Anda di halaman 1dari 14

Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

KEMENTERIAN PEMBINAAN HABITAT DAN


LINGKUNGAN HUDUP POPULASI WAKTU: 4
DAN KEHUTANAN NOMOR
MINGGU
PUSAT DIKLATSDM PENANGANAN KONFLIK C3.2.2
EFEKTIF
LINGKUNGAN HIDUP SATWALIAR
DAN KEHUTANAN

I. CEK PENGUASAAN KOMPETENSI


Dalam rangka mengetahui kemampuan awal peserta didik terhadap materi pembelajaran,
berikut ini tersedia daftar pertanyaan yang harus dijawab

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas.


1. Coba anda jelaskan pengertian konflik satwaliar?
2. Jelaskan sebab-sebab terjadinya konflik satwaliar?
3. Jelaskan penanganan konflik satwaliar?

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

(1) Menjelaskan pengertian konflik satwaliar, (2) Menjelaskan sebab-sebab terjadinya


konflik satwa liar (3) Menjelaskan upaya penanganan konflik satwaliar.

III. MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Konflik Satwaliar


1. Uraian Materi
TP 1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian konflik satwaliar.

Konflik antara manusia dan satwaliar yang secara luas dapat didefinisikan sebagai
segala interaksi antara manusia dan satwaliar yang mengakibatkan pengaruh negatif pada
kondisi sosial, ekonomi atau budaya manusia, serta kondisi sosial, ekologi atau konservasi
satwa liar dan lingkungannya (IUCN, 2010). Menurut PERMENHUT No. 48/Menhut-II/2008
konflik manusia dan satwaliar adalah segala interaksi antara manusia dan satwaliar yang
mengakibatkan efek negatif kepada kehidupan sosial manusia, ekonomi, kebudayaan, dan
pada konservasi satwaliar dan atau pada lingkungannya.
Konflik manusia-satwaliar didefinisikan dalam dua konteks/ sudut pandang, pertama,
sudut pandang manusia. Pada sudut pandang ini, terjadinya konflik karena perilaku/
tindakan satwaliar yang bertentangan dengan tujuan manusia, misalnya dalam kehidupan,
mata pencaharian dan gaya hidup. Sudut pandang kedua, dilihat dari sisi satwaliar. Di mana
aktivitas manusia mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup satwaliar. Namun, dari
dua sudut pandang ini, solusi yang ada ditentukan dari respon manusia pada interaksi
tersebut (Cline, et al., 2007).

SMK Kehutanan 107


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

2. Tes Formatif
Petunjuk Pengerjaan
 Kerjakan soal ini secara mandiri
 Jika kesulitan dalam mengerjakan soal, pelajari kembali lembar informasi
 Jika masih mengalamai kesulitan, konsultasikan pada guru pengampu
1. Berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999, suatu kejadian dianggap konflik satwa jika ….
a. mengakibatkan pengaruh negatif pada kondisi sosial, ekonomi atau budaya
manusia, serta kondisi sosial, ekologi atau konservasi satwa liar dan lingkungannya
b. Cenderung memusnahkan jenis lainnya
c. Jika satwaliar sering mendatangi pemukiman manusia
d. Jika sering terjadi agresi antar satwa
e. Jika satwa saling memperebutkan homerange
2. Satwa dianggap sebagai pengganggu yang merugikan perekonomian. Hal ini
merupakan sudut pandang yang dibuat oleh ….
a. Satwaliar d. Tumbuhan
b. Lingkungan e. Sumberdaya
c. Manusia
Setelah anda mengerjakan tes di atas, cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitung jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan hasil belajar terhadap materi kegiatan pembelajaran.

Keterangan : Jawaban benar dengan skore 1 dan jawaban salah skore 0

Nilai yang diperoleh peserta didik kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel status penguasaan
hasil belajar di bawah ini:
Penguasaan Hasil Tingkat Kriteria Tindak Lanjut
Belajar Penguasaan
Belum Menguasai < 70 % kurang Mengulangi lagi kegiatan pembelajaran
Secara keseluruhan
70 % – 79 % cukup Penguatan dan Pengayaan dengan bimbingan guru
terhadap materi yang belum tuntas
Sudah Menguasai 80 % – 90 % baik Penguatan dan Pengayaan melalui belajar mandiri
terhadap materi yang belum tuntas
>90 % baik Sekali Dapat langsung melaksanakan proses pembelajaran
modul berikutnyasecara mandiri

SMK Kehutanan 108


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

B. Sebab Terjadinya Konflik Satwaliar


1. Uraian Materi

TP 2. Peserta didik dapat menjelaskan sebab terjadinya konflik satwaliar.


Idealnya secara alamiah makhluk hidup mempunyai teknik tersendiri untuk
menghindari konflik atau mengurangi terjadinya konflik, misalnya pemilihan jenis makanan
yang melimpah atau yang sangat spesifik dalam hal persaingan sumberdaya alam yang
terbatas, menandai daerah aktivitas atau daerah jelajah dan teritori sehingga individu atau
spesies lain tidak datang, serta dengan mencari daerah aktivitas lainnya dalam hal
pemanfaatan ruang.
Secara umum, munculnya konflik antara manusia dan satwaliar disebabkan oleh
faktor pemanfaatan sumberdaya alam (makanan) dan ruang (tempat hidup dan ruang
gerak). Dalam aplikasinya di lapangan, konflik antara manusia dan satwa liar terjadi karena
adanya kerusakan dan fragmentasi habitat, sehingga meningkatkan populasi satwa liar yang
terdesak mendekati pemukiman manusia. Terjadinya kerusakan hutan dan fragmentasi
habitat dipicu oleh bermacam hal seperti pertanian dan perkebunan skala besar untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Cowlishaw dan Dunbar 2000, faktor kemiskinan
juga turut berkontribusi terhadap meluasnya konversi habitat satwa liar. Secara tidak
langsung, fragmentasi habitat juga memicu tingginya (kemudahan akses) perburuan
satwaliar untuk diambil dagingnya maupun diperdagangkan sebagai hewan peliharaan atau
dibunuh hanya untuk diambil bagian tertentu dari anggota tubuhnya untuk diperjualbelikan.
Secara ringkas, sebab terjadinya konflik antara satwa liar dan manusia dapat dilihat pada
gambar berikut:

Populasi manusia meluas Pengurangan sumber


ke habitat satwaliar pakan Satwaliar mencari
makan di wilayah
Daerah teritori manusia
Populasi satwa
meningkat satwaliar tertekan

Terjadi konflik
Gambar 46. Proses penyebab terjadi konflik satwaliar-manusia. fisik

Konflik manusia-satwaliar yang terjadi, menimbulkan banyak banyak dampak negatif.


Beberapa dampak akibat konflik manusia-satwaliar antara lain:
- Cedera atau hilangnya nyawa manusia dan satwaliar
- Kerusakan panen, gangguan pada ternak dan pemangsaan pada ternak
- Kerusakan pada properti manusia

SMK Kehutanan 109


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

- Kekacauan rantai makanan


- Kerusakan habitat
- Penurunan populasi satwaliar dan pengurangan range geografis

2. Tes Formatif
Petunjuk Pengerjaan
 Kerjakan soal ini secara mandiri
 Jika kesulitan dalam mengerjakan soal, pelajari kembali lembar informasi
 Jika masih mengalamai kesulitan, konsultasikan pada guru pengampu

3. Secara alamiah, sebenarnya satwaliar bisa menghindari konflik baik dengan jenisnya
maupun dengan manusia. Cara-cara yang digunakan satwaliar untuk menghindari
konflik adalah ….
a. Mengalah pada satwa lainnya
b. Memusnahkan jenis lainnya
c. Menandai teritorinya
d. Bertarung dengan satwa lain
e. Mengusir satwa lain
4. Konflik satwaliar dapat terjadi jika kedua belah pihak sama-sama membutuhkan ….
a. Pasangan d. Tumbuhan
b. Keturunan e. Ruang
c. Kedudukan
5. Pembangunan nasional seringkali menyebabkan terjadinya fragmentasi habitat. Berikut
ini yang bukan merupakan pengaruh fragmentasi habitat adalah ….
a. Meningkatkan akesibilitas satwaliar
b. Menurunkan kematian satwaliar
c. Menurunkan konflik satwaliar
d. Meningkatkan perburuan satwaliar
e. Menurunkan perjumpaan dengan satwaliar
6. Perhatikan pernyataan berikut ini.
1. Ular Phyton Burma di taman nasional
2. Gajah di perkebunan
3. Orangutan di HTI
4. Ikan piranha di waduk
5. Cane toad di Australia
6. Macan tutul ke perkampungan

SMK Kehutanan 110


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

Yang merupakan bentuk konflik satwa-manusia adalah ….


a. 1-2-3 d. 2-3-5
b. 2-3-6 e. 3-4-6
c. 2-3-4
7. Perhatikan pernyataan berikut ini.
1. Populasi menurun 4. Properti rusak
2. Populasi punah 5. Satwa terluka
3. Panen menurun 6. Matinya ternak
Yang termasuk kerugian di sisi manusia dalam hal konflik satwa-manusia adalah ….
a. 1-2-3 d. 3-4-6
b. 2-3-4 e. 4-5-6
c. 3-4-5

Setelah anda mengerjakan tes di atas, cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitung jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan hasil belajar terhadap materi kegiatan pembelajaran.

Keterangan : Jawaban benar dengan skore 1 dan jawaban salah skore 0

Nilai yang diperoleh peserta didik kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel status penguasaan
hasil belajar di bawah ini:
Penguasaan Hasil Tingkat Kriteria Tindak Lanjut
Belajar Penguasaan
Belum Menguasai < 70 % kurang Mengulangi lagi kegiatan pembelajaran
Secara keseluruhan
70 % – 79 % cukup Penguatan dan Pengayaan dengan bimbingan guru
terhadap materi yang belum tuntas
Sudah Menguasai 80 % – 90 % baik Penguatan dan Pengayaan melalui belajar mandiri
terhadap materi yang belum tuntas
>90 % baik Sekali Dapat langsung melaksanakan proses pembelajaran
modul berikutnyasecara mandiri

C. Penanganan Konflik Satwaliar


1. Uraian Materi
TP 1. Peserta didik dapat menjelaskan penanganan konflik satwaliar.

Penanganan konflik satwa dapat dilakukan dengan melakukan manajemen konflik.


Tujuan manajemen konflik adalah:
1. Mengurangi potensi konflik pada manusia-satwaliar untuk melindungi kehidupan
maupun anggota badan.
2. Keselamatan dan keamanan populasi satwa, habitat dan biodiversitas

SMK Kehutanan 111


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

3. Meminimalkan kerusakan properti manusia.


Teknik penanganan konflik satwa, dibedakan menjadi dua, yaitu penanganan konflik
secara tradisional dan secara modern. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Teknik dalam menangani konflik satwa liar dan manusia terdiri dari 2 tipe, yaitu :
1) Teknik tradisional
Teknik tradisional bertujuan untuk menghentikan atau mengurangi konflik dengan
mengontrol populasi satwa dengan cara yang berbeda. Contoh teknik ini adalah
pengontrolan mematikan (lethal control). Pengendalian ini memiliki kelemahan besar,
yaitu biasanya mahal dalam pembiayaan. Contoh lainnya yang dianggap lebih murah
adalah translokasi satwa, penerapan peraturan dan perlindungan satwa. Contoh
pengendalian lainnya adalah pembayaran kompensasi pada masyarakat yang terkena
dampak konflik, pembayaran jasa lingkungan dan lain sebagainya.
2) Teknik modern
Teknik modern tergantung pada pemahaman ekologi dan ethology (perilaku) satwaliar
dan lingkungannya untuk mencegah atau meminimalisir konflik. Contohnya adalah
dengan modifikasi perilaku dan mengurangi interaksi antara manusia dan satwaliar,
membangun kawasan penyangga.
Pada beberapa konflik satwa sudah dilakukan penanganan. Hal ini seperti yang
diprakarsai oleh WWF, dengan contoh kasus sebagai berikut:
1) Gajah
Di Afrika dan Asia, gajah tertekan oleh pertanian (skala kecil atau besar) hingga bisnis
raksasa seperti perkebunan kelapa sawit. Habitat satwa ini semakin kecil, sehingga
dampaknya, mereka sering merusak dan menyerang daerah pertanian dan perkebunan.

Kelompok masyarakat yang mengalami kerugian akibat serangan gajah adalah


masyarakat miskin yang terpaksa membuka lahan pertanian di daerah gajah, maupun
perkebunan besar. Seperti yang terjadi di Riau, di mana kerugian akibat gajah di HPH
atau HTI atau perkebunan sawit diperkirakan sekitar US$ 105 juta per tahun. Korban
nyawa juga banyak dilaporkan terjadi pada kedua belah pihak. Di Kenya, 200 orang
mati akibat serangan gajah (7 tahun terakhir), sedangkan gajah yang ditembak mati
berkisar antara 50-120 ekor per tahun.

Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik gajah dengan manusia adalah:

a) Penanaman tanaman cabai dan tembakau sebagai penghalang bagi gajah (gajah
tidak suka cabai dan tembakau).
b) Penerapan sistem peringatan dini (ada menara pengawas, dengan bunyi peringatan
jika ada serangan gajah)
c) Membangun pertanian dengan jenis tanaman yang tidak disukai gajah

SMK Kehutanan 112


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

d) Merubah mata pencaharian yang tidak memacu konflik dengan gajah,


misalnya ecotourism
e) Memperbaiki manajemen perkebunan kelapa sawit dan HPH/ HTI untuk mencegah
keluarnya gajah
f) Menciptakan area dilindungi yang baru dan memperbaiki manajemen di area
dilindungi
g) Merestorasi koridor biologi untuk memfasilitasi perpindahan musiman gajah dan
mencegah/ membatasi gajah ke pemukiman manusia.
2) Kera besar
Kera besar seperti simpanse, gorilla, maupun orangutan, telah banyak kehilangan
habitatnya akibat logging dan pertanian. Mereka banyak dibunuh oleh manusia.
Sebaliknya, satwa ini juga sering menyerang lahan pertanian yang ditanami pisang,
jagung, dan tebu, maupun daun muda pohon kelapa sawit. Akibatnya, satwa ini banyak
diperangkap, dijerat atau diracun untuk membunuh satwa ini.

Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik kera besar dengan manusia adalah:

a) Menciptakan zona penyangga antara taman nasional dan lahan pertanian dan
meneliti jenis tanaman yang tidak disukai satwa yang bersangkutan
b) Menerapkan sistem monitoring untuk mengukur efektifitas berbagai pendekatan yang
paling baik untuk mengurangi konflik manusia-satwa.
c) Menanam pohon untuk merestorasi hutan yang terdegradasi dalam suaka alam dan
di antara perkebunan sawit untuk menciptakan ruang dan makanan tambahan bagi
satwa.
3) Kucing besar
Banyak jenis kucing besar yang kehilangan habitat alaminya hingga akhir abad ini.
Jumlah satwa ini menurun secara drastis, dan mereka terisolasi pada zona inti. Harimau
misalnya, populasinya menurun dari 100.000 hingga menjadi 7000 ekor di seluruh
dunia. Habitat leopard juga berkurang, mulai dari jutaan hektar, menyusut menjadi
800.000 ha. Habitat dan ketersediaan mangsa alami yang semakin berkurang, serta
meningkatnya jumlah ternak domestik di dekat habitat satwa ini, telah memicu
terjadinya konflik, dimana satwa memangsa ternak.

Pemangsaan terhadap hewan domestik, membuat masyarakat yang mata


pencahariannya tergantung pada ternak, melakukan berbagai cara, seperti menangkap
satwa tersebut dan dikirim ke kebun binatang, membunuh, atau menganiaya satwa
untuk mencegah hal serupa terjadi di masa mendatang.

SMK Kehutanan 113


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik kucing besar dengan manusia
adalah:

a) Menyediakan kompensasi finansial dan atau asuransi ternak yang hilang/ mati
karena dimangsa kucing besar (harimau, leopard, jaguar, dll).
b) Memperbaiki manajemen ternak dan atau pertanian, sehingga predasi dapat
berkurang
c) Menerapkan mata pencaharian lain yang tidak menggantungkan pada lokasi yang
berdekatan dengan habitat kucing besar
d) Membangun zona penyangga antara kawasan dilindungi dan pemukiman manusia.
e) Membentuk komite konservasi leopard
f) Memonitor jumlah lynx dan memindahkan satwa, jika jumlahnya sudah mencapai
batas maksimal.

Gambar 47. Pagar kawat berduri sebagai upaya pencegahan pemangsaan ternak.

4) Badak bercula satu


Di Nepal dan India, terjadi peningkatan jumlah badak dari 600 (tahun 1975) hingga
2.400 ekor (saat ini). Namun hal ini ternyata menimbulkan konflik. Satwa ini telah
merusak ladang dan memicu masyarakat untuk membalas tindakan badak.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik badak dengan manusia adalah:
a) Memindahkan badak ke suaka lainnya untuk mengurangi tekanan yang disebabkan
oleh populasi badak.
b) Membuat zona penyangga di sekitar kawasan dilindungi dan antara hutan dan lahan
pertanian
c) Pendidikan lingkungan untuk meningkatkan penerimaan masyarakat pada
keberadaan badak
d) Mencari mata pencaharian lain yang tidak mengganggu habitat badak

SMK Kehutanan 114


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

5) Beruang
Di daerah Amerika Latin, terdapat populasi beruang. Menyusutnya habitat beruang
untuk pertanian (ladang jagung) telah menimbulkan konflik (beruang juga menyukai
jagung). Beruang juga menyerang hewan ternak. Akibatnya, sekitar 200 beruang
dibunuh setiap tahun. Konflik ini semakin meningkat dengan meningkatnya deforestasi
menjadi lahan pertanian ilegal. Selain menyerang lahan pertanian dan ternak, satwa ini
juga ditengarai mulai mendekati pemukiman manusia. Satwa ini dapat menyerang
kebun, tempat sampah dan gudang makanan. Mereka juga dapat menyerang manusia.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik beruang dengan manusia adalah:
a) Pendidikan lingkungan tentang pentingnya melestarikan beruang, dan hal apa yang
harus dilakukan jika bertemu dengan beruang.
b) Penelitian mengenai distribusi beruang untuk mengidentifikasi area yang paling
rentan terkena konflik dan mengonsentrasikan upaya mitigasi konflik di lokasi yang
diperlukan.
c) Penelitian mengenai predasi terhadap ternak dan perilaku makan beruang
d) Penelitian mengenai jenis tanaman pertanian yang tidak disukai beruang
e) Memindahkan beruang ke lokasi yang berbeda dan membangun kawasan dilindungi
serta membangun koridor untuk menghubungkan kawasan-kawasan alami yang
terfragmentasi.
f) Mendesain strategi nasional dan internasional yang merespon kebutuhan biologi dan
ekologi beruang
g) Melatih beruang untuk menjauhi pemukiman manusia dengan menggunakan
kembang api
h) Memasang kawat listrik bagi para petani.
i) Bekerjasama dengan organisasi perburuan untuk membuat skema kompensasi
kerusakan/ kematian ternak yang disebabkan oleh beruang
j) Membangun “WWF bear advocate” sebagai organisasi yang bisa dihubungi oleh
masyarakat lokal untuk memonitor dan mengidentifikasi kerusakan yang disebabkan
oleh beruang.
k) Membangun rencana manajemen bersama dengan stakeholder, yang termasuk
menyusun panduan dalam menangani beruang yang menyebabkan permasalahan
bagi manusia, isu kompensasi, manajemen area dilindungi, manajemen perburuan
dan atau pengumpulan data
6) Serigala
Serigala berkonflik dengan manusia lebih karena kurangnya pemahaman manusia
dalam hidup berdampingan dengan karnivora besar. Hal ini didukung dengan fakta

SMK Kehutanan 115


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

bahwa, meskipun pemangsaan terhadap ternak lebih banyak diakibatkan oleh anjing,
namun masyarakat cenderung menyalahkan serigala, dan lebih sering menembaki
mereka. Sebagai tambahan, pemburu menganggap serigala sebagai predator yang
tidak diharapkan, karena terdapat dugaan bahwa populasi rusa dan mangsa lainnya
akan berkurang dengan kehadiran serigala.
Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi konflik serigala dengan manusia adalah
a) Melatih anjing penjaga, untuk melindungi hewan ternak dari serangan serigala
b) Menggunakan pagar listrik untuk mencegah serigala menyerang ternak
c) Mengadakan pendidikan lingkungan bagi petani/ peternak dalam rangka mengurangi
konflik dengan serigala
d) Menginisiasi dilakukannya game management
e) Mendukung kesadaran publik untuk mendapatkan dukungan terhadap keberadaan
karnivora besar.
7) Harimau Sumatera
Ada berbagai langkah dan metoda yang dapat dilakukan terkait dengan
penanggulangan konflik. Tentunya, baik penggunaan langkah, metoda maupun alat
tertentu harus disesuaikan dengan kondisi konflik yang terjadi, serta situasi aktual di
lokasi terjadinya konflik.
a) Informasi awal
Informasi awal terjadinya konflik biasanya sangat beragam dan tidak jelas. Informasi
bisa berupa seseorang melihat harimau di pinggir kampung, harimau masuk ke
ladang, hewan ternak hilang, hewan ternak diterkam, atau seseorang diterkam
harimau. Informasi ini tentunya perlu diverifikasi kebenarannya; apakah informasinya
benar, apakah kasusnya sesuai dengan berita yang diterima, apakah benar harimau
atau satwa lain (kucing emas, beruang, macan dahan, dll) yang terlibat konflik.
b) Pemantauan
Jika informasi yang diterima telah terbukti kebenarannya, maka perlu dilakukan
pemantauan terhadap konflik yang berlangsung dengan melibatkan tim yang lebih
lengkap, misalnya gabungan antara Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan LSM mitra.
c) Mengubah pola aktivitas di dalam atau sekitar hutan
Jika setelah informasi diterima serta setelah dilakukan pemantauan, menunjukkan
bahwa lokasi terjadinya konflik berada jauh di bagian dalam hutan, maka bentuk
solusi yang ditawarkan dapat berupa ajakan kepada masyarakat untuk tidak
melakukan penebangan kayu, berburu, atau bentuk aktivitas lainnya yang terlalu jauh
ke dalam hutan. Jika memang harus melakukan kegiatan jauh ke dalam hutan, maka
sebaiknya melengkapi diri dengan kemampuan membaca tanda-tanda kehadiran

SMK Kehutanan 116


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

harimau, menghindari waktu dan daerah aktivitas harimau, serta melengkapi diri
dengan alat pengusir harimau, berjalan secara berombongan, dan tidak beraktivitas
di dalam dan pinggir hutan setelah lewat senja.
d) Pengusiran
Sebelum melakukan pengusiran sesuai keputusan tim pemantau, maka perlu
disiapkan sarana, prasarana dan logistik serta melibatkan tim ahli. Jika ada, perlu
juga melibatkan pengetahuan tradisional atau pemimpin spiritual seperti pawang
yang telah diakui masyarakat setempat. Tim harus mempunyai keahlian terkait tata
cara pengusiran, mengajak dan mengerahkan peran serta masyarakat, serta mampu
memahami apabila harimau yang terlibat konflik menunjukkan perubahan perilaku.
Kegiatan pengusiran dilakukan bersamaan dengan observasi terhadap harimau,
apakah pengusiran sudah cukup atau perlu dilakukan penangkapan terhadap
harimau yang terlibat konflik. Keputusan apakah tindakan pengusiran yang dilakukan
sudah cukup atau belum, semuanya ditentukan oleh kondisi di lapangan dan hasil
observasi.
e) Penangkapan
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dan prosedur yang telah ditempuh, apakah
seekor harimau yang berkonflik perlu ditangkap atau tidak, serta apa yang harus
dilakukan jika harimau tersebut telah tertangkap.

2. Tes Formatif
Petunjuk Pengerjaan
 Kerjakan soal ini secara mandiri
 Jika kesulitan dalam mengerjakan soal, pelajari kembali lembar informasi
 Jika masih mengalamai kesulitan, konsultasikan pada guru pengampu

8. Perhatikan gambar berikut.


Dalam penanganan konflik satwa, penggunaan alat di samping
biasanya digunakan untuk ….
a. Merubah perilaku satwa
b. Merubah perilaku manusia
c. Menjerat satwa
d. Merubah mata pencaharian
e. Mengurangi interaksi antara manusia dengan satwaliar

9. Penanganan konflik satwa dibedakan menjadi dua, yaitu tradisional dan modern. Yang
termasuk penanganan konflik modern adalah ….
a. Pengembangan ekowisata d. Pembayaran kompensasi
b. Pembunuhan e. Penangkapan satwa
c. Pemindahan satwa

SMK Kehutanan 117


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

10. Di akhir tahun 2012, banyak pemberitaan mengenai pembantaian orangutan kalimantan
(Pongo pygmaeus) oleh salah satu perusahaan perkebunan milik swasta. Alasannya,
satwa ini merupakan hama bagi perkebunan kelapa sawit. Agar kejadian serupa tidak
lagi terjadi, diperlukan upaya mitigasi konflik yang bersifat jangka panjang, yaitu ....
a. Pemagaran sebagai penghalang
b. Perancangan dan pemeliharaan kawasan penyangga
c. Pembuatan kanal batas/ parit
d. Pemagaran kawat berarus listrik
e. Menyiapkan sejata bius
11. Konflik satwa gajah di Riau sangat meresahkan. Metode penanganan konflik yang
dilakukan dengan pendekatan ekologi dan ethologi satwa tersebut adalah ….
a. Meracuni satwa
b. Pemindahan satwa dari pemukiman ke taman nasional
c. Membuat perkebunan cabai di sekeliling perkebunan
d. Penghalauan satwa dengan suara
e. Pemberian kompensasi pada masyarakat yang kebunnya rusak akibat gajah
12. Taman nasional Addo, merupakan salah satu taman nasional yang sukses menangani
konflik satwa di Afrika. Upaya yang dilakukan di taman nasional tersebut adalah ….
a. Penghalauan
b. Penanaman tanaman yang tidak disukai satwa
c. Pembuatan zona penyangga
d. Perburuan
e. Ecotourism dan game ranching
13. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah bekerjasama dengan LSM sebagai bentuk
pencegahan konflik antara manusia dan harimau sumatera dengan pertimbangan
frekuensi konflik dan lokasi konflik adalah dengan melakukan tindakan...
a. Relokasi masyarakat d. Pemagaran kawat listrik
b. Penanaman padi e. Translokasi harimau sumatera
c. Membuat parit
14. Salah satu peraturan yang ditetapkan pemerintah Zimbabwe dalam mengurangi konflik
manusia dengan simpanse adalah ….
a. Pelarangan membawa buah-buahan ke hutan
b. Pelarangan membawa anak berusia kurang dari 12 tahun
c. Pelarangan melakukan perburuan
d. Pemasangan kawat listrik di taman nasional
e. Pemindahan simpanse

SMK Kehutanan 118


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

15. Berikut ini yang bukan merupakan aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap
perilaku satwa liar adalah ....
a. Pengelolaan lahan dengan kearifan lokal
b. Penambangan
c. Program transmigrasi
d. Pertanian skala besar
e. Pembalakan liar
Setelah anda mengerjakan tes di atas, cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitung jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan hasil belajar terhadap materi kegiatan pembelajaran.

Keterangan : Jawaban benar dengan skore 1 dan jawaban salah skore 0

Nilai yang diperoleh peserta didik kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel status penguasaan
hasil belajar di bawah ini:
Penguasaan Hasil Tingkat Kriteria Tindak Lanjut
Belajar Penguasaan
Belum Menguasai < 70 % kurang Mengulangi lagi kegiatan pembelajaran
Secara keseluruhan
70 % – 79 % cukup Penguatan dan Pengayaan dengan bimbingan guru
terhadap materi yang belum tuntas
Sudah Menguasai 80 % – 90 % baik Penguatan dan Pengayaan melalui belajar mandiri
terhadap materi yang belum tuntas
>90 % baik Sekali Dapat langsung melaksanakan proses pembelajaran
modul berikutnyasecara mandiri

IV. RANGKUMAN
1. Konflik antara manusia dan satwaliar yang secara luas dapat didefinisikan sebagai
segala interaksi antara manusia dan satwaliar yang mengakibatkan pengaruh negatif
pada kondisi sosial, ekonomi atau budaya manusia, serta kondisi sosial, ekologi atau
konservasi satwa liar dan lingkungannya (IUCN, 2010).
2. Secara umum, munculnya konflik antara manusia dan satwaliar disebabkan oleh faktor
pemanfaatan sumberdaya alam (makanan) dan ruang (tempat hidup dan ruang gerak).
3. Penanganan konflik satwa dapat dilakukan dengan melakukan manajemen konflik.

V. KUNCI JAWABAN
1. A 6. B 11. C
2. C 7. D 12. E
3. D 8. C 13. E
4. E 9. A 14. B
5. B 10.B 15. D

SMK Kehutanan 119


Modul Pembinaan Habitat dan Populasi

VI. DAFTAR PUSTAKA


Hockings, K., dan Humle, T., 2010. Panduan Pencegahan dan Mitigasi Konflik Antara
Manusia dan Kera Besar. IUCN Species Survival Commission.
PERMENHUT No. 48/Menhut-II/2008. 2008. Pedoman Penanggulangan Konflik antara
Manusia dan Satwa Liar. kementerian Kehutanan R.I.
Priatna, D., et al, 2012. Pedoman Praktis Pencegahan dan Penanggulangan Konflik antara
Manusia dan Harimau. Dirjen. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Kementerian Kehuatanan R.I.

SMK Kehutanan 120

Anda mungkin juga menyukai