net/publication/348431991
CITATIONS READS
2 1,369
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Dedi Sahputra Napitupulu on 13 January 2021.
Abstrak:
Sebagai bapak dari seluruh manusia, tentu kisah Nabi Adam sangat menarik untuk di
bincangkan, banyak hikmah yang terselip disana. Mulai dari asal kejadiannya, proses
pengajaran yang di berikan Allah secara langsung hingga Adam diberikan mandat untuk
menjadi khalifah di bumi sampai akhirnya ia terusir dari surga oleh karena kelihaian
setan dalam menggoda. Akan lebih menarik lagi jika kisah tersebut di kaitkan dengan
pendidikan dan berbagai aspeknya. Tulisan ini akan lebih fokus membahas mengenai
nilai-nilai pendidikan yang berkenaan dengan nilai sikap dan perilaku, nilai yang
berkaitan dengan tujuan pendidikan dan nilai yang berkaitan dengan materi pendidikan
serta nilai-nilai yang berkaitan dengan metode pembelajaran. Penelitian ini
menggunakan pendekatan studi pustaka terhadap beberapa kitab tafsir serta buku yang
terkait dengan tujuan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam
kisah Nabi Adam As.
Abstract:
As the father of all mankind, certainly the story of Prophet Adam is very interesting to
deal with, a lot of wisdom tucked there. Starting from the origin of masculinity, the
process of teaching that God's given directly to Adam was given a mandate to become
Caliph on Earth until finally he was expelled from paradise because of the kelihaian of
Satan in tempting. Would be more interesting if the story in associate with education and
a variety of its aspects. This article will focus on discussing the values education with
regard to the value of the attitudes and behaviours, the values of which are related to the
purpose of education and values that are associated with educational material as well as
the values that are associated with learning methods. This research use approach to the
study of the literature of some books of tafseer and related books with the aim of
describing the educational values embodied in the story of Prophet Adam.
َ َ ُ Lُ ٓ َ ۡ َ
lain Adam harus mendesain bumi ini
َ َ ۡ ََ Lَ
sedemikian rupa layaknya seperti surga ِ ِ َ ٱI >ۡ +ُ JKَ >L M +َ N َ َءOۡ َو َ> َءاد َم ٱH
َ V-ِ ٰ Xَ >ۡ YZ ُ [ُ َ ٓءِ َ] ُ\ َ=ٓءِ إنOۡ َ ^_ `7RS ُ َ َ ََ
sebagaimana yang ia pernah huni dahulu.
Ternyata Allah tidak salah pilih, a Uِ ِ ِ ِ ٔ ِ ل أA,
anak cucu keturunan Adam hari ini
bc َ َ َ أLcَ ٓۖ إZَY ۡ L َ 0َ =L َ ٓ إdَ >َ ۡ ِ =َ َ َZٰe َ ۡFOُ ْ ا7ُ َ$
ِ ِ
ٓLََ ۡ َٓ َۡ ُۡ َ َُ َ َ َ َ
berhasil menciptakan nuansa surga di
bumi. Andaikan malaikat yang Allah i ۖ>+ِ ِ j O^ِ_ >+kِFSـ ٔ دم أm ل$ h >ُ ِ fٱ َ ۡ >ُ ِ 1َ ۡgٱ
pilih untuk mengatur bumi ini maka
n َ ۡ oَ >ُ َ ۡ َ ۡ> إ ّ ٓ أp ُ L َُ ََۡ َ َ ۡ ٓ َ ۡ َ ُ ََ َ
g $ > أ3 ل$ >+ِ ِ j O^ِ_ >q^FSأ
perkembangan peradaban manusia di ِِ
ُ َ ُ َ ۡ َ َۡ َ
>ۡ ُYZ[ 0َ ون َو-ُ Fۡ < 0َ >ُ ت َوٱ ِض َوأ ِ ٰ tَ ٰ r(L ٱ
bumi akan statis. Pertarungan antara akal
dan nafsu yang di anugerahkan Allah
َ ْ ُ ۡ َ َ ۡ ُۡ ۡ َ ۡ َ
kepada manusia ternyata berpengaruh د َمw وا-ُ x Oَ ِ َ ِ ِ ٱZ $ &ذv ن7 ُ Yُ pu
besar terhadap perkembangan peradaban
َ Kِ ٰ z َ ۡ َ َ ََ َ َ ۡ َ ۡ َ َٰ َ َ ۡ ٓ L ْٓ ُ َ َ َ
manusia. /y ِ g ٱ/ِ0 | و{نYO} وٱ3 ~•ِ _ِوا إِ= إ-x(i
َ ُ َ َ L َۡ َ ُ ۡ َ َ َ َ ۡ ُ ۡ ُ َ َ َ َ ۡ ُ َ
ƒ وZ•ٱ وزوbc أ/pOـ ٔ دم ٱm Z $ و€
Mengingat luasnya kajian tentang
َۡ َ
kisah Nabi Adam as, maka di dalam.
ََ َ L َ ۡ ُ َ ۡ
makalah ini akan lebih fokus membahas ةKx… !َ ˆٰ ِ‡ه ِ ٱKَ A< = َ َوYُ ‰ِŠ ‹ۡ Œَ ا-ً Ž َر+َ Zِ0
َۡ L L ََ L َ َ ُ َ
+َ Z‘ /ُ ٰ’َ ۡ … َ ٱ+ُ ^ َزi • U َ ِ ٰ•gٱ /ِ0 c7 َY,
mengenai nilai-nilai pendidikannya saja.
nilai yang dimaksud adalah berkenaan ِ
ُ ُ ْ ۡ ُۡ َ َ ۡ ََ
dengan nilai sikap dan perilaku, nilai
”ٍ 1ۡ َ ِ• >ۡ p–1ۡ —َ ا7˜ُ ِ Fqَ ٱZ $ِ™ َوš ِ, c› L ِœ َ +ُ َ Kَ ^i
َ
ٰ َ ِ َ¡ٰ ٌ إ0َ َوٞKّ Aَ َY(ۡ œُ ۡ> ِ ٱ ۡ ِضp ُ َ َ ۖ ّٞ ُ َ
yang berkaitan dengan tujuan
pendidikan, nilai yang berkaitan dengan ¢ Uِ ٖ Œ ž g و و-
ُ L ََ َ ََ َ َ ّL َُ َ Lَََ
7َ q ۥšُ cِِ إš¤ ۡ
materi pendidikan dan nilai-nilai yang
berkaitan dengan metode pembelajaran. بY, b ٖ ٰ rِ N ِۦšِ! ر/ِ0 § ءادمY,
َ َ ۡ ْ ۡ ُۡ
0L ِ ªi ۖ 1ٗ ِ« +َ Zِ0 ا7˜ُ ِ Fq ٱZَ $ © >ُ Œ ِ KL اب ٱ ُ 7L ¨ٱ L
Kisah Nabi Adam As َ َ ٌ َ ََ َ َ ُ َ َ َ َ ٗ ُ ّ ّ ُ Lَ َۡ
Paling tidak ada sekitar dua puluh >ۡ +ِ ۡ ف7ۡ ¬i اي -q ِ Fu / , ى-q ¯ِِ 0 >pZ•ِ u^°
lima ayat yang mengisahkan tentang
Nabi Adam dalam berbagai peristiwa.1 2
Siti Chammah Suratno, Ensiklopedi Dunia Islam
Sebagai bapak manusia yang diciptakan Modern (Jakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 2003),
hlm. 87.
3
1
Muhammad Fua’ad Abdul Baqi, Mu’jam Al-Mufahras Muhammad Ali, Sejarah Para Nabi: Studi Banding
Li al-Fadz al-Qur’an al-Karim (Bandung: Diponegoro, Qur’an Dengan Al-Kitab (Jakarta: Darul Kutubil
tt), hlm. 31-32. Islamiyah, 2007), hlm. 8.
َٓ َ ْ ُL ََ ْ ُ َ َ َ L َ َ ُ َۡ ُ َ
ZِYٰ¹µ ا7_‡¶وا وK · /°ِ¸ن ´ وٱ7c²َ ³ >ۡ q =َو kamu termasuk orang-orang yang zalim. (36).
َ ُ َٰ َ ۡ ُ L ُ َٰ ۡ َ َ َ ُ Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari
¾ ونº ِ » + ِ, >q ™ِ رd ٱne¼ِ أ ½أ ْو surga itu dan dikeluarkan dari keadaan
semula dan Kami berfirman: "Turunlah
kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi
Artinya: “(30). Ingatlah ketika Tuhanmu yang lain, dan bagi kamu ada tempat
berfirman kepada para malaikat: kediaman di bumi, dan kesenangan hidup
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan sampai waktu yang ditentukan". (37).
seorang khalifah di muka bumi". Mereka Kemudian Adam menerima beberapa kalimat
berkata: "Mengapa Engkau hendak dari Tuhannya, maka Allah menerima
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha
akan membuat kerusakan padanya dan Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (38).
menumpahkan darah, padahal kami Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku
dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran
tidak kamu ketahui". (31). Dan Dia atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
mengajarkan kepada Adam nama-nama hati". (39). Adapun orang-orang yang kafir
(benda-benda) seluruhnya, kemudian dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama Sejumlah ahli tafsir berpendapat
benda-benda itu jika kamu memang orang- bahwa yang dimaksud dengan khalifah
orang yang benar!". (32). Mereka menjawab: dalam konteks ayat ini yaitu tugas yang
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami mewakili Allah dalam melaksanakan
ketahui selain dari apa yang telah Engkau perintah-perintahNya dikalangan
ajarkan kepada kami; sesungguhnya manusia.4 Khalifah yang dimaksud
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi adalah orang yang diserahi tugas oleh
Maha Bijaksana”. (33). Allah berfirman: "Hai Allah sebagai wakilnya untuk
Adam, beritahukanlah kepada mereka nama- memakmurkan bumi. Sebagai wakil
nama benda ini". Maka setelah
Tuhan maka konsekwensi logisnya
diberitahukannya kepada mereka nama-nama
adalah orang yang diserahi tugas tersebut
benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah
hendaknya memiliki atau paling tidak
Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
meniru sifat-sifat Allah swt. Karena Allah
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan
Maha Pengasih dan Maha Penyanyang,
mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa
maka sebagai khalifah, manusia juga
yang kamu sembunyikan?". (34). Dan
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para harus memiliki sifat pengasih dan
malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," penyayang. Demikian seterusnya, pada
maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan sifat-sifat Allah lainnya.
dan takabur dan adalah ia termasuk golongan Ketika malaikat mendengar bahwa
orang-orang yang kafir. (35). Dan Kami Allah hendak mengangkat manusia
berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu sebagai khalifah di bumi, mereka
dan istrimu surga ini, dan makanlah mengajukan pertanyaan kepada Allah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dengan nada sedikit protes dan menduga
di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah 4
kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan Mustafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Cet.
II (Bandung: CV. Rosda Karya, 1987), hlm. 73.
bahwa manusia hanya akan membuat lain, sehingga dia memiliki bakat
kerusakan dan melakukan pertumpahan pengajaran yang berguna, sedangkan
darah. Dugaan semula malaikat ini malaikat menjadi murid yang
ternyata benar terjadi. Bahwa perilaku memperoleh manfaat ilmu darinya. Agar
manusia kelak akan melakukan Adam tidak merasa takut mengajari
pertumpahan darah diantara sesama orang yang sudah pandai maka harus
mereka. Tetapi Allah maha mengetahui memiliki metode tertentu dalam
atas segala sesuatu. penyampaiannya. Adam hanya
Untuk membuktikan kepada diperintahkan menyampaikan bukan
malaikat bahwa Allah tidak salah mengajari malaikat. Pengajaran
memilih manusia sebagai khalifah, maka menghendaki adanya upaya agar bahan
Allah membekali Adam dengan ilmu ajarnya dimengerti oleh orang yang
pengetahuan. Manusia di bekali Allah diajarinya, sehingga pengajar
potensi untuk megetahui nama atau memerlukan pengulangan hingga
fungsi dan karakteristik benda-benda pelajaran benar-benar di pahami dan di
misalnya fungsi api, angin dan lain mengerti. Berbeda dengan pengajaran,
sebagainya. Manusia juga diberikan penyampaian tidak mengharuskan
potensi berbahasa. Sistem pengajaran pengulangan, tidak juga harus dimengerti
bahasa kepada manusia bukan dimulai oleh orang yang di sampaikan.7
dari pengajaran kata kerja, tetapi Melalui peristiwa ini dapat kita
pengajarannya lebih dulu mengenalkan ambil ibrah bahwa menuntut ilmu
nama-nama.5 Melalui ayat ini dapat merupakan kewajiban bagi setiap orang,
dipahami bahwa syarat mutlak yang setelah ilmu didapat maka kita dituntut
harus dimiliki seorang pemimpin untuk mengajarkannya kepada orang lain
(khalifah) adalah ilmu pengetahuan. supaya ilmu tersebut bisa terus
Setelah Allah megajari manusia tentang disebarkan dan berdaya guna. Diantara
nama-nama (ilmu pengetahuan), Allah keajaiban ilmu adalah tidak pernah
mengujinya dan menunjukkan kepada berkurang jika diberikan kepada orang
malaikat mengenai kelebihan Adam. Para lain, sebaliknya ilmu yang telah kita
malaikat pun mengakui akan kelemahan ajarkan akan semakin melekat dalam
dan ketidak tahuannya dalam menjawab ingatan. Hal ini tentu berbanding terbalik
pertanyaan serta mengakui kesucian dengan materi lainnya, bila kita berikan
Allah Swt dalam segala macam kepada orang lain akan berkurang
kekurangan dan ketidak adilan. Ia nilainya.
menjawab, “apa yang Engkau tanyakan itu Walupun malaikat merupakan
tidak pernah engkau tanyakan kepada kami, makhluk-makhluk suci yang tidak
bukan karena engkau tidak tahu, tetapi ada mengenal dosa, tetapi tidak wajar
hikmah dibalik itu.6 menjadi khalifah karena yang bertugas
Pengetahuan Adam tentang nama- menyampaikan sesuatu haruslah
nama itu jelas tidak perlu di uji lagi, dan memiliki pengetahuan tentang aspek-
dia patut mengajarkannya kepada yang aspek yang berkaitan dengan tugsnya.
Khalifah yang bertugas di bumi haruslah
5
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, kesan mengenal tantang apa yang ada di bumi,
dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati,
2006), hlm. 145. 7
6
Ibid., hlm. 146. Ibid., hlm. 149.
paling sedikit adalah nama-nama atau berlaku sombong. Rasanya, tidak ada
bahkan potensi yang dimilikinya. Ini satu ruang pun yang pantas untuk
tidak di miliki oleh malaikat, tetapi Adam tempat mahluk yang sombong kecuali
mengetahuinya.8 neraka.
Sebagai makhluk Allah yang Singkat kata Adam dan isterinya
bersifat statis dengan kondisi keimanan pun di perintahkan untuk tinggal di
yang tetap tanpa sedikitpun nafsu, surga dan bebas melakukan serta
malaikat mengang tidak wajar jika memakan apa saja kecuali mendekati
dijadikan khalifah di bumi yang sebuah pohon. Namun pada akhirnya
menuntut peradaban progresif dan oleh karena kelihaian godaan dan rayuan
dinamis. Untuk merubah dunia ini setan, Adam terlanjur melanggar perintah
menjadi kepingan surga, dibutuhkan Allah sehingga menyebabkan mereka
ilmu pengetahuan serta dorongan- juga terusir dari surga. Setan terusir dari
dorongan syahwat duniawi. Tentunya surga karena keangkuhannya, sementara
syahwat yang dimaksud adalah Adam terusir dari surga karena
dorongan yang terarah. Jika tidak, maka kekhilafannya.
bumi ini akan berubah menjadi tempat Adam dan Hawa secara
yang lebih buruk dari neraka. Oleh bersamaan telah menyalahi perintah
karenanya diantara sekian banyak Allah karena memakan buah terlarang
makhluk Allah maka manusia lah yang yang diharamkan kepadanya. Mereka
dianggap cakap dan mampu untuk diturunkan ke bumi sebagai akibat dari
mengatur alam ini. perbuatan melanggar perintah Allah.
Setelah Nabi Adam unjuk Setelah itu setan yang telah berhasil
kebolehan dihadapan Allah dan para menggoda Adam dan Hawa tertawa
malaikat, maka Allah memerintahkan riang, hingga setan pun diturunkan Allah
agar semua para mailaikat bersujud ke bumi. Sejaksaat itu pertarungan antara
sebagai tanda penghormatan kepada kebaikan dan keburukan telah ada di
Adam. Para malaikatpun sujud untuk bumi.
menghormati Adam. Tetapi pada saat Sebenarnya Adam dan Hawa
giliran setan yang diminta untuk merasa menyesal telah melanggar
melakukan sujud, mereka enggan dengan perintah Allah. Sementara setan justru
alasan unsur dan asal kejadian setan (api) merasa senang karena berhasil telah
lebih mulia dibandingkan dengan Adam mempengaruhi Adam dan Hawa. Pada
(tanah). Keangkuhan inilah yang saat itu Adam sadar bahwa setan
menyebabkan setan harus terusir dengan merupakan musuh manusia dan seluruh
paksa dari surga. keturunannya kelak.
Jika demikian maka alasan utama Menurut beberapa literatur bahwa
setan terusir dari surga adalah karena Adam diturunkan di India, sementara
kesombongan. Tidak bisa dibayangkan, Hawa diturunkan di sebuah gunung di
jika mahluk yang sudah berada di surga tanah Hijaz.9 Mereka tidak mengetahui
saja pun harus diusir dengan alasan bagaimana cara supaya dapat bertemu
kesombongan, apatah lagi manusia yang
9 Hamid Ahmad Ath-Tahir, Kisah-Kisah dalam
masih berada di kerak-kerak bumi ini lalu
Alquran (Bandung: Irsyad Baitussalam, 2012), hlm.
8
Ibid. 12.
kecerdasan, akhlak mulia, serta perintah Allah. Salah satu sifat terpenting
keterampilan yang diperlukan dirinya bagi seorang Muslim adalah tawadu’ dan
dan masyarakat.16 Pendidikan menurut rendah hati.20 Rasulullah Saw telah
Paulo Freire adalah jalan menuju berhasil menanamkan akhlak Islam
pembebasan yang lebih permanen.17 kepada diri para sahabatnya untuk
Pembebasan yang dimaksud adalah bersikap rendah hati yang dibangun atas
melalui kesadaran untuk mengubah dasar toleransi, lembut tutur kata dan
keadaan melalaui tindakan kultur. perangai.21
Secara sederhana kisah adalah Sifat rendah hati harus dimiliki
cerita, berita atau keadaan. Sedangkan oleh setiap guru atau siwa. Guru yang
menurut istilah yang dikenal dalam tidak mempunyai sifat rendah hati tentu
ulumul quran, kisah merupakan kisah- siswa tidak suka, jika siswa tidak
kisah atau cerita-cerita dalam Alquran menyukai gurunya bagaimana mungkin
tentang para Nabi dan Rasul, serta materi pelajaran yang disampaikan bisa
peristiwa yang terjadi pada masa lampau, terserap dengan baik. Begitu pula dengan
masa kini dan masa yang akan datang.18 siswa. Siswa yang sombong tentu tidak
Manusia dituntut untuk merenungi disukai oleh teman-temannya. Pada
pembicaraan Alquran tentang kisah-kisah gilirannya akan menghambat proses
orang-orang dahulu sebagai pengantar sosialisasi dan pembelajarannya.
interaksi terhadap kisah tersebut.19 2. Menjauhi Sifat Angkuh
Berikut ini merupakan penjelasan Seorang Muslim yang benar-benar
mengenai nilai-nilai pendidikan pada beriman tidak akan berlaku sombong,
kisah Nabi Adam as: karena ia mengetahui bahwa Allah Swt
tidak menyukai orang-orang yang
a. Nilai-nilai Sikap dan Perilaku membanggakan diri, berjalan dengan
1. Rendah Hati angkuh, dan memalingkan muka
Salah satu ucapan malaikat ketika dihadapan orang lain karena sombong.22
ditanya Allah mengenai nama benda- Seseorang yang sombong merasa dirinya
benda yang telah diajarkan kepada Adam lebih tinggi, lebih mampu dan lebih
adalah “Maha suci Engkau, tidak ada sempurna dari orang lain maka akan
pengetahuan bagi kami kecuali apa yang telah menjadi penyakit dalam dirinya. Karena
Engkau ajarkan kepada kami”. Ini itu, ia selalu menghina orang lain,
merupakan indikasi jawaban dari sifat menganggap remeh dan menjauhkan diri
rendah hati para malaikat. Istilah rendah dari mereka. Seorang yang memiliki
hati dalam Islam dikenal degan tawadu’ sikap angkuh bila mengajar ia bersifat
antonim dari takabbur. Sebagai seorang menghina terhadap orang yang
Muslim, dituntut hendaknya bersikap diajarinya, suka membentak dan suka
rendah hati dan tunduk terhadap menonjolkan jasa-jasanya. Bila bergaul
16 20
Undang-undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003. Ilyas Abu Haidar, Etika Islam Dari Kesalehan
17
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas Individu Menuju Kesalehan Sosial (Jakarta: Al-Huda,
(Yogyakarta: LP3ES, 1999), hlm. 26. 2003), hlm. 61.
18 21
Ahmad Syadali dan Ahmad Rifa’i, Ulumul Qur’an II Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda
(Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hlm. 27. Berkepribadian Muslim (Jakarta: Gema Insani Pess,
19
Shalah al-Khalidi, Kisah-Kisah al-Qur’an: 1994), hlm. 86.
22
Pengajaran Dari Orang-orang Terdahulu, Cet. I Ibid., hlm. 82.
(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 21.
dengan orang banyak, dia menganggap merupakan pangkal dari segala macam
lainnya bodoh dan hina, dan bila kemungkinan kerusakan yang terjadi.
memegang sesuatu pekerjaan, dia berlaku Biasanya, orang yang mempunyai sikap
sewenag-wenang dan bertindak dengki akan memiliki hasrat untuk
23
diktator. Angkuh adalah penyakit hati mencelakai terhadap orang yang ia
yang bisa merusak iman seseorang. merasa dengki. Jika demikian hal nya
Angkuh merupakan sikap mental yang maka benarlah bahwa dengki merupakan
merasa lebih besar, lebih kaya dan lebih sifat setan yang tidak patut untuk di tiru
pandai, tanpa merasa ada bimbingan dan dan dengki merupakan awal dari
petunjuk Allah karena ia merasa serba berbagai kejahatan.
mampu dan menganggap orang lain 4. Pemaaf
rendah.24 Sikap pemaaf adalah memberi
Kebanyakan penyakit para ampun terhadap kesalahan orang lain
intelektual dan tokoh kita hari ini adalah tanpa ada rasa benci, sakit hati, atau
mereka merupakan orang-orang yang membalas meskipun sebenarnya dia
memiliki kemampuan kognitif dan mampu melakukannya.26 Pada saat
psikomotorik yang luar biasa, tetapi Adam dan istrnya di keluarkan dari
lemah dalam hal afektif. Idealnya, bagi surga dan menyadari sepenuhnya atas
seorang guru harus mempunyai kekhilafan yang telah mereka lakukan,
kemampuan kognitif, afektif dan Nabi Adam selalu berdoa dan memohon
psikomotorik yang baik. Demikian pula ampunan kepada Allah “Ya Allah
halnya dengan siswa. sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku
3. Menjauhi Sifat Dengki sendiri, sekiranya tidak engkau ampuni kami,
Dengki adalah sikap yang tidak nisca jadilah kami orang yang merugi”.27
senang atas kenikmatan yang diperoleh Melalui doa tersebut dan berkat Maha
orang lain dan berusaha agar nikmat Pengasih dan Penyayangnya Allah,
tersebut hilang atau pindah ke Adam pun diampuni. Demikian pula lah
tangannya.25 Dalam catatan sejarah, hendaknya seorang guru, guru harus
peristiwa pembunuhan pertama kali memiliki sifat pemaaf terhadap
terjadi dilatar belakangi oleh sifat dengki muridnya, ia sanggup menahan diri,
yang terjadi antara dua putera Adam as menahan marah, lapang hati, banyak
yaitu Qabil dan Habil yang saling berebut sabar, dan jangan pemarah karena sebab-
perempuan cantik. Hal ini menunjukkan sebab yang kecil berkepribadian dan
kepada kita betapa sifat dengki mempunyai harga diri.28
merupakan sifat yang sanggat berbahaya Dengan demikian maka
dan harus diwaspadai. Dengki pendidikan seharusnya mampu
menanamkan nilai-nlai sikap yang baik
23
Ahmad Muhammad al-hufy, Akhalak Nabi serta menghasilkan out put yang memiliki
Muhammad Saw Keluhuran dan Kemuliaannya, Terj.
sifat-sifat sebagaimana yang diterangkan
Masdar Helmi, Cet. II (Jakarta: Bulan Bintang, 1997),
hlm. 387. diatas yaitu rendah hati, tidak sombong,
24
Jejen Musfah, Bahkan Tuhan pun Bersyukur:
26
Memahami Rahasia Hati (Jakarta: Hikmah, 2003), hlm. Al-Hufy, Akhlak Nabi…, hlm.257.
89. 27
Q.S. al-A’raf/7: 32.
25 28
Mohlm. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan
dan Budi Pekerti Dalam Ibadah dan Tasawuf, Cet. I Islam, Terj. Bustami A. Gani, Cet. I (Jakarta: Bulan
(Jakarta: PT. Karya Mulia, 2005), hlm. 59. Bintang, 1970), hlm. 141.
tidak dengki dan menjadi pribadi Sedangkan sikap merupakan wujud dari
pemaaf. Kondisi ideal ini tidak hanya keadaan ruhani setiap individu.
ditujukan semata-mata kepada peserta 3. Manusia Sebagai Makhluk yang mulia
didik tetapi juga kepada para para Adam as dan seluruh keturunanya
pendidik. diberikan amanah oleh Allah untuk
mengemban tugas kekhalifahan di bumi.
b. Nilai-nilai yang Berkaitan Dengan Disamping itu, manusia juga diberikan
Tujuan Pendidikan potensi akal dan daya pikir yang tidak
1. Manusia Sebagai Makhluk Ciptaan dimiliki oleh makhluk lainnya. Ini lah
Allah sebab mengapa manusia dianggap
Dengan tegas disebutkan bahwa sebagai makhluk yang sangat mulia. Oleh
Adam sebagai bapak manusia karena itu manusia dituntut untuk
merupakan makhluk ciptaan Allah yang menjaga marwah dirinya agar jangan
terdiri dari unsur tanah, kemudian Allah sampai jatuh kepada jurang kehinaan.
menyempurnakan dengan meniupkan Berdasarkan paparan diatas
ruh.29 Hal ini menunjukkan bahwa tampak jelas bahwa di dalam konsep
manusia memiliki kedudukan sebagai Islam tujuan dari pendidikan adalah
salah satu mahluk dari sekian banyak untuk menghambakan diri, menyembah
makhluk Allah lainnya. Sebagai makhluk, dengan penuh ketundukan dan
manusia diciptakan untuk melakukan kepatuhan kepada Allah Swt.
berbagai aktivitas yang bermuara pada
pengabdian kepada Allah serta c. Nilai-nilai yang Berkaitan Dengan
mengharap ridho dariNya. Materi Pendidikan
2. Manusia Sebagai Makhluk Jasmani Dalam bentuk operasional
dan Ruhani pendidikan Islam, isi atau materi
Sebagai makhluk hidup yang pendidikan bermakna bahan-bahan
berdimensi fisik, manusia memiliki pengajaran yang akan disajikan dalam
kebutuhan biologis seperti makan, proses kependidikan.30 Adapun materi
pakaian dan tempat tinggal. Selain itu pendidikan yang dimaksud dalam kisah
manusia juga mahkluk yang Nabi Adam adalah sebagai berikut:
berkembangbiak dan memiliki sifat-sifat 1. Nilai-nilai Material
dasar manusiawi seperti lupa dan khilaf. Allah memerintahkan Adam dan
Sedangkan pada dimensi ruhani manusia isterinya tinggal di surga dan bebas
merupakan penyempurna dari jasmani memakan apa saja yang tersedia disana
manusia. Karenanya sangat keliru jika kecuali untuk tidak mendekati sebuah
pendidikan hanya fokus mengisi ranah pohon yang dilarang Allah. ketika
kognitif dan psikomotorik saja, tetapi mereka melanggar perintah Allah maka
harus dibarengi dengan penguatan Allah menampakkan aurat keduanya.
ruhani melalui bimbingan afektif peserta Pada saat itu dengan refleks inisiatif
didik. Pengetahuan dan keterampilan mereka adalah menutup aurat dengan
hanya berfungsi sebagai penguat dari menggunakan dedaunan. Dari peristiwa
eksistensi jasmani manusia saja. ini dapat kita analisa bahwa kebutuhan
29 30
Q.S. Ali-Imran/3: 59, Al-Hijr/15: 28 dan Shad/38: 71. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan
(Jakarta: Pustaka al-husna, 1989), hlm. 36.
fisik manusia seperti makan dan minum juga diperoleh atas dasar usaha manusia
serta berpakaian adalah kebutuhan pokok itu sendiri.
yang harus segera di penuhi untuk Al-Ghazali mengibaratkan ilmu
kesehatan dan keselamatan manusia. seperti kolam yang kosong, pengetahuan
2. Nilai-nilai Sosial Kemasyarakatan dan kecerdasan ibarat air dan indra yang
Pengungkapan kata khalifah di lima ibarat anak-anak sungai. Ada dua
dalam Alquran dalam bentuk tunggal cara agar kolam tersebut terisi air.
maupun jamak menandakan bahwa Pertama, membiarkan anak sungai
khalifah tersebut bisa bermakna sendiri tersebut mengalir seperti biasa (melalui
maupun kolektif. Sudah barang tentu usaha manusia). Kedua, mengentikan
kepemimpina sangat melibatkan berbagai aliran anak sungai tersebut lalu menggali
pihak di dalamnya, karenanya interaksi kedasar kolam yang paling dalam hingga
sosial merupakan sebuah keniscayaan muncul mata air. Artinya manusia harus
pada setiap kepemimpinan. Pada kisa mengasingkan diri dan berusaha
Nabi Adam terdahulu telah di singgung mendekatkan diri kepada Allah dengan
bahwa ketika hendak mengangkat Adam demikian ilham akan muncul dengan
sebagai khalifah di bumi Allah meminta sendirinya.32
pendapat para malaikat. Sebenarnya 4. Nilai-nilai Akhlak
Allah sama sekali tidak membutuhkan Akhlak sebagai sikap dan prilaku
pendapat malaikat tersebut. Namun pada seseorang dalam berinteraksi dengan
konteks ini Allah hanya ingin pihak lain, menempati posisi penting.
mengajarkan kepada manusia betapa Bahkan Nabi Muhammad Saw sendiri di
pentingnya bermusyawarah meminta utus dengan tujuan menyempurnakan
pendapat dari kalangan lain sebelum akhlak manusia. Dalam ajaran Islam,
merumuskan dan menentukan sebuah akhlak tidak hanya tebatas pada
kebijakan.31 hubungan interaksi sesama manusia saja
3. Nilai-nilai Kecerdasan melainkan mengatur bagaimana
Kecerdasan yang dimiliki oleh hubungan yang seharusnya antara
Nabi Adam sudah tidak perlu di ragukan seorang hamba dengan penciptanya juga
lagi. Hal ini terbukti ketika Allah hubungan antara manusia dengan
meminta Adam untuk menyebutkan satu lingkungannya. Sebagai orang yang
persatu nama-nama yang telah diajarkan diamanahi untuk menjadi khalifah di
kepadanya, dengan lancar adam bumi, tentu merupakan kewajiban untuk
menyebutkan segala yang ia tahu. berprilaku atau berakhlak baik terhadap
Kecerdasan dan pengetahuan yang sesama. Ketika Adam dan isterinya
dimiliki oleh manusia sesungguhnya menyesali akan kesalahannya, mereka
berasal dari du sumber yakni dari Allah segera sadar dan bertaubat kepada Allah.
dan hasil usaha manusia itu sendiri. Agar tanpa mencari ‘kambing hitam’, Nabi
memiliki kecerdasan manusia harus Adam sepenuhnya mengakui
mendekatkan diri kepada Allah yang kesalahannya telah melanggar perintah
Maha cerdas disamping itu kecerdasan Allah walaupun sesungguhnya setan lah
31 32
Abd Halim Nasution, Nilai-nilai Pendidikan Dalam Hasan, Asari, Nukilan Sejarah Pemikiran Islam
Kisah Nabi Adam as Menurut Al-Quran (Tesis, Klasik: Gagasan Pendidikan Abu Hamid al-Ghazali
Program Pascasarjana IAIN Sumatera Utara Medan, (Medan: IAIN Press, 2012), hlm. 80.
2003), hlm. 133.