Anda di halaman 1dari 26

Kebanyakan para perawat kita ahli dalam pemasangan EKG, tapi sebagian besar dari mereka tidak tahu

apa itu EKG, cara membaca dan bahkan lokasi pemasangan yang benar. Berikut sedikit tutorial yang
dapat saya berikan.
Saya sajikan dalam bahasa sederhana, sehingga mudah dipahami, untuk mempelajari lebih mendalam
silahkan baca buku dan jangan malas untuk membaca.
Modul lengkap EKG dalam English ada di terakhir halaman, silahkan di Download (Gratis).
1.

Pendahuluan
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Sedangkan
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan
listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada
permukaan tubuh.
Prinsip utama belajar EKG adalah mengetahui anatomi fisiologi jantung, dan persyarafan
jantung sehingga pada saat belajar EKG sudah dapat membayangkan keadaan jantung.

2. Anatomi Fisiologi Jantung


Jantung terdiri dari 4 bagian yaitu atrium (dextra & sinistra) & ventrikel (dextra & sinistra). Jantung
mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler Nodus, Berkas His dan Serabut
Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG.
Lihat gambar dibawah bagaimana aktifitas listrik jantung bekerja:

Gambar 1
4.

EKG Normal
Bagaimana sih gambaran EKG normal ?
Pada dasarnya EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombang mewakilkan satu denyut
jantung (satu kali aktifitas listrik jantung).
Lihat gambar satu gelombang EKG:

Gambar 2

Dalam satu gelombang EKG terdiri ada yang disebut titik (lihat gambar), interval dan segmen. Titik
terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan
Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan
ST segmen.
Penjelasan gambar :

- Titik P mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi pada atrium jantung

(dextra &

sinistra)
- Titik Q, R dan S mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi (listrik)
jantung

pada ventrikel

(dextra & sinistra)

Sedangkan titik T berarti relaksasi pada ventikel jantung.


Mungkin terlihat mudah belajar EKG dengan satu gelombang, coba lihat gambar di bawah:
Gambar 3 EKG 12 sadapan normal

Gambar 3 adalah gambar EKG sebenarnya, melihat sepintas mungkin ga kebayang bisa membacanya.
Kok ada tulisan I, II, aVR dan lain-lain ?
I, II, aVR dan lain-lain disebut dengan sadapan atau lead. Aktifitas listrik jantung hanya dapat direkam
dari luar jantung (yaitu tubuh), ga mungkin langsung di tempelin ke jantung toh ? makanya perlu lokasilokasi tertentu untuk penyadapan tersebut.
Pada prinsipnya ada 3 jenis sadapan yaitu Prekordial (dada), Bipolar (Kaki dan Tangan 2
elektroda) dan Unipolar (Kaki dan Tangan 3 elektroda).
5.

Sandapan (lokasi penempatan) EKG


Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-tempat
tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena penempatan yang salah
akan menghasilkan pencatatan yang berbeda.

Gambar 4 Pemasangan Lead EKG


Terdapat 3 jenis sandapan (lead) pada EKG, yaitu :
a.

Sadapan Prekordial
Merupakan sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 yang ditempatkan secara langsung di
dada.

- Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.


berpindah).
-

b.

Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.


Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak
Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris
Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea
midaxillaris.

apeks
anterior.

Sandapan Bipolar,
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, yang ditandai dengan angka romawi I, II dan III
a) Sandapan I

: merekam beda potensial antara tangan kanan (RA)


yang bermuatan negatif (-) tangan kiri bermuatan positif
(+).

b) Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan


kaki kiri (LF) yang bermuatan (+)

c) Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA)


yang bermuatan (-) dan kaki kiri (+).
b.

Sandapan Unipolar
a)

Sandapan Unipolar Ekstremitas

aVR

: merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang

(+), dan elektroda (-) gabungan tangan kiri

bermuatan

dan kaki kiri membentuk

elektroda indifiren.

aVL

: merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang

dan muatan (-) gabungan tangan kanan

bermuatan (+),

dan kaki kiri membentuk

elektroda indifiren.

aVF

: merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang

elektroda (-) dari gabungan

bermuatan (+) dan

tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda

indifiren.

Klik disini untuk download

Technorati Tags: jantung,elektrokardiografi,ekg,electrocardiography,ecg,lead


Definisi EKG : Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung.
Elektokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung
Cara Menggunakan EKG untuk merekam listrik jantung :
Persiapan
A. Alat
Mesin EKG, yang dilengkapi :
kabel untuk sumber listrik
kabel untuk bumi (ground)
Kabel elektroda ekstremitas dan dada
Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat
Balon penghisap elektroda dada
Jelly
Kertas tissue
Kapas Alkohol
Kertas EKG
Spidol
B. Pasien

Penjelasan (informed consent)


- Tujuan pemeriksaan
- Hal-hal yang perlu diperhatikan saat perekaman
Dinding dada harus terbuka dan tidak ada perhiasan logam yang melekat.
Pasien diminta tenang atau tidak bergerak saat perekaman EKG
Cara memasang EKG
1. Pasang semua komponen/kabel-kabel pada mesin EKG
2. Nyalakan mesin EKG
3. Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang luas. Tangan dan kaki tidak
saling bersentuhan
4. Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas alcohol (kalau perlu
dada dan pergelangan kaki dicukur)
5. Keempat electrode ektremitas diberi jelly.
6. Pasang keempat elektrode ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki.
Untuk tangan kanan biasanya berwarna merah, tangan kiri berwarna kuning, kaki kiri
berwarna hijau dan kaki kanan berwarna hitam.
7. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektrode V1 s/d V6.
- V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah
- V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan ICS 4 berwarna kuning
-V3 di antara V2 dan V4, berwarna hijau
- V4 di garis mid klavikula kiri sejajar ICS 5, berwarna coklat
- V5 di garis aksila anterior kiri sejajar ICS 5, berwarna hitam
- V6 di garis mid aksila kiri sejajar ICS 5, berwarna ungu
1. Pasang elektrode dada dengan menekan karet penghisap.
2. Buat kalibrasi
3. Rekam setiap lead 3-4 beat (gelombang), kalau perlu lead II panjang (minimal 6 beat)
4. Kalau perlu buat kalibrasi setelah selesai perekaman
5. Semua electrode dilepas
6. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien
7. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
8. Matikan mesin EKG
9. Tulis pada hasil perekaman : nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan dan tahun
pembuatan, nama masing-masing lead serta nama orang yang merekam
10.Bersihkan dan rapikan alat
Perhatian :
Sebelum bekerja periksa kecepatan mesin 25 mm/detik dan voltase 10 mm. Jika
kertas tidak cukup kaliberasi voltase diperkecil menjadi kali atau 5 mm. Jika
gambaran EKG kecil, kaliberasi voltase diperbesar menjadi 2 kali atau 20 mm.
Hindari gangguan listrik dan mekanik saat perekaman
Saat merekam, operator harus menghadap pasien

Lead EKG
Terdapat 2 jenis lead :

A. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode

Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri
(LA) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF)
yang mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)

B. Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 elektode


Dibagi 2 : lead unipolar ekstremitas dan lead unipolar prekordial
Lead unipolar ekstremitas
Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri
dan kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan
dan kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan
tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga
lead ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6
Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horisontal dan
vertikal berbentuk bujur sangkar dengan jarak 1 mm. Garis yang lebih tebal
(kotak besar) terdapat pada setiap 5 mm. Garis horizontal menggambarkan waktu
(detik) yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,04 detik, 5 mm (1 kotak besar) = 0,20
detik. Garis vertical menggambarkan voltase yang mana 1 mm (1 kotak kecil) =
0,1 mV.
Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Proses
listrik terdiri dari :
Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P)
Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena bersamaan dengan depolarisasi
ventrikel)
Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS)
Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)
Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P,Q,R,S dan T kadang-kadang tampak
gelombang U.
EKG 12 Lead
Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung
Lead II, III, aVF menunjukkan bagian inferior jantung
Lead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantung
Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar

Aksis jantung

Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan
horisontal. Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan bidang
horisontal dengan melihat lead-lead prekordial terutama V3 dan V4. Normal aksis
jantung frontal berkisar -30 s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90
derajat, deviasi ke kanan antara +110 s/d -180 derajat.
Sekilas mengenai EKG Normal

Gelombang P
Nilai normal :
Lebar 0,12 detik
Tinggi 0,3 mV
Selalu (+) di lead II
Selau (-) di lead aVR

Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal
berkisar 0,12-0,20 detik.
Gelombang QRS (kompleks QRS)
Nilai normal : lebar 0,04 - 0,12 detik, tinggi tergantung lead.
Gelombang Q : defleksi negatif pertama gelombang QRS
Nilai normal : lebar < 0,04 detik, dalam < 1/3 gelombang R. Jika dalamnya > 1/3 tinggi
gelombang R berarti Q patologis.
Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Umumnya di Lead
aVR, V1 dan V2, gelombang S terlihat lebih dalam, dilead V4, V5 dan V6 makin
menghilang atau berkurang dalamnya.
Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolirisasi Ventrikel. Umumnya gelombang T positif, di
hampir semua lead kecuali di aVR
Gelombang U
Adalah defleksi positif setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya.
Penyebabnya timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun diduga timbul
akibat repolarisasi lambat sistem konduksi Interventrikuler.
Interval PR
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS.
Nilai normal berkisar antara 0,12 0,20 detik ini merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk depolarisasi Atrium dan jalannya implus melalui berkas His sampai permulaan
depolarisasi Ventrikuler
Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T. segmen
ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat berpariasi dari 0,5 sampai
+2mm. segmen ST yang naik diatas garis isoelektris disebut ST eleveasi dan yang turun
dibawah garis isoelektris disebut ST depresi
Cara menilai EKG
Tentukan apakah gambaran EKG layak dibaca atau tidak
Tentukan irama jantung ( Rhytm)
Tentukan frekwensi (Heart rate)
Tentukan sumbu jantung (Axis)
Tentukan ada tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium / ventrikel)
Tentukan ada tidaknya tanda tanda kelainan miokard (iskemia/injuri/infark)
Tentukan ada tidaknya tanda tanda gangguan lain (efek obat obatan, gangguan
keseimbangan elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung pada pasien yang
terpasang pacu jantung)
1. MENENTUKAN FREKWENSI JANTUNG
Cara menentukan frekwensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3 cara
yaitu :
a. 300 dibagi jumlah kotak besar antara R R
b. 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R R
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik tsb
kemudian dikalikan 10 atau ambil dalam 12 detik, kalikan 5

2. MENENTUKAN IRAMA JANTUNG


Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai berikut
- Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak
- Tentukan berapa frekwensi jantung (HR)
- Tentukan gelombang P ada/tidak dan normal/tidak
- Tentukan interval PR normal atau tidak
- Tentukan gelombang QRS normal atau tidak
Irama EKG yang normal implus (sumber listrik) berasal dari Nodus SA, maka irmanya
disebut dengan Irama Sinus (Sinus Rhytem)
Kriteria Irama Sinus adalah :
- Iramanya teratur
- frekwensi jantung (HR) 60 100 x/menit
-Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
- Gelombang QRS normal (0,06 <0,12 detik)
- PR interval normal (0,12-0,20 detik)
Irama yang tidak mempunyai criteria tersebut di atas kemungkinan suatu kelainan

Tulisan yang Berhubungan


Elektrokardiografi %28EKG%29

Diposkan oleh/posting by dr.Iman di 21:37:00


Label: Elektrokardiografi (EKG)
Reaksi:

PROSEDUR PENGGUNAAN EKG


A.

Pengertian
Tata cara untuk menggunakan alat EKG secara tepat

B.

Tujuan
Agar hasil rekaman EKG terjaga mutunya dan alat EKG terawat dengan baik

C.

Kebijakan
1.

Penggunaan EKG hanya dilakukan sesuai indikasi / ketentuan atau


atas instruksi dokter

2.

Setelah digunakan, alat EKG harus disimpan dalam keadaan


bersih dan rapih.

D.

Prosedur
1. Posisi pasien diatur terlentang datar
2. Membuka dan melonggarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasien
memakai jam tangan, gelang, logam lain agar dilepas
3. Membersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada daerah dada,
kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi manset elektroda
4. Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda
5. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai
6. Memasang arde
7. Menghidupkan monitor EKG
8. Menyambungkan kabel EKG pada kedua tungkai pergelangan tangan dan
kedua tungkai pergelangan kaki pasien, untuk rekaman ekstremitas lead
(Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan cara :

Warna merah pada pergelangan tangan kanan

Warna hijau pada kaki kiri

Warna hitam pada kaki kanan

Warna kuning pada pergelangan tangan kiri

9. Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead

V1 pada intreosta keempat garis sternum kanan

V2 pada intreosta keempat garis sternum kiri

V3 pada pertengahan V2 dan V1

V4
elavikula kiri

pada

intrekosta

kelima

garis

pertengahan

V5 pada axila sebelah depan kiri

V6 pada axila sebelah belakang kiri

10. Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mili/detik


11. Bila rekaman EKG telah lengkap terekam, semua elektroda yang melekat
ditubuh pasien dilepas dan dibersihkan seperti semula
12. Pasien dibantu merapihkan pakaian
13. Untuk pasien rawat inap hasil rekaman EKG disimpan kedalam berkas
rekam medik pada formulir yang tersedia dan dilaporkan kedokter
14. Tindakan EKG yang telah dilakukan dicatat kedalan catatan perawat pada
berkas rekam medik pasien
15. Untuk pasien rawat jalan, hasil rekaman EKG diberikan ke dokter yang
bersangkutan.
E. Unit terkait
Semua ruang perawatan

PROSEDUR PEMASANGAN VENTILATOR


A. Pengertian

Ventilator adalah alat yang mampu membantu sebagian /


mengambil alih pertukaran paru untuk mempertahankan hidup pasien

Semua mode untuk membantu / mengganti / mengambil alih dari


proses pernafasan spontan

B. Tujuan

Memberikan kekuatan mekanis pada sistem pernafasan untuk


mempertahankan ventilasi yang fisiologis

Manipulasi air way pressure dan corak ventilasi untuk memperbaiki


efisiensi dan oksigenasi

Mengurangi kerja miocard dengan cara mengurangi kerja nafas.

C. Cara mempersiapkan ventilator

Hubungkan ventilator dengan sumber listrik

Hubungkan ventilator dengan sumber oksigen dan


udara tekan

Isi humidifier dengan aqua steril sampai batas yang


ditentukan

Pastikan breathing sircuit apakah ada kebocoran dan


tes fungsi masing-masing preset dengan menggunakan testlang

Atur mesin sesuai dengan klasifikasi kerja yang


dibutuhkan

Alat siap digunakan

PROSEDUR PEMASANGAN INTUBASI


A. Pengertian
Memasukkan pipa jalan nafas buatan kedalam trachea melalui hidung
atau melalui mulut.
B. Tujuan
A.

Membebaskan jalan nafas

B.

Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).

C.

Persiapan alat
Laryngoscop, magill, mandrin, xylocain jelly, sarung tangan steril, miloz,
xylocain spray, spuit 3 cc,spuit 5 cc, spuit 10 cc, arteriklem, guedel,
stetoskop, suction kateter, plester, gunting, monitor EKG.

D.

Langkah langkah
1.

Posisi pasien terlentang dengan kepala ekstensi

2.

Pasang EKG monitor

3.

Dokter memakai masker dan sarung tangan

4.

Memberi obat-obatan yang dibutuhkan

5.

Melakukan suction

6.

Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernafasan

7.

Memompa dengan ambu bag

8.

Mengisi cuff fengan udara

9.

Mendengarkan bunyi udara

10.

Sambil menahan tube kemudian memberi tanda garis batas

11.

Hubungkan pasien ke ventilator yang sudah disiapkan

12.

Pernafasan yang adekuat dapat di monitor melalui AGD - 1jam


setelah intubasi selesai

13.

Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan intubasi

PROSEDUR PENANGANAN SYOK HYPOLEMIK


Pengertian

: Keadaan syok yang disebabkan dengan adanya pendarahan

Tujuan

: Dapat memberikan pertolongan secepatnya dan mengambil


tindakan medis selanjutnya.

Gejala

: 1.

Tingkat kesadaran menurun dari sadar, gelisah sampai tidak


sadar.

Langkah

2.

Penderita menjadi lemah dan pucat

3.

Pernafasan cepat 30 kali / menit atau lebih dan dangkal

4.

Tekanan darah menurun, sistolik < 90 ml / jam

5.

Nadi cepat 110 kali / menit

6.

Paru-paru bersih

7.

Kadar hemaglobin kurang atau sama dengan 89%

8.

Produksi urin kurang atau sama dengan 30 ml / jam

9.

Ujung-ujung jari tangan dan kaki dingin.

: 1.

Penderita segera ditidurkan

dengan posisi kepal lebih

rendah dari kaki, segera lapor ke dokter, sementara itu


lakukan tindakan berikut,.
2.

Segala ikatan tubuh harus dilepas

3.

Beri oksigen 6 liter / menit dan usahakan jalan nafas bebas /


tidak tersumbat.

4.

Pasang infus segera ringer lactate atau NACL 0,9%

5.

Monitor tekanan darah, nadi dan pernafasan

6.

Pada syok anaphylactic dapat diberikan adrenalin (1 : 1000)


intra muskuler sebanyak 0,3-0,4 cc diulang tiap jam
sampai tekanan systolik mencapai 90-100 mg

7.

Bila nafas berhenti, usahakan nafas buatan, kepala ditarik


kebelakang dan rahang keatas, berikan pernafasan dari
mulut ke mulut / memakai ambu bag.

8.

Bila jantung berhenti, lakukan kompresi jantung dari luar


(menekan dada secara teratur).

9.

Bila penyebab syok adalah pendarahan, maka harus segera


diusahakan darah, sementara menunggu darah, dapat
diberikan NACL atau Dextran.

10. Pasien yang teratasi syoknya, harus dirawat dan tetap


diobeservasi selama 24 jam.
Kebijakan

: Petugas yang berwenang manangani, wajib melaksanakan


prosedur ini.

Unit terkait

: Dr IGD, Bidan, Perawat kamar bersalin.

PROSEDUR PENANGGULANGAN PASIEN SYOK


Pengertian

: Penanganan pasien dalam keadaan syok.

Tujuan

: Mencegah pasien memburuk.

Kebijakan

: 1.

Berdasarkan

SK

Direktur

RSSA

No.

349/RSSA/SK/DIR/IV/2002, tentang pedoman penyusunan


SOP (Prosedur Tetap) di RS. Sari Asih.
2.

SK. Dirjen Pelayanan Medik No. 00.32.2.6.7637 Berlakunya


standar asuhan keperawatan di rumah sakit.

Langkah

: 1.

Baringkan pasien mendatar, dengan kaki lebih tinggi dan


kepala sedikit menengadah kebelakang, tanpa bantal untuk
memaksimalkan aliran darah ke otak.

2.

Bebaskan jalan nafas.

3.

Berikan oksigen 2-5 1 / menit.

4.

Pasang infus

5.

Pasang kateter

6.

Labolatorium cito-darah lengkap, fungsi ginjal dan gula


darah.

7.

Berikan obat-obatan :
a.

Adrenalin 0,3 0,5 cc.

b.

Bicarbonat 1 2 ampul dalam 500 ml larutan


elektrolit.

c.

Bila

gagal

dengan

pemberian

cairan,

berikan

vasopresor untuk Shock cardiogenik dopamine 200 mg


dalam 500 ml dextrosa 5 % (2,5 mg/kg BB/menit)
8.

Periksa EKG.

9.

Buat rontgen sesuai dengan jenis kelainan.

10. Jika keadaan membaik dirawat, jika keadaan statis /


bertambah buruk dirujuk ke Rumah sakit lain dengan
fasilitas lebih lengkap.
Unit terkait

: IGD, ICU, Rawat Jalan, Ruang Perawatan.

PROTAP PENGAMBILAN ANALISA GAS DARAH DI RUMAH SAKIT SARI


ASIH TANGERANG
Pengertian

Pengambilan darah arteri melalui fungsi untuk memeriksa gas-gas dalam darah
yang berhubungan dengan fungsi respirasi dan metabolisma.
Tujuannya

1.

Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel

2.

Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.

3.

Kemampuan HB dalam mengangkut O2 dan CO2.

4.

Tingkat tekanan O2 dalam darah arteri.

Tempat pengambilan darah arteri :


1.

Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk
fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga
apabila Allen test negatif.

2.

Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.

3.

Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya


bila terjadi obstruksi pembuluh darah.

4.

Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri


diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan
menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang
dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian
jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat
terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.

Langkah-langkah melakukan fungsi darah arteri :


1.

Persiapan alat.
Baki (Troli) yang berisi antara lain:
1 Buah spuit 2,5 cc yang disposible.
1 buah spuit 1 cc yang disposible.

Gabus / karet sebagai penutup jarum.


2 lembar kain kassa steril.
Bengkok, plester, gunting.
Obat lokal anesthesi (bila) perlu.
Kapas alkohol dengan campuran bethadine.
Kantong plastik berisi es bila pengirimannya jauh.
Heparin injeksi 5000 unit
Spuit 2,5 cc diisi dengan heparin 0,1 cc atau asal membasahi dinding
spuit untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Heparin tidak boleh
terlalu banyak dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
2.

Memberitahukan pasien tentang tujuan daripada pengambilan darah arteri


yang akan di pungsi.

3.

Memilih arteri yang akan di pungsi.

4.

Menyiapkan posisi pasien :


a. Arteri Radialisi :
Pasien tidur semi fowler dan tangan diluruskan.
Meraba arteri kalau perlu tangan boleh diganjal atau ditinggikan.
Arteri harus benar-benar teraba untuk memastikan lokalisasinya.
b. Arteri Dorsalis Pedis
Pasien boleh flat / fowler.
c. Arteri Brachialis
Posisi pasien semi fowler, tangan di hyperextensikan / diganjal
dengan siku.
d. Arteri Femoralis
Posisi pasien flat

5.

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perasat

6.

Raba kembali arteri untuk memastikan adanya pulsasi daerah yang akan
ditusuk sesudah dibersihkan dengan kapas bethadine secara sirkuler.

Setelah 30 detik kita ulangi dengan kapas alkohol dan tunggu hingga
kering.
7.

Bila perlu obat anethesi lokal gunakan spuit 1 cc yang sudah diisi dengan
obat (adrenalin 1 %), kemudian suntikan 0,2-0,3 cc intracutan dan sebelum
obat dimasukkan terlebih dahulu aspirasi untuk mencegah masuknya obat
ke dalam pembuluh darah.

8.

Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi oleh tangan kiri dengan
cara kulit diregangkan dengan kedua jari telunjuk dan jari tengah sehingga
arteri yang akan ditusuk berada di antara 2 jari tersebut.

9.

Spuit yang sudah di heparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan


tangan kanan, jarum ditusukkan ke dalam arteri yang sudah di fiksasi tadi.
Pada arteri radialis posisi jarum 45 derajat
Pada arteri brachialis posisi jarum 60 derajat
Pada arteri femoralis posisi jarum 90 derajat
Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan mendorong penghisap spuit
sehingga darah dengan mudah akan mengisi spuit, tetapi kadang-kadang
darah tidak langsung keluar. Kalau terpaksa dapat menghisapnya secara
perlahan-lahan untuk mencegah hemolisis. Bila tusukan tidak berhasil jarum
jangan langsung dicabut, tarik perlahan-lahan sampai ada dibawah kulit
kemudian tusukan boleh diulangi lagi kearah denyutan.

10. Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan
posisi pemompa spuit tetap untuk mencegah terhisapnya udara kedalam
spuit dan segera gelembung udara dikeluarkan dari spuit
11. Ujung jarum segera ditutup dengan gabus / karet.
12. Bekas tusukan pungsi arteri tekan dengan kapas alkohol campur dengan
bethadine.
Pada arteri radialis dan dorsalis pedis selama 5 menit
Pada arteri brachialis selama 7 10 menit
Pada arteri femoralis selama 10 menit
Jika pasien mendapat antikoagulan tekan selama 15 menit.

13. Lokalisasi tusukan tutup dengan kassa + bethadine steril.


14. Memberi etiket laboratorium dan mencantumkan nama pasien, ruangan
tanggal dan jam pengambilan, suhu dan jenis pemeriksaan.
15. Bila pengiriman / pemeriksaannya jauh, darah dimasukkan kantong plastik
yang diisi es supaya pemeriksaan tidak berpengaruh oleh suhu udara luar.
16. Kembali mencuci tangan setelah selesai melakukan perasat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah melakukan pengambilan
darah.
1.

Daerah pengambilan darah sebaiknya pada tempat yang bergantian /


selang-seling untuk mencegah terjadinyakerusakan pada pembuluh darah

2.

Apabila menggunakan obat lokal anesthesi harus ditest terlebih dahulu


untuk menghindari terjadinya reaksi alergi oleh karena obat tersebut.

3.

Apabila pasien yang memerlukan perawatan lama sebaiknya dipasang


arteri line.

4.

Warna merah darah dapat merupakan petunjuk baik / buruknya dari darah
arteri. Pasien PPOM dengan nilai PaO2 rendah darah berwarna lebih gelap
biasanya mengandung lebih rendah O2.

5.

Bila mungkin cegahlah penusukan pada arteri femoralis.

6.

Apabila diperlukan pengambilan darah melalui arteri radialis perlu diketahui


dahulu adanya kolateral arteri ulnaris dengan cara percobaan Allen ( test
Allen ).
Caranya :
a. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya dengan kuat supaya
darah sebanyak mungkin keluar sehingga telapak tangan pucat.
b. Tekan arteri radialis dan ulnaris agar tertutup sambil pasien membuka
kepalannya beberapa kali dan menutupnya kembali. Kemudian tangan
dibuka, lepaskan tekanan pada arteri ulnaris.

RUMUS PEMBERIAN ALBUMIN


D

Desire Albumin Level ( kadar Albumin yang dikehendaki )

Actual Albumin Level ( kadar Albumin sekarang )

BW

Body Wieight ( Berat badan )

Rumus :

( D A ) X ( B W X 40 ) X 2
100

Contoh :

Nilai Normal Albumin

3,5 4,5

Diket

Hasil Albumin pasien

2,1

Berat badan pasien

50 Kg

Berapa Albumin yang diperlukan.


Jawab :

( 3 2,1 ) X ( 50 X 40 ) x 2
100

0,9 X 2000 X 2
100

0,9 X 20 X 2

36 gram Albumin

Perhatian :
1.

Memberikan albumin tidak boleh cepat-cepat minimal 4 jam

2.

Maksimum pemberian albumin tidak boleh lebih dari 2 kolf / hari.

DOPAMIN
Pengertian :
Dopamin adalah obat yang sangat berguna untuk menaikkan tekanan darah
sentral ( Central Vnous Pressure ).
Dosis :
Penggunaannya sampai unit maksimum antara 10 15 mg / kg BB.
Cara Pemberiannya :
1.

Dopamin dosis kecil : Renaldus 1 -3 mg / kg BB.


Reseptor dopamin ke ginjal untuk merangsang di uretik.

2.

Dopamin dosis minimum : 3 10 mg / kg BB.


Reseptor dopamin --- B1 jantung untuk merangsang konteraksi jantung.

3.

Dopamin dosis maksimal : 10 20 mg / kg BB.


Reseptor dopamin --- akan membuat vaso kontriksi, pembuluh darah di
reseptor alfa, mengakibatkan tekanan darah meningkat.

Contoh :
-

Apabila persediaan dopamin yang ada 100 mg dilarutkan dalam cairan 100
cc ( Dextrose 5% ) berarti : 1 cc = 1 mg = 1000 micro ( 60 tts micro / menit ).
Penderita membutuhkan sebanyak 5 mg / kg BB menit dengan BB = 50 kg
maka berapakah tetesannya ?

Dopamin = 100 mg X 1000 = 100.000 micro.


Dilarutkan dextrose 5 % = 100.000 = 1000
100
Bila BB

= 50 kg ( 5 mg )
= 5 x 50 x 60
1000
= 15.000
1000

= 15 tts micro / menit

MBO ( Mati Batang Otak )


Menentukan tidak adanya reflek batang otak dapat dilakukan dengan melakukan
test-test sebagai berikut :
1.

Tidak adanya respon pupil terhadap cahaya

2.

Tidak ada reflek kornea

3.

Tidak ada respons motor dalam distribusi syaraf crannial terhadap rangsang
adekuat pada area somatik.

4.

Tidak ada reflek vestibulo okular.

5.

Tidak ada reflek muntak ( gag reflek )

Kelima reflek harus negatif sebelum MBO dapat di diagnosis.


Test yang paling pokok untuk fungsi batang otak adalah test untuk henti nafas
Caranya :
1.

Pre oksigenasi dengan 02 100% selama 10 menit

2.

Beri 5% CO2 dalam 95% oksigen selama 5 menit berikutnya.

3.

Lepaskan pasien dari ventilator insuflasikan trachea dengan 100 % oksigen


6 liter / menit melalui kateter intra trachea lewat karina.

4.

Lepas dari ventilator selama 10 menit.

KETENTUAN MATI BATANG OTAK


Ada tiga langkah untuk menegakkan MBO :
1.

Terdapat pra kondisi tertentu, yaitu :


a. Pasien berada dalam keadaan koma dan henti nafas yaitu tidak
responsif dan dibantu ventilator
b. Penyebabnya kerusakan otak yang struktural dan irreversible, yang
disebabkan oleh gangguan yang dapat menuju mati batang otak.

2.

Menyingkirkan penyebab koma dengan henti nafas yang reversible

3.

Memastikan arefleksia batang otak dan henti nafas yang menetap.

Sebelum melakukan test-test untuk menentukan MBO hendaknya diperhatikan


tanda-tanda menghilangnya fungsi batang otak :
1.

Koma

2.

Tidak ada sikap abnormal ( dekortikasi, deserebrasi )

3.

Tidak ada sentakan epileptik

4.

Tidak ada reflek batang otak

5.

Tidak ada nafas spontan

IWL ( Insensible Water Loss )


Pengertian :
Yaitu pengeluaran cairan yang tidak dapat dihitung.
Contohnya :

- Spuntum
- Keringat
- Uap ( penguapan ) dari metabolisma.

Normalnya IWL :

10 cc / kg BB

Jika kenaikan suhu 1 derajat celcius.


IWL ditambah 10% dari IWL yang normal.

PEMBERIAN BICARBONAS NATRICUS ( BIC NAT )


Rumus

Contoh

Rumus

1 / 3 X BB X BE

II

1 / 6 X BB X BE

BB

Berat Badan

BE

Base Exec

BB

60 Kg

BE

-5

1 / 3 X 60 X 5

100 Meq

1 / 6 X BB X BE

50 Meq

II

Perhatian :
Cara I

a.

Boleh diberikan dosis bolus perlahan-lahan 1 2


jam, cek kembali analisa gas darah bila masih
acidosis, beri lagi dosis bolus perlahan.

b.

Boleh diberikan dosis perlahan, sedangkan dosis


lagi di encerkan dengan NaCl 0,9 % atau Dextrose
5% berikan per drip.

Cara II

a.

Biasanya langsung bolus perlahan, kedua cara ini


bertujuan agar tidak terjadi over dosis.

Anda mungkin juga menyukai