Artikel MD Frang Kesi (16003030)
Artikel MD Frang Kesi (16003030)
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus ialah individu yang mempunyai kelainan
fisik, intelektual, emosioanal diatas maupun dibawah individu normal lainya.
pendidikan anak berkebutuhan khusus mengajarkan peserta didik agar
memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuantya menajdi seorang yang
lebih kritis untuk berfikir melalui proses pembelajaran.Pembelajaran ialah
sebuah proses memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan proses
belajar. Pembelajaran untuk anak berkebuthan khusus dianatranya ada
pembelajaran kecakpan hidup.
Pembelajaran kecakapan hidup suatu pembelajaran yang membagikan
bekal dasar latihan yang dilakukan untuk siswa mengenai nilai kehidupan agar
siswa mampu untuk terampil dalam kehidupanya. Bagi siswa berkebutuhan
khusus pembelajaran vokasional itu sangat penting, karena dengan kemampuan
yang mereka punya dan diberikan bimbingan sesuai karakter mereka masing-
masing supaya mereka bisa mengembangkan potendi yang ada pada dirinya,
supaya mereka bisa hidup dan tidak bergantung kepada orang tuanya, tidak
terkecuali anak tunarungu.
Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami gangguan pada
pendegarannya yang sebabkan karena tidak berfungsinya sebagian atau
keseluruhan alat pendegarannya. Menurut (Marlina, 2015) mengemukakan
bahwa anak tunarungu adalah “anak yang mengalami suatu gangguan pada
pendegaranya dimana mereka yang mengalami kehilangan pendegaranya yang
meliputi seluru gradasi atau tingkatan baik itu ringan, sedang, berat serta
sangat berat, yang mengakibatkan gangguan pada komunikasih dan bahsanya”.
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melihat pada saat guru memberikan
pembelajaran keterampilan pada siswa tunarungu kelas VII di SLB N 1 linggo
Sari Baganti. Guru dalam proses pembelajaran keterampilan tata boga
menggunakan model pembelajaran cooperative (berkelompok) setiap
kelompok terdiri dari dua orang, sehingga tidak semua siswa yang bekerja dan
ikut berpartisipasi aktif karena mereka hanya mengandalkan teman
kelompoknya sehingga mereka tidak paham terhadap pembelajaran
keterampilan dalam membuat stik buah naga.
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melihat pada saat guru
memberikan pembelajaran keterampilan membuat stik buah naga kepada siswa
menggunakan model pembelajaran cooperative, peneliti dapat melihat bahwa
tidak semua siswa yang bekerja dan ikut berpartisipasi aktif karena mereka
hanya mengandalkan teman kelompoknya sehingga mereka tidak paham
terhadap pembelajaran keterampilan dalam membuat stik buah naga. Selain itu
peneliti juga dapat melihat bahwa dalam pembelajaran yang di laksanakan
siswa tidak begitu memperhatikan guru, sehingga stik buah naga yang di buat
oleh siswa tidak memuaskan. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin
membantu guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas, dalam membuat stik dari buah naga dengan menggunakan
medel pembelajaran direct instruction.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunkan medel
pembelajaran direct instruction karena dalam proses pembelajaran, guru akan
membimbing siswa satu persatu dalam pelaksanaan pembuatan stik buah naga
dengan latihan bertahap dan rini sehingga tidak ada siswa yang hanya
mengandalkan teman kelompoknya karena semua siswa memiliki tanggung
jawab tersendiri untuk membuat stik buah naga. Menurut (Lefudin, 2017)
menyatakan bahwa direct instruction merupakan satu pola pembelajaran yang
ditandai oleh penjelasan guru tentang konsep atau keterampilan baru terhadap
kelas, pengecekan pemahaman mereka melalui tanya jawab dan latihan
penerapannya, serta dorongan untuk terus memperdalam penerapannya
dibawah bimbingan guru.
METODE
Jenis penelitian yang digunkan pada penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut (Whardani, 2007)
mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan action
research yang harus dilakukanoleh guru di dalam suatu kelas melalui refleks
diri untuk memcehakan suatu masalah supaya dapat memperbaiki kenerja
sebagai seorang guru, supaya hasil belajar siswa lebih meningat”. Penelitian ini
di lakukan di SLB N 1 Linggo Sari Baganti. Sekilah ini merupakan tempat
sabjek bersekolah. Penulis melakukan penelitian di ruangan tata boga.
Penelitian ini, memiliki subjek penelitian yaitu guru kelas dan anak
tunarungu kelas VII SLB N 1 Linggo Sari Baganti yang terdiri dari empat
peserta didik yaitu RD, NV, DA, dan AG.
80
70
60 Pertemuan 1
50 Pertemuan 2
Pertemuan 3
40
Pertemuan 4
30
20
10
0
RD NV DA AG
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaukan oleh peneliti di SLB 1
Linggon Sari Baganti kelas VII dalam membuat stik buah naga mengalami
peningingkatan yang seignifikan. Hal ini dapat dilihat dari setiap siklus yang
dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti melakukn dua siklus yang terdiri
dari siklus I dan siklus II, masing-masing siklus dilakukan sebanyak empat kali
pertemuan. Peningkatan keterampilan membuat stik buah naga pada anak
tunarungu melalui model pembelajaran direct instruction dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran keterampilan membuat stik buah naga pada anak
tunarungu kelas VII di SLB N 1 Linggo Sari Baganti dilakukan dengan
menggulnakan model direct instruction. Proses pembeajaran ini dilakukan
sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran direct instruction
dalam membuat stik buah naga untuk anak tunarungu.
2. Hasil belajar keterampilan membuat stik buah naga dengan model
direct instruction bagi anak tunarungu kelas VII di SLB N 1 Linggo Sari
Baganti. Hal ini dapat dilihat dari persentase kemampuan awal siswa
sampai hasil belajar siswa yaitu persentase kemampuan awal siswa RD
memperoleh nilai 61,1%, NV memperoleh nilai 51,85%, DA memperoleh
nilai 48,1%, dan AG memperoleh nilai 51,85%.
Persentase nilai siswa pada siklus I yaitu RD 66,62%, NV 59,7%, DA
56,91%, dan AG 60,15%. Persentase nilai siswa pada siklus II yaitu, siswa
RD memperoleh skor 85,12%, siswa NV memperoleh skor 80,5%, siswa
DA memperoleh skor 80%, dan siswa AG memperoleh skor 82,36%.
Sedangkan persentase kemampuan akhir siswa yaitu, siswa RD
memperoleh nilai 92,5%, NV memperoleh nilai 88,8%, DA memperoleh
nilai 87%, dan AG memperoleh nilai 90,74%, dari data diatas dapat dilihat
peningkatan nilai yang diperoleh oleh siswa dari awal hingga akhir.
Berdasarkan hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
yang peneliti lakukan dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction dapat menungkatkan keterampilan siswa dalam membuat stik
buah naga pada anak tunarungu.
DAFTAR RUJUKAN