Anda di halaman 1dari 32

124

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Pelaksanaan dan Kebutuhan


Pengendalian Biaya Proyek di Lapangan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

A. PROFIL DAN DATA UMUM PERUSAHAAN


1. Nama perusahaan :
2. Kelas Perusahaan :

B. PROFIL DAN DATA UMUM RESPONDEN


1. Nama Responden :
2. Jabatan Responden :

C. PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN BIAYA

1. Kerangka Kerja Pengendalian Biaya


1.1. Work Breakdown Structure (WBS)
1.1.1. Apakah WBS digunakan dalam pengendalian biaya proyek ?
1.1.2. Bagaimana sistematika dalam breakdown pekerjaan ?
1.1.3. Seberapa detail breakdown yang dilakukan ?

1.2. Pengkodean Biaya


1.2.1. Apakah dilakukan pengkodean terhadap biaya proyek ?
1.2.2. Bagaimana bentuk pengkodean biaya tersebut? Apakah arti dari kode tersebut?
1.2.3. Apakah pengkodean tersebut digunakan pada setiap proyek yang ditangani ?
1.2.4. Seberapa banyak dapat dilakukan perubahan terhadap kode biaya standar pada
tiap proyek?
1.2.5. Seberapa detail pengkodean biaya yang ada ?
1.2.6. Apakah breakdown dalam pengkodean biaya sesuai dengan WBS ?
1.2.7. Apakah pengkodean tersebut digunakan tidak hanya pada bagian pengendalian
125

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Pelaksanaan dan Kebutuhan


Pengendalian Biaya Proyek di Lapangan (sambungan)

1.3. Earned Value Concept


1.3.1. Bagaimana pelaksanaan earned value concept ? apakah dilakukan analisa status
biaya?

2. Cost Control Function Breakdown Structure


2.1. Allocating Budget
2.1.1. Budget apakah yang digunakan dalam pengendalian biaya ?
2.1.2. Bagaimana cara pengalokasian budget?
2.1.3. Alasan apa yang mendasari pengalokasian budget?

2.2. Monitoring Cost


2.2.1. Berapa jangka waktu dilakukannya monitoring biaya? Siapa yang melakukan?
2.2.2. Apa saja yang dimonitor ?
2.2.3. Bagaimana cara melakukan monitoring?

2.3. Analyzing Cost Status


2.3.1. Apakah dilakukan analisa status akuntansi ?
2.3.2. Apakah dilakukan analisa status biaya?

2.4. Reporting Cost Status


2.4.1. Apa isi laporan status biaya?
2.4.2. Bagaimana jalannya laporan status biaya?

2.5. Decision Making and Correcting Action


2.5.1. Apa dasar dari pembuatan keputusan dan langkah perbaikan yang diambil?
2.5.2. Bagaimana cara perbaikan yang dilakukan?
2.6. Project Post Evaluating
2.6.1. Apakah dilakukan evaluasi setelah proyek selesai? Apa yang dievaluasi?
126

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Pelaksanaan dan Kebutuhan


Pengendalian Biaya Proyek di Lapangan (sambungan)

2.6.2. Apakah data-data dari proyek selesai disimpan?


2.6.3. Digunakan untuk apakah data-data dari proyek yang sudah selesai?

D. KEBUTUHAN SISTEM PENGENDALIAN BIAYA


127

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Pelaksanaan dan Kebutuhan


Pengendalian Biaya Proyek di Lapangan (sambungan)
128

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A

E. PROFIL DAN DATA UMUM PERUSAHAAN


1. Nama perusahaan : Kontraktor A
2. Kelas Perusahaan : Besar (swasta)

F. PROFIL DAN DATA UMUM RESPONDEN


1. Nama Responden : -
2. Jabatan Responden : Pengendalian biaya

G. PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN BIAYA

2. Kerangka Kerja Pengendalian Biaya


2.7. Work Breakdown Structure (WBS)
2.7.1. Apakah WBS digunakan dalam pengendalian biaya proyek ?
Jawaban :
Istilah WBS tidak pernah diketahui dan bentuk grafik WBS tidak pernah ditemui
dalam pelaksanaan proyek. Pembagian-pembagian pekerjaan menjadi tingkatan
yang semakin kecil dilakukan pada saat proses scheduling dan penentuan RAB
proyek, yaitu membagi berdasarkan pekerjaan-pekerjaan pokok, misalnya
pekerjaan tanah, beton bertulang, dll. Pembagian pekerjaan ini tidak pernah
digunakan di bagian pengendalian biaya.
2.7.2. Bagaimana sistematika dalam breakdown pekerjaan ?
Jawaban :
Breakdown pekerjaan tidak pernah dilakukan dalam pengendalian biaya. Bagian
pengendalian biaya hanya melihat secara umum, berapa biaya yang telah
dikeluarkan untuk masing-masing biaya proyek, misalnya material, peralatan,
subkontraktor, dll.
2.7.3. Seberapa detail breakdown yang dilakukan ?
Jawaban :
Tidak ada breakdown aktivitas dalam pengendalian biaya.
129

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A (sambungan)

2.8. Pengkodean Biaya


2.8.1. Apakah dilakukan pengkodean terhadap biaya proyek ?
Jawaban : Iya
2.8.2. Bagaimana bentuk pengkodean biaya tersebut? Apakah arti dari kode tersebut?
Jawaban :
Bentuk pengkodean utama adalah MUSTIRO. Istilah ini merupakan istilah yang
diciptakan sendiri oleh kontraktor ini. MUSTIRO terdiri dari

Kode Biaya
M Æ Material
U Æ Upah pekerja
S Æ Subkontraktor
T Æ Peralatan
I Æ Biaya Lain-lain
R Æ Overhead Lapangan
O Æ Overhead Kantor (Pusat)

2.8.3. Apakah pengkodean tersebut digunakan pada setiap proyek yang ditangani ?
Jawaban :
Bentuk pengkodean biaya MUSTIRO digunakan sebagai standar dalam semua
proyek yang ditangani. Kode yang membedakan antara proyek yang satu dengan
proyek lain adalah kode proyek itu sendiri. Kode proyek dibedakan antara jenis
proyek yang satu dengan jenis proyek yang lain, misalnya kode 6 di awal kode
proyek menunjukkan jenis proyek gedung. Kode proyek ini digabungkan dengan
nomer proyek yang menunjukkan nomer urutan proyek sejenis yang pernah
ditangani. Kode identitas proyek secara keseluruhan menggabungkan antara
kode jenis proyek dan nomer proyek, misalnya kode 651 menunjukkan proyek
gedung (6), proyek sejenis urutan ke 51.
130

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A (sambungan)

Breakdown dari kode biaya utama MUSTIRO tidak diseragamkan dari satu
proyek ke proyek lainnya, karena dianggap tidak diperlukan dalam proses
selanjutnya. Pengendalian biaya di kantor pusat hanya dilakukan dengan melihat
kode biaya utama yaitu MUSTIRO saja.
2.8.4. Seberapa banyak dapat dilakukan perubahan terhadap kode biaya standar pada
tiap proyek?
Jawaban :
Perubahan terhadap kode utama MUSTIRO tidak dapat dilakukan, tetapi
breakdown dari kode utama berada dalam otoritas bagian pengendalian biaya di
masing-masing proyek.
(diberikan contoh breakdown kode biaya pada salah satu proyek yang ditangani)
2.8.5. Seberapa detail pengkodean biaya yang ada ?
Jawaban :
Detail dari kode MUSTIRO biasanya dilakukan hanya sampai satu tingkatan
detail saja, yaitu masing-masing elemen biaya diurutkan dari biaya dengan nilai
rupiah tertinggi sampai terendah.
2.8.6. Apakah breakdown dalam pengkodean biaya sesuai dengan WBS ?
Jawaban :
Breakdown pengkodean biaya tidak sesuai dengan WBS, karena tidak ada WBS
yang dipakai. Pengkodean biaya juga tidak di breakdown berdasarkan aktivitas,
melainkan berdasarkan jenis biaya saja.
2.8.7. Apakah pengkodean tersebut digunakan tidak hanya pada bagian pengendalian
biaya, tetapi juga bagian akuntansi, engineer, estimator dan bagian lain?
Jawaban :
Tiap-tiap bagian proyek yaitu estimator, akuntansi, bagian scheduling dan
bagian pengendalian biaya memiliki kode yang berbeda satu sama lain. Kode-
kode ini tidak berhubungan.
131

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A (sambungan)

2.9. Earned Value Concept


2.9.1. Bagaimana pelaksanaan earned value concept ? apakah dilakukan analisa status
biaya?
Jawaban :
Earned value concept sudah diterapkan dalam pengendalian biaya. Analisa
status biaya digunakan pada semua biaya proyek (Material, upah pekerja,
subkontraktor, peralatan, biaya lain-lain, overhead lapangan dan overhead
kantor pusat) dan dilakukan seminggu sekali.
Data yang diperlukan untuk analisa adalah budget total, sisa volume dan sisa
budget yang dimiliki untuk menyelesaikan pekerjaan dan volume dan jumlah
uang yang telah digunakan, dan volume progress. Pengendalian biaya untuk
earned value concept juga dilakukan dengan mengantisipasi pekerjaan tambah
kurang selama proyek berlangsung. Pengendalian terhadap status baiya
diperoleh dengan membandingkan antara nilai yang dihasilkan kontraktor dari
termyn owner (BCWP) dengan pengeluaran aktual untuk melakukan progress
tersebut. Status akuntansi dapat diketahui dengan membandingkan nilai
anggaran dengan total pengeluaran proyek.

3. Cost Control Function Breakdown Structure


3.1. Allocating Budget
3.1.1. Budget apakah yang digunakan dalam pengendalian biaya ?
Jawaban : Rencana Anggaran Pelaksanaan Proyek (RAPP)
3.1.2. Bagaimana cara pengalokasian budget?
Jawaban :
Budget yang diberikan dari kantor pusat adalah RAB. RAB merupakan budget
kontrak yang telah disetujui owner. RAB dengan otoritas dari direktur kantor
pusat biasanya diturunkan ± 5 % untuk keuntungan kantor pusat. RAB yang
telah disesuaikan disebut Rencana Anggaran Proyek (RAP). RAP ini tidak
langsung digunakan sebagai budget yang diberikan kepada lapangan, melainkan
132

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A (sambungan)

dilakukan penyesuaian oleh project manager sehingga menjadi Rencana


Anggaran Pelaksanaan Proyek (RAPP). RAPP merupakan budget yang
diberikan kepada personel di lapangan.
3.1.3. Alasan apa yang mendasari pengalokasian budget?
Jawaban :
Alokasi budget dari RAB ke RAP oleh direktur kantor pusat dilakukan untuk
memisahkan biaya pelaksanaan dengan keuntungan kantor pusat. Pemotongan
budget RAP ke RAPP oleh project manager dilakukan untuk mengantisipasi
kenaikan biaya misalnya karena perubahan harga atau perubahan material yang
dipakai. Biaya aktual yang dikeluarkan dalam proyek apabila lebih kecil dari
RAPP, menyebabkan pada personel proyek mendapat incentive. Incentive ini
berupa sisa RAPP, sehingga para personel saling bahu membahu untuk
menggunakan biaya aktual sekecil-kecilnya.

3.2. Monitoring Cost


3.2.1. Berapa jangka waktu dilakukannya monitoring biaya? Siapa yang melakukan?
Jawaban :
Monitoring dilakukan setiap 1 minggu sekali oleh bagian pengendalian biaya
bekerja sama dengan bagian keuangan.(bagian keuangan dibawah otoritas
bagian pengendalian biaya)
3.2.2. Apa saja yang dimonitor ?
Jawaban :
Biaya aktual untuk masing-masing jenis biaya (MUSTIRO),volume aktual,
progress aktual. Monitoring dilakukan untuk total biaya dalam kode biaya,
(MUSTIRO) tidak mengetahui biaya tiap aktivitas pekerjaan.
3.2.3. Bagaimana cara melakukan monitoring?
Jawaban :
Monitoring terhadap biaya aktual material dilakukan dengan melakukan
pengecekan volume melalui Surat Permintaan Pengadaan (SPP) dan pengecekan
133

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A (sambungan)

harga dengan Order Pembelian (OP). Biaya yang telah dikeluarkan secara
aktual (ACWP) tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai progress aktual
yang telah dikalikan dengan nilai kontrak (BCWP). Nilai progress aktual adalah
kuantitas di lapangan yang telah terpasang dan digunakan untuk melakukan
penagihan terhadap pembayaran owner. Penerbitan SPP yang dilakukan oleh
pelaksana, dikendalikan dengan persetujuan berupa tanda tangan dari
engineering, bagian pengendalian biaya, site manager dan project manager.
Pengendalian biaya proyek untuk biaya upah dan subkontraktor dilakukan
dengan membandingkan antara Surat Perintah Kerja (SPK) Pekerjaan
Pemborongan yang dimiliki mandor dan subkontraktor dengan Opname
Pekerjaan dari mandor dan subkontraktor. Dalam SPK dan opname dapat
diketahui volume pekerjaan dan biaya sesuai budget dan yang telah dilakukan di
lapangan (progress).

3.3. Analyzing Cost Status


3.3.1. Apakah dilakukan analisa status akuntansi ?
Jawaban :
Iya, dilakukan dengan membandingkan biaya total budget dengan biaya
pengeluaran aktual tiap elemen biaya.
3.3.2. Apakah dilakukan analisa status biaya?
Jawaban :
Analisa status biaya dilakukan dengan melihat hasil monitoring volume
progress. Analisa dilakukan untuk total tiap elemen biaya, tidak secara detail.
Progress diperoleh dengan membandingkan antara lapangan dan schedule
proyek secara keseluruhan. Analisa dilakukan dengan menerapkan earned value
concept.
134

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A (sambungan)

3.4. Reporting Cost Status


3.4.1. Apa isi laporan status biaya?
Jawaban :
Laporan mengenai keadaan biaya hanya berupa status akuntansi saja, yaitu
jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan dibandingkan dengan budget yang
ditargetkan. Laporan mengenai status biaya dengan perhitungan earned value
tidak dilaporkan ke pusat melainkan menjadi analisa intern bagian pengendalian
biaya proyek. Laporan keadaan akuntansi berupa laporan biaya total tiap elemen
biaya. Kantor pusat hanya mengetahui apakah proyek mengalami kerugian atau
memperoleh keuntungan berdasarkan budget yang diberikan.
3.4.2. Bagaimana jalannya laporan status biaya?
Jawaban :
Jalannya pelaporan status biaya proyek dimulai dari bagian pengendali proyek
lalu harus ditanda tangani oleh site manager, dan oleh project manager.
Filtering dari level proyek ke level kantor pusat dilakukan oleh project manager
sehingga yang berwenang untuk memutuskan data yang perlu dikirim ke kantor
pusat adalah kebijakan project manajer.

3.5. Decision Making and Correcting Action


3.5.1. Apa dasar dari pembuatan keputusan dan langkah perbaikan yang diambil?
Jawaban :
Laporan mengenai status akuntansi dan laporan mengenai keadaan biaya di
proyek dijadikan dasar untuk melakukan tindakan perbaikan terhadap
pembengkakan biaya proyek di kontraktor A.
3.5.2. Bagaimana cara perbaikan yang dilakukan?
Jawaban :
Langkah perbaikan apabila terjadi pembengkakan biaya yang biasa dilakukan
oleh bagian pengendalian biaya di proyek adalah dengan menutupnya dengan
anggaran biaya untuk elemen biaya lain, sehingga secara keseluruhan proyek
135

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A (sambungan)

tidak terjadi pembengkakan biaya. Hal itu dilakukan sebab di kontraktor A


apabila harga sudah melebihi budget (ditandai dengan warna merah), maka akan
terjadi kesulitan dalam meminta uang untuk biaya selanjutnya dari kantor pusat.
Pembengkakan biaya yang tidak dapat ditanggulangi lagi oleh bagian
pengendalian biaya proyek di lapangan, dilaporkan kepada kantor pusat
sehingga dapat dilakukan revisi terhadap budget yang diberikan

3.6. Project Post Evaluating


3.6.1. Apakah dilakukan evaluasi setelah proyek selesai? Apa yang dievaluasi?
Jawaban :
Iya, evaluasi berupa untung/rugi proyek. Kantor pusat melakukan evaluasi untuk
mengetahui apakah total biaya yang dikeluarkan melebihi budget yang
ditetapkan.
3.6.2. Apakah data-data dari proyek selesai disimpan?
Jawaban :
Hasil pengendalian biaya di proyek disimpan di bagian pengendalian biaya di
lapangan selama 3 bulan, kemudian diserahkan ke kantor pusat.
3.6.3. Digunakan untuk apakah data-data dari proyek yang sudah selesai?
Jawaban : Data hanya disimpan di kantor pusat, tidak dianalisa lebih lanjut.
136

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A (sambungan)

H. KEBUTUHAN SISTEM PENGENDALIAN BIAYA


137

Lampiran 2. Hasil Wawancara di Kontraktor A (sambungan)

Lampiran 3. Hasil Wawancara di Kontraktor B


138

I. PROFIL DAN DATA UMUM PERUSAHAAN


1. Nama perusahaan : Kontraktor B
2. Kelas Perusahaan : Besar (swasta)

J. PROFIL DAN DATA UMUM RESPONDEN


1. Nama Responden : -
2. Jabatan Responden : Pengendalian biaya

K. PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN BIAYA

3. Kerangka Kerja Pengendalian Biaya


3.7. Work Breakdown Structure (WBS)
3.7.1. Apakah WBS digunakan dalam pengendalian biaya proyek ?
Jawaban :
Bentuk WBS secara khusus berupa diagram tidak digunakan dalam
pengendalian biaya. Penyusunan schedule proyek sudah membagi pekerjaan-
pekerjaan menjadi lebih detail, yaitu menjadi pekerjaan per lantai dan zona
untuk mempermudah pengendalian schedule proyek. Breakdown dalam schedule
ini juga menjadi dasar dari pengendalian biaya di lapangan, meskiputn itdak
secara detail dan menyeluruh pada semua elemen biaya.
3.7.2. Bagaimana sistematika dalam breakdown pekerjaan ?
Jawaban :
Pembagian item-item pekerjaan berdasarkan zona dijadikan dasar untuk
melakukan pengendalian biaya upah mandor, sedangkan untuk elemen-elemen
biaya lain yang digunakan di proyek yaitu subkontraktor, preliminary dan
material memiliki sistem pengendalian biaya yang tidak berdasarkan pembagian
item-item pekerjaan namun secara global untuk keseluruhan biaya yang telah
dikeluarkan untuk proyek tersebut.

Lampiran 3. Hasil Wawancara di Kontraktor B (sambungan)


139

3.7.3. Seberapa detail breakdown yang dilakukan ?


Jawaban :
Hanya ada breakdown pekerjaan per lantai dan zona untuk biaya upah mandor.

3.8. Pengkodean Biaya


3.8.1. Apakah dilakukan pengkodean terhadap biaya proyek ?
Jawaban : Iya
3.8.2. Bagaimana bentuk pengkodean biaya tersebut? Apakah arti dari kode tersebut?
Jawaban :
Pengkodean biaya terdiri dari biaya subkontraktor, preliminary, material dan
upah. Preliminary menunjukkan biaya overhead yang dikeluarkan untuk proyek
tersebut dan mencakup biaya peralatan yang digunakan pada proyek tersebut.
Kode Biaya
S Æ Subkontraktor
P Æ Preliminary
M Æ Material
U Æ Upah pekerja
3.8.3. Apakah pengkodean tersebut digunakan pada setiap proyek yang ditangani ?
Jawaban :
Pengkodean biaya Kontraktor B tidak dilaksanakan pada semua proyek. Kode
biaya yang ada hanya merupakan standar yang belum tentu dilakukan oleh
semua proyek. Proses monitoring untuk masing-masing proyek yang ditangani
tidak dilakukan berdasarkan pengkodean biaya standar yang telah ditetapkan
melainkan hanya menggunakan budget proyek (RAP) sebagai dasar untuk
mengendalikan biaya yang telah dikeluarkan selama proyek berlangsung.

Lampiran 3. Hasil Wawancara di Kontraktor B (sambungan)


140

3.8.4. Seberapa banyak dapat dilakukan perubahan terhadap kode biaya standar pada
tiap proyek?
Jawaban :
Kode biaya yang diterapkan oleh perusahaan, tidak dilakukan oleh semua
proyek. Ada proyek yang memiliki kode sendiri, bahkan ada proyek yang tanpa
kode biaya.
3.8.5. Seberapa detail pengkodean biaya yang ada ?
Jawaban :
Detail dai 4 kode utama dilakukan dengan penyusunan secara acak tanpa melihat
pembagian tiap lantai, zona dan aktivitas pekerjaan. Penyusunan pengkodean
biaya hanya diurutkan ke bawah dengan dua digit angka saja, di mana kode
biaya yang lebih detail tersebut tidak menunjukkan arti apapun kecuali elemen
biaya tersebut. Pengkodean biaya untuk material hanya dilakukan untuk
material-material utama yaitu material-material yang banyak digunakan di
proyek dan memiliki nilai rupiah yang cukup tinggi saja, sedangkan material-
material lainnya dimasukkan dalam pengkodean biaya material lain-lain.
3.8.6. Apakah breakdown dalam pengkodean biaya sesuai dengan WBS ?
Jawaban : Breakdown pengkodean biaya tidak sesuai dengan WBS,
3.8.7. Apakah pengkodean tersebut digunakan tidak hanya pada bagian pengendalian
biaya, tetapi juga bagian akuntansi, engineer, estimator dan bagian lain?
Jawaban :
Kode bagian pengendalian dan bagian-bagian lain dalam proyek tidak sama.

3.9. Earned Value Concept


3.9.1. Bagaimana pelaksanaan earned value concept? apakah dilakukan analisa status
biaya?
Jawaban :
Rencana penerapan sistem pengendalian biaya dengan earned value concept
sebenarnya sudah mulai dibicarakan dan disusun namun masih sebatas teori
pengendalian biaya dan belum dilakukan secara nyata di proyek
Lampiran 3. Hasil Wawancara di Kontraktor B (sambungan)
141

Pelaksanaan pengendalian biaya dilakukan setiap bulan dengan membandingkan


antara biaya aktual total yang dikeluarkan dengan budget proyek, tanpa
mengetahui kuantitas untuk biaya yang telah dikeluarkan tersebut sehingga
hanya diketahui status akuntansi secara keseluruhan setiap bulannya. Status
akuntansi proyek diketahui dengan membandingkan antara budget RAP
(Rencana Anggaran Pelaksanaan) dengan biaya yang telah dikeluarkan secara
aktual Perhitungan kuantitas pada progress pekerjaan, sebenarnya sudah
dimonitor dan dicatat namun tidak digunakan dalam pengendalian biaya proyek,
hanya digunakan untuk monitoring schedule saja.

4. Cost Control Function Breakdown Structure


4.1. Allocating Budget
4.1.1. Budget apakah yang digunakan dalam pengendalian biaya ?
Jawaban : Rencana Anggaran Proyek (RAP)
4.1.2. Bagaimana cara pengalokasian budget?
Jawaban :
Budget proyek adalah Rencana Anggaran Proyek (RAP). Nilai RAP ini
merupakan nilai Rencana Anggaran Biaya yang disetujui oleh owner dikurangi
dengan prosentasi tertentu yang ditetapkan oleh kantor pusat. Nilai RAP telah
meliputi biaya overhead lapangan dan kontribusi proyek ke kantor pusat. Nilai
RAP yang digunakan sebagai dasar budget untuk melaksanakan proyek tersebut
telah disepakati bersama antara kantor pusat dan project manager untuk proyek
tersebut.
4.1.3. Alasan apa yang mendasari pengalokasian budget?
Jawaban :
Selisih antara RAP dan RAB digunakan untuk profit perusahaan, dan dijadikan
cadangan untuk menutup pembengkakan biaya apabila biaya proyek melebihi
RAP.

Lampiran 3. Hasil Wawancara di Kontraktor B (sambungan)


142

Besarnya RAB biasanya lebih besar dari nilai RAP yang digunakan di lapangan,
namun kadang, nilai RAP lebih besar dari nilai RAB yaitu pada proyek-proyek
promosi yang digunakan tidak untuk mencari keuntungan tetapi untuk
mendapatkan customer, menaikkan pasar dan meningkatkan nilai jual
perusahaan di mata masyarakat dengan melakukan pekerjaan dengan prestise
yang tinggi.

4.2. Monitoring Cost


4.2.1. Berapa jangka waktu dilakukannya monitoring biaya? Siapa yang melakukan?
Jawaban :
Monitoring biaya proyek dilakukan setiap 1 bulan sekali oleh bagian
pengendalian biaya.. Jangka waktu monitoring dan opname mandor berbeda.
Monitoring dilakukan setiap satu bulan sekali, sedangkan opname dilakukan
setiap dua minggu sekali Jangka waktu yang beda ini dilakukan supaya tidak
terjadi penumpukan tugas pada bagian pengendalian biaya. Hasil monitoring
yang berbeda dengan nilai opname, akan diperbaiki pada periode selanjutnya.
4.2.2. Apa saja yang dimonitor ?
Jawaban :
Biaya aktual yang telah dikeluarkan untuk masing-masing elemen biaya.
4.2.3. Bagaimana cara melakukan monitoring?
Jawaban :
Monitoring untuk biaya upah pekerja dilakukan berdasarkan hasil opname
mandor, sedangkan untuk elemen biaya yang lain hanya melihat jumlah biaya
aktual.

4.3. Analyzing Cost Status


4.3.1. Apakah dilakukan analisa status akuntansi ?
Jawaban :
Iya, dilakukan dengan membandingkan biaya total budget dengan biaya
pengeluaran aktual tiap elemen biaya. Elemen biaya yang dapat dianalisa secara
Lampiran 3. Hasil Wawancara di Kontraktor B (sambungan)
143

detail hanya elemen biaya upah pekerja, hal ini disebabkan karena dalam analisa
mengenai upah pekerja dapat didasarkan dari bukti opname mandor.
Analisa mengenai status akuntansi dilakukan secara manual, meskipun sudah
memiliki software untuk mempermudah pengendalian biaya. Hal ini disebabkan
karena tidak keterbatasan sumber daya manusia, namun seharusnya penggunaan
software disosialisasikan.
4.3.2. Apakah dilakukan analisa status biaya?
Jawaban :
Tidak, meskipun sudah ada perhitungan progress namun hanya digunakan
dalam scheduling dan tidak digunakan dalam pengendalian biaya.

4.4. Reporting Cost Status


4.4.1. Apa isi laporan status biaya?
Jawaban : Laporan mengenai keadaan biaya hanya berupa status akuntansi
4.4.2. Bagaimana jalannya laporan status biaya?
Jawaban :
Laporan mengenai keadaan biaya dilakukan apabila terjadi masalah dalam
proyek.. Laporan pengendalian biaya yang dilakukan oleh bagian pengendalian
biaya di lapangan hanya digunakan untuk konsumsi lapangan saja, tidak
digunakan untuk memberikan laporan kepada kantor pusat. Laporan
pengendalian biaya secara detail hanya dilaporkan kepada kantor pusat apabila
pengeluaran proyek telah melebihi budget yang ditetapkan dan bagian lapangan
(proyek) meminta revisi terhadap budget dari kantor pusat.

4.5. Decision Making and Correcting Action


4.5.1. Apa dasar dari pembuatan keputusan dan langkah perbaikan yang diambil?
Jawaban :
Laporan status akutansi proyek. Apabila keadaan akuntasi proyek menunjukkan
nilai negatif, dimana pengeluaran total lebih besar dari pengeluaran pada budget
untuk suatu periode waktu tertentu.
Lampiran 3. Hasil Wawancara di Kontraktor B (sambungan)
144

4.5.2. Bagaimana cara perbaikan yang dilakukan?


Jawaban :
Perbaikan dilakukan dengan rapat bersama antara pihak kantor pusat dan project
maneger proyek untuk mengambil keputusan mengenai kelangsungan proyek
tersebut.

4.6. Project Post Evaluating


4.6.1. Apakah dilakukan evaluasi setelah proyek selesai? Apa yang dievaluasi?
Jawaban :
Iya, evaluasi berupa untung/rugi proyek. Kantor pusat melakukan evaluasi untuk
mengetahui apakah total biaya yang dikeluarkan melebihi budget yang
ditetapkan.
4.6.2. Apakah data-data dari proyek selesai disimpan?
Jawaban :
Iya, data disimpan di kantor pusat.
4.6.3. Digunakan untuk apakah data-data dari proyek yang sudah selesai?
Jawaban :
Hasil evaluasi tersebut hanya disimpan saja tanpa digunakan sebagai masukan
untuk perbaikan system pengendalian biaya pada proyek selanjutnya.

Lampiran 3. Hasil Wawancara di Kontraktor B (sambungan)


145

L. KEBUTUHAN SISTEM PENGENDALIAN BIAYA

Lampiran 3. Hasil Wawancara di Kontraktor B (sambungan)


146
147

Lampiran 4. Hasil Wawancara di Kontraktor C

M. PROFIL DAN DATA UMUM PERUSAHAAN


1. Nama perusahaan : Kontraktor C
2. Kelas Perusahaan : Besar (pemerintah)

N. PROFIL DAN DATA UMUM RESPONDEN


1. Nama Responden : -
2. Jabatan Responden : Pengendalian biaya

O. PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN BIAYA

4. Kerangka Kerja Pengendalian Biaya


4.7. Work Breakdown Structure (WBS)
4.7.1. Apakah WBS digunakan dalam pengendalian biaya proyek ?
Jawaban :
Tidak ada bentuk Work Breakdown Structure (WBS) secara nyata di proyek,
tetapi dalam pelaksanaan pembentukan pengkodean biaya dan menyusunan
jadwal pekerjaan, prinsip WBS telah sedikit dilaksanakan. Hal ini tampak dari
adanya pembagian-pembagian pekerjaan dalam pengkodean biayanya, misalnya
adanya pengkodean untuk pembagian pekerjaan bata menjadi pekerjaan
plesteran.
4.7.2. Bagaimana sistematika dalam breakdown pekerjaan ?
Jawaban :
Dibreakdown berdasarkan elemen biaya yang digunakan dan aktivitas pekerjaan.
Tidak ada sistematika khusus dalam membreakdown.
4.7.3. Seberapa detail breakdown yang dilakukan ?
Jawaban :
Breakdown tiap aktivitas dan elemen biaya.
148

Lampiran 4. Hasil Wawancara di Kontraktor C (sambungan)

4.8. Pengkodean Biaya


4.8.1. Apakah dilakukan pengkodean terhadap biaya proyek ?
Jawaban : Iya
4.8.2. Bagaimana bentuk pengkodean biaya tersebut? Apakah arti dari kode tersebut?
Jawaban :
Pengkodean biaya dibagi menjadi 5 kode elemen biaya pokok, yaitu Upah
Pekerja, Material, Subkontraktor, Alat dan Bagian Umum.
Kode Biaya
501 Æ Upah Pekerja
502 Æ Material
503 Æ Subkontraktor
504 Æ Peralatan
511 Æ Biaya Umum
Pengkodean biaya yang diterapkan juga menggabungkan antara paket pekerjaan
dengan elemen biaya untuk pekerjaan tersebut, misalnya untuk biaya upah
pekerja dalam pekerjaan plesteran digunakan kode biaya 501-1100, di mana 501
menunjukkan elemen biaya upah pekerja dan kode 1100 menunjukkan paket
pekerjaan plesteran.
4.8.3. Apakah pengkodean tersebut digunakan pada setiap proyek yang ditangani ?
Jawaban :
Pengkodean biaya yang dilakukan diseragamkan dari kantor pusat, sehingga
antara satu proyek dengan proyek yang lain memiliki pengkodean biaya yang
sama. Pengkodean biaya diseragamkan melalui sistem online, di mana bagian
pengendalian biaya pada tiap-tiap proyek memasukkan data pelaksanaan biaya
aktual proyek pada sistem online perusahaan itu.
149

Lampiran 4. Hasil Wawancara di Kontraktor C (sambungan)

4.8.4. Seberapa banyak dapat dilakukan perubahan terhadap kode biaya standar pada
tiap proyek?
Jawaban :
Pengkodean biaya dalam sistem online tidak memungkinkan adanya
penambahan breakdown terhadap elemen biaya, sehingga setiap biaya yang
tidak masuk ke dalam kode biaya yang tersedia, hanya dapat dimasukkan
sebagai pengeluaran lain-lain.
4.8.5. Seberapa detail pengkodean biaya yang ada ?
Jawaban :
Pengkodean biaya dibedakan menjadi pengkodean aktivitas dan elemen biaya
4.8.6. Apakah breakdown dalam pengkodean biaya sesuai dengan WBS ?
Jawaban :
Tidak ada WBS secara riil, namun breakdown sudah diterapkan dalam
pengkodean biaya.
4.8.7. Apakah pengkodean tersebut digunakan tidak hanya pada bagian pengendalian
biaya, tetapi juga bagian akuntansi, engineer, estimator dan bagian lain?
Jawaban :
Kode bagian pengendalian dan bagian-bagian lain dalam proyek tidak sama.

4.9. Earned Value Concept


4.9.1. Bagaimana pelaksanaan earned value concept ? apakah dilakukan analisa status
biaya?
Jawaban :
Earned value concept belum dilaksanakan. Pengendalian biaya dilakukan secara
keseluruhan tanpa melihat jadwal untuk masing-masing aktivitas, yaitu melihat
sumber daya secara keseluruhan berdasar upah pekerja, material, subkontraktor,
peralatan dan biaya umum. Pengendalian biaya hanya dilakukan dengan
membandingkan apakah jumlah cash flow proyek dengan jumlah anggaran
pelaksanaan proyek (RAP) tiap 2 minggu sekali.
150

Lampiran 4. Hasil Wawancara di Kontraktor C (sambungan)

5. Cost Control Function Breakdown Structure


5.1. Allocating Budget
5.1.1. Budget apakah yang digunakan dalam pengendalian biaya ?
Jawaban : Rencana Anggaran Proyek (RAP)
5.1.2. Bagaimana cara pengalokasian budget?
Jawaban :
Pengalokasian budget untuk proyek (RAP) dilakukan berdasarkan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) yang telah diturunkan 7-10%.. Nilai RAB merupakan
nilai kontrak yang telah disepakati oleh kantor pusat dan owner.
Pengalokasian budget yang dilakukan oleh kantor pusat pada proyek-proyeknya
hanya berupa daftar saja, tidak dalam bentuk uang secara riil. Alokasi budget
proyek kemudian disebar ke tiap-tiap elemen biaya proyek untuk selanjutnya
dibayarkan ke masing-masing penanggung jawab elemen biaya proyek.
Penanggung jawab elemen biaya proyek adalah mandor untuk elemen biaya
upah pekerja, supplier untuk elemen biaya bahan, subkontraktor untuk elemen
biaya subkontraktor, dan manajer keuangan proyek untuk elemen biaya
peralatan dan bagian umum.
5.1.3. Alasan apa yang mendasari pengalokasian budget?
Jawaban :
Budget lapangan yang digunakan lebih kecil dari RAB digunakan untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dalam proyek, misalnya kenaikan
harga material.

5.2. Monitoring Cost


5.2.1. Berapa jangka waktu dilakukannya monitoring biaya? Siapa yang melakukan?
Jawaban :
Monitoring biaya proyek dilakukan secara 2 minggu sekali, secara
berkesinambungan antara bagian pengendalian biaya dan bagian akuntansi.
Bagian pengendalian biaya pada proyek ini memonitor jumlah biaya yang harus
151

Lampiran 4. Hasil Wawancara di Kontraktor C (sambungan)

dikeluarkan dalam satu hari dan mengontrol kesesuaian antara produksi yang
dihasilkan dan jumlah biaya yang harus dilakukan. Bagian akuntasi mengecek
jumlah uang yang akan dibayarkan pada penanggung jawab setiap elemen biaya
dan melakukan kegiatan-kegiatan administrasi.
5.2.2. Apa saja yang dimonitor ?
Jawaban :
Biaya elemen biaya utama yang dikeluarkan secara keseluruhan yaitu jumlah
cash flow proyek dan jumlah RAP yang telah dikeluarkan pada periode tersebut.
5.2.3. Bagaimana cara melakukan monitoring?
Jawaban :
Monitoring terhadap biaya actual proyek dilakukan dengan prosedur-prosedur
berupa SOP (Standard Operating Procedures) untuk masing-masing elemen
biaya. SOP yang diterapkan dengan baik dalam proyek ini sangat membantu
bagian pengendalian biaya untuk dapat mengalokasikan budget sesuai kebutuhan
yang sebenarnya dalam proyek.
Pembayaran terhadap pekerjaan yang dilakukan di proyek berada dalam
wewenang bagian pengendalian biaya di kantor pusat. Bagian pengendalian
biaya di kantor pusat melakukan pembayaran pada masing-masing penanggung
jawab elemen biaya dengan menyetorkannya secara langsung ke rekening
masing-masing penanggung jawab elemen biaya proyek. Pembayaran yang
secara langsung dilakukan oleh kantor pusat ini, dapat digunakan untuk
mempermudah monitoring terhadap pengeluaran biaya di proyek karena proyek
hanya memegang keuangan untuk peralatan dan bagian umum sehingga
penyelewengan terhadap budget dan manipulasi terhadap pelaksanaan di
lapangan dapat dihindarkan.
152

Lampiran 4. Hasil Wawancara di Kontraktor C (sambungan)

5.3. Analyzing Cost Status


5.3.1. Apakah dilakukan analisa status akuntansi ?
Jawaban :
Iya, dilakukan analisa status akuntansi proyek untuk keseluruhan biaya proyek,
tanpa mengetahui status elemen biaya proyek secara mendetail.
Perbandingan antara schedule proyek dan aktual di lapangan hanya dilakukan
berdasarkan time schedule saja, dimana bagian pengendalian biaya
membandingkan pengeluaran aktual dengan biaya yang seharusnya dikeluarkan
berdasarkan prosentase pelaksanaan pekerjaan dalam time schedule.
5.3.2. Apakah dilakukan analisa status biaya?
Jawaban : Tidak, hanya status akuntansi

5.4. Reporting Cost Status


5.4.1. Apa isi laporan status biaya?
Jawaban :
Laporan status akuntansi proyek, yaitu jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan
dibandingkan dengan budget yang ditargetkan.
5.4.2. Bagaimana jalannya laporan status biaya?
Jawaban :
Jalannya pelaporan status biaya proyek dimulai dari bagian pengendali proyek
yang kemudian dilakukan verifikasi oleh akuntan sebelum disetujui oleh
manajer proyek. Laporan proyek yang telah disetujui oleh manajer proyek ini
kemudian dimasukkan ke dalam sistem online perusahaan oleh bagian
pengendalian biaya proyek.

5.5. Decision Making and Correcting Action


5.5.1. Apa dasar dari pembuatan keputusan dan langkah perbaikan yang diambil?
Jawaban :
Laporan mengenai status akuntansi dijadikan dasar untuk melakukan tindakan
perbaikan terhadap pembengkakan biaya yang dialami pada proyek. Laporan
153

Lampiran 4. Hasil Wawancara di Kontraktor C (sambungan)

status akuntansi yang menunjukkan nilai negatif dan positif (tidak sesuai budget)
akan dievaluasi.
5.5.2. Bagaimana cara perbaikan yang dilakukan?
Jawaban :
Management Review digunakan untuk membahas keadaan proyek, baik apabila
biaya proyek melebihi budget maupun apabila biaya proyek di bawah budget
yang tersedia. Langkah perbaikan yang perlu ditempuh untuk memperbaiki
keadaan keuangan proyek dilakukan berdasarkan laporan-laporan status akutansi
dari bagian pengendalian biaya proyek

5.6. Project Post Evaluating


5.6.1. Apakah dilakukan evaluasi setelah proyek selesai? Apa yang dievaluasi?
Jawaban :
Evaluasi final setelah suatu proyek selesai membahas mengenai bagaimana
pelaksanaan proyek secara keseluruhan baik dari biaya maupun waktu.
5.6.2. Apakah data-data dari proyek selesai disimpan?
Jawaban :
Iya, data disimpan di kantor pusat.
5.6.3. Digunakan untuk apakah data-data dari proyek yang sudah selesai?
Jawaban :
Hasil dari evaluasi final tersebut akan digunakan untuk masukan bagi
pelaksanaan proyek-proyek yang selanjutnya.
154

Lampiran 4. Hasil Wawancara di Kontraktor C (sambungan)

P. KEBUTUHAN SISTEM PENGENDALIAN BIAYA


155

Lampiran 4. Hasil Wawancara di Kontraktor C (sambungan)

Anda mungkin juga menyukai