Anda di halaman 1dari 3

Dimas Fathurrahman Kamil

11220810000061
1B Manajemen

BAB 18
Pasar Faktor – Faktor Produksi
Faktor-faktor produksi adalah input yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa yakni
faktor yang penting ialah tenaga kerja, tanah, dan modal. Sebagai contoh perusahaan air mineral
membutuhkan orang orang yang memiliki keahlian dalam penyaringan air dan ozonisasi air minum,
mereka juga membutuhkan lahan sebagai tempat berdirinya perusahaan mereka, dan juga
dibutuhkannya peralatan dalam memproduksi air mineral kemasan seperti mesin penyaringan dan
mesin pengemas air mineral

Perusahaan seperti perusahaan air mineral yang baru saja disebutkan di atas misalnya, harus
mempertimbangkan bagaimana sekiranya para tenaga kerja yang ada mampu menghasilkan
seberapa banyak output berupa barang atau jasa. Hubungan antara jumlah masukan yang digunakan
dalam produksi dengan jumlah keluaran yang dihasilkan disebut fungsi produksi. Peningkatan
jumlah hasil produksi dari unit tambahan tenaga kerja disebut produk marginal tenaga kerja. Ketika
jumlah pekerja meningkat maka produk marginal tenaga kerja turun, hal ini disebut penurunan
produk marginal.

Nilai produk marginal adalah produk marginal dari pemasukan dikalikan harga dari pengeluaran.
Nilai produk marginal akan menurun apabila jumlah pekerja meningkat. Hal ini terjadi karena
perusahaan berperan sebagai Price Taker dalam persaingan kompetitif. Dalam usaha
memaksimalkan keuntungan, perusahaan yang kompetitif akan menambah terus pekerjanya hingga
nilai produk marginal tenaga kerja bernilai sama dengan upah.

Kurva nilai produk marginal ialah sebuah kurva permintaan tenaga kerja bagi sebuah perusahaan
kompetitif yang berkeinginan untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat. Kurva nilai produk
marginal dapat bergeser dikarenakan harga keluaran, apabila harga keluaran berubah, maka nilai
produk marginal akan berubah dan menimbulkan pergeseran kurva. Teknologi yang ada dapat
meningkatkan atau menurunkan permintaan tenaga kerja, karena teknologi bisa meningkatkan
produk marginal tenaga kerja bahkan bisa membuat adanya penghematan terhadap tenaga kerja.

Kurva penawaran tenaga kerja dilatarbelakangi oleh trade-off antara bekerja dan waktu luang.
Pekerja – pekerja yang ada merespons peningkatan biaya kesempatan dari waktu luang mereka
dengan mengurangi waktu luang mereka.

Kurva penawaran ini akan berubah ketika masyarakat mengubah jumlah jam kerja mereka sesuai
keinginan dari diri mereka masing - masing pada tingkat upah tertentu. Perubahan selera,
perubahan kesempatan alternatif, dan imigrasi lah yang biasanya menjadi faktor yang memengaruhi
perubahan kurva penawaran tenaga kerja.

Equilibrium permintaan dan penawaran tenaga kerja dapat sesuai dengan upah yang menyesuaikan
titik equilibrium tersebut, dan upah yang ada sama dengan produk marginal tenaga kerja. Setiap
peristiwa yang mengakibatkan perubahan penawaran atau permintaan tenaga kerja harus juga
mengubah keseimbangan upah dan nilai produk marginal dalam jumlah yang sama, karena hal
tersebut harus selalu sama sehingga tidak bisa hanya mengubah salah satu dari mereka.
Contoh kasus yang terjadi ialah imigrasi yang meningkatkan penawaran tenaga kerja. Kurva
penawaran akan bergeser kekanan dan akan menurunkan titik upah karena surplus tenaga kerja ini
melebihi titik keseimbangan. Dengan bertambahnya penawaran tenaga kerja, akan menurunkan
produk marginal tenaga kerja, secara upah harus sama dengan produk marginal tenaga kerja maka
upah akan menurun mengikuti produk amrginal tenaga kerja.

Contoh lainnya adalah ketika terdapat peningkatan popularitas buah apel di suatu daerag, maka
akan menyebabkan harganya naik dan tidak akan mempengaruhi produk marginal tenaga kerja pada
tingkat berapapun. Peningkatan harga ini meningkatkan nilai produk marginalnya. Dengan ini,
mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja akan menguntungkan. Maka kurva permintaan akan
bergeser ke kanan yang menyebabkan upah naik. Dengan ini, kesejahteraan tenaga kerja menjadi
representasi kesejahteraan perusahaan tersebut. Semakin besar keuntungan suatu perusahaan,
maka upah para tenaga kerjanya akan mengikuti, dan begitu pula sebaliknya.

Modal adalah alat yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Modal ekonomi
mencerminkan akumulasi barang yang dihasilkan di masa lalu yang sedang digunakan pada saat ini
untuk memproduksi barang dan jasa yang baru. Harga pembelian tanah adalah harga yang harus
dibayarkan seseorang untuk memiliki faktor produksi tersebut selamanya. Harga sewa adalah harga
yang dibayarkan seseorang untuk menggunakan faktor produksi tersebut untuk jangka waktu
terbatas.

Tenaga kerja, tanah, dan modal masing-masing memberikan nilai kontribusi marginal bagi proses
produksi.

Produk marginal dari setiap faktor produksi akan bergantung pada jumlah faktor tersebut yang
tersedia. Suatu peristiwa yang merubah penawaran salah satu faktor produksi dapat mengubah
besarnya pendapatan semua faktor produksi lainnya.
Bab 20
Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan

Ketimpangan pendapatan adalah perbedaan pendapatan yang dihasilkan masyarakat


sehingga terjadi perbedaan pendapatan yang mencolok dalam masyarakat (Todaro, 2003).
Akibatnya yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin.

Tingkat kemiskinan digunakan dalam pengukuran distribusi pendapatan yang umum.


Tingkat kemiskinan atau Poverty Rate adalah persentase dari populasi yang pendapatan
keluarganya berada di bawah suatu tingkat absolut yang disebut Poverty Line atau garis
kemiskinan. Garis ini ditentukan oleh pemerintah federal kira kira tiga kali biaya yang
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan bahan makanan pokok minimal. Dimana setiap
tahunnya garis ini disesuaikan dengan nilai perubahan tingkat harga dan bergantung pada
ukuran keluarga.

Meskipun pengukuran data distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan membantu kita
memahami tingkat ketimpangan dalam masyarakat, menginterpretasikan data tersebut
tidak semudah itu. Terdapat tiga alasan mengapa hal itu terjadi dan mengapa data distribusi
pendapatan dan tingkat kemiskinan memberikan sebuah gambaran mengenai ketimpangan
standar hidup sehingga terjadi beberapa hambatan.

Alasan pertama ialah transfer rupa rupa. Transfer rupa rupa ialah transfer kepada kaum
miskin yang diberikan dalam bentuk barang dan jasa daripada uang tunai. Alasan kedua
ialah siklus hidup ekonomi. Pendapatan setiap orang tentu berbeda – beda, ada yang tinggi
dan ada yang rendah, pola biasa dari variasi inilah yang disebut siklus hidup ekonomi. Pola
siklus hidup dapat menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan pertahunnya, namun
tidak mencerminkan ketimpangan dalam standar hidup yang sesungguhnya. Alasan terakhir
ialah pendapatan sementara vs pendapatan tetap. Dalam mengukur ketimpangan standar
hidup, distribusi pendapatan tetap lebih relevan daripada distribusi pendapatan tahunan.

Beberapa kebijakan untuk mengurangi kemiskinan ialah dengan adanya peraturan upah
minimum, tunjangan sosial, pajak pendapatan negatif dimana pembebanan pajak yang ada
akan disesuaikan dengan penghasilan, transfer rupa rupa, dan program antikemiskinan dan
insentif untuk bekerja. Tetapi meskipun masing masing kebijakan ini dapat menolong
beberapa keluarga untuk keluar dari kemiskinan, namun setiap kebijakan tersebut juga
memiliki pengaruh yang tidak diinginkan. Bantua keuangan yang menurun seiring
meningkatnya pendapatan membuat kaum miskin sering kali menghadapi tingkat pajak
marginal yang terlalu tinggi. Hal ini justru malah mematahkan semangat keluarga miskin
untuk keluar dari kemiskinan yang melanda dengan usaha dan kemampuan mereka sendiri.

Transfer rupa rupa, siklus hidup ekonomi, pendapatan sementara, dan mobilitas ekonomi
sangat penting dalam memahami perubahan – perubahan yang terjadi dalam pendapatan.
Dengan begitu, sulit bagi kita untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan yang terjadi
di masyarakat dengan menggunakan data ditribusi pendapatan setiap tahunnya. Namun
ketika faktor faktor lainnya disatukan, maka cenderung akan mengungkapkan bahwa
kesejahteraan ekonomi terdistribusi lebih merata daripada pendapatan tahunan yang
dilaporakan.

Anda mungkin juga menyukai