Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TAFSIR DAN HADIST TARBAWI

Tentang

Hadist-Hadist tentang Bumi Antariksa

KELOMPOK 6

1. PUTRI NADA SARI 2030107014


2. YULIA OKTAVIONA 2130107011

DOSEN PENGAMPU:
1. Dr. Hj. FITRI YENI MD., LC., MA
2. Dr. JOHARI JAMAL,S. TH,I, MA

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia- Nya, sehingga makalah yang berjudul tentang “Hadis-Hadis tentang Bumi
Antariksa” inidapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini memiliki tujuan agar para pembaca dapat memahami dan mengenali
Hadis-Hadis tentang Bumi Antariksa dalam mata kuliah Tafsir dan Hadis Tarbawi ini
dengan baik dan benar.
Makalah ini tidak luput dari kesalahan. Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk memperbaiki kesalahan yang ada.Kami mengucapkan terima kasih pada
Ibu dosen pembimbing mata kuliah Tafsir dan Hadis Tarbawi yang telah memberikan
arahan dan bimbingannya selama kami mengikuti mata kuliah tersebut. Sekian dan
terima kasih.

Batusangkar, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2
A. Tujuh Lapisan Bumi .......................................................................................................... 2
B. Rotasi Bumi Penentu Waktu Shalat................................................................................. 4
C. Tujuh Lapisan Langit ........................................................................................................ 7
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antariksa adalah sebuah kumpulan dari segala galaksi, berkumpul dalam satu
kesatuan. Manusia masih memiliki beragam pertanyaan mengenai langit, antariksa,
planet, bintang dan galaxi. Didasari oleh pertanyaan-pertanyaan tersebut dan rasa ingin
tahu yang dimiliki oleh manusia, manusia melakukan berbagai penelitian dan
penyelidikan mengenai
Di dalam Al-Qur’an terma-terma antariksa atau biasa disebut sebagai ‘Samaa’
yang berarti langit, menyimpan terma-terma benda-benda langit yang diantara itu
adalah terma tentang Kaukaba, Najm, Ardh, Thoriq, dsb. Yang kesemuanya itu adalah
benda-benda langit yang tertulis di-dalam Al-Qur’an.
Qur’an hadist sebagaimana diketahui membahas ajaran ajaran tetang ayat ayat Al-
Qur’an dan hadist-hadist yang bersgkutan dengan alam jagat araya ini. Dalam Al-
Qur’an hadits itu terdapat sub bahasan salah satunya penciptaan tentang langit dan
bumi, dari penjelasan tentang langit dan bumi, kita bisa mengetahui betapa besarnya
Keagungan dan kekuasaan Allah terhadap alam semesta ini.
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang termasuk kedalam tujuh lapisan bumi?

2. Bagaimana rotasi bumi sebagai penentu waktu sholat?

3. Apa saja yang termasuk kedalam tujuh lapisan langit?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui tujuh lapisan bumi

2. Mengetahui rotasi bumi sebagai penentu waktu sholat

3. Mengetahui tujuh lapisan langit

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuh Lapisan Bumi
Bumi memiliki seluruh sifat yang diperlukan bagi kehidupan. Salah satunya adalah
keberadaan atmosfir, yang berfungsi sebagai lapisan pelindung yang melindungi makhluk hidup.
Adalah fakta yang kini telah diterima bahwa atmosfir terdiri dari lapisan-lapisan berbeda yang
tersusun secara berlapis, satu di atas yang lain. Persis sebagaimana dipaparkan dalam Al Qur’an,
atmosfir terdiri dari tujuh lapisan. Ini pastilah salah satu keajaiban Al Qur’an.

َ َ‫س َم ۤا ِء ف‬
َ ‫س ّٰوى ُه َّن‬
‫س ْب َع‬ َّ ‫ض َج ِم ْيعًا ث ُ َّم ا ْست َ ٰٓوى اِلَى ال‬ ْ ‫ُه َو الَّذ‬
ِ ‫ِي َخلَقَ لَ ُك ْم َّما فِى ْاْلَ ْر‬
َ ‫ت ۗ َو ُه َو بِ ُك ِل‬
‫ش ْيءٍ َع ِليْم‬ ٍ ‫سمو‬ َ

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahuisegala sesuatu." (Al Qur'an, 2:29)

‫س َم ۤاءٍ ا َ ْم َرهَا َۗوزَ يَّنَّا‬


َ ‫ت فِ ْي يَ ْو َمي ِْن َوا َ ْوحى فِ ْي ُك ِل‬ ٍ ‫سمو‬ َ ‫فَقَضى ُه َّن‬
َ ‫س ْب َع‬ َ
‫ظا ۗذ ِل َك ت َ ْق ِدي ُْر ْالعَ ِزي ِْز ْال َع ِلي ِْم‬ َ ‫س َم ۤا َء الدُّ ْنيَا بِ َم‬
ً ‫صابِ ْي َۖ َح َو ِح ْف‬ َّ ‫ال‬
“Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia
mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit yang dekat (dengan bumi), Kami
hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah
ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 41:12)

Kata "langit", yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al-Qur’an,
digunakan untuk mengacu pada "langit" bumi dan juga keseluruhan alam semesta.
Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri
dari tujuh lapisan. Saat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas
lapisan- lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis
sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam
sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

2
Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan.
Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis
gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia
membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer
disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana
terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER.
TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan
dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi
membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER.
(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and
Bacon Inc.Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)
Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah
tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan
dalam ayattersebut.
1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer
Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-
12, "… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya." Dengan kata lain, Allah
dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau
fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini
memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh
makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari
pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya, dari
pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang
berbahaya.

3
Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah
sebagaimana berikut: Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan
troposfir. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfir. Adalah sebuah
keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi
canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.

B. Rotasi Bumi Penentu Waktu Shalat

Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur'an Surat An Nisa ayat 103 bahwa shalat yang
diwajibkan itu mempunyai waktu tertentu, tidak dapat dilakukan di sembarangwaktu
tanpa ada alasan yang membolehkannya. Allah berfirman:

‫اط َمأْنَ ْنت ُ ْم‬


ْ ‫ّٰللاَ قِيَا ًما َّوقُعُ ْودًا َّو َعلى ُجنُ ْوبِ ُك ْم ۚ فَ ِاذَا‬
ّٰ ‫صلوة َ فَا ْذ ُك ُروا‬
َّ ‫ض ْيت ُ ُم ال‬
َ َ‫فَ ِاذَا ق‬
‫َت َع َلى ْال ُمؤْ ِم ِنيْنَ ِكتبًا َّم ْوقُ ْوتًا‬
ْ ‫صلوة َ َكان‬ َّ ‫فَا َ ِق ْي ُموا ال‬
َّ ‫صلوة َ ۚ ا َِّن ال‬
“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah ketika
kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah
merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, salat itu
adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Al
Qur’an. 04:103)
Allah tidak menjelaskan secara gamblang waktu-waktu shalat fardhu tersebut. Al-
Qur'an hanya mengisyaratkan sedangkan penjelasan yang lebih terperinci tentang waktu-
waktu shalat itu diperoleh dari hadits Nabi saw. Ayat-ayat yang mengisyaratkan adanya
waktu-waktu shalat Zuhur Ashar, Magrib, Isya dan Subuh adalah sebagai berikut:

1. Q.S Hud ayat 114

‫ت ذ ِل َك‬ َّ ‫ت يُ ْذ ِهبْنَ ال‬


ِ ۗ ‫س ِيا‬ َ ‫ار َو ُزلَفًا ِمنَ الَّ ْي ِل ۗا َِّن ْال َح‬
ِ ‫سن‬ ِ ‫ط َرفَي ِ النَّ َه‬َ َ ‫صلوة‬ َّ ‫َوا َ ِق ِم ال‬
َ‫ِذ ْكرى ِللذَّا ِك ِريْن‬
“Dan laksanakanlah salat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian
permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.
Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (Al Qur’an,
11:114)

4
2. Q.S Al-Isra’ ayat 78

‫ق الَّ ْي ِل َوقُ ْرانَ ْالفَ ْج ۗ ِر ا َِّن قُ ْرانَ ْالفَ ْج ِر‬ َّ ‫صلوة َ ِلدُلُ ْو ِك ال‬
َ ‫ش ْم ِس اِلى َغ‬
ِ ‫س‬ َّ ‫ََقِ ِم ال‬
‫َكانَ َم ْش ُه ْود‬
“Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan
(laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
(Al Qur’an, 17:78)

Diantara hadits-hadits Nabi yang menerangkan tentang waktuwaktu shalat


adalah had its yang di riwayatkan oleh Ahmad, An-Nasaiy dan At-Turmudy dari Jabir
ibn Abdulah r.a. yang artinya sebagai berikut:

Bahwasanya Jibril datang kepada Nabi Muhammad saw, lalu berkata


kepadanya: Bangun dan beshalatlah, maka Nabi pun bershalat dhuhur
diketika telah tergelincir matahari. Kemudian datang pula Jibril kepada Nabi
pada waktu ashar lalu berkata bangun dan bershalatlah, maka Nabi bershalat
diketika bayangan segala sesuatu itu menjadi panjang dari harinya. Kemudian
Jibril datang pula kepada Nabi pada waktu magrib lalu berkata: bangun dan
bershalatlah, maka Nabi bershalat magrib di waktu telah terbenam matahari.
Kemudian Jibril datang lagi pada waktu isya serta berkata ”Bangun dan
bershalatlah maka Nabi bershalat isya di waktu telah hilang mega-mega merah
di bagian barat. Kemudian datang pula Jibril pada waktu subuh diketika
cermelang fajar. Pada keesokan harinya, Jibril berkata bangun dan
bershalatlah, maka Nabi bershalat dhuhur diketika bayangan segala sesuatu
telah menjadi sepanjang bendanya. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu
Ashar lalu berkata bangun bershalat Ashar diketika telah jadi bayangan segala
sesuatu dua flekali sepaniartg.dirinya. Kemudian datang lagi Jibril pada waktu
magrib pada waktu beliau datang kemarin juga. Kemudian datang lagi waktu
isya diketika telah berlalu separuh malam, atau sepertiga malam, maka Nabipun
bershalat isya. Kemudian datang lagi Jibril di waktu telah bersinar benar. Lalu
berkata bangun dan bershalalah, maka Nabipun bangun dan bershalat subuh.

5
Sesudah itu berkata Jibril. Waktu-waktu diantara kedua waktu itu itulah waktu
shalat.

Dari keterangan hadis-hadis Nabi dapat diperinci ketentuan waktu-waktu shalat


sebagai berikut:
a. Waktu Dhuhur

Waktu Dhuhur dimulai sejak matahari tergelincir, yaitu saat setelah matahari
tercapai titik kulminasi dalam peredarannya sampai tibanya waktu Ashar. Dalam
hadis tersebut di atas dikatakan bahwa Nabi shalat dhuhur ketika ”matahari
tergelincir” dan disebutkan pula ketika bayang-bayang sama panjang dengan
dirinyaini tidaklah bertentangan.
b. Waktu Ashar

Dalam hadis di atas disebutkan bahwa Nabi melakukan shalat ashar pada saat
panjang bayang-bayang sepanjang dirinya dan juga di sebutkan pada saat bayang-
bayang dua kali panjang dirinya. Ini dikompromikan bahwa Nabi melakukan shalat
Ashar pada saat panjang bayang-bayang sepanjang dirinya ini terjadi ketika saat
matahari berkulminasi sikap benda tidak mempunyai bayang-bayang dan Nabi
melakukan shalat Ashar pada saat panjang bayang-bayang dua kali panjang darinya
ini terjadi ketika matahari kulminasi panjang bayangbayang sama dengan dirinya.
Dari uraian di atas disampaikan bahwa waktu Ashar diłnulni panjang bayang-
bayang suatu benda sama dcngan panjang baynng« bayang pada saat matahari
berkulminasi sampai tibanya waktu magrib.
c. Waktu Magrib
Waktu Magrib dimulai sejak matahari terbenam sampai tibanya waktu Isya'.
d. Waktu Isya'
Waktu Isya' dimulai sejak hilangnya mega merah malam. Ada juga yang
menyatakan akhir shalat Isya' setelah terbit fajar.
e. Shalat Subuh
Waktu shalat Subuh dimulai sejak terbit fajar sampai terbit matahari.

6
C. Tujuh Lapisan Langit
Al-Qur’an menekankan bahwa Allah peduli pada ciptaan-Nya. Hal ini ditegaskan
dalam QS. al-Mukminun/23: 17 sebagai berikut:

ِ ‫ط َرآٰ ِٕىقَ َۖ َو َما ُكنَّا َع ِن ۡالخ َۡـل‬


َ‫ق غ ِف ِل ۡين‬ َ ‫َولَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا فَ ۡوقَ ُك ۡم‬
َ ‫س ۡب َع‬
Dan sungguh, Kami telah menciptakan tujuh (lapis) langit di atas kamu, dan Kami
tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). (Al Qur’an, 23:17)
Langit adalah ciptaan Allah SWT yang sangat luas dan masih menjadi misteri.
Hanya Rasullulah SAW yang telah menyaksikan keagungan ciptaan Allah SWT yang
satu ini. Atas izin Allah SWT, Rasulullah telah melakukan sebuah perjalanan spiritual
lintas langit yang menakjubkan, dari bumi menembus tujuh lapis langit. Ya, apalagi
kalau bukan peristiwa Isra’ dan mi’raj.
Sang Maha Pencipta secara tegas menginformasikan bahwa langit berjumlah
tujuh. Adapun langit versi pertama (Langit sughro) adalah langit atmosfer, maka jelas
bahwa yang dimaksud tujuh langit adalah lapisan-lapisan atmosfer yang berjumlah
tujuh buah itu.
Bagaimana dengan tujuh langit kubro? Inilah yang masih menjadi misteri besar
bagi manusia. Ada beberapa pemahaman tentang ini. Ada yang memahami bahwa
langit kubro ini juga secara fisik berlapis-lapis, sebagaimana langit sughro.

Ada juga yang memahaminya bukan sebagai lapisan fisik, tapi lapisan dimensi
sebagaimana terdapat dalam buku “Terpesona di Sidratul Muntaha,” karya Agus
Mustofa. Jika langit kubro pertama yang kita tempati berdimensi tiga, maka langit
kedua, ketiga, keempat dan seterusnya adalah alam berdimensi empat, lima, enam dan
seterusnya.

Pemahaman versi ini mengatakan bahwa manusia hidup di langit dimensi tiga,
jin hidup di alam langit dimensi empat, arwah orang awam hidup di alam langit
dimensi lima, arwah para aulia, syuhada, malaikat, dan para nabi hidup di alam langit
dimensi yang lebih tinggi tergantung kedudukannya.

7
Ketika peristiwa Isra Mi’raj, nabi bertemu dengan beberapa nabi di berbagai
lapisan langit. Nabi Muhammad bertemu Nabi Ibrahim di langit ketujuh, bertemu
Nabi Musa di langit keenam. Juga bertemu dengan nabi Adam, Nabi Yusuf di lapisan
langit-langit lainnya. (Agus Mustafa, Terpesona di Sidratul Muntaha).

Penghuni langit berdimensi lebih rendah tidak dapat melihat penghuni langit
berdimensi lebih tinggi. Tapi penghuni langit berdimensi lebih tinggi dapat melihat
penghuni langit yang berdimensi lebih rendah. Itulah sebabnya: Manusia tidak dapat
melihat jin tapi jin dapat melihat manusia serta Kita tidak bisa mendengar rintihan
arwah yang sedang disiksa, tapi arwah dapat mendengar bunyi alas kaki para
pengantar jenazahnya.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Al Qur’an, atmosfir terdiri dari tujuh lapisan. Ini pastilah salah satu
keajaiban Al Qur’an. Atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam
ayat tersebut yaitu : Troposfer, Stratosfer, Ozonosfer, Mesosfer, Termosfer, Ionosfer
dan Eksosfer.
Allah tidak menjelaskan secara gamblang waktu-waktu shalat fardhu tersebut.
Al-Qur'an hanya mengisyaratkan sedangkan penjelasan yang lebih terperinci tentang
waktu-waktu shalat itu diperoleh dari hadits Nabi saw. Ayat-ayat yang
mengisyaratkan adanya waktu-waktu shalat Zuhur Ashar, Magrib, Isya dan Subuh.
Waktu Dhuhur dimulai sejak matahari tergelincir, yaitu saat setelah matahari tercapai
titik kulminasi dalam peredarannya sampai tibanya waktu Ashar. Waktu shalat ashar
pada saat panjang bayang-bayang sepanjang dirinya dan juga di sebutkan pada saat
bayang-bayang dua kali panjang dirinya. Waktu Magrib dimulai sejak matahari
terbenam sampai tibanya waktu Isya'. Waktu Isya' dimulai sejak hilangnya mega
merah malam. Ada juga yang menyatakan akhir shalat Isya' setelah terbit fajar.
Waktu shalat Subuh dimulai sejak terbit fajar sampai terbit matahari.
Langit adalah ciptaan Allah SWT yang sangat luas dan masih menjadi misteri.
Hanya Rasullulah SAW yang telah menyaksikan keagungan ciptaan Allah SWT yang
satu ini. Atas izin Allah SWT, Rasulullah telah melakukan sebuah perjalanan spiritual
lintas langit yang menakjubkan, dari bumi menembus tujuh lapis langit
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun.Kami menyadari bahwa
masih terdapat masih banyak kekurangan.Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah kami, semoga makalah ini dapat
bermanfaatbagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Romlah. 2011. Ayat-Ayat Al-Qur’an Dan Fisika. Bandar lampung.


Harakindo Publishing

Rahmatiah. 2017. Jurnal Ilmu Falak. Urgensi Pengaruh Rotasi dan Revolusi Bumi
Terhadap Waktu Shalat. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin
Makassar.Vol. 1. No. 1

Sado, Bemi Arino. 2015. Waktu Shalat Dalam Perspektif Astronomi; Sebuah
Integrasi Antara Sains Dan Agama . Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
Institut AgamaIslam Negeri (IAIN) MAtaram. Volume VII, Nomor 1

Mustafa, Agus. Terpesona di Sidratul Muntaha

Anda mungkin juga menyukai