Anda di halaman 1dari 34

PEMERINTAH KOTA PEKANBARU

RUMAH SAKIT MADANI

PEDOMAN PELAYANAN ANAK


Lampiran : Keputusan Direktur
RSD Madani Kota
Pekanbaru
Nomor : /RSDM-YAN/ 2021
Tanggal : Oktober 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa kesehatan
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, dimana
penyelenggaraannya harus berdasarkan kode etik dan standar pelayanan profesi
yang telah ditetapkan.
Pelayanan anak merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien bayi
usia 29 hari sampai dengan anak remaja usia 18 tahun, dimana pasien
memerlukan tindakan yang cepat, dan tepat serta pelayanan yang emergency
untuk pasien dengan kondisi yang kritis dan memerlukan observasi khusus
dengan menggunakan peralatan yang lengkap. Pelayanan anak dibagi menjadi
tiga kategori yaitu: poliklinik anak, rawat inap anak, dan PICU.
Rumah Sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang
mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan anak yang
profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada
anak, perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga
profesional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim.
Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Selain itu dukungan sarana prasarana serta peralatan juga
diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan anak. Oleh karena itu,
mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus, terbatasnya sarana dan
prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi keberadaan pelayanan
anak perlu dikonsentrasikan. Pedoman ini adalah pedoman minimal dan dapat
dikembangkan kapanpun seiring dengan kemajuan teknologi di bidang
kesehatan.

B. TUJUAN
Pedoman Pelayanan Anak di Rumah Sakit Daerah Madani Kota Pekanbaru
dimaksudkan untuk memberikan panduan dalam melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan penyelenggaraan pelayanan anak.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan anak di Rumah Sakit Daerah Madani Kota
Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia
di ruangan PICU, Rawat Jalan Anak, dan Rawat Inap Anak.
b. Meningkatkan sarana prasarana pelayanan anak.
c. Memiliki standar keselamatan pasien di ruangan PICU, Poliklinik Anak,
dan Rawat Inap Anak.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan dan asuhan anak diberikan pada bayi usia 29 hari sampai dengan
anak usia 18 tahun yang dibagi sesuai kriteria anak yang membutuhkan
pelayanan sebagai berikut :
1. Poliklinik Anak
Memberikan pelayanan kepada pasien bayi usia 29 hari sampai dengan
anak usia 18 tahun yang memerlukan penanganan lebih lanjut dengan
dilayani oleh dokter spesialis anak.

2. Rawat Inap Anak


Merupakan pelayanan rawat inap yang diberikan pada pasien bayi usia 29
hari sampai dengan anak remaja usia 18 tahun yang meliputi :
a. Pemeriksaan dan konsultasi oleh dokter spesialis
b. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis
c. Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan
d. Pemeriksaan penunjang diagnostic(laboratorium)
e. Tindakan medis yang bersifat diagnostic dan terapeutik
f. Pemberian obat- obatan pada pasien sesuai dengan catatan daftar obat
pasien dan instruksi dokter spesialis 
g. Pelayan transfusi darah
h. Pemberian surat rujukan
i. Pemakaian peralatan yang tersedia seperti oksigen

3. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)


a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa
menit sampai beberapa hari;
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan pelaksanaan spesifik problema dasar;
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi
yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenic; dan
d. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Poliklinik Anak
Poliklinik anak adalah layanan pemeriksaan dan pengobatan tehadap bayi
usia 29 hari sampai dengan anak remaja usia 18 tahun dimana didalamnya
mencakup pelayanan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan pengobatan
rawat jalan anak. Dokter yang melayani adalah dokter spesialis anak.
2. Rawat Inap Anak
Rawat inap anak adalah satu bentuk layanan perawatan kesehatan rumah
sakit dimana pasien akan menginap sedikitnya satu hari dengan alasan
medik dan menggunakan sarana prasarana rumah sakit dengan . Pelayanan
kesehatan diberikan secara perseorangan yang meliputi observasi,
diagnose, pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi medik.
3. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
PICU adalah ruang perawatan intensif di rumah sakit, bagi anak dengan
gangguan kesehatan serius atau yang berada dalam kondisi kritis. Kategori
pasien yang dirawat di PICU adalah dari bayi berusia 29 hari sampai
anak remaja berusia 18 tahun.
4. Pelayanan Administrasi
Pelayanan administrasi adalah pelayanan yang memiliki tugas mendaftarkan
pasien,

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.
3. Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran.
4. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No.32 tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat.
7. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan.
8. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 834/MENKES/SK/VII/2010  Tentang
Pedoman  Tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyelenggaraan Pelayanan
High Pelayanan High Care Unit Care Unit (HCU) Di Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2017
Tentang Petunjuk Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Fisik
Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014
Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016
Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit.
14. Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Departemen
Kesehatan Ri Sekretariat Jenderal Pusat Sarana, Prasarana Dan Peralatan
Kesehatan Tahun 2007.
15. Standar Kelas Rawat Inap di Rumah Sakit, Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi tenaga yang bekerja di pelayanan anak harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai dan
mempunyai komitmen tehadap waktu.
Uraian kualifikasi ketenagaan, pola ketenagaan, dan kualifikasi di Pelayanan
Anak Rumah Sakit Madani Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut:
NO NAMA JABATAN KUALIFIKASI FORMAL KETERANGAN
1 Kepala Instalasi • Dokter spesialis anak
Pelayanan Anak
2 Tim Medis • Dokter spesialis anak • Dapat dihubungi setiap
sebagai konsultan diperlukan ACLS/ATLS
• Dokter jaga 24 jam • Mempunyai kemampuan
resusitasi neonatus yang
bersertifikat, bantuan hidup
dasar, PONEK, PPI, Patient
Safety.

3 Kepala Ruangan • S-1 Keperawatan • Mempunyai kemampuan

Anak resusitasi neonatus yang


bersertifikat, bantuan hidup
dasar, PONEK, PPI, Patient
Safety.
• Berpengalaman: dibidangnya >
3 tahun

4 Ketua Tim PICU • S-1 Keperawatan • Mempunyai kemampuan


resusitasi neonatus yang
bersertifikat, bantuan hidup
dasar, PONEK, PPI, Patient
Safety.
• Berpengalaman: dibidangnya >
3 tahun

5 Penanggung Jawab • Minimal D III Keperawatan/ • Mempunyai kemampuan


Poli Anak resusitasi neonatus yang
Kebidanan
bersertifikat, bantuan hidup
dasar, PONEK, PPI, Patient
Safety.
• Berpengalaman: dibidangnya >
3 tahun

6 Perawat/Bidan • Minimal D III Keperawatan • Pengalaman di ruang


Pelaksana rawat inap 1 tahun
• Mempunyai kemampuan
resusitasi neonatus yang
bersertifikat, bantuan hidup
dasar, PONEK, PPI, Patient
Safety.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi Ketenagaan di Ruang Anak dibagi menjadi 3 :
1. Dokter Spesialis Anak
2. Dokter umum sebagai dokter jaga ruangan perawatan dalam satu satu shift
3. Perawat/ Bidan

Distribusi tenaga perawat/bidan dibagi dalam 3 ruangan :


1. Poliklinik Anak
a. Jadwal dokter spesialis anak di Poliklinik Anak disusun oleh Kepala Unit
Rawat Jalan, diketahui oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis. Jadwal
disusun setiap bulan dan ditandatangani oleh Kepala Unit Rawat Jalan
diketahui oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis.
b. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat/bidan Poliklinik Anak dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
A x B x 313
TP =
(365-92) x Jam Kerja / Hari
Keterangan :
A : Jam keperawatan / 24 jam (15 menit)
B : Rata-rata pasien perhari
313 : Hari Kerja / Tahun

Perhitungan :

A x B x 313
TP =
(365-92) x Jam Kerja / Hari

2. Rawat Inap Anak


Perhitungan kebutuhan tenaga perawat di rawat inap anak :
a. Rumus :
A x B x
TP = 365
255 x E

Keterangan:
A = Jam keperawatan/24 jam (Standar 6 jam)
B = sensus harian (BOR x Jumlah tempat tidur)
Jumlah tempat tidur :10 bed
BOR : 70 x 10 /100 = 7
E = Jam kerja efektif per hari (standar 6 jam)

b. Perhitungan :
6 x 7 x 365
TP ruang rawat inap anak =
255 x 6

TP ruang rawat inap anak = 15.330


1.530

TP ruang rawat inap anak = 6 x 7 x 365


255 x 6

TP ruang rawat inap anak = 10

3. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)


Perhitungan kebutuhan tenaga perawat di ruangan PICU :
b. Rumus :
A x B x 365
TP =
256 x E

Keterangan:
A = Jam keperawatan/24 jam (Standar 6 jam)
B = sensus harian (BOR x Jumlah tempat tidur)
Jumlah tempat tidur :10 bed
BOR : 70 x 10 /100 = 7
E = Jam kerja efektif per hari (standar 6 jam)

b. Perhitungan :
6 x 7 x 365
TP ruangan PICU =
255 x 6

TP ruangan PICU = 15.330


1.530

TP ruangan PICU = 6 x 7 x 365


255 x 6

TP ruangan PICU = 10
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan Jaga Tim Medis
a. Dokter Spesialis Konsulen
1) Pengaturan dokter spesialis konsulen sesuai dengan disiplin ilmu
masing - masing
2) Dokter spesialis konsulen harus bisa dihubungi sewaktu - waktu jika
diperlukan.
3) Jika salah satu dokter konsulen berhalangan hadir maka wajib
memberitahu 1 hari sebelumnya dan kemudian dialihkan ke dokter
konsulen lainnya
b. Dokter jaga
1) Pengaturan jadwal dokter jaga sesuai dengan jadwal jaga dokter
2. Pengaturan Jaga Tenaga Keperawatan
a. Pengaturan jadwal dinas perawat / bidan di ruang anak dibuat dan di
pertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang Anak dan disetujui oleh
Kepala bidang pelayanan
b. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, sore, malam, lepas malam, libur dan
cuti
c. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat pelaksana anak setiap satu bulan.
d. Jika ada keperluan penting pada hari tertentu (direncanakan), maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku
permintaan.
e. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa
bila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan,
maka permintaan disetujui)
f. Setiap tugas jaga/shift harus ada perawat penanggung jawab shift
(Incharge) dengan syarat pendidikan minimal D III
Keperawatan/kebidanan dan masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki
sertifikat BHD/BLS.
g. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat
jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang
bersangkutan harus memberikan informasi kepada Kepala Ruangan
minimal 1 hari sebelumnya, hal ini dimaksudkan untuk memberikan waktu
penanggung jawab mengatur personil yang jaga saat itu.
h. Apabila ada tenaga perawat tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah di
tetapkan (tidak terencana) karena sakit / anak sakit dan sebagainya maka
perawat tersebut harus memberikan informasi kepada Kepala seksi
keperawatan minimal 4 jam sebelum jam dinas dimulai, hal ini di
maksudkan untuk memberikan waktu untuk mencarikan perawat
pengganti saat itu.
i. Apabila ada tenaga perawat yang tiba - tiba tidak bisa jaga sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan karena ada kejadian yang mendadak (± 1jam
sebelum jam dinas dimulai) maka penanggung jawab wajib mencarikan
perawat pengganti.

D. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


1. Pelaksanaan program pengembangan tenaga dilakukan oleh Kepala Instalasi
dan Kepala Ruang Anak beserta TIM DIKLAT Rumah Sakit sesuai dengan
kebutuhan dan pengajuan program pengembangan tenaga.
2. Rencana program pelatihan diajukan ke TIM DIKLAT untuk dilaksanakan
sesuai anggaran yang tersedia.
3. Jenis pelatihan adalah pelatihan yang dapat menunjang keterampilan
maupun keahlian dalam rangka meningkatkan pelayanan anak yaitu:
a. Poliklinik Anak
1) Manajemen Rawat Jalan Rumah Sakit
2) Program pengendalian infeksi
3) Program keselamatan dan kesehatan kerja.
4) Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman
5) Imunisasi pada anak

b. Rawat Inap Anak


1) Program pengendalian infeksi
2) Keperawatan Bangsal
3) Program keselamatan dan kesehatan kerja.
4) Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman

c. Ruang PICU
1) BTCLS
2) PICU dasar
3) Dasar-dasar Intensive Care
4) Askep Ventilator dan CPAP
5) Suction endotracheal
6) Perawatan tracheostomi
7) Kegawatan kardiovaskuler
8) Penanganan shock
9) Pengukuran CVP
10) ECG 12 lead
11) Pemasangan CVC
12) Pemasangan ETT
13) Penatalaksanaan sumbatan jalan nafas
14) Program pengendalian infeksi
15) Program keselamatan dan kesehatan kerja.
16) Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman
4. Pelaksanaan diklat dibawah koordinasi TIM DIKLAT dan bagian terkait
5. Monitoring pasca pelatihan dilakukan Kepala Instalasi dan Kepala Ruangan
Anak untuk melihat implementasi pelatihan di perina.
6. Evaluasi pasca pelatihan dilakukan terhadap peserta oleh Kepala instalasi
dan atau Kasi Keperawatan, sedangkan tindak lanjut dilakukan berdasarkan
evaluasi dari hasil koordinasi perina, Kasiterkait dengan TIM DIKLAT Rumah
Sakit.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Pelayanan anak di lingkungan Rumah Sakit Daerah Madani Kota


Pekanbaru terbagi atas Poliklinik Anak, Rawat Inap Anak, dan PICU. Dengan
memanfaatkan ruangan yang ada di RS Daerah Madani Kota Pekanbaru dan
menyesuaikan dengan kondisi yang ada, lokasi ruangan Poliklinik anak terletak
di Lantai 1, ruang rawat ianp terletak di ...., dan ruang PICU berada di dekat
Kamar Operasi. Pada ruang pelayanan anak memiliki desain ruangan
mengupayakan terjadinya kondisi:
1. Terisolasi untuk ruangan PICU.
2. Memiliki akses masuk tersendiri.
3. Memiliki alat pemadam kebakaran.
4. Memiliki instalasi pipa air.
5. Suhu dan kelembaban diatur dengan AC.
6. Memiliki akses komunikasi memadai.
7. Memiliki intalasi listrik untuk kebutuhan monitor pasien pada ruang PICU dan
rawat inap anak.
8. Kualitas udara, lantai, air, AC dan kelembaban di kontrol dengan pembiakan
kuman secara berkala.

B. STANDAR RUANGAN
1. Poliklinik Anak
a. Luas ruangan 12 - 25 m2
b. Letak poliklinik anak harus mudah diakses dari pintu masuk utama rumah
sakit dan memiliki akses yang mudah ke ruang rekam medis, ruang farmasi,
ruang radiologi, dan ruang laboratorium.
c. Memiliki ruang tunggu dengan kapasitas yang memadai dan sesuai kajian
kebutuhan pelayanan.
d. Desain ruangan pemeriksaan harus dapat menjamin privasi pasien.
e. Disediakan wastafel dan fasilitas desinfeksi tangan.
f. Setiap ruangan disediakan minimal 2 (dua) kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa pengamanan arus.
g. Poli anak tidak diletakkan berdekatan dengan Poli Paru, sebaiknya Poli Anak
dekat dengan Poli Kebidanan.

2. Rawat Inap Anak


a. Suhu ruangan 24±2 ºC
b. Kelembaban ruangan 55±5%
c. Pencahayaan 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk tidur
d. Jarak antar tepi tempat tidur minimal 1,5 meter
e. Ruang perawatan memiliki 6 – 12 kali pergantian udara perjam
f. Tirai antar TT yang berbahan non porosif dan mudah di dekontaminasI, rel
tirai harus dibenamkan /menempel di plafon
g. Dua stop kontak listrik di setiap tempat tidur dan tidak ada
percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan arus
h. Outlet oksigen di setiap tempat tidur
i. Bukaan jendela yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan ventilasi
alami
j. Nurse call di setiap tempat tidur yang terhubung ke pos perawat (nurse
station)
k. Kamar mandi yang mengikuti persyaratan aksesibilitas
l. Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang tenang (tidak
bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibilitas dari
sarana penunjang rawat inap.
m.Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan.
n. Alur petugas dan pengunjung dipisah.
o. Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar, maka harus ada
tangga landai atau Lift Khusus untuk mencapai ruangan tersebut.
p. Lantai harus kuat dan rata tidak berongga, bahan penutup lantai dapat terdiri
dari bahan vinyl yang rata atau terasso keramik dengan nat yang rata
sehingga abu dari kotoran-kotoran tidak tertumpuk, mudah dibersihkan,
bahan tidak mudah terbakar.
q. Pertemuan dinding dengan lantai disarankan berbentuk lengkung agar
memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu/kotoran.
r. Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan
debu/kotoran lain.

3. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)


a. Ruang-ruang penunjang di tiap-tiap unit perawatan intensif:
1) Nurse station
2) Gudang alat medik
3) Ruang linen bersih
4) Dirty utility/spoelhoek
5) Ruang petugas (Kepala ICU, staf)
6) Ruang administrasi
7) Depo farmasi
8) Ruang dokter
9) Ruang tunggu keluarga pasien dilengkapi toilet
10) Janitor
b. Persyaratan teknis ruang perawatan intensif adalah sebagai berikut :
1) Terletak dekat atau memiliki akses yang mudah dengan ruang operasi,
ruang gawat darurat dan ruang penunjang medik lainnya;
2) Ukuran ruangan rawat intensif tergantung dari jumlah tempat tidur. Luas
lantai untuk setiap tempat tidur pasien pada ruang perawatan intensif
harus cukup untuk meletakkan peralatan dan ruang gerak petugas yang
berhubungan dengan pasien;
3) Dalam hal ruang perawatan intensif menyatu dengan ruang lain dalam
satu bangunan, ruang perawatan intensif harus merupakan satu
kompartemen;
4) Dalam hal ruang perawatan intensif memiliki ruang perawatan isolasi
untuk pasien dengan penyakit menular, desain tata ruang dan alur
sirkulasi petugas dan pasien harus dapat meminimalkan risiko
penyebaran infeksi;
5) Komponen arsitektur (lantai, dinding, plafon) tidak memiliki porositas
yang tinggi, sambungan lantai dengan dinding, dinding dengan dinding,
dinding dengan plafon konus;
6) Bahan penutup lantai harus dari bahan anti statik dan anti bakteri;
7) Untuk menjamin kualitas udara, konsentrasi maksimum mikroorganisme
200 CFU/m³, suhu 22°-23°C, kelembaban 35-60% dan tekanan positif;
8) Total pertukaran udara 6 kali per jam dengan pertukaran udara dari luar
minimum 2 kali per jam.
9) Jumlah kotak kontak di setiap tempat tidur pasien minimal 6 untuk
peralatan medik yang membutuhkan daya listrik besar (di luar untuk
ventilator, suction dan monitor) dan kotak kontak dipasang minimal 1,20
m di atas permukaan lantai dan tidak boleh menggunakan
percabangan/sambungan langsung tanpa pengaman arus;
10) Sistem kelistrikan di ruang ICU tidak boleh terputus penyalurannya, oleh
karena itu harus didukung dengan ketersediaan suplai listrik dari
generator set dan didukung ketersediaan UPS;
11) Dilengkapi pengaman arus bocor (trafo isolasi);
12) Kelengkapan outlet utilitas bangunan yang terdapat di bedhead untuk
tiap-tiap tempat tidur :
a) Kotak kontak listrik minimal 6 - 16 titik untuk peralatan medik yang
membutuhkan daya listrik besar, semua titik tersambung dengan
generator set dan UPS, dengan tiap-tiap titik berasal dari grup
pengaman arus yang beda. Kotak kontak dipasang minimal 1,20 m di
atas permukaan lantai
b) Outlet oksigen 1 titik, compress air 1 titik, vacuum medik 1 titik
c) Lampu periksa
13) Sistem tata udara tersaring dan terkontrol dengan parameter;
14) Dalam hal ruang perawatan intensif menyatu dengan ruang lain dalam
satu bangunan, ruang perawatan intensif harus merupakan satu
kompartemen;
15) Sistem proteksi kebakaran aktif harus dipilih yang aman bagi peralatan
kesehatan terhadap percikan air; dan
16) Ruang dirty utility/spoelhoek harus dilengkapi sloop sink, service sink dan
jet spray.
C. STANDAR FASILITAS
1. Poliklinik Anak
a. Bantal
b. Tempat tidur
c. Tempat duduk pasien
d. Kursi dokter
e. Meja dokter
f. Tempat sampah medis
g. Tempat sampah non medis
h. Stetoskop anak infinity
i. Spesiali shignomanometer anak riester
j. Termometer anak
k. Timbangan bayi
l. Timbangan anak
m. Pengukur TB anak
n. Pengukur panjang bayi
o. Tongue spatel (stainless steel)

2. Rawat Inap Anak


a. Diagnostic set;
b. ECG;
c. Emergency trolley;
d. Resucitation crash cart;
e. Film viewer;
f. Lampu periksa / examination lamp / hanging lamp;
g. Nebulizer;
h. Oxygen portable;
i. Stetoskop pediatrik;
j. Pediatric hospital bed;
k. Suction pump portable / aspirator / vacuum;
l. Syringe pump;
m. Infusion pump;
n. Stetoskop bayi;
o. Tensimeter anaeroid dengan manset untuk bayi dan anak;
p. Tensimeter digital dengan manset untuk bayi dan anak;
q. Termometer digital.
3. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
a. Fasilitas Peralatan di Intensive Care Unit
1) Tempat tidur khusus yang posisinya dapat disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan pasien dan stretcher;
2) Alat pengukur tekanan darah mobile;
3) Pulse oxymetri anak dan bayi portable;
4) ECG 12 lead;
5) Nebulizer;
6) Bagging pediatric lengkap dengan mask dan jucksion reese;
7) Bed side monitor ECG lengkap;
8) Infuse pump;
9) Syringe pump;
10) Alat pengukur tekanan vena sentral (manometer);
11) Standart infuse;
12) Suction central;
13) Termometer;
14) Laringoscope;
15) Ventilator;
16) Bubble CPAP;
17) Oxygen central, oxygen portable, dan flow meter;
18) Lampu sorot;
19) Defibrilator;
20) Decubitus bed;
21) Blanked warmer;
22) Blood warmer;
23) Comode chair;
24) Pressure bag;
25) Gelas ukur untuk membuang urin;
26) Lumpang;
27) Stetoskop pediatrik di setiap bed;
28) Peralatan drain thorax (WSD);
29) Emergency trolley;
30) Code blue bag;
31) Timbangan digital.

b. Peralatan Lain di Ruangan PICU


1) Peralatan dalam bentuk set instrument serta alat kesehatan
disposible yang harus dalam keadaan steril;
2) Instrumen, alat-alat suction. Setelah selesai digunakan alat tersebut
harus direndam dengan cairan desinfektan dan siterilkan di ruangan
sterilisasi alat;
3) Setiap pasien yang menggunakan suction harus menggunakan
selang masing-masing dan diganti dalam waktu 1x24 jam;
4) Setiap pasien yang menggunakan suction harus menggunakan kom
masing-masing dan diganti dalam waktu 1x24 jam;
5) Set linen yang dipaki dengan perbandingan 1 TT : 6 set linen;
6) Set restrain.

D. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN DAN KALIBRASI PERALATAN


1. Semua peralatan diatas dapat berfungsi dengan baik disertai adanya
program kalibrasi dan pemeliharaan masing-masing alat
2. Penggunaan alat dicatat dalam buku pemakaian peralatan dan masing -
masing alat ada buku pemakaiannya sendiri-sendiri.
3. SOP penggunaan alat - alat sudah terpasang pada masing - masing alat
tersebut.
4. Pemeliharaan peralatan dilakukan setiap selesai dipergunakan, dan
pemeliharaan rutin satu kali seminggu, kemudian dicatat dalam lembar
pemeliharaan alat. Masing - masing alat punya catatan pemeliharaan sendiri.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Poliklinik Anak
Tatalaksana pelayanan rawat jalan atau poliklinik pada umumnya dikerjakan
secara team work, dilakukan sesuai asuhan keperawatan dan terdokumentasi
dengan baik. Berikut tatalaksana poliklinik anak :
1. Pasien mengambil nomer antrian dan mendaftar ke bagian registrasi rawat
jalan.
2. Pada pasien yang baru berobat pertama kali akan diberikan kartu berobat,
sementara pada pasien lama yang sudah pernah berobat di Rumah Sakit
Daerah Madani Kota Pekanbaru harus menyertakan kartu berobat pasien.
3. Pasien yang menggunakan jaminan kesehatan BPJS harus membawa surat
rujukan dari FKTP, kartu BPJS, Kartu Keluarga dan KTP yang kemudian akan
diverifikasi dan petugas pendaftaran akan membuatkan SEP.
4. Pasien umum akan diarahkan menuju poliklinik yang dituju dengan membawa
register pasien.
5. Pasien dengan jaminan kesehatan BPJS akan diarahkan menuju poliklinik yang
dituju dengan membawa register pasien, BPJS, dan SEP.
6. Petugas mengantarkan rekam medis pasien ke Poliklinik yang dituju.
7. Pasien akan dipanggil oleh petugas untuk masuk ke dalam poliklinik sesuai
dengan nomor urut yang di dapat.
8. Pasien diarahkan masuk ke dalam ruang poliklinik dan kemudian akan
dilakukan anamnesa awal serta pemeriksaan tanda-tanda vital oleh perawat.
9. Setelah dilakukan anamnesa awal oleh perawat, dokter spesialis anak akan
melakukan pemeriksaan terhadap pasien.
10. Apabila membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan labor atau
pemeriksaan radiologi, pasien akan diarahkan menuju ruang pemeriksaan.
11. Jika pemeriksaan penunjang telah selesai, pasien akan diarahkan untuk
melakukan konsultasi lanjutan dengan dokter spesialis anak.
12. Apabila terdapat indikasi untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis lainnya,
maka pasien akan didaftarkan oleh perawat dan diarahkan menuju ruang dokter
spesialis tersebut.
13. Apabila pasien dengan jaminan kesehatan BPJS terdapat indikasi untuk
berkonsultasi dengan dokter spesialis lainnya, maka pasien akan didaftarkan
oleh perawat di pendaftaran pasien BPJS dan diarahkan menuju ruang dokter
spesialis tersebut.
14. Apabila pasien memiliki indikasi untuk menjalani rawat inap, maka pasien
diarahkan untuk mendaftar ke pendaftaran rawat inap dan perawat akan
berkoordinasi dengan perawat ruangan sesegera mungkin untuk
mempersiapkan ruangan sehingga dapat dilakukan transfer pasien.
15. Pada pasien memiliki indikasi untuk menjalani tindakan operasi akan dilakukan
penjadwalan operasi efektif dan perawat akan melakukan konfirmasi dengan
petugas Kamar Operasi dan dokter spesialis anastesi yang bertugas pada
waktu operasi akan dilakukan.
16. Pengisian perkiraan biaya operasi dan surat izin operasi akan dilakukan oleh
dokter spesialis pada saat merencanakan operasi efektif.
17. Jika jadwal operasi sudah ditentukan, maka pasien akan diarahkan untuk
melakukan pemeriksaan penunjang persiapan operasi.
18. Jika tindakan operasi dilakukan pada hari yang sama, maka pasien diarahkan
untuk mendaftar di pendaftaran rawat inap.
19. Jika tindakan operasi dilakukan pada hari yang berbeda maka pasien diarahkan
untuk datang dan mendaftar di pendaftaran rawat inap satu hari sebelum
dilakukan operasi.
20. Jika pasien membutuhkan penangan khusus yang tidak tersedia di RSD Madani
maka pasien akan dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap.
21. Jika pasien membutuhkan kontrol ulang pertemuan selanjutnya, dokter akan
membuatkan surat kontrol pasien.
22. Dokter spesialis menginput data pasien ke SIM RS setelah penanganan pasien
selesai dilakukan.
23. Jika pasien dipulangkan, dokter spesialis anak akan mengisi resume medis
pasien.
24. Pasien umum akan diarahkan menuju kasir untuk menyelesaikan administrasi.
25. Pasien diarahkan menuju apotek untuk pengambilan obat dan mendapatkan
edukasi cara mengkonsumsi obat.

B. Rawat Inap Anak


1. Pasien sudah mendapatkan persetujuan untuk rawat inap dari dokter.
2. Perawat ruangan menerima pasien dan kelengkapan administrasi pasien
serta melakukan orientasi kamar ruangan tempat pasien dirawat kepada
pasien atau keluarga.
3. Perawat mengkaji ulang kondisi pasien.
4. Perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
5. Dokter memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien.
6. Pasien dapat pulang jika sudah diperbolehkan oleh dokter penanggung
jawab dan meyelesaikan administrasi.
7. Sebelum pasien pulang, perawat ruangan akan memberikan edukasi
tentang perawatan pasien di rumah kepada keluarga pasien.

C. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)


1. Pendaftaran Pasien
Setelah dilakukan triage dari IGD sebelum pasien dimasukkan ke PICU,
pasien dan/atau keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan
di PICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama
pasien dirawat di PICU/NICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala
PICU/NICU atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien
dan/atau keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat
di PICU/NICU. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir
informed consent.

Indikasi keluar masuk PICU/NICU

1) Pasien sakit kritis meliputi :


a) Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan
dokter, perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan
berkelanjutan, serta memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat
dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus serta terapi titrasi;
b) Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta
dilakukan intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang
merugikan.

2) Kriteria masuk PICU/NICU dibagi menjadi 3 prioritas, yaitu :


a) Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan/bantuan
ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat
vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan kontinyu
tertitrasi, dan lain-lainnya
b) Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di PICU/NICU,
sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera,
misalnya pemberian therapy surfactan
c) Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh
dan/atau manfaat terapi di PICU/NICU pada golongan ini sangat kecil.

Kriteria pasien masuk PICU :


1) Anak umur 29 hari – 18 tahun
2) Anak post operasi laparotomy
3) Anak dengan kejang lama/berulang
4) Anak dengan kebutuhan O2 lebih dari 80%
5) Anak dengan pemakaian obat inotropic
6) Anak dengan alat ventilator
7) Anak dengan shock/resiko perdarahan

2. Pencatatan dan pelaporan


Catatan PICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan
pelayanan di PICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Pencatatan menggunakan status khusus PICU yang meliputi pencatatan
lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di PICU, data tanda
vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal, dan sebagainya)
secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian
obat, serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien. Pelaporan pelayanan
PICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya, sistem skoring
prognosis, penggunaan alat bantu, lama rawat, dan keluaran (hidup atau
meninggal) dari PICU.

3. Monitoring dan evaluasi


Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna
mewujudkan pelayanan PICU yang aman, bermutu dan mengutamakan
keselamatan pasien.Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti
untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat
diupayakan penyelesaian yang efektif.Indikator pelayanan PICU yang
digunakan adalah sistim skoring prognosis dan keluaran dari PICU. Sistem
skoring prognosis dibuat dalam 24 jam pasien masuk ke PICU. Contoh sistem
skoring prognosis yang dapat digunakan adalah APACHE II, SAPS II, dan
MODS. Rata-rata nilai skoring prognosis dalam periode tertentu dibandingkan
dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan adalah angka
mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka mortalitas terhadap nilai
skoring prognosis.

4. Pembinaan dan Pengawasan


Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap Rumah Sakit dengan melibatkan organisasi profesi dan
masyarakat yang dilakukan secara berjenjang melalui standarisasi, sertifikasi,
lisensi, akreditasi, dan penegakan hukum. Pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud diarahkan untuk :
1) pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh
2) masyarakat.
3) peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
4) keselamatan pasien.
5) pengembangan jangkauan pelayanan.
6) peningkatan kemampuan kemandirian Rumah Sakit.

5. Hal – hal yang harus diperhatikan


1) Observasi keadaan umum pasien tiap jam
2) Observasi tanda – tanda vital tiap 1 jam
3) Pengukuran intake dan output pasien
4) Merubah posisi 2 – 3 jam sekali

6. Prosedur medic Ruang PICU


1) Pemasangan stomach tube
2) Pemasangan vena sentral
3) Pemasangan infus
4) Pemasangan kateter
5) Intubasi dan perawatannya
6) RJP anak/neonatus
7) Pemakaian ventilator
8) Ekstubasi
9) Fisiotherapi
10) Suction
11) Balance cairan
12) Penghitungan obat inotropic
13) Pemeriksaan AGD
14) EKG
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan barang-barang logistik di unit terdiri dari Obat-obatan dan barang


habis pakai : barang rumah tangga (RT) dan alat tulis kantor (ATK). Pengelolaan
keduanya meliputi alat, perencanaan, permintaan, penyimpanan, penggunaan,
pencatatan dan pelaporan adalah sebagai berikut:

A. Obat - obatan dan Barang Habis Pakai (BHP)


1. Alur

Pelaksana Ka Ru Bagian
Sarana Anak farmasi

2. Perencanaan
Petugas mendata kebutuhan obat-obatan dan bahan habis pakai setiap
hari dan mengajukan kebutuhan tersebut ke bagian farmasi.
3. Permintaan
Permintaan obat-obatan dan bahan habis pakai dilakukan setiap hari
sesuai dengan kebutuhan. Apabila ada kebutuhan mendesak dan stok
barang kosong maka permintaan barang dapat langsung diajukan.
4. Penyimpanan
Penyimpanan bahan habis pakai dan obat-obatan dilakukan dalam
tempat/lemari yang sudah.
5. Penggunaan
Penggunaan bahan habis pakai dan obat-obatan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien setiap harinya.
6. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan bahan habis pakai dan obat-obatan dilakukan
pada saat laporan bulanan dan dilakukan pengecekan setiap satu minggu
sekali.

B. Barang Rumah Tangga (RT) dan Alat Tulis Kantor (ATK)


1. Alur
Pelaksana Ka Unit Bagian Gudang
Sarana IGD
2. Perencanaan
Petugas mendata Barang Rumah Tangga (RT) dan alat tulis kantor (ATK)
setiap tahun dan mengajukan kebutuhan tersebut ke bagian gudang.
Rencana kebutuhan berdasarkan pemakaian tahun lalu dan ditambah 10%.
3. Permintaan
Permintaan Barang RT dan ATK dilakukan setiap bulan sesuai dengan
kebutuhan. Setiap permintaan barang RT dan ATK dilakukan setiap awal
bulan ke bagian gudang. Apabila ada kebutuhan mendesak dan stok
barang kosong maka permintaan barang dapat langsung diajukan.
4. Penyimpanan
Penyimpanan bahan habis pakai dan obat-obatan dilakukan dalam
tempat/lemari yang sudah ditentukan untuk pemakaian satu bulan.
5. Penggunaan
Penggunaan bahan habis pakai dan obat-obatan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien setiap harinya.
6. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan bahan habis pakai dan obat-obatan dilakukan
pada saat laporan bulanan.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasient (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi: asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Tercapainya budaya keselamatan keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Meminimalkan kejadian tidak diharapkan (KTD) dirumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
C. Tatalaksana Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang
dilakukan melalui asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko. Di RSD Madani kegiatan ini dilakukan
melalui monitoring indikator mutu pelayanan tiap unit kerja terutama yang
terkait dengan pelaksanaan patient safety, tindakan preventif, pengendalian
proses/ produk tidak sesuai, tindakan korektif dan audit mutasi internal.
1. Monitoring indikator mutu pelayanan
Kegiatan ini merupakan kegiatan asesmen resiko, indikator mutu
pelayanan rumah sakit dan unit kerja secara rinci dijelaskan pada pedoman
mutu pelayanan. Pedoman mutu pelayanan unit Ruang Anak secara rinci
ada pada bab pengendalian mutu. Indikator mutu pelayanan yang
menyangkut patient safety secara rinci dapat dilihat pada format indikator
mutu pelayanan pada pedoman mutu pelayanan. Indikator tersebut
merupakan milik unit kerja, menentukan periode pengambilan data dan
analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian tidak diinginkan
pimpinan unit melaporkan pada pertemuan manajemen seperti diatur pada
tindakan preventif.
2. Tindakan preventif
Tindakan preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan melalui pencegahan
kejadian tidak diinginkan dan peralatan yang memenuhi K3 dan pertemuan
rutin di rapat struktural seminggu sekali, morning report, evaluasi prosedur
tiap 3 bulan dan audit internal.
3. Pengendalian proses/ produk tidak sesuai
Pengendalian adalah identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien. Kejadian tidak diinginkan yang
menyangkut keselamatan pasien juga merupakan salah satu mekanisme
pengendalian proses/produk tidak sesuai. Identifikasinya melalui audit mutu
internal, audit mutu eksternal, temuan oleh manajemen, dan laporan
pelanggan. Laporan identifikasi tersebut ditindaklanjuti melalui rapat tertutup
direksi dan kepala seksi, ketua komite dan unit terkait untuk menemukan
akar permasalahan dan jalan keluarnya. Kepala seksi melakukan perbaikan
sesuai dengan tindakan korektif.
4. Tindakan korektif
Tindakan korektif adalah pelaporan dan analisis insiden belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Tindakan korektif dilakukan terhadap laporan yang
diputuskan dalam pertemuan tertutup oleh kepala seksi melului inspeksi
atau verifikasi. Hasil inspeksi harus menunjukkan telah dilakukannya
tindakan koreksi.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan
mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahan landasan kerja dan
lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi.
Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang berada di rumah sakit
termasuk di Ruangan Anak. Dengan demikian, keselamatan kerja adalah dari,
oleh, dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di rumah sakit
serta masyarakat disekitar rumah sakit yang mungkin terkena dampak akibat
suatu proses kerja. Untuk itu, jelas bahwa keselamatan kerja adalah
merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang
dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cedera, cacat/kematian,
kerugian harta benda dan kerusakan peralatan/mesin dan lingkungan secara
luas.

B. Tujuan Keselamatan Kerja.


1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan ketika melakukan pekerjaan.
2. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis.
3. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
4. Menerapkan ergonomi ditempat kerja.
5. Mengamankan dan memelihara alat-alat perlengkapan.
6. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
7. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
8. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Klasifikasi kecelakaan kerja di Ruangan Anak secara garis besar
diantaranya :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a. Terjatuh
b. Tersandung benda
c. Terbentur alat
d. Terkena arus listrik
2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya
a. Alat-alat seperti kesetrum, terbentur
b. Lingkungan kerja seperti ruangan panas, pencahayaan kurang
3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya
a. Efek terkena arus listrik
b. Patah tulang
c. Keseleo/dislokasi/terkilir
d. Kenyerian otot dan kejang
e. Luka tergores
4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka
a. Kepala, leher, badan, lengan, kaki dan berbagai bagian tubuh lainnya
b. Luka umum

D. Pencegahan kecelakaan kerja


Pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan diantaranya adalah :
1. Desain ruangan
Ruangan didesain sesuai dengan aturan yang berlaku seperti luas
ruangan didesain lebih dari ukuran standar. Yaitu WC dilengkapi dengan
keset kering untuk mencegah jatuh terpeleset..
2. Penggunaan dan pengendalian
Alat alat telah terpasang prosedur penggunaan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan ada catatan penggunaan alat kerja sehingga
kesalahan penggunaan alat dapat terhindari.
3. Pencegahan kesalahan manusia
Pencegahan manusia dapat dilakukan dengan adanya SOP
pekerjaan, pelatihan kerja, adanya komunikasi antar pekerja, tanda-tanda
penggunaan alat cukup jelas.
4. Pemeliharaan dan monitoring
Kalibrasi alat harus dilakukan untuk menjadikan alat bekerja baik
serta pemeliharaan kebersihan alatnya.
5. Pengawasan
Kinerja petugas selalu dievaluasi berdasarklan hasil kerja sehingga
mutu pelayanan tetap terjaga. Penambahan wawasan pekerjaan dilakukan
dengan mengadakan kegiatan pelatihan baik internal maupun eksternal.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengedalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan


berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu.
Pengembangan mutu di Ruangan Anak meliputi :

A. Pengembangan Mutu Standar Prosedur Operasional


Pengendalian mutu standar prosedur operasional seluruh staf gawat
darurat dengan mengadakan rapat bulanan untuk mengevaluasi standar
prosedur operasional yang telah ada dan menambahkan standar prosedur
operasional yang belum ada atau belum lengkap serta merevisi standar
prosedur operasional yang telah ada sesuai dengan keadaan dilingkungan
kerja.
Seluruh staf memberikan masukan demi terciptanya unit pelayanan
intensif yang lebih baik dari sebelumnya. Standar prosedur operasional yang
kurang dicatat oleh seluruh staf gawat darurat untuk dibahas dalam rapat
bulanan.

B. Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia


1. Pelatihan dan seminar staf gawat darurat secara berkala baik internal
maupun eksternal mengenai pelayanan gawat darurat yang sesuai dengan
bagiannya masing-masing.
2. Pendidikan formal maupun informal untuk seluruh staf gawat darurat.
3. Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi
terhadap laporan bulanan, pencegahan infeksi dan permasalahan di gawat
darurat.
4. Melakukan studi banding dengan unit gawat darurat rumah sakit lain.

C. Pengembangan Mutu Fasilitas dan Perawatan


1. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan
dalam menginterpretasikan informasi yang didapat.
2. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat diketahui
apakah jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau perlu diajukan
permintaan baru atau perbaikan yang ada.
3. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilisasi alat dan
penyediaan cuci tangan.
4. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Ruangan Anak ini diharapkan dapat menjadi panduan


bagi seluruh staf di Ruangan Anak Rumah Sakit Daerah Madani Kota Pekanbaru.
Pedoman pelayanan disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit meliputi sumber
daya, sarana, prasarana dan peralatan. Pedoman pelayanan ini selanjutnya
dijabarkan dalam standar prosedur operasional guna kelancaran pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai