Anda di halaman 1dari 4

Tugas Etika Profesi Semester Ganjil 2020/2021

Nama : Lailani Salsabila

NIM : 1734190001

Mata Kuliah : Etika Profesi

Tugas!

Membuat Essay sebagai review bacaan Archipreneur.

Seiring waktu berjalan ilmu Arsitektur terus berkembang mengikuti jaman. Arsitektur bukan
hanya tentang mendesain suatu bangunan saja tetapi mulai berkembang ke beberapa aspek contohnya
aspek kehidupan sehari – hari. Perkembangan arsitektur telah mempengaruhi sudut pandang seorang
arsitek dalam menjalankan suatu bisnis. Dengan adanya suatu bisnis yang menuntut seseorang untuk
mengikuti munculah kata “Entrepreneur” yaitu seseorang yang menciptakan suatu ide produk atau bisnis
untuk pertama kalinya dan biasanya ide yang dibuat berbeda dari yang pernah ada, bahkan terkadang
idenya unik dan di luar dugaan. Dengan adanya entrepereneur tersebut pastinya akan mempengaruhi
terhadap suatu bisnis yang berkaitan dengan Arsitektur, maka dalam buku ini muncullah kata
“Archipreneur” yang dijelaskan dalam buku ini adalah diciptakan untuk menggambarkan pendekatan baru
dan generasi baru untuk arsitek, desainer, dan pembangun kota yang merangkul masuknya suatu ilmu
kedisiplinan dan berkreasi dengan pola pikir ganda sebagai pengusaha sekaligus desainer.

Tentunya dengan adanya Archipreneur ini maka akan memberikan suatu pandangan baru dalam
dunia industri konstruksi untuk menciptakan suatu produk, proyek, dan bisnis yang berkembang, tumbuh,
dan terus berjalan mengikuti zaman. Buku archipreneur ini memberikan suatu jalan untuk membuat
komunitas dari beberapa arsitek professional yang berpikiran sama dan menyetujui untuk saling bertukar
pikiran dalam membahas pengetahuan, mendidik, menginspirasi dalam mendesain, membangun kota di
masa depan sesuai dengan sikap disiplin dalam kewirausahaan. Sehingga buku ini berisi kumpulan
wawancara dari arsitek, pengembang, dan orang professional yang bekerja di berbagai bidang industri
konstruksi.

Dalam buku ini, pertama yang di wawancarai adalah penemu dari Lab MIMA yaitu Marta Brandao
dan Mario Sousa dari Viana do Castelo di Portugal. MIMA lab adalah perusahaan yang berfokus pada
konsep, retail asrsitektur, dan desain suatu produk. Dalam wawancara ini Marta dan Mario menceritakan
pengalaman dan pemikiran mereka dalam berwirausaha dengan memulainya dari sebuah bisnis hingga
menciptakan suatu poduk arsitektural. Dalam wawancaranya mereka bercerita bagaimana keputusan
mereka dalam memulai suatu perusahaan MIMA yaitu dengan keyakinan bahwa dalam memulai
perusahaan mereka akan menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari arsitektur tradisional yang lain
dan memulainya dengan umur yang sangat muda. Sehingga kekuatan tujuan mereka dalam perusahaanya
adalah membuat arsitektur yang lebih ceria dan penuh demokratis. Dalam meningkatkan perusahaannya
mereka berprinsip bahwa “Doing good architecture remains our priority” dengan menjalin kerjasama
antar perusahaan atau arsitek yang baik dalam dunia industry konstruksi. Mereka pun belajar berdedikasi,
dan berkualitas dalam suatu tim di perusahaan. Mereka bercerita bahwa tidak mempunyai dukungan
modal dana dari keluarga, bank maupun investor. Mereka memulainya dengan menyisihkan uang hasil
pekerjaan mereka sebelumnya, dan bekerja keras hingga ahirnya perusahaan MIMA pun berdiri.

Wawancara kedua dalam buku ini adalah David Belt (direktur exsekutif dan penemu Macro Sea)
dan Nicko Elliot (Direktur desain dari perusahaan Macro Sea). Macro Sea adalah suatu perusahaan
pengembang real estate yang berada di New York yang misinya menciptakan nilai tak terduga di tempat
yang kurang dimanfaatkan. Dalam wawancara ini mereka bercerita tentang perusahaan Macro Sea,
pemikiran dari David dan Nicko dalam proyek pengembangannya, serta tips dalam memulai
kewirausahaannya. Keputusan David dan Nicko dalam membangun perusahaan Macro Sea adalah pada
mulanya David bekerja di kontraktor tetapi di tahun 2008 perusahaannya mengalami bangkrut dan dia
pun bangkit tertarik untuk memulai bisnis dalam manajemen proyek, yang dinginkan oleh dia dalam
manajemen proyek ini adalah “Saya hanya ingin melakukan proyek yang saya minati” jadi David mulai
menjual sebagian dari perusahaan manajemen proyeknya kepada beberapa orang yang bekerja untuknya
kemudian memberi tahu mereka bahwa mereka akan mengambil alih, lalu diapun memulai perusahaan
sendirinya yaitu Macro Sea. Pengalam David dalam pengembang real estate ini yaitu dia menceritakan
bahwa pemikirannya di bantu dengan tim perusahaan sehingga menghasilkan suatu ide, awal mula dalam
pengembangannya mereka tidak terlalu terstruktur, tetapi ketika mereka menjalankan proyeknya,
mereka bekerja dengan sangat keras, bekerja dengan ketat, focus, dan saling memberi dorongan satu
sama lain. Sehingga ketika proyek tersebut selesai bukan hanya kebetulan semata. Dengan adanya kerja
sama antar tim mereka pun bisa mengontrol biaya dengan baik sesuai dengan anggaran. Hal yang
memuaskan menjadi seorang pengembang adalah bisa bekerja dengan orang – orang sangat baik dalam
tim kerja sama, dan saling bertukar pikiran. Masukan untuk archipreneur yang diberikan David adalah “
Jangan khawatir dengan uang. Dan jika kamu mau membangun hal – hal yang baik untuk dunia, maka
kamu harus melihat bagian keuangan sebagai kendala dalam desain”. Cara mereka memulai dalam
membangun perusahaan ini adalah dengan memanfaatkan hubungan dengan orang – orang di dunia
bangunan, kemudian mereka mengajukan kepada orang yang bersangkutan untuk meminjamkan uang
dan membeli bangunan dengan dukungan yang diberikan oleh orang yang bersangkutan. Sehingga
masukan mereka kepada orang – orang yang memulai archpreneur adalah “Tanpa visi tidak akan ada yang
terjadi”.

Wawancara ke tiga dalam buku ini, dengan Archilogic yaitu suatu tim yang berisikan 4 orang
arsitek ; Pascal Babey, Frederic Schwarz, Kaspar Helfrich dan Thomas Polach dari Zurich, Switzerland.
Mereka adalah penemu Archilogic.com yaitu sebuah teknologi pengembangan aplikasi 2d menjadi model
3d. teknologi ini sangat membantu dalam pengembangan real estate dan proyek arsitektural desain.
Dalam wawancara ini mereka menceritakan pemikiran antara arsitektur dan teknologi, bagaimana
membangun sebuah bisnis dalam pandangan mereka terhadap arsitektur yang akan datang. Dalam
wawancara ini tim Archilogic menceritakan bagaimana mereka memulai pengembangan teknlogi ini dan
ide apa saja yang mendasari yaitu mereka mempercayai bahwa suatu arsitektur akan datang dari
komunikasi yang baik, media yang baru, dan perspektif dari sebuah potografi menjadi hasil rendering ( 2d
menjadi 3d). hal yang menjadi keputusan mereka untuk menjadi seorang pembisnis suatu tim adalah
karena adanya dukungan dari seorang temannya yang menunjukan Archilogics technology yang baru
dibuat sehingga mereka pun akhirnya memutuskan untuk memulai bisnis dan mengembangkan teknologi
ini. Rencana mereka untuk mengembangkan perusahaanya menjadi skala yang lebih besar yaitu dengan
lebih focus terhadap menerbitkan sebuah karya. Mereka berusaha mencoba membuatnya dengan cepat,
murah, dan sederhana. Masukan yang diberikan oleh tim Archilogic kepada arsitek yang memulai suatu
bisnis yaitu “Just start! You will learn the rest on the road” dan juga tanyakan pendapat setiap orang hasil
karya yang telah kita kerjakan. Sebagai arsitek tentunya akan selalu mendapatkan kritik, dan harus
menerimanya.

Wawancara ke empat dalam buku ini yaitu, dengan Ari S. Heckman seorang CO pendiri dan CEO
dari perusahaan ASH NYC. Perusahaan ini menggabungkan antara dunia desain interior dengan
pengembangan property. Perusahaan ini juga mendesain suatu produk dan furniture dari beberapa brand
dan rumah sakit. Dalam wawancara ini Ari akan memberikan cerita berbagai pengalamannya menjadi
seorang pendiri perusahaan, pengembang suatu bisnis, dan pemikirannya dalam mendesain. Ari
S.Heckaman mengatakan bahwa dirinya merasakan seperti seorang pengembang sekaligus designer atau
Vice Versa. Dia hanya tertarik dengan proyek yang mereka anggap sangat serius seperti lingkungan
perkotaan dan bisa memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan. Dalam wawancara ini dia pun
menceritakan proyek apa saja yang sedang di kerjakan yaitu membangun ulang bangunan di Michigan,
membangun kembali kampus Katholik, gereja, dan lingkungan di New Orlens dll. Yang menjadi suatu
kepuasan dalam pekerjaannya adalah ketika proyek yang dikerjakan bertahun – tahun dapat selesai
dengan sukses, walaupun setiap proyek mempunyai keunikan dan tantangan yang berbeda – beda. “The
best advice is simply to get started” adalah masukan yang diberikan dia dalam wawancara ini yaitu dia
selalu merekomendasikan orang – orang untuk membeli rumah kecil multi-family sehingga mereka dapat
memperbaikinya dan akhirnya bangunan tersebut menjadi berfungsi lebih baik. Dalam wawancara ini dia
berharap agar arsitek dan orang – orang berpikir bahwa suatu desain dapat mempengaruhi pembangunan
dan urbanisme dengan cara yang lebih besar sehingga bangunan dan komunitas menjadi lebih baik.

Wawancara kelima dalam buku ini, yaitu dengan Kevin Cavenaugh yaitu seorang pendiri dari
perusahaan pengembang Guerilla di Portland, Oregon. Perusahaan ini bekerja pada bidang konstruksi,
mereka percaya bahwa perusahaannya akan membawa suatu perubahan positif ke lingkungan sekitarnya
dengan melalui eksperimen sosial, dan kepekaan lingkungan. Dalam wawancara ini Kevin akan membahas
tentang pengembangan proyek, memberikan beberapa tips dan pengetahuan dalam pengembangan
perkotaan. Keputusan yang membuat Kevin menjadi seorang pengembang setelah lulus kuliah yaitu
muncul ketika rasa penasarannya terhadap suatu material vinyl yang sering digunakan di setiap jendela
hingga akhirnya dia mengajak satu kliennya untuk dijadikan bahan eksperimen sampai akhirnya dia
mendapatkan jawaban dan memahaminya. Dalam menjalankan perusahaannya Kevin lebih senang
menjalankan dengan eksperimen yang dilakukan. Kevin menceritakan dalam wawancara ini bahwa
sekolah arsitektur telah mengajarkannya bagaimana cara mendesain dan bagaimana cara berpikir lebih
dalam untuk menghasilkan suatu konsep. Dalam membiayai suatu proyeknya Kevin lebih mencari relasi
teman yang bisa mempercayainya untuk memberi modal awal dan membagi dua sesuai dengan
kesapakatan dibandingkan meminjam ke bank. Masukan yang diberikan Kevin dalam wawancara ini
kepada arsitek yang memulai bisnisnya yaitu dengan lebih bertanggung jawab terhdapa klien dan
meyakinkan hasil desain kepada klien “ Follow me! Development is so freeing”.

Wawancara ke enam dalam buku ini yaitu dengan Will Hunter, seorang arsitek dan pendiri sebuah
London School of Architecture (LSA). Sekolah universitas ini menginginkan dalam pengetahuan
arsitektural yang lebih terjangkau dengan lebih menekankan praktik pada dunia nyata dan
mempersiapkan lulusan mahasiswa yang berbakat dalam menangani perubahan dalam dunia arsitektur
yang sedang berjalan. Dalam wawancara ini Will akan membagikan beberapa pengetahuan arsitektur,
jalan alternatif untuk profesi arsitekm dan profesi yang akan datang untuk seorang arsitek. Will
menceritakan ide awal dalam mendirikan sekolah arsitek ini yaitu karena biaya sekolah di Inggris yang
semakin mahal dan akhirnya dia pun berinisiatif untuk mendirikan sekolah dengan memberikan keringan
pada aspek keuangan dan berpikir untuk menggabungkan akademis dengan praktik yang nyata. Dalam
wawancara ini will menceritakan tentang sekolah arsitektur yang didirikannya dan membahas tentang
grup yang dibuatnya yaitu “Alternative Rotes for Architecture”. Masukan yang diberikan will kepada para
arsitek yaitu kita harus bisa mempertahankan dan meningkatkan posisi kita dalam desain lingkungan
binaan. Will berharap sekolah arsitektur yang didirikannya akan menghasilkan pekerjaan dalam garis yang
terdepan.

Wawancara selanjutnya yaitu ke tujuh dalam buku ini yaitu Brandon Donnelly yaitu seorang
arsitek, pengembang real esrate, dan blogger yang terlatih di Toronto, Kanada. Wawancara ini lebih
membahas terhadap pemikiran Brandon sebagai seorang arsitek, pengembang, dan entrepreneurship.
Misinya dalam menciptakan suatu bangunan yaitu terlihat indah dan layak. Brandon menceritakan awal
mula keinginannya untuk menjadi seorang pengembang suatu perusahaan hingga perjalanannya dalam
memulai karir sebagai blogger yang lebih membahas dunia arsitektur.

Wawancara ke delapan dalam buku ini membahas seorang arsitek yang sekaligus menjadi
manajer dalam sosial media yaitu Claudia Lorusso. Claudia bekerja sebagai arsitek dan manajer dari the
Beautiful Bari, di Itali. Awal mula Claudia menjadi seorang manajer sosial media karena dia selalu
bersemangat dalam membahas media sosial dan teknologi, sehingga setelah lulus arsitektur dia pun
bekerja untuk suatu web archilovers.com dengan posisinya yaitu memberikan contoh yang bagus tentang
bagaimana teknologi dapat menciptakan lapangan kerja dalam bidang arsitektur. Wawancara ini berisi
bagaimana Claudia menceritakan pemikirannya tentang arsitektur, teknologi baru dan media sosial.

Wawancara selanjutnya dalam buku ini yaitu Eric Reinholdt yaitu seorang arsitek dan
entrepreneur dari Maine, Amerika Serikat. Eric sangat tertarik untuk menggabungkan arsitektur dengan
kewirausahaan. Eric telah menerbitkan buku yang berjudul “Architect + Entrepreneur : A field guide to
building, branding, and marketing your startup design business. Harapan Eric dalam menulis buku ini yaitu
memiliki panduan semacam ini ketika ia memulai desain bengkel mesinnya dengan ukuran 30 x 40 yang
menjadi perusahaannya sendiri.

Sehingga kesimpulan dari semua wawancara pada buku Aarchpreneur ini yaitu mengajarkan kita
bagaimana cara memulai suatu bisnis kewirausahaan (Entrepreneur). Seorang arsitek yang tidak hanya
berpikiran sebagai desain bangunan melainkan mengembangkan menjadi developer real estate, pendiri
perusahaan sendiri, memanfaatkan suatu teknologi menjadi bisnis yang baru, hingga memanfaatkan
sosial media sebagai bisnis yang berkaitan dengan arsitektur. Dalam wawancara yang dibaca dalam buku
ini semuanya mempunyai masukan yang hampir sama dalam memulai suatu bisnis yaitu jangan takut
dalam memulai suatu bisnis asalkan kita sendiri mempunyai visi dan tujuan yang akan dicapai dan
keinginan yang kuat maka suatu bisnis akan berjalan dengan baik dan sukses. Jangan khawatir dalam
masalah dana karena apabila kita bisa membuat relasi dengan banyak orang dan dapat meyakinkan setiap
orang maka orang – orang dapat bekerja sama dengan kita. Wawancara yang ada dalam buku ini
memberikan gambaran pada setiap arsitek bahwa masih banyak peluang bisnis yang didapatkan.
Kesimpulan dari setiap wawancara pada buku ini adalah kerjasama dan tanggung jawab dalam suatu tim
menjadi dasar dalam mendirikan suatu perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai