b. Tujuan
1. Mampu memahami prinsip biolistrik yang mendasari pemeriksaan EKG
2. Mampu memahami aktivitas listrik jantung yang normal melalui
gambaran EKG sebagai hasil pancaran (Proyeksi) aktivitas listrik
terssebut dipermukaan tubuuh.
3. Mampu menjelaskan Hipotesis Einthoven yang mendasari gambaran
EKG pada posisi perekaman lead I, II, III serta aVR,aVL, aVF.
4. Mampu memahami prinsip dasar pembentukan gelombang P,Q,R, dan T
pada semua lead pada orang normal
5. Mampu melakukan pemeriksaan EKG dan menentukan irama jantung,
menghitung frekuensi jantung, besarnya volatage impuls, hantaran
impuls, posisi jantung pada bidang frontal dan horizontal melalui hasil
rekaman EKG.
3. Teori Dasar
Saraf dan otot jantung dapat dianggap sebagai sumber listrik tertutup dalam
sebuah konduktor listrik, batang tubuh. Jelas tidak mudah untuk membuat
pengukuran listrik langsung pada jantung; informasi diagnostik diperoleh
dengan pengukuran potensi listrik yang dihasilkan oleh jantung di berbagai
tempat di permukaan tubuh. Catatan potensi jantung pada kulit disebut
elektrokardiogram (EKG). Hubungan antara pemompaan jantung dengan
potensi listrik pada kulit dapat dipahami dengan mempertimbangkan
perambatan potensial aksi di dalam jantung seperti ditunjukkan pada Gambar
2.20 Aliran arus yang dihasilkan tubuh memulai terjadinya penurunan potensi
seperti yang ditunjukkan skema pada resistor.
Gambar 2.20
Skema potensial aksi turun pada dinding jantung.
Beberapa arus ion, diindikasikan oleh lingkaran, yang melalui torso
diindikasikan sebagai resistor. Potensial aktif. (John R. Cameron, 1978: 198).
Gambar 2.21
Bidang elektrokardiografik dan vektor dipol listrik. RA, LA, RL, dan LL
mengindikasikanlokasi electroda pada bagian kanan dan kiri tangan dan
kaki.(John R. Cameron, 1978:200)
Anatomi daerah yang menjadi target pemeriksaan elektrokardiogram terkait
dengan pemasangan ke 12 sadapannya. Setiap sadapan memiliki area
pemeriksaan yang berbeda-beda.
1.Sadapan Bipolar
Sadapan ini terdiri dari dua elektroda, yaitu positif dan negatif. Istilah “bipolar”
berarti bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua elektroda
yang diletakkan pada tubuh dalam hal ini anggota badan. Sadapan ini diletakkan
pada pergelangan-pergelangan tangan atau kaki sehingga terbentuk tiga sadapan
ekstremitas bipolar untuk mencatat potensial bioelektrik jantung. Sadapn ini
terdiri dari:
a. Lead I : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan (Right
Arm/RA) dan lengan kiri (Left Arm/LA), di mana lengan kanan bermuatan
(-) dan lengan kiri bermuatan (+)
b. Lead II : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan (Right
Arm/RA) dan kaki kiri (Left Foot/LF),di mana lengan kanan bermuatan(-)
dan kaki kiri bermuatan (+).
c. Lead III: merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kiri (LA)
dan kaki kiri (LF), di mana lengan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan
(+).
2. Sadapan Unipolar
a. Sadapan Unipolar Ekstremitas.
Sadapan ini merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, di mana
elektroda eksplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan
elektroda -elektroda pada ekstremitas lain membentuk elektroda indiferen
(potensial 0). Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead aVR : merekam potensial listrik pada lengan kanan (RA), di mana
lengan kanan bermuatan (+), lengan kiri (LA) dan kaki kiri (LF) membentuk
elektroda indiferen.
2) Lead aVL : merekam potensial listrik pada lengan kiri (LA), di mana lengan
kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan kaki kiri (LF) membentuk
elektroda indiferen.
3) Lead aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), di mana lengan
kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA) membentuk
elektroda indiferen
b.Sadapan Unipolar Prekordial
Sadapan ini merekam besar potensial listrik jantung dengan meletakkan
elektroda positif secara horizontal pada dinding dada atau punggung
mengelilingi jantung.Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead V1 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kanan
2) Lead V2 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kiri
3) Lead V3 : Elektroda ditempatkan pada pertengahan antara V2 dan V4
4) Lead V4 : Elektroda ditempatkan pada ICS V, garis midklavikula kiri
5) Lead V5 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila depan
6) Lead V6 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila tengah
Potensial listrik (jantung) yang diukur pada permukaan tubuh hanyalah proyeksi
sesaat dari vektor dipol listrik dalam arah tertentu. Vektor dipol listrik tersebut
merupakan fungsi perubahan dari waktu. Potensial listrik diproyeksikan sama
dipole listrik tersebut. Gambar 2.21 menunjukkan vektor dipol listrik pada tiga
pesawat elektrokardiografi tubuh.Permukaan elektroda untuk pengamatan EKG
yang paling sering terletak di lengan kiri (LA), lengan kanan (RA), dan kaki kiri
(LL). Meskipun lokasi elektroda berbeda tergantung situasi medis; namun
lokasi yang paling sering digunakan adalah tangan atau posisi yang lebih dekat
ke jantung. Pengukuran potensial antara RA dan LA disebut Lead I, dan antara
RA dan LL disebut Lead II, sedangkan antara LA dan LL disebut lead III
(Gambar 2.22).
Gambar 2.22. Konektor listrik untuk lead, I, II, III. Rekaman Muatan kutub
pada umumnya dalam instrument mengindikasikan masing-masing lead.(John
R. Cameron, 1978: 201)
Gambar 2.23 Skema dipole listrik pada jantung diproyeksikan pada bidang
frontal. Potensial didalam lead I pada beberapa moment proposional terhadap
proyeksi vector dipol pada garis RA-LA; potensial di Lead II dan III
proposional terhadap proyeksi pada sisi lain segitiga.(Sumber:
http://www.bem.fi/book/16/16.htm)
Gambar 2.24
Penambahan Lead diperoleh dengan menempatkan sebuah jarum resistor
diantara dua electrode. Jarum resistor pusat digunakan sebagai connector satu
dan elektroda sisanya digunakan sebagai konektor kedua.
(Sumber Buku Medical physics)
Setiap peta EKG menelusuri sebuah proyeksi dari vektor dipol listrik, atau
aktivitas listrik jantung, yang melalui setiap bagian dari siklus tersebut. Gambar
2.25 memperlihatkan skema output lead II dengan simbol standar untuk bagian
dari pola. Peristiwa listrik utama dari siklus jantung normal adalah (1)
depolarisasi atrium, yang menghasilkan gelombang P; (2) repolarisasi
atrial(jarang terlihat), (3) depolarisasi ventrikel, yang menghasilkan komplek
QRS; dan (4) repolarisasi ventrikel yang menghasilkan gelombang T (Gambar
2.25).
Gambar 2.25
Tipe EKG dari posisi Lead II. P menunjukkan depolarisasi dan kontraksi
atrial, komplek QRS mengindikasikan depolarisasi ventricular, kontraksi
ventricular terjadi diantara S dan T, dan T menunjukkan repolarisasi
ventricular. (Sumber buku Medical Physics)
Gambar 2.26 Enam bidang frontal ECGs untuk subjek normal. (Sumber Buku
Medical Physics)
Gambar 2.27
Posisi EKG bidang tranversal. (a) Tampak frontal (b) Tampak atas. (Sumber
buku Medical Physics)
Gambar 2.28 Tipe enam bidang tranversal EKGs untuk subjek
normal.(Sumber Buku Medical Physics)
Sebuah EKG menunjukkan ada dan tidaknya gangguan dalam aktivitas listrik
jantung normal. Sebagai contoh, EKG menandakan adanya suatu kondisi yang
tidak normal yang disebut blok jantung. Jika sinyal nodus SA normal tidak
dilakukan ke ventrikel, maka pulsa dari nodus AV akan mengendalikan detak
jantung pada frekuensi 30-50 denyut/menit, yang jauh lebih rendah dari detak
jantung normal (70-80 denyut/menit). Blok jantung seperti ini bisa membuat
pasien setengah cacat, penanaman sebuah alat pacu jantung bisa memungkinkan
dia untuk hidup normal.
4. Hitung Heart Rated: Bila irama jantung reguler, dengan terlebih dahulu
menghitung rerata interval R-R, lalu menghitung HR dalam satuan
kali/menit.
Jawaban :
Rerata interval R-R =
1500
Heart Rate =𝐾𝑜𝑡𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑐𝑖𝑙
1500
= 15,5
= 96,7 kali/menit
5. Hitung Mean Electrical Axis (MEA) dan arahnya dengan mengukur besar
voltase atau jarak vektor dari QRS kompleks pada sedapan bipolar atau
augmented ekstremitas atau kombinasi keduanya berdasarkan Hipotesis
Einthoven.
Lead V1 V2 V3 V4 V5 V6
Voltage R S R S R S R S R S R S
(mm) 3 6 5 7 5 6 5 3 5 1 4 1
R/S ratio 1/2 5/7 5/6 5/3 5 4
Dimana gelombang P memiliki ketentuan lebar < 0.12 atau < 3 kotak
sedangkan tingginya < 0.3 atau <1 kotak. Kompleks QRS normalnya 1,5 -
3 kotak kecil.
4. Heart rate didapatkan dengan cara 1500/interval R-R. dimana interval R-R
didapatkan dengan menghitung jarak antar R pada Lead II.
5. Diambil vektor QRS kompleks Lead I dan aVF karena kedua vektor
membentuk sudut 90° Dimana pada Lead 1 S tidak melebihi 1/3 R (positif)
dan pada aVF S tidak melebihi R (posistif)
Normal LAD RAD EAD
Lead I + + - -
aVF + - + -
Transtitional zone terletak pada daerah dimana R/S= dan normal. Bila
transtitional zone bergeser ke kiri disebut sebagai Counter Clock Wise
(CCW) Rotation dan ke kanan disebut sebagai Clock Wise (CW) Rotation.
7.Kesimpulan
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman
aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif
khusus. Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah untuk mengetahui adanya
kelainan-kelainan irama jantung/disritmia, kelainan-kelainan otot jantung,
pengaruh/efek obat-obat jantung, menilai fungsi pacu jantung dll.
Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan
sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang
yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun
jarang ditemukan. Sandapan pada EKG ada 2 yaitu sandapan bipolar dan
unipolar. Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang
diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua
tangan dan kaki.sedangkan, sandapan unipolar Sadapan ini memandang jantung
secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel
sebelah kanan). Dari hasil praktikum Elektrokardigraf diketahui bahwa Tn. G
memiliki denyut jantung normal. Detak jantung selama satu menit 97 kali/menit,
dimana detak jantung normal 60-100 kali per menit
Daftar Pustaka