Dosen Pengampu :
Yogo Tri Hendiarto, S.Sos.,M.Si.
Disusun Oleh :
Muhammad Saleh
STB : 3977
TEKNIK PEMASYARAKATAN A
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
2021
1. Judul yang saya angkat sebagai topik dalam penelitian ini adalah “Analisis
Standar Bangunan Untuk Meningkatkan Pelayanan Dan Meminimalisir
Gangguan Keamanan Pada Rutan Kelas IIB Pelaihari”. Masalah bangunan pada
Rutan tentunya sangat penting dikaji dalam lingkup Pemasyarakatan . Karena Rutan
merupakan Unit Pelaksanaan Teknis(UPT) yang berada dibawah Kementrian Hukum
dan Hak Asasi Manusia dimana Rutan sendiri adalah tempat untuk tersangka atau
terdakwa yang ditahan selama proses penyelidikan, penuntutan, dan pemeriksaan sidang
pengadilan di Indonesia.
Dengan melihat fungsi Rutan sendiri sebagai tempat tersangka atau terdakwa
yang sedang melakukan proses pengadilan. Maka tentunya bangunan yang ada harus
sesuai dengan standar yang telah di tetapkan oleh Mentri Kehakiman Dan Hak Asasi
Manusia RI Nomor M.01.Pl.01.01 Tahun 2003 Tentang Pola Bangunan Unit
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan dan dilanjutkan dengan Peraturan Menteri Hukum
Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.Hh-0a7.Ot.01.03 Tahun 2011
Tentang Rencana Induk Pembangunan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Di
Lingkungan Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Setelah beberapa tahun
hunian di seluruh Unit Pelaksanaan Teknik mengalami perubahan dari segi pelayanan
dan keamanan yang menurun dengan adanya lonjakan jumlah hunian dan bangunan
yang perlu di evaluasi yang di atur dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pemasyarakatan Nomor PAS-499.PK.02.03.01 tahun 2015 tentang standar Evaluasi
Hunian Lembaga Pemasyarakatan / Rumah Tahanan Negara.
Maka dengan keluarnya Putusan tersebut masalah standarisai bangunan pada Rutan
Kelas IIB Pelaihari penting untuk dikaji dan dipelajari bagaimana penerapan yang ada
di lapangan dengan keputusan yang ada. Sehingga nantiny dapat memberikan
pelayannyan serta keamanan yang baik dengan bangunan yang baik pula.
2. Latar Belakang Masalah
Kondisi bangunan pada Rutan Kelas IIB Pelaihari sudah tidak sesuai dengan standar
yang ada. Dimana kondisi bangunan yang mulai berubah dari masa ke masa dimana
terdapat bagian yang rusak ataupun sudah tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Keadaan ini tentunya perlu dikaji ulang dalam pembangunan yang tidak dapat dibenahi
secara menyeluruh karena terbatasnya anggaran dari pemerintah yang memerlukan
rancangan dan evaluasi pada bangunan yang sesuai dengan semestinya tentunya dengan
anggaran yang tersedia.
Rutan Kelas IIB Pelaihari diresmikan pada tanggal 27 Februari 1982 oleh Direktur
Jenderal Pemasyarakatan Drs. H. Soeroso yang mana bangunan ini awalnya adalah
bangunan warisan dari zaman penjajahan Belanda. Sebelum diresmikannya bangunan
Rutan Kelas IIB Pelaihari para pelanggar hukum ditempatkan di penjara lama yang juga
merupakan warisan Belada yang berada di jalan Takwa. Seteah diresmikannya Rutan
Kelas IIB Pelaihari para tahanan dan narapidana yang berada di penjara lama
dipindahkan ke Rutan Kelas IIB Pelaihari yang berada di jalan Sarang Halang,
Kecamatan. Pelaihari, Kabupaten. Tanah Laut, Provinsi. Kalimantan Selatan.
Bangunan pada Rutan Kelas IIB Pelaihari sudah tidak sesuai dengan peraturan yang
ada yang di atur oleh Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI Nomor
M.01.Pl.01.01 Tahun 2003 Tentang Pola Bangunan Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan dan dilanjutkan dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor M.Hh-0a7.Ot.01.03 Tahun 2011 Tentang Rencana
Induk Pembangunan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Di Lingkungan
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Setelah beberapa tahun hunian di seluruh
Unit Pelaksanaan Teknik mengalami perubahan dari segi pelayanan dan keamanan
menurun dengan adanya lonjakan jumlah hunian dan bangunan yang perlu di evaluasi
yang di atur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS-
499.PK.02.03.01 tahun 2015 tentang standar Evaluasi Hunian Lembaga Pemasyarakatan
/ Rumah Tahanan Negara.
Dengan keadan tersebut maka perlu adanya kajian dalam permasalahan pada
bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari dan tindakan yang sebaiknya diambil dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Sehingga dengan dilakukannya evaluasi bangunan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta keamanan di Rutan Kelas IIB
Pelaihari.
3. Dari latar belakang tersebut dapat di rumuskan bberapa pertanyaan, berikut
beberapa pertanyaan yang dirumuskan:
a. Pertanyaan umum
1) Apakah bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari sesuai dengan standar bangunan
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS-499.PK.02.03.01
tahun 2015 tentang standar Evaluasi Hunian Lembaga Pemasyarakatan / Rumah
Tahanan Negara?
2) Bagaimana kondisi bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari?
b. Pertanyaan khusus
1) Apa yang dilakukan Rutan Kelas IIB Pelaihari dengan keadaan bangunan
saat ini?
2) Bagaimana pelayanan yang ada di Rutan Kelas IIB Pelaihari
3) Sistem keamanan apa yang selama ini dilakukan Rutan Kelas IIB Pelaihari?
4. Kajian Teori
1. Teori konsep Manajemen konstruksi/bangunan
Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber
daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek
secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi
manpower, material, machines, money, method (Ervianto ,2005). Proyek merupakan
sekumpulan aktivitas yang saling berkaitan dimana ada titik awal dan titik akhir serta
hasil tertentu, proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga memerlukan
berbagai keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah
unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara
dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran
(goals) proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003).
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi ) dalam batasan waktu, biaya dan mutu
tertentu. Proyek konstruksi selalu memerlukan resources(sumber daya) yaitu man
(manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method (metode
pelaksanaan), money (uang), information (informasi), dan time Dalam Suatu proyek
konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu waktu, biaya dan
mutu (Kerzner, 2006). Pada umumnya, mukonstruksi merupakan elemen dasar yang
harus dijaga untuk senantiasa sesuai dengan perencanaan. Namun demikian, pada
kenyataannya sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu
pelaksanaan (Proboyo, 1999; Tjaturono, 2004). Dengan demikian, seringkali efisiensi
dan efektivitas kerja yang diharapkan tidak tercapai. Hal itu mengakibatkan
pengembang akan kehilangan nilai kompetitif dan peluang pasar (Mora dan Li, 2001).
Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik,
melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Kemudian, proses
penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain): sesuai spesifikasi
yang ditetapkan, sesuai time schedule, dan sesuai biaya yang direncanakan. Ketiganya
diselesaikan secara simultan. Ciri-ciri tersebut di atas menyebabkan industri jasa
konstruksi berbeda dengan industri lainnya, misalnya manufaktur (Ervianto, 2005).
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi antara lain:
a. Pemilik (owner)
b. Perencana (konsultan)
c. Pelaksana (kontraktor)
d. Pengawas (konsultan)
e. Penyandang dana
f. Pemerintah (regulasi)
g. Pemakai bangunan
h. Masyarakat :
a) Asosiasi
b) Masyarakat umum
Jasa konstruksi merupakan jasa pelayanan :
a.Perencanaan Konstruksi
b.Pelaksanaan Konstruksi
c.Pengawasan Konstruksi
d.Atau gabungan dari dua atau tiga pelayanan.
Penulis memilih menggunakan teori ini karena sesuai dengan yang akan dikaji oleh
peniliti yaitu mengenai konstruksi pada bangunan yang merupakan acuan pada kondisi
bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari yang sudah tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dangan lahirnya suatu gagasan
yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian terhadap
kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan). Selanjutnya dilakukan
desain awal (preliminary design), desain rinci (detail desain), pengadaan sumber daya
(procurement), pembangunan di lokasi yang telah disediakan (construction), dan
pemeliharaan bangunan yang telah didirikan (maintenance) sampai dengan penyerahan
bangunan kepada pemilik proyek.
2. Teori Fungsi Manajemen (George R. Terry)
George R. Terry (1958) dalam buku Prinsiples of Management menyatakan bahwa , “
management is the accomplishing of predetemined obejectives through the efforts of
other people” atau manajemen merupakan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
bersama-sama atau melalui usaha orang lain. George R. Terry memberikan penjelasan
tentang fungsi dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controling (Pengawasan). Keempat
fungsi manajemen itu disingkat sebagai POAC. Keterkaitannya dengan penelitian ini
yaitu :
a) Planning (Perencanaan)
Perencanaan mengenai pelaksanaan evaluasi standarisasi bangunan pada Rutan Kelas
IIB Pelaihari sudah diusahakan secara berkala melihat dari faktor keuangan yang ada.
Sehingga sudah direncanakannya tahap-tahap apa saja yang harus dilakukan oleh
seluruh pejabat struktural khususnya pada bagian pengelolaan untuk memperbaharui
bangunan sesuai standar yang telah ditentukan.
b)Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian mengenai evaluasi pembangunan gedung Rutan Kelas IIB Pelaihari
dibuktikan dengan mealokasikan dana pada perawatan gedung dikarenakan untuk
merubah total seluruh bangunan tidak cukup dan juga dilakukan pengkalsifikasian
tindak kejahatan untuk mengurangi terjadinya gangguan kamtib. Hal tersebut
membuktikan bahwa mengenai evaluasi pembangunan dialokasikan pada perawatan
dengan keterbatasan keuangan berjalan secara maksimal. Dalam pengoganisasian
mengenai kurangnya standarisasi bangunan diwujudkan dengan adanya tugas masing-
masing dari petugas yang memang selalu siap pada bagian yang petugas itu tempati.
Contoh bagian pengamanan dan pelayanan semua petugas selalu mendapatkan
perlakuan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan tanpa ada dibedakan satu
dengan yang lainnya. Petugas selalu melakukan kontrol terhadap WBP dan memberikan
pelayanan yang maksimal dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada dengan
menggunakan keterampilan dari yang mereka miliki. Mengenai hal ini membuktikan
pengoptimalan pengamanan dan pelayanan dari petugas di Rutan Kelas IIB Pelaihari
sudah berjalan secara optimal dari segi pengorganisasian.
c) Actuating (Penggerakan)
Penggerakan disini merupakan upaya pihak rutan untuk siap sedia dalam segala
keadaan. Jika ada pergerakan atau adanya terjadi gangguan kamtib maka petugas harus
langsung bergerak dan menangani kejadian tersebut dan dilakukan evaluasi. Selain itu
ketika WBP mempunyai keluhan dan membutuhkan suatu pelayanan maka sebagai
petugas profesional harus memberikan pelayanan sesuai apa yang harus diberikan. Saat
ini pada penggerakan untuk evaluasi bangunan pihak rutan berusaha semaksimal
mungkin untuk melakukan pekerjaan secara maksimal sehingga nantinya mendapatkan
penilaian yang bagus oleh Kantor Wilayah serta bisa mendapatkan hadiah yang mana
nantinya ingin merenovasi bangunan sesuai standarisasi. Jadi penggerakan oleh petugas
dengan upaya-upaya yang dilakukan sudah dilakukan secara maksimal.
d)Controlling (Pengawasan)
Pengawasan di dalam kurangnya standarisasi bangunan ini harus dilakukan secara
maksimal dengan melakukan peningkatan kualitas keamanan dan pelayanan oleh
petugas dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang ada merupakan tujuan utama
dalam tugas seorang petugas pemasyarakatan. Adanya kehadiran petugas dan didukung
serta didikung oleh sarana dan prasarana yang ada merupakan bentuk pengawasan
terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan di Rutan Kelas IIB Pelaihari yang harus
dipenuhi.
Penulis juga megambil teori manajemen karena dalam melakukan evaluasi di
perlukan manajemen yang baik pula agar berjalan lancar proses evaluasi standaraisasi
bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari mulai dari perencaan, proes, pengawasan hingga
selesai. Dan pastinya dengan hasil yang terbaik yang sudah direncakan sebelumnya.
3. Teori Kualitas Pelayanan
Pengukuran kualitas pelayanan dapat mengacu dengan berdasarkan konsep Scale for
Measuring Service Quality (Servqual) yang telah diciptakan oleh Parasaruman,
Zeithalm, dan Berry pada tahun 1988. Konsep Servqual adalah konsep pengukuran
kualitas pada suatu pelayanan yang berpedoman pada dua poin pokok yaitu, kualitas
pelayanan ditentukan satu poin atau tidak dapat berdiri sendiri dan akan selalu
dibandingkan dengan suatu pengukuran sifat dan juga pada potensial keinginan atau
penerapan(Suryono, 2018).
Pada proses pengujian yang telah dilakukan, dapat ditemukan 5 dimensi pokok yang
dapat menentukan kualitas pelayanan. Kualitas pokok tersebut terbentuk oleh tiga
dimensi asli yang memiliki signifikasi tinggi (Parasuraman, Zeithaml, & Berry, 1988),
yaitu:
a. Tangibles
Tangibles adalah dimensi kualitas pelayanan yang memberikan keutamaan
pengukuran keadaan dan kualitas fisik dari sarana serta prasarana yang digunakan pada
aktivitas operasional keseharian dan dapat terlihat oleh mata, termasuk diantaranya
penampilan atau seragam yang digunakan oleh petugas Rutan Kelas IIB Pelaihari
dengan sarana dan prasarana yang ada.
b. Reliability
Reliability adalah dimensi kualitas pelayanan yang mengutamakan pengukuran
kemampuan dan performa tenaga petugas pemasyarakatan yang mampu diandalkan dan
tepat guna meningkatkan pelayanan di Rutan Kelas IIB Pelaihari.
c. ResponsivenessResponsiveness adalah dimensi pelayanan yang mengutamakan
pengukuran pada bersedianya tenaga petugas pemasyarakatan dalam menolong dan
memberi pelayanan secara cepat. Dua dimensi dari lima dimensi kualitas pelayanan
merupakan suatu dimensi gabungan dari beberapa dimensi yang memiliki signifikasi
yang rendah (Parasuraman et al., 1988)
d. Assurance
Assurance adalah dimensi pelyanan yang mengutamakan pengukuran pada
pengetahuan dan rasa hormat tenaga petugas serta kemampuan mereka dalam
memberikan rasa semangat beserta kepercayaan. Assurance adalah gabungan dari:
1. Kemampuan komunikasi
2. Kemampuan untuk dipercaya
3. Jaminan / tanggung jawab
4. Kompetensi
5. Rasa hormat
e. Empathy
Empathy adalah dimensi pelayanan yang mengutamakan pengukuran kepada
kepedulian, perhatian antar individu, serta kemampuan dalam menghadirkan keakraban
kepada pengguna jasa. Empathy adalah gabungan dari:
1. Rasa untuk memahami
2. Keinginan untuk mengetahui
3. Kemampuan menghadapi pengguna jasa
Dengan kualiatas pelayanan yang baik maka akan terciptanya kondidi yang baik pula
maka dari itu teori kulitas pelayanan juga penulis masukkan dalam penulisan penelitian
ini. Kualitas pelayanan juga berhubungan dengan kondisi bangunan yang baik jika
bangunan baik dan sesuai maka kualiatas pelayanan tentunya akan semakin meningkat.
2) Jurnal Internasional
a) Rusdi ( 2015) dalam jurnal JOM Fakultas Hukum dengan judul “Pelaksanaan
Keamanan Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pekanbaru”.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah
pelaksanaan keamanan, apa hambatan pelaksanaan keamanan dan upaya yang dilakukan
dalam mengatasi hambatan pelaksanaan keamanan bagi narapidana di Lapas Kelas IIA
Pekanbaru. Teori pemidanaan merupakan seseorang yang bersalah tanpa akibat yang
pasti terhadap kesalahannya tersebut, dengan konsepsi tentang kesalahan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pengenaan pidana dan proses pelaksanaannya. Teori-
teori penjatuhan pidana ada 3 yaitu teori absolute, teori relative dan teori gabungan.
Kemudian jurnal ini menggunakan teori pemasyarakatan dalam pasal 1 UU NO 12
Tahun 1995 tentang pemasyarakatan.
Metode peneltian dilakukan dengan memperhatikan jenis peneltian, lokasi
penelitian, populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis
data. Pada jenis penelitian dengan meniliti hukum sosiologis yaitu dengan cara
mengadakan identifikasi hukum dan bagaimana efektifitas pelaksanaannya. Sumber data
menggunakan sumber data primer yaitu data yang berhubungan dengan objek penelitian
dan sekunder data yang diperoleh dari undang-undang. Teknik Pengumpulan data
dengan wawancara, kuesioner dan kajian kepustakaan.
Berdasarkan rumusan masalahnya dan pemabahasan yang dipergunakan untuk
menganalisis dengan mengumpulkan data dari observasi lokasi yang terbatas dengan
beberapa responden yang diwawancarai. Kemudian dilakukan pembahasan dengan
memperlihatkan teori-teori hukum, dokumen dan data lainnya. Dan yang menjadi
permasalahan utama adalah kurangnya sumber daya manusia dan alat bantu dalam
keamanan selain itu juga pada Lapas Kelas IIA Pekanbaru juga perlu evaluasi pada
bangunan agar jumlah petugas dan didorong dengan standarnya bangunan akan
berpengaruh baik dengan isi hunian sehingga keamanan dan pelayanan pada warga
binaan pemasyarakatan berjalan dengan maksimal.
Pelaksanaan Keamanan Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIA Pekanbaru dilakukan sesuai dengan Protap atau Prosedur Tetap yang dimiliki oleh
setiap penjaga atau setiap petugas keamanan dan melakukan penjagaan dan pengawasan
dengan menjalin kerjasama dengan brimob maupun Kepolisian. Hambatan dalam
pelaksanaan keamanan bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Pekanbaru adalah Kurangnya jumlah personil petugas keamanan Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Pekanbaru. Petugas keamanan tidak semuanya dipersenjatai
dalam melaksananakan tugas untuk mengamankan narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Pekanbaru. Adanya prilaku narapidana yang kurang
kooperatif seperti, usaha untuk melarikan diri.
Pada jurnal ini selain mempersalahkan keamanan pada jumlah sumber daya
manusia juga terdapat masala dari segi bangunan terhadap jumlah hunian rata rata
kamar yang luasnya hanya 6 x 5 m terdapat 45 narapidana didalamnnya sehingga akan
mudah terjadi kerusuhan, perkelahian dan perilaku menyimpang lainnya. Selain petugas
yang perlu diperhatikan bangunan juga masalah penting dalam keamanan tersebut
sehingga sangat berkaitan dengan judul saya dalam meningkatkan keamanan di Rutan
Kelas IIB Pelaihari.
b) Rohmawati, Wibowo ( 2021) dalam jurnal Research & Learning in
Primary Education, dengan judul “Kesesuuaian Kondisi Hunian Warga Binaan
Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Klaten”.
Permasalahan dalam jurnal ini yaitu pemicu muculnya gangguan keamanan
dan ketertiban di Lapas dan keadaan overcrowdid. Teori yang digunakan dalam jurnal
ini adalah teori skala likert dengan memakai konsep desain bangunan koreksional dan
pembinaan bagi wanita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kuantittif dengan melkukan wawancara kemudian dibandingkan dengan
parameter kesesuaian hunian. Skala likert dalam kuesioner berupa angka,untuk
mengkategorikan indikator yang telah dinilai.
Wawancara secara skala likert kepada narapidana pada kesesuaian bangunan
dan mempunyai hasil kesesuaian yang kuarang maksimal. Dasar utuk menganalisis
bangunan pada Surat Keputusan Direktur Jenderal NOMOR PAS-499.PK.02.03.01
TAHUN 2015 tentang evaluasi standar hunian wargabinaan yang terdiri atas tiga
dimensi yaitu sarana prasarana, interaksi petugas dan penghuni, serta implementasi
aturan dan prosedur. Dari semua yang telah diteliti hasil penilaian menunjukan angka
61,06% tingkat kesesuaian hunian bangunan dari standarisasi bangunan yang
ditetapkan. Sehingga perlu dilakukan evaluasi standarisai bangunan pada Lapas Kelas
IIB Klaten.
Keterkaitan dengan judul yang saya angkat yaitu standar bangunan untuk
meningkatkan pelayanan dan meminimalisir gangguan keamanan pada Rutan Kelas IIB
Pelaihari sangat sama dengan tujuan utamanyapada jurnal ini mementingkan isi huian
sesuai dengan standar bangunan yang ada pada Lapas Kelas IIB Klaten.
7. Metode proses penelitian
a). Persiapan Memasuki Lapangan
Sebelum memasuki lapangan penelitian penting untuk peneliti melakukan
persiapan. Persiapan di akukan agar nantinya ketika memasuki lapangan dalam
keadaan siap dan berjalan dengan lancar. Sebelum memasuki lapangan peneliti
sebaiknya harus teguh dengan pendirian dengan bersikap netral di tengah lingkungan
penelitian. Peneliti juga hrus memiliki etika dalam pelakukan penelitian seperti yang
sudah di terangkan diatas etika apa saja yang di terapkan dalam melakukan penelitian
ini. Serta peneliti harus fokus dalam bekerja dalam melakukan pengumpulan data yang
di perlukan.
Peneliti juga ketika aka memasuki lapangan penelitian haru menyiapkan
beberapa perelengkapan untuk memudahakan dalam proses engumputan data. Yaitu
dengan menyiapkan surat penelitian, kotak kesehatan, alat tulis baik berupa pena,
kertas, buu catanan, klip, dan lain sebagainya, alat perekam, kamera, serta jadwal
penelitian..
Dengan persiapan yang matang maka akan mempermudah dalam melakukan
proses penelitian di lapangan nantinya.
b). Alasan Memilih Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian penting di ketahui agar nantinya sesuai dengan
judul penelitian. Penulis memilih lokasi Rutan Kelas IIB Pelaihari karena keadaan
pada Rutan Kelas IIB Pelaihari sesuai dengan yang akan penulis kaji yaitu masalah
pada bangunan gedung yang sudah tidak sesuai dengan standarisasi bangunan yang
baru ditetapkan. Masalah ini menjadi penting karena kualitas bangunan sendiri akan
banyak mempengaruhi tingkat pelayanan serta tingkat keamanan yang beada di Rutan
Kelas IIB Pelaihari.
c). Cara Mendapatkan Akses
Setelah memilih lokasi penelitian penulis mulai menyipkan perizinan untuk
berada di lokasi penelitian dengan memperhatikan surat tugas, surat instansi, identitas
diri berupa KTP, foto dan lainnya, perlengkapan penelitian yang diperlukan, serta
menjelaskan maksud dan tujuan berada di lokasi tersebut.
Perizinan ini di tujukkan kepada yang berwenang di dalam lokasi penelitian.
Disini peneliti mengajukan perizinan kepada Kepala Rutan Kelas IIB Pelaihari dengan
memberikan surat serta data yang di perlukan dan yang perlu ditimbang.
d). Penerapan Strategi Lapangan
Strategi sendiri berasal dari 2 kata yang bersifat kata “benda” dan kata “kerja”
didalam bahasa Yunani. Yaitu kata “strategos” yang merupakan gabungan dari
“stratos” berarti militer dan “Ago” yaitu memimpin. Dimaknai sebagai kata kerja,
strategos memiliki arti merencanakan. Jadi dapat disimpulkan strategi lapangan adalah
apa yang akan direncakan yang dilakukan dilapangan nantinya.
Didalam melakukan penelitian penulis menerapkan beberapa strategi untuk
memudahkan dalam mengumpulkan data –data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Strategi yang pertama yaitu strategi yang bersifat interaktif. Interaktif menurut
Warsita(2008) adalah hal yang berkaitan dengan komunikasi dua arah/suatu hal ynag
bersifat saling melakukan aksi, saking aktif, dan saling berhubungan satu sama lain
serta memiliki hasil timbal balik antara satu dengan yang lainnya. Dapat dipahai aitu
denga menggunakan strategi interaktif penulis dapat berperan aktif dalam kegiatan
yang berada di lingkungan penelitian sehingga dapat membantu ataupun
memeprmudah kelangsungan aktivitas yang ada di Rutan Kelas IIB Pelaihari. Starategi
interaktif yang diterpakan berupa obervasi secara langsung, observasi partisipatif,
melakukan wawancara mendalam, mempelajarai dokumen-dokumen yang sesuai
dengan judul penelitian, serta teknik-teknik pelengakap seperti foto maupun merekam.
Strategi yang kedua yaitu strategi fleksibel. Strategi ini merupakan lanjutan
dari strategi interatif dimana penulis berperan secara aktif namun tetep fleksibel
terhadap kondisi lingkutan penelitian. Fleksibel yang dimaksud adalah peneliti mudah
dalam memposisikan diri didalam lingkungan Rutan Kelas IIB Pelaihari. Sehingga
dengan diterapkannya kedua strategi interaktif dan fleksibel diharapakan dapat
mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian di Rutan Kelas IIB Pelaihari.
e). Cara Mempertahankkan Hubungan Di Lapangan
Setiap orang pasti memiliki pendapat yang berbeda dan keinginan yang besar
untuk dapat mewujudkan tujuan masing-masing. Terkadang dengan adanya perbedaan
tersebut dapat membuat suatu hubungan menjadi renggang. Didalam melakukan
pene;itian, penulis akan bertemu dengan banyak orang dengan banyak pandangn yang
berbeda-beda pula. Namun hal tersebut tidak boleh menjadi penghalang dalam
penelitian ini. Maka dari itu penulis menggunakan beberapa cara untuk
memepertahankan hubungan yang baik di Rutan Kelas IIB Pelaihari agar penelitian
yang dilaksanakan dapat berjalan dengan sesuai rencana dan tujuan.
Cara untuk memepertahakan hubungan dilapangan penelitian adalah dengan
selalu melakukan koordinasi dan pendekatan dengan narasumber yang ada dilapangan
untuk membantu proses penelitian. Dengan melakukan koodinasi maka akan banyak
terjadi komunikasi antara peneliti dengan narasumber sehingga akan menciptakan
kedekatan dalam hubungan di lapangan. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik
maka akan menguatkan hubungan dilapangan dengan narasumber. Sehingga
terciptalah hubungan yang baik antara peneliti dan narasumber dan hubungan di
lapangan dapat bertangan dengan baik.
f). Cara Mengumpulkan Dan Merekam Data Lapangan
Dalam melakukan penelitian tentunya tujuan utamanya adalah mengumpulkan
informasi serta data-data yang penting yang berkaitan dengan judul penelitian yang
telah diambil. Cara ntuk mengumpulkan informasi serta data yang ingin didapat ialah
dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap informan yang berkompeten,
serta mengamati dengan seksama keadaan lingkungan penelitian, ikut serta dalam
berbagai kegitan yang ada di lapangan, serta meakukan rekaman foto, vidio, maupun
suara dalam setiap kegiatan yang di lakukan.
g). Alasan Pemilihan Informan
Dalam melakukan wawancara peneliti memerlukan informan. Informan adalah
orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang
sedang diteliti dan dapat berperan sebagai narasumber selama dalam proses penelitian
berlangsung (Ardianto, 2011).
Dalam pemilihan informan penulis menggunakan teknik purposive sampling
yang merupakan teknik pengambilan sample sumber data dengan pertimbangan
beberapa aspek seperti seseorang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau sebagai penguasa di tempat tersebut . Sehingga dapat memudahkan
peneliti dalam mendapatkan informasi serta dapat mengamati objek yang diteleiti
dengan mudah (Sugiyono, 2015).
Penulis memilih informan yang dianggap terbaik dalam melakukan penelitian
ini yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
8. Hasil wawancara dengan subyek dalam bentuk verbatim
Hasil Wawancara
Responden 1
1. Identittas Responden
Nama : Mujiono, A.M.K
Jabatan : Kasub Seksi Pengelolaan
2. Keterangan :
Tempat : Ruangan Kasub Seksi Pengelolaan
Waktu : 18 Maret 2022
3. Kode : P ( Peneliti ) . N ( Narasumber )
No. Pertanyaan Pertanyaaan & Jawaban
Penelitian
I. P : Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh pak, izin Taruna Utama
Muhammad Saleh dari Poltekip pang izin melakukan penelitian dalam
pemenuhan tugas kuliah metode penelitian pak, saya izin mewawancarai
bapak.
N : Waalaikumsalam, iya mas
P : Izin bertanya pak, Bagaiamana keadaan bangunan pada Rutan Kelas IIB
Pelaihari apakah sudah sesuai dengan satandarisasi sebagai Unit Pelaksana
Teknis ?
N : Kalau masalah sesuai atau tidak dengan standarisasi ya mas , jelas tidak,
karena dilihat dari Rutan ini banyak kekurangannya. Sama juga ini kan
bangunan peninggalan Belanda yang tidak terlaksana secara menyeluruh
mengikuti aturan yang terdapat di Permenkumham. Mas liat kan dari P2U
ke PJU aja udah tidak memenuhi standar, dilihat dari bangunan blok juga,
beranggangnya aja kayak gitu, belum lagi pagar nya, kawatnya juga mas.
Ya begitulah keadaan Rutan mas
P : Izin pak untuk standarisasi bangunan apakah sudah ada pedomannya pak
?
N : Untuk pedoman ya kita berpatok pada Permkumham berapa itu lupa
saya, sama juga dengan aturan lainna diluar permenkumham juga harus
diperhatikan seperti proyek-proyek yang memperhatikan bangunan dari
sudut geogrfisnya.
P : Berarti kalau terjadi evaluasi bangunan sudah aman ya pak untuk dasar-
dasar untuk membangunnya ?
N : Aman mas tinggal nunggu waktu dan dananya aja ini
P : Siap pak
Kloter, Philip (2003). Marketing Management , 11 tgn Edition. Prentice Hall.Inc.New Jersey
Ervianto, I.W. (2005) . Management Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Yogayakarta. Andi
PT PP(Persero). 2003. Buku Referensi Untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tjaturno. (2004), Penerapan Produktivitas Tenaga Kerja Aktual dan Modifikasi Penjadwalan
dengan metode Fast Track Untuk Mereduksi Biaya dan Waktu Pembangunan
Perumahan, Makalah Seminar REI Jatim, 16 Desember 2004, Hotel Sangri-La,
Surabaya.
Mora, Li. (2001) , Penerapan Managemen Proyek di Bidang Konstruksi. Erlangga, Jakarta
itner, M. J. dan Zeithaml, V. A., 2003, Service Marketing (3rd ed.), Tata McGraw Hill, New
Delhi
Bitner, M. J. dan Zeithaml, V. A., 2003, Service Marketing (3rd ed.), Tata McGraw Hill,
New Delhi
Sugiyono, (2015). Metode penelitian kombinasi (mix methods). Bandung: Alfabeta
Ardianto, Elvinaro (2011). Metodologi penelitian untuk public relations kuantitatif dan
kualitatif . Bandung: Simbiosa Rekatama Media