Elektrokardiograf
4518111037
Fakultas Kedokteran
Universitas Bosowa
3. Teori Dasar
Saraf dan otot jantung dapat dianggap sebagai sumber listrik tertutup dalam
sebuah konduktor listrik, batang tubuh. Jelas tidak mudah untuk membuat
pengukuran listrik langsung pada jantung; informasi diagnostik diperoleh
dengan pengukuran potensi listrik yang dihasilkan oleh jantung di berbagai
tempat di permukaan tubuh. Catatan potensi jantung pada kulit disebut
elektrokardiogram (EKG). Hubungan antara pemompaan jantung dengan
potensi listrik pada kulit dapat dipahami dengan mempertimbangkan
perambatan potensial aksi di dalam jantung seperti ditunjukkan pada Gambar
2.20 Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi
seperti yang ditunjukkan skema pada resistor.
Gambar 2.20
Skema potensial aksi turun pada dinding jantung.
Beberapa arus ion, diindikasikan oleh lingkaran, yang melalui torso
diindikasikan sebagai resistor. Potensial aktif. (John R. Cameron, 1978: 198).
Gambar 2.21
Bidang elektrokardiografik dan vektor dipol listrik. RA, LA, RL, dan LL
mengindikasikanlokasi electroda pada bagian kanan dan kiri tangan dan
kaki.(John R. Cameron, 1978:200)
Anatomi daerah yang menjadi target pemeriksaan elektrokardiogram
terkait dengan pemasangan ke 12 sadapannya. Setiap sadapan memiliki area
pemeriksaan yang berbeda-beda.
1.Sadapan Bipolar
Sadapan ini terdiri dari dua elektroda, yaitu positif dan negatif. Istilah “bipolar”
berarti bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua elektroda
yang diletakkan pada tubuh dalam hal ini anggota badan. Sadapan ini
diletakkan pada pergelangan-pergelangan tangan atau kaki sehingga terbentuk
tiga sadapan ekstremitas bipolar untuk mencatat potensial bioelektrik jantung.
Sadapn ini terdiri dari:
a. Lead I : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan
(Right Arm/RA) dan lengan kiri (Left Arm/LA), di mana lengan kanan
bermuatan (-) dan lengan kiri bermuatan (+)
b. Lead II : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan
(Right Arm/RA) dan kaki kiri (Left Foot/LF),di mana lengan kanan
bermuatan(-) dan kaki kiri bermuatan (+).
c. Lead III: merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kiri (LA)
dan kaki kiri (LF), di mana lengan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri
bermuatan (+).
2. Sadapan Unipolar
a. Sadapan Unipolar Ekstremitas.
Sadapan ini merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, di mana
elektroda eksplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan
elektroda -elektroda pada ekstremitas lain membentuk elektroda indiferen
(potensial 0). Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead aVR : merekam potensial listrik pada lengan kanan (RA), di mana
lengan kanan bermuatan (+), lengan kiri (LA) dan kaki kiri (LF)
membentuk elektroda indiferen.
2) Lead aVL : merekam potensial listrik pada lengan kiri (LA), di mana
lengan kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan kaki kiri (LF)
membentuk elektroda indiferen.
3) Lead aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), di mana lengan
kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA) membentuk
elektroda indiferen
b.Sadapan Unipolar Prekordial
Sadapan ini merekam besar potensial listrik jantung dengan meletakkan
elektroda positif secara horizontal pada dinding dada atau punggung
mengelilingi jantung.Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead V1 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kanan
2) Lead V2 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kiri
3) Lead V3 : Elektroda ditempatkan pada pertengahan antara V2 dan V4
4) Lead V4 : Elektroda ditempatkan pada ICS V, garis midklavikula kiri
5) Lead V5 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila depan
6) Lead V6 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila tengah
Gambar 2.24
Penambahan Lead diperoleh dengan menempatkan sebuah jarum resistor
diantara dua electrode. Jarum resistor pusat digunakan sebagai connector satu
dan elektroda sisanya digunakan sebagai konektor kedua.
(Sumber Buku Medical physics)
Setiap peta EKG menelusuri sebuah proyeksi dari vektor dipol listrik, atau
aktivitas listrik jantung, yang melalui setiap bagian dari siklus tersebut.
Gambar 2.25 memperlihatkan skema output lead II dengan simbol standar
untuk bagian dari pola. Peristiwa listrik utama dari siklus jantung normal
adalah (1) depolarisasi atrium, yang menghasilkan gelombang P; (2)
repolarisasi atrial(jarang terlihat), (3) depolarisasi ventrikel, yang
menghasilkan komplek QRS; dan (4) repolarisasi ventrikel yang menghasilkan
gelombang T (Gambar 2.25).
Gambar 2.25
Tipe EKG dari posisi Lead II. P menunjukkan depolarisasi dan kontraksi
atrial, komplek QRS mengindikasikan depolarisasi ventricular, kontraksi
ventricular terjadi diantara S dan T, dan T menunjukkan repolarisasi
ventricular. (Sumber buku Medical Physics)
Gambar 2.26 Enam bidang frontal ECGs untuk subjek normal. (Sumber Buku
Medical Physics)
Sebuah EKG menunjukkan ada dan tidaknya gangguan dalam aktivitas listrik
jantung normal. Sebagai contoh, EKG menandakan adanya suatu kondisi yang
tidak normal yang disebut blok jantung. Jika sinyal nodus SA normal tidak
dilakukan ke ventrikel, maka pulsa dari nodus AV akan mengendalikan detak
jantung pada frekuensi 30-50 denyut/menit, yang jauh lebih rendah dari detak
jantung normal (70-80 denyut/menit). Blok jantung seperti ini bisa membuat
pasien setengah cacat, penanaman sebuah alat pacu jantung bisa
memungkinkan dia untuk hidup normal.
= 96,7 kali/menit
5. Hitung Mean Electrical Axis (MEA) dan arahnya dengan mengukur besar
voltase atau jarak vektor dari QRS kompleks pada sedapan bipolar atau
augmented ekstremitas atau kombinasi keduanya berdasarkan Hipotesis
Einthoven.
Lead V1 V2 V3 V4 V5 V6
Voltage R S R S R S R S R S R S
(mm) 3 6 5 7 5 6 5 3 5 1 4 1/2
R/S ratio 1/2 5/7 5/6 5/3 5 8
Transitional zone terletak di CW rotation
7. Pembahasan
1. Irama (sinus/asinus)
Pada Lead II, jika jarak antara gelombang R sama maka interval R-R
reguler. Jika pada lead II jarak antara gelombang R berbeda maka interval
R-R irreguler.
Dimana gelombang P memiliki ketentuan lebar < 0.12 atau < 3 kotak
sedangkan tingginya < 0.3 atau <1 kotak. Kompleks QRS normalnya 1,5 -
3 kotak kecil.
4. Heart rate didapatkan dengan cara 1500/interval R-R. dimana interval R-R
didapatkan dengan menghitung jarak antar R pada Lead II.
5. Diambil vektor QRS kompleks Lead I dan aVF karena kedua vektor
membentuk sudut 90° Dimana pada Lead 1 S tidak melebihi 1/3 R (positif)
dan pada aVF S tidak melebihi R (posistif)
Transtitional zone terletak pada daerah dimana R/S= dan normal. Bila
transtitional zone bergeser ke kiri disebut sebagai Counter Clock Wise
(CCW) Rotation dan ke kanan disebut sebagai Clock Wise (CW) Rotation.
Hasil yang kami dapat Transtitional Zone bergeser ke kiri maka disebut
sebagai Clock Wise (CW) Rotation.
6. Kesimpulan
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan
rekaman aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi
dan konduktif khusus. Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah untuk
mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia, kelainan-
kelainan otot jantung, pengaruh/efek obat-obat jantung, menilai fungsi pacu
jantung dll. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah
kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu
terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang
R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Pada hasil percobaan di atas
ditemukan hasil EKG Tn. G memiliki Heart Rate selama satu menit
97x/menit atau bisa disebut normal, dimana detak jantung normal 60-100
kali/menit. Untuk status MEA Tn. G normal karena Lead I dan aVF Tn. G
sama-sama bernilai positif . Kemudian Transitional Zonenya mengarah
kekanan yang dimana bisa disebut Clock Wise Rotation atau searah jarum
jam.
Daftar Pustaka