Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Fisiologi

Elektrokardiograf

Suci Anugrah Idsam

4518111037
Fakultas Kedokteran

Universitas Bosowa

1. Judul Praktikum : Elektrokardiograf


2. Penduhuluan :
a. Latar Belakang

Jantung adalah organ muskular berlubang yang berfungsi sebagai


pompa ganda sistem kardiovaskular. Sisi kanan jantung memompa darah
ke paru sedangkan sisi kiri memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung
mempunyai empat ruangan, atrium kanan dan kiri ,ventrikel kanan dan
kiri. Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai
sifat membentuk impuls secara otomatis dan berkontraksi ritmis.
Pembentukan impuls listrik terjadi dalam sistem penghantar jantung.
Adapun jalur hantaran listrik jantung normal terjadi dalam urutan berikut :
nodus sinoatrial (SA)-nodus atrioventrikular (AV)–berkas His–cabang
berkas–serabut purkinje–otot ventrikel [Atwood.1996]
rekaman penyebaran keseluruhan aktivitas listrik jantung
dianamakan Elektrokardiograf (EKG). Arus listrik yang dihasilkan oleh
otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi menyebar ke dalam
jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan tubuh. Sebagian
kecil dari aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh, tempat aktivitas
tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan elektroda perekam.
Rekaman yang dihasilkan adalah suatu elektrokardiogram, (Sherwood,
2002).
b. Tujuan
1. Mampu memahami prinsip biolistrik yang mendasari pemeriksaan EKG
2. Mampu memahami aktivitas listrik jantung yang normal melalui
gambaran EKG sebagai hasil pancaran (Proyeksi) aktivitas listrik
terssebut dipermukaan tubuuh.
3. Mampu menjelaskan Hipotesis Einthoven yang mendasari gambaran
EKG pada posisi perekaman lead I, II, III serta aVR,aVL, aVF.
4. Mampu memahami prinsip dasar pembentukan gelombang P,Q,R, dan
T pada semua lead pada orang normal
5. Mampu melakukan pemeriksaan EKG dan menentukan irama jantung,
menghitung frekuensi jantung, besarnya volatage impuls, hantaran
impuls, posisi jantung pada bidang frontal dan horizontal melalui hasil
rekaman EKG.

3. Teori Dasar

Saraf dan otot jantung dapat dianggap sebagai sumber listrik tertutup dalam
sebuah konduktor listrik, batang tubuh. Jelas tidak mudah untuk membuat
pengukuran listrik langsung pada jantung; informasi diagnostik diperoleh
dengan pengukuran potensi listrik yang dihasilkan oleh jantung di berbagai
tempat di permukaan tubuh. Catatan potensi jantung pada kulit disebut
elektrokardiogram (EKG). Hubungan antara pemompaan jantung dengan
potensi listrik pada kulit dapat dipahami dengan mempertimbangkan
perambatan potensial aksi di dalam jantung seperti ditunjukkan pada Gambar
2.20 Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi
seperti yang ditunjukkan skema pada resistor.
Gambar 2.20
Skema potensial aksi turun pada dinding jantung.
Beberapa arus ion, diindikasikan oleh lingkaran, yang melalui torso
diindikasikan sebagai resistor. Potensial aktif. (John R. Cameron, 1978: 198).

Gambar 2.21
Bidang elektrokardiografik dan vektor dipol listrik. RA, LA, RL, dan LL
mengindikasikanlokasi electroda pada bagian kanan dan kiri tangan dan
kaki.(John R. Cameron, 1978:200)
Anatomi daerah yang menjadi target pemeriksaan elektrokardiogram
terkait dengan pemasangan ke 12 sadapannya. Setiap sadapan memiliki area
pemeriksaan yang berbeda-beda.
1.Sadapan Bipolar
Sadapan ini terdiri dari dua elektroda, yaitu positif dan negatif. Istilah “bipolar”
berarti bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua elektroda
yang diletakkan pada tubuh dalam hal ini anggota badan. Sadapan ini
diletakkan pada pergelangan-pergelangan tangan atau kaki sehingga terbentuk
tiga sadapan ekstremitas bipolar untuk mencatat potensial bioelektrik jantung.
Sadapn ini terdiri dari:
a. Lead I : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan
(Right Arm/RA) dan lengan kiri (Left Arm/LA), di mana lengan kanan
bermuatan (-) dan lengan kiri bermuatan (+)
b. Lead II : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan
(Right Arm/RA) dan kaki kiri (Left Foot/LF),di mana lengan kanan
bermuatan(-) dan kaki kiri bermuatan (+).
c. Lead III: merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kiri (LA)
dan kaki kiri (LF), di mana lengan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri
bermuatan (+).
2. Sadapan Unipolar
a. Sadapan Unipolar Ekstremitas.
Sadapan ini merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, di mana
elektroda eksplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan
elektroda -elektroda pada ekstremitas lain membentuk elektroda indiferen
(potensial 0). Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead aVR : merekam potensial listrik pada lengan kanan (RA), di mana
lengan kanan bermuatan (+), lengan kiri (LA) dan kaki kiri (LF)
membentuk elektroda indiferen.
2) Lead aVL : merekam potensial listrik pada lengan kiri (LA), di mana
lengan kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan kaki kiri (LF)
membentuk elektroda indiferen.
3) Lead aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), di mana lengan
kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA) membentuk
elektroda indiferen
b.Sadapan Unipolar Prekordial
Sadapan ini merekam besar potensial listrik jantung dengan meletakkan
elektroda positif secara horizontal pada dinding dada atau punggung
mengelilingi jantung.Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead V1 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kanan
2) Lead V2 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kiri
3) Lead V3 : Elektroda ditempatkan pada pertengahan antara V2 dan V4
4) Lead V4 : Elektroda ditempatkan pada ICS V, garis midklavikula kiri
5) Lead V5 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila depan
6) Lead V6 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila tengah

Potensial listrik (jantung) yang diukur pada permukaan tubuh hanyalah


proyeksi sesaat dari vektor dipol listrik dalam arah tertentu. Vektor dipol
listrik tersebut merupakan fungsi perubahan dari waktu. Potensial listrik
diproyeksikan sama dipole listrik tersebut. Gambar 2.21 menunjukkan vektor
dipol listrik pada tiga pesawat elektrokardiografi tubuh.Permukaan elektroda
untuk pengamatan EKG yang paling sering terletak di lengan kiri (LA), lengan
kanan (RA), dan kaki kiri (LL). Meskipun lokasi elektroda berbeda tergantung
situasi medis; namun lokasi yang paling sering digunakan adalah tangan atau
posisi yang lebih dekat ke jantung. Pengukuran potensial antara RA dan LA
disebut Lead I, dan antara RA dan LL disebut Lead II, sedangkan antara LA
dan LL disebut lead III (Gambar 2.22).
Gambar 2.22. Konektor listrik untuk lead, I, II, III. Rekaman Muatan kutub
pada umumnya dalam instrument mengindikasikan masing-masing lead.(John
R. Cameron, 1978: 201)

Konfigurasi ini dirintis oleh Willem Einthoven, seorang ahli fisiologi


Belanda, dan ketiga lead tersebut disebut standar ekstremitas lead. Biasanya,
ketiga standar ekstremitas lead tersebut digunakan dalam pemeriksaan klinis.
Potensi antara dua diantaranya memberikan amplitudo relatif dan arah dari
vektor dipol listrik pada bidang frontal (Gambar 2.23).
Tiga konfigurasi lead tambahan, aVR, aVL, dan aVF, juga diperoleh di
bidang frontal. Untuk lead aVR , satu sisi perekam terhubung ke RA dan sisi
lain terhubung ke pusat dua resistor yang terhubung ke LL dan LA (Gambar
2.24). Dua lead tambahan lainnya diperoleh dengan cara yang sama, untuk
lead aVL, perekam melekat ke elektroda LA dan resistor yang terhubung ke
RA dan LL; untuk lead aVF, perekam melekat ke elektroda LL dan resistor
terhubung ke RA dan LA.
Gambar 2.23 Skema dipole listrik pada jantung diproyeksikan pada bidang
frontal. Potensial didalam lead I pada beberapa moment proposional terhadap
proyeksi vector dipol pada garis RA-LA; potensial di Lead II dan III
proposional terhadap proyeksi pada sisi lain segitiga.(Sumber:
http://www.bem.fi/book/16/16.htm)

Gambar 2.24
Penambahan Lead diperoleh dengan menempatkan sebuah jarum resistor
diantara dua electrode. Jarum resistor pusat digunakan sebagai connector satu
dan elektroda sisanya digunakan sebagai konektor kedua.
(Sumber Buku Medical physics)

Setiap peta EKG menelusuri sebuah proyeksi dari vektor dipol listrik, atau
aktivitas listrik jantung, yang melalui setiap bagian dari siklus tersebut.
Gambar 2.25 memperlihatkan skema output lead II dengan simbol standar
untuk bagian dari pola. Peristiwa listrik utama dari siklus jantung normal
adalah (1) depolarisasi atrium, yang menghasilkan gelombang P; (2)
repolarisasi atrial(jarang terlihat), (3) depolarisasi ventrikel, yang
menghasilkan komplek QRS; dan (4) repolarisasi ventrikel yang menghasilkan
gelombang T (Gambar 2.25).
Gambar 2.25
Tipe EKG dari posisi Lead II. P menunjukkan depolarisasi dan kontraksi
atrial, komplek QRS mengindikasikan depolarisasi ventricular, kontraksi
ventricular terjadi diantara S dan T, dan T menunjukkan repolarisasi
ventricular. (Sumber buku Medical Physics)

Gambar 2.26 Enam bidang frontal ECGs untuk subjek normal. (Sumber Buku
Medical Physics)

Gambar 2.26 menunjukkan enam ECGs bidang frontal untuk subyek


normal. Perhatikan bahwa dalam beberapa kasus gelombang positif dan dalam
kasus lainnya adalah negatif, tanda gelombang tergantung pada arah dipol
vektor dan polaritas listrik dan posisi elektroda dari alat ukur.
Gambar 2.27
Posisi EKG bidang tranversal. (a) Tampak frontal (b) Tampak atas. (Sumber
buku Medical Physics)

Gambar 2.28 Tipe enam bidang tranversal EKGs untuk subjek


normal.(Sumber Buku Medical Physics)

Dalam pemeriksaan klinis, enam bidang EKGs melintang biasanya dibuat di


samping enam EKG bidang frontal. Untuk pengukuran bidang transversal,
terminal negatif perekam EKG terpasang ke elektroda biasa pada titik-titik
pusat dari tiga resistor yang terhubung ke RA, LL dan LA (Gambar 2.27a),
dan elektroda lainnya dipindahkan di dinding dada dengan keenam posisi yang
berbeda (Gambar 2.27b). Gambar 2.28 menunjukkan tipe EKGs bidang
melintang (tranversal).

Sebuah EKG menunjukkan ada dan tidaknya gangguan dalam aktivitas listrik
jantung normal. Sebagai contoh, EKG menandakan adanya suatu kondisi yang
tidak normal yang disebut blok jantung. Jika sinyal nodus SA normal tidak
dilakukan ke ventrikel, maka pulsa dari nodus AV akan mengendalikan detak
jantung pada frekuensi 30-50 denyut/menit, yang jauh lebih rendah dari detak
jantung normal (70-80 denyut/menit). Blok jantung seperti ini bisa membuat
pasien setengah cacat, penanaman sebuah alat pacu jantung bisa
memungkinkan dia untuk hidup normal.

4. Cara Kerja atau Prosedur Kerja


1. Persiapan Elektrokardiograf
a. Sebelum mulai percobaan, alat EKG harus dalam posisi OFF. Tombol
pertama adalah tombol pengatur pilihan sandapan. Tombol ini
digunakan untuk semua sandapan dengan cara memutar pengatur
sadapan sesuai dengan pencatatan yang akan dikerjakan. Tombol
kedua adalah tombol kepekaan untuk standarisasi besar voltage.
b. Hubungan kabel penghubung antara EKG dan arus listrik umum.
c. Pasang kabel arde (grounding) dan jepitkan pada kran logam atau arde
yang berhubungan dengan tanah.
d. Kabel elektroda yang keluar terdiri dari alat EKG terdiri dari 4
elektroda panjang untuk ekstremitas dan 6 elektroda pendek untuk
precordial.
2. Persiapan Orang Coba
a. Orang coba diharuskan berbaring tenang di atas tempat tidur. Baju,
aksesoris yang berupa logam dan kaos kaki dilepas.
b. Tempat yang akan dipasangkan elektroda dibersihkan dengan kapas
alkohol dan diberi pasta secukupnya.
c. Pasang elektroda dimuli dari elektroda untuk ekstremitas atas , yaiu
diujung kedua lengan bawah yang dekat dengan pergelangan tangan
pada bagian ventral. Dan ekstremitas bawah, yaiu diletakkan ditungkai
bawah dekat pergelangan kaki, bagian ventral. Elekktroda rekordial
dipasang pada tempat-tempat- yang sesuai, yaitu:
 V1 diletakkan di ruang antar costa ke empat di sebelah kanan
sternum (ICS IV, parasternal ka)
 V2 diletakkan di ruang antar costa ke empat di sebelah kiri
sternum (ICS IV, parasternal ki)
 V3 diletakkan di antara V2 dan V4
 V4 diletakkan di ruang costa ke lima midclavicular line kiri (ICS
V, MCL ki)
 V5 diletakkan di axilla kiri bagian anterior setinggi V4
 V6 diletakkan di axilla kiri bagian tengah setinggi V4
d. Hubungkan kabel alektroda ekstremitas orang coba, yaitu :
Kabel merah (RA) dengan lengan kanan
Kabel kuning (LA) dengan lengan kiri
Kabel hijau (LF) dengan kaki kiri
Kabel hitam (LF) dengan kaki kanan
Periksa tombol pengatur kecepatan kertas, ada 2 pilihan yaitu 25
mm/detik dan 50 mm/detik.
Pilihlah kecepatan kertas yang 25 mm/detik.
Pencatatan siap dimulai.
e. Hubungkan kabel elektroda precordial di dinding dada A1 sd V6.
f. Setelah tombol “ON” EKG ditekan, selanjutnya, tekan tombol program
untuk mengecek dan memprogramkan perekaman.
g. Lakukan perekaman gambaran EGK dengan menekan ENTER pada
setiap Lead yang dipilih. Pengambilan gambar di lakukan secara
berurutan, mulai dari Lead l...., sampai V6.
h. Setiap kali pindah kesendapan berikutnya, beristirahatlah beberapa
detik.
i. Setiap pencatatan, dikerjakan minimal 3 siklus terdiri dari gelombang
P,Q,R,S,T (lengkap). Setelah perekaman gambar EKG selesai; tekan
tombol “OFF”.
j. Setelah selesai merekam, lepaskan semua elektroda dan bersihkan
bekas pasta pada badan mahasiswa relawan dan pada elektroda.
5. Hasil Percobaan

1. Bentuk gelombang P,QRS kompleks dan gelombang T pada semua


sandapan ekstremitas dan Prekordial. Apakah semua dalam batas-batas
normal?
Jawaban : iya dalam hal ini dikategorikan dengan irama sinus
2. Interval R-R pada setiap Gambar EKG, apakah reguler atau tidak?
Jawaban : reguler
3. Voltase gelombang P, QRS kompleks dan T pada Lead I,II,III dan hitung
Jawaban :
P Q R S T QRS
LEAD I 2 mm 1 mm 6 mm 1 mm 2 mm 3 mm
2 1 mV 6 mV 1 mV 2 mV 3 mV
mV
LEAD II 1 mm 2 mm 9 mm 1 mm 2 mm 3 mm
1 2 mV 9 mV 1 mV 2 mV 3 mV
mV
LEAD III 1 mm 2 mm 12 mm 1 mm 1 mm 3 mm
1 mV 2 mV 12mV 1 mV 1 mV 3 mV
4. Hitung Heart Rated: Bila irama jantung reguler, dengan terlebih dahulu
menghitung rerata interval R-R, lalu menghitung HR dalam satuan
kali/menit.
Jawaban :
Rerata interval R-R =
1500
Heart Rate =𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙
1500
=
15,5

= 96,7 kali/menit

(kecepatan tromol kertas EKG=25 mm/det = 1500 mm/menit )

5. Hitung Mean Electrical Axis (MEA) dan arahnya dengan mengukur besar
voltase atau jarak vektor dari QRS kompleks pada sedapan bipolar atau
augmented ekstremitas atau kombinasi keduanya berdasarkan Hipotesis
Einthoven.

RA = Right Arm , LA = Left Arm , LF = left foot


aVR : pada lengan kanan aVL : pada lengan kiri
aVF : pada kaki kiri
 Lead I :
S= ,R=
prinsip : S tidak lebih dari 1/3 R , Maka;
S= 1 , 1/3R= 1,67
Nilai S tidak lebih dari 1/3R, Positif
 aVF:
S= 2 ,R= 16
Prinsip: S tidak lebih dari 1/3 R, Maka;
S= 2 , 1/3R= 5,3
Nilai S tidak lebih dari 1/3R ,Positif

6. Letak Transitional Zone dari sandapan prekordinal


Transitional zone terletak pada daerah dimana R/S = dan normal. Bila
Transitional zone bergeser ke kanan maka di sebut sebagai Clock Wise
(CW) Rotation dan bila bergeser ke kiri disebut sebagai counter clock wise
(CCW) rotation.

Lead V1 V2 V3 V4 V5 V6
Voltage R S R S R S R S R S R S
(mm) 3 6 5 7 5 6 5 3 5 1 4 1/2
R/S ratio 1/2 5/7 5/6 5/3 5 8
Transitional zone terletak di CW rotation
7. Pembahasan
1. Irama (sinus/asinus)

Jika terdapat gelombang P (Nodus Sinoatrial) maka iramanya


sinus.Sedangkan jika tidak terdapat gelombang P maka iramanya asinus.

2. Interval R-R (reguker/irreguler)

Pada Lead II, jika jarak antara gelombang R sama maka interval R-R
reguler. Jika pada lead II jarak antara gelombang R berbeda maka interval
R-R irreguler.

3. 1 kotak kecil pada grafik menandakan 0,1 mm atau 0.1 mV

Dimana gelombang P memiliki ketentuan lebar < 0.12 atau < 3 kotak
sedangkan tingginya < 0.3 atau <1 kotak. Kompleks QRS normalnya 1,5 -
3 kotak kecil.

4. Heart rate didapatkan dengan cara 1500/interval R-R. dimana interval R-R
didapatkan dengan menghitung jarak antar R pada Lead II.

5. Diambil vektor QRS kompleks Lead I dan aVF karena kedua vektor
membentuk sudut 90° Dimana pada Lead 1 S tidak melebihi 1/3 R (positif)
dan pada aVF S tidak melebihi R (posistif)

Normal LAD RAD EAD


Lead I + + - -
aVF + - + -

Transtitional zone terletak pada daerah dimana R/S= dan normal. Bila
transtitional zone bergeser ke kiri disebut sebagai Counter Clock Wise
(CCW) Rotation dan ke kanan disebut sebagai Clock Wise (CW) Rotation.
Hasil yang kami dapat Transtitional Zone bergeser ke kiri maka disebut
sebagai Clock Wise (CW) Rotation.

6. Kesimpulan
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan
rekaman aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi
dan konduktif khusus. Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah untuk
mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia, kelainan-
kelainan otot jantung, pengaruh/efek obat-obat jantung, menilai fungsi pacu
jantung dll. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah
kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu
terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang
R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Pada hasil percobaan di atas
ditemukan hasil EKG Tn. G memiliki Heart Rate selama satu menit
97x/menit atau bisa disebut normal, dimana detak jantung normal 60-100
kali/menit. Untuk status MEA Tn. G normal karena Lead I dan aVF Tn. G
sama-sama bernilai positif . Kemudian Transitional Zonenya mengarah
kekanan yang dimana bisa disebut Clock Wise Rotation atau searah jarum
jam.
Daftar Pustaka

Unila. 2015. Elektrokardiograf. http://digilib.unila.ac.id/11269/4/Bab%202.pdf Di


akses pada tanggal 8 Mei 2019.

Khairu,Mohmd .2017.Gambaran Elektrokardiogram Berdasarkan Klasifikasi


TekananDarah.http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollecti
on/OTVlNjIwMDczNjAwZGUyM2E4MThjZGE5ZTEyNDdlOWIzMTI0MDIzY
Q==.pdf. Di akses pada tanggal 8 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai