Anda di halaman 1dari 3

AL QUR’AN DAN HADIS PEDOMAN HIDUPKU

1. Pengertian Al-Qur’an dan Hadis


Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari kata ‫ق رأ – يق رأ – ق رآن‬ yang berarti membaca
bacaan. Al-Qur’an berarti bacaan yang sempurna. Sedangkan Al-Qur’an menurut Istilah adalah:
Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW secara berangsur-angsur melalui
malaikat Jibril dan membacanya adalah ibadah.

Hadis menurut bahasa berasal dari kata ‫ث‬


َ ‫َح َد‬ yang berarti baru, peristiwa, muda, perkataan,
cerita. Adapun menurut istilah Hadis adalah segala sikap, perkataan, perbuatan dan  penetapan/
persetujuan (taqrir) Rasulullah SAW.
Hadis dibedakan menjadi 3:
a. Hadis Qauly, yaitu hadis-hadis yang yang diucapkan Nabi SAW dalam berbagai bidang
b. Hadis Fi’ly, perbuatan-perbuatan Nabi SAW yang sampai kepada kita melalui penukilan
sahabat
c. Hadis Taqriry, keadaan Nabi SAW yang mendiamkan, tidak berkomentar dan tidak
menyanggah serta menyetujui apa yang dilakukan oleh para sahabatnya.

2. Fungsi Al-Qur’an dan Hadis

Fungsi Al Qur’an menurut surah Al Baqarah ayat 185, antara lain :


a. sebagai petunjuk (Al Huda)
b. sebagai penjelasan dari petunjuk tersebut (Al Bayan)
c. sebagai pembeda antara yang benar dan yang salah (Al Furqan)

Fungsi Hadis terhadap Al Qur’an, antara lain :


a. Mengukuhkan hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al Qur’an. Contoh : perintah
untuk bertaqwa kepada Allah
b. Menafsirkan ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat mujmal (global).Contoh: Al Qur’an
memerintahkan untuk sholat, adapun tata cara sholat dijelaskan dalam hadis
c. Membatasi keumuman Al Qur’an. Contoh: Pembatasan tentang orang-orang yang boleh tidak
melaksanakan shalat Jum’at
d. Menetapkan hukum yang belum terdapat dalam Al Qur’an. Contoh: haramnya binatang buas
tidak terdapat dalam Al Qur’an, tetapi dijelaskan dalam hadis.
Cara memfungsikan Al Qur’an dan hadis diantaranya adalah dengan menjadikan Al Qur’an dan
hadis sebagai pedoman dalam kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta menjadikan Al Qur’an dan hadis sebagai hakim dalam menyelesaikan masalah.

BAB II
MENIKMATI KEKUASAAN DAN RAHMAT ALLAH SWT

A. SURAH ASY SYAMS AYAT 1-10

1. Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, ‫س َوض ُٰحٮهَا‬ ِ ۡ‫َوال َّشم‬
2. demi bulan apabila mengiringinya, ‫َو ۡالقَ َم ِر اِ َذا ت َٰلٮهَا‬
3. demi siang apabila menampakkannya, ‫ار اِ َذا َج ٰلّٮهَا‬ِ َ‫َوالنَّه‬
4. demi malam apabila menutupinya (gelap gulita), ‫َوالَّ ۡي ِل اِ َذا يَ ۡغ ٰشٮهَا‬
5. demi langit serta pembinaannya (yang menakjubkan), ‫َوال َّس َمٓا ِء َو َما بَ ٰنٮهَا‬
‫ض َو َما طَ ٰحٮهَا‬ ‫اۡل‬
6. demi bumi serta penghamparannya, ِ ‫َوا َ ۡر‬
7. demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, ٍ ‫َون َۡف‬
‫س َّو َما َس ٰ ّوٮهَا‬
‫فَا َ ۡلهَ َمهَا فُج ُۡو َرهَا َوت َۡق ٰوٮهَا‬
8. maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,

9. sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), ‫قَ ۡد اَ ۡفلَ َح َم ۡن زَ ٰ ّكٮهَا‬
10. dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. ‫اب َم ۡن َد ٰ ّسٮهَا‬َ ‫َوقَ ۡد َخ‬

B. ISI KANDUNGAN SURAH ASY-SYAMS AYAT 1-10


1. Tujuh Fenomena Alam yang Menakjubkan
Pada awal surah asy-Syams ini (ayat 1-7), Allah Swt. menunjukkan sebagian dari betapa luar
biasa ciptaan-Nya: matahari, bulan, siang, malam, langit, bumi, dan jiwa manusia. Semuanya
berjalan teratur dalam hukum yang telah ditentuka-Nya (sunnatullah), yaitu:
a. “Demi matahari dan cahayanya di pagi hari” yakni sinarnya, yaitu waktu naiknya setelah
munculnya, yakni, cahayanya dan manfaat yang bersumber darinya. Sedangkan Qatadah
mengatakan: wadluhaaHaa (“Pada pagi hari”) yakni siang secara keseluruhan. Ibu Jarir
mengatakan bahwa yang benar adalah dengan mengatakan: “Allah bersumpah dengan
matahari dan siangnya, karena sinar matahari yang paling tampak jelas adalah pada siang
hari”.
b. “Dan bulan apabila mengiringinya” “Yakni mengikutinya.” yaitu, ketika matahari
tenggelam, bulan muncul.
c. “Dan siang apabila menampakkannya” yakni siang apabila terang benderang.” dengan
siang ketika nampak jelas dengan cahayanya dan sinarnya dan menyingkap kegelapan.
d. “Dan malam apabila menutupinya” Yakni jika malam menutupi matahari, yaitu saat
matahari terbenam sehingga seluruh ufuk menjadi gelap.
e. Dan langit serta pembinaannya” “yaitu langit dan pembangunannya, peninggiannya yang
demikian hebat yang amat sempuna indah.
f. “Dan bumi serta penghamparannya”, yakni Allah Swt. membentangkan dan
memperluasnya sehingga memungkinkan seluruh makhluk untuk memanfaatkan bumi
dengan berbagai seginya.
g. “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)”, yakni penciptaan yang sempurna lagi
tegak pada fitrah yang lurus.
h. “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya)” Yakni
Allah mengenalkan dan memahamkannya tentang ketakwaan dan kebaikannya, dan
kefasikan dan keburukan.
2. Sumpah Allah Swt.
Setelah Allah Swt. bersumpah dengan hal-hal (ciptaan-Nya) di atas, ayat 9 dan 10 surah asy-
Syams ini menjelaskan apa yang hendak ditekankan Allah Swt. dengan sumpah-sumpah di
atas, yaitu:
a. Sungguh beruntung dan akan meraih segala apa yang diharapkannya siapa yang
menyucikan jiwa dan mengembangkan dirinya.
Firman Allah: ‫ز ٰ ّكٮهَا‬
َ ‫“( قَ ۡد اَ ۡفلَ َح َم ۡن‬Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu.”). Berarti bahwa beruntunglah orang yang mensucikan dirinya, yakni dengan
menaati Allah Swt., dan membersihkannya dari aklak tercela dan berbagai hal yang hina.

b. Sungguh merugilah siapa yang memendamnya, yakni menyembunyikan kesucian jiwanya.


ّ ٰ ‫اب َم ۡن د‬
‫ٮهَا‬x‫َس‬ َ x‫َوقَ ۡد َخ‬
(“Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”) yakni
mengotorinya, dengan membawa dan meletakkannya pada posisi menghinakan dan
menjauhkan dari petunjuk sehingga dia berbuat maksiat dan meninggalkan ketaatan
kepada Allah. Dan mungkin juga mempunyai pengertian: Dan merugilah orang-orang yang
jiwanya dibuat kotor oleh-Nya.
Makna asal kata “‫ " َدسَّى‬adalah menutupi. dia telah menutupi jiwanya yang mulia dengan
melakukan berbagai macam dosa, menguburnya dengan berbagai hal yang rendah dan
hina, menghancurkan dan merusaknya dengan melakukan berbagai hal yang tercela,
sehingga jiwanya pun menjadi jiwa yang rendah dan hina. Sehingga dengan hal itu, jiwa
tersebut berhak mendapatkan kesengsaraan dan kerugian (di akhirat).

Anda mungkin juga menyukai