i
Daftar Isi
A. Tujuan ....................................................................................................... 1
A. Tujuan ..................................................................................................... 25
ii
A. Tujuan ..................................................................................................... 38
A. Tujuan ..................................................................................................... 50
A. Tujuan ..................................................................................................... 65
iii
MODUL 6 MEDAN MAGNET DALAM SELENOIDA .................................... 85
A. Tujuan ..................................................................................................... 85
A. Tujuan ..................................................................................................... 99
iv
Lembar Kerja Mahasiswa ............................................................................... 121
v
Tugas Pendahuluan ......................................................................................... 157
vi
Daftar Gambar
vii
Gambar 9.2 Rangkaian Reaktansi Kapasitif ....................................................... 129
Gambar 9.3 Skema Rangkaian Percobaan Reaktansi Kapasitif .......................... 131
Gambar 10.1 Rangkaian Resistor dan Induktor .................................................. 141
Gambar 10.2 Rangkaian RL Seri ........................................................................ 142
viii
Daftar Tabel
ix
Tabel 10.2 Galat Data untuk 𝐶 =........................................................................ 150
Tabel 10.3 Galat Data untuk 𝐶 =........................................................................ 151
x
MODUL 1
RANGKAIAN SERI DAN PARALEL
KODE MODUL: RSP
A. Tujuan
1. Mempelajari karakteritik rangkaian seri, rangkaian paralel, dan rangkaian
seri-paralel
2. Menentukan besarnya arus dan tegangan yang mengalir pada rangkaian
seri dengan menggunakan prinsip hukum Ohm
3. Menentukan besarnya arus dan tegangan yang mengalir pada rangkaian
parallel dengan menggunakan prinsip hukum Ohm
4. Menentukan besarnya arus dan tegangan yang mengalir pada rangkaian
seri-parallel dengan menggunakan prinsip hukum Ohm
1
Gambar 1.2 Skema Rangkaian Paralel
C. Dasar Teori
Rangkaian listrik adalah serangkaian komponen-komponen elektronika
yang dirangkai untuk mengalirkan listrik dari sumber daya ke perangkat yang
diinginkan. Rangkaian listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen
dasar seperti resistor (R), kapasitor (C), induktor (L), diode, dan transistor.
Rangkaian listrik dibedakan menjadi tiga jenis, yakni:
1. Rangkaian Seri
Pada Gambar 1.1 tiga buah elemen dikatakan tersusun secara seri
dikarenakan mereka hanya memiliki sebuah titik utama yang tidak
2
terhubung menuju elemen pembawa arus pada suatu jaringan. Apabila dua
atau lebih resistor dihubugkan secara seri satu sama lain dan dihubungkan
dengan sumber tegangan V, maka arus yang melalui semua resistor adalah
sama besar pada masing-masing elemen yang tersusun secara seri.
Sehingga memenuhi persamaan sebagai berikut:
𝐼 = 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 = ⋯ = 𝐼𝑛 .............................. (1.1)
Keterangan:
𝐼 adalah arus yang mengalir pada ragkaian (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼1 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-1 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼2 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-2 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼3 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-3 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼𝑛 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-n (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika besar
tahanan sama. Jumlah penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari
masing-masing tahanan seri adalah sama dengan tegangan total sumber
tegangan. Sehingga dapat dirumuskan menjadi:
𝑉 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + ⋯ + 𝑉𝑛 ............................ (1.2)
Keterangan:
𝑉 adalah tegangan yang mengalir pada ragkaian (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉1 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-1 (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉2 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-2 (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉3 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-3 (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉𝑛 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-n (𝑉𝑜𝑙𝑡)
Resistansi pengganti pada rangkaian seri merupakan jumlah resistasi
yang telah digunakan. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑅 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + ⋯ + 𝑅𝑛 ......................... (1.3)
Keterangan:
𝑅 adalah nilai resistansi pengganti pada ragkaian (Ω)
𝑅1 adalah nilai resistansi pada resistor ke-1 (Ω)
𝑅2 adalah nilai resistansi pada resistor ke-2 (Ω)
𝑅3 adalah nilai resistansi pada resistor ke-3 (Ω)
3
𝑅𝑛 adalah nilai resistansi pada resistor ke-n (Ω)
2. Rangkaian Paralel
Merupakan salah satu yang memiliki lebih dari satu bagian garis edar
untuk mengalirkan arus. Contoh sederhana rangkaian paralel dapat dilihat
pada Gambar 1.2. Masing-masing rangkaian dapat dihubung-putuskan
tanpa mempengaruhi rangkaian yang lain. Tegangan pada masing-masing
beban listrik sama dengan tegangan sumber. Sehingga dapat dituliskan
sebagai:
𝑉 = 𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3 = ⋯ = 𝑉𝑛 .......................... (1.4)
Keterangan:
𝑉 adalah tegangan yang mengalir pada ragkaian (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉1 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-1 (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉2 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-2 (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉3 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-3 (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉𝑛 adalah tegangan yang mengalir pada resistor ke-n (𝑉𝑜𝑙𝑡)
Arus masing-masing cabang bergantung pada besar tahanan yang
terdapat pada cabang. Sehingga dapat dirumuskan sebagai:
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 + ⋯ + 𝐼𝑛 ................................. (1.5)
Keterangan:
𝐼 adalah arus yang mengalir pada ragkaian (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼1 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-1 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼2 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-2 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼3 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-3 (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝐼𝑛 adalah arus yang mengalir pada resistor ke-n (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
Hambatan pengganti pada rangkaian paralel akan lebih kecil daripada
hambatan aslinya. Sehingga dapat dirumuskan sebagai:
1 1 1 1 1
= 𝑅 +𝑅 +𝑅 +⋯+𝑅 ............................. (1.6)
𝑅𝑃 1 2 3 𝑛
Keterangan:
𝑅 adalah nilai resistansi pengganti pada ragkaian ( Ω)
𝑅1 adalah nilai resistansi pada resistor ke-1 (Ω)
4
𝑅2 adalah nilai resistansi pada resistor ke-2 (Ω)
𝑅3 adalah nilai resistansi pada resistor ke-3 (Ω)
𝑅𝑛 adalah nilai resistansi pada resistor ke-n (Ω)
D. Langkah Percobaan
A. Rangkaian Seri
a. Siapkan alat dan bahan
b. Gunakan resistor 𝑅1 = 6 Ω, 𝑅2 = 2 Ω, dan 𝑅3 = 12 Ω
c. Buat rangkaian resistor sesuai pada Gambar 1.1 dengan menggunakan
bread board
d. Gunakan catu daya sebagai sumber tegangan. Atur tegangan keluaran
catu daya sebesar 6 Volt.
e. Ukur arus yang mengalir pada masing-masing resistor. Catat hasilnya
pada LKM!
B. Rangkaian Paralel
a. Siapkan alat dan bahan
b. Gunakan resistor 𝑅1 = 33 Ω, 𝑅2 = 18 Ω, dan 𝑅3 = 56 Ω
c. Buat rangkaian resistor sesuai pada Gambar 1.2 dengan menggunakan
bread board
d. Gunakan catu daya sebagai sumber tegangan. Atur tegangan keluaran
catu daya sebesar 2 Volt.
e. Ukur arus yang mengalir pada masing-masing resistor. Catat hasilnya
pada LKM!
C. Rangkaian Seri-Paralel
a. Siapkan alat dan bahan
b. Gunakan resistor 𝑅1 = 6 Ω, 𝑅2 = 6 Ω, 𝑅3 = 4 Ω, dan 𝑅4 = 10 Ω
c. Buat rangkaian resistor sesuai pada Gambar 1.2 dengan menggunakan
bread board.
d. Gunakan catu daya sebagai sumber tegangan. Atur tegangan keluaran
catu daya sebesar 4 Volt.
e. Ukur arus yang mengalir pada masing-masing resistor. Catat hasilnya
pada LKM.
5
f. Hitung arus yang mengalir pada masing-masing resistor dengan
menggunakan persamaan pada Dasar Teori. Catat hasilnya pada LKM.
E. Uji Pemahaman
1. Jelaskan nilai arus yang diperoleh dari percobaan. Apakah nilai yang
diperoleh untuk setiap resistor sama? Mengapa?
2. Apakah nilai arus yang diperoleh pada rangkaian berbeda dengan nilai arus
yang diperoleh dari hasil perhitungan? Mengapa?
3. Apakah yang terjadi pada rangkaian jika tegangan masukan yang digunakan
lebih besar dari 10 Volt?
F. Tugas Pendahuluan
A. Jelaskan antara resistansi dan resistor!
B. Jelaskan perbedaan antara rangkaian seri, paralel, dan rangkaian seri paralel!
C. Bagaimana proses teradinya arus listrik?
D. Jelaskan yang dimaksud dengan breadboard!
E. Pada Gambar 1.4 diketahui 𝑅1 = 2Ω, 𝑅2 = 4Ω, 𝑅3 = 2Ω, 𝑅4 = 2Ω, dan 𝑅5 =
8Ω dengan tengangan masukan sebesar 24 Volt. Tentukan nilai arus dan
hambatan pengganti dari rangkaian tersebut!
6
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Tugas Pendahuluan
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Rangkaian Seri dan Paralel Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
7
8
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Rangkaian Seri dan Paralel Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
A. Skema Rangkaian
Rangkaian Seri
Rangkaian Paralel
Rangkaian Seri-Paralel
9
B. Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan yang memenuhi persamaan
sebagai berikut
𝑉 = 𝐼𝑅
Keterangan:
𝑉 adalah tegangan yang diberikan pada rangkaian (Volt)
𝐼 adalah arus yang mengalir pada rangkaian (Ampere)
𝑅 adalah hambatan yang diberikan pada rangkaian (Ω)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung tegangpan pada resistor yang dirangkai secara seri adalah
𝑉𝑆 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3
Keterangan:
𝑉𝑆 adalah tegangan yang diberikan pada rangkaian (Volt)
𝑉1 , 𝑉2 , 𝑉3 , 𝑉𝑛 adalah nilai tegangan pada resistor 1, 2, 3 hingga 𝑛 (Volt)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung arus pada resistor yang dirangkai secara seri adalah
𝐼𝑆 = 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 = ⋯ = 𝐼𝑛
Keterangan:
𝐼𝑆 adalah arus pada rangkaian (Ampere)
𝐼1 , 𝐼2 , 𝐼3 , 𝐼𝑛 adalah nilai arus pada resistor 1, 2, 3 hingga 𝑛 (Ampere)
D. Perhitungan Galat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung galat percobaan adalah:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘| × 100%
𝑅𝑆 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3
𝑅𝑆 = + +
10
𝑅𝑆 =
Hasil perhitungan hambatan pengganti rangkaian seri adalah
𝑉𝑇 = 𝐼𝑇 × 𝑅𝑠
𝑉𝑇
𝐼𝑇 =
𝑅𝑆
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝐼𝑇 =
𝑑
𝐼𝑇 =
Hasil perhitungan kuat arus rangkaian seri adalah:
𝑉1 = 𝐼𝑇 × 𝑅𝑠
𝑉1 = 𝑎𝑐𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ𝑖𝑗 × 𝑅𝑠
𝑉1 =
Hasil perhitungan tegangan resistor pertama adalah:
𝑉2 = 𝐼𝑇 × 𝑅𝑠
𝑉2 = 𝑎𝑐𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ𝑖𝑗 × 𝑅𝑠
𝑉2 =
Hasil perhitungan tegangan resistor kedua adalah:
𝑉3 = 𝐼𝑇 × 𝑅𝑠
𝑉3 = 𝑎𝑐𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ𝑖𝑗 × 𝑅𝑠
𝑉3 =
11
Hasil perhitungan tegangan resistor ketiga adalah
𝑉𝑇 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3
𝑉𝑇 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ + 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ +
𝑉𝑇 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ +
𝑉𝑇 =
Hasil perhitungan tegangan total pada rangkaian seri adalah:
12
Tabel 1.1 Hasil Data Rangkaian Seri
𝑉𝑇 𝐼𝑇
(V) (A)
𝑉1 𝐼1
(V) (A)
Nilai Praktek 𝑅𝑆 = Ω
𝑉2 𝐼2
(V) (A)
𝑉3 𝐼3
(V) (A)
𝑉𝑇 𝐼𝑇
(V) (A)
𝑉1 𝐼1
Nilai (V) (A)
𝑅𝑆 = Ω
Perhitungan 𝑉2 𝐼2
(V) (A)
𝑉3 𝐼3
(V) (A)
13
Tabel 1.2 Galat Data
𝑉𝑇 𝑉𝑇
(V) (V)
𝑉1 𝑉1
(V) (V)
𝑉2 𝑉2
(V) (V)
𝑉3 𝑉3
(V) (V)
𝐼𝑇 𝐼𝑇
(A) (A)
𝐼1 𝐼1
(A) (A)
𝐼2 𝐼2
(A) (A)
𝐼3 𝐼3
(A) (A)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung tegangan pada resistor yang dirangkai secara paralel
adalah
𝑉𝑃 = 𝑉1 = 𝑉2 = 𝑉3
Keterangan:
𝑉𝑃 adalah tegangan yang diberikan pada rangkaian (Volt)
𝑉1 , 𝑉2 , 𝑉3 , 𝑉𝑛 adalah nilai tegangan pada resistor 1, 2, 3 hingga 𝑛 (Volt)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung arus pada resistor yang dirangkai secara paralel adalah
14
𝐼𝑃 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
Keterangan:
𝐼𝑃 adalah arus pada rangkaian (Ampere)
𝐼1 , 𝐼2 , 𝐼3 , 𝐼𝑛 adalah nilai tegangan pada resistor 1, 2, 3 hingga 𝑛 (Ampere)
Contoh perhitungan hambatan pengganti rangkaian seri
1 1 1 1
= + +
𝑅𝑃 𝑅1 𝑅2 𝑅3
1 1 1 1
= + +
𝑅𝑃
1 + +
=
𝑅𝑃
1
=
𝑅𝑃
𝑅𝑃 =
Hasil perhitungan hambatan pengganti rangkaian paralel adalah:
𝑉𝑇 = 𝐼𝑇 × 𝑅𝑃
𝑉𝑇
𝐼𝑇 =
𝑅𝑃
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝐼𝑇 =
𝑑
𝐼𝑇 =
Hasil perhitungan kuat arus rangkaian paralel adalah
15
Hasil perhitungan kuat arus resistor pertama adalah
𝐼𝑇 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3
𝐼𝑇 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ + 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ +
𝐼𝑇 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ +
𝐼𝑇 =
Hasil perhitungan tegangan total pada rangkaian paralel adalah:
16
Tabel 1.3 Perhitungan Arus pada Rangkaian Paralel
𝑉𝑇 𝐼𝑇
(V) (A)
𝑉1 𝐼1
(V) (A)
Nilai Praktek 𝑅𝑃 = 𝛺
𝑉2 𝐼2
(V) (A)
𝑉3 𝐼3
(V) (A)
𝑉𝑇 𝐼𝑇
(V) (A)
𝑉1 𝐼1
(V) (A)
Nilai Teori 𝑅𝑃 = 𝛺
𝑉2 𝐼2
(V) (A)
𝑉3 𝐼3
(V) (A)
17
Tabel 1.4 Galat Data
𝑉𝑇 𝑉𝑇
(V) (V)
𝑉1 𝑉1
(V) (V)
𝑉2 𝑉2
(V) (V)
𝑉3 𝑉3
(V) (V)
𝐼𝑇 𝐼𝑇
(A) (A)
𝐼1 𝐼1
(A) (A)
𝐼2 𝐼2
(A) (A)
𝐼3 𝐼3
(A) (A)
18
Sehingga nilai 𝑅𝑇 adalah
𝑅𝑇 = 𝑅𝑃 + 𝑅3
𝑅𝑇 = +
𝑅𝑇 =
Hasil perhitungan hambatan pengganti rangkaian seri-paralel adalah
𝑉𝑇 𝐼𝑇
(V) (A)
𝑉1 𝐼1
(V) (A)
𝑅𝑇 = Ω
Nilai Praktek 𝑉2 𝐼2
(V) (A)
𝑉3 𝐼3
(V) (A)
𝑉4 𝐼4
(V) (A)
𝑉𝑇 𝐼𝑇
(V) (A)
𝑉1 𝐼1
(V) (A)
Nilai Teori 𝑅𝑇 = Ω
𝑉2 𝐼2
(V) (A)
𝑉3 𝐼3
(V) (A)
19
Tabel 1.6 Hasil Galat Data
𝑉𝑇 𝑉𝑇
(V) (V)
𝑉1 𝑉1
(V) (V)
𝑉2 𝑉2
(V) (V)
𝑉3 𝑉3
(V) (V)
𝐼𝑇 𝐼𝑇
(A) (A)
𝐼1 𝐼1
(A) (A)
𝐼2 𝐼2
(A) (A)
𝐼3 𝐼3
(A) (A)
20
PEMBAHASAN
21
22
KESIMPULAN
23
UJI PEMAHAMAN
24
MODUL 2
JEMBATAN WHEATSTONE
KODE MODUL: JWE
A. Tujuan
Mengetahui prinsip jembatan Wheatstone dan menggunakannya untuk
menentukan nilai hambatan
C. Dasar Teori
Jembatan Wheatstone adalah untuk mengetahui nilai suatu hambatan yang
belum diketahui nilainya. Jembatan Wheatstone merupakan rangkaian yang
terdiri dari dua pembagi tegangan. Pembagi pertama tersusun atas R 1 dan R2
dan pembagi kedua tersusun atas R3 dan R4 seperti pada Gambar 2.2.
25
Gambar 2.2 Jembatan Wheatstone
VBA adalah selisih antara tegangan B dengan tegangan A.
𝑅4 𝑅2
𝑉𝐺 = (𝑅 )𝑉 − ( ) 𝑉 .................................. (2.1)
3 +𝑅4 𝑅1 +𝑅2
Pada saat VA dab VB memiliki potensial yang sama, maka VBA akan
bernilai nol. Artinya, jika titik A dan B dihubungkan dengan suatu arus, maka
tidak akan ada aliran arus. Persamaan 2.1 akan menjadi:
𝑅2 𝑅3 = 𝑅1 𝑅4 .................................................................. (2.2)
Dari persamaan 2.2, jika salah satu resistor tidak diketahui nilainya, misal
R4, maka dengan menempatkan sebuah galvanometer (G) dan mengatur nilai
R1 dan R2 sedemikian rupa sehingga jarum galvanometer menunjukkan angka
nol, nilai R4 dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑅
𝑅4 = 𝑅2 𝑅3 ........................................................................ (2.3)
1
D. Langkah Percobaan
1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 2.3. Pasang resistor RX diantara dua
terminal sekrup dan pastikan terjepit dengan baik.
26
Gambar 2.3 Skema Percobaan Jembatan Wheatstone
2. Atur hambatan sehingga bernilai 74 .
3. Pastikan catu daya dalam keadaan mati (bernilai 0) kemudian nyalakan
catu daya.
Perhatian! Pilih tegangan keluaran catu daya 3V DC.
4. Tempelkan ujung steker penunjuk diatas kawat jembatan Wheatstone,
kira-kira ditengah-tengah.
Perhatian! Jangan menempelkan ujung steker penunjuk pada kawat
terlalu lama apabila jarum galvanometer melewati batas ukur. Pilih posisi
kira-kira jarum mendekati nol, setelah itu geser-geser ujung steker
penunjuk.
5. Perhatikan jarum penunjuk pada galvanometer. Apakah jarum tersebut
menunjuk angka nol? Jika tidak, geser steker penunjuk ke kiri atau ke
kanan hingga jarum galvanometer menunjukkan angka nol.
6. Catat jarak AB dan BC pada tabel LKM (tabel 1).
7. Matikan catu daya.
8. Ulangi langkah 2-6 dengan menggunakan hambatan bernilai 89, dan
112.
9. Ganti resistor RX1 dengan resistor RX2.
10. Lakukan langkah 1 sampai 8.
11. Matikan catu daya.
12. Hitung nilai semua RX dan nilai galat. Catat hasilnya pada LKM.
27
E. Uji Pemahaman
1. Jelaskan nilai resistor RX dan Rkawat yang diperoleh dari percobaan. Apakah
nilai resistor yang diperoleh untuk setiap percobaan sama? Mengapa?
2. Mengapa Panjang AB dan BC sebanding dengan hambatan RAB dan RBC?
Jelaskan!
F. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan prinsip jembatan Wheatstone dan kegunaannya!
2. Apa yang dimaksud dengan galvanometer? Jelaskan fungsinya!
3. Mengapa suatu hambatan perlu diketahui hasilnya?
28
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Tugas Pendahuluan
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Jembatan Wheatstone Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
29
30
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Jembatan Wheatstone Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
A. Skema Rangkaian
31
B. Perhitungan Nilai Hambatan
Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai hambatan tak bernilai yang digunakan adalah:
𝑅2
𝑅𝑋 = 𝑅
𝑅1 3
Keterangan:
𝑅1 = 𝑅𝐴𝐵 yang sebanding dengan panjang AB (𝑐𝑚)
𝑅2 = 𝑅𝐵𝐶 sebanding dengan panjang BC (𝑐𝑚)
𝑅3 = 𝑅𝐵𝑂𝑋 (Ω)
𝑅𝑋 adalah besar hambatan dari hambatan tak bernilai (Ω)
D. Perhitungan Galat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung galat percobaan adalah:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘| × 100%
32
Tabel 2.1 Tabel Perhitungan Nilai Hambatan 𝑅𝑋
𝑅 𝐴𝐵 𝐵𝐶 𝑅𝑋
(Ω) (𝑐𝑚) (𝑐𝑚) (Ω)
74
𝑅𝑋1 89
112
74
𝑅𝑋2 89
112
33
PEMBAHASAN
34
35
KESIMPULAN
36
UJI PEMAHAMAN
37
MODUL 3
VOLTAMETER
KODE MODUL: VTM
A. Tujuan
Menentukan nilai keseksamaan amperemeter dengan menggunakan
voltameter tembaga.
38
C. Dasar Teori
Hukum Faraday I mengatakan bahwa “Massa zat yang dihasilkan di
elektroda pada peristiwa elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik
yang dialirkan selama elektrolisis berlangsung”. Pernyataan tersebut dapat
dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
D. Langkah Percobaan
1. Bersihkan elektroda dengan menggunakan kertas amplas. Ukur massa
elektroda dengan menggunakan neraca.
2. Buat rangkaian seperti pada Gambar 3.2. Hubungkan dengan catu daya
pada tegangan 5 Volt. Pertahankan nilai arus pada 1 A dengan cara
mengatur nilai pada hambatan geser.
39
A
+ - +
E. Uji Pemahaman
1. Mengapa percobaan ini menggunakan larutan CuSO4?
2. Apakah nilai arus yang diperoleh pada percobaan sesuai dengan nilai arus
yang ditunjukan oleh amperemeter?
F. Tugas Pendahuluan
1. Hitung nilai a untuk Cu!
2. Jelaskan perbedaan antara kutub anoda dan kutub katoda pada rangkaian!
3. Tuliskan secara lengkap deret volta!
40
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Tugas Pendahuluan
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Voltameter Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
41
42
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Voltameter Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
A. Skema Rangkaian
43
B. Perhitungan Nilai Arus yang Digunakan
Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai arus yang digunakan adalah:
𝐺
𝑖=
𝑎𝑡
Keterangan:
𝑖 adalah arus yang digunakan (𝐴)
𝐺 adalah massa endapan yang dihasilkan (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑎 adalah ekivalen elektrokimia (𝐶𝑢 = 0.3294 𝑚𝑔/𝐶)
𝑡 adalah waktu rangkaian dialiri arus listrik (𝑠)
C. Perhitungan Galat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung galat percobaan adalah:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘| × 100%
44
Tabel 3.1 Perhitungan Nilai Arus
𝑉 𝑚1 𝑚2 ∆𝑚 𝑡 𝑎 𝐼𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝐼𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
No.
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑚𝑔) (𝑚𝑔) (𝑚𝑔) (𝑠) (𝑚𝑔/𝐶) (𝐴) (𝐴)
1 1
2 1
3 1
1 1 1
2 2 1
3 3 1
45
PEMBAHASAN
46
47
KESIMPULAN
48
UJI PEMAHAMAN
49
MODUL 4
DIFRAKSI DAN INTERFERENSI CAHAYA CELAH
GANDA
KODE MODUL: DDI
A. Tujuan
Memahami konsep difraksi cahaya pada celah ganda
50
C. Dasar Teori
51
Interferensi destruktif terjadi jika dua gelombang mencapai titik P dan
perbedaan jalur optiknya merupakan kelipatan ganjil dari setengah panjang
gelombang. Dirumuskan sebagai:
𝜆
∆= 𝑑𝑠𝑖𝑛𝜃 = 𝑚 2 ; 𝑚 = ±1, ±3, ±5, ….......... (4.2)
Berdasarkan hasil diatas rumus interferensi dan sudut azimuth θ dapat
dituliskan menjadi:
1. Interferensi konstruktif (garis terang pusat)
Hasil di atas berlaku pada kondisi ideal Dengan asumsi lebar tiap celah
mendekati 0. Jika lebar celah tidak mendekati 0, maka difraksi tiap celah harus
diperhitungkan.
52
Pada Gambar 4.4 menunjukkan interferensi celah ganda yang ideal tanpa
memperhitungkan kondisi difraksi. Setiap celah memiliki lebar masing-masing
sehingga pengaruh difraksi celah tunggal harus diperhitungkan di dalam hasil
percobaan celah ganda Young. Garis yang menumpuk, merupakan interferensi
celah ganda dan difraksi celah tunggal
D. Langkah Percobaan
1. Putar pemutar celah ke (II) dan catat lebar celah a serta jarak antar celah d
periksa kembali apakah sinar laser melewati celah dengan baik
2. Atur jarak antara layar dengan celah (L) sehingga lebar celah dapat diukur
dengan mudah. Catat nilai L
3. Cari garis terang utama yang merupakan pusat simetri terang. Ukur dan catat
lebar celah garis terang pusat atau utama
53
4. Ukur dan catat jarak antara garis gelap pertama dan kedua pada kedua sisi
dan garis terang pusat
5. Ulangi l angkah 1-4 untuk nilai 𝑎 dan 𝐿 yang lain
6. Gunakan persamaan celah ganda Young untuk menghitung nilai teoritis y.
Bandingkan nilai teori dengan nilai hasil percobaan
E. Uji Pemahaman
1. Jelaskan perbedaan antara interferensi dan difraksi!
2. Apa yang terjadi apabila laser menggunakan pemutar celah ke (III)?
F. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan prinsip interferensi cahaya!
2. Jelaskan prinsip difraksi cahaya
54
Nama : _______________________
Tugas Pendahuluan NIM : _______________________
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Difraksi dan Interferensi Cahaya
Tanggal Praktikum : _______________________
Celah Ganda
Nama Asisten : _______________________
55
56
Nama : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa NIM : _______________________
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Difraksi dan Interferensi Cahaya
Tanggal Praktikum : _______________________
Celah Ganda
Nama Asisten : _______________________
C. Perhitungan Galat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung galat percobaan adalah:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘| × 100%
57
Contoh perhitungan difraksi celah ganda Young:
Perhitungan interferensi konstruktif terang pusat:
𝜆𝐿
𝑦=𝑛
𝑑
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ𝑖𝑗𝑘𝑙𝑚𝑛
𝑦 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓
𝑑
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ𝑖𝑗𝑘𝑙𝑚𝑛
𝑦 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓
𝑑
𝑦 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓 ×
𝑦 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓
Hasil perhitungan lebar garis terang pusat adalah:
58
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Difraksi Celah Ganda Young
𝑦
𝑎 𝑑 𝐿 (𝑚𝑚)
(𝑚𝑚) (𝑚𝑚) (𝑚𝑚)
𝑚 = −1 𝑚 = −3 𝑛=0 𝑚 = +1 𝑚 = +3
0.04 0.5
0.05 0.25
0.04 0.5
0.05 0.25
𝑚 = −1 𝑚 = −1
𝑚 = −3 𝑚 = −3
𝑛=0 𝑛=0
𝑚 = +1 𝑚 = +1
𝑚 = +3 𝑚 = +3
59
Tabel 4.4 Galat Data untuk 𝑎 = 0.05
𝑚 = −1 𝑚 = −1
𝑚 = −3 𝑚 = −3
𝑛=0 𝑛=0
𝑚 = +1 𝑚 = +1
𝑚 = +3 𝑚 = +3
60
PEMBAHASAN
61
62
KESIMPULAN
63
UJI PEMAHAMAN
64
MODUL 5
INDUKSI MOTOR LISTRIK
KODE MODUL: IML
A. Tujuan
1. Memahami hubungan antara geala kelistrikan dan kemagnetan melalui
fenomena induksi magnetik
2. Menentukan kecepatan sudut maksimum suatu loop kawat dengan jumlah
lilitan dan luasan loop tertentu
65
C. Dasar Teori
Kawat lurus berarus listrik yang ditempatkan dalam medan magnet dapat
menghasilkan gaya magnetik yang disebut sebagai Gaya Lorentz. Skema gaya
Lorentz pada kawat lurus berarus listrik ditunjukan oleh Gambar 5.1.
66
Besarnya torsi magnetik yang dihasilkan pada kumparan Gambar 5.2 dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (5.2)
𝜏⃗ = 𝑟⃗ × 𝐹⃗ .................................................................................... (5.2)
Keterangan:
𝜏⃗ adalah torsi magnetik kumparan (𝑁𝑚)
𝑟⃗ adalah jari-jari kumparan (𝑚)
𝐹⃗ adalah gaya magnetik (gaya Lorentz) yang dihasilkan oleh kumparan (𝑁)
Besar gaya magnetik yang dialami oleh kumparan dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan (5.3)
𝐹 = 𝑖𝐿𝐵 ....................................................................................... (5.3)
Keterangan:
𝐹 adalah gaya magnetik kumparan (𝑁)
𝑖 adalah kuat arus yang mengalir pada rangkaian (𝐴)
𝐿 adalah panjang kumparan (𝑚)
𝐵 adalah besar medan magnet yang mempengaruhi kumparan (𝑇)
Berdasarkan Gambar 5.2, maka nilai torsi magnetik yang dihasilkan oleh
kumparan dapat ditentukan oleh persamaan (5.5)
𝜏 = 𝑖𝐿𝐵𝑟 + 𝑖𝐿𝐵𝑟 ......................................................................... (5.4)
𝜏 = 2𝑖𝐿𝐵𝑟 ................................................................................... (5.5)
Keterangan:
𝜏 adalah torsi magnetik kumparan (𝑁𝑚)
𝑖 adalah kuat arus yang mengalir pada rangkaian (𝐴)
𝐿 adalah panjang kumparan (𝑚)
𝐵 adalah besar medan magnet yang mempengaruhi kumparan (𝑇)
𝑟 adalah jari-jari kumparan (𝑚)
Apabila luas daerah yang dilingkupi oleh kumparan dinyatakan dengan
persamaan (5.6)
𝐴 = 2𝐿𝑟 ....................................................................................... (5.6)
Keterangan:
𝐴 adalah luas daerah yang dilingkupi oleh kumparan (𝑚2 )
𝐿 adalah panjang kumparan (𝑚)
𝑟 adalah lebar kumparan (𝑚)
67
dan jumlah lilitan kumparan 𝑁 maka persamaan (5.5) dapat dituliskan sebagai
persamaan (5.7)
𝜏 = 𝑁𝑖𝐵𝐴 .................................................................................... (5.7)
Keterangan:
𝜏 adalah torsi magnetik kumparan (𝑁𝑚)
𝑁 adalah jumlah lilitan kumparan
𝑖 adalah kuat arus yang mengalir pada kumparan (𝐴)
𝐵 adalah besar medan magnet yang mempengaruhi kumparan (𝑇)
𝐴 adalah luas daerah yang dilingkupi oleh kumparan (𝑚2 )
Pada kumparan berlaku kecepatan sudut dan momen inersia kumparan
yang dapat dinyatakan dengan persamaan (5.8)
𝜏 = 𝐼𝛼 .......................................................................................... (5.8)
Keterangan:
𝜏 adalah torsi magnetik kumparan (𝑁𝑚)
𝐼 adalah momen inersia kumparan (𝑘𝑔𝑚2)
𝛼 adalah percepatan sudut (𝑟𝑎𝑑/𝑠 2 )
Nilai percepatan sudut dapat diperoleh dengan menggunakan asumsi 𝛼
sebagai percepatan rata-rata yang dapat dinyatakan dengan persamaan (5.9)
𝜔 −𝜔
𝛼 = 𝑡Δ𝑡 0 .............................................................................. (5.9)
Keterangan:
𝛼 adalah percepatan rata-rata putaran kumparan (𝑟𝑎𝑑/𝑠 2 )
𝜔𝑡 adalah kecepatan sudut akhir (𝑟𝑎𝑑/𝑠)
𝜔0 adalah kecepatan sudut awal (𝑟𝑎𝑑/𝑠)
Δ𝑡 adalah selang waktu kumparan berputar (𝑠)
Pada percobaan ini, nilai 𝜔0 dianggap 0 (nol) dikarenakan kumparan
berputar dari keadaan diam.
Nilai efisiensi motor listrik dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (5.11)
𝑃𝑜𝑢𝑡
𝜂= × 100% ............................................................... (5.10)
𝑃𝑖𝑛
𝜏𝜔𝑡
𝜂=𝑉 × 100% ......................................................... (5.10)
𝑖𝑛 ×𝑖𝑖𝑛
68
Keterangan:
𝜂 adalah efisiensi motor listrik
𝑃𝑜𝑢𝑡 adalah daya yang dihasilkan oleh motor listrik (𝑊𝑎𝑡𝑡)
𝑃𝑖𝑛 adalah daya yang diberikan ke motor listrik (𝑊𝑎𝑡𝑡)
𝜏 adalah torsi magnetik kumparan (1.0155 𝑁𝑚)
𝜔𝑡 adalah kecepatan sudut akhir (𝑟𝑎𝑑/𝑠)
𝑉𝑖𝑛 adalah tegangan yang diberikan ke motor listrik (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉𝑜𝑢𝑡 adalah tegangan yang dihasilkan oleh motor listrik (𝑉𝑜𝑙𝑡)
D. Langkah Percobaan
1. Hubungkan rangkaian alat induksi motor listrik dengan amperemeter, dan
catu daya sesuai dengan Gambar 5.2!
69
bertabrakan. Dekatkan kedua magnet secara perlahan untuk menguji
kutubnya!
3. Atur kedua magnet sehingga berjarak 10 cm (muka magnet segaris dengan
dua garis panjang terdekat pada landasan)
4. Nyalakan PC Desktop AIO buka file 03. Pengukuran Efisiensi Motor
Listrik
5. Hubungkan sensor gerbang cahaya dengan Clab. Pastikan CLab terhubung
dengan komputer sehingga komputer dapat membaca data 𝜔𝑡 dari CLab
6. Nyalakan catu daya. Berikan tegangan 6 Volt pada rangkaian
Perhatian! Pada keadaan ini seharusnya kumparan mulai berputar.
Jika tidak, beri sedikit dorongan lembut pada kumparan berlawanan
arah jarum jam
7. Atur arus maksimum yang mengalir pada rangkaian bernilai 0.5 𝐴
8. Perhatikan nilai 𝜔𝑡 dan ∆𝑡 berdasarkan grafik yang dihasilkan pada PC
Desktop AIO. Catat hasilnya pada LKM
9. Ulangi langkah 7 dan 8 untuk arus 1 𝐴, 1.5 𝐴, dan 2 𝐴
10. Tentukan nilai efisiensi motor listrik pada setiap percobaan dengan
menggunakan persamaan (5.10)
E. Uji Pemahaman
Gambarkan arah gaya magnetik kumparan, dan garis medan magnet yang
terjadi pada rangkaian berikut jika kumparan berputar berlawanan arah jarum
jam! (Gambar tersedia di lembar jawaban Uji Pemahaman)
70
F. Tugas Pendahuluan
Sebuah kawat lurus dialiri arus listrik sebesar 40 𝐴 diletakan dalam medan
magnet homogen 0.2 𝑇 dan membentuk sudut 30° terhadap arah arus kawat.
Tentukan:
a. Gambarkan sketsa kondisi kawat tersebut!
b. Apabila kawat memiliki panjang 3 𝑚, tentukan gaya magnet yang terjadi
pada kawat!
71
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Tugas Pendahuluan
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Induksi Motor Listrik Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
72
73
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Induksi Motor Listrik Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
74
Contoh perhitungan Induksi Motor Listrik:
Perhitungan percepatan sudut rata-rata:
𝜔𝑡 − 𝜔0
𝛼=
Δ𝑡
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ − 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝛼=
Δ𝑡
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝛼=
Δ𝑡
𝛼=
Hasil perhitungan percepatan sudut rata-rata adalah:
75
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Induksi Motor Listrik untuk 𝑑 = 0.1 𝑚
𝜔𝑡 ∆𝑡 𝛼 𝜏 𝑉𝑖𝑛 𝑖𝑖𝑛 𝜂
(𝑟𝑎𝑑/𝑠) (𝑠) (𝑟𝑎𝑑/𝑠 2 ) (𝑁𝑚) (𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝐴) (%)
0.5
0.75
3 1
1.25
1.5
0.5
0.75
3 1
1.25
1.5
76
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Induksi Motor Listrik untuk 𝑑 = 0.2 𝑚
𝜔𝑡 ∆𝑡 𝛼 𝜏 𝑉𝑖𝑛 𝑖𝑖𝑛 𝜂
(𝑟𝑎𝑑/𝑠) (𝑠) (𝑟𝑎𝑑/𝑠 2 ) (𝑁𝑚) (𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝐴) (%)
0.5
0.75
3 1
1.25
1.5
77
𝜂 (%)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
81
82
KESIMPULAN
83
UJI PEMAHAMAN
84
MODUL 6
MEDAN MAGNET DALAM SELENOIDA
KODE MODUL: MMS
A. Tujuan
1. Mempelajari hubungan antara medan magnet dan arus listrik
2. Mempelajari hubungan antara medan magnet dengan jumlah lilitan per
satuan panjang
85
C. Dasar Teori
Selenoida adalah kumparan kawat yang memiliki perbandingan antara
diameter dan panjang yang sangat kecil. Selenoida terbentuk dari lilitan kawat
dalam jumlah tertentu. Apabila sebuah selenoida dialiri arus listrik, maka akan
timbul medan magnet pada bagian dalam selenoida. Kuat medan magnet yang
terjadi pada bagian dalam selenoida dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (6.1)
𝐵 = 𝜇0 𝑛𝐼 ....................................................................................... (6.1)
Keterangan:
𝐵 adalah kuat medan magnet dalam selenoida (𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎)
𝜇0 adalah tetapan permeabilitas ruang hampa (4𝜋10−7 𝑇𝑚/𝐴)
𝑛 adalah jumlah lilitan kawat per satuan panjang selenoida (𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛/𝑚)
𝐼 adalah kuat arus listrik yang diberikan pada selenoida (𝐴)
Nilai 𝑛 diperoleh dengan menggunakan persamaan (6.2)
𝑁
𝑛= .......................................................................................... (6.2)
𝑙
Keterangan:
𝑛 adalah jumlah lilitan kawat per satuan panjang selenoida (𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛/𝑚)
𝑁 adalah jumlah lilitan kawat pada selenoida (𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛)
𝑙 adalah panjang selenoida (𝑚)
Percobaan tidak dilakukan di ruang hampa, sehingga persamaan (6.2)
berubah menjadi:
𝐵 = 𝜇𝑛𝐼 ......................................................................................... (6.3)
Keterangan:
𝐵 adalah kuat medan magnet dalam selenoida (𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎)
𝜇 adalah tetapan permeabilitas (𝑇𝑚/𝐴)
𝑛 adalah jumlah lilitan kawat per satuan panjang selenoida (𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛/𝑚)
𝐼 adalah kuat arus listrik yang diberikan pada selenoida (𝐴)
D. Langkah Percobaan
1. Siapkan Clab sebagai pencacah data, hubungkan ke PC Desktop AIO
86
2. Hubungkan sensor medan magnet ke Clab. Buka file “Medan Magnet
dalam Selenoida.cma” pada desktop dan pastikan besar medan magnet
yang terukur terbaca pada PC
Perhatikan bahwa jarak antar garis mikro pada tabung selenoida adalah
0.2 𝑐𝑚 sehingga jarak antar garis makro adalah 1 𝑐𝑚. Sehingga panjang
skala pada selenoida adalah 54 𝑐𝑚
3. Buat rangkaian selenoida, catu daya, hambatan geser, dan multimeter
seperti pada Gambar 6.1
4. Hitung jumlah lilitan kawat selenoida dan atur panjang selenoida menjadi
20 𝑐𝑚
5. Nyalakan catu daya, atur tegangan 6 Volt. Atur nilai arus yang terbaca
pada multimeter sehingga bernilai 0.75 𝐴 dengan cara menggeser
hambatan geser
E. Uji Pemahaman
Gambarkan arah medan magnet kumparan yang terjadi pada rangkaian berikut!
(Gambar tersedia di lembar jawaban Uji Pemahaman)
87
F. Tugas Pendahuluan
Sebuah selenoida memiliki diameter 5 cm dan panjang 54 cm dengan 100
lilitan. Tentukan:
a. Medan magnet pada pusat selenoida
b. Medan magnet pada ujung selenoida
88
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Tugas Pendahuluan
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Medan Magnet dalam Selenoida Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
89
90
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Medan Magnet dalam Selenoida Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
91
Tabel 6.1 Hasil Percobaan Medan Magnet dalam Selenoida
𝐼 𝑁 𝑙 𝑛 𝐵 𝐵
(𝐴) (𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛) (𝑚) (𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛/𝑚) (𝑚𝑇) (𝑚𝑇)
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
92
𝐵 (𝑇)
94
PEMBAHASAN
95
96
KESIMPULAN
97
UJI PEMAHAMAN
98
MODUL 7
RANGKAIAN RESISTOR, INDUKTOR DAN
KAPASITOR
KODE MODUL: RLC
A. Tujuan
1. Menentukan nilai impedansi rangkain RLC seri
2. Menentukan arus maksimum rangkaian RLC seri
3. Mementukan nilai tegangan pada resistor, induktor dan kapasitor pada
rangkain RLC seri
99
C. Dasar Teori
Pada rangkaian yang memuat resistor, induktor, dan kapasitor baik yang
berhubungan seri maupun paralel, hubungan antara arus dan tegangan dapat
dinyatakan dalambentukpersamaandiferensial sebagaimana pada rangkaian
yang hanya memuat resistor atau induktor ataukapasitorsaja. Perhatikan
gambar rangkaian RLC seri berikut.
100
𝑍 adalah impedansi rangkaian (Ω)
𝑅 adalah nilai resistansi dari resistor (Ω)
𝑋𝐿 adalah nilai reaktansi induktif (Ω)
𝑋𝐶 adalah nilai reaktansi kapasitif (Ω)
Berdasarkan persamaan (7.1), (7.2), dan (7.3), maka persamaan (7.4) dapat
dituliskan sebagai
1 2
𝑍 = √𝑅 2 + (2𝜋𝑓𝐿 − 2𝜋𝑓𝐶 ) ........................................................ (7.5)
Keterangan:
𝑍 adalah impedansi rangkaian (Ω)
𝑅 adalah nilai resistansi dari resistor (Ω)
𝑓 adalah frekuensi sinyal tegangan (𝐻𝑧)
𝐿 adalah nilai induktor (𝐻)
𝐶 adalah nilai kapasitor (𝐹)
Apabila nilai tegangan input diketahui sebagai 𝑉𝑚 , maka arus maksimum
yang mengalir pada rangkaian dapat ditentukan melalui persamaan (7.6)
sebagai berikut.
𝑉𝑚
𝐼𝑚 = .......................................................................................... (7.6)
𝑍
Ketegangan:
𝐼𝑚 adalah arus maksimal yang mengalir pada rangkaian (𝐴)
𝑉𝑚 adalah tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian (𝑉)
𝑍 adalah impedansi rangkaian (Ω)
Dari persamaan (7) maka nilai tegangan untuk resistor (𝑉𝑅 ), (𝑉𝐿 ), dan (𝑉𝐶 )
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
𝑉𝑅 = 𝐼𝑚 × 𝑅 .................................................................................. (7.7)
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 × 𝑋𝐿 ................................................................................. (7.8)
𝑉𝐶 = 𝐼𝑚 × 𝑋𝐶 ................................................................................ (7.9)
Keterangan:
𝑉𝑅 adalah tegangan yang mengalir pada resistor (𝑉)
𝑉𝐿 adalah tegangan yang mengalir pada induktor (𝑉)
𝑉𝐶 adalah tegangan yang mengalir pada kapasitor (𝑉)
101
D. Langkah Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Buat rangkaian resistor, induktor dan kapasitor pada breadboard sehingga
membentuk rangkaian Gambar 7.3
E. Uji Pemahaman
Jelaskan perbedaan antara rangkaian RLC Seri dan RLC Paralel dari segi arus,
tegangan, dan impedansi rangkaian!
102
F. Tugas Pendahuluan
1. Tentukan nilai impedansi dan arus yang mengalir dari rangkaian berikut!
2. Tentukan nilai impedansi dan arus yang mengalir dari rangkaian berikut!
103
Nama : _______________________
Tugas Pendahuluan NIM : _______________________
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Rangkaian Resistor, Induktor, dan
Tanggal Praktikum : _______________________
Kapasitor
Nama Asisten : _______________________
104
105
Nama : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa NIM : _______________________
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Rangkaian Resistor, Induktor, dan
Tanggal Praktikum : _______________________
Kapasitor
Nama Asisten : _______________________
A. Skema Rangkaian
1 2
𝑍 = √𝑅2 + (2𝜋𝑓𝐿 − )
2𝜋𝑓𝐶
Keterangan:
𝑍 adalah impedansi rangkaian (Ω)
𝑅 adalah nilai resistansi dari resistor (Ω)
𝑓 adalah frekuensi sinyal tegangan (𝐻𝑧)
𝐿 adalah nilai induktor (𝐻)
𝐶 adalah nilai kapasitor (𝐹)
106
C. Arus Maksimum Rangkaian Seri Resistor, Induktor, dan Kapasitor
Persamaan yang digunakan untuk menghitung arus maksimum rangkaian seri resistor, induktor, dan
kapasitor adalah:
𝑉𝑚
𝐼𝑚 =
𝑍
Keterangan:
𝐼𝑚 adalah arus maksimal yang mengalir pada rangkaian (𝐴)
𝑉𝑚 adalah tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian (𝑉)
𝑍 adalah impedansi rangkaian (Ω)
107
G. Perhitungan Galat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung galat percobaan adalah:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘| × 100%
2
1
𝑍 = √𝑅 2 + (2𝜋𝑓𝐿 − )
2𝜋𝑓𝐶
2
1
𝑍 = √𝑎𝑏𝑐𝑑 2 + (2 × 𝑎𝑏𝑐𝑑 × 𝑎𝑏𝑐𝑑 × 𝑎𝑏𝑐𝑑 − )
2 × 𝑎𝑏𝑐𝑑 × 𝑎𝑏𝑐𝑑 × 𝑎𝑏𝑐𝑑
2
1
𝑍 = √𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ + (𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ − )
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑍 = √𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ + (𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ𝑖𝑗)2
𝑍 = √𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ + 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑍 = √𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑍=
Hasil perhitungan impedansi rangkaian seri resistor, induktor, dan kapasitor adalah:
Contoh perhitungan arus maksimum rangkaian seri resistor, induktor dan kapasitor:
𝑉𝑚
𝐼𝑚 =
𝑍
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝐼𝑚 =
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝐼𝑚 =
Hasil perhitungan impedansi rangkaian seri resistor, induktor, dan kapasitor adalah:
108
Contoh perhitungan tegangan resistor pada rangkaian seri resistor, induktor, dan kapasitor:
𝑉𝑅 = 𝐼𝑚 × 𝑅
𝑉𝑅 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ ×
𝑉𝑅 =
Hasil perhitungan tegangan resistor pada rangkaian seri resistor, induktor, dan kapasitor adalah:
Contoh perhitungan tegangan induktor pada rangkaian seri resistor, induktor, dan kapasitor:
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 × 𝑋𝐿
𝑉𝐿 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ ×
𝑉𝐿 =
Hasil perhitungan tegangan induktor pada rangkaian seri resistor, induktor, dan kapasitor adalah:
Contoh perhitungan tegangan kapasitor pada rangkaian seri resistor, induktor, dan kapasitor:
𝑉𝐶 = 𝐼𝑚 × 𝑋𝐶
𝑉𝐶 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ ×
𝑉𝐶 =
Hasil perhitungan tegangan kapasitor pada rangkaian seri resistor, induktor, dan kapasitor adalah:
109
Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Rangkaian Seri Resistor, Induktor, dan Kapasitor
𝑅 𝐿 𝐶 𝑓 𝑋𝐿 𝑋𝐶 𝑍 𝑉𝑚 𝐼𝑚 𝑉𝑅 𝑉𝐿 𝑉𝐶
(Ω) (𝐻) (𝐹) (𝐻𝑧) (Ω) (Ω) (Ω) (𝑉) (𝐴) (𝑉) (𝑉) (𝑉)
110
Tabel 7.2 Galat Data untuk 𝐶 =
𝐼𝑚 𝐼𝑚
(𝐴) (𝐴)
𝑉𝑅 𝑉𝑅
(𝑉) (𝑉)
𝑉𝐿 𝑉𝐿
(𝑉) (𝑉)
𝑉𝐶 𝑉𝐶
(𝑉) (𝑉)
𝐼𝑚 𝐼𝑚
(𝐴) (𝐴)
𝑉𝑅 𝑉𝑅
(𝑉) (𝑉)
𝑉𝐿 𝑉𝐿
(𝑉) (𝑉)
𝑉𝐶 𝑉𝐶
(𝑉) (𝑉)
111
PEMBAHASAN
112
113
KESIMPULAN
114
UJI PEMAHAMAN
115
MODUL 8
HUKUM KIRCHOFF
KODE MODUL: HKF
A. Tujuan
1. Mempelajari prinsip rangkaian multiloop
2. Menentukan kuat arus pada setiap cabang dalam suatu rangkaian listrik
B. Alat dan Bahan
8. Resistor
9. Multimeter
10. Catu daya
11. Kabel Penghubung
12. Breadboard
C. Dasar Teori
Hukum Kirchoff I menyatakan “Arus Total yang masuk melalui suatu titik
percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama dengan arus total yang keluar
dari titik percabangan tersebut”.
116
c
D. Langkah Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dan catat dalam log book alat
yang telah disediakan (tanyakan asisten).
2. Buat rangkaian resistor pada breadboard sehingga membentuk rangkaian
Gambar 8.3
117
E. Uji Pemahaman
Perhatikan rangkaian berikut!
F. Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan loop pada rangkaian listrik!
2. Hitung arus dan tegangan pada setiap resistor untuk rangkaian berikut!
118
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Tugas Pendahuluan
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Hukum Kirchoff Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
119
120
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Hukum Kirchoff Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
121
B. Hukum Kirchoff I
Persamaan Hukum Kirchoff I adalah:
Σ𝐼𝑚𝑒𝑛𝑢𝑢𝑗𝑢 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑐𝑎𝑏𝑎𝑛𝑔 = Σ𝐼𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑐𝑎𝑏𝑎𝑛𝑔
C. Hukum Kirchoff II
Persamaan Hukum Kirchoff II adalah:
∑ε + ∑𝐼𝑅 = 0
Keterangan:
Σ adalah jumlah total
ε adalah gaya gerak listrik (𝑉)
D. Perhitungan Galat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung galat percobaan adalah:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘| × 100%
122
123
Tabel 8.1 Hasil Pengamatan Percobaan Hukum Kirchoff
𝑉 𝐼1 𝐼2 𝐼3
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝐴) (𝐴) (𝐴)
𝐸1 =
𝐸2 =
𝐸1 =
𝐸2 =
𝐼1 𝐼1
(𝐴) (𝐴)
𝐼2 𝐼2
(𝐴) (𝐴)
𝐼3 𝐼3
(𝐴) (𝐴)
124
PEMBAHASAN
125
126
KESIMPULAN
127
UJI PEMAHAMAN
128
MODUL 9
REAKTANSI KAPASITIF
KODE MODUL: RKF
A. Tujuan
Memahami prinsip kapasitansi suatu kapasitor
C. Dasar Teori
Reaktansi kapasitif adalah hambatan yang timbul pada kapasitor yang
dialiri arus bolak-balik (arus AC). Secara sederhana rangkaian reaktansi
kapasitif ditunjukan oleh Gambar 9.2
129
Seperti halnya dalam rangkaian arus searah (DC) dalam arus bolak balik
(AC) punterdapat hubungan antara tegangan (V) dan arus (I). Dalam rangkaian
DC hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan 9.1
𝑉 = 𝐼𝑅 ............................................................................................. (9.1)
Keterangan:
𝑉 adalah tegangan rangkaian (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝐼 adalah arus yang mengalir pada rangkaian (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝑅 adalah hambatan pada rangkaian (Ω)
Hubungan yang sama juga berlaku dalam rangkaian AC yang tersusun dari
sebuah kapasitor dengan kapasitansi 𝐶 dan tegangan 𝑉. Hubungan tersebut
dinyatakan dalam persamaan 9.2
𝑉 = 𝐼𝑋𝐶 ........................................................................................... (9.2)
Keterangan:
𝑉 adalah tegangan rangkaian (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝐼 adalah arus yang mengalir pada rangkaian (𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒)
𝑋𝐶 adalah reaktansi kapasitor (Ω)
Dari hubungan ini, reaktansi 𝑋𝐶 dapat didefinisikan sebagai hambatan
pengganti dari rangkaian yang nilainya dapat diperoleh dari persamaan (9.4)
sebagai berikut:
1
𝑋𝐶 = 𝜔𝐶 ......................................................................................... (9.3)
1
𝑋𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶 ...................................................................................... (9.4)
Keterangan:
𝑋𝐶 adalah nilai reaktansi induktif (Ω)
𝜔 adalah kecepatan sudut sinyal tegangan (𝑟𝑎𝑑/𝑠)
𝑓 adalah frekuensi sinyal tegangan (𝐻𝑧)
𝐶 adalah nilai kapasitor (𝐹)
Nilai dari arus dan tengan yang mengalir pada rangkaian dapat diukur
dengan menggunakan multimeter.
D. Langkah Percobaan
1. Susun rangkaian seperti Gambar 9.3
130
Gambar 9.3 Skema Rangkaian Percobaan Reaktansi Kapasitif
2. Pastikan power supply keadaan mati pilih tegangan keluaran AC 2 V
3. Gunakan multimeter digital sebagai Voltmeter dengan batas ukur 200 V
AC dan yang lain digunakan sebagai Amperemeter dengan batas ukur 10A
AC
4. Nyalakan catu daya
5. Baca tegangan kapasitor pada multimeter yang digunakan sebagai
voltmeter dan arus yang melalui kapasitor pada multimeter yang
digunakan sebagai ampermeter
6. Ulangi langkah 5 untuk nilai kaasitor yang lain (tanyakan asisten)
E. Uji Pemahaman
Gambarkan skema dari rangkaian berikut!
F. Tugas Pendahuluan
Suatu rangkaian tersusun atas sebuah kapasitor 5 𝐹 yang dihubungkan dengan
catu daya tegangan AC sebesar 5 𝑉. Tentukan:
a. Kecepatan sudut sinyal tegangan
b. Reaktansi kapasitif
c. Arus maksimum
131
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Tugas Pendahuluan
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Reaktansi Kapasitif Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
132
133
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Reaktansi Kapasitif Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
A. Skema Rangkaian
B. Reaktansi Kapasitif
Persamaan yang digunakan untuk menghitung reaktansi kapasitif pada rangkaian adalah:
1
𝑋𝐶 =
2𝜋𝑓𝐶
Keterangan:
𝑋𝐶 adalah nilai reaktansi kapasitif (Ω)
𝑓 adalah frekuensi sinyal tegangan (𝐻𝑧)
𝐶 adalah nilai kapasitansi kapasitor (𝐹)
134
Keterangan:
𝐼 adalah arus yang mengalir pada rangkaian (𝐴)
𝑉 adalah tegangan yang mengalir pada rangkaian (𝑉)
𝑋𝐶 adalah nilai reaktansi kapasitif (Ω)
D. Perhitungan Galat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung galat percobaan adalah:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘| × 100%
Contoh perhitungan percobaan reaktansi kapasitif:
Perhitungan reaktansi kapasitif:
1
𝑋𝐶 =
2𝜋𝑓𝐶
1
𝑋𝐶 =
2 × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
1
𝑋𝐶 =
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑋𝐶 =
Hasil perhitungan reaktansi kapasitif adalah:
135
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖| × 100%
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 =
Hasil perhitungan galat data adalah:
𝐶 𝑓 𝑋𝐶 𝑉 𝐼
(𝐹) (𝐻𝑧) (Ω) (𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝐴)
𝐼 𝐼
(𝐴) (𝐴)
𝐼 𝐼
(𝐴) (𝐴)
𝐼 𝐼
(𝐴) (𝐴)
𝐼 𝐼
(𝐴) (𝐴)
136
PEMBAHASAN
137
138
KESIMPULAN
139
UJI PEMAHAMAN
140
MODUL 10
RANGKAIAN RESISTOR DAN INDUKTOR
KODE MODUL: RRL
A. Tujuan
1. Menentukan nilai impedansi pada rangkaian resistor dan induktor seri
2. Menentukan nilai arus maksimum pada rangkaian resistor dan induktor
seri
C. Dasar Teori
Rangkaian Resistor Induktor (RL) adalah sebuah rangkaian yang terdiri
dari resistor hambatandan induktor, yang terhubung secara langsung terhadap
simber arus atau sumber tegangan. Apabila saklar pada rangkaian ditutup,
maka arus pada resistor akan mengalir secara bertahap. Keberadaan induktor
akan mengatur kenaikan arus yang terjadi pada resistor sesuai dengan hukum
Lenz.
141
Gambar 10.2 Rangkaian RL Seri
Dari Gambar 10.2 diperoleh nilai reaktansi induktif dengan menggunakan
persamaan (10.1)
𝑋𝐿 = 𝜔𝐿 ...................................................................................... (10.1)
𝜔 = 2𝜋𝑓 ...................................................................................... (10.2)
Keterangan:
𝐿 adalah nilai induktor (𝐻)
𝑋𝐿 adalah reaktansi induktif (Ω)
𝜔 adalah kecepatan sudut sinyal tegangan (𝑟𝑎𝑑/𝑠)
𝑓 adalah frekuensi sinyal tegangan (𝐻𝑧)
Nilai hambatan pengganti dari resistor, dan induktor atau yang biasa
disebut dengan nilai impedansi rangkaian dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (10.3)
𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝐿 2 ........................................................................... (10.3)
Keterangan:
𝑍 adalah nilai impedansi rangkaian ( Ω)
𝑅 adalah nilai resistor rangkaian (Ω)
𝑋𝐿 adalah reaktansi induktif (Ω)
Berdasarkan persamaan (10.1), dan (10.2), maka persamaan (10.3) dapat
dituliskan sebagai persaman (10.4)
𝑍 = √𝑅 2 + (2𝜋𝑓𝐿)2 ................................................................... (10.4)
Keterangan:
𝑍 adalah besar impedansi rangkaian ( Ω)
𝑅 adalah nilai resistor rangkaian (Ω)
𝑓 adalah frekuensi sinyal tegangan (𝐻𝑧)
142
𝐿 adalah nilai induktor (𝐻)
Apabila nilai tegangan input diketahui sebagai V m, maka nilai arus
maksimum yang mengalir pada rangkaian dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (10.5)
𝑉𝑚
𝐼𝑚 = ........................................................................................ (10.5)
𝑍
Keterangan:
𝐼𝑚 adalah arus maksimal yang mengalir pada rangkaian (𝐴)
𝑉𝑚 adalah tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian ( 𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑍 adalah besar impedansi rangkaian ( Ω)
Berdasarkan persamaan (10.5) maka nilai tegangan untuk resistor (𝑉𝑅 ),
dan (𝑉𝐿 ) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (10.6) dan (10.7)
𝑉𝑅 = 𝐼𝑚 × 𝑅 ................................................................................ (10.6)
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 × 𝑋𝐿 ............................................................................... (10.7)
Keterangan:
𝑉𝑅 adalah tegangan maksimal yang mengalir pada resistor (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝐼𝑚 adalah arus maksimal yang mengalir pada resistor atau kapasitor ( 𝐴)
𝑅 adalah nilai resistor rangkaian ( Ω)
𝑉𝐿 adalah tegangan maksimal yang mengalir pada induktor (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑋𝐿 adalah reaktansi induktif (Ω)
D. Langkah Percobaan
1. Buat rangkaian seperti pada Gambar 10.1
2. Hubungkan catu daya ke sumber listrik. Nyalakan catu daya dan atur
tegangan input pada 2 𝑉𝑜𝑙𝑡
3. Ukur arus yang mengalir pada rangkaian. Catat hasilnya pada LKM
4. Ukur tegangan yang mengalir pada resistor dan inductor. Catat hasilnya
pada LKM
5. Hitung nilai arus yang mengalir pada rangkaian berdasarkan persamaan
(10.5)
6. Hitung nilai tengangan pada resistor dan inductor!
7. Ulangi langkah 1-6 untuk kapasitor yang berbeda
143
E. Uji Pemahaman
Gambarkan skema dari rangkaian berikut!
F. Tugas Pendahuluan
Suatu rangkaian tersusun atas sebuah resistor 12 Ω dan inductor 5𝜇𝐻 yang
dihubungkan dengan catu daya tegangan AC sebesar 5 𝑉𝑜𝑙𝑡. Tentukan:
d. Kecepatan sudut sinyal tegangan
e. Reaktansi induktif
f. Impedansi rangkaian
g. Arus maksimum
h. Tegangan yang mengalir pada resistor
c. Tegangan yang mengalir pada induktor
144
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Tugas Pendahuluan
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Rangkaian Resistor dan Induktor Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
145
146
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Rangkaian Resistor dan Induktor Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
A. Skema Rangkaian
𝑍 = √𝑅2 + (2𝜋𝑓𝐿)2
Keterangan:
𝑍 adalah nilai impedansi rangkaian ( Ω)
𝑅 adalah nilai resistor rangkaian ( Ω)
𝑓 adalah frekuensi sinyal tegangan (𝐻𝑧)
𝐿 adalah nilai induktor (𝐻)
G. Perhitungan Galat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung galat percobaan adalah:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘| × 100%
148
Contoh perhitungan Rangkaian Resistor dan Induktor:
Perhitungan reaktansi induktif:
𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿
𝑋𝐿 = 2
𝑋𝐿 =
Hasil perhitungan reaktansi induktif adalah:
𝑍 = √𝑅 2 + (2𝜋𝑓𝐿)2
𝑍 = √𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ + (𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ)2
Hasil perhitungan impedansi rangkaian adalah:
𝑉𝑅 = 𝐼𝑚 × 𝑅
𝑉𝑅 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑉𝑅 =
Hasil perhitungan tegangan pada resistor adalah:
149
Perhitungan tegangan pada induktor:
𝑉𝐿 = 𝐼𝑚 × 𝑋𝐿
𝑉𝐿 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑉𝐿 =
Hasil perhitungan tegangan pada induktor adalah:
𝐿 𝑓 𝑋𝐿 𝑅 𝑍 𝐼𝑚 𝑉𝑅 𝑉𝐿
(𝐻) (𝐻𝑧) (Ω) (Ω) (Ω) (𝐴) (𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝐼𝑚 𝐼𝑚
(𝐴) (𝐴)
𝑉𝑅 𝑉𝑅
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉𝐿 𝑉𝐿
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
150
Tabel 10.3 Galat Data untuk 𝐶 =
𝐼𝑚 𝐼𝑚
(𝐴) (𝐴)
𝑉𝑅 𝑉𝑅
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉𝐿 𝑉𝐿
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
151
PEMBAHASAN
152
153
KESIMPULAN
154
MODUL 11
RANGKAIAN RESISTOR DAN KAPASITOR
KODE MODUL: RRC
A. Tujuan
1.
C. Dasar Teori
D. Langkah Percobaan
1. Buat rangkaian seperti pada Gambar 11.1
155
3. Ukur arus yang mengalir pada rangkaian. Catat hasilnya pada LKM
4. Ukur tegangan yang mengalir pada resistor dan kapasitor. Catat hasilnya
pada LKM!
5. Hitung nilai arus yang mengalir pada rangkaian!
6. Hitung nilai tengangan pada resistor dan kapasitor!
7. Ulangi langkah 1-6 untuk kapasitor yang berbeda
E. Uji Pemahaman
Sebuah rangkaian tersusun atas resistor 33Ω, dan kapasitor 2.2𝜇𝐹 seperti pada
gambar. Gambarkan skema dari tersebut jika jepit buaya merah dan hitam
adalah sumber tegangan AC 2𝑉!
F. Tugas Pendahuluan
Suatu rangkaian tersusun atas sebuah resistor 12 Ω dan kapasitor 5𝐹 yang
dihubungkan dengan catu daya tegangan AC sebesar 5 𝑉. Tentukan:
a. Kecepatan sudut sinyal tegangan
b. Reaktansi kapasitif
c. Impedansi rangkaian
d. Arus maksimum
e. Tegangan yang mengalir pada resistor
f. Tegangan yang mengalir pada kapasitor
156
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Tugas Pendahuluan
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Rangkaian Resistor dan Kapasitor Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
157
158
Nama : _______________________
NIM : _______________________
Lembar Kerja Mahasiswa
Judul Praktikum: Kelas TPB : _______________________
Rangkaian Resistor dan Kapasitor Tanggal Praktikum : _______________________
Nama Asisten : _______________________
A. Skema Rangkaian
𝑍 = √𝑅2 + 𝑋𝐶 2
Keterangan:
𝑍 adalah nilai impedansi rangkaian ( Ω)
𝑅 adalah nilai resistor rangkaian ( Ω)
𝑋𝐶 adalah reaktansi kapasitif ( Ω)
G. Perhitungan Galat
Persamaan yang digunakan untuk menghitung galat percobaan adalah:
%𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = |𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘| × 100%
160
Contoh perhitungan Rangkaian Resistor dan Kapasitor:
Perhitungan reaktansi kapasitif:
1
𝑋𝐶 =
2𝜋𝑓𝐶
1
𝑋𝐶 =
2 × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
1
𝑋𝐶 =
𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑋𝐶 =
Hasil perhitungan reaktansi kapasitif adalah:
𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 2
𝑍 = √𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ2 + 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ2
𝑍 = √𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ + 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑍 = √𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑍=
Hasil perhitungan impedansi rangkaian adalah:
161
Perhitungan tegangan pada resistor:
𝑉𝑅 = 𝐼𝑚 × 𝑅
𝑉𝑅 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑉𝑅 =
Hasil perhitungan tegangan pada resistor adalah:
𝑉𝐶 = 𝐼𝑚 × 𝑋𝐶
𝑉𝐶 = 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ × 𝑎𝑏𝑐𝑑𝑒𝑓𝑔ℎ
𝑉𝐶 =
Hasil perhitungan tegangan pada kapasitor adalah:
𝐶 𝑓 𝑋𝐶 𝑅 𝑍 𝐼𝑚 𝑉𝑅 𝑉𝐶
(𝐹) (𝐻𝑧) (Ω) (Ω) (Ω) (𝐴) (𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
162
Tabel 11.2 Galat Data untuk 𝐶 =
𝐼𝑚 𝐼𝑚
(𝐴) (𝐴)
𝑉𝑅 𝑉𝑅
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉𝐶 𝑉𝐶
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
163
Tabel 11.3 Galat Data untuk 𝐶 =
𝐼𝑚 𝐼𝑚
(𝐴) (𝐴)
𝑉𝑅 𝑉𝑅
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
𝑉𝐿 𝑉𝐿
(𝑉𝑜𝑙𝑡) (𝑉𝑜𝑙𝑡)
164
PEMBAHASAN
165
166
KESIMPULAN
167
168