Anda di halaman 1dari 8

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBUAT STIK NAGA

MELALUI MODEL DIRECT INSTRUCTION BAGI ANAK


TUNARUNGU KELAS VII DI SLB N 1 LINGGO SARI BAGANTI

MD Frang Kesi¹, Armaini²


¹²Universitas Negeri Padang, Indonesia
Email: frangkesimd@gmail.com ,

ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan dilatar belakangi oleh permasalahan yang


ditemukan di SLB N 1 Linggo Sari Baganti. Terdapat empat siswa tunarunggu
kelas VII, dan guru dalam proses pembelajaran keterampilan tata boga
menggunakan model pembelajaran cooperative (berkelompok) setiap
kelompok terdiri dari dua orang, sehingga tidak semua siswa yang bekerja dan
ikut berpartisipasi aktif karena mereka hanya mengandalkan teman
kelompoknya sehingga mereka tidak paham terhadap pembelajaran
keterampilan dalam membuat stik buah naga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses dalam meningkatkan keterampilan membuat stik buah naga
melalui model direct instruction bagi anak tunarungu.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research) dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran, yang dilakukan dengan dua siklus. Penelitian yang dilakukan
berkolaborasi dengan guru keterampilan tata boga. Hasil penelitian ini
menunjukkan dalam membuat keterampilan membuat stik buah naga
menggunakan model direct instruction. Kondisi awal siswa RD memperoleh
nilai 61,1%, NV memperoleh nilai 51,85%, DA memperoleh nilai 48,1%, dan
AG memperoleh nilai 51,85%. Pada siklus I terjadi peningkatan RD 66,62%,
NV 59,7%, DA 56,91%, dan AG 60,15%. Pada siklus II meningkat menjadi
RD memperoleh skor 85,12%, siswa NV memperoleh skor 80,5%, siswa DA
memperoleh skor 80%, dan siswa AG memperoleh skor 82,36%.
Dari hasil dilakukan tindakan selama dua siklus siswa RD memperoleh
nilai 92,5%, NV memperoleh nilai 88,8%, DA memperoleh nilai 87%, dan AG
memperoleh nilai 90,74%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan
penelitian untuk meningkatkan keterampilan membuat stik buah naga dengan
menggunakan model direct instruction dapat ditingkatkan gan menunjukkan
hasil yang memuaskan.

Kata kunci : tunarungu, stik buah naga, direct instruction.


ABSTRACT
The research was conducted against the background of the problems
found in SLB N 1 Linggo Sari Baganti. There are four deaf students in grade
VII, and the teacher in the learning process of culinary skills uses a
cooperative learning model (in groups) each group consists of two people, so
that not all students work and participate actively because they only rely on
their group friends so they do not understand the learning skills in making
dragon fruit sticks. This study aims to determine the process of improving the
skills of making dragon fruit sticks through a direct instruction model for deaf
children.
The type of research used is classroom action research with the aim of
improving the learning process, which is carried out in two cycles. The
research was conducted in collaboration with culinary skills teachers. The
results of this study indicate that in making dragon fruit sticks skills using the
direct instruction model. The initial conditions of RD students scored 61.1%,
NV scored 51.85%, DA scored 48.1%, and AG scored 51.85%. In the first
cycle there was an increase in RD 66.62%, NV 59.7%, DA 56.91%, and AG
60.15%. In the second cycle, increasing to RD got a score of 85.12%, NV
students got a score of 80.5%, DA students got a score of 80%, and AG
students got a score of 82.36%.
From the results of the action taken for two cycles, RD students scored
92.5%, NV scored 88.8%, DA scored 87%, and AG scored 90.74%. Thus, it
can be said that the research objective to improve the skills of making dragon
fruit sticks by using the direct instruction model can be improved, bro, it shows
satisfactory results.

Keywords: deaf, dragon fruit sticks, direct instruction.

PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus ialah individu yang mempunyai kelainan
fisik, intelektual, emosioanal diatas maupun dibawah individu normal lainya.
pendidikan anak berkebutuhan khusus mengajarkan peserta didik agar
memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuantya menajdi seorang yang
lebih kritis untuk berfikir melalui proses pembelajaran.Pembelajaran ialah
sebuah proses memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan proses
belajar. Pembelajaran untuk anak berkebuthan khusus dianatranya ada
pembelajaran kecakpan hidup.
Pembelajaran kecakapan hidup suatu pembelajaran yang membagikan
bekal dasar latihan yang dilakukan untuk siswa mengenai nilai kehidupan agar
siswa mampu untuk terampil dalam kehidupanya. Bagi siswa berkebutuhan
khusus pembelajaran vokasional itu sangat penting, karena dengan kemampuan
yang mereka punya dan diberikan bimbingan sesuai karakter mereka masing-
masing supaya mereka bisa mengembangkan potendi yang ada pada dirinya,
supaya mereka bisa hidup dan tidak bergantung kepada orang tuanya, tidak
terkecuali anak tunarungu.
Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami gangguan pada
pendegarannya yang sebabkan karena tidak berfungsinya sebagian atau
keseluruhan alat pendegarannya. Menurut (Marlina, 2015) mengemukakan
bahwa anak tunarungu adalah “anak yang mengalami suatu gangguan pada
pendegaranya dimana mereka yang mengalami kehilangan pendegaranya yang
meliputi seluru gradasi atau tingkatan baik itu ringan, sedang, berat serta
sangat berat, yang mengakibatkan gangguan pada komunikasih dan bahsanya”.
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melihat pada saat guru memberikan
pembelajaran keterampilan pada siswa tunarungu kelas VII di SLB N 1 linggo
Sari Baganti. Guru dalam proses pembelajaran keterampilan tata boga
menggunakan model pembelajaran cooperative (berkelompok) setiap
kelompok terdiri dari dua orang, sehingga tidak semua siswa yang bekerja dan
ikut berpartisipasi aktif karena mereka hanya mengandalkan teman
kelompoknya sehingga mereka tidak paham terhadap pembelajaran
keterampilan dalam membuat stik buah naga.
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melihat pada saat guru
memberikan pembelajaran keterampilan membuat stik buah naga kepada siswa
menggunakan model pembelajaran cooperative, peneliti dapat melihat bahwa
tidak semua siswa yang bekerja dan ikut berpartisipasi aktif karena mereka
hanya mengandalkan teman kelompoknya sehingga mereka tidak paham
terhadap pembelajaran keterampilan dalam membuat stik buah naga. Selain itu
peneliti juga dapat melihat bahwa dalam pembelajaran yang di laksanakan
siswa tidak begitu memperhatikan guru, sehingga stik buah naga yang di buat
oleh siswa tidak memuaskan. Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin
membantu guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian
tindakan kelas, dalam membuat stik dari buah naga dengan menggunakan
medel pembelajaran direct instruction.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunkan medel
pembelajaran direct instruction karena dalam proses pembelajaran, guru akan
membimbing siswa satu persatu dalam pelaksanaan pembuatan stik buah naga
dengan latihan bertahap dan rini sehingga tidak ada siswa yang hanya
mengandalkan teman kelompoknya karena semua siswa memiliki tanggung
jawab tersendiri untuk membuat stik buah naga. Menurut (Lefudin, 2017)
menyatakan bahwa direct instruction merupakan satu pola pembelajaran yang
ditandai oleh penjelasan guru tentang konsep atau keterampilan baru terhadap
kelas, pengecekan pemahaman mereka melalui tanya jawab dan latihan
penerapannya, serta dorongan untuk terus memperdalam penerapannya
dibawah bimbingan guru.

METODE
Jenis penelitian yang digunkan pada penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut (Whardani, 2007)
mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan action
research yang harus dilakukanoleh guru di dalam suatu kelas melalui refleks
diri untuk memcehakan suatu masalah supaya dapat memperbaiki kenerja
sebagai seorang guru, supaya hasil belajar siswa lebih meningat”. Penelitian ini
di lakukan di SLB N 1 Linggo Sari Baganti. Sekilah ini merupakan tempat
sabjek bersekolah. Penulis melakukan penelitian di ruangan tata boga.
Penelitian ini, memiliki subjek penelitian yaitu guru kelas dan anak
tunarungu kelas VII SLB N 1 Linggo Sari Baganti yang terdiri dari empat
peserta didik yaitu RD, NV, DA, dan AG.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Siklus I dan siklus II dalam penelitian ini memperoleh hasil skor nilai
yang diperoleh dari rekapitulasi data dapat diketahui bahwa kemampuan
membuat stik buah naga melalui model direct instruction semakin terlihat
progres peningkatannya.
Siklus I dari pertemuan pertama samapai pertemuan keempat siswa RD
memperoleh nilai 62,9%, 64,8%, 68,5%, 70,3%, siswa NV memperoleh nilai
55,5%, 57,4%, 61,1%, 64,8%, siswa DA memperoleh nilai 51,85%, 55,5%,
57,4%, 62,9%, dan siswa AG memperoleh nilai 53,7%, 57,4%, 62,9%, 66,6%.
Setelah empat kali pertemuan diperoleh skor rata-rata dari keempat siswa, yaitu
RD 66,62%, NV 59,7%, DA 56,91%, dan AG 60,15%.
Dilihat dari grafik dibawah ini :

80

70

60 Pertemuan 1
50 Pertemuan 2
Pertemuan 3
40
Pertemuan 4
30

20

10

0
RD NV DA AG

Berdasarkan data yang diperoleh dari empat pertemuan diatas dapat


diketahui bahwa secara nilai anak sudah mengalami peningkatan pada setiap
pertemuannya setelah diberikan tindkan melalui model direct instruction,
meskipun nilai yang didapat belum maksimal.
Siklus II, siswa RD memperoleh nilai 79,6%, 83,3%, 85,1%, 92,5%,
siswa NV memperoleh nilai 70,3%, 79,6%, 83,3%, 88,8%, siswa DA
memperoleh nilai 70,3%, 77,7%, 85,1%, 87% dan siswa AG memperoleh nilai
74%, 79,6%, 85,1%, 90,74%. Hasil rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus
II yaitu, siswa RD memperoleh skor 85,12%, siswa NV memperoleh skor
80,5%, siswa DA memperoleh skor 80%, dan siswa AG memperoleh skor
82,36%.
Dilihat dari grafik dibawah ini :
100
90
80
Pertemuan 1
70
Pertemuan 2
60
Pertemuan 3
50
Pertemuan 4
40
30
20
10
0
RD NV DA AG

Berdasarkan hasil nilai yang diperoleh dari rekapitulasi data diatas


dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam membuat stik buah naga
setelah diberikan perlakuan semakin meningkat di setiap pertemuannya.
Berdasarkan hasil nilai yang diperoleh dari rekapitulasi data di siklus I
dan siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-rata yang di peroleh siswa yaitu,
siswa RD memperoleh nilai 92,5%, NV memperoleh nilai 88,8%, DA
memperoleh nilai 87%, dan AG memperoleh nilai 90,74%.
Berdasarkan data diatas, berarti siklus I dan siklus II bisa dikatakan
bahwa siswa sudah menguasai proses pembelajaran keterampilan membuat stik
buah naga secara mandiri. Karaena pada umumnya membuat stik buah naga
telah dapat dilakukan siswa dengan tepat. Maka tindakan dihrantikan pada
siklus II ini.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaukan oleh peneliti di SLB 1
Linggon Sari Baganti kelas VII dalam membuat stik buah naga mengalami
peningingkatan yang seignifikan. Hal ini dapat dilihat dari setiap siklus yang
dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti melakukn dua siklus yang terdiri
dari siklus I dan siklus II, masing-masing siklus dilakukan sebanyak empat kali
pertemuan. Peningkatan keterampilan membuat stik buah naga pada anak
tunarungu melalui model pembelajaran direct instruction dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran keterampilan membuat stik buah naga pada anak
tunarungu kelas VII di SLB N 1 Linggo Sari Baganti dilakukan dengan
menggulnakan model direct instruction. Proses pembeajaran ini dilakukan
sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran direct instruction
dalam membuat stik buah naga untuk anak tunarungu.
2. Hasil belajar keterampilan membuat stik buah naga dengan model
direct instruction bagi anak tunarungu kelas VII di SLB N 1 Linggo Sari
Baganti. Hal ini dapat dilihat dari persentase kemampuan awal siswa
sampai hasil belajar siswa yaitu persentase kemampuan awal siswa RD
memperoleh nilai 61,1%, NV memperoleh nilai 51,85%, DA memperoleh
nilai 48,1%, dan AG memperoleh nilai 51,85%.
Persentase nilai siswa pada siklus I yaitu RD 66,62%, NV 59,7%, DA
56,91%, dan AG 60,15%. Persentase nilai siswa pada siklus II yaitu, siswa
RD memperoleh skor 85,12%, siswa NV memperoleh skor 80,5%, siswa
DA memperoleh skor 80%, dan siswa AG memperoleh skor 82,36%.
Sedangkan persentase kemampuan akhir siswa yaitu, siswa RD
memperoleh nilai 92,5%, NV memperoleh nilai 88,8%, DA memperoleh
nilai 87%, dan AG memperoleh nilai 90,74%, dari data diatas dapat dilihat
peningkatan nilai yang diperoleh oleh siswa dari awal hingga akhir.
Berdasarkan hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
yang peneliti lakukan dengan menggunakan model pembelajaran direct
instruction dapat menungkatkan keterampilan siswa dalam membuat stik
buah naga pada anak tunarungu.
DAFTAR RUJUKAN

Lefudin. (2017). Belajar dan Pembelajaran dilengkapi dengan Model


Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Pendekatan
Pembelajaran dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Dee
Publish.

Marlina. (2015). Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Padang: UNP


Press.
Whardani. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Tanggerang: Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai