merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang
berbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar
Yunani yang berarti “menulis”. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan
repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
Beberapa fungsi adalah menentukan standar untuk mendiagnosis aritmia jantung, memandu tingkatan terapi
dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut, membantu menemukan gangguan
elektrolit (misalnya:hiperkalemia dan hipokalemia), memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi
(misalnya: blok cabang berkas kanan dan kiri).
EKG juga digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung dan kadang
berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (misalnya:emboli paru atau hipotermia).
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan
indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas.
Sejarah EKG berawal pada tahun 1872 di St. Bartholomew’s Hospital seorang mahasiswa bernama
Alexander Muirhead menghubungkan kabel ke pergelangan tangan pasien yang sakit untuk memperoleh
rekaman detak jantung pasien. Aktivitas ini direkam secara langsung dan divisualisasikan menggunakan
elektrometer kapiler Lippmann oleh seorang fisiolog Britania bernama John Burdon Sanderson.
Orang pertama yang mengadakan pendekatan sistematis pada jantung dari sudut pandang listrik adalah
Augustus Waller, yang bekerja di St. Mary’s Hospital di Paddington, London. Mesin elektrokardiografnya
terdiri atas elektrometer kapiler Lippmann yang dipasang ke sebuah proyektor. Jejak detak jantung
diproyeksikan ke piringan foto yang dipasang ke sebuah kereta api mainan. Hal ini memungkinkan detak
jantung untuk direkam dalam waktu yang sebenarnya. Pada tahun 1911 ia masih melihat karyanya masih
jarang diterapkan secara klinis.
Sehingga muncullah gebrakan baru yang bermula saat seorang dokter Belanda kelahiran Kota Semarang,
Hindia Belanda bernama Willem Einthoven, yang bekerja di Leiden, Belanda, ia menggunakan galvanometer
senar yang ditemukannya pada tahun 1901, yang lebih sensitif daripada elektrometer kapiler yang digunakan
Waller.
Meski prinsip dasar masa itu masih digunakan sekarang, sudah banyak kemajuan dalam elektrokardiografi
selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, peralatannya telah berkembang dari alat laboratorium yang susah
dipakai ke sistem elektronik padat yang sering termasuk interpretasi elektrokardiogram yang
dikomputerisasikan.
Willem Einthoven; Penemu Elektrokardiogram Sejarah Ilmu Anatomi dan Perkembanganya Latar
Belakang dan Sejarah Teknik Industri di Indonesia Sejarah Mesin Ultrasonography
diposting oleh imamfahrurrozi--fkp11 pada 08 May 2012
di medical caring - 2 komentar
Elektrokardiografi ( EKG atau ECG ) adalah alat bantu diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi
aktivitas listrik jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu. Penggunaan EKG dipelopori oleh Einthoven pada tahun 1903 dengan menggunakan
Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu instrumen yang sangat peka sekali yang dapat mencatat
perbedaan kecil dari tegangan ( milivolt ) jantung (Sundana, 2008).
Menurut Skill Lab. Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, 2009 :
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap jantung. Menurut
Sundana, 2008, Sadapan mesin EKG terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar(I,II,III)
Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode. Sadapan ini
memandang jantung secara arah vertikal (atas ke bawah dan kesamping)
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel
elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA(left arm), RA (right arm), LF(left
foot), dan RF(right foot). Dari empat electrode ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai
berikut:
1. Sadapan I. Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial listrik antara RA yang dibuat bermuatan (-)
dan LA yang dibuat bermuatan (+) sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 0o(sudutnya ke
arah lateral kiri). Dengan demikian bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I
2. Sadapan II. Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan (-) dan LF yang
dibuat bermuatan (+)sehingga arah listrik bergerak sebesar +60o(sudutnya ke arah inferior) Dengan
demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat dari sadapan II
3. Sadapan III. Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan(-) dan RF yang
bermuatan (+) sehingga listrik bergerak sebesar sudut +120o(sudutnya ke arah inferior). Dengan
demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
2. Sadapan Unipolar
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas. Gabungan electrode
pada ekstremitas lain membentuk electrode indifferent(potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua
lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar. Vector dari
sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah vertical.
1. Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat bermuatan (+)
dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak kearah -30o(sudutnya kearah
lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
2. Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat bermuatan (+)
dengan RA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak kearah +90o (tepat kearah inferior).
Dengan demikian bagian inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan
aVF
3. Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat bermuatan (+)
dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah listrik
jantung -150o (arah kanan ekstrem).
Sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di
seluruh jantung. Sehingga akan dilengkapi dengan unipolar prekordial.
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensi listrik dengan electrode eksplorasi diletakkan pada
dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode ekstremitas.
Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan
ventrikel sebelah kanan).
Untuk unipolar prekordial, sudut pandang jantung dapat diperluas ke daerah posterior dan ventrikel kanan.
Untuk posterior dapat ditambahkan V7, V8, dan V9, sedangkan untuk ventrikel kanan dapat dilengkapi
dengan V1R, V2R, V3R, V4R, V5R, V6R, V7R, V8R, V9R.
Penempatan dilakukan berdasarkan urutan kbel-kabel yang terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari
nomor V1-V6. Sekalipun mesin hanya menyediakan 6 elektrode prekordial, namun untuk penambahan
bagian-bagian pada V7-V9 dan V1R-V9R dapat digunakan elektrode prekordial manapun sesuai keinginan,
hanya nomor-nomornya diubah secara manual pada kertas hasil rekaman dengan menggunakan
bolpoin/tinta. Penentuan letak disesuaikan pada urutan sebagai berikut.
Penempatan elektroda
Daerah kiri
V1: Ruang intercostal IV garis sternal kanan
V2: Ruang intercostal IV garis sternal kiri
Bagian posterior
V7: Ruang interkostal V garis aksila posterior
kiri
Sebelum manambah bagian posterior (V7-V9) semua sadapan prekordial dari V1-V6 dilepas terlebih dulu
dari dinding dada. Selanjutnya, untuk sadapan V7-V9 dapat digunakan sadapan prekordial mana pun
(elektrode prekordial V1-V3 atau V3-V6 sesuai keinginan).
Kertas EKG
Ada 2 macam kotak dalam EKG yaitu kotak kecil dengan ukuran 1 mm x 1 mm atau 0,04 detik x 0,04 detik.
Yang kedua yaitu kotak sedang/besar dengan ukuran 5 mm x 5 mm atau 0,20 detik x 0,20 detik.
Normal kecepatan mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik mewakili 25mm atau 25 kotak
kecil dalam bidang horizontal. Dengan standar voltase 1 mVolt, yang artinya dengan standarisasi 1 mVolt
akan menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau 10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil sama dengan
0,1mVolt.
jadi,
1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik = 0,1 mVolt
1. jarak R-R
1. hitung jumlah R-R dalam 6 kotak besar = 6 detik. Jumlah Rx10 = heart rate/ menit
2. 1500/jarak R-R (dalam mm) = heart rate/ menit
1. Persiapan pemasangan
2. Persiapan Pasien
1. Beri penjelasan mengenai tindakan dan tujuan tindakan
2. Atur posisi pasien terlentang,
3. Anjurkan pasien untuk tidak melakukan gerakan selama pemeriksaan berlangsung
4. Pertahankan privasi pasien ( Anonim,2008 )
5. Persiapan alat dan bahan
1. Persiapan alat :
1. Persiapkan alat EKG, misalnya EKG dari “Fukuda” model FJC-7110 yang memiliki dua
tombol untuk power, lengkap dengan kabel power, kabel pasien, kabel ground, elektroda
ekstermitas dan elektroda precordial serta kertas perekam khusus atau termal paper.
2. Bengkok
3. Persiapan bahan:
a. Pasta/jelly elektroda
b.Alkohol 70 %
c. Kapas
1. Prosedur
1. Mempersiapkan alat EKG
2. Menghubungkan kabel power ke Saklar.
3. Menghubungkan kabel ground ke saluran ledeng atau ke tanah dengan kabel dibungkus kasa
lembab
4. Memastikan alat berfungsi dengan baik.
5. Mempersiapkan Pasien
6. Pasien dipersilahkan membuka baju atas dan kaos dalamnya serta berbaring di atas tempat
tidur, dan dianjurkan untuk tidak tegang (rileks) serta memberitahu prosedur yang akan
dilakukan.
7. Membersihkan tempat-tempat yang akan ditempel elektroda dengan kapas alkohol 70 % pada
bagian ventral kedua lengan bawah (dekat pergelangan tangan) dan bagian lateral ventral
kedua tungkai bawah ( dekat pergelangan kaki), serta dada. Jika perlu dada dan pergelangan
kaki dicukur.
8. Keempat elektroda ekteremitas diberi jelly.
9. Oleskan sedikit pasta elektroda pada tempat-tempat yang akan dipasangkan elektroda.
10. Pasang keempat elektroda ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki, dengan
ketentuan sbb:
14. Atur posisi jarum penulis agar terletak ditengah lebar kertas, kemudian membuat rekaman kalibrasi.
15. Membuat rekaman EKG dari ; Lead I, Lead II. Lead III, aVR, aVL, aVf, V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.
17. Setelah selesai membuat rekaman tekan power “Off “, elektroda dilepas, sisa pasta elektroda pada orang
coba dibersihkan dan dipersilahkan mengenakan baju kembali.
Hal-hal berikut ini harus diperhatikan untuk memastikan tidak adanya artefak dan teknik perekaman yang
jelek :
1. EKG sebaiknya direkam pada pasien yang berbaring di tempat tidur yang nyaman atau pada meja
yang cukup lebar untuk menyokong seluruh tubuh. Pasien harus istirahat total untuk memastikan
memperoleh gambar yang memuaskan. Hal ini paling baik dengan menjelaskan tindakan terlebih
dahulu kepada pasien yang takut untuk menghilangkan ansietas. Gerakan atau kedutan otot oleh
pasien dapat merubah rekaman.
2. Kontak yang baik harus terjadi antara kulit dan elektroda. Kontak yang jelek dapat mengakibatkan
rekaman suboptimal.
3. Alat elektrokardiografi harus distandarisasi dengan cermat sehingga 1 milivolt (mV) akan
menimbulkan defleksi 1 cm. Standarisasi yang salah akan menimbulkan kompleks voltase yang tidak
akurat, yang dapat menimbulkan kesalahan penilaian.
4. Pasien dan alat harus di arde dengan baik untuk menghindari gangguan arus bolak-balik.
5. Setiap peralatan elektronik yang kontak dengan pasien, misalnya pompa infus intravena yang diatur
secara elektrik dapat menimbulkan artefak pada EKG(anonim, 2008)
Gelombang EKG
Gelombang P
Gelombang P merupakan gelombang awal hasil depolarisasi di kedua atrium. Normalnya kurang dari 0,12
detik dan tingginya (amplitudo) tidak lebih dari 0,3 mV.
Gelombang P secara normal selalu defleksi positif (cembung ke atas) di semua sadapan dan selalu defleksi
negatif (cekung ke bawah) di sadapan aVR. Akan tetapi, kadang-kadang ditemukan defleksi negatif di
sadapan V1 dan hal ini merupakan sesuatu yang normal.
Kompleks QRS
Terdiri atas gelombangQ-R dengan / atau S. Gelombang QRS merupakan hasil depolarisasi kedua ventrikel .
Secara normal, lebar kompleks QRS adalah 0,06 detik-0,12 detik dengan amplitudo yang bervariasi
bergantung pada sadapan.
1. Bila setelah gelombang P terjadi defleksi ke atas, hal ini dinamakan gelombang R, dan selanjutnya
turun hingga batas kiri isoelektris. Setelah melewati garis isoelektris, gelombang tersebut turun yang
dinamakan gelombang S. Setelah itu naik kembali hingga batas isoelektris dan membentuk
gelombang T.
2. Bila setelah gelombang P terjadi defleksi ke bawah, hal ini dinamakan gelombang Q, lalu naik
hingga batas garis isoelektris. Setelah melewati garis sioelektris, gelombang teresbut naik dan
dinamakan gelombang R. Setelah itu, R turun kembali hingga batas isoelektris dan membentuk
gelombang T.
Oleh karena kompleknya gelombang QRS ini, maka tidak harus selalu disertai gelombang Q dan S.
Gelombang Q
Gelombang ini merupakan gelombang defleksi negatif . Secara normal, lebarnya tidak lebih dari 0,04 detik
dan dalamnya kurang dari 45% atau 1/3 tinggi gelombang R
Gelombang R
Merupakan gelombang defleksi positif di semua sadapan, kecuali aVR. Penampakannya di sadapan V1 dan
V2 kadang-kadang kecilatau tidak ada, tetapi masih normal.
Gelombang S
Gelombang ini merupakan gelombang defleksi negatif. Secara normal, gelombang S berangsur-angsur
menghilang pada sadapan V1-V6. gelombang ini sering terlihat lebih dalamdi sadapan V1 dan aVR, dan ini
normal
Gelombang T
Gelombang T merupakan gelombang hasil repolarisasi di kedua ventrikel. Normalnya positif dan terbalik di
aVR.
Gelombang U
Gelombang U merupakan gelombang yang muncul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P
berikutnya. Umumnya merupakan suatu kelainan hipokalemia
Interval PR
Interval PR adalah garis horizontal yang diukur dari awal gelombang P hingga awal komplek QRS. Interval
ini menggambarkan waktu yang diperlukan dari permulaan depolarisasi atrium sampai awal depolarisasi
ventrikel atau waktu yang diperlukan impuls listrik dari nodus SA menuju serabut purkinye, dan normalnya
0,12-0,20 detik.
Interval QT
Interval QT merupakan garis horizontal yang diawali dari gelombang Q sampai akhir gelombang T. Interval
ini merupakan waktu yang diperlukan ventrikel dari awal terjadinya depolarisasi sampai akhir polarisasi.
Panjang interval QT bervariasi tergantung pada frekuensi jantung (Heart rate). Perhitungan akuratdari QTc
(QT correction)ini dapat dibantu dengan menggunakan alat nomogram atau dengan formulasi berikut
QTc=QT/(jarakR-R)1/2
Batas normal interval QT pada laki-laki berkisar 0,42-0,44 detik, sedangkan pada wanita 0,43-0,47.
Segmen ST
Segmen ST merupakan garis horizontal setelah akhir QRS sampai awal gelombang T. segmen ini
merupakan waktu depolarisasi ventrikel ynag masih berlangsung sampai dimulainya awal repolarisasi
ventrikel. Normalnya, sejajar garis isoelektris.
Segmen ST yang naik di atas isoelektris dinamakan elevasi yang turun di bawah isoelektris dinamakan ST
depresi. ST elevasi dapat menunjukkan dadanya suatu infark miokard dan ST depresi menunjukkan adanya
iskemik miokard.
Aksis jantung
Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan horisontal. Bidang frontal
diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan bidang horisontal dengan melihat lead-lead prekordial
terutama V3 dan V4. Normal aksis jantung frontal berkisar -30 s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri antara -
30 s/d -90 derajat, deviasi ke kanan antara +110 s/d -180 derajat.
Cara menentukan frekwensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai berikut :
Irama EKG yang normal implus (sumber listrik) berasal dari Nodus SA, maka irmanya disebut dengan
Irama Sinus (“Sinus Rhytem”)
1. Iramanya teratur
2. frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit
3. Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
4. Gelombang QRS normal (0,06 – <0,12 detik)
5. PR interval normal (0,12-0,20 detik)
Menurut anonym (2008), kelainan jantung jika dilihat dari gelombang PQRST yaitu:
1. Irama atrial (non sinus) dapat mempunyai gelombang P di depan kompleks QRS, tapi sumbu P
abnormal (diluar quadrant 0 sampai + 90o).
2. Sumbu QRS, Sumbu T, Sudut QRS-T
1) Sumbu QRS
Umur Normal
1 minggu – 1 bulan + 110o (+30o sampai + 180o)
1. LAD dengan sumbu QRS lebih rendah dari batas normal terlihat pada LVH, LBBB dan Left Anterior
Hemiblock (atau sumbu QRS superior khas pada Atrio Ventricular Septal Defect dan atresia
trikuspid)
2. RAD dengan sumbu QRS lebih besar dari batas normal terlihat pada RVH dan RBBB
3. Sumbu QRS superior terjadi bila gelombang S di aVF lebih besar dari gelombang R, termasuk disini
2) Sumbu T yang normal berada dalam batas 0 sampai +90o (gelombang T di I dan aVF tegak). Sumbu T
yang abnormal yakni diluar quadran 0 sampai +90o (gelombang T di I dan aVF terbalik) biasanya
menghasilkan sudut QRS-T yang lebar, tampak pada repolarisasi miokard yang abnormal (miokarditis dan
iskemia miokard), hipertrofi ventrikel dengan strain atau RBBB.
3) Sudut QRS-T adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu QRS dan sumbu T, nilai normal kurang dari 60o
(kecuali pada neonatus yang kemungkinan lebih dari 60o). Sudut QRS-T lebih dari 90o dipastikan abnormal,
misalnya pada hipertrofi ventrikel dengan strain, gangguan antaran ventrikular, dan disfungsi miokard akibat
gangguan metabolik atau iskemia.
Deti
k
Gelombang P yang tinggi mengindikasikan hipertrofi atrium kanan (RAH), sedangkan gelombang P yang
durasinya panjang mengindikasikan hipertrofi atrium kiri (LAH).
Kalau gelombang P meruncing keatas (peaked P wave) – jadi kesamping mungkin normal (1-3 kotak kecil)
dan keatas (lebih dari 3 kotak kecil) berarti ada gangguan yang kemungkinan disebabkan oleh :
1. COPD (Chronic Obstruction Pulmonary Diseases) – Astma bronkhiale, Emphysema atau Bronchitis
kronik
2. Kelainan katup jantung kiri (mitral) atau kanan (trikuspid) seperti MS (mitral stenosis) atau MI
(Mitral insufisiensi)
3. Atrial Hipertropi juga bisa; contoh (di lead II), dapat membentuk huruf seperti v (notchead P wave)
seperti pada Left Atrial Hipertropi( anonim, 2007).
Kalau gelombang P melebar kesamping (lebih dari 3 kotak kecil) keatas bisa normal atau lebih dari 3
biasanya akibat : Sino atrial block/gangguan hantaran jantung
Kalau gelombang P negatif (kebawah) pada lead II biasanya disebabkan adanya pacemaker (pasien
menggunakan alat pacu jantung) atau ectopic focus (adanya impuls diluar dari SA node) (anonim,2007).
Kalau gelombang P hilang /tidak ada : dapat terjadi pada VF (Ventrikel Fibrilasi) atau VT – (Ventrikel
Tacycardia)jadi tidak ada impuls SA node dari atrium, ventrikel cuma bergetar- getar saja (sangat
berbahaya, mengancam jiwa dan siapkan DC shock – 200 – 360 joules), dan CPR – kalau gagal bisa asystole
atau flat atau KO IT (+).
Contoh gambaran pada hiperkalemia gelombang P bisa juga hilang atau kecil dan juga pada Atrial Fibrilasi(
anonim, 2007).
1) Pada bayi dan anak yang normal, rasio R/S pada sadapan prekordial kanan besar karena gelombang R
yang tinggi, sedangkan pada sadapan prekordial kiri kecil karena gelombang S yang dalam. Rasio R/S yang
abnormal terlihat pada hipertrofi ventrikel dan gangguan hantaran ventrikel.
a) Gelombang Q yang dalam di sadapan prekordial kiri terlihat pada hipertrofi ventrikel akibat kelebihan
beban volum.
b) Gelombang Q yang dalam dan lebar terlihat pada infark miokard dan fibrosis miokard.
c) Adanya gelombang Q di V1 terlihat pada RVH berat, inversi ventrikel, single ventrikel, dan kadang-
kadang juga pada neonatus.
d) Gelombang Q yang tak terlihat pada V6 terjadi pada inversi ventrikel.
1. Depresi segmen ST terjadi pada perikarditis, iskemia atau infark miokard, hipertrofi ventrikel yang
berat dengan strain, dan efek digitalis. Umumnya depresi segmen ST disertai gelombang T yang
terbalik.
2. Gelombang T yang tinggi terlihat pada hiperkalemia, LVH akibat kelebihan volum, dan
cerebrovascular accident. Gelombang T yang datar atau rendah terlihat pada neonatus yang normal,
atau pada hipotiroid, hipokalemia, efek digitalis, perikarditis, miokarditis, iskemia miokard,
hiperglikemia atau hipoglikemia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Belajar Mudah Membaca EKG Untuk Perawat (2) - patologi gelombang P, kompleks QRS,
dan gelombang T . Disitasi dari http://nurse-stock.blogspot.com/2007/08/belajar-mudah-membaca-ekg-
untuk-perawat.html Pada tanggal 19 Mei pukul 11.15
Anonim. 2010. EKG. Disitasi dari: http://www. Biomedical Engineering/ EKG.html. Pada tanggal 20 Mei
2010 pukul 14.00