Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TAFSIR TARBAWY

“MEMAHAMI PENDIDIKAN ESTETIKA”

DOSEN PENGAMPU:

Drs. M. Ziyad, M. Ag

Disusun oleh:

1. Henni Rahayu Purnama Utami (210101027)


2. Ilham Hadi (210101028)

Kelas 2 A
Kelompok

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrohmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Memahami Pendidikan
Estetika” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata
kuliah Tafsir Tarbawy. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambahkan
wawasan tentang materi ini bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 10 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Allah menciptakan pakaian untuk menutup aurat dan pakaian taqwa itu lebih baik

B. Allah menciptakan 7 langit dalam dua masa, kemudian dihiasi dengan bintang-
bintang yang cemerlang.
C. Kisah-Kisah Dalam Al-Quran Merupakan Pelajaran Bagi Orang Yang Berakal,
Dan Kisah Dalam Al-Quran Itu Bukanlah Cerita Fiktif, Melainkan Membenarkan
Kitab Kitab Sebelumnya, Dan Menjelaskan Segala Sesuatu Serta Menjadi
Petunjuk Dan Rahmat Bagi Orang Yang Beriman

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

3
A. Allah menciptakan pakaian untuk menutup aurat dan pakaian taqwa itu lebih
baik.
Terdapat dalam QS. ARAF AYAT 26.

َ‫ت هّٰللا ِ لَ َعلَّهُ ْم يَ َّذ َّكرُوْ ن‬ َ ِ‫ك خَ ْي ۗ ٌر ٰذل‬


ِ ‫ك ِم ْن ٰا ٰي‬ َ ِ‫اريْ َسوْ ٰاتِ ُك ْم َو ِر ْي ًش ۗا َولِبَاسُ التَّ ْق ٰوى ٰذل‬ ٰ
ِ ‫يَا بَنِ ْٓي ا َد َم قَ ْد اَ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاسًا ي َُّو‬
Artinya:

26. Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk
menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih
baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.

Dalam Tafsir AL-AZHAR BUYA HAMKA.

1. Kosakata:

a) Risya

Diterjemahkan dengan pakaian yang indah untuk perhiasan. Kata Risy pada
mulanya bulu burung. Sebagaimana bulu pada burung menjadi hiasan baginya,
begitu pula dengan kata Risy pada ayat ini maksudnya adalah pakaian yang indah
untuk hiasan, karena pakaian mempunyai dua fungsi, yaitu untuk menutup aurat
dam pakaian untuk menjadi hiasan bagi pemakainya.

b) Munasabah

Pada ayat ayat yang lalu ditegaskan bahwa allah menyuruh adam dan istrinya
hawa untuk keluar dari surga dan bertempat tinggal di bumi dijelaskan pula
bahwa setan itu adalah musuh yang sangat berbahaya. Pada ayat ayat berikut ini
menerangkan bahwa Allah telah menurunkan kepada Adam dan anak cucunya
segala sesuatu yang diperlukan untuk kepentingan agama dan dunianya seperti
pakaian yang dipergunakan untuk menutup auratnya, pakaian yang dipergunakan
dalam peperangan dsb. Tujuan ini agar kita bersyukur kepada Allah,
menyembahNYA tanpan mempersekutukanNYA dengan sesuatu apapun.

2. Tafsir

(26) Pada ayat ini, Allah menyeru kepada anak-cucu Adam dan memperingatkan
nikmat yang begitu banyak yang telah dianugerahkanNYA agar mereka tidak
melakukan kemaksiatan, tetapi hendaklah mereka bertakwa kepadaNYA, dimana saja
mereka berada, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw.

4
“ Bertakwalah kepada Allah dimana pun engkau berada “ (HR At Tirmizi dari Muaz
bin Jabal)

Allah yang menurunkan hujan dari langit yang menyebabkan tumbuhnya kapas,
rami, wool, sbg ynag kesemuanya itu dapat dijadikan bahan pakaian sedudah diolah
untuk dipakai menutup aurat kita, tubuh kita, dan untuk menahan panas dan dingin
dan dipakai dalam peperangan untuk menahan senjata(baju besi) pakaian juga bisa
dijadikan keindahan sebagai perhiasan, satu hal yang disukai Allah sebagaimana
dalam sabda Rasullah saw.

“Sesungguhnya Allah itu sangat indah dan meyukai keindahan.” (HR. Muslim & At
Tirmizi).

Ini semua merupakan pakaian dan keindahan lahiriah. Disamping itu ada lagi
macam pakaian yang sifatnya rohaniayah yang jauh lebuh baik dari pakaian lahiriah,
karena ia dapat menghimpun segala kebaikan, yaitu takwa kepada Allah. Dengan
takwa itu, Allah senantiasa memberikan kepada kita petunjuk untuk dapat mengatasi
dan jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi. Dia (Allah) akan memberikan kepada
kita rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

B. Allah menciptakan 7 langit dalam dua masa, kemudian dihiasi dengan bintang-
bintang yang cemerlang.

Terdapat dalam QS. Al-Fusshilat ayat 12

‫ ِد ْي ُر‬y‫ك تَ ْق‬ َ ‫ ُّد ْنيَا بِ َم‬y‫ َم ۤا َء ال‬y‫الس‬


َ yِ‫ا ٰۗذل‬yyً‫ابِي ۖ َْح َو ِح ْفظ‬y‫ص‬ َّ ‫ا ۗ َوزَ يَّنَّا‬yyَ‫ َم ۤا ٍء اَ ْم َره‬y‫ ِّل َس‬y‫ت فِ ْي يَوْ َم ْي ِن َواَوْ ٰحى فِ ْي ُك‬ ٰ َ‫فَق‬
ٍ ‫ضىه َُّن َس ْب َع َسمٰ َوا‬
ْ
‫ال َع ِزي ِْز ال َعلِيْم‬ ْ
Artinya:
12. Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia
mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi),
Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara.
Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.

Dalam Tafsir AL-AZHAR BUYA HAMKA jilid 8.


“Maka Dia melaksanakan tujuh langit dalam dua hari” (pangkal ayat 12).
Yaitu setelah Tuhan memulai tujuannya ke langit dan telah diberi ingat kepada
langit dan bumi agar tunduk, taat ataubterpaksa, diatur langit dalam tujuh tingkat
dalam dua hari. Tentang tujuah tungkat inipun yang paling baik bagi kita adalah
menyerahkan maksud dan tafsirnya kepada Tuhan juga. Ilmu manusia tidak akan
mampu mencapai bagaimana hakikat yang dikatan tujuh itu. Ada orang yang
mencoba menafsirkan tujuh langit ialah tujuh satelit, lalu mereka hitung bintang-
bintang satelit itu sampai tujuh tetapi bumi sendiripun termasuk didalamnya.

5
Matahari sendiripun ada penafsir yang memasukkan di dalam yang tujuh itu pula.
Sekarang tafsir yang demikian sudah dianggap kolot. Ada yang menafsirkan bahwa
tujuh langit ialah tujuh galaxy, kumpula berjuta-juta bintang yang berada di keliling
mataharinya sendiri-sendiri. Kemudian ternyata bahwa galaxy itu tidak tujuh, bahkan
beribu-ribu. Ada pula yang mengatakan bahwa bulan terletak dilangit pertama dan
matahari di langit yang keempat.
Semua tafsir yang demikian tidak ada pegangannya. Lebih baik diterima
keseluruhan apa yang difirmankan Tuhan, bahwa langit itu tujuh yang mana dia, kita
tidak diberitahu secara terperinci.
Dan dapat kita fahamkan bahwa jika tersebut sesudah Allah menjadikan bumi,
lalu berpindah ke langit, maksudnya bukan berpindah seperti manusia pada
umumnya, melainkan semata-mata memindahkan urusan balaka. Karena dihadapan
kebesaran Tuhan, ketujuh pelata langit dan bumi dan bintang-bintang tidak ada yang
berjarak jauh. Dan kalau allah berfirman bahwa Dia melaksanakan tujuh langit dalam
dua hari, dapat pula kita fahamkan apa yang dimaksud dengan hari, yaitu sebagai kita
memikirkan dua hari mulai penyempurnaan kejadian bumi pula.
“Dan Dia mewahyukan kehendakNya pada tiap-tiap langit,” Yaitu meyampaikan
perintah kepada tiap-tiap langit itu tentang tugasnya masing-masing supaya berjalan
pula dengan teratur menurut jalan yang telah digariskan Allah, tidak boleh berubah
barang satu detik pun. Itulah yang disebut dengan” Sunatullah” dan terkadang
dinamai “Namus al Akbar”.
“Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk
memelihara.” Dalam ayat ini bintang-bintang disebut pelita-pelita dan perhiasan.
Pada kalimat perhiasan dan pelita tergabunglah rasa keindahan atau rasa keharuan
melihat betapa cantiknya cahayanya dimalam hari. Dan dalam ayat lain bintang-
bintang disebutkan sebagai pengawal dan pengawas terhadap setan dan jin yang
hendak mencoba mengacau peredaran namus tadi; namun bila saja mereka mendekat,
mereka telah dipanah hingga tersungkur jatuh terbakar atau lari.
“Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa” Keperkasaan Allah itu
nampak pada kepatuhan alamitu sendiri mentaati aturan, sehingga tidak ada satupun
yang dapat membangkak ataupun membuat aturan sendiri. Karena membuat aturan
sendiri diluar aturan Allah adalah kehancuran; “ Lagi yang Maha Mengetahui” Maka
keperkasaan itu pastilah disertai dengan luasnya ilmu Allah itu sendiri. Karena
tidaklah mungkin mempunyai sifat keperkasaan yang tinggi kalau yidak mempunyai
ilmu yang sempurna pula.

C. Kisah-Kisah Dalam Al-Quran Merupakan Pelajaran Bagi Orang Yang Berakal,


Dan Kisah Dalam Al-Quran Itu Bukanlah Cerita Fiktif, Melainkan
Membenarkan Kitab Kitab Sebelumnya, Dan Menjelaskan Segala Sesuatu Serta
Menjadi Petunjuk Dan Rahmat Bagi Orang Yang Beriman

6
Q.S YUSUF AYAT 111

‫صي َْل ُك ِّل َش ْي ٍء َّوهُدًى‬ َ ‫ب َما َكانَ َح ِد ْيثًا يُّ ْفت َٰرى َو ٰل ِك ْن تَصْ ِد ْي‬
ِ ‫ق الَّ ِذيْ بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َوتَ ْف‬ ِ ۗ ‫ص ِه ْم ِعب َْرةٌ اِّل ُولِى ااْل َ ْلبَا‬ َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِ ْي ق‬
ِ ‫ص‬


َ‫َّو َرحْ َمةً لِّقَوْ ٍم يُّْؤ ِمنُوْ ن‬

Artinya:

Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai
akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman. (Q.S Yusuf: 111)

Tafsir

Allah berfirman ‫ص ِه ْم‬ َ َ‫( لَقَ ْد َكانَ فِى ق‬Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu) maksudnya
ِ ‫ص‬
adalah, pada kisah kisah para rasul dan umat umat yang diutus para rasul kepada mereka.
Atau pada kisah kisah Yusuf dan saudara saudaranya serta ayahnya.1 ‫ب‬ ِ ۗ َ‫رةٌ ُأِّل ۟ولِى ٱَأْل ْل ٰب‬y
َ y‫ِع ْب‬
ٌ
(terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal). Kata “ ‫ ” ِعب َْرة‬adalah pemikiran
dan pandangan yang terbebas dari kebodohan dan kebimbangan. Kisah kisah rasul
tersebut menjadi pengajaran bagi orang orang yang mempunyai akal. Sedangkan bagi
orang orang yang lalai, kisah kisah nabi tersebut tidak akan bermanfaat dan mereka tidak
dapat mengambil pelajaran dari kisah kisah tersebut. Seharusnya mereka memperhatikan
bahwa yang mampu dan kuasa menyelamatkan Nabi Yusuf a.s. setelah dibuang ke dasar
sumur, mengangkat derajatnya sesudah ia dipenjarakan, menguasai negeri Mesir sesudah
dijual dengan harga murah, meninggikan pangkatnya dari saudara-saudaranya yang ingin
membinasakannya, dan mengumpulkan mereka kembali bersama kedua orang tuanya
sesudah berpisah sekian lama, tentu sanggup dan kuasa pula memuliakan Muhammad,
meninggikan kalimatnya, memenangkan agama yang dibawanya, serta membantu dan
menguatkannya dengan tentara, pengikut, dan pendukung setia, sekalipun di dalam
menjalani semuanya itu, beliau pernah mengalami kesukaran dan kesulitan.2

Selanjutnya Allah SWT berfirman ‫( َما َكانَ َح ِديثًا يُ ْفتَ َر ٰى‬Al Qur’an itu bukanlah perkataan
yang dibuat-buat) maksudnya, kisah-kisah ini bukanlah cerita yang dibuat-buat tetapi
adalah wahyu yang diturunkan Allah swt dan mukjizat yang melemahkan tokoh-tokoh
sastra ulung ketika ditantang untuk menyusun yang seperti itu.

َ ‫( َو ٰلَ ِكن تَصْ ِدي‬akan tetapi, membenarkan kitab kitab sebelumnya)maksudnya


‫ق ٱلَّ ِذى بَ ْينَ يَ َد ْي ِه‬
adalah, dari kitab-kitab yang diturunkan dari langit, dan membenarkan apa yang benar
dari isinya, membantah pemutarbalikan, penyelewengan, dan perubahan yang terjadi

1
Imam Asy-Syaukhani, Tafsir Fathul Qadir jilid 5. (Beirut, 2007) h. 776
2
KEMENAG RI, AL- QUR’AN DAN TAFSIRNYA JILID V. (Jakarta: Widya Cahaya, 2011) h.56

7
didalamnya dan menentukan mana yang dinasakh ( dihapus) atau
ditetapkan.3Membenarkan kitab kitab samawi yaitu zabur, taurat, dan Injil yang telah
dirubah oleh manusia.

ِ ‫( َوتَ ْف‬dan menjelaskan segala sesuatu) dari syariat syariat yang masih global
‫صي َل ُك ِّل َش ْى ٍء‬
yang perlu dijelaskan kembali, karena dalam Al Qur’an Allah tidak menjelaskan
seluruhnya. Ada yang memaknainya tentang apa yang dibutuhkan oleh hamba-hambanya
dari yang halal, haram, peraturan dan hukum.4

Oleh karena itu Al Qur’an adalah َ‫( َوهُدًى َو َرحْ َمةً لِّقَوْ ٍم يُْؤ ِمنُون‬dan (sebagai) petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman) Al Quran memberitahukan hal yang nyata dan
gaib yang akan datang, secara garis besar maupun rinci memberitahukan tentang Allah
ta'ala, dengan nama-nama dan sifat-sifatnya dan kesuciannya dari persamaan dengan
makhlukNya. Oleh karena itu al-quran adalah rahmat bagi orang-orang yang beriman,
yaitu mereka yang membenarkan dan mempercayai serta mengamalkan isinya, karena
iman itu ialah ucapan yang dibenarkan oleh hati dan dibuktikan dengan amal
perbuatan.Menjadi Rahmat, sebab meneladan contoh teladan yang mulia dari orang
besar-besar adalah membawa kemuliaan pula.5

Adapun hubungan ayat ini dengan pendidikan tergambar dalam kalimat ulul albab
yang mana secara etimologi, kata ulul albâb terdiri dari dua suku kata yaitu ûlu
merupakan sinonim dari kata dhawu artinya yang empunya (untuk jama’ berjenis laki-
laki). Albâb ialah bentuk jama’ dari lubbu yang artinya isi, inti, sari. Ia merupakan
antonim “kulit”. Dalam konteks ini Al-Quran menunjukkan bahwa manusia terdiri atas
dua bagian yaitu kulit dan isi. Bentuk fisik adalah kulit, sedangkan akal adalah isi.
Sedangkan secara terminologi, ulul albâb adalah orang yang berakal cerdik, dapat
mengambil pelajaran, berpikir cerdas, orang yang menggunakan akal, orang yang
berpikir tajam.

Ulul Albab merupakan sifat dan karakteristik pendidik yang diajarkan Islam, yang
dijelaskan dalam berbagai ayat Al-Quran diantaranya:

 Mampu mengambil pelajaran dan hikmah dari peristiwa terdahulu, sebagaimana


firman Allah dalam surat Yusuf [12]: 111,
 Berakal sehat dan berpikiran lurus sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ra’d
[13]: 19,
 berpikir cerdik, menghayati dan mengamalkan tuntunan kitab al-Quran
sebagaimana firman Allah dalam surat Ibrahim [14]: 51-52,

3
DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4.
(Mu-assasah Daar al Hillal Kairo, 1994) h. 471
4
Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi Jilid 9 (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007) h. 644
5
Hamka, Tafsir Al Azhar Jilid 5 (Pustaka Nasional PTE LTD Singapura: 1990) h. 3722

8
 Mampu melihat kebenaran dan menempatkan pada posisi yang tepat
sebagaimana firman Allah dalam surat Shâd [38]: 29,
 Mampu melihat anugerah sebagai pelajaran, sebagaimana dalam firman Allah
dalam surat Shâd [38]: 43,
 Mendirikan shalat malam dan mengharap rahmat dari Allah sebagaimana firman
Allah alam surat Az-Zumar [39]: 9,
 Mendengarkan nasehat dengan penuh kesungguhan dan mengikuti yang terbaik,
sebagaimana dalam firman Allah pada surat Az-Zumar [39]: 17-18,
 Mampu menjadikan tanda-tanda kebesaran Allah sebagai petunjuk dan pengingat
bagi dirinya sebagaimana firman Allah dalam surat Az-Zumar [ 39]: 21,
 Mengharap petunjuk dari Allah, sebagaimana dalam firman Allah surat Al-
Mu’min [40]: 53-54,
 Mampu memahami substansi dari suatu permasalahan secara mendalam,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah [2]:179,

9
DAFTAR PUSTAKA

DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir
Jilid 4, Mu-assasah Daar al Hillal Kairo, 1994

Hamka, Tafsir Al Azhar Jilid 5, Pustaka Nasional PTE LTD Singapura, 1990

Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi Jilid 9, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007

Imam Asy-Syaukhani, Tafsir Fathul Qadir jilid 5, Beirut, 2007

KEMENAG RI, AL- QUR’AN DAN TAFSIRNYA JILID V, Jakarta: Widya Cahaya,
2011

10

Anda mungkin juga menyukai