Anda di halaman 1dari 28

UJIAN TENGAH SEMESTER METODE PENELITIAN

“Pedoman Pengerjaan Soal Penelitian Lapangan”

Dosen Pengampu :
Yogo Tri Hendiarto, S.Sos.,M.Si.

Disusun Oleh :
Muhammad Saleh
STB : 3977

TEKNIK PEMASYARAKATAN A
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
2021
1. Judul yang saya angkat sebagai topik dalam penelitian ini adalah “Analisis
Standar Bangunan Untuk Meningkatkan Pelayanan Dan Meminimalisir
Gangguan Keamanan Pada Rutan Kelas IIB Pelaihari”. Masalah bangunan pada
Rutan tentunya sangat penting dikaji dalam lingkup Pemasyarakatan . Karena Rutan
merupakan Unit Pelaksanaan Teknis(UPT) yang berada dibawah Kementrian Hukum
dan Hak Asasi Manusia dimana Rutan sendiri adalah tempat untuk tersangka atau
terdakwa yang ditahan selama proses penyelidikan, penuntutan, dan pemeriksaan sidang
pengadilan di Indonesia.
Dengan melihat fungsi Rutan sendiri sebagai tempat tersangka atau terdakwa
yang sedang melakukan proses pengadilan. Maka tentunya bangunan yang ada harus
sesuai dengan standar yang telah di tetapkan oleh Mentri Kehakiman Dan Hak Asasi
Manusia RI Nomor M.01.Pl.01.01 Tahun 2003 Tentang Pola Bangunan Unit
Pelaksana Teknis Pemasyarakatan dan dilanjutkan dengan Peraturan Menteri Hukum
Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.Hh-0a7.Ot.01.03 Tahun 2011
Tentang Rencana Induk Pembangunan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Di
Lingkungan Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Setelah beberapa tahun
hunian di seluruh Unit Pelaksanaan Teknik mengalami perubahan dari segi pelayanan
dan keamanan yang menurun dengan adanya lonjakan jumlah hunian dan bangunan
yang perlu di evaluasi yang di atur dalam Keputusan Direktur Jenderal
Pemasyarakatan Nomor PAS-499.PK.02.03.01 tahun 2015 tentang standar Evaluasi
Hunian Lembaga Pemasyarakatan / Rumah Tahanan Negara.
Maka dengan keluarnya Putusan tersebut masalah standarisai bangunan pada Rutan
Kelas IIB Pelaihari penting untuk dikaji dan dipelajari bagaimana penerapan yang ada
di lapangan dengan keputusan yang ada. Sehingga nantiny dapat memberikan
pelayannyan serta keamanan yang baik dengan bangunan yang baik pula.
2. Latar Belakang Masalah
Kondisi bangunan pada Rutan Kelas IIB Pelaihari sudah tidak sesuai dengan standar
yang ada. Dimana kondisi bangunan yang mulai berubah dari masa ke masa dimana
terdapat bagian yang rusak ataupun sudah tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Keadaan ini tentunya perlu dikaji ulang dalam pembangunan yang tidak dapat dibenahi
secara menyeluruh karena terbatasnya anggaran dari pemerintah yang memerlukan
rancangan dan evaluasi pada bangunan yang sesuai dengan semestinya tentunya dengan
anggaran yang tersedia.
Rutan Kelas IIB Pelaihari diresmikan pada tanggal 27 Februari 1982 oleh Direktur
Jenderal Pemasyarakatan Drs. H. Soeroso yang mana bangunan ini awalnya adalah
bangunan warisan dari zaman penjajahan Belanda. Sebelum diresmikannya bangunan
Rutan Kelas IIB Pelaihari para pelanggar hukum ditempatkan di penjara lama yang juga
merupakan warisan Belada yang berada di jalan Takwa. Seteah diresmikannya Rutan
Kelas IIB Pelaihari para tahanan dan narapidana yang berada di penjara lama
dipindahkan ke Rutan Kelas IIB Pelaihari yang berada di jalan Sarang Halang,
Kecamatan. Pelaihari, Kabupaten. Tanah Laut, Provinsi. Kalimantan Selatan.
Bangunan pada Rutan Kelas IIB Pelaihari sudah tidak sesuai dengan peraturan yang
ada yang di atur oleh Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI Nomor
M.01.Pl.01.01 Tahun 2003 Tentang Pola Bangunan Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan dan dilanjutkan dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor M.Hh-0a7.Ot.01.03 Tahun 2011 Tentang Rencana
Induk Pembangunan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Di Lingkungan
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Setelah beberapa tahun hunian di seluruh
Unit Pelaksanaan Teknik mengalami perubahan dari segi pelayanan dan keamanan
menurun dengan adanya lonjakan jumlah hunian dan bangunan yang perlu di evaluasi
yang di atur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS-
499.PK.02.03.01 tahun 2015 tentang standar Evaluasi Hunian Lembaga Pemasyarakatan
/ Rumah Tahanan Negara.
Dengan keadan tersebut maka perlu adanya kajian dalam permasalahan pada
bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari dan tindakan yang sebaiknya diambil dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Sehingga dengan dilakukannya evaluasi bangunan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta keamanan di Rutan Kelas IIB
Pelaihari.
3. Dari latar belakang tersebut dapat di rumuskan bberapa pertanyaan, berikut
beberapa pertanyaan yang dirumuskan:
a. Pertanyaan umum
1) Apakah bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari sesuai dengan standar bangunan
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS-499.PK.02.03.01
tahun 2015 tentang standar Evaluasi Hunian Lembaga Pemasyarakatan / Rumah
Tahanan Negara?
2) Bagaimana kondisi bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari?
b. Pertanyaan khusus
1) Apa yang dilakukan Rutan Kelas IIB Pelaihari dengan keadaan bangunan
saat ini?
2) Bagaimana pelayanan yang ada di Rutan Kelas IIB Pelaihari
3) Sistem keamanan apa yang selama ini dilakukan Rutan Kelas IIB Pelaihari?
4. Kajian Teori
1. Teori konsep Manajemen konstruksi/bangunan
Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber
daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek
secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi
manpower, material, machines, money, method (Ervianto ,2005). Proyek merupakan
sekumpulan aktivitas yang saling berkaitan dimana ada titik awal dan titik akhir serta
hasil tertentu, proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga memerlukan
berbagai keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah
unik, bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Proyek adalah aktivitas sementara
dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran
(goals) proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003).
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi ) dalam batasan waktu, biaya dan mutu
tertentu. Proyek konstruksi selalu memerlukan resources(sumber daya) yaitu man
(manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method (metode
pelaksanaan), money (uang), information (informasi), dan time Dalam Suatu proyek
konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu waktu, biaya dan
mutu (Kerzner, 2006). Pada umumnya, mukonstruksi merupakan elemen dasar yang
harus dijaga untuk senantiasa sesuai dengan perencanaan. Namun demikian, pada
kenyataannya sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu
pelaksanaan (Proboyo, 1999; Tjaturono, 2004). Dengan demikian, seringkali efisiensi
dan efektivitas kerja yang diharapkan tidak tercapai. Hal itu mengakibatkan
pengembang akan kehilangan nilai kompetitif dan peluang pasar (Mora dan Li, 2001).
Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik,
melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Kemudian, proses
penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain): sesuai spesifikasi
yang ditetapkan, sesuai time schedule, dan sesuai biaya yang direncanakan. Ketiganya
diselesaikan secara simultan. Ciri-ciri tersebut di atas menyebabkan industri jasa
konstruksi berbeda dengan industri lainnya, misalnya manufaktur (Ervianto, 2005).
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi antara lain:
a. Pemilik (owner)
b. Perencana (konsultan)
c. Pelaksana (kontraktor)
d. Pengawas (konsultan)
e. Penyandang dana
f. Pemerintah (regulasi)
g. Pemakai bangunan
h. Masyarakat :
a) Asosiasi
b) Masyarakat umum
Jasa konstruksi merupakan jasa pelayanan :
a.Perencanaan Konstruksi
b.Pelaksanaan Konstruksi
c.Pengawasan Konstruksi
d.Atau gabungan dari dua atau tiga pelayanan.
Penulis memilih menggunakan teori ini karena sesuai dengan yang akan dikaji oleh
peniliti yaitu mengenai konstruksi pada bangunan yang merupakan acuan pada kondisi
bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari yang sudah tidak sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dangan lahirnya suatu gagasan
yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian terhadap
kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan). Selanjutnya dilakukan
desain awal (preliminary design), desain rinci (detail desain), pengadaan sumber daya
(procurement), pembangunan di lokasi yang telah disediakan (construction), dan
pemeliharaan bangunan yang telah didirikan (maintenance) sampai dengan penyerahan
bangunan kepada pemilik proyek.
2. Teori Fungsi Manajemen (George R. Terry)
George R. Terry (1958) dalam buku Prinsiples of Management menyatakan bahwa , “
management is the accomplishing of predetemined obejectives through the efforts of
other people” atau manajemen merupakan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
bersama-sama atau melalui usaha orang lain. George R. Terry memberikan penjelasan
tentang fungsi dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan), Organizing
(Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controling (Pengawasan). Keempat
fungsi manajemen itu disingkat sebagai POAC. Keterkaitannya dengan penelitian ini
yaitu :
a) Planning (Perencanaan)
Perencanaan mengenai pelaksanaan evaluasi standarisasi bangunan pada Rutan Kelas
IIB Pelaihari sudah diusahakan secara berkala melihat dari faktor keuangan yang ada.
Sehingga sudah direncanakannya tahap-tahap apa saja yang harus dilakukan oleh
seluruh pejabat struktural khususnya pada bagian pengelolaan untuk memperbaharui
bangunan sesuai standar yang telah ditentukan.
b)Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian mengenai evaluasi pembangunan gedung Rutan Kelas IIB Pelaihari
dibuktikan dengan mealokasikan dana pada perawatan gedung dikarenakan untuk
merubah total seluruh bangunan tidak cukup dan juga dilakukan pengkalsifikasian
tindak kejahatan untuk mengurangi terjadinya gangguan kamtib. Hal tersebut
membuktikan bahwa mengenai evaluasi pembangunan dialokasikan pada perawatan
dengan keterbatasan keuangan berjalan secara maksimal. Dalam pengoganisasian
mengenai kurangnya standarisasi bangunan diwujudkan dengan adanya tugas masing-
masing dari petugas yang memang selalu siap pada bagian yang petugas itu tempati.
Contoh bagian pengamanan dan pelayanan semua petugas selalu mendapatkan
perlakuan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan tanpa ada dibedakan satu
dengan yang lainnya. Petugas selalu melakukan kontrol terhadap WBP dan memberikan
pelayanan yang maksimal dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada dengan
menggunakan keterampilan dari yang mereka miliki. Mengenai hal ini membuktikan
pengoptimalan pengamanan dan pelayanan dari petugas di Rutan Kelas IIB Pelaihari
sudah berjalan secara optimal dari segi pengorganisasian.
c) Actuating (Penggerakan)
Penggerakan disini merupakan upaya pihak rutan untuk siap sedia dalam segala
keadaan. Jika ada pergerakan atau adanya terjadi gangguan kamtib maka petugas harus
langsung bergerak dan menangani kejadian tersebut dan dilakukan evaluasi. Selain itu
ketika WBP mempunyai keluhan dan membutuhkan suatu pelayanan maka sebagai
petugas profesional harus memberikan pelayanan sesuai apa yang harus diberikan. Saat
ini pada penggerakan untuk evaluasi bangunan pihak rutan berusaha semaksimal
mungkin untuk melakukan pekerjaan secara maksimal sehingga nantinya mendapatkan
penilaian yang bagus oleh Kantor Wilayah serta bisa mendapatkan hadiah yang mana
nantinya ingin merenovasi bangunan sesuai standarisasi. Jadi penggerakan oleh petugas
dengan upaya-upaya yang dilakukan sudah dilakukan secara maksimal.
d)Controlling (Pengawasan)
Pengawasan di dalam kurangnya standarisasi bangunan ini harus dilakukan secara
maksimal dengan melakukan peningkatan kualitas keamanan dan pelayanan oleh
petugas dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang ada merupakan tujuan utama
dalam tugas seorang petugas pemasyarakatan. Adanya kehadiran petugas dan didukung
serta didikung oleh sarana dan prasarana yang ada merupakan bentuk pengawasan
terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan di Rutan Kelas IIB Pelaihari yang harus
dipenuhi.
Penulis juga megambil teori manajemen karena dalam melakukan evaluasi di
perlukan manajemen yang baik pula agar berjalan lancar proses evaluasi standaraisasi
bangunan Rutan Kelas IIB Pelaihari mulai dari perencaan, proes, pengawasan hingga
selesai. Dan pastinya dengan hasil yang terbaik yang sudah direncakan sebelumnya.
3. Teori Kualitas Pelayanan
Pengukuran kualitas pelayanan dapat mengacu dengan berdasarkan konsep Scale for
Measuring Service Quality (Servqual) yang telah diciptakan oleh Parasaruman,
Zeithalm, dan Berry pada tahun 1988. Konsep Servqual adalah konsep pengukuran
kualitas pada suatu pelayanan yang berpedoman pada dua poin pokok yaitu, kualitas
pelayanan ditentukan satu poin atau tidak dapat berdiri sendiri dan akan selalu
dibandingkan dengan suatu pengukuran sifat dan juga pada potensial keinginan atau
penerapan(Suryono, 2018).
Pada proses pengujian yang telah dilakukan, dapat ditemukan 5 dimensi pokok yang
dapat menentukan kualitas pelayanan. Kualitas pokok tersebut terbentuk oleh tiga
dimensi asli yang memiliki signifikasi tinggi (Parasuraman, Zeithaml, & Berry, 1988),
yaitu:
a. Tangibles
Tangibles adalah dimensi kualitas pelayanan yang memberikan keutamaan
pengukuran keadaan dan kualitas fisik dari sarana serta prasarana yang digunakan pada
aktivitas operasional keseharian dan dapat terlihat oleh mata, termasuk diantaranya
penampilan atau seragam yang digunakan oleh petugas Rutan Kelas IIB Pelaihari
dengan sarana dan prasarana yang ada.
b. Reliability
Reliability adalah dimensi kualitas pelayanan yang mengutamakan pengukuran
kemampuan dan performa tenaga petugas pemasyarakatan yang mampu diandalkan dan
tepat guna meningkatkan pelayanan di Rutan Kelas IIB Pelaihari.
c. ResponsivenessResponsiveness adalah dimensi pelayanan yang mengutamakan
pengukuran pada bersedianya tenaga petugas pemasyarakatan dalam menolong dan
memberi pelayanan secara cepat. Dua dimensi dari lima dimensi kualitas pelayanan
merupakan suatu dimensi gabungan dari beberapa dimensi yang memiliki signifikasi
yang rendah (Parasuraman et al., 1988)
d. Assurance
Assurance adalah dimensi pelyanan yang mengutamakan pengukuran pada
pengetahuan dan rasa hormat tenaga petugas serta kemampuan mereka dalam
memberikan rasa semangat beserta kepercayaan. Assurance adalah gabungan dari:
1. Kemampuan komunikasi
2. Kemampuan untuk dipercaya
3. Jaminan / tanggung jawab
4. Kompetensi
5. Rasa hormat
e. Empathy
Empathy adalah dimensi pelayanan yang mengutamakan pengukuran kepada
kepedulian, perhatian antar individu, serta kemampuan dalam menghadirkan keakraban
kepada pengguna jasa. Empathy adalah gabungan dari:
1. Rasa untuk memahami
2. Keinginan untuk mengetahui
3. Kemampuan menghadapi pengguna jasa
Dengan kualiatas pelayanan yang baik maka akan terciptanya kondidi yang baik pula
maka dari itu teori kulitas pelayanan juga penulis masukkan dalam penulisan penelitian
ini. Kualitas pelayanan juga berhubungan dengan kondisi bangunan yang baik jika
bangunan baik dan sesuai maka kualiatas pelayanan tentunya akan semakin meningkat.

4. Teori Keamanan di Rumah Tahanan Negara


Dalam menyelenggarakan keamanan pada kondisi bangunan yang ada maka banyak
peran petugas yang dibutuhkan disini adalah kehadiran petugas pemasyarakatan, maka
dari itu perlu strategi perancangan yaitu dengan penerapan teori keamanan didalam
desain Rutan tersebut. Menurut Philips (2003) terdapat lima prinsip keamanan yang
harus diterapkan di dalam bangunan Rutan sebagai berikut :
a. Deter (Penghalangan)
Deter merupakan usaha peningkatan keamanan dengan prinsip penghalangan, yaitu
dengan menggunakan barrier atau penghalang yang terlihat dan sulit ditembus baik dari
segi kekuatan, ketinggian, maupun persulitan penembusan;
b. Detect (Pengawasan)
Detect merupakan usaha peningkatan keamanan dengan prinsip pemantauan,
pemeriksaan, dan pendeteksian yang dapat diterapkan pada bentuk bangunan yang
memudahkan pengawasan, serta penggunaan teknologi untuk memudahkan
pemantauan;
c. Delay (Penundaan)
Delay merupakan usaha peningkatan keamanan dengan prinsip memperlambat
gerakan narapidana ketika ingin melakukan tindakan, seperti penyerangan atau usaha
melarikan diri maupun mempercepat pergerakan petugas sehingga petugas keamanan
dapat merespon kejadian sebelum terlambat;
d. Halt (Penghentian)
Halt merupakan usaha peningkatan keamanan dengan prinsip berupa penghentian.
Prinsip halt dipakai apabila usaha keamanan deter, detect, dan delay sudah dapat
ditembus, maka selanjutnya tindakan penghentian dilakukan;
e. Minimize (Meminimalisir)
Minimize merupakan peningkatan risiko keamanan dengan prinsip meminimalisir
atau mengurangi risiko keamanan bangunan.
Untuk meningkatkan keamanan tentunya di perluka bangunan yang sesuai standar
sehingga gangguan keamanan dapat diminimalisir. Ini sesuai dengan judul yang peniliti
angkat oleh sebab itu peneliti memasukkan teori keamanan di Rumah Tahanan Negara.
5. Definisi Konsep
Definisi konsep diartikan sebagai suatu nilai atau sifat dari sebuah kegiatan yang
memiliki variasi yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
disimpulkan. Definisi variable yang dirumuskan berdasarkan karakteristik variable harus
diamati secara teliti agar tidak ada kesalahpahaman dalam memaknai karya ilmiah ini.
Definisi konsep dari standar bangunan untuk meningkatkan pelayanan dan
meminimalisir gangguan keamanan ini adalah peningkatan standar bangunan dilakukan
bertujuan untuk meningktakan kualitas pelayanan serta mengurangi berbagai gangguan
keamanan yang berasal dari dalam maupun luar ruang lingkup Pemasyarakatan. Dengan
dilihat dari dana anggaran pertahun yang didapat apakah dapat melakukan pembanguan
gedung guna menyesuaikan dengan standariasai yang telah ditetapkan. Dan apa saja
upaya yang diperukan dalam meningkatakan mutu pelayanan dan keamanan.
1) Definisi konsep bangunan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentanng
Bangunan, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau didalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha
kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.
Tujuan bangunan gedung diselenggarakan adalah dengan berlandaskan asas
kemanfaatan keselamatan keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan
lingkungannya. Bangunan gedung memiliki beberapa fungsi pada Rutan Kelas IIB
Pelaihari yaitu:
a. Fungsi Hunian
Fungsi bangunan gedung sebagai fungsi hunian yaitu sebagai rumah tinggal tahanan
dan narapidana sementara dalam melakukan program pembinaan di Rutan Kelas IIB
Pelaihari.
b. Fungsi Keagamaan
Fungsi bagunan gedung sebagai keagamaan yaitu sebgai tempat beribadah bagi
tahanan dan narapidana dalam hal memeluk agama untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan meliputi seperti mesjid dan gereja.
c. Fungsi Usaha
Fungsi bangunan gedung sebagai mereka mengembangkan keahlian dan ketika
mereka bekerja mereka harus diberi upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
program pembinaan yang ada.
d. Fungsi Sosial dan Budaya
Fungsi bangunan sebagai sosial dan budaya yaitu meliputi pendidikan, kebudayaan,
pelayanan kesehatan.
e. Fungsi Khusus
Fungsi bangunan gedung sebagai fungsi khusus sebagai Rumah Tahanan bagi pelaku
tindak kejahatan yang diputuskan langsung oleh mentri.
Gedung sendiri memiliki beberapa persyaratan dalam pendiriannya mulai dari
persyaratan administrasi gedung yang meliputi status hak tanah, izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah Status kepemilikan. Peryaratan kedua yaitu tata bangunan
yaitu persyaratan bangunan diuntungkan untuk intensitas bangunan gedung yaitu
sebagai mana lokasi kepadatan, ketinggian dan jarak bebas bangunan gedung yang
ditempatkan untuk lokasi yang bersangkutan. Yang keempat persyaratan arsitektur
bangunan gedung meliputi penampilan bangunan gedung tata ruang dalam
keseimbangan keserasian dan keselarasan bangunan gedung dan lingkungannya.
persyaratan pengendalian dampak lingkungan ini berlaku bagi bangunan gedung yang
dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan lanjut persyaratan keandalan
bangunan gedung meliputi keselamatan kesehatan kenyamanan dan kemudahan

2)Definsi konsep tingkat pelayanan


Pada penelitian ini penulis menggunakan 6 inidikator Responsivitas terhadap layanan
yang diberikan yang dikemukakan oleh Zeithaml, dkk (Dalam Hardiansyah, 2016:46).
Adapun sub-sub hipotesis dari hipotesis penelitian Responsivitas Pelayanan di Rumah
Tahanan Negara kelas IIB Pelaihari adalah:
1. Kemampuan merespon pelanggan
Setiap petugas/aparatur harus merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin
mendapatkan pelayanan, indicator ini mencakup sikap baik dari keramahan, kesopanan
dan keadilan para penerima layanan.
2. Kecepatan melayani
Setiap petugas/aparatur harus melakukan pelayanan dengan cepat melayani untuk
memenuhi kebutuhan para WBP sesuai dengan peraturan yang telah berlaku
3. Ketepatan melayani
Setiap petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat,indicator ini menjelaskan
tidak terjadinya kesalahan dalam melayani,artinya pelayanan yang di berikan harus
sesuai dengan tugas dan fungsi petugas melayani WBP sehingga tidak ada yang merasa
di rugikan atas pelayanan yang mereka dapat.
4. Kecermatan melayani
Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cermat,indicator ini mencakup bahwa
mereka tidak ceroboh dalam melayani pelanggan dan serta cepat dalam memberikan
pelayanan kepada setiap WBP.
5. Ketepatan waktu melayani
Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat,indicator ini
mencakup waktu yang tepat berarti pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dapat di
selesaikan dalam waktu yang telah ditentukan,sehingga dapat memberikan kepastian
pelayanan pada WBP.
6. Kemampuan menanggapi
Semua keluhan WBP dan masyarakat direspon oleh petugas dengan menyediakan
akses untuk menyampaikan keluhannya tersebut serta memberikan dan mencarikan
solusi terbaik atas keluhan yang mereka hadapi

3)Definisi konsep keamanan


Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan dengan
hubungan kepada kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain. Keamanan
merupakan topik yang luas termasuk keamananan nasional terhadap serangan teroris,
keamanan komputer terhadap peretas, keamanan rumah terhadap maling dan penyelusup
lainnya, keamanan finansial terhadap kehancuran ekonomi dan banyak situasi yang
berhubungan dengan keamanan yang lainnya.
Rumah Tahanan Negara merupakan tempat untuk melaksanakan pengayoman serta
pemasyarakatan narapidana, akan tetapi disisi lain Rumah Tahanan Negara memang
tidak bisa memberikan suatu jaminan, bahwa warga binaan yang sudah dibina itu pasti
mau mentaati peraturan dan tidak melakukan kejahatan lagi.
Keamanan Rutan Kelas IIB Pelaihari dapat ditingkatkan dengan cara-cara sebagai
berikut:
a) Perlunya pengiriman pegawai untuk mengikuti program kekhususan yang
dilaksanakan instansi lain yang berkaitan dengan kegiatan keterampilan.
b) Perlunya kerjasama dengan instansi lain untuk memasarkan hasil produk napi di
LAPAS, apabila ada produk yang dihasilkan.
c) Program dan ragam pembinaan terhadap narapidana hendaknya dilaksanakan
secara efektif dan kreatif serta berdaya guna untuk pengembangan kepribadian
serta peningkatan keterampilan bagi narapidana.
d) Kesejahteraan petugas pada umumnya dan petugas pemasyarakatan pada
khususnya hendaknya lebih diperhatikan dan ditingkatkan kesejahteraannya oleh
Pemerintah, mengingat pengabdian yang mereka berikan untuk kepentingan
bangsa dan negara bukna untuk kepentingan mereka sendiri.
6. Kajian Jurnal
1) Jurnal Nasional
a) Yanarsya, Nugroho and Wahyuwibowo ( 2019), dalam jurnal ilmiah arsitektur dan
lingkungan binaan, dengan judul “Strategi Penerapan Sistem Keamanan Pada Desain
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Di Surakarta”.
Dalam jurnal tersebut permasalahannya adalah bagaimana cara agar
terpenuhinya fasilitas dari segi bangunan Lapas Surakarta dengan mementingkan
keamanan dan desain arsitektural. Teori yang mereka ambil yaitu teori sistem
keamanan, teori elemen bangunan lapas, dan konsep perancangan.
Dalam penelitian ini mereka mengunkaan metode pembahasan sebagai dasar
pengerjaan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang pertama yaitu dengan
mengidentifikasi masalah dan eksplorasi yang didapat dari permasalahan yang
mengenai pengguna dan perilaku di dalam bangunan lapas. Tahapan kedua yaitu
menggunakan etode pengumpulan data yang dilakuka dengan studi preseden,
wawancara, obervasi, dan studi literatur. Dan yang terakhir yaitu dengan menganalisis
data agar dapat sesuai dengan prinsip teori sistem keamanan yang dapat diterapkan
pada bangunan Lapas.
Dalam penelitian ini mereka menganalisi dri segi tampilan bangunan,
kenyamanan, serta kesesuaian bangunan dengan standar yang telah di tetapkan. Prinsip
dari sistem keamanan dalam perancangan bangunan merupakan metode yang tepat
untuk diterapkan dalam sistem keamananpada desain Lembaga Pemasyarakatn karena
sesui dengan kriteria bangunan Lapas yang memperhatikan aspek pegamanan
bangunan meliputi pengamanan fisik seperti perencanaan tapak, tampilan, yang
didukung serta teredukasi dengan penggunaan teknologi keamanan namun tetap
memperhatikan peraturan pembangunan Lapas.
Hubungan antara jurnal ini denga judul yang saya angkat yaitu standar
bangunan untuk meningkatkan pelayanan dan meminimalisir gangguan keamanan
pada Rutan Kelas IIB Pelaihari dengan melihat referensi yang sama pada perancangan
bangunan yang di evaluasi.
b) Maulana and Martha (2019) dalam jurnal kajian lemhannas RI dengan
judul Pertimbangan Lokasi Geografis dalam Membangun Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) Koruptor di Pulau Terluar.
Pada awalnya pengangkatan masalah berawal dari overcrowding di Lapas dan
ketidaksuaian pemberian hukuman serta fasilitas bagi tindak pidana koruptor yang
seharusnya diperlakukan sama dan diberikan bangunan khusus diluar pulau sehingga
menimbulkan efek jera bagi pemakan duit negara. Dari pernyataan tersebut maka
dilakukan pertimbangan lokasi geografis dalam membangun lembaga Pemasyarakatan
(Lapas Koruptor di Pulau terluar.
Teori dan Konsep Penelitian ini dilakukan melalui Sistem Informasi Geografis
yang dimana didalamnya akan menghasilkan peta baru kecocokan lahan untuk
bangunan lapas dan sistem tersebut juga akan menghasilkan informasi geospasial yang
merupakan informasi berharga dan dapat digunakan untuk mengolah penyusunan
rencana tata ruang. Dalam Sistem Informasi Geografis sudah ada berbagai teori
didalamnya yang telah memperhatikan segala aspek dari topografi, bangunan, ruang
terbuka, kepadatan bangunan, iklim lokal dan lain lain.
Metode tulisan ini mendasarkan pada studi literatur, wawancara di lapangan
untuk mendapatkan suatu lapas yang ideal, yang dibakukan berdasarkan pedoman atau
aturan otoritas Kelembagaan. Jurnal ini terbatas memperkenalkan peran teknologi
Geographic Information Systems (GIS) yang mampu menganalisis dan
mengintegrasikan data geospasial. Data-data geospasial yang disajikan dan
diintegrasikan diproses dalam format yang sama untuk menghasilkan produk analisis
lokasi yang diidealkan. Alasannya adalah persyaratan atau kriteria lokasi yang
diinginkan itu terlebih dahulu diketahui dan dimaksudkan agar supaya para penjahat
koruptor negara ini tidak akan melakukan (jera) atas perbuatan jahatnya di masa
datang.
Jurnal ini membahas pentingnya pertimbangan geografis, sebagai jawaban atas
banyaknya saran masukan pejabat publik, terkait kejadian Lapas Sukamiskin yang dari
sisi lokasi terlalu dekat dengan kota dan dianggap banyak memfasilitasi kemudahan
dan kemewahan untuk para narapidana (napi) koruptor. Harapannya agar bagaimana
napi itu ditempatkan di lokasi yang tepat, misalnya lokasinya yang jauh di pulau
terluar dimaksudkan agar menyulitkan akses, dan tidak dapat menjadikan lapas
maupun rumah tahanan negara (rutan) dengan fasilitas yang mewah dan berlebihan,
tetapi sisi pembinaan pemasyarakatan bagi napi tetap diperlukan.
Sebenarnya yang namanya lapas tidak ada pembedaan peruntukan bagi napi
berdasarkan tingkat berat ringannya kejahatan yang ada. Namun, pada kenyataannya
tahanan politik di era kolonial yang diasingkan jauh dari keramaian kota, merupakan
bagian dari hukuman yang tepat untuk menjauhkan terpidana dari segala akses
komunikasi dan perkembangan politik. Dari pengalaman ini, bisa dimaklumi apabila
napi koruptor itu kemudian diganjar dengan dijauhkannya dari sanak keluarga yang
kerapkali dapat berhubungan. Hukuman pemiskinan terhadap koruptor itu merupakan
gagasan dari berbagai pakar dan pengamat hukum yang perlu diperhatikan sehingga
perlu bangunan Lapas yang sesuai dengan hukuman mereka diluar pulau dan tidak
adanya fasilitas berlebihan bagi koruptor tersebut tetapi harus memperhatikan juga
pada standar bangunan yang telah diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
NOMOR PAS 499.PK.02.03.01 TAHUN 2015 tentang Evaluasi Standar Hunian
Wargabinaan serta memperhatikan dari segi Sistem Informasi Geografis.
Keterkaitan pada judul yang saya angkat yaitu mendapatkan refrensi tambahan
dimana selain bangunan juga harus memperhatikan letak geografis dan disesuaikan
dengan bangunan. Sebagai tambahan juga memperhatikan kategori isi hunian dimana
sekarang semua tindak pidana bercampur dalam satu Unit Pelaksanaan Teknis
sehingga menjadi bahan evaluasi saya lagi dalam penelitian nanti.
c) 5. I Kadek Bangsin (2017) dalam jurnal anala, dengan judul
“Perencanaan dan Perancangan Lembaga Pemasyarakatan Dengan Penurunan Tingkat
Depresi Untuk Narapidana Perempuan”.
Permasalahan mulanya timbul karena tidak adanya lapas khusus perempuan di
wilayah Denpasar, Bali. Hal ini menimbulkan perilaku yang menyimpang dimana
kerap kali narapidana laki-laki menyerang narapidana perempuan yang mengakibatkan
terganggunya psikologis para narapidana perempuan terutama. Sehingga keadaan
tempat Lembaga Pemasyarakatan tidak efektif karena tidak ada pengkategorian jenis
kelamin. Oleh sebab itu mengangkat judul Perencanaan dan Perancangan Lembaga
Pemasyarakatan Dengan Penurunan Tingkat Depresi Untuk Narapidana Perempuan.
Teori dan Konsep Pada penelitian ini mengacu lebih kepada fungi, tujuan, dan
sasaran bangunan pada Lembaga Pemasyarakatan dengan menerapkan Healing
environment(penyembuhan dengan alam) dan woman activity canter (pusat aktivitas
perembuan). Dimana kedua hal tersebut guna memperbaiki jiwa psikologis yang setres
dan menciptakan ruang untuk berkarya dengan keaddan yang aman dan nyaman.
Metode penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai secara langsung
terhadap narsumber yang berkaitan serta dilakukan langsung pengamatan secara
observasi kepada objek yang bersangkutan. Narapidana laki-laki dan perempuan serta
anak seharusnya di kategorikan sesuai jenis kelamin masing-masing. Namun di daerah
Denpasar, Bali belum adanya lapas khusus tersebut terutama lapas khusus perempuan.
Dengan di satukannya narapidana laki-laki dan perempuan sering terjadi adanya
gangguan dari para narapidana laki-laki kepada narapidana perempuan. Hal tersebut
mengakibatkan para narapidana perempuan mengalami masalah pada jiwa
psikologinya yaitu depresi dan membuat kondisi dalam Lembaga Pemasyarakatan
tidak kondusif untuk memenuhi hak-hak para narapidana. Sehingga di lakukannya
Perencanaan dan Perancangan Lembaga Pemasyarakatan Dengan Penurunan Tingkat
Depresi Untuk Narapidana Perempuan. Dengan menerapkan healing environment dan
women activity center. Harapannya agar tingkat depresi yang dialami oleh narapidana
perempuan dapat menurun.
Dalam perencanaan dan perancangan lembaga pemasyarakatan dengan
penurunan tingkat depresi untuk narapidana perempuan tersebut menggunakan Konsep
Healing environment, ( Penyembuhan dengan Alam), dan Woman activity center
(pusat aktivitas perempuan), pada design ini memiliki konsep natah, pola sirkulasi
yang di gunakan sirkulasi linier, memiliki tiga zona yaitu zona publik, semi publik dan
privat, memiliki banyak masa yang mengelilingi site, memiliki sebuah taman yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat depresi, memiliki aula atau ruang pembinaan bagi
para narapidana, dan memiliki dua lapis tembok yang tingginya berbeda. Tema yang di
gunakan Arsitektur Neo Vernacular, pada disign ini tampilan bangunan penunjang
menyesuaikan dengan lingkungan di sekitar sesuai dengan tema yang di terapkan,
sedangkan untuk bangunan hunian memiliki bentuk yang berbeda dengan
menggunakan plat atap beton, hal ini di tujukan untuk keamanan bagi para narapidana.
Pada jurnal ini mempunyai keterkaitan dengan judul saya yaitu adanya
narapidana dan tahanan wanita yang berada di Rutan Kelas IIB Pelaihari karena pada
kabupaten Tanah Laut tidak ada Lapas khusus untuk perempuan sehingga dalam satu
unit pelaksanaan teknis bercampur dengan narapidana laki-laki. Hal ini menjadi bahan
analisis saya untuk memperhatikan konsep penyembuhan depresi dan bangunan yang
layak bagi narapidana perempuan sehingga meningkatkan kualitas keamanan dan
pelayanan pada narapidana perempuan yang ada di Rutan Kelas IIB Pelaihari sembari
menunggu pembuatan Lapas khusus perempuan di wilayah kabupaten Tanah Laut.

2) Jurnal Internasional
a) Rusdi ( 2015) dalam jurnal JOM Fakultas Hukum dengan judul “Pelaksanaan
Keamanan Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pekanbaru”.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah
pelaksanaan keamanan, apa hambatan pelaksanaan keamanan dan upaya yang dilakukan
dalam mengatasi hambatan pelaksanaan keamanan bagi narapidana di Lapas Kelas IIA
Pekanbaru. Teori pemidanaan merupakan seseorang yang bersalah tanpa akibat yang
pasti terhadap kesalahannya tersebut, dengan konsepsi tentang kesalahan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pengenaan pidana dan proses pelaksanaannya. Teori-
teori penjatuhan pidana ada 3 yaitu teori absolute, teori relative dan teori gabungan.
Kemudian jurnal ini menggunakan teori pemasyarakatan dalam pasal 1 UU NO 12
Tahun 1995 tentang pemasyarakatan.
Metode peneltian dilakukan dengan memperhatikan jenis peneltian, lokasi
penelitian, populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis
data. Pada jenis penelitian dengan meniliti hukum sosiologis yaitu dengan cara
mengadakan identifikasi hukum dan bagaimana efektifitas pelaksanaannya. Sumber data
menggunakan sumber data primer yaitu data yang berhubungan dengan objek penelitian
dan sekunder data yang diperoleh dari undang-undang. Teknik Pengumpulan data
dengan wawancara, kuesioner dan kajian kepustakaan.
Berdasarkan rumusan masalahnya dan pemabahasan yang dipergunakan untuk
menganalisis dengan mengumpulkan data dari observasi lokasi yang terbatas dengan
beberapa responden yang diwawancarai. Kemudian dilakukan pembahasan dengan
memperlihatkan teori-teori hukum, dokumen dan data lainnya. Dan yang menjadi
permasalahan utama adalah kurangnya sumber daya manusia dan alat bantu dalam
keamanan selain itu juga pada Lapas Kelas IIA Pekanbaru juga perlu evaluasi pada
bangunan agar jumlah petugas dan didorong dengan standarnya bangunan akan
berpengaruh baik dengan isi hunian sehingga keamanan dan pelayanan pada warga
binaan pemasyarakatan berjalan dengan maksimal.
Pelaksanaan Keamanan Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas
IIA Pekanbaru dilakukan sesuai dengan Protap atau Prosedur Tetap yang dimiliki oleh
setiap penjaga atau setiap petugas keamanan dan melakukan penjagaan dan pengawasan
dengan menjalin kerjasama dengan brimob maupun Kepolisian. Hambatan dalam
pelaksanaan keamanan bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA
Pekanbaru adalah Kurangnya jumlah personil petugas keamanan Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Pekanbaru. Petugas keamanan tidak semuanya dipersenjatai
dalam melaksananakan tugas untuk mengamankan narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Pekanbaru. Adanya prilaku narapidana yang kurang
kooperatif seperti, usaha untuk melarikan diri.
Pada jurnal ini selain mempersalahkan keamanan pada jumlah sumber daya
manusia juga terdapat masala dari segi bangunan terhadap jumlah hunian rata rata
kamar yang luasnya hanya 6 x 5 m terdapat 45 narapidana didalamnnya sehingga akan
mudah terjadi kerusuhan, perkelahian dan perilaku menyimpang lainnya. Selain petugas
yang perlu diperhatikan bangunan juga masalah penting dalam keamanan tersebut
sehingga sangat berkaitan dengan judul saya dalam meningkatkan keamanan di Rutan
Kelas IIB Pelaihari.
b) Rohmawati, Wibowo ( 2021) dalam jurnal Research & Learning in
Primary Education, dengan judul “Kesesuuaian Kondisi Hunian Warga Binaan
Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Klaten”.
Permasalahan dalam jurnal ini yaitu pemicu muculnya gangguan keamanan
dan ketertiban di Lapas dan keadaan overcrowdid. Teori yang digunakan dalam jurnal
ini adalah teori skala likert dengan memakai konsep desain bangunan koreksional dan
pembinaan bagi wanita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kuantittif dengan melkukan wawancara kemudian dibandingkan dengan
parameter kesesuaian hunian. Skala likert dalam kuesioner berupa angka,untuk
mengkategorikan indikator yang telah dinilai.
Wawancara secara skala likert kepada narapidana pada kesesuaian bangunan
dan mempunyai hasil kesesuaian yang kuarang maksimal. Dasar utuk menganalisis
bangunan pada Surat Keputusan Direktur Jenderal NOMOR PAS-499.PK.02.03.01
TAHUN 2015 tentang evaluasi standar hunian wargabinaan yang terdiri atas tiga
dimensi yaitu sarana prasarana, interaksi petugas dan penghuni, serta implementasi
aturan dan prosedur. Dari semua yang telah diteliti hasil penilaian menunjukan angka
61,06% tingkat kesesuaian hunian bangunan dari standarisasi bangunan yang
ditetapkan. Sehingga perlu dilakukan evaluasi standarisai bangunan pada Lapas Kelas
IIB Klaten.
Keterkaitan dengan judul yang saya angkat yaitu standar bangunan untuk
meningkatkan pelayanan dan meminimalisir gangguan keamanan pada Rutan Kelas IIB
Pelaihari sangat sama dengan tujuan utamanyapada jurnal ini mementingkan isi huian
sesuai dengan standar bangunan yang ada pada Lapas Kelas IIB Klaten.
7. Metode proses penelitian
a). Persiapan Memasuki Lapangan
Sebelum memasuki lapangan penelitian penting untuk peneliti melakukan
persiapan. Persiapan di akukan agar nantinya ketika memasuki lapangan dalam
keadaan siap dan berjalan dengan lancar. Sebelum memasuki lapangan peneliti
sebaiknya harus teguh dengan pendirian dengan bersikap netral di tengah lingkungan
penelitian. Peneliti juga hrus memiliki etika dalam pelakukan penelitian seperti yang
sudah di terangkan diatas etika apa saja yang di terapkan dalam melakukan penelitian
ini. Serta peneliti harus fokus dalam bekerja dalam melakukan pengumpulan data yang
di perlukan.
Peneliti juga ketika aka memasuki lapangan penelitian haru menyiapkan
beberapa perelengkapan untuk memudahakan dalam proses engumputan data. Yaitu
dengan menyiapkan surat penelitian, kotak kesehatan, alat tulis baik berupa pena,
kertas, buu catanan, klip, dan lain sebagainya, alat perekam, kamera, serta jadwal
penelitian..
Dengan persiapan yang matang maka akan mempermudah dalam melakukan
proses penelitian di lapangan nantinya.
b). Alasan Memilih Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian penting di ketahui agar nantinya sesuai dengan
judul penelitian. Penulis memilih lokasi Rutan Kelas IIB Pelaihari karena keadaan
pada Rutan Kelas IIB Pelaihari sesuai dengan yang akan penulis kaji yaitu masalah
pada bangunan gedung yang sudah tidak sesuai dengan standarisasi bangunan yang
baru ditetapkan. Masalah ini menjadi penting karena kualitas bangunan sendiri akan
banyak mempengaruhi tingkat pelayanan serta tingkat keamanan yang beada di Rutan
Kelas IIB Pelaihari.
c). Cara Mendapatkan Akses
Setelah memilih lokasi penelitian penulis mulai menyipkan perizinan untuk
berada di lokasi penelitian dengan memperhatikan surat tugas, surat instansi, identitas
diri berupa KTP, foto dan lainnya, perlengkapan penelitian yang diperlukan, serta
menjelaskan maksud dan tujuan berada di lokasi tersebut.
Perizinan ini di tujukkan kepada yang berwenang di dalam lokasi penelitian.
Disini peneliti mengajukan perizinan kepada Kepala Rutan Kelas IIB Pelaihari dengan
memberikan surat serta data yang di perlukan dan yang perlu ditimbang.
d). Penerapan Strategi Lapangan
Strategi sendiri berasal dari 2 kata yang bersifat kata “benda” dan kata “kerja”
didalam bahasa Yunani. Yaitu kata “strategos” yang merupakan gabungan dari
“stratos” berarti militer dan “Ago” yaitu memimpin. Dimaknai sebagai kata kerja,
strategos memiliki arti merencanakan. Jadi dapat disimpulkan strategi lapangan adalah
apa yang akan direncakan yang dilakukan dilapangan nantinya.
Didalam melakukan penelitian penulis menerapkan beberapa strategi untuk
memudahkan dalam mengumpulkan data –data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Strategi yang pertama yaitu strategi yang bersifat interaktif. Interaktif menurut
Warsita(2008) adalah hal yang berkaitan dengan komunikasi dua arah/suatu hal ynag
bersifat saling melakukan aksi, saking aktif, dan saling berhubungan satu sama lain
serta memiliki hasil timbal balik antara satu dengan yang lainnya. Dapat dipahai aitu
denga menggunakan strategi interaktif penulis dapat berperan aktif dalam kegiatan
yang berada di lingkungan penelitian sehingga dapat membantu ataupun
memeprmudah kelangsungan aktivitas yang ada di Rutan Kelas IIB Pelaihari. Starategi
interaktif yang diterpakan berupa obervasi secara langsung, observasi partisipatif,
melakukan wawancara mendalam, mempelajarai dokumen-dokumen yang sesuai
dengan judul penelitian, serta teknik-teknik pelengakap seperti foto maupun merekam.
Strategi yang kedua yaitu strategi fleksibel. Strategi ini merupakan lanjutan
dari strategi interatif dimana penulis berperan secara aktif namun tetep fleksibel
terhadap kondisi lingkutan penelitian. Fleksibel yang dimaksud adalah peneliti mudah
dalam memposisikan diri didalam lingkungan Rutan Kelas IIB Pelaihari. Sehingga
dengan diterapkannya kedua strategi interaktif dan fleksibel diharapakan dapat
mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian di Rutan Kelas IIB Pelaihari.
e). Cara Mempertahankkan Hubungan Di Lapangan
Setiap orang pasti memiliki pendapat yang berbeda dan keinginan yang besar
untuk dapat mewujudkan tujuan masing-masing. Terkadang dengan adanya perbedaan
tersebut dapat membuat suatu hubungan menjadi renggang. Didalam melakukan
pene;itian, penulis akan bertemu dengan banyak orang dengan banyak pandangn yang
berbeda-beda pula. Namun hal tersebut tidak boleh menjadi penghalang dalam
penelitian ini. Maka dari itu penulis menggunakan beberapa cara untuk
memepertahankan hubungan yang baik di Rutan Kelas IIB Pelaihari agar penelitian
yang dilaksanakan dapat berjalan dengan sesuai rencana dan tujuan.
Cara untuk memepertahakan hubungan dilapangan penelitian adalah dengan
selalu melakukan koordinasi dan pendekatan dengan narasumber yang ada dilapangan
untuk membantu proses penelitian. Dengan melakukan koodinasi maka akan banyak
terjadi komunikasi antara peneliti dengan narasumber sehingga akan menciptakan
kedekatan dalam hubungan di lapangan. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik
maka akan menguatkan hubungan dilapangan dengan narasumber. Sehingga
terciptalah hubungan yang baik antara peneliti dan narasumber dan hubungan di
lapangan dapat bertangan dengan baik.
f). Cara Mengumpulkan Dan Merekam Data Lapangan
Dalam melakukan penelitian tentunya tujuan utamanya adalah mengumpulkan
informasi serta data-data yang penting yang berkaitan dengan judul penelitian yang
telah diambil. Cara ntuk mengumpulkan informasi serta data yang ingin didapat ialah
dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap informan yang berkompeten,
serta mengamati dengan seksama keadaan lingkungan penelitian, ikut serta dalam
berbagai kegitan yang ada di lapangan, serta meakukan rekaman foto, vidio, maupun
suara dalam setiap kegiatan yang di lakukan.
g). Alasan Pemilihan Informan
Dalam melakukan wawancara peneliti memerlukan informan. Informan adalah
orang yang dapat memberikan keterangan atau informasi mengenai masalah yang
sedang diteliti dan dapat berperan sebagai narasumber selama dalam proses penelitian
berlangsung (Ardianto, 2011).
Dalam pemilihan informan penulis menggunakan teknik purposive sampling
yang merupakan teknik pengambilan sample sumber data dengan pertimbangan
beberapa aspek seperti seseorang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau sebagai penguasa di tempat tersebut . Sehingga dapat memudahkan
peneliti dalam mendapatkan informasi serta dapat mengamati objek yang diteleiti
dengan mudah (Sugiyono, 2015).
Penulis memilih informan yang dianggap terbaik dalam melakukan penelitian
ini yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
8. Hasil wawancara dengan subyek dalam bentuk verbatim

Hasil Wawancara

Responden 1

1. Identittas Responden
Nama : Mujiono, A.M.K
Jabatan : Kasub Seksi Pengelolaan
2. Keterangan :
Tempat : Ruangan Kasub Seksi Pengelolaan
Waktu : 18 Maret 2022
3. Kode : P ( Peneliti ) . N ( Narasumber )
No. Pertanyaan Pertanyaaan & Jawaban
Penelitian
I. P : Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh pak, izin Taruna Utama
Muhammad Saleh dari Poltekip pang izin melakukan penelitian dalam
pemenuhan tugas kuliah metode penelitian pak, saya izin mewawancarai
bapak.
N : Waalaikumsalam, iya mas
P : Izin bertanya pak, Bagaiamana keadaan bangunan pada Rutan Kelas IIB
Pelaihari apakah sudah sesuai dengan satandarisasi sebagai Unit Pelaksana
Teknis ?
N : Kalau masalah sesuai atau tidak dengan standarisasi ya mas , jelas tidak,
karena dilihat dari Rutan ini banyak kekurangannya. Sama juga ini kan
bangunan peninggalan Belanda yang tidak terlaksana secara menyeluruh
mengikuti aturan yang terdapat di Permenkumham. Mas liat kan dari P2U
ke PJU aja udah tidak memenuhi standar, dilihat dari bangunan blok juga,
beranggangnya aja kayak gitu, belum lagi pagar nya, kawatnya juga mas.
Ya begitulah keadaan Rutan mas
P : Izin pak untuk standarisasi bangunan apakah sudah ada pedomannya pak
?
N : Untuk pedoman ya kita berpatok pada Permkumham berapa itu lupa
saya, sama juga dengan aturan lainna diluar permenkumham juga harus
diperhatikan seperti proyek-proyek yang memperhatikan bangunan dari
sudut geogrfisnya.
P : Berarti kalau terjadi evaluasi bangunan sudah aman ya pak untuk dasar-
dasar untuk membangunnya ?
N : Aman mas tinggal nunggu waktu dan dananya aja ini
P : Siap pak

II. P : Untuk pertanyaan kedua tentang bagaimana anggaran dana setiap


tahunnya yang di peroleh Rutan Kelas IIB Pelaihari ?
N : Untuk dana bangunan ya tahun ini ada sekitar 170 Juta mas untuk
bangunan Rutan kalau kita lakukan evaluasi bangunan tidak berjalan
dengan baik mas.
P : Berarti kalau tidak bisa dilakukan evaluasi diarahkan kemana uangnya
pak.
N : Na, uang itu ditujukan untuk perawatan dan pemeliharaan bangunan saja
mas tidak bisa melakukan lebih kecuali ada tambahan anggran nantinya.
P : Apakah bisa ada tambahan anggaran itu bagaimana pak ?
N : Bisa mas dulu pernah dengar dari UPT lain apabila ketika kinerja dan
laporan segala macam ke Kanwil itu bagus maka nanti akan diberikan
reward dan bisa mengajukan apa yang diperlukan oleh UPT.
P : Oh, begitu pak
III. P : Untuk pertanyaan ketiga pak Apakah dengan dilakukkannya evaluasi
standarisai bagunan pada Rutan Kelas IIB Pelaihari dapat menigkatkan
pelayanan dan lebih meningkatkan keamanan ?
N : Pasti mas, tapi ya itu banyak kendala untuk melakukan evaluasi yang
sudah saya jawab tadi kan.
P : Siap pak terimakasih atas waktunya maaf menganggu pak.
Responde 2

1. Nama : Agus Sarwoko, SH


Jabatan : Kepala KPR
2. Keterangan :
Tempat : Ruangan Kepala KPR
Waktu : 18 Maret 2022
3. Kode : P ( Peneliti ) . N ( Narasumber )
No. Pertanyaan Pertanyaaan & Jawaban
Penelitian
I. P : Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh pak, izin Taruna
Utama Muhammad Saleh dari Poltekip pang izin melakukan penelitian
dalam pemenuhan tugas kuliah metode penelitian pak, saya izin
mewawancarai bapak.
N : Waalaikumsalam iya leh kenapa
P : Bagaimana pengamanan yang dilakukan dengan standar bangunan
yang ada di Rutan Kelas IIB Pelaihari ?
N : Untuk pengamanan ya seperti biasa yang dilakukan oleh petugas
penjagaan di Rutan ini, bangunan seperti ini ya yang ditingkatkan
pengamanan dari petugas leh, sering melakukan kontrol blok dan
keliling di beranggang. Selalu melakukan diteksi dini juga salah
satunya leh. Sisanya ya pengamanan dilakukan pada umumnya sama
sesuai peraturan.
P : Iya pak ya, tetapi petugas disini kan sangat kurang apakah itu
mempengaruhi pak ?
N : Ya di UPT lain juga seperti itu leh. Hal itu bisa diatasi dengan
pendekatan kepada WBP leh sehingga mereka menaati peraturan yang
ada di Rutan ini, setelah itu kan dapat menimbulkan kenyamanan dan
keamanan bagi petugas leh.
P : Jadinya rasa aman ada ya pak walaupun kondisi bangunan seperti
ini
N : Iya leh ada nya kerjasama kan petugas dengan WBP untuk
menciptkan hal tersebut.
P : Siap pak betul.
II. P : Izin pak lanjut pada pertanyaan kedua, apakah sering terjadi
gangguan kamtib atas kurangnya standarisasi bangunan Rutan
Kelas IIB Pelaihari pak ?
N : Sejauh ini tidak ada gangguan kamtib dari bangunan ini leh, paling
ya ada perkelahian antar WBP leh.
P : Apa penyebab perkelahian nya pak ?
N : Ya biasa leh kadang masalah sepele berkelahi ada juga masalah
utang jadi kelahi gitu.
P : Siap pak, cukup sekian pertanyaan dan terimakasih atas
ketersediaannya untuk diwawancarai pak.
N : Oke leh
1. Nama : M. Fajar
Jabatan : Staf Pelayanan Tahanan
2. Keterangan :
Tempat : Ruangan Pelayanan Tahanan
Waktu : 18 Maret 2022
3. Kode : P ( Peneliti ) . N ( Narasumber )

No. Pertanyaan Pertanyaaan & Jawaban


Penelitian
I. P : Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh pak, izin Taruna
Utama Muhammad Saleh dari Poltekip pang izin melakukan penelitian
dalam pemenuhan tugas kuliah metode penelitian pak, saya izin
mewawancarai bapak.
N : Waalaikumsalam iya leh bisa
P : Pertanyaan pertama nah pak, Bagaimana pelayanan yang diberikan
atas kurangnya sarana dan prasarana yang kurang untuk memenuhi
hak-hak Narapidana/ Tahanan Rutan Kelas IIB Pelaihari ni ?
N : Pelayanan yang diberikan disini leh menyesuaikan dengan sarana
prasarana aja leh, Rutan Pelaihari ni halus ( kecil ) jadi untuk
melakukan program pembinaan tidak sepenuhnya maksimal, untuk
pelayanan seperti kesehatan dan pemenuhan hak-hak WBP Insya
Allah terpenuhi saja leh dengan kondisi seperti ini.
P : Apakah ada yang mau dilengkapi sarana dan prasarana untuk
terutama bangunan pak untuk penujang keberlangsungan pelayanan ?
N : Ya ada leh seperti bangunan ruangan khusus antara adminitrasi
sama layanan aduan keluhan oleh WBP, sama dilebih lengkapi lagi
sarana penunjang seperti perkebunan kan letaknya diluar seharusnya
didalam untuk mengurangi gangguan kamtib.
P : Kenapa letak pembinaan perkebunan diluar pak ?
N : Hal itu karena peletakan bangunan di Rutan Pelaihari ni sempir
padahal untuk Tanah nya cukup luas di luar Rutan ini, tapi ya itu
kekurangan dana makanya tidak bisa melaksanakan kebun didalam
Rutan.
P : Ehhh iya pak
II. P : Lanjut pada pertanyaan penelitian kedua pak lah
N : Iya leh
P : Siap pak disini apakah ada cara atau perlakuan khusus untuk
meningkatkan pelayanan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan Kelas
IIB Pelaihari atas sudah tidak standarnya lagi bangunan yang ada ?
N : Untuk cara khusus ya selalu melakukan hubungan baik kepada
WBP dengan memperhatikan segala haknya, untuk bangunan ya
ruangan ruangan nya kayak gini aja mungkin sempit alat penunjang
sedikit leh
P : Berarti hanya peruntukan ruangnya pak ya memuaskan atau tidak.
N : Bisa juga leh, tetapi hal tersebut terganung pelayanan dari petugas
juga apakah bisa melakukan sesuai tupoksi nya leh. Jadi untuk
bangunan kayak gini menyesuaikan saja leh.
P : Siap pak
III. P : Lanjut pertanyaan penelitian ketiga ya pak
N : Oke leh
P : Izin pak terkait bangunan Rutan ini Apakah dapat dilakukan
evaluasi standarisasi bangunan pada Rutan Kelas IIB Pelaihari ?
N : Bisa dilakukan evaluasi tetapi kita kan terbatas dengan anggaran
sudah mengajukan macam-macam tetapi belum di acc sama kanwil leh
sehingga dilakukan perawatan dan pemeliharaan bangunan serta
melakukan program pembinaan dan pelayanan kesehatan leh.
P : Untuk pelayanan kesehatan gimana pak ada kendala ?
N : Aman aja sejauh ini walau sarana & prasarana terbatas sama kalau
parah kita Rutan ini deket sama rumah sakit rujukan terdekat leh jadi
aman saja.
P : Siap pak.
IV. P : Izin pak lanjut kepada pertanyaan penelitian keempat ya pak
N : Iya leh lanjut
P : Izin pak, Bagaimana kondisi pelayanan ketika bangunan tidak
memenuhi standar di Rutan Kelas IIB Pelaihari
N : Kondisi pelayanan berjalan lancar dengan keadaan bangunan
kayak gini asalkan SDM bisa membantu segala sesuai fungsinya.
Sama kita bekerja asal pemenuhan hak nya terpenuhi. Untuk masalah
puas atau tidaknya tergantung saja ya ini yang kami bisa bantu karena
segala keterbatasan sarana dan prasarana leh.
P : Berarti SDM yang ditingkatkan kualitasnya ya pak dan kembali
ketujuan Pemasyarakatan yaitu pemenuhan segala hak-hak narapidana
dan tahanan pak
N : iya betul sekali leh .
P : Siap pak
IV. P : Lanjut pertanyaan terakhir pak ya
N : Oke siap leh lanjut apa
P : Izin pak peningkatan keamanan dalam bangunan yang tidak
standar pada Rutan Kelas IIB Pelaihari ?
N : Untuk peningkatan keamanan mungkin maksimal keamanan,
tetapu seluruh petugas juga harus menciptakan keamanan tersebut.
bagian di kita ini ya dengan memaksimalkan pelayanan saja leh
sehingga WBP nantinya puas atas pelayanan sehingga dapat
meminimalisir gangguan kamtib.
P : Layanan apa saja pak untuk mememinimalisir gangguan kamtib ?
N : Seperti harus selalu menerima atau siap sedia atas keluhan dan
kebutuhan tahanan dan narapidana. Selebih khusus memperhatikan
makanannya, kesehatannya, pakaiannya. Untuk tidur ya berdesakan ya
leh karna kamu tau juga rata-rata isi hunian Rutan dan Lapas isinya
overcrowdid. Mungkin itu leh
P : Siap pak, cukup sekian pertanyaan dan terimakasih atas
ketersediaannya untuk diwawancarai pak.
N : Oke leh sama sama

9. Analisis data sementara


1) Analisis data dari konsep bangunan
Setelah melakukan observasi penelitian dengan mencocokan beberapa literatur
di Rutan kelas IIB Pelaihari dan berdasarkan data dari observasi tersebut maka dapat
dilihat bahwa penerapan implementasi permenkeham no M.01-PR.01.01 Tentang pola
bagunan upt pemasyarakatan sebagai standar bangunan upt pemasyarakatan tidak
terpenuhi dalam pembangunan Rutan kelas IIB Pelaihari tidak terpenuhi sebagai mana
mestinya sehingga fungsi rutan tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya.
Setelah melakukan identifikasi terhadap kendala dalam implementasi
permenkumham no M.01-PR.01.01 Tentang pola bagunan upt pemasyarakatan dan
bagaimana mengatasi pelayanan dan keamanan rutan maka dapat dilihat pentingnya
Sebuah perencanaan dalam setiap pekerjaan yang akan dilakukan sangat penting,
karena dalam perencanaan itulah kita akan mendapat gambaran awal bagaimana
sebuah target akan tercapai. Rutan Kelas IIB Pelaihari merupakan sebuah rancangan
Rutan yang akan dijadikan Lapas kelas III. Dengan kebutuhan yang sangat mendesak
akan keberadaan bangunan Rutan yang dapat menampung tahanan yang begitu
banyak, akhirnya pembangunan dengan mengedepankan standar menjadi terabaikan.
Dengan kondisi tersebut akan membawa efek yang lain, termasuk terganggunya fungsi
dan tugas Rutan sebagaimana mestinya.
2) Analisis data dari konsep keamanan
Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan
dengan hubungan kepada kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain.
Keamanan merupakan topik yang luas termasuk keamananan nasional terhadap
serangan teroris, keamanan komputer terhadap peretas, keamanan rumah terhadap
maling dan penyelusup lainnya, keamanan finansial terhadap kehancuran ekonomi dan
banyak situasi yang berhubungan dengan keamanan yang lainnya.
Setelah melakukan wawancara kepada Kepala KPR Rutan Kelas IIB Pelaihari
untuk pengamanan seperti biasa yang dilakukan oleh petugas penjagaan di Rutan ini
dan standar bangunan seperti ini yang harus ditingkatkan pengamanan dari petugas
yaitu sering melakukan kontrol blok dan keliling di beranggang. Selalu melakukan
diteksi dini juga salah satunya. Serta pengamanan yang dilakukan pada umumnya
berpedoman sesuai peraturan perundang-undangan.
3) Analisis data dari konsep pelayanan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 6 inidikator Responsivitas terhadap
layanan yang diberikan yang dikemukakan oleh Zeithaml, dkk (Dalam Hardiansyah,
2016:46). Adapun sub-sub hipotesis dari hipotesis penelitian Responsivitas Pelayanan
di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Pelaihari adalah:
a) Kemampuan merespon pelanggan
b) Kecepatan melayani
c) Ketepatan melayani
d) Kecermatan melayani
e) Ketepatan waktu melayani
f) Kemampuan menanggapi
Setelah melakukan observasi poin diatas sudah terpenuhi pelayanan yang diberikan
disini sudah menyesuaikan dengan sarana prasarana , Dengan peruntukan bangunan
Rutan Pelaihari yang kecil untuk melakukan program pembinaan tidak sepenuhnya
maksimal, untuk pelayanan seperti kesehatan dan pemenuhan hak-hak WBP sudah
dilaksanakan secara maksimal.
Peran petugas harus siap sedia atas keluhan dan pemenuhan kebutuhan tahanan dan
narapidana. Selebih khusus memperhatikan makanannya, kesehatannya, pakaiannya.
Dan Kondisi pelayanan akan berjalan lancar dengan keadaan bangunan seperti ini
asalkan SDM bisa membantu dalam pelayanan sesuai fungsinya. Petugas dituntut
bekerja sebagai pemenuhan hak narapidana dan tahanan. Untuk masalah puas atau
tidaknya atas pelayanan yang diberikan tergantung dari Warga Binaan
Pemasyarakatannya akan menyadari dari segala keterbatasan sarana dan prasarana yang
ada di Rutan Kelas IIB Pelaihari.
10. Daftar Pustaka

Emilia Rohmawati, P. W. (2021) ‘INNOVATIVE : Volume 1 Nomor 1 Tahun 2021 Research


& Learning in Primary Education’, 1, pp. 1–8.
I Kadek Bangsin, A. W. (2017) ‘Perencanaan dan perancangan lembaga pemasyarakatan
dengan penurunan tingkat depresi untuk narapidana perempuan’, Jurnal Anala, 1(17),
pp. 1–8.
Maulana, M. and Martha, S. (2019) ‘Pertimbangan Lokasi Geografis dalam Membangun
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Koruptor di Pulau Terluar’, Jurnal Kajian
Lemhannas RI, 7(1), pp. 59–71. Available at:
http://jurnal.lemhannas.go.id/index.php/jkl/article/view/51.
Rusdi, A. (2015) ‘Pelaksanaan Keamanan Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Pekanbaru’, JOM Fakultas Hukum, II, pp. 1–15.
Yanarsya, R., Nugroho, R. and Wahyuwibowo, A. K. (2019) ‘Strategi Penerapan Sistem
Keamanan Pada Desain Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Di Surakarta’, Arsitektura,
17(2), p. 151. doi: 10.20961/arst.v17i2.23508.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentanng Bangunan Gedung
Surat Keputusan Direktur Jenderal NOMOR PAS-499.PK.02.03.01 TAHUN 2015 tentang
evaluasi standar hunian wargabinaan
Kurniawan, D. 2015. Pengalaman Hidup Pasien Mengalami Serangan Jantung Pertama Kali
yang Dirawat Di Ruang CICU RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung. (Tesis). Fakultas
Ilmu keperawatan. Departeman Keperawatan, Bandung
Mutawakkil, F. (2017). MANAJEMEN GALERI ALTERNATIF OMNISPACE:Studi Kasus
Fungsi Manajemen Teori George R Terry. Pendidikan,1-55 Retrieved from
http://repository.upi.edu/33822/
Swarjana, I.K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:Andi Offset.

A. Parasuraman, Valerie A. Zeithaml, and Leonardo L. Berry. (1988). "SERVQUAL: A


Multiple - Item Scale For Measuring Consumer Perceptions Of Servis Quality" .
Journal Of Retailing.

Kloter, Philip (2003). Marketing Management , 11 tgn Edition. Prentice Hall.Inc.New Jersey

Ervianto, I.W. (2005) . Management Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Yogayakarta. Andi

PT PP(Persero). 2003. Buku Referensi Untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kerzener. (2006), Panduan Aplikasi Proyek Kontruksi. Yudhistira. Jakarta.

Prayobo. (1999), Prinsip-Prinsip Management Proyek, Yudhistira, Jakarta.

Tjaturno. (2004), Penerapan Produktivitas Tenaga Kerja Aktual dan Modifikasi Penjadwalan
dengan metode Fast Track Untuk Mereduksi Biaya dan Waktu Pembangunan
Perumahan, Makalah Seminar REI Jatim, 16 Desember 2004, Hotel Sangri-La,
Surabaya.

Mora, Li. (2001) , Penerapan Managemen Proyek di Bidang Konstruksi. Erlangga, Jakarta

itner, M. J. dan Zeithaml, V. A., 2003, Service Marketing (3rd ed.), Tata McGraw Hill, New
Delhi

Bitner, M. J. dan Zeithaml, V. A., 2003, Service Marketing (3rd ed.), Tata McGraw Hill,
New Delhi
Sugiyono, (2015). Metode penelitian kombinasi (mix methods). Bandung: Alfabeta
Ardianto, Elvinaro (2011). Metodologi penelitian untuk public relations kuantitatif dan
kualitatif . Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Anda mungkin juga menyukai