Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional merumuskan bahwa pembangunan
nasional bidang kesehatan bertujuan tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa, baik pemerintah,
pemerintah daerah, dan atau masyarakat secara sinergis, berhasil guna
dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi tingginya melalui prinsip prinsip perikemanusiaan, pemberdayaan
dan kemandirian masyarakat, adil dan merata, serta pengutamaan manfaat.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang di berikan kepada
masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan
dan pelaporan, yang dituangkan dalam suatu sistem.Puskesmas
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
AKI dan AKB di Indonesia yang masih cukup tinggi membutuhkan
pelayanan kesehatan yang sesuai standar dan tenaga kesehatan yang
memiliki muatan pengetahuan,ketrampilan dan skill yang berkualitas.Untuk
terlaksananya pelayanan di UPT Puskesmas Jiwan yang sesuai dengan
standar, diperlukan pedoman pelayanan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pelayanan medik dasar yang profesional dan bermutu di UPT
Puskesmas Jiwan.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan medik dasar di
UPT Puskesmas Jiwan
b. Terlaksananya perbaikan berkelanjutan program
c. Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap
pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Jiwan.

1
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini adalah input, proses dan output pelayanan
kesehatan dasar, keselamatan kerja dan keselamatan pasien pada unit
KIA/KB/MTBS.

D. Batasan Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya.

2. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah


suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.

3. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah


setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam


bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

5. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut


tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif,
diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien.

6. Dokter atau dokter gigi adalah lulusan pendidikan kedokteran atau


kedokteran gigi didalam maupun diluar negri yang diakui oleh
pemerintah republik indonesi sesuai dengan peraturan perundangan.

2
7. Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi persyaratan berdasarkan
karakteristik yang dimiliki suatu produk.

8. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan yang


memenuhi kebutuhan masyarakat yang dilaksanakan sesuai dengan
standart pelayanan kesehatan dengan menggunakan sumber daya yag
tersedia, wajar, efisien dan efektif serta memberikan keamanan dan
memuaskan sesuai norma dan etika, hukum dan sosial budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan
masyarakat.

E. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
3. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Standar minimal ketenagaan di Puskemas Jiwan berpedoman pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor no 75 Tahun
2014 tentang Puskesmas. Tenaga fungsional poli KIA dan KB terdiri dari 1
orang dokter umum dan 3 orang bidan (memiliki STR dan SIKB yang masih
berlaku).
Tugas bidan:
1. Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan KIA dan KB dengan
penuh tanggung jawab sesuai kompetensi dan kewenangannya
2. Melaksanakan pelayanan KIA dan KB sesuai SOP, tata nilai dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas
3. Membuat rekam medic yang dapat dipertanggungjawabkan
4. Melaksanakan upaya pelayanan KIA dan KB sesuai standar profesi dan
mematuhi peraturan perundangan yang berlaku
5. Melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan KIA dan KB
Melaksanakan dan menjaga keselamatan klinis pelayanan kesehatan
gigi dan mulut meliputi keamanan dan kebersihan alat maupun ruangan
serta pencegahan pencemaran lingkungan.
6. Melakukan pencatatan pada rekam medic, software simpustronik dan
buku register harian dengan baik, lengkap serta dapat dipertanggung
jawabkan termasuk member kode diagnose menurut ICD X.

Standar ini digunakan sebagai acuan untuk menetapkan penyediaan


sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pelayanan KIA dan KB di UPT
Puskesmas Jiwan sesuai dengan kompetensi dan kualifikasinya.

No Nama Tenaga Kompetensi Kualifikasi


1 Dr Wahyu Purnamasari Dokter Mempunyai STR, SIP, Kedokteran
Mampu managemen
kesehatan KIA dan KB ,
Pelayanan darurat KIA dan
KB, promotif,preventif,kuratif
2 Tutik Yuliawati SST Bidan Mempunyai STR,SIKB, D4
Mampu managemen Kebidanan
kesehatan KIA dan KB ,

4
Pelayanan darurat KIA dan
KB, promotif,preventif,kuratif
3 Kus Indarti Bidan Mempunyai STR ,SIKB DI
Mampu managemen Kebidanan
kesehatan KIA dan KB ,
Pelayanan darurat KIA dan
KB, promotif,preventif,kuratif
4 Dewi Rahayu R Amd Keb Bidan Mempunyai STR ,SIKB D III
Mampu managemen Kebidanan
kesehatan KIA dan KB ,
Pelayanan darurat KIA dan
KB, promotif,preventif,kuratif

B. Distribusi Ketenagaan
Pelayanan KIA dan KB di UPT Puskesmas Jiwan dilakukan oleh bidan
dengan jadwal pelayanan Hari Senin – Kamis jam 7.30 - 12.30, Hari Jumat jam
07.30 – 11.00, dan Hari Sabtu jam 07.30 – 11.30.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan di dalam gedung
1. Pelayanan dimulai jam 07.30
2. Melakukan uji fungsi peralatan sebelum dioperasikan
3. Melakukan pembersihan, dekontaminasi dan sterilisasi alat setelah
pemakaian
4. Pelayanan berakhir jam 12.30 (senin – kamis) ; jam 11.00 (jumat) ; jam
11.30 (sabtu)

Jadwal pelayanan di luar gedung


1. Posyandu.
2. Kunjungan Rumah
- Neonatus
- Ibu Hamil Resti
- Ibu Nifas

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Ruang Poli KIA dan KB UPT Puskesmas Jiwan berada di Rawat Jalan

6
B. Standar Fasilitas
Poli KIA dan KB puskesmas jiwan memiliki ukuran ruang 2 x 10,5 m2,
ruangan mempunyai penerangan/pencahayaan yang cukup dan ventilasi.
Tersedia air mengalir, listrik,pengolahan limbah dan sanitasi yang baik.
Peralatan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan di
Ruang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), KB, dan imunisasi, yaitu:
1. Set pemeriksaan Kesehatan Ibu
a. ½ Klem Korcher
b. Anuskop
c. Bak instrument dengan tutup
d. Baki logam tempat alat steril bertutup
e. Doppler
f. Gunting benang
g. Gunting verband
h. Korcher tang
i. Mangkok untuk larutan
j. Meja instrument / alat
k. Meja periksa ginekologi dan kursi pemeriksa
l. Palu reflex
m. Pen lancet
n. Pinset anatomi panjang
o. Pinset anatomi pendek
p. Pinset bedah
q. Silinder korentang steril
r. Sonde mulut
s. Spekulum vagina (cocor bebek) besar
t. Spekulum vagina (cocor bebek) kecil
u. Spekulum vagina (cocor bebek) sedang
v. Spekulum vagina (sims)
w. Sphygmomanometer dewasa
x. Stand lamp untuk tindakan
y. Stetoskop dewasa
z. Stetoskop Janis / fetoscope
aa. Sudip lidah logam / spatula lidah logam panjang 12 cm
bb. Sudip lidah logam / spatula lidah logam panjang 16,5 cm
cc. Tampon tang
dd. Tempat tidur periksa
ee. Termometer dewasa

7
ff. Timbangan dewasa
gg. Torniket karet

2. Set Pemeriksaan Kesehatan Anak


a. Alat pengukur panjang bayi
b. Flowmeter anak (high flow)
c. Flowmeter neonatus (low flow)
d. Lampu periksa
e. Pengukur tinggi badan anak
f. Sphygmomanometer dan manset anak
g. Stetoskop pediatric
h. Termemoter anak
i. Timbangan anak
j. Timbangan bayi

3. Set pelayanan KB
a. Baki logam tempat steril bertutup
b. Implant kit
c. IUD kit

4. Set imunisasi
a. Vaccine carrier
b. Vaccine refrigerator

5. Perlengkapan
a. Ari timer
b. Bantal
c. Baskom cuci tangan
d. Celemek plastik
e. Duk bolong, sedang
f. Kasur
g. Kotak penyimpanan jarum bekas
h. Lemari alat
i. Lemari obat
j. Meteran (untuk mengukur tinggi fundus)
k. Perlak
l. Pispot
m. Pita pengukur LILA

8
n. Pompa payudara untuk ASI
o. Sarung bantal
p. Selimut
q. Seprei
r. Set tumbuh kembang anak
s. Sikap untuk membersihkan peralatan
t. Tempat sampah tertutup yang dilengkapi dengan injakan pembuka
penutup
u. Tirai
v. Toples kapas / kasa steril

6. Meubelair
a. Kursi kerja
b. Lemari arsip
c. Meja tulis ½ biro

9
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Penanggung jawab poli KIA/KB/MTBS harus ditetapkan. Pelayanan
KIA/KB/MTBS adalah pelayanan perseorangan yang dilakukan secara
continue.

B. Metode
Prinsip pelayanan adalah :
1. Kontak pertama
2. Layanan bersifat pribadi
3. Pelayanan paripurna
4. Paradigma sehat
5. Pelayanan berkesinambungan
6. Berorientasi pada keluarga dan masyarakat family and community
oriented, memperhatikan hak dan kewajiban pasien, pendidikan pasien
dan keluarga sehingga pasien dan keluarga dan berperan aktif dalam
pengambilan keputusan tidakan kedokteran berdasarkan pengetahuan
yang benar dan ilmiah.
7. Pelayanan memperhatikan keselamatan kerja dan keselamatan pasien.

C. Langkah Kegiatan
1. Jenis pelayanan KIA/KB/MTBS di puskesmas adalah;
a. Prinsip umum pelayanan KIA
b. Kehamilan,persalinan,nifas normal
c. Kegawatdaruratan pada kehamilan,persalinan dan nifas
d. Kehamilan persalinan dengan penyulit obstetri
e. Kehamilan persalinan dengan penyulit non obstetri
f. Masalah nifas
g. Kontrasepsi
h. Prosedur obstetric

2. Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dilakukan melalui rekam medis yang disusun
sedemikian rupa sehingga memudahkan dokter mendapat informasi
penting yang perlu diketahui setiap pasien datang. Pengkodean
klasifikasi diagnosis perlu ditetapkan oleh manajemen

10
ALUR PELAYANAN

Pendaftaran

Poli KIA/KB/MTBS

Laboratorium Rujuk
Konseling

Farmasi

Pulang

3. Mekanisme rujukan
a. Rujukan dilakukan kefasyankes terdekat sesuai dengan sistem
rujukan
b. Rujukan berdasarkan indikasi medis

SISTEM DAN CARA RUJUKAN


Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan
komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal.
Dengan memahami sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan
diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien.
1. Indikasi dan Kontradiksi
Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan
di suatu fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi
yang mungkin terjadi.Dalam pelayanan kesehatan maternal dan
pernatal, terdapat dua alasan untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu
dan/atau janin yang dikandungnya.
Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:
a. Rujukan kegawat daruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera
mungkin karena berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan
yang mendesak.

11
b. Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan
persiapan yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif
lebih baik, misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika
didapati kemungkinan risiko komplikasi.Karena tidak dilakukan dalam
kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan
modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi
pasien.

Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:


a. Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan
b. Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk
c. Persalinan sudah akan terjadi
d. Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani
e. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan.

2. Perencanaan Rujukan
a. Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya,
karena rujukan harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau
keluarganya. Tenaga kesehatan perlu memberikan kesempatan,
apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan
pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan
sebaiknya meliputi:
1) Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan
2) Alasan untuk merujuk ibu
3) Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
4) Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan
5) Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan
untuk merujuk
6) Tujuan rujukan
7) Modalitas dan cara transportasi yang digunakan
8) Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu
9) Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan
kesehatan yang dituju
10)Perkiraan lamanya waktu perawatan
11)Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen
kelengkapan untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi
kesehatan)

12
12)Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan
menggunakan modalitas transportasi lain
13)Pilihan akomodasi untuk keluarga

Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan


dan sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima
pasien hal-hal berikut ini:
1) Indikasi rujukan
2) Kondisi ibu dan janin
3) Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi
lingkungan dan cuaca menuju tujuan rujukan)
4) Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
5) Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum
transportasi, berdasarkan pengalaman-pengalaman rujukan
sebelumnya

b. Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan
menerima pasien adalah:
1) Nama pasien
2) Nama tenaga kesehatan yang merujuk
3) Indikasi rujukan
4) Kondisi ibu dan janin
5) Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
6) Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien

c. Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah


dicatat dan diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat layanan
kesehatan yang akan menerima pasien.

d. Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung


ataupun melalui faksimili) sesegera mungkin

e. Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil


pemeriksaan, diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan
rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan)
1) Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal
2) Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini

13
3) Hasil pemeriksaan penunjang
4) Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan
kesehatan

f. Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi.

g. Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan


kanul berukuran 16 atau 18.

h. Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi


segera setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan
rujukan. Semua resusitasi, penanganan kegawatdaruratan dilakukan
sebelum memindahkan pasien.

i. Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan


untuk merujuk, dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang
dapat terjadi selama transportasi.

j. Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk.

k. Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:


1) Keadaan umum pasien
2) Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
3) Denyut jantung janin
4) Presentasi
5) Dilatasi serviks
6) Letak janin
Kondisi ketuban
7) Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi
8) Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama
tenaga kesehatan dan jam pemeriksaan terakhir

3. PERLENGKAPAN
Perlengkapan dan modalitas transportasi secara spesifik dibutuhkan
untuk melakukan rujukan tepat waktu (kasus kegawatdaruratan obstetri).
Pada dasarnya, perlengkapan yang digunakan untuk proses rujukan ibu
sebaiknya memiliki kriteria:
a. Akurat
b. Ringan, kecil, dan mudah dibawa

14
c. Berkualitas dan berfungsi baik
d. Permukaan kasar untuk menahan gerakan akibat percepatan dan
getaran
e. Dapat diandalkan dalam keadaan cuaca ekstrim tanpa kehilangan
akurasinya
f. Bertahan dengan baik dalam perubahan tekanan jika digunakan
dalam pesawat terbang
g. Mempunyai sumber listrik sendiri (baterai) tanpa mengganggu
sumber listrik kendaraan

Berikut adalah perlengkapan yang dibutuhkan, yaitu:


a. Perlengkapan Umum
1) Formulir rujukan ibu (diisi lengkap, siapkan juga cadangan)
2) Tandu (stretcher)
3) Stetoskop
4) Termometer
5) Baskom muntah
6) Lampu senter
7) Sfignomanometer (digital lebih baik)
8) Doppler (bila tidak ada, gunakan stetoskop janin)
9) Infusion pump (tenaga baterai)
10)Sarung tangan steril (3 pasang, berbagai ukuran)
11)Pembalut wanita, diutamakan pembalut khusus pascasalin
12)Lubrikan steril
13)Larutan antiseptik

b. Cairan dan Obat-obatan


1) 1000 ml 5% D/W
2) 1000 ml Ringer Laktat
3) 1000 ml NaCl 0,9% / Asering
4) Cairan koloid
5) Soluset atau buret
6) Plester
7) Torniket
8) Masing-masing sepasang kanul intravena ukuran 16, 18, dan 20
9) Butterfly (kanula IV tipe kupu-kupu) ukuran 21
10)Spuit dan jarum
11)Swab alkohol

15
12)MgSO4 1 g/ampul
13)Ca glukonas
14)Oksitosin 10 unit/ml
15)Ergometrin 0,2 mg/ml
16)2 ampul diazepam 10 mg/ampul
17)Tablet nifedipin 10 mg
18)Lidokain 2%
19)Epinefrin
20)Sulfas atropin
21)Diazepam
22)Cairan dan obat-obatan lain sesuai kasus yang dirujuk

c. Perlengkapan persalinan steril


1) Sarung tangan steril/DTT
2) 1 buah gunting episiotomi
3) 1 buah gunting tali pusat
4) 1 buah pengisap lendir DeLee atau suction mekanis dengan
kateter berukuran 10 Fr
5) 2 buah klem tali pusat
6) Benang tali pusat steril/DTT atau penjepit tali pusat
7) 2 buah kantong plastik
8) 6 buah kasa steril/DTT 4x4
9) 1 lembar duk steril/kain bersih
10)Selimut bayi (2 buah)
11)Selimut ibu

d. Perlengkapan resusitasi bayi


1) Laringoskop bayi dengan blade ukuran 0 dan 1
2) Self inflating bag dan sungkup oksigen untuk bayi, berukuran 0,1,
dan 2
3) Pipa endotrakeal dengan stylet dan konektor, berukuran 2,5
sampai 4
4) 3 buah ampul epinefrin 1:10.000 1 ml/ampul
5) Spuit 1 ml dan 2 ml
6) Jarum ukuran 20 dan 25
7) Pipa orogastrik
8) Gunting dan plester
9) Tabung oksigen kecil lengkap

16
e. Perlengkapan resusitasi dewasa
Pastikan tenaga kesehatan mampu menggunakan alat-alat di bawah
ini:
1) Tabung oksigen lengkap
2) Self inflating bag dan sungkup oksigen
3) Airway nomor 3
4) Laringoskop dan blade untuk dewasa
5) Pipa endotrakeal 7-7,5 mm
6) Suction dan kateter ukuran 14 Fr

f. Kendaraan
Kendaraan yang dipakai untuk merujuk ibu dalam rujukan tepat
waktu harus disesuaikan dengan medan dan kondisi lingkungan
menuju tujuan rujukan. Berikut ini adalah contoh tampilan desain
ambulans sederhana yang dapat digunakan untuk merujuk ibu.

D. Kredensial
Kredensial adalah proses menilai dokter/dokter gigi oleh Dinas
Kesehatan dengan suatu kriteria mutu yang ditetapkan .Proses ini bertujuan
agar kualitas mutu pelayanan dapat distandarkan. Hal-hal yang
dikredensialingkan adalah;
1. Aspek legal:Perizinan
2. Sarana prasarana sesuai standard

E. Rekam Medis KIA


17
Berkas berisi informasi pasien yang akurat dan lengkap tentang:
1. Identitas
2. Waktu kunjungan
3. Anamnesa
4. Perjalanan penyakit
5. Hasil pemeriksaan klinis
6. Dokumentasi hasil pemeriksaan
7. Diagnose penyakit dan rencana terapi
8. Terapi, tindakan medis dan pengobatan
9. Persetujuan tindakan
10. Identitas dan tanda tangan dokter yang menangani
11. Rujukan
Rekam medis di Puskesmas Jiwan terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Rekam medis konvensional
2. Rekam medis elektronik (simpustronik)
Dalam rekam medic simpustronik kewajiban bidan membubuhkan tanda
tangan diganti dengan menggunakan kode angka untuk identitas pribadi

F. dan Informasi Tindakan Kebidanan


1. Pemberian Informasi Kepada Pasien
Pemberian informasi kepada pasien adalah kewajiban pemberi
layananan dan merupakan hak dari pasien. 12 kunci informasi yang
sebaiknya diberikan kepada pasien:
a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila
tidak diobati
b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis
banding) termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan
pengobatan
c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi
kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak diobati
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari
prosedur atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan
subsider seperti penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya
mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama
dan sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan
yang serius
e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya,

18
dan diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering
terjadi, dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan
tersebut
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang
masih eksperimental
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya
akan dimonitor atau dinilai kembali
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk
pengobatan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim
lainnya
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau
pendidikan, maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam
rangkaian tindakan yang akan dilakukan
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya
setiap waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab
penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut.
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua
dari dokter lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya

2. Komunikasi dan Konseling


Dalam berkomunikasi dengan ibu, tenaga kesehatan perlu memegang
prinsip-prinsip berikut ini:
a. Buat ibu merasa nyaman dan diterima dengan baik.
b. Bersikap ramah, senantiasa menghargai, dan tidak menghakimi.
c. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana.
d. Setiap kali hendak melakukan pemeriksaan atau prosedur/tindakan
klinis, minta persetujuan dari ibu dan jelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
e. Rangkum informasi-informasi yang penting termasuk informasi
mengenai hasil pemeriksaan laboratorium rutin dan pengobatan.
f. Pastikan ibu mengerti tanda-tanda bahaya/kegawatdaruratan,
instruksi pengobatan, dan kapan ia harus kembali berobat atau
memeriksakan diri. Minta ibu mengulangi informasi tersebut, atau
mendemonstrasikan instruksi pengobatan.
g. Lakukan konseling, anamnesis, maupun pemeriksaan di ruang yang
pribadi dan tertutup dari pandangan orang lain.

19
h. Pastikan bahwa ketika berbicara mengenai hal yang sensitif/pribadi,
tidak ada orang lain yang dapat mendengar pembicaraan tersebut.
i. Minta persetujuan ibu sebelum berbicara dengan keluarganya.
j. Jangan membahas rahasia ibu dengan rekan kerja ataupun pihak
lain.
k. Pastikan semua catatan sudah dilengkapi dan tersimpan dengan
rapi serta terjaga kerahasiaannya.
l. Batasi akses ke dokumen-dokumen yang memuat informasi terkait
ibu hanya kepada tenaga kesehatan yang berkepentingan.

Seringkali informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tidak


diterapkan atau digunakan oleh ibu karena tidak dimengerti atau tidak
sesuai dengan kondisi ataupun kebutuhan mereka.Hal ini dapat terjadi
karena komunikasi yang terjadi antara tenaga kesehatan dan ibu terjadi
hanya satu arah sehingga ibu tidak mendapatkan dukungan yang cukup
untuk menerapkan informasi tersebut.
Konseling merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan
ibu serta keluarganya. Selama proses tersebut, tenaga kesehatan
mendorong ibu untuk saling bertukar informasi dan memberikan
dukungan dalam perencanaan atau pengambilan keputusan serta
tindakan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu.

a. Langkah-Langkah Konseling
1) Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi ibu dan
latar belakangnya. Lakukan klarifikasi bila diperlukan dan jangan
menghakimi.
2) Identifikasi kebutuhan ibu, masalah ibu, dan informasi yang belum
diketahui ibu. Pelajari setiap masalah yang ada serta dampaknya
terhadap berbagai pihak (ibu, suami, keluarga, komunitas, tenaga
kesehatan, dan sebagainya).
3) Tanyakan pendapat ibu mengenai solusi alternatif apa yang
dapat dilakukan untuk meyelesaikan masalah yang ia hadapi.
4) Identifikasi kebutuhan ibu terhadap informasi, sumber daya, atau
dukungan lain untuk memecahkan masalahnya.
5) Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan
kerugian dari berbagai alternatif pemecahan masalah bersama
ibu.

20
6) Minta ibu untuk menentukan solusi apa yang paling
memungkinkan untuk mengatasi masalahnya.
7) Buatlah rencana tindak lanjut bersama.
8) Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut tersebut pada
pertemuan konseling berikutnya.

b. Keterampilan Konseling
1) Komunikasi dua arah
Ketika tenaga kesehatan ingin agar sebuah informasi diterapkan
oleh ibu atau keluarganya, proses konseling dan komunikasi dua
arah harus berjalan.Misalnya, ketika menentukan di mana ibu
harus bersalin dan bagaimana ibu bisa mencapai fasilitas
kesehatan tersebut.
2) Membina suasana yang baik
Tenaga kesehatan dapat membangun kepercayaan dan suasana
yang baik dengan ibu misalnya dengan cara menemukan
kesamaan-kesamaan dengan ibu dalam hal usia, paritas, daerah
asal, atau hal-hal kesukaan.

3) Mendengar dengan aktif


Ketika ibu berbicara, tenaga kesehatan perlu memperhatikan
informasi yang diberikan dan menunjukkan bahwa informasi
tersebut sudah dimengerti.Tanyakan pertanyaan yang
berhubungan dengan informasi yang ibu berikan untuk
mengklarifikasi pemahaman bersama.Ulangi informasi yang ibu
sampaikan dalam kalimat yang berbeda untuk mengkonfirmasi
dan rangkum butir-butir utama yang dihasilkan dari percakapan.

4) Mengajukan pertanyaan
Dalam berkomunikasi, kita mengenal dua jenis pertanyaan:
a) Pertanyaan tertutup memiliki jawaban pasti dan biasa dipakai
untuk mendapatkan data riwayat kesehatan ibu, misalnya:
“Berapa usia Anda?” atau “Apakah Anda sudah menikah?”
b) Pertanyaan terbuka menggali informasi terkait situasi, emosi,
perasaan, sikap, pengetahuan, maupun kebutuhan ibu,
misalnya “Apa yang Anda rasakan setelah melahirkan?” atau
“Ceritakanlah mengenai persalinan terakhir Anda”
Hindari pertanyaan yang bersifat sugestif.

21
Contoh:
× SALAH: “Apakah suami Anda memukuli Anda?”
√ BENAR: “Bagaimana munculnya memar-memar ini?”

Ajukan pertanyaan yang tidak menghakimi dan memojokkan ibu.


Contoh:
× SALAH: “Mengapa Anda tidak segera datang kemari ketika
Anda tahu Anda hamil?”
√ BENAR: “Baik sekali Anda mau datang untuk memeriksakan
kehamilan Anda saat ini. Apakah ada alasan yang membuat Anda
tidak bisa datang sebelumnya?”

5) Memberikan informasi
Sebelum memberikan informasi, tenaga kesehatan harus
mengetahui sejauh mana ibu telah memahami informasi yang
akan disampaikan dan memberikan informasi baru yang sesuai
dengan situasi ibu.
Contoh:
Bidan: Apakah Ibu sudah mengerti bagaimana Ibu harus
merawat diri selama kehamilan?
Bidan: Betul sekali Bu. Selain itu, ada pula beberapa jenis
makanan tertentu yang perlu Ibu konsumsi lebih banyak. Apa Ibu
sudah tahu makanan apa saja itu?
Ibu: Sayur, daging…
Bidan: Ya, benar. Makanlah lebih banyak sayur dan daging, juga
buah, kacang-kacangan, ikan, telur, keju, dan susu. Ibu tahu
mengapa Ibu perlu mengkonsumsinya?
Ibu: Agar bayinya sehat
Bidan: Ya, makanan-makanan itu akan mendorong pertumbuhan
bayi dan menjaga Ibu tetap sehat. Apakah ada lagi yang ingin ibu
tanyakan mengenai apa yang harus ibu makan selama hamil?

6) Fasilitasi
Penting diingat bahwa konselor tidak boleh memaksa ibu untuk
mengatasi masalahnya dengan solusi yang tidak sesuai dengan

22
kebutuhan ibu.Bimbinglah ibu dan keluarganya untuk
menganalisa kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan yang
mereka miliki dan memutuskan sendiri pilihannya.

3. Persetujuan Tindakan
Persetujuan tertulis diperlukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
a. Bila tindakan terapetik bersifat kompleks atau menyangkut risiko atau
efek samping yang bermakna.
b. Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi
c. Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna
bagi kedudukan kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial
pasien
d. Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari suatu penelitian

4. Laporan bulanan
Setiap bulan poli KIA,KB Puskesmas Jiwan membuat laporan
menggunakan LB3, PWS KIA KB , Deteksi bumil resti ke Dinas
Kesehatan kabupaten Madiun

BAB V
LOGISTIK

23
Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Kamar Obat.
Kebutuhan obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung tiap 1 bulan
berdasarkan analisis kebutuhan obat dan bahan habis pakai 1 bulan yang lalu
dengan cadangan 50 %, diajukan kepada Pengelola obat untuk mendapat
persetujuan. Pengadaan obat dan alat kesehatan dilakukan oleh Pengelola
obat setelah mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas.
Distribusi obat, alat medis dan bahan habis pakai dari Kamar Obat
dilakukan tiap 1 bulan atau bila sewaktu-waktu terjadi kekurangan.
Pendistribusian obat dilaksanakan tidak lebih dari 3 jam sesudah order diterima
oleh Kamar Obat jika obat tersedia di gudang obat puskesmas

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

24
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih
aman.
Sistem tersebut meliputi :
 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
 Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di Puskesmas
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )


ADVERSE EVENT :

25
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan jiwanna penyakit dasarnya atau
kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis jiwanna tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah
Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )


Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi :
 Jiwanna “ keberuntungan”
 Jiwanna “ pencegahan ”
 Jiwanna “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. TATA LAKSANA

26
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
2. Melaporkan pada UGD
3. Memberikan tindakan sesuai prosedur kerja
4. Mengobservasi keadaan umum pasien.
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

BAB VII

27
KESELAMATAN KERJA

Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya


beragamterhadap kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun
diluar gedung yang dapat timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja,
cara kerja, alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang
ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan
pengendalian resiko dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah
yang ditimbulkan akibat pekerjaan.

A. Identifikasi Potensi Bahaya di Poli KIA/KB


Lokasi Potensi Jenis bahaya Masalah Kesehatan/kecelakaan
Bahaya kerja

KIA/KB  Kecelakaan  Benda tajam,alat medis  Tertusuk,tersayat,cedera


kerja
 Biologi  Mikroorganisme,virus,  Infeksi hepatitis, TBC,cacar
bakteri, dan lain-lain air,influenza,HIV,ebola, jamur

 Kimia  Merkuri, Klorin  Gangguan SSP, ginjal,


dermatitis

 Ergonomi  Posisi janggal  Musculoskeletal disorder


 Psikososial  Bekerja yang monoton  Stres kerja

B. Pengendalian Resiko
Pengendalian resiko dilakukan dengan upaya :
a. Promotif
1) Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kepada seluruh
petugas
2) Memasang leaflet, brosur budaya kesehatan dan keselamatan kerja
3) Melaksanakan latihan fisik, bimbingan rohani, rekreasi

b. Preventif
1) Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun,
APD, mengganti alat berbahaya, pengaturan shift kerja
2) Vaksinasi hepatitis

3) Deteksi dini, melalui medical check up, pemeriksaan pekerja


sebelum masuk kerja, pindah, pemeriksaan berkala pada pekerja,

28
pemeriksaan khusus pada petugas yang terpajan bahan berbahaya
seperti petugas lab. dan radiologi.

c. Kuratif
1) Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
2) Penatalaksanaan kecelakaan akibat kerja
3) Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja
4) Melakukan rujukan kasus.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

29
Pengendalian mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
Jiwan melalui:
1. Indeks kepuasan masyarakat
Dilakukan setahun sekali dengan mengukur secara kualitatif dan kuantitatif
pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dengan
membandingkan antara dan harapan kebutuhannya
2. Kotak saran
Merupakan prosedur penanganan pengaduan pasien
3. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Menerapkan kewaspadaan standar (menjaga kebersihan tangan,
menggunakan APD, menggunakan disposable syringe, memisahkan
pembuangan sampah medis dan non medis)
4. Penilaian standar puskesmas
Memantau pencapaian standar puskesmas dengan mengisi instrument
penilaian standar puskesmas (self assessment) dan diverifikasi oleh Dinas
Kesehatan kabupaten Madiun
5. Penilaian kinerja puskesmas
a. Untuk mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan
mutu kegiatanpada setiap akhir tahun kegiatan
b. Digunakan sebagai dasar perencanaan kegiatan di tahun berikutnya
.

BAB IX
PENUTUP

30
Pedoman ini sebagai acuan bagi tenaga kesehatan di UPTD Puskesmas
Jiwan dalam melaksanakan pelayanan medik Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Keberhasilan pelayanan medik berkaitan dengan kepatuhan pemberi layanan
terhadap standar dan prosedur yang telah ditetapkan.

Kepala UPT Puskesmas Jiwan Programer KIA KB

drg.Agus Mujiantoro Tutik Yuliawati, S.ST


NIP. 196707252010011001 NIP. 196804251988122002

DAFTAR PUSTAKA

31
1. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
2. Undang – undang no 39 tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
4. Permenkes no 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02/02/MENKES/62/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter

32

Anda mungkin juga menyukai