Anda di halaman 1dari 6

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

TUGAS MINGGU 10

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


ETIKA PROFESI (NTSI 6069)
yang dibina oleh Bapak Ir. Dian Ariestadi, M.T. Ars

Nama : Arif Riyatmoko


Nim : 180523630103
Offering :A

APRIL 2021
Tugas Minggu 10
Permasalahan etika pada Pengelola Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara

Berdasarkan materi yang diberikan dan dapat ditambahkan dari sumber-sumber


materi/referensi lain, uraikan dan jelaskan:

 Tahapan-tahapan dan aspek-aspek rinci pada Pengelola Teknis


Pembangunan Bangunan Gedung Negara

 Para pihak yang terlibat pada setiap tahapan tersebut

 Mencari dan menganalisis kasus pelanggaran etika pada Pengelola Teknis


Pembangunan Bangunan Gedung Negara ini. Kasus harus merupakan
peristiwa nyata yang dibuktikan dari bukti artikel/berita yang dilampirkan.
Analisis yang dilakukan meliputi: tahapan yang dilanggar, pihak-pihak yang
melakukan pelanggaran, aspek-aspek norma/hukum/kode etik yang
dilanggar, sangsi-sangsi (hukum dan etik) yang harusnya diterima, serta
dampak-dampak yang terjadi akibat pelanggaran tersebut.

Catatan:

 Tugas dikerjakan 1 minggu, dikumpulkan maksimal tanggal 27/04/2021 jam


06.00
JAWABAN
 Tahapan-Tahapan dan Aspek-Aspek Rinci Pada Pengelola Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Pengelolaan Teknis Pembangunan BGN adalah pemberian bantuan teknis


oleh Menteri kepada kementerian/lembaga/SKPD dalam pembangunan BGN.
yang mencakup:

1) Informasi, peraturan, pedoman/petunjuk.


2) Tenaga, berupa pengelola teknis, tenaga teknis, tim koordinasi Bantek Pokja
pengadaan narasumber, PPK, penatar.
3) Fisik Percontoha; fisik dan/model percontohan.

Tujuan Pengelolaan Teknis pembangunan BGN bertujuan untuk mewujudkan


BGN sesuai fungsi, memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
kemudahan, efisien dalam penggunaan sumber daya, sesuai dan selaras dengan
lingkungannya, dan diselenggarakan secara tertib, efektif, dan efisien.

 Pembangunan Bangunan Gedung Negara meliputi 3 tahapan, antara


lain:
1) Tahapan Perencanaan Teknis;

Tahapan Pembangunan Bangunan Gedung Negara sebagaimana dimaksud


diawali dengan kegiatan persiapan dan diikuti dengan kegiatan pasca konstruksi.
Kegiatan persiapan terdiri atas penyusunan: (a.) rencana kebutuhan pembangunan;
(b.) rencana pendanaan; dan (c.) rencana penyediaan dana. Rencana kebutuhan
pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (3) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
22/Prt/M/2018 Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara harus
mendapatkan persetujuan. Persetujuan yang dimaksud terdapat pada pasal 41
tentang bagian kedua kegiatan persiapan PermenPUPR22-2018.

2) Tahapan Pelaksanaan Konstruksi; dan

Kegiatan pasca konstruksi sebagaimana dimaksud terdiri atas: (a.) persiapan


untuk mendapatkan status barang milik negara dari pengelola barang; (b.)
mendapatkan Sertifikat Laik Fungsi; dan (c). pendaftaran sebagai Bangunan
Gedung Negara.

3) Tahapan Pengawasan Teknis.


 Prosedur pengelolaan teknis dilaksanakan dalam hal:
a. Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang dibiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau perolehan lainnya yang sah
yang akan menjadi Barang Milik Negara dilaksanakan Pimpinan
Instansi atau Kepala Satuan Kerja K/L di tingkat pusat dengan lokasi
pembangunan di wilayah DKI Jakarta, dan perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri;
b. Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang dibiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau perolehan lainnya yang sah
yang akan menjadi Barang Milik Negara dilaksanakan Pimpinan
Instansi atau Kepala Satuan Kerja K/L di tingkat pusat dengan lokasi
pembangunan di luar wilayah DKI Jakarta;
c. Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang dibiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau perolehan lainnya yang sah
yang akan menjadi Barang Milik Negara dilaksanakan Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) K/L di daerah dengan lokasi pembangunan di luar
wilayah DKI Jakarta; atau
d. Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang dibiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau perolehan lainnya yang sah
yang akan menjadi Barang Milik Daerah.
 Mencari dan menganalisis kasus pelanggaran etika pada Pengelola Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara ini. Kasus harus merupakan
peristiwa nyata yang dibuktikan dari bukti artikel/berita yang dilampirkan.
Analisis yang dilakukan meliputi: tahapan yang dilanggar, pihak-pihak yang
melakukan pelanggaran, aspek-aspek norma/hukum/kode etik yang
dilanggar, sangsi-sangsi (hukum dan etik) yang harusnya diterima, serta
dampak-dampak yang terjadi akibat pelanggaran tersebut.
Baca selengkapnya di artikel "Gedung Langgar SLF Didenda Rp50 Juta, Anies
Sebut Sanksinya Murah", https://tirto.id/cDry

 Kasus Gedung Langgar SLF Didenda Rp50 Juta.


 Tahapan yang dilanggar : Tahapan Pelaksanaan Konstruksi
 Pihak-pihak yang terlibat : Pemilik Bangunan Gedung, Pengguna Bangunan
Gedung, dan Penyedia Jasa Konstruksi Bangunan Gedung.
 Sanksi yang diberikan :

Pada pasal 283 Perda Nomor 7 tahun 2010 mengatur antara lain soal sanksi
bagi pelanggaran pasal 150 tentang pemanfaatan bangunan gedung wajib
dilaksanakan oleh pemilik atau pengguna secara tertib administratif dan teknis
untuk menjamin kelaikan fungsi bangunan gedung tanpa menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan. Dan Sanksi pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau denda paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

 Aspek-Aspek Norma/Hukum/Kode Etik Yang Dilanggar:


1) Memiliki integritas dengan berperilaku jujur, bertanggung jawab, taat kepada
ketentuan perundangan, sanggup bekerja dalam suatu tim.
2) Profesional dengan memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas, serta selalu melakukan
pengembangan diri.

 Dampak-Dampak Yang Terjadi Akibat Pelanggaran Tersebut.


 Karna pelanggaran tersebut persoalan kepatuhan SLF ini mencuat
pasca kejadian ambruknya lantai mezanin gedung Bursa Efek
Indonesia (BEI).
 Tahapan pelaksanaan konstruksi tidak berjalan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai