing Director, Consumer Acquisition &
Retention PT Sasa Inti.
Kedua, more presence. Dalam hal ini, merek juga perlu
memastikan produknya mudah diakses di banyak lokasi.
Akan lebih baik jika merek bisa menyesuaikan dengan
kebutuhan di suatu daerah secara spesifik. Dengan
kata lain, merek bisa melakukan segmentasi mikro dan
melakukan kustomisasi di sana.
Ketiga, more categories. Jika sebuah merek bisa
menyediakan produk di lebih dari satu kategori, strategi
ini akan lebih menarik bagi konsumen yang memiliki
kebutuhan berbeda. Misalnya, yang dilakukan oleh Nuvo
dengan menghadirkan produk hand sanitizer berbentuk
pocket spray. Spesifikasi varian bentuk ini bisa menjawab
kebutuhan mereka khusus dari konsumen.
Keempat. new needs. “Merek bisa membuat produk
yang memfasilitasi kebutuhan untuk kebiasaan baru.
Misalnya seperti Vaselin yang mengklaim produknya
tidak hanya bisa untuk melembabkan, tetapi juga
bisa melindungi dari kuman. Strategi tersebut dapat
menarik perhatian masyarakat karena kini kesehatan dan
kebersihan menjadi prioritas kebutuhan konsumen,” jelas
Adisti.
Kelima. more moments. Strategi ini terkait dengan
seberapa jauh produk bisa menyesuaikan momen yang
relevan terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat.
Semakin banyak kesempatan yang bisa dimasuki
I N D U S T R Y U P D A T E

merek Anda, semakin besar peluang merek Anda akan


digunakan oleh konsumen. Misalnya, Beng Beng yang
menghadirkan varian Share It. Dengan menambah
varian kemasan, Beng Beng menjawab occasion lain dari
konsumen, seperti ketika melakukan perjalanan bersama
keluarga.

Food
Rank Change Brand CRPs (M) CRP % Penetration Penetration
2019 2020
Frequency
2019
Frequency
2020
in Rank change
1 0 Indomie 2190 0 95,3 96,2 34,3 33,4
2 0 Mie Sedaap 1799 4 92,4 94,6 27,7 27,9
3 0 Royco 1243 3 81,2 81,4 22,1 22,4
4 0 Roma 1209 6 91,6 92,4 18,5 19,2
5 0 Masako 955 0 69,1 68,7 20,6 20,4
6 0 Indofood 772 2 76 76,8 14,6 14,7
7 0 Energen (PT Mayora Indah) 700 -5 81,1 82,1 13,5 12,5
8 0 Bango 613 -1 72,2 72,5 12,8 12,4
9 0 Sasa 610 12 66,3 69,4 12,2 12,8
10 0 Gery 438 -16 76,5 72,7 9,9 8,7
11 4 Abc Heinz 436 12 68,7 72,1 8,4 8,7
12 1 Sajiku 435 6 64,8 67,2 9,4 9,5
13 3 Sun Kara 416 12 57,4 60,4 9,6 10,1
14 -3 Sarimi 409 -11 71,9 69,7 9,5 8,6
15 2 Ladaku 381 7 61,7 64,9 8,6 8,6
16 -4 Richoco 349 -16 70 66,2 8,8 7,7
17 3 Sedaap 342 16 54,6 59,5 8 8,4
18 0 Fortune-Pt. Sinar Alam 326 10 56 61,3 7,9 7,8
19 -5 Richeese 324 -20 70,2 66 8,6 7,2
20 1 Tango (Britvic) 277 9 71 71,2 5,3 5,7

Health Beauty
Rank Change Brand CRPs (M) CRP % Penetration Penetration
2019 2020
Frequency
2019
Frequency
2020
in Rank change
1 0 Lifebuoy 925 -2 91,2 91,6 15 14,5
2 0 Pepsodent 817 -1 95,6 95,6 12,8 12,4
3 1 Giv 394 9 55,8 57,8 9,6 10
4 -1 Pantene 340 -8 61,2 57,5 8,8 8,5
5 1 Nuvo 340 19 54,9 61,7 7,7 8,1
6 -1 Mamy Poko 272 -9 24,2 23,2 18,1 17,1
7 0 Rexona 267 0 55,2 53 7,2 7,4
8 0 Shinzui 252 -4 48,2 46,5 8,1 7,9
9 0 Sunsilk|Sedal|Seda 233 -1 46,7 44,2 7,5 7,7
10 0 Zinc 224 3 39,6 39,6 8,2 8,3
11 0 Clear 201 -5 45 43,4 7 6,8
12 0 Sweety 189 -7 21,8 20,8 13,8 13,2
13 1 Ciptadent 159 1 50,5 49,6 4,6 4,6
14 3 Dettol 152 10 38,4 42,4 5,4 5,3
15 0 Charm 150 -3 42,7 42,4 5,4 5,2
16 0 Lux 131 -11 46,5 41,8 4,7 4,6
17 -4 Citra 126 -20 50,8 45,1 4,6 4,1
18 7 Head & Shoulders 120 23 27,5 29,5 5,3 6
19 -1 Dove 120 0 32,7 29,4 5,3 5,8
20 1 My Baby 111 9 38,3 38,9 3,9 4,1

Sumber: Kantar Brand Footprint Indonesia 2021


I N D U S T R Y U P D A T E

Dairy
Rank Change Brand CRPs (M) CRP % Penetration Penetration
2019 2020
Frequency
2019
Frequency
2020
in Rank change
1 0 Frisian Flag 897 3 81,2 81,5 15,8 16
2 0 Indomilk 445 1 64,2 65,9 10,1 9,8
3 0 Dancow 316 3 49,1 52,7 9,2 8,8
4 0 Aice 249 6 45,9 45,1 7,6 8,1
5 1 Ultra Milk 210 13 42,6 45,4 6,5 6,8
6 -1 Wall's 195 3 45,5 44,8 6,2 6,4
7 1 Bear Brand 159 20 41,9 45,7 4,7 5,1
8 1 Yakult 145 15 32,9 34,2 5,7 6,2
9 -2 Sgm 130 -10 15,7 13 13,8 14,6
10 0 Enaak 102 2 22,3 23,4 6,7 6,4
11 3 Anget Sari 56 16 14,6 17,5 4,9 4,7
12 1 Blue Band 55 7 28,2 29,8 2,7 2,7
13 -1 Glico Wings 53 1 14,7 15,5 5,3 5
14 -3 Real Good 51 -14 21,9 19,5 4 3,8
15 0 Clevo 46 12 14,8 14 4,1 4,8
16 2 Campina 42 5 18,3 17,4 3,2 3,5
17 3 Cimory 41 15 19,3 21,1 2,7 2,9
18 -1 Tiga Sapi 41 3 9,2 10 6,4 6
19 0 Anlene 39 3 12,4 10,9 4,5 5,2
20 -4 Zee 33 -18 12,4 12 4,7 4

Home Care
Rank Change Brand CRPs (M) CRP % Penetration Penetration
2019 2020
Frequency
2019
Frequency
2020
in Rank change
1 0 So Klin 1867 1 94,5 94,9 27,3 27,3
2 1 Sunlight 826 -4 89,8 88,4 14,3 13,7
3 -1 Downy 718 -17 81,3 78,6 15,9 13,4
4 0 Daia 712 -9 77,9 75,1 15 13,9
5 1 Molto 656 6 77,4 77,5 11,9 12,4
6 -1 Rinso 613 -7 74,4 73,1 13,1 12,3
7 0 Ekonomi 601 8 58,1 62,9 14,2 14
8 0 Mama 464 12 64,8 66,1 9,5 10,4
9 0 Attack 362 -3 51,6 51,1 10,8 10,4
10 0 Vape 200 5 24,9 23,6 11,3 12,4
11 1 Soffell 175 2 25 23,8 10,2 10,8
12 1 Kispray 162 -5 39 37,8 6,5 6,3
13 -2 Boom 161 -7 32,2 27,2 7,9 8,7
14 0 Kingkong 135 19 11,1 12,3 15,2 16,1
15 0 Rapika 120 6 29,5 28,8 5,7 6,1
16 1 Hit 106 5 29,3 30,4 5,1 5,1
17 -1 Nomos 104 0 12,5 12,5 12,4 12,2
18 4 Wipol 89 51 23 33,4 3,8 3,9
19 -1 Proclin 83 -2 21,4 22,3 5,9 5,4
20 -1 Baygon 75 -3 26,1 25,1 4,4 4,4

Beverages
Rank Change Brand CRPs (M) CRP % Penetration Penetration
2019 2020
Frequency
2019
Frequency
2020
in Rank change
1 0 Kapal Api 1098 -2 70,8 69,4 23,6 23,2
2 1 Luwak 558 -6 69,7 69,9 12,7 11,7
3 -1 Good Day 545 -12 57,6 57,5 15,9 13,9
4 0 Abc Santos 426 -17 55,2 49,2 13,9 12,7
5 0 Aqua 421 0 49,4 46,4 12,7 13,3
6 0 Top - Wings Food 399 1 48,4 49,2 12,1 11,9
7 0 Sariwangi 359 -1 74,1 74,2 7,3 7,1
8 0 Tora Bika 348 -2 59,1 60 8,9 8,5
9 1 Milo 252 9 53,4 55,9 6,4 6,6
10 -1 Indocafe 245 -4 38,1 36,6 9,9 9,8
11 0 Teh Pucuk Harum 204 1 49,3 49,9 6,1 6
12 1 Nutrisari 163 12 37,4 40,4 5,8 5,9
13 -1 Teh Gelas-Orang Tua 128 -21 36,9 32,4 6,5 5,8
14 0 Sari Murni-Unilever 118 -7 28,2 27,1 6,7 6,4
15 0 Ale-Ale 104 -11 28 24,2 6,2 6,3
16 2 Chocolatos 94 4 37,4 40,5 3,6 3,4
17 0 Sprite 88 -4 41,4 39,1 3,3 3,3
18 -2 Jas Jus 86 -9 25,6 24,4 5,5 5,2
19 0 Teh Bendera 82 1 16,9 16,1 7,2 7,5
20 1 Sosro 74 3 29,7 31,1 3,6 3,5

Sumber: Kantar Brand Footprint Indonesia 2021


I N D U S T R Y U P D A T E

FMCG
Rank Change Brand CRPs (M) CRP % Penetration Penetration
2019 2020
Frequency
2019
Frequency
2020
in Rank change
1 0 Indomie 2190 0 95,3 96,2 34,3 33,4
2 0 So Klin 1867 1 94,5 94,9 27,3 27,3
3 0 Mie Sedaap 1799 4 92,4 94,6 27,7 27,9
4 0 Royco 1243 3 81,2 81,4 22,1 22,4
5 0 Roma 1209 6 91,6 92,4 18,5 19,2
6 0 Kapal Api 1101 -2 71,4 70,1 23,5 23
7 0 Masako 955 0 69,1 68,7 20,6 20,4
8 0 Lifebuoy 925 -2 91,2 91,6 15 14,5
9 1 Frisian Flag 897 3 81,2 81,5 15,8 16
10 1 Sunlight 826 -4 89,8 88,4 14,3 13,7
11 1 Pepsodent 817 -1 95,6 95,6 12,8 12,4
12 2 Indofood 772 2 76 76,8 14,6 14,7
13 -4 Downy 718 -17 81,3 78,6 15,9 13,4
14 -1 Daia 712 -9 77,9 75,1 15 13,9
15 0 Energen (PT Mayora Indah) 700 -5 81,1 82,1 13,5 12,5
16 2 Molto 656 6 77,4 77,5 11,9 12,4
17 0 Bango 613 -1 72,2 72,5 12,8 12,4
18 -2 Rinso 613 -7 74,4 73,1 13,1 12,3
19 3 Sasa 610 12 66,3 69,4 12,2 12,8
20 1 Ekonomi 601 8 58,1 62,9 14,2 14
21 -1 Luwak 558 -6 69,7 69,9 12,7 11,7
22 -3 Good Day 545 -12 57,6 57,6 15,9 13,9
23 4 Abc Heinz 479 11 74,9 77,1 8,5 8,9
24 6 Mama 464 12 64,8 66,1 9,5 10,4
25 1 Indomilk 446 1 64,6 66,1 10,1 9,8
26 -3 Gery 438 -16 76,5 72,7 9,9 8,7
27 4 Sajiku 435 6 64,8 67,2 9,4 9,5
28 -4 Abc Santos 426 -17 55,2 49,2 13,9 12,7
29 -1 Aqua 421 0 49,4 46,4 12,7 13,3
30 5 Sun Kara 416 12 57,4 60,4 9,6 10,1
31 -6 Sarimi 409 -11 71,9 69,7 9,5 8,6
32 1 Top - Wings Food 399 1 48,4 49,2 12,1 11,9
33 5 Giv 394 9 55,8 57,8 9,6 10
34 5 Ladaku 381 7 61,7 64,9 8,6 8,6
35 -1 Attack 362 -3 51,6 51,1 10,8 10,4
36 1 Sariwangi 359 -1 74,1 74,2 7,3 7,1
37 -8 Richoco 350 -17 70,2 66,3 8,8 7,7
38 2 Tora Bika 348 -2 59,1 60 8,9 8,5
39 6 Sedaap 342 16 54,6 59,5 8 8,4
40 -4 Pantene 340 -8 61,2 57,5 8,8 8,5
41 5 Nuvo 340 19 54,9 61,7 7,7 8,1
42 0 Fortune-Pt. Sinar Alam 326 10 56 61,3 7,9 7,8
43 -11 Richeese 324 -20 70,2 66 8,6 7,2
44 -3 Dancow 316 3 49,1 52,7 9,2 8,8
45 4 Tango (Britvic) 282 11 71,2 71,9 5,3 5,8
46 -3 Mamy Poko 272 -9 24,2 23,2 18,1 17,1
47 7 Migelas 269 18 53 56,4 6,4 7
48 -1 Rexona 267 0 55,2 53 7,2 7,4
49 -5 Garuda 261 -12 62,2 58,3 7,1 6,6
50 2 Milo 258 10 54,3 56,7 6,5 6,7

Sumber: Kantar Brand Footprint Indonesia 2021


I N D U S T R Y U P D A T E

Global
Rank Change Brand CRPs (M) CRP % Penetration Penetration
2019 2020
Frequency
2019
Frequency
2020
in Rank change
1 0 Coca-Cola 6509 4 42,2 43 12,4 12,3
2 0 Colgate 4311 -2 59,8 58,5 6,1 6
3 2 Lifebuoy 3014 15 25,5 27,7 8,6 8,9
4 -1 Maggi 3004 -4 32 33,9 8,1 7,2
5 -1 Lay's 2768 4 30,4 31,2 7,3 7,2
6 0 Pepsi 2354 6 22,7 23,3 8,1 8,2
7 0 Indomie 2221 0 6 6,1 30,9 29,5
8 1 Dove 2033 1 37 37,1 4,5 4,5
9 -1 Sunsilk|Sedal|Seda 1943 -4 23,5 23,4 7,2 6,8
10 0 Nescafé 1814 -3 22,7 23,2 6,9 6,4
11 4 Vim 1735 22 17,4 19,3 6,8 7,3
12 -1 Knorr 1674 1 25,3 25,8 5,5 5,3
13 3 Nestlé 1458 5 25,8 26,3 4,5 4,5
14 -1 Lux 1434 -5 29,4 28,1 4,3 4,2
15 -1 Sunlight 1419 -3 10,7 10,5 11,4 11
16 11 Dettol 1366 39 20,6 25,9 3,9 4,3
17 -5 Downy 1356 -11 14,7 14,9 8,7 7,5
18 -1 Heinz 1273 12 20,1 21,4 4,7 4,9
19 0 Brooke Bond 1203 8 11,3 11,8 8,2 8,4
20 2 Oreo 1188 11 25,7 27,2 3,5 3,6
21 0 Kinder 1173 7 15,2 15,6 6 6,1
22 -4 Head & Shoulders 1092 -2 23 22,5 4 4
23 -3 Sprite 1083 -2 25,2 24 3,6 3,7
24 -1 Pepsodent 1078 1 11,1 11,2 8 7,9
25 5 Kraft 1037 9 13,6 13,5 5,8 6,3
26 -1 Danone 1003 -2 14 14,1 6 5,8
27 -1 Palmolive 987 -1 15,8 16,7 5,2 4,8
28 -4 Nivea 980 -4 24,8 24,1 3,4 3,3
29 0 Rexona 969 1 19,6 20 4 4
30 3 Cheetos 963 7 14,6 15,2 5,1 5,2
31 0 Bimbo 930 2 7,4 8,2 10,2 9,3
32 6 Close-Up 915 10 17,8 18,2 3,9 4,1
33 -5 Pantene 907 -7 19,4 18,4 4,2 4
34 2 Quaker 893 5 15,2 15,4 4,7 4,7
35 2 Doritos 892 6 12,8 13,2 5,4 5,5
36 3 Dr. Oetker 866 10 12 12,2 5,5 5,8
37 4 Barilla 847 11 14,2 15 4,5 4,6
38 2 Mc Cormick 847 8 13,1 13,5 5 5,1
39 -7 Ajinomoto 841 -8 6,6 6,6 11,4 10,4
40 -5 Tide 829 -3 18,3 17,5 3,9 3,9
41 -7 Fanta 826 -6 20 19,1 3,6 3,5
42 3 Hershey's 716 0 12 11,7 5 5
43 0 Activia 697 -5 10,5 10,2 5,8 5,6
44 -2 Milo 694 -9 7,8 7,8 8,1 7,2
45 4 Milka 686 7 11,3 10,6 4,7 5,3
46 0 Safeguard | Escudo 674 1 11,7 12,4 4,7 4,4
47 4 Comfort 672 7 11,8 12,5 4,4 4,4
48 2 Pond's 661 4 16,4 16 3,2 3,4
49 12 Campbell's 659 15 8 8,2 5,9 6,5
50 -6 Ariel 657 -10 15 13,9 4 3,9

Sumber: Kantar Brand Footprint Indonesia 2021


I N D U S T R Y U P D A T E

Peringkat tahun Consumer Reach Point


Merek
2020 (dalam juta)

1 Indomie 2.190
2 So Klin 1.867
3 Mie Sedaap 1.799
4 Royco 1.243
5 Roma 1.209
6 Kapal Api 1.101
7 Masako 955
8 Lifebuoy 925
9 Frisian Flag 897
10 Sunlight 826
11 Pepsodent 817
12 Indofood 772
13 Downy 718
14 Daia 712
15 Energen 700
16 Molto 656
17 Bango 613
18 Rinso 613
19 Sasa 610
20 Ekonomi 601

Sumber: Kantar Brand Footprint Indonesia 2021


MARKETING
BATTLE PLAN
Formulating Strategy & Tactic to Win the Competition

Senin - Jumat
Pasca pandemi global 2020, setiap 23 – 27 Agustus 2021
perusahaan didorong untuk bisa 09.00 – 17.00 WIB
menemukan langkah baru dalam berbisnis.
Perusahaan pun perlu menyusun taktik
pemasaran yang sesuai dengan dinamika
saat ini.

Topik ini akan membahas perencanaan


stratejik, mulai dari taktik pemasaran,
penjualan hingga budgeting.

scan disini
Philip Kotler *syarat dan ketentuan berlaku
Live Webinar Seat
Theater Seat
Rp 12.000.000 Rp 5.000.000

BOOK NOW
markplusinstitute.com | Anggun 0812-1233-6502

@markplusinstitute MarkPlus Institute markplusinstitute.com

Learn More
0 8

2 0 2 1 L I F E S T Y L E

CUCA BALI

CITA RASA MOVIE &


PRODUCT
SPANYOL MUSIC
BERBAHAN
LOKAL
L I F E S T Y L E
Food

Cuca Bali
Cita Rasa Spanyol Berbahan Lokal

Cuca memiliki nuansa mewah, namun kasual. Restoran


ini menawarkan konsep menarik dari tapas, koktail,
dan desserts yang terinspirasi dari menu global dengan
memanfaatkan produk lokal.

Oleh Priscilla Putri Elizabeth

B
erawal dari mimpi yang sama, Chef Kevin
Cherkas bersama dengan istrinya Virginia
Entizne memutuskan untuk membuka
bisnis resto di Jimbaran, Bali, pada tahun
2013. Resto besutan pasangan asal Spanyol dan Kanada
itu mengusung nama Cuca dan menyajikan masakan
Spanyol yang diracik dengan bahan baku lokal.
L I F E S T Y L E
Food

Konsep Cuca tidak lepas dari imajinasi dan kecintaan


mereka pada makanan asli negaranya. Demi resto
tersebut, Kevin dan Virginia rela meninggalkan
pekerjaan tetapnya di Singapura. Alhasil, mereka mampu
mewujudkan pengalaman bersantap yang sangat
berbeda. Menyajikan makanan bercita rasa tinggi dengan
paduan nuansa kasual, tapi mewah. Bahkan, Cuca
menjadi salah satu tujuan kuliner paling favorit di Asia
Tenggara. Mendapat rekomendasi dari Michelin Guide dan
Certificate of Excellent dari Hall of Fame Trip Advisor.
Tahun ini, Cuca sudah delapan tahun beroperasi. Selama
itu, restoran ini sudah melewati banyak tantangan dan
mencapai banyak kesuksesan. Pandemi memang menjadi
pukulan keras bagi restoran ini. Namun, Cuca berusaha
tetap survive demi menyelamatkan bisnis dan para
karyawan.
“Kami harus berjuang keras untuk menjaga restoran
tetap buka supaya karyawan kami dapat terus bekerja.
Kami juga menyusun acara-acara bermakna yang menjadi
penyelamat bisnis kami selama enam bulan terakhir. Itu
tidak membuat kami lebih kaya, tetapi memberi kami
tujuan dan membuat kami lebih baik dan lebih bahagia,”
tutur Virginia.
Terlepas dari situasi yang dihadapinya, Cuca selalu
berusaha menunjukkan keunggulan dan menciptakan
pengalaman kuliner yang unik dan tak terlupakan. Hal
inilah yang kemudian memukau pelanggan. Salah satu
kekhasan Cuca adalah menawarkan pengalaman santap
hidangan ultrakontemporer.
Pelanggan akan merasakan think outside the box saat
mencicipi konsep makanan yang ada di Cuca. “Makanan
L I F E S T Y L E
Food

yang kami hidangkan sangat berbeda dan tidak akan


Anda temui di restoran mana pun baik di Bali dan Jakarta,”
ungkap Virginia.
Cuca menghadirkan casual dining dengan beragam
menu andalan, mulai dari tapas, cocktails and desserts,
hidangan house-made dengan teknik memasak Barat.
Produk dan bahan makanan yang dipilih Cuca juga
merupakan produk alami yang bersumber dari seluruh
Indonesia dengan menggunakan dan memaksimalkan
kesegaran serta mendukung pengrajin dan petani lokal.
Salah satu hidangan favorit bagi semua pelanggan
adalah Chef Tasting Meal. Terdiri dari serangkaian menu
yang paling mencerminkan jiwa dari Cuca restoran. Harga
yang ditawarkan untuk menu istimewa ini berkisar Rp
580.000++/orang. Tentunya sudah termasuk beberapa
pilihan tapas, makanan penutup, dan minuman khas
Cuca Brews.
L I F E S T Y L E
Food

Soal ambience, Cuca menawarkan konsep resto santai


namun tetap terkesan mewah. Sehingga, pelanggan
dapat menikmati bersantap di sini untuk berbagai acara.
Di bagian eksterior, Cuca menonjolkan suasana Bali
Living dengan suasana lingkungan yang mengesankan.
Ini menjadi ruang santai dengan sentuhan lembut angin
laut dan dikelilingi oleh pohon kelapa yang menjulang
tinggi. Dengan taman yang luar biasa, Cuca menciptakan
pengalaman Bali Dreamfornia.
Mengedepankan rasa, pelayanan, nuansa berbeda, dan
staf yang helpful serta friendly. “Kami senang melakukan
hal-hal secara berbeda dan memilih pendekatan yang
sama sekali berbeda. Secara bertahap, kami terus menjaga
hal-hal segar dalam perjalanan gastronomi kami,” tambah
Virginia.
L I F E S T Y L E

Hingga saat ini, Cuca selalu terpilih menjadi peserta di


event besar Madrid Fusion di Filipina atau Gastronomika di
Spanyol. Cuca merepresentasikan cita rasa Indonesia yang
unik ke dalam acara bergengsi ini. Tidak hanya itu, Cuca
juga bangga memamerkan tapas dengan cita rasa khas
Nusantara di peta kuliner dunia.

CUCA BALI
Jalan Yoga Perkanthi, Jimbaran
Bali - Indonesia

HOURS
Wednesday & Thursday: 16:00-22:00
Friday, Saturday, Sunday: 12:00-22:00

AVG COST
Rp 500.000++ for two people (approx.)
L I F E S T Y L E
Product

BMW M4 Coupe Competition


1 Capai 0-100 Kilometer dalam 3,9 Detik

Akhir Juni 2020, BMW Group Indonesia membawa BMW


M4 Coupe Competition ke pasar Tanah Air. Kidney grille
nan besar dengan kisi-kisi udara horizontal dan wujud
coupe dua pintu membuat tampilan mobil ini semakin
seksi.
Mobil ini dibalut juga dengan bumper depan yang
agresif, lampu depan LED Adaptif dengan BMW laser
light, fender yang lebar. Memiliki bentuk bumper belakang
yang tak kalah agresif serta dual exhaust tailpipes khas
BMW M.
Mesin yang tersimpan di balik kap BMW M4 Coupe
Competition ini mampu menghasilkan power maksimum
510 hp pada 6.250 rpm serta torsi puncak 650 Nm mulai
dari 2.750 rpm hingga 5.500 rpm. Tenaga ini dihasilkan
dari mesin bensin 3.0-liter 6 silinder dengan teknologi
TwinPower Turbo.
BMW M4 Competition Coupé diklaim hanya
membutuhkan 3,9 detik untuk berakselerasi 0-100 km/
jam. Semakin istimewa dengan sistem exhaust yang
L I F E S T Y L E

dilengkapi electronic-flaps memberikan soundtrack yang


kaya secara emosional.
Berapa harganya? BMW Group Indonesia membanderol
M4 Coupe Competition Rp 2,119 miliar off-the-road.

Hyundai Palisade
2 Harmonisasi Gagah dan Nyaman

Mobil yang posisinya berada satu tingkat di atas Santa


Fe ini memiliki harga termurah Rp 777 juta dan termahal
Rp 1,078 miliar. Melihat harga tersebut, Palisade menjadi
sport utility vehicle (SUV) premium Hyundai. Marketeers
berkesempatan mencoba mobil ini untuk beberapa hari.
Impresi awal ketika melihat mobil ini adalah kesan
gagah di bagian interior dan nyaman di bagian interior.
Aura gagah mudah terlihat dari penggunaan lampu
DRL LED yang memanjang hingga bumper depan.
Penggunaan grill besar dengan bahasa desain Hyundai
yang futuristik menjadi nilai tambah untuk bagian fascia
ini.
L I F E S T Y L E
Product

Masuk ke kabin Palisade yang punya kabin luas. Diisi


dengan AC triple zone, kursi berlapis Nappa Leather,
pengaturan elektrik pada kursi, konfigurasi kursi captain
seat di baris kedua ditunjang fungsi pendingin dan
pemanas kursi memberikan kenyamanan pengemudi dan
penumpang Palisade
Kemewahan bertambah kental dengan adanya lapisan
kulit lembut di door trim, dashboard, hingga stir. Balutan
bahan suede berwarna hitam di bagian plafon yang
berpadu manis dengan sunroof di bagian depan dan
panoramic roof di baris kedua.
Marketeers melakukan tes pada unit Hyundai Palisade
dengan mesin CRDi VGT yang memilik kapasitas 2.2 liter
diesel non-AWD dengan harga Rp 888 juta. Mesin ini
mampu memproduksi tenaga 202 PS pada 3.8000 rpm
dan mampu mengeluarkan torsi besar yaitu 441 Nm
pada 1.750 – 2.750 rpm. Tak hanya itu, mode berkendara
Comfort, Eco, Sport, dan Smart membuat pengalaman
berkendara bersama Palisade kian menyenangkan

Garmin Forerunner 55
3 Mengejar Performa
L I F E S T Y L E
Product

Forerunner 55 merupakan jam untuk para pelari


berteknologi GPS. Tak hanya itu, jam tangan pintar ini
memiliki daya tahan baterai hingga dua minggu dalam
mode smartwatch dan 20 jam dalam mode GPS aktif.
Jam ini juga memiliki beragam fitur kesehatan dan
kebugaran seperti Firstbeat Analytics, dan Body Battery.
Tidak ketinggalan, aplikasi Garmin Connect memperkaya
fitur di Garmin Forerunner 55.
Forerunner 5 dapat melacak setiap langkah pada saat
orang berlari, bersepeda, maupun menghitung jarak
tempuh saat berenang. Jam tangan pintar ini mampu
diandalkan untuk membantu penggunanya memperbaiki
performa.
Forerunner 55 tersedia dalam beberapa pilihan warna,
antara lain hitam, putih dan aqua. Dengan menawarkan
berbagai fitur. Harga Forerunner bisa dibilang
cukup terjangkau, yakni Rp 3,199 juta yang tersedia
secara online di Garmin Official Store pada e-commerce
Tokopedia, maupun offline di gerai Urban Republic,
Erafone, dan Garmin.

Foreo Luna 3 Men


4 Mencegah Penuaan
L I F E S T Y L E
Product

FOREO, merek teknologi perawatan kecantikan


menangkap tren perawatan wajah pada pria. Merek
asal Swedia ini mengenalkan FOREO LUNA 3 MEN yang
menyasar pasar grooming pria. Alat perawatan kulit ini
menawarkan pengalaman lebih lanjut dalam merawat
kulit wajah bagi para pria.
Dikembangkan dari seri sebelumnya, perawatan kulit
ala FOREO LUNA 3 MEN hadir dalam tiga mode fitur. Di
antaranya mode pembersihan wajah, mode pemijatan,
dan mode cukur.
Alat ini hadir dalam warna hitam yang elegan. Dalam
metode pembersihan, FOREO mengklaim dapat
menghilangkan 99,5% kotoran, sebum, dan sel kulit mati.
Sehingga, mengurangi potensi jerawat dan komedo
dengan bantuan sikat silikon lembut yang dijamin higienis
dan denyut T-sonic.
Denyut T-sonic ini merupakan teknologi yang
disempurnakan FOREO untuk pemijatan wajah. FOREO
LUNA 3 MEN sendiri menawarkan intensitas hingga 8.000
denyutan per menit untuk mendapatkan wajah yang
kencang maksimal.
Di Indonesia, FOREO menegaskan bahwa produk aslinya
hanya didistribusikan melalui Sephora dan Lazada. FOREO
LUNA 3 MEN sendiri dijual seharga Rp 3,2 juta dengan
garansi produk dua tahun dan garansi kualitas hingga
lima tahun.
L I F E S T Y L E
Product

MINI Paddy Hopkirk Edition


5 Eksklusif Hanya 10 Unit

Bulan lalu, MINI Indonesia mengenang kemenangan


pertama classic MINI dalam kejuaraan legendaris Monte
Carlo Rally pada tahun 1964 dengan meluncurkan edisi
khusus MINI Paddy Hopkirk Edition. Edisi khusus ini
masuk dalam varian berbasis MINI Cooper S 5 Door.
Model edisi ini menggabungkan cat eksterior dalam
gaya pemenang reli bersejarah, dikombinasikan dengan
velg 17 inci John Cooper Works light-alloy wheels in
track spoke black design. Fitur eksklusif lainnya yang
membedakan MINI Paddy Hopkirk Edition dari varian
standar MINI Cooper S adalah aerodynamic kit John
Cooper Works dengan spoiler belakang, jok John Cooper
Works Dinamica Leather Carbon Black, setir John Cooper
Works dengan paddle shifter dan anthracite headliner
untuk kesan sporty lebih menonjol.
Lampu depan LED dan lampu belakang berdesain Union
Jack, stiker dengan tulisan “Paddy Hopkirk Monte Carlo”
L I F E S T Y L E
Product

dan satu garis bonnet putih di sisi kiri kap mesin memiliki
tanda tangan pemenang “Monte” 1964. Ditambah, mobil
ini eksklusif dengan kehadiran garis pintu dengan LED
bertuliskan nama “Paddy Hopkirk”.
Mini Paddy menggendong mesin bensin empat silinder
1.998 cc dengan Mini Twin Power Turbo Technology.
Dengan mesin tersebut, Mini Paddy diklaim dapat melaju
0 – 100 km dalam waktu 6,8 detik, dengan kecepatan
maksimum mencapai 235 km/jam. Mobil yang dibanderol
dengan harga Rp 835 juta ini hanya hadir sebanyak
sepuluh unit di Indonesia.

The All New Mercedes-Benz Sprinter


6 Satu Kendaraan Banyak Kegunaan

Mercedes-Benz Indonesia memperkenalkan The All New


Mercedes-Benz Sprinter, sebuah van besar multifungsi.
Van ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan konsumen,
baik digunakan sebagai armada VVIP atau pun ambulans.
L I F E S T Y L E
Product

Hal tersebut didukung dengan dimensi mobil yang


memiliki panjang 6.967 mm, lebar 2.345mm, tinggi
2.963mm, dan wheelbase 4.325mm. Kabin cukup luas
luasnya dengan panjang hampir mencapai lima meter
atau lebih tepatnya 4.550mm dengan lebar kabin
1.787mm.
Sprinter terbaru ini memiliki bahasa desain khas
Mercedes-Benz zaman sekarang. Terlihat dengan jelas
dari grille berukuran besar dan headlamp yang telah
mengadopsi teknologi LED. Mercedes ini mengusung
beberapa pembaruan, seperti pintu dan footstep elektrik,
spion elektrik dengan blind spot assist, serta atap tinggi
yang berfungsi untuk sistem pendinginan.
Unit ini dibekali dengan mesin OM 651 DE 22 LA dengan
standar emisi Euro 3 yang memiliki kubikasi 2.143cc. Mesin
ini mampu mengeluarkan tenaga sebesar 150 hp dengan
torsi 350 Nm. Tenaga ini disalurkan lewat transmisi manual
6-percepatan. Mercedes-Benz mengklaim dengan mesin
ini dan body besar Sprinter, konsumsi bahan bakar yang
bisa didapatkan adalah 9,1 liter/100 km.
Sayangnya untuk harga Mercedes-Benz sampai saat ini
belum mengumumkan berapa harga yang ditawarkan
untuk meminang The All New Sprinter.
L I F E S T Y L E
Movie & Music

Candyman
Legenda
Pembunuh
dari Chicago

Oleh Bianca Astira

Candyman
menjadi salah
satu film
yang ditunggu-tunggu di tahun ini. Sempat tertunda
penayangannya Juni lalu, film bergenre supernatural
slasher ini dijadwalkan tayang pada 27 Agustus 2021.
Candyman dibintangi Yahya Abdul-Mateen II sebagai
Anthony McCoy dan Teyonah Parris sebagai kekasihnya,
Brianna Cartwright.
Berkisah tentang legenda tragis tentang sosok
pembunuh dengan kail di tangannya. Candyman
menjanjikan cerita horor blockbuster dengan sentuhan
khas sutradara Us, Jordan Peele. Peraih Oscar lewat film
Get Out itu tercatat sebagai salah satu produser dan
penulis dari sekuel film dengan judul yang sama pada
tahun 1992, 1995, 1999, dan 2010.
L I F E S T Y L E
Movie & Music

CODA
Ikatan
Keluarga
Penuh Haru

Oleh Bianca Astira

Child of Deaf
Adults (CODA),
merupakan
remake dari
drama asal
Prancis bertajuk La famille Bélier yang tayang tahun
2014. Menceritakan sosok Ruby, remaja berusia 17 tahun
yang lahir dalam keluarga tunarungu. Ruby (Emilia Jones)
menjadi satu-satunya anggota keluarga yang dapat
mendengar dan ia pun berperan sebagai penerjemah bagi
keluarganya.
Terlepas dari kesehariannya, Ruby memiliki bakat
bernyanyi dan bakat itu pun ditemukan oleh choirmaster
yang diperankan Eugenio Derbez. Dari sini, Ruby
dihadapkan dengan pilihan untuk mengejar mimpinya
dan masuk ke sekolah musik atau menjaga keluarganya.
Karya dari sutradara Siana Heder ini dapat disaksikan pada
13 Agustus 2021.
L I F E S T Y L E
Movie & Music

OneRepublic
Human
Oleh Bianca Astira

OneRepublic merilis album studio kelima, Human.


Pemilihan judul album ini diselaraskan dengan setiap
lagu di dalamnya yang mengangkat tentang emosi
manusia. Salah satu lagu yang unik adalah Run dengan
nuansa festival dan diiringi suara siulan serta beat
cepat. Run diyakini menjadi lagu yang sangat pas untuk
mengekspresikan semangat musim panas.
L I F E S T Y L E
Movie & Music

Chvrches 
Screen Violence
Oleh Bianca Astira

Lewat Screen Violence, Chvrches menghadirkan cerita


tentang kesepian hingga kekecewaan yang menjadi DNA
band asal Skotlandia ini. How Not to Drown, menjadi lagu
kebanggaan para anggota Chvrches pada album kali ini.
Pasalnya, lagu tersebut merupakan hasil featuring dengan
Roberth Smith, lead singer The Cure. Dan, secara tidak
langsung terhubung lewat lirik dengan tembang The
Cure, The Drowning Man dan A Strange Day.
L I F E S T Y L E
Movie & Music

Jungle
Love In Stereo
Oleh Bianca Astira

Membawa kesan chaotic dan ajaib, Jungle menyajikan


14 lagu dalam album Love In Stereo. Pada lagu Keep
Moving, instrumen string dan piano terdengar dominan,
menyajikan melodi menyenangkan. Jungle ingin
mengajak penggemarnya menikmati perjalanan hidup
lewat nuansa retro dengan melodi yang seru pada lagu ini.
L I F E S T Y L E
Movie & Music

Jake Bugg
Saturday Night, Sunday Morning
Oleh Bianca Astira

Album yang berjudul Saturday Night, Sunday Morning


ini menandai keberanian Jake Bugg untuk membawakan
musik menyenangkan. Pada album studio kelima ini
dipenuhi dengan hook gitar yang menarik dan berirama
yang mampu memberikan perasaan gembira. Singer-
songwriter kelahiran Nottingham ini mengungkapkan
dirinya menciptakan sejumlah lagu dan memilih yang
terbaik untuk album kelimanya.
EMBA_OMNIBATCH5_MARKETEERS.pdf 1 22/06/21 14.57

STRATEGIC
MARKETING
BATCH 5

30 JULI – 18 SEPTEMBER 2021

KEUNGGULAN PROGRAM
FACULTY MEMBERS FACULTY MEMBERS
FACILITATORS TEAM FACILITATORS TEAM
TOP ACADEMICIANS OF TOP ACADEMICIANS
EXPERIENCED OF OF
CONSULTANTS EXPERIENCED CONSULTANTS OF
SBM-ITB SBM-ITB INC.
MARKPLUS, MARKPLUS, INC.
Merupakan satu-satunya program eksekutif di Dibawakan dalam Bahasa Indonesia oleh tim
Indonesia dalam ranah strategic marketing yang fasilitator yang merupakan paduan antara
aplikatif praktisi dan akademisi berpengalaman
Setiap sesi terdiri dari pemaparan konsep,
Membantu peserta
FACULTYPROF.
MEMBERS untuk memahamiFACILITATORSesensi TEAM FACULTY dan
MEMBERS
pemasaran stratejik pembicaraDR.(H.C.)
tamu,HERMAWAN
sesi diskusi studi kasus, sesi
OF dalam waktu relatif singkat
KUNTORO MANGKUSUBROTO PROF. KUNTORO
DR.(H.C.) MANGKUSUBROTO
HERMAWAN KARTAJAYA KARTAJAYA
TOP ACADEMICIANS EXPERIENCED CONSULTANTS OF TOP ACADEMICIANS OF
Founder andand
Chairman of Founder and Chairman
SBM ITB pembahasan case study Inc.
Founder and Chairman of Founder Chairman SBM-ITB
SBM-ITB MARKPLUS, INC.
School Advisory Council
School Advisory Council SBM ITB of MarkPlus, Inc. of MarkPlus,

Biaya sangat terjangkau dan tidak mengganggu Setiap peserta akan memperoleh sertifikat dari
jam kerja peserta SBM-ITB/MarkPlus Institute (syarat & ketentuan
berlaku)
FACILITATORS TEAM
PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO DR. AGUNG WICAKSONO DR. JACKY MUSSRY PROF. KUNTORO MANGKUSUBROTO
DR. AGUNG WICAKSONO DR.(H.C.) HERMAWAN DR. JACKY
KARTAJAYA MUSSRY
EXPERIENCED CONSULTANTS OF Academic Committee Founder and Chairman of
COO, MarkPlus, Inc.
BEBERAPA FACULTY MEMBER
MARKPLUS, INC.
Founder and Chairman of
Academic Committee Founder and Chairman
COO, MarkPlus, Inc.
School Advisory Council
SBMSBM ITB
ITB Jakarta Campus of MarkPlus,SBM
Inc. ITB MarkPlus
Dean, Jakarta Campus
Institute Dean, MarkPlus Institute School Advisory Council SBM ITB

DR. (H.C.) HERMAWAN KARTAJAYA


DR. AGUNG WICAKSONO
DR. YOS SUNITIYOSO DR.
DR. JACKY MUSSRY IWANYOSSETIAWAN,
SUNITIYOSO
YUDO ANGGORO, PH.D
MBA IWAN SETIAWAN, MBA DR. AGUNG WICAKSONO
Founder and ChairmanAcademic CommitteeAcademic Committee CEO & Dean Director Director Chief Executive Officer Academic Committee
MarkPlus, Inc. SBM ITB Jakarta Campus
SBM ITB Jakarta Campus SBM ITB
MarkPlus Institute Jakarta Campus
MarkPlus, SBM ITB Jakarta Campus
Inc. MarkPlus, Inc. SBM-ITB Jakarta Campus

Selain yang disebutkan di atas, program ini juga melibatkan banyak faculty members lainnya yang pakar dalam bidangnya masing-masing.

RINCIAN SESI TIPIKAL


AGENDA DURASI (MENIT)
DR. JACKY MUSSRYDR. YOS SUNITIYOSOPRIYANTONO RUDITO, PH.D PRIYANTONO
IWAN SETIAWAN, Live streaming
MBA RUDITO, PH.D via DR. YOS SUNITIYOSO
COO, MarkPlus, Inc. JUMAT 18.30 – 21.30 WIB
Director C-Level Marketer and C-Level Marketer and PRESENTATION OF CONCEPTS 60 Director
SBM ITB Jakarta CampusAcademia
Dean, MarkPlus Institute MarkPlus, Inc. Academia GUEST SPEAKER SBM ITB
30 Jakarta Campus
SABTU 09.00 – 12.00 WIB Q&A W/ GUEST SPEAKER 15
CASE STUDY DISCUSSION 30
CASE STUDY ANALYSIS 45

IWAN SETIAWAN,PRIYANTONO
MBA RUDITO, PH.D WIBOWO, MBA
SATYA ADITYA SATYA ADITYA WIBOWO, MBA PRIYANTONO RUDITO, PH.D
BIAYA PARTISIPASI
C-Level Marketer Marketing
and ONLINE REGISTRATION:
Practitioner Marketing Practitioner INFORMATION: C-Level Marketer and

RP15.000.000
MarkPlus, Inc. Academia Academia

PER PESERTA Rizky +62 821-1339-3641


(BELUM TERMASUK PAJAK 10%) shop.marketeers.com rizqi.fitriananda@markplusinc.com

SATYA ADITYA WIBOWO, MBA SATYA ADITYA WIBOWO, MBA


Marketing Practitioner Marketing Practitioner

Learn More
Learn More
Marketing 50_21x27,5.pdf 1 01/03/21 22.03

The wait is over


Get it now!

MARKETING 5.0
Technology for
Humanity

IDR 420.000*
bit.ly/POmarketing50

Information

Tinus 0811 1581 088


Mulyadi 0852 9457 0003
Abe 0813 1555 649

*Exclude Shipping

Order Now
Learn More
Learn More

Anda mungkin juga menyukai