Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 92

Volume 05 No. 01, Januari – Juni 2020


p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X

Pendidikan Informal Dalam Prespektif Pendidikan Islam

Informal Education in Islamic Education Perspective

Yakub
immawanyakub@yahoo.co.id| Universitas Muhammadiyah Makassar

Abstrak
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
Pendidikan Informal dalam Prespektif Pendidikan Islam. Sedangkan sumbernya diambil dari
beberapa buku ilmiah yang diterbitkan dengan maksud dijadikan suber referensi. Adapun
tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah studi kepustakaan, wawancara dan
observasi. Esensi pendidikan informal ini secara umum mencakup pembinaan keluarga dan
dimasyarakat, khususnya pendidikan anak-anak atau peserta didik. Hal ini menemukan
vitalitasnya karena motivasi yang sangat kuat bahwa tujuan akhir pembinaan keluarga dan
dimasyarakat adalah penyelamatan keluarga dari keterpurukan dalam kehidupan di akhirat
dan pembentukan kepribadian, keluarga masyarakat muslim yang sempurna. Dilema yang
muncul pada pendidikan sehubungan dengan peran keluarga adalah kebijakan dalam
arahan pendidikan yang digariskan dan ditetapkan oleh orang tuapeserta didik sering tidak
dapat dipahami dan diikuti oleh anggota keluarga lainnya maupun masyarakat. Akibatnya,
kebijakan dan arahan pendidikan itu seperti dimentahkan dan digagalkan oleh anggota
keluarga lainnya dan anggota masyarakat, sehingga apa yang diharapkan dari pendidikan
informal yang ideal agak sulit dicapai. Jalan keluar dari dilema ini adalah upaya yang terus
menerus dari orang tua dan juga anggota keluarga lainnya serta anggota masyarakat yang
sadar akan pentingnya pendidikan informal untuk memberikan informasi dan penyadaran
akan pentingnya nilai pendidikan informal bagi anak-anak atau peserta didik. Yang
terpenting juga adalah peran pemerintah dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada masyarakat luas akan pentingnya nilai pendidikan informal.

Kata Kunci: Pendidikan Informal, Pendidikan Islam


Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 93

Abstract
The method used in this research uses a qualitative descriptive approach, descriptive
research is a research that aims to describe informal education in Islamic education
perspective. While the source is taken from several scientific books published with the
intention of being used as a reference source. The data collection techniques in this study are
the study of the literature, interviews and observations. The essence of informal education
generally includes family and community coaching, especially the education of children or
students. This found its vitality because of the very strong motivation that the ultimate goal of
fostering family and community is saving the family from adversity and in the afterlife and
forming the personality, family of the perfect Muslim community. The dilemma that arises in
education in relation to the role of the family is the policy in the direction education outlined
and determined by the parents of students often cannot be understood and followed by other
family members and community. As a result, education policies directives are apparently
countered and thwarted by other family members and community members, so what is
expected from the ideal informal education is rather difficult to achieve. The way out of this
dilemma is the ongoing efforts of parents and also other family members and community
members who are aware of the importance of informal education to provide information and
awareness of the importance of the value of information education for children or students.
The most important thing is the role of government in providing guidance and counseling to
the wider community about the importance of the value of informal education in the Islamic
education perspective.

Keywords: informal education, Islamic education.

PENDAHULUAN Teori ini dalam literatur pendidikan

T
idak diragukan bahwa Islam sangat paralel dengan apa yang
pandangan tentang dikemukakan oleh Rasulullah SAW
pendidikan informal bahwa setiapa orang dilahirkan dalam
setidaknya mengacu kepada paham keadaan fitrahya dan lingkunganlah
konvergensi yang menegaskan bahwa yang menjadikan seseorang menganut
didalam perkembangan individu itu baik agama tertentu. Dengan kata lain bahwa
dasar maupun lingkungan memainkan perkembangan manusia itu berlangsung
peranan penting. Bakat sebagian atas pengaruh dari faktor bakat
kemungkinan telah ada pada masing- (kemampuan dasar) dan faktor
masing individu, akan tetapi bakat yang lingkungansekitar (faktor yang
sudah tersedia itu perlu menemukan disengaja). Denga kata lain pula,
lingkungan yang sesuai agar dapat manusia ditentukan perkembangannya
berkembang. oleh faktor dasar dan faktor pendidikan
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 93

informal, yang satu sama lain saling untuk menggambarkan Pendidikan


mempengaruhi secara interaktif. Informal dalam Prespektif Pendidikan
Menurut sebagian ahli Islam. Sedangkan sumbernya diambil
paedagogik bahwa manusia dalam dari beberapa buku ilmiah yang
perkembangannya mengalami proses diterbitkan dengan maksud dijadikan
dalam tiga faktor perkembangan yang sumber referensi dan adapun tekhnik
saling mempengaruhi, yaitu faktor pengumpulan data dalam penelitian ini
pembawaan, faktor lingkungan sekitar, ialah studi kepustakaan, wawancara dan
dan faktor dialektis (proses saling observasi.
mempengaruhi atara kedua faktor 1. Kepustakaan
tersebut). Artinya, meski diakui bahwa Kajian kepustakaan merupakan
manusia dalam perkembangan tahapan penting yang dilakukan oleh
kepribadiannya sangat dipengaruhi oleh peneliti dalam aktifitas penelitian
lingkungan, ia juga dapat mengubah karena dalam kajian kepustakaanlah
lingkunga itu sesuai dengan rancangan dan arah penelitian peneliti
kehendaknya. Ini juga berarti bahwa akan lebih jelas landasan teoritis dan
meskipun fitrah itu dapat dipengaruhi implementasinya. Kajian kepustakaan
oleh lingkungan, namun kondisi fitrah mengacu kepada kajian terhadap
tersebut tidaklah netral terhadap teori-teori yang akan mendasari
pengaruh dari luar. Potensi yang sebuah penelitian, baik teori yang
terkandung didalamnya secara dinamis tertuang dalam hasil penelitian dari
mengadakan reaksi atau respon terhadap peneliti sebelumnya, sekaligus kajian
pengaruh tersebut, maka disinilah letak kepustakaan ini merupakan usaha
dialektisnya. mencari informasi ilmiah yang
relevan dengan topik peneliti
METODE PENELITIAN
tentangPendidikan Informal dalam
Metode yang digunakan dalam
Prespektif Pendidikan Islam.
penelitian ini menggunakan pendekatan
2. Wawancara
deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif
Peneliti dalam melakukan
merupakan penelitian yang bertujuan
interview perlu melakukan secara
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 94

langsung antara peneliti dengan menyebutkan “Pendidikan adalah usaha


informan sehingga dapat lebih sadar dan terencana untuk mewujudkan
terbuka dalam berkomunikasi dalam suasana belajar dan proses
rangka mendapatkan data yang jelas pembelajaran agar peserta didik secara
dan kongkrit. Adapun dari segi aktif mengembangkan potensi dirinya,
tujuannya, maka iterview dapat masyarakat, bangsa dan negara”
digolongkan dalam dua bahagian Pengertian pendidikan yang
yaitu interview survey dan diagnosis demikian dinilai lebih konpehensif dan
berkenaan dengan Pendidikan kompleks ketimbang yang dibuat oleh
Informal dalam Prespektif sebahagian ahli pendidikan dibarat,
Pendidikan Islam. seperti Herman H. Horne yang
3. Observasi mendefinisikan pendidikan sebagai
Peneliti dalam melakukan “suatu proses penyesuaian diri manusia
observasi mempergunakan panca idra secara timbal balik dengan alam sekitar,
secara maksimal sehingga dapat dengan sesama manusia dan dengan
menjiwai obyek penelitian, observasi tabiat tertinggi daro kosmos”. Definisi
ini terbagi menjadi dua bahagian yang dikemukakan Horne tidak
yaitu observasi langsung dan tidak menyentu sedikit pun tentang aspek-
langsung yang berkenaan tentang aspek spritual dan religiusitas, ia hanya
pendidikan informal dalam prespektif menekankan pada aspek-aspek
Pendidikan Islam. humanitas semata.
Meskipun demikian, kekurangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
definisi Horne dapat dilengkapi oleh
A. Pengertian dan Urgensi
William Mc Gucken, yang berpendapat
Pendidikan Informal
bahwa “Pendidikan diartikan sebagai
Dalam konteks Indonesia,
sesuatu yang berkembang dan
pengerian pendidikan secara resmi
kelengkapan dari kemampuan manusia
tertuang dalam Pasal 1 BAB 1 UU No
baik moral, intelektual maupun
20 tahun 2003 tentang sistem
jasmaniah yang diorganisasikan dengan
pendidikan nasional. Ketentuan tersebut
atau untuk mkepentingan individu atau
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 95

soaial dan diarahkan kepada kegiatan dimaksud adalah pendidikan yang


yang bersatu dengan penciptanya terstruktur dan berjenjang yang terdiri
sebagai tujuan akhirnya”. Dalam dari pendidikan dasar, menegah dan
definisi itu terlihat bahwa pendidikan pendidikan tinggi. Sedangkan
harus mampu mengarahkan kemampuan Pendidikan nonformal adalah jalur
dari dalam diri manusia menjadi suatu pendidikan diluar pendidikan formal
kegiatan hidup yang berhubungan yang dilaksanakan secara terstruktur dan
dengan Tuhan Penciptanya, baik berjenjang. Adapun pendidikan informal
kegiatan itu bersifat pribadi maupun adalah jalur pendidikan keluarga dan
sosial. Jadi, arti pokok yang terkandung lingkungan masyarakat.
dalam definisi tersebut adalah proses Adapun penulis memilih pokok
kependidikan itu mengandung bahasan tentang pendidikan informal
pengarahan kearah tujuan tertentu. karena dipandang sangat penting dengan
Dalam konteks beberapa pertimbangan:
keindonesiaankita, tujuan pendidikan itu 1. Bila pendidikan informal
adalah “Untuk berkembangnya potensi dibandingkan pendidikan jalur formal
peserta didik agar menjadi manusia dari segi waktu (time), maka jalur
yang beriman dan bertakwa kepada informal memperoleh alokasi waktu
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak yang jauh lebih panjang ketimbang
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, jalur formal.
mandiri, dan menjadi warga negara 2. Karena jalur pendidikan informal
yang demokratis serta bertanggung mempunyai alokasi waktu yang jauh
jawab”. Untuk mencapai tujuan tersebut lebih panjang ketimbang jalur
ditempuh melalui tiga jalur pendidikan, pendidikan yang lain, maka jalur
yaitu: formal, non formal, dan informal. informal mempunyai peluang besar
Jalur di sini dipahami sebagai wahana dalam intensitas dampak terhadap
yang dilalui peserta didik untuk perkembangan kepribadian peserta
mengembangkan potensi diri dalan suatu didik.
proses pendidikan yang sesuai dengan 3. Dari segi biaya, pendidikan formal
tujuan pendidikan. Jalur formal yang jauh lebih memerlukan biaya
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 96

ketimbang jalur informal, meskipun muslim yang sempurna. Karena itulah


tidak hendak mengatakan bahwa jalur lima nilai utama (five values) yang harus
informal lebih penting ketimbang ditegakkan dalam pembinaan keluarga
yang lainnya, disinilah urgensi jalur adalah:
pendidikan informal. a. Menegakkan Hukum Allah SWT
Menegakkan di sini berarti
B. Pendidikan Informa dalam
merealisasikan kehidupan religius
Prespektif Pendidikan Islam
dan keridhaan Allah dalam kaitanya
1. Pendidkan Informal dalam
dengan segala urusan yang
Prespekti Pendidikan Islam di
berhubungan dengan kehidupan
Lingkungan Keluarga
sebuah keluarga (suami-istri). Ini
Yang dimaksud dengan keluarga
berarti menegakkan keluarga Muslim
dalam konteks keluarga inti adalah
yang kehidupannya didasarkan atas
suami-istri atau ayah-ibu sebagai tokoh
perwujudan ibadah kepada-Nya
utama yang bersinergi dalam
sebagai suatu upaya untuk mencapai
merealisasikan tujuan pendidikan anak-
tujuan akhir pendidikan Islam. Nilai
anaknya. Sedangkan dalam konteks
pertama ini mengacu pada Q.S Al-
keluarga besar maka disinilah
Baqarah: 230 dan 239.
pentingnya pembinaan keluarga
Dampak edukatif atas realisasi
memperoleh penekanan sangat penting
asas ini adalah pertumbuhan peserta
dalam Pendidikan Islam.Esensi
didik dan berkembangnya menuju
pendidikan informal ini secara umum
dewasa dalam lingkungan keluarga
mencakup pembinaan keluarga,
yang dibagun atas pondasi takwa
khususnya pendidikan anak-anak. Hal
kepada Allah, gairah untuk
ini menemukan vitalitasnya karena
menegakkan hukum-Nya, dan
motivasi yang sangat kuat bahwa tujuan
menjadikan Syari’at-Nya sebagai
akhir pembinaan keluarga adalah
keputusan dalam segala aspek
penyelamatan keluarga dari
kehidupan. Dalam suasana yang
keterpurukan dalam kehidupan di
demikian maka peserta didik
akhirat dan pembentukan kepribadian
mempelajari dan bahkan meneladani
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 97

secara wajar tanpa merasa dipaksa yang ideal bagi kaum Muslimin
dan bersusah payah dan bahkan ia melahirkan keturunan yang mukmin
menyerap tradisi orang tuanya dan salih agar dapat dibanggakan
dengan cara meniru disertai perasaan kelak pada hari kiamat.
puas dalam menerima prinsip dasar Tujuan ini diyakini tidak akan
ajaran Islam yang tertransformasi. tercapai tanpa pendidikan. Dalam
konteks ini, orang tua paling
b. Mewujudkan Ketentraman Jiwa
bertanggung jawab untuk mendidik
Perwujudan nilai ini berarti bila
dan melindungi anak-anaknya dari
suami istri bersatu dalam pembinaan
kejahatan, kemaksiatan, dan apai
rumah tangga atas dasar saling kasih
neraka. Nilai ketiga ini terkandung
sayang dan ketentraman jiwa, maka
dalam Q.S At-Tahrim: 6. Tanggung
anak akan terdidik dalam suasana
jawab ini dirasakan penting pada
bahagia yang diliputi percaya diri,
masa sekarang, sebab sebagian unsur
tenteram, penuh kelembutan dan
kehidupan sosial diluar keluarga dan
kasih sayang. Anak-anak akan
masjid tidak selalu menunjang
terhindar dari kegelisahan,
tercapainya tujuan pendidikan Islam.
keterbelakangan dan penyakit
psikisyang melemahkan kepribadian d. Mewujudkan Kecintaan kepada
anak. Anak
Ayah dan ibu adalah tokoh
c. Melaksanakan Perintah Rasulullah
utama dalam sebuah keluarga, ia
Nilai ini mengacu kepada sebuah
memilikil tanggung jawab untuk
riwayat yang menyatakan
besikap kasih sayang serta kecintaan
“Menikahlah kalian, niscaya kalian
kepada anak-anaknya dan semua ini
akan mendapatkan keturunan dan
harus dilakukan oleh orang tua
kalian akan menjadi banyak. Maka
karena hal itu merupakan asas
sesungguhnya aku bangga dengan
pertumbuhan dan perkembangan
kalian terhadap ummat-umat pada
psikis serta sosial yang kokoh dan
hari kiamat”. Riwayat ini hendak
lurus bagi mereka. Jika cinta kasih
memberikan tuntunan, bahwa sesuatu
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 98

kepada anak tidak terealisasi secara peran keluarga adalah kebijakan


memadai dan seimbang maka anak dalam arahan pendidikan yang
akan mendapatkan kesulitan dalam digariskan dan ditetapkan oleh
menyelaraskan pribadinya dalam orang tua peserta didik sering
harmoni kehidupan bermasyarakat, tidak dapat dipahami dan diikuti
seorang anak tidak mampu bergaul, oleh anggota keluarga lainnya.
hidup saling menolong, penuh Akibatnya, kebijakan dan arahan
empatik dan mendahulukan pendidikan itu seperti
kepentingan masyarakat ketimbang dimentahkan dan digagalkan oleh
pribadi. anggota keluarga lainnya,
Kemudian jika anak sudah sehingga apa yang diharapkan dari
tumbuh dewasa tidak jarang akan pendidikan informalyang ideal
menjadi ayah dan ibu yang tidak agak sulit dicapai.
penyayang, menjadi pasangan yang Jalan keluar dari dilema ini
yang tidak bisa memperlakukan dan adalah upaya yang terus menerus
mempergauli pasangannya secara dari orang tua dan juga anggota
makruf, dan mendapat kesulitan keluarga lainnya yang sadar akan
dalam kehidupan bertetangga dan pentingnya pendidikan informal
bermasyarakat. untuk memberikan informasi dan
Sedemikian pentingnya peran penyadaran akan pentingnya nilai
orang tua dalam pendidikan anak- pendidikan informal bagi peserta
anaknya sehingga dapat disimpulkan didik. Yang terpenting juga adalah
bahwa muslim tidaknya seseorang peran pemerintah dalam
anak bergantung dari peran orang memberikan bimbingan dan
tuanya. penyuluhan kepada masyarakat
luas akan pentingnya nilai
e. Dilema Peran Keluarga dalam
pendidikan informal.
Pendidikan Informal
Dilema yang muncul pada 2. Peran Masyarakat Muslim dalam
pendidikan sehubungan dengan Pendidikan Informal
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 99

Masyarakat mempunyai tanggung berpagai tempat dan kesempatan


jawab yang tidak bisa di abaikan dengan jalan mengarahkan
dalam berbagai hal sekaitan dengan perhatian mereka kepada setiap
pendidikan informal peserta didik gejala alam yang membuktikan
atau anak-anak mereka. Di antara akan kekuasaan dan keagungan
tanggung jawab tersebut adalah: serta keesaan Allah.
a. Melaksanakan Amar Makruf dan b. Memandang Anak-anak Kaum
Nahi Munkar Muslimin sebagai Anak-anak
Allah telah menjadikan kandung sendiri
masyarakat Islam sebagai suatu Bagi orangyang dewasa atau
masyarakat yang menyuruh orang tua, setiap anak-anak kaum
supaya berbuat makruf dan muslimin adalah anak mereka
mencegah dari yang mungkar sendiri. Setiap orang tua
sebagaimana di isyaratkan dalam memanggil anak muslimin
Q.S Ali Imran: 104 dan 110. siapapun dengan panggilan “
Mendidik anak berdasarkan asas wahai anakku”, dan setiap anak
ini berarti menjaga fitrah mereka memanggil orang tua siapapun
dari kekotoran dan perbatan salah, dengan kata “wahai paman” atau
atau ikut-ikutan dalam kenistaan. “wahai bapak”. Ini dilakukan
Sebab, ditinjau dari satu sisi, demi mengamalkan firman Allah
membiarkan anaka-anak dal Q.S Al-Hujurat: 10.
memandang yang nista sebagai hal Sejak permulaan Islam, kaum
yang biasa atau sebagai hal yang muslimin telah menyadarkan
baik dapat mengundang mereka tanggung jawab bersama atas
untuk melakukannya tatkala pendidikan kepada anak-anak ini.
mereka sudah besar dan mampu Di dalam Al-Adab Al-Mufrad, Al-
melakukannya. Salah satu Bukhari telah meriwayatkan dari
kewajiban orang dewasa adalah Anas dia berkata Saya pernah
menanamkan makna keimanan ke menjadi pembantu Nabi saw dan
dalam hati anak-anak pada saya pernah masuk tanpa minta
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 100

izin. Kemudian pada suatu hari terarah merupakan metode yang


saya datang, maka beliau bersabda teramat berpengaruh terhadap jiwa
“sebagaimana engkau hai anakku, anggota masyarakat. Akibat boikot
sesungguhnya pasti akan terjadi ini tentu adalah perasaan
suatu perkara sesudahmu. Maka kesempitan dalam bermuamalah
janganlah sekali-kali engkau dengan anggota masyarakat
masuk, kecuali setelah diberi lainnya. Peristiwa ini terekam
izin”. dalam Q.S Al-Taubah: 117-178.
Rasulullah telah d. Pendidikan Sosial dengan Saling
mengajarkan untuk meminta izin Menolong
dam memanggilnya dengan kata Masyarakat Muslim
“hai anakku”. Demikian kita dipandang sebagai satu kesatuan
melihat bahwa kasih sayang yang sangat solid, tidak ubahnya
kepada anak-anak dan sebuah bangunan yang saling
menyadarkan mereka akan menopang antara satu dengan
hubungan akidah merupakan suatu yang lainnya. Sebagaimana
corak pendidikan sosial yang riwayat menyatakan “Engkau
sangat penting dalam Pendidikan melihat orang-orang mukmin
Islam. dalam hal saling mencintai dan
c. Mendidik dengan Mengucilkan menyayangi seperti satu tubuh.
dari Masyarakat Jika salah satu anggotanya
Rasulullah menjadikan terserang sakit, maka seluruh
masyarakat berdasarkan perintah tubuh akan tidak dapat tidur dan
dari Allah sebagai alat untuk merasa demam”.
mendidik orang-orang yang tidak Berdasarkan asas yang mulia ini
mau berperang, beliau menyuruh maka Al-Quran memerintahkan
para sahabat untuk mengisolasi agar saling tolong menolong
tiga orang yang tidak bersedia dalam hal kebajikan dan takwa,
menjadi tentara. Pendidikan dan larangan saling tolong
semacam ini secara sadar dan menolong dalam perbuatan dosa
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 101

dan pelanggaran. Karena itulah, karena Allah dan tidak kepada


peserta didik tumbuh dan yang lain.
berkembang dalam suatu f. Memilih Teman atas Dasar
masyarakat yang lebih Keimanan dan Ketakwaan
mengutamakan orang lain, jauh Dengan fitrahnya, anak-anak
dari sifat egoisme, dan senantiasa terutama para remaja cederung
saling tolong menolong demi untuk menyukai pergaulan dengan
kebenaran dan kebaikan. teman sebayanya, bahkan
e. Mendidik Anak-anak agar Cinta mungkin larut dalam suasana
Semata-mata karena Allah mereka. Oleh karena itu mereka
Masyarakat Muslim saling hendaknya dibekali dengan
mencintai dan menyayangi atas wawasan yang tepat agar tidak
dasar kecintaan kepada Allah, bergaul dengan teman yang jahat,
mereka saling tolong menolong adagium tentang penjual minyak
karena semata-mata mengharap wangi layak untuk dikedepankan
keridhaan-Nya. Rasulullah dalam konteks ini. Dalam konteks
bersabda “Ada tiga perkara yang kekinian, implikasi seperti begal,
jika ketiganya berada pada tawuran antar pelajar dan
seseorang, maka dia akan serangkaian tindak kriminal yang
mendapatkan manisnya iman: lainnya tidak akan terjadi jika
hendaknya Allah dan Rasul-Nya asas ini dikedepankan dan
lebih dia cintai dari pada selain diterapkan dalam kehidupan
keduanya; hendaklah ia mencintai bermasyarakat.
seseorang atau tidak mencintai g. Dilema Peran Masyarakat dalam
seseorang kecuali karena Allah” Pendidikan Informal
Dalam konteksnya dengan peserta Dilema yang muncul pada
didik, masyarakat senantiasa peran masyarakat dalam
memberikan pencerahan kepada pendidikan informal mirip dengan
mereka bahwa sikap cinta dilema yang dihadapi oleh peran
selayaknya ditujukan semata-mata keluarga dalam pembahasan
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 102

sebelumnya. Lagi-lagi PENUTUP


persoalannya adalah rendahnya Pendidikan Informal dalam
pendidikan sebagian anggota perspektif Islam dilingkungan keluarga
masyarakat dan kurangnya ada lima nilai utama (five values) yang
kesadaran masyarakat akan peran harus ditegakkan dalam pembinaan
mereka dalam pendidikan keluarga adalah:
informal, keadaan ini diperparah a. Menegakkan Hukum Allah SWT
dengan prilaku media massa yang b. Mewujudkan Ketentraman Jiwa
kurang edukatif dalam c. Melaksanakan Perintah Rasulullah
penyampaian informasi yang d. Mewujudkan Kecintaan kepada
berimbang dan mendidik serta Anak
kurang menunjukkan dukungan e. Dilema Peran Keluarga dalam
kondusif bagi pendidikan Pendidikan Informal
informal. Serta Peran Masyarakat Muslim
Jalan keluar dari dilema ini adalah dalam Pendidikan Informal adalah
upaya yang tidak kenal lelah dari sebagai berikut:
para anggota masyarakat yang a. Makruf dan Nahi Munkar
sadar akan pentingnya pendidikan b. Memandang Anak-anak Kaum
informal dalam mengusahakan Muslimin sebagai Anak-anak
terciptanya sebuah masyarakat kandung sendiri
yang sadar akan pendidikan c. Mendidik dengan Mengucilkan
informal, sehingga apa yang dari Masyarakat
menjadi harapan dan tujuan akhir d. Pendidikan Sosial dengan Saling
pendidikan yaitu membentuk Menolong
masyarakaat Muslim yang e. Mendidik Anak-anak agar Cinta
sempurna dapat terwujud dengan Semata-mata karena Allah
baik. f. Memilih Teman atas Dasar
Keimanan dan Ketakwaan
g. Dilema Peran Masyarakat dalam
Pendidikan Informal
Jurnal Tarbawi| Volume 05 No 01| p-ISSN : 2527-4082, e-ISSN : 2622-920X| 103

Pendidikan Nasional, Jakarta:


DAFTAR PUSTAKA Asokadikta-Durat Bahagia,
2011
Arifin, M, ImplementasiIlmu Herman H. Horne, On Idealistic
Pendidikan Islam dalam Philosophy of Education, The
Pendidikan Informal , Jakarta: Forty First, Year Book of the
Bumi Aksara, 2015 National Society for the Study
Arifin, M, Teori dan Implementasi of Education, Part I,
dalam KajianFilsafat Philosiphies of Education,
Pendidikan Islam, Jakarta; Chicago: The University of
Bumi Aksara, 2014 Chicago Press, 1998
Al-Nahwi, Abdurrahman, Ushuul Al- Noer Ali, Heri, Prinsip-prinsip dan
Tarbiyah Al-Islamiyah wa Metode Pendidikan Islam
Asaaliibuhaa, Damsyik: Dar dalam Keluarga di Sekolah
Al-Fikr 1999 dan di Masyarakat, Bandung:
Al-Bukhari,Memandang Anak-anak CV Diponegoro, 2012
Kaum Muslimin sebagai Suryabrata, Sumadi, Beberapa
Anak-anak kandug sendiri, Tinjauan Psikologi dalam
Mesir: Al-Matba’ah Al- Pendidikan Islam, Jakarta: PT
Utsmaniah, 1998 Raja Grapindo Persada, 2011
Dedi Hamid, Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem

Anda mungkin juga menyukai